manusia. Nematoda yang hidup dalam usus manusia disebut dengan nematoda usus. Nematoda
usus terdiri dari beberapa spesies, yang banyak ditemukan didaerah tropis dan tersebar diseluruh
dunia. Spesies tersebut diantaranya Ascaris lumbricoides, , Necator americanus, Strongyloides
stercoralis, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura, dll.
1. Ascaris Lumbricoides
a. Klasifikasi
§ Phylum : Nematoda
§ Kelas : Secernentea
§ Ordo : Ascaridida
§ Family : Ascarididae
§ Genus : Ascaris
b. Morfologi
Jantan
Betina
1 – 2 tahun
Usus Halus
Ukuran telur
± 200.000 telur
c. Siklus hidup
http://www.phsource.us/images/Helminths/Ascaris.gif
Usus manusia -> Cacing -> Telur Cacing -> Keluar bersama feses -> Tersebar -> Menempel
pada makanan -> Termakan -> Menetas -> Larva -> Menembus Usus -> Aliran Darah -> Jantung
-> Paru-Paru -> Kerongkongan -> Tertelan -> Usus Manusia -> Cacing Dewasa
Telur Ascaris yang berisi embrio diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada
tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
Gejala klinik oleh A. lumbricoides bergantung pada beberapa hal, antara lain beratnya infeksi,
keadaan penderita, daya tahan dan kerentanan penderita terhadap infeksi cacing.Gejala klinik
pada ascariasis dapat ditimbulkan oleh cacing dewasa ataupun oleh stadium larva. Cacing
dewasa, tinggal di antara lipatan mukosa usus halus, sehingga dapat menimbulkan iritasi yang
mengakibatkan rasa tidak enak pada perut berupa mual serta sakit perut yang tidak jelas.Kadang-
kadang cacing dewasa dapat terbawa kea rah mulut karena adanya kontraksi usus (regurgitasi)
dan dimuntahkan keluar melalui mulut atau hidung.Pada keadaan tertentu cacing dewasa
mengembara ke saluran empedu, apendiks, kadang-kadang dapat masuk juga ke tuba eustachii
ataupun terisap masuk ke bronkus.
Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru, terutama pada orang yang
rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai
batuk, demam, dan eosinofilia. Pada foto toraks akan tampak infiltrat yang menghilang dalam
waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut Sindrom Loeffler.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan
malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak sekolah dasar.Efek yang serius terjadi bila
cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus
Penerangan atau penyuluhan melalui sekolah, organisasi kemasyarakatan oleh guru-guru dan
pekerja-pekerja kesehatan.
Hendaknya jangan menggunakan tinja sebagai pupuk kecuali sudah dicampur dengan zat kimia
tertentu.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan memutus siklus hidup Ascaris
lumbricoides. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris
lumbricoides ini. Kurang disadarinya pemakaian jamban keluarga oleh masyarakat dapat
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di bawah pohon dan di
tempat-tempat pembuangan sampah. Upaya pengendalian juga dapat dilakukan dengan
memberikan obat-obatan seperti yang diberikan secara perorangan maupun massal. Obat lama
yang pernah digunakan adalah piperasin, tiabendasol, heksilresorkimol, dan hetrazam.
2. Necator americanus
a. Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Rhabditoidea
Genus : Necator
b. Morfologi
Necator americanus memiliki buccal capsule yang sempit, pada dinding ventral terdapat
sepasang benda pemotong berbentuk bulan sabit (semilunar cutting plate) sedangkan sepasang
lagi kurang nyata terdapat pada dinding dorsal. Cacing jantan berukuran 7-9 mm x 0,3mm ,
memiliki bursa kopulasi bulat dengan dorsal rays dua cabang. Didapat dua spikula yang letaknya
berdempetan serta unjungnya terkait. Cacing betina, memiliki ukuran 9-11mm x 0,4mm , pada
ujung posterior tidak didapatkan spina kaudal, vulva terletak pada bagian anterior kira-kira
pertengahan tubuh.
Bentuk telur Necator americanus tidak dapat dibedakan dari Ancylostoma duodenale.Jumalah
telur perhari yang dihasilkan seekor cacing betina Necator americanus sekitar 9000– 10.000.
c. Siklus hidup
Telur cacing ini, keluar bersama dengan tinja. Di dalam tubuh manusia dengan waktu 1-1,5 hari
telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform kemudian dalam waktu sekitar 3 hari,
larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform (bentuk infektif). Larva filariform dapat
tahan di dalam tanah selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filariform
menembus kulit atau tertelan.
Siklus hidup cacing ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian masuk
ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, laring dan
terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa.
Infeksi cacing tambang hakikatnya adalah infeksi menahun sehingga sering tidak menimbulkan
gejala akut.Kerusakan jaringan dan gejala penyakit dapat disebabkanm baik oleh larva maupun
oleh cacing dewasa. Larva menembus kulit membentuk maculopapula dan eritem, sering disertai
rasa gatal yang hebat, disebut ground itch atau drew itch. Waktu larva berada dalam jumlah
banyak atau pada orang yang sensitif dapat menimbulkan pneumonitis.
Cacing dewasa melekat dan melukai mukosa usus, menimbulkan persaan tidak enak di perut,
mual , diare. Seekor cacing dewasa menghisap darah 0,2 – 0,3ml sehari sehingga dapat
menimbulkan anemia yang progresif, hipokrom, mikrositer, tipe defisiensi besi. Biasanya gejala
klinik timbul setelah tempak adanya anemi.Pada infeksi berat, Hb dapat turun sampai 2gr%,
penderita merasa sesak nafas waktu melakukan kegiatan, lemah dan pusing kepala.Terjadi
perubahan pada jantung yang mengalami hipertrofi, adanya bising katup serta nadi cepat.
Keadaan demikian akan dapat menimbulkan kelemahan jantung. Jika terjadi pada anak dapat
menimbulkan keterbelakangan fisik dan mental
Ø Pencegahan:
· Hendaknnya penggunaan tinja sebagai pupuk dilarang, kecuali tinja tersebut sudah
dicampur dengan zat kimia tertentu untuk membunuh parasitnya.
Ø Pengendalian:
Pengendalian dilakukan dengan cara pengobatan. Pengobatan yang dilakukan yaitu melalui obat
pilihan bernama tetrakloretilen (juga infektif untuk Ancylostoma duodenale ). Obat lain yang
bisa digunakan adalah mebendazol, albendazol, pirantelpamoat, bitoskamat, dan befenium
hidrosinafoat.
3. Strongyloides stercoralis
a. Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Rhabiditoidea
Genus : Strongyloides
b. Morfologi
Cacing ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk parasitik di dalam
intestinum vertebrata. Bentuk parasitik adalah parthenogenetik dan telur dapat berkembang di
luar tubuh hospes, langsung menjadi larva infektif yang bersifat parasitik atau dapat menjadi
bentuk larva bebas yang jantan dan betina. Bentuk bebas ditandai dengan adanya cacing jantan
dan betina dengan esofagus rabditiform, ujung posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva
terletak di pertengahan tubuh. Bentuk parasitik ditandai dengan esofagus filariform tanpa bulbus
posterior, larva infektif dari generasi parasitik mampu menembus kulit dan ikut aliran darah.
Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum. Cacing betina
berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cacing dewasa betina
memiliki esofagus pendek dengan dua bulbus dan uterusnya berisi telur dengan ekor runcing.
Cara berkembang biaknya adalah secara parthenogenesis. Telur bentuk parasitik diletakkan di
mukosa usus, kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta
dikeluarkan bersama tinja. Cacing dewasa jantan yang hidup bebas panjangnya kira-kira 1 mm,
esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor melingkar dengan spikulum. Larva rabditiform
panjangnya ± 225 mikron, ruang mulut: terbuka, pendek dan lebar. Esophagus dengan 2 bulbus,
ekor runcing. Larva Filariform bentuk infektif, panjangnya ± 700 mikron, langsing, tanpa sarung,
ruang mulut tertutup, esophagus menempati setengah panjang badan, bagian ekor berujung
tumpul berlekuk.
c. Siklus Hidup
1. Autoinfeksi
Telur menetas menjadi larva rabditiform di dalam mukosa usus -> di dalam usus larva
rabditiform tumbuh menjadi larva filariform -> larva filariform menembus mukosa usus, tumbuh
menjadi cacing dewasa.
2. Siklus Langsung
Sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform, berubah menjadi larva filaform dengan
bentuk langsing.Bila larva ini menembus kulit manusia, larva tumbuh,masuk ke dalam peredaran
darah veha kemudian melalui jantung sampai ke paru-paru. Dari paru, parasit yang mulai
dewasa,menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring.Sesudah sampai di laring,tarjadi refleks
batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus dan menjadi dewasa.
Pada siklus ini, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan
betina.Cacing betina berukuran 1mm x 0,06mm, dan yang jantan berukuran 0,75 mm x 0.04 mm.
Cacing betina mengalami pembuahan dan menghasilkan larva rabditiform yang kemudian
menjadi larva filaform. Larva ini masuk ke dalam hospes baru. Siklus tidak langsung ini terjadi
apabila lingkungan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk
kehidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri-negeri tropik beriklim rendah.
Bila larva filaform ini menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping
eruption yang disertai denagn rasa gatal yang hebat.
Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda.Infeksi ringan pada umumnya
tidak menimbulkan gejala. Sedangkan pada infeksi sedang, dapat menyebabkan rasa sakit, di
daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah,diare dan
konstipasi yang saling bergantian.Pada cacing dewasa yang hidup sebagai parasit, dapat
ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di bebagai alat dalam.
Penularan strongiloidasisdapat dicegah dengan cara menghindari kontak dengan tanah, tinja atau
genangan air yang diduga terkontaminasi oleh larva infektif. Tindakan pencegahannya dilakukan
sesuai dengan pencegahan penularan infeksi cacing tambang pada umumnya seperti memakai
alat-alat yang menyehatkan untuk pembuangan kotoran manusia dan memakai sepatu atau alas
kaki waktu bekerja di kebun. Upaya pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara memberikan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai cara penularan, cara pembuatan serta pemakaian
jamban.
Pengendalian bisa dilakukan yaitu apabila diketahui seseorang positif terinfeksi, orang itu harus
segera diobati. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan obat mebendazol, pirantel pamoat
dan levamisol walaupun hasilnya kurang memuaskan. Saat ini obat yang banyak dipakai adalah
tiabendazol.
4. Ancylostoma duodenale
a. Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernemtea
Ordo : Rhabditida
Genus : Ancylostoma
b. Morfologi
♂ : panjang 1,0-1,3 cm, diameter ±0,6 mm,memiliki bursa kopulatriks, 2 buah spikula yang
sejajar
c. Siklus hidup
Telur cacing ini, keluar bersama dengan tinja. Di dalam tubuh manusia dengan waktu 1-1,5 hari
telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform kemudian dalam waktu sekitar 3 hari,
larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform (bentuk infektif). Larva filariform dapat
tahan di dalam tanah selama 7-8 minggu. Infeksi pada manusia terjadi apabila larva filariform
menembus kulit atau tertelan.
Siklus hidup cacing ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian masuk
ke kapiler darah dan berturut-turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, laring dan
terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2008/wilson_marc/Hookworm_LifeCycle.gif
Kurang gizi.
Pendarahan.
e. Pencegahan
5. Trichuris Trichiura
Trichuristrichiura, Biasa disebut trichocephalus dispar atau lebih dikenal dengan nama cacing
cambuk, karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Hingga saat ini lebih dikenal
lebih dari 20 spesies trichuris spp, tetapi yang menginfeksi manusia hanya trichuris trichiura dan
trichuris vulpis. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia bila
menginfeksi dalam jumlah yang banyak.
a. Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Famili : Trichinelloidea
Genus : Trichuris
b. Morfologi
Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian
enterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian
posterior bentuknya lebih gemuk dan cacing betina bentuknya membulat tumpul, sedangkan
pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon
asendens dan sekum (caecum) dengan satu spikulum dengan bagian anteriornya yang seperti
cambuk masuk kedalam mukosa usus. Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur
setiap hari antara 3000 – 10.000 butir. Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk
seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian
luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih.
c. Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di usus besar manusia -> telur keluar bersama tinja penderita -> di
tanah telur menjadi infektif -> infeksi terjadi melalui mulut dengan masuknya telur infektif
bersama makanan yang tercemar atau tangan yang kotor.
Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina melatakkan telur
kira-kira 30-90 hari.
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang,
yaitu telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif, dalam waktu 3 samapai 6 minggu
dalam lingkungan yang lembab dan tempat yang teduh. Cara infektif secara langsung bila
kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam
usus halus. Sesudah dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon,
terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru.
Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga
ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak, cacing ini tersebar di
seluruh kolon dan rrektum. Kadang-kadang terlihat di mukrosa rektum yang mengalami
prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukan kepalanya
ke dalam mukosa usus, hingga terjadi tyrauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa
usus. Pada tempat perlekatannya terjadi pendarahan. Di samping ini ternyata cacing ini
menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukan
gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disehuris yang berat dan
menahun, menunjukan gajala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom
disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat
Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan
biasanya tidak memberikan gejala klinis jelas atau sma sekali tanpa gejala, parasit ini ditemukan
pada tinja secara rutin.
Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pengobatan penderita trikuriasis,
pembuatan jamban yang baik, pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama
anak. Mencuci tangan sebelum makan, dan mencuci sayuran yang dimakan mentah adalah
penting apalagidinegeri yang memakai tinja sebagai pupuk.
Sumber : https://medlab.id/wuchereria-bancrofti/
http://takbir014.blogspot.co.id/2016/01/nematoda-usus.html
Sumber : https://medlab.id/brugia-malayi/