PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan, yang pengaturannya ditunjukan dalam rangka terwujudnya kualitas
lingkungan yang sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/
gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan lingkungan dipemukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
1
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Sedangkan tujuan pembangunan
kesehatan masyarakat yang diselenggarakan Puskesmas untuk mewujudkan
masyarakat : a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat; b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; c.
hidup dalam lingkungan yang sehat dan ; d. memiliki derajat kesehatan optimal,
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2
Salah satu puskesmas yang berada di kota Banjarbaru adalah BLUD
Puskesmas Banjarbaru Selatan. Puskesmas Banjarbaru Selatan mencakup 3
wilayah kerja yang terdiri dari 3 kelurahan, antara lain kelurahan Kemuning,
Kelurahan Guntung Paikat, dan Kelurahan Loktabat Selatan dengan wilayah 21,
27 Km2. Pada tahun 2020 jumlah penduduk Banjarbaru Selatan yaitu 270.021
jiwa.
Hal tersebut yang melatar belakangi adanya praktek kerja Puskesmas yang
akan diselenggarakan oleh mahasiswa semester 6 program Diploma III Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin.
Direncanakan dengan berbagai pertimbangan, salah satunya adalah kemudahan
keterjangkauan dengan institusi jurusan Kesehatan Lingkungan maka pelaksanaan
dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Banjarbaru, yang meliputi 8 unit
Puskesmas yang berada di sekitar kampus Jurusan Kesehatan Lingkungan yang
berada di Kota Banjarbaru.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan program kesehatan lingkungan yang
merupakan tugas sanitarian di Puskesmas.
2. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan atau
sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Selatan.
3
3. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan intervrensi non fisik bagi
permasalahan kesehatan lingkungan yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Banjarbaru Selatan.
4. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi kegiatan
program kesehatan lingkungan di Puskesmas Banjarbaru Selatan.
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas Banjarbaru Selatan
Khususnya dibidang Kesehatan Lingkungan dapat meningkatkan derajat
kesehatan dalam pengelolaan sanitasi lingkungan diwilayah kerjanya.
2. Bagi Institusi
Dengan adanya kegiatan ini instansi/kampus dapat meningkatkan kerja
sama dengan puskesmas. Meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam bidang
pelayanan terhadan masyarakat.
3. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan kegiatan
konseling bagi pasien atau klien pelayanan kesehatan lingkungan dan
melakukan tindak lanjut tentang kasus yang didapat.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau masyarakat. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).
B. Fungsi Puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan
turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya
agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil
yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah
terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung
terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya pelayanan yang
diselenggarakan meliputi :
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif.
3. Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada indivindu
keluarga, kelompok dan masyarakat.
5
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi.
6. Melaksanakan rekam medis.
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan.
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
C. Peranan Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil
dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan secara mandiri (Anonim, 2011).
6
3. Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi merupakan program usaha atau kegiatan
masyarakat dan keluarga dalam memperbaiki gizi yang dilaksanakan oleh
petugas sebagai pembimbing.
4. Peningkatan Kesehatan Lingkungan dan Penyediaan Air Bersih
Tujuan dari kegiatan ini adalah terkendalinya semua unsur fisik dan
lingkungan yang terdapat dimasyarakat yang memberikan pengaruh butuk
terhadap ksehatan dengan meningkatkan mutu lingkungan hidup, adapun
kegiatannya seperti penyehatan air bersih, pengawasan TTU, penyehatan
lingkungan dan penyehatan makanan minuman.
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mengurangi insiden atau
sakit menular sampai tingkat yang serendah rendahnya dan atau menegah atau
membatasi epidemik sehingga angka kesakitan dan kematian dapat dikurangi.
Adapun kegiatannya antara lain :
a. Pembererantasan penyakit menular
b. Mencari penderita tuberkulosis dan kusta secara pasif dan aktif dengan cara
digabungkan, termasuk pemeriksaan bahan sedian dengan mikroskop
c. pencarian secara aktif dan pasif serta pengobatan penyakit kulit dan
kelamin
d. pencarian secara aktif dan pasif serta pengobatan penyakit demam berdarah
6. Upaya Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan
Adapun kegiatannya adalah :
a. Melakukan diagnosa sedini mungkin melalui pemeriksaan badan,
pemeriksaan laboratorium, membuat diagnosa dan melaksanakan kegiatan
pengobatan
b. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan dapat berbentuk
rujukan diagnostik dan rujukan pengobatan atau rehabilitasi
7. Peningkatan Usaha Kesehatan Program ini bertujuan :
a. Memberikan pengobatan dan perawatan pada tingkat yang
setinggitingginya kepada semua orang yang memerlukan dengan jalan
membuat diagnosa yang diinginkan
7
b. Memberikan pengobatan
c. Mengadakan rehabilitasi
d. Meringankan penderita
8. Peningkatan Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha kesehatan sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan dalam rangka pembinaan kesehatan anak usia sekolah, sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik maupun mental.
Adapun kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) antara lain :
a. Pendidikan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan
c. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah
9. Peningkatan Kesehatan Olahraga Adapun kegiatannya antara lain :
a. Pemeriksaan berkala
b. Pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi
c. Pengawasan selama pemusatan latihan
10. Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah tercapainya perubahan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Adapun kegiatannya antara lain :
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat di pusksmas dan wilayah kerja
puskesmas
b. Penyuluhan dimasyarakat (diluar gedung puskesmas).
8
12. Kesehatan Gigi dan Mulut
Merupakan kesehatan gigi dasar, yang ditujukan pada individu keluarga
dan masyarakat kerja puskesmas dengan prioritas diberikan kepada perawatan
gigi darurat. Adapun kegiatan ini adalah :
a. Merencanakan kesadaran dan menilai program kesehatan gigi
b. Meningkatkan kesadaran kesehatan gigi dalam masyarakat umum
c. memberikn perawatan gigi kepada ibu hamil yang dikirimkan oleh
posyandu/puskesmas keliling.
13. Peningkatan Kesehatan Jiwa
Adapun kegiatannya adalah :
a. Mengenali penderita yang memerlukan bantuan psikiatrik, memberikn
pertolongan psikiatrik pertama dan meencanakan pengobatannya
b. Memberikan pendidikan kesehatan kepada penduduk tentang kesehatan
jiwa dalam penerapannya dengan baik
c. Memberikan perawatan lanjutan dan bantuan kepada penderita yang
kembali dalam masyarakat
14. Peningkatan Kesehatan Mata, adapun Kegiatannya adalah :
a. Penyuluhan kesehatan mata
b. Pelayanan kesehatan mata
c. Pemeriksaan khusus dan rujukan ke rumah sakit ketempat
d. Menjaring pasien katarak daripasien yang tidak mampu
15. Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan adalah
proses dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta :
a. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, keluarga dan
masyarakatnya.
b. Mengembangkan kemauan untuk menyehatkan diri, keluarga dan
masyarakatnya.
c. Menjadi pelaku kesehatan dan pemimpin yang menggerakan kegiatan
masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan
kebersamaan.
9
16. Pelayanan Laboratorium Sederhana Dasar Puskesmas
Pelayanan laboratorium sederhana dasar puskesmas adalah pelayanan
dasar esensial di bidang laboratorium kesehatan yang diperlukan dipuskesmas.
Tujuan diselenggarakannya laboratorium kesehatan secara efisien adalah
mendukung monitoring terapi daam rangka penyembuhan.
17. Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan terlaksananya sistem administrasi serta manajemen yang baik mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengarahan dan
pembiayaan.
18. Peningkatan Kesehatan Usia Lanjut
Upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas adalah upaya kesehatan
paripurna dibidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan secara khusus
atau umum yang terintegrasi dalam kegiatan pokok puskesmas lainnya. Yang
termasuk pasien geriatrik atau usia lanjut :
a. Pasien dengan usia 55-70 tahun yang mengalami lebih dari satu kondisi
patologik
b. pasien dengan usia lebih dari 70 tahun walaupun hanya dengan satu
kondisi
19. Peningkatan Kesehatan Remaja
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan stamina dalam melakukan
aktifitas yang begitu banyak, serta mencegah timbulnya berbagai macam
penyakit di masa yang akan datang.
20. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Kegiatan ini bertujuan memberikan pembinaan bagi pengobatan
tradisional yang berkembag di masyarakat sebagai upaya memperoleh
ksehatan optimal.
B. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan wahana untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegerasi kesehatan lingkungan
pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari
petugas puskesmas.Pelayanan kesehatan lingkungan bukan sebagai unit
10
pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian dari kegiatan puskesmas.
Bekerja sama dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja
puskesmas.
Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan suatu upaya/kegiatan yang
mengintegerasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif
yang difokuskan pada penduduk yang menderita penyakit berbasis lingkungan
dan 9 masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dapat dilaksanakan secara
aktif dan pasif di dalam dan di luar puskesmas.
C. Alur Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan di dalam
gedung dan luar gedung Puskesmas, meliputi:
1. Konseling;
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan; dan
3. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.
Alur kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dapat dilihat pada
skema dengan uraian berikut:
1. Pelayanan Pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan
a. Pasien mendaftar di ruang pendaftaran.
b. Petugas pendaftaran mencatat/mengisi kartu status.
c. Petugas pendaftaran mengantarkan kartu status tersebut kepetugas
ruang pemeriksaan umum.
d. Petugas di ruang pemeriksaan umum Puskesmas (Dokter, Bidan, Perawat)
melakukan pemeriksaan terhadap Pasien.
e. Pasien selanjutnya menuju Ruang Promosi Kesehatan
untukmendapatkan pelayanan Konseling.
f. Untuk melaksanakan Konseling tersebut, Tenaga Kesehatan lingkungan
mengacu pada Contoh Bagan dan Daftar Pertanyaan
g. Konseling (terlampir).
h. Hasil Konseling dicatat dalam formulir pencatatan status kesehatan
lingkungan dan selanjutnya Tenaga Kesehatan Lingkungan
11
memberikan lembar saran/tindak lanjut dan formulir tindak lanjut
Konseling kepada Pasien.
i. Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak lanjut
Konseling.
j. Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau hasil
surveilans kesehatan menunjukkan kecenderungan berkembang atau
meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko
Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji Inspeksi
Kesehatan Lingkungan.
k. Setelah Konseling di Ruang Promosi Kesehatan, Pasien dapat
mengambil obat di Ruang Farmasi dan selanjutnya Pasien pulang.
2. Pelayanan Pasien yang datang untuk berkonsultasi masalah kesehatan
lingkungan (dapat disebut Klien)
a. Pasien mendaftar di Ruang Pendaftaran.
b. Petugas pendaftaran memberikan kartu pengantar dan meminta Pasien
menuju ke Ruang Promosi Kesehatan.
c. Pasien melakukan konsultasi terkait masalah kesehatan lingkungan
atau penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
Faktor Risiko Lingkungan.
d. Tenaga Kesehatan Lingkungan mencatat hasil Konseling dalam
formulir pencatatan status kesehatan lingkungan, dan selanjutnya
memberikan lembar saran atau rekomendasi dan formulir tindak lanjut
Konseling untuk ditindak lanjuti oleh Pasien.
e. Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak lanjut
Konseling.
f. Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau
kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit atau kejadian
kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan, Tenaga Kesehatan
Lingkungan membuat janji dengan Pasien untuk dilakukan Inspeksi
Kesehatan Lingkungan dan selanjutnya Pasien dapat pulang.
12
D. Konseling
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan
Lingkungan dengan Pasien yang bertujuan untuk mengenali dan
memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi.
Dalam Konseling, pengambilan keputusan adalah tanggung jawab
Pasien. Pada waktu Tenaga Kesehatan Lingkungan membantu Pasien terjadi
langkah-langkah komunikasi secara timbal balik yang saling berkaitan
(komunikasi interpersonal) untuk membantu Pasien membuat keputusan.
Tugas pertama Tenaga Kesehatan Lingkungan adalah menciptakan hubungan
dengan Pasien, dengan menunjukkan perhatian dan penerimaan melalui tingkah
laku verbal dan non verbal yang akan mempengaruhi keberhasilan
pertemuan tersebut. Konseling tidak semata-mata dialog, melainkan juga
proses sadar yang memberdayakan orang agar mampu mengendalikan
hidupnya dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Ciri-ciri Konseling
meliputi :
1. Konseling sebagai proses yang dapat membantu Pasien dalam:
a. memperoleh informasi tentang masalah kesehatan keluarga yang
benar;
b. memahami dirinya dengan lebih baik;
c. menghadapi masalah-masalahnya sehubungan dengan masalah
kesehatan keluarga yang dihadapinya;
d. mengutarakan isi hatinya terutama hal-hal yang bersifat sensitif dan
sangat pribadi;
e. mengantisipasi harapan-harapan, kerelaan dan kapasitas
merubah perilaku;
f. meningkatkan dan memperkuat motivasi untuk merubah
perilakunya; dan/atau
g. menghadapi rasa kecemasan dan ketakutan sehubungan dengan
masalah kesehatan keluarganya.
2. Konseling bukan percakapan tanpa tujuan
13
Konseling diadakan untuk mencapai tujuan tertentu antara lain membantu
Pasien untuk berani mengambil keputusan dalam memecahkan
masalahnya.
3. Konseling bukan berarti memberi nasihat atau instruksi pada Pasien
untuk sesuatu sesuai kehendak Tenaga Kesehatan Lingkungan.
4. Konseling berbeda dengan konsultasi maupun penyuluhan
Dalam konsultasi, pemberi nasehat memberikan nasehat seakanakan dia
seorang “ahli" dan memikul tanggung jawab yang lebih besar terhadap
tingkah laku atau tindakan Pasien, serta yang dihadapi adalah
masalah. Sedangkan penyuluhan merupakan proses penyampaian
informasi kepada kelompok sasaran dengan tujuan meningkatkan
kesadaran masyarakat.
E. Langkah-Langkah Konseling
Pelaksanaan Konseling dilakukan dengan fokus pada permasalahan kesehatan
yang dihadapi Pasien.
14
4) saran dan rencana tindak lanjut.
Ada enam langkah dalam melaksanakan Konseling yang biasa disingkat
dengan "SATU TUJU" yaitu :
SA = Salam, Sambut:
T - tanyakan :
15
a. Tanyakan bagaimana keadaan atau minta Pasien untuk
menyampaikan masalahnya pada Anda.
a. Dengarkan penuh perhatian dan rasa empati.
b. Tanyakan apa peluang yang dimilikinya.
c. Tanyakan apa hambatan yang dihadapinya.
d. Beritahukan bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk
menolong mencari cara pemecahan masalah yang terbaik bagi
Pasien.
U-Uraikan :
16
Gambar 2.4 Membantu
J - Jelaskan :
U - Ulangi:
17
Gambar 2.6 Mengulngi
18
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan
pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka
pengawasan berdasarkan standar, norma dan baku mutu yang berlaku untuk
meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
dilaksanakan berdasarkan hasil Konseling terhadap Pasien dan/atau
kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit dan/atau kejadian
kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
juga dilakukan secara berkala, dalam rangka investigasi Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan program kesehatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1. Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan
a. Petugas Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang
membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang
lengkap.
Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga
Kesehatan Lingkungan sedapat mungkin mengiku tsertakan petugas
Puskesmas yang menangani program terkait atau mengajak serta
petugas dari Puskesmas Pembantu, Poskesdes, atau Bidan di desa.
Terkait hal ini Lintas Program Puskesmas berperan dalam:
a) Melakukan sinergisme dan kerja sama sehingga upaya promotif,
preventif dan kuratif dapat terintegrasi.
b) Membantu melakukan Konseling dan pada waktu kunjungan
rumah dan lingkungan.
c) Apabila di lapangan menemukan penderita penyakit karena
Faktor Risiko Lingkungan, harus melaporkan pada waktu
lokakarya mini Puskesmas, untuk diketahui dan ditindak lanjuti.
2. Waktu Pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai tindak lanjut
hasil Konseling sesuai dengan kesepakatan antara Tenaga Kesehatan
19
Lingkungan dengan Pasien, yang diupayakan dilakukan paling lambat 24
(dua puluh empat) jam setelah Konseling.
3. Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai
berikut:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap media air, udara,
tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa
penyakit. Dalam pelaksanaannya mengacu pada pedoman pengawasan
kualitas media lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
a) Pengamatan fisik media lingkungan
Secara garis besar, pengamatan fisik terhadap media lingkungan
dilakukan sebagai berikut:
1) Air
a. Mengamati sarana (jenis dan kondisi) penyediaan air
minum dan air untuk keperluan higiene sanitasi (sumur
gali/sumur pompa tangan/KU/perpipaan/penampungan air
hujan).
b. Mengamati kualitas air secara fisik, apakah berasa,
berwarna, atau berbau.
c. Mengetahui kepemilikan sarana penyediaan air minum dan
air untuk keperluan higiene sanitasi, apakah milik sendiri atau
bersama.
2) Udara
a. Mengamati ketersediaan dan kondisi kebersihan ventilasi.
b. Mengukur luas ventilasi permanen (minimal 10% dari luas
lantai), khusus ventilasi dapur minimal 20% dari luas lantai
20
dapur, asap harus keluar dengan sempurna atau dengan ada
exhaust fan atau peralatan lain.
3) Tanah
Mengamati kondisi kualitas tanah yang berpotensi sebagai
media penularan penyakit, antara lain tanah bekas Tempat
Pembuangan Akhir/TPA Sampah, terletak di daerah banjir,
bantaran sungai/aliran sungai/longsor, dan bekas lokasi
pertambangan.
4) Pangan
Mengamati kondisi kualitas media pangan, yang memenuhi
prinsip-prinsip higiene sanitasi dalam pengelolaan pangan mulai
dari pemilihan dan penyimpanan bahan makanan, pengolahan
makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan
makanan, dan penyajian makanan.
5) Sarana dan Bangunan
Mengamati dan memeriksa kondisi kualitas bangunan dan
sarana pada rumah/tempat tinggal Pasien, seperti atap, langit-
langit, dinding, lantai, jendela, pencahayaan, jamban, sarana
pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
6) Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Mengamati adanya tanda-tanda kehidupan vektor dan
binatang pembawa penyakit, antara lain tempat berkembang
biaknya jentik, nyamuk, dan jejak tikus.
7) Pengukuran Media Lingkungan di Tempat
Pengukuran media lingkungan di tempat dilakukan dengan
menggunakan alat in situ untuk mengetahui kualitas media
lingkungan yang hasilnya langsung diketahui di lapangan. Pada
saat pengukuran media lingkungan, jika diperlukan juga dapat
dilakukan pengambilan sampel yang diperuntukkan untuk
pemeriksaan lanjutan di laboratorium.
8) Uji Laboratorium
21
Apabila hasil pengukuran in situ memerlukan penegasan
lebih lanjut, dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium
dilaksanakan di laboratorium yang terakreditasi sesuai
parameternya. Apabila diperlukan, uji laboratorium dapat
dilengkapi dengan pengambilan spesimen biomarker pada manusia,
fauna, dan flora.
9) Analisis risiko kesehatan lingkungan
Analisis risiko kesehatan lingkungan merupakan
pendekatan dengan mengkaji atau menelaah secara
mendalam untuk mengenal, memahami dan memprediksi kondisi
dan karakterisktik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya
risiko kesehatan, dengan mengembangkan tata laksana terhadap
sumber perubahan media lingkungan, masyarakat terpajan dan
dampak kesehatan yang terjadi.
Analisis risiko kesehatan lingkungan juga dilakukan untuk
mencermati besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskrisikan
masalah kesehatan lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan
penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan
masalah kesehatan lingkungan yang bersangkutan. Analisis risiko
kesehatan lingkungan dilakukan melalui:
a) Identifikasi bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan
oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan mutu serta
kekuatan bukti yang mendukungnya.
b) Evaluasi dosis respon
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan
atau untuk menjelaskan bagaimana suatu kondisi pemajanan
(cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang
berdampak terhadap kesehatan.
c) Pengukuran pemajanan
22
Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan
pada manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur dan
menghasilkan perkiraan pemajanan.
d) Penetapan Risiko.
Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam
“perkiraan batas atas” risiko kesehatan yang terkandung dalam
suatu bahan.Hasil analisis risiko kesehatan lingkungan
ditindaklanjuti dengan komunikasi risiko dan pengelolaan risiko
dalam rencana tindak lanjut yang berupa Intervensi Kesehatan
Lingkungan.
4. Langkah-Langkah Inspeksi Kesehatan Lingkungan
a.Persiapan:
1) Mempelajari hasil Konseling.
2) Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan Pasien dan keluarganya.
3) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan
lapangan yang diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan,
formulir pencatatan status kesehatan lingkungan, media
penyuluhan, alat pengukur parameter kualitas lingkungan)
4) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala
desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas
kesehatan/bidan di desa.
b.Pelaksanaan:
1) Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat.
2) Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji
laboratorium, dan analisis risiko sesuai kebutuhan.
3) Melakukan penemuan penderita lainnya.
4) Melakukan pemetaan populasi berisiko.
5) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga pasien dan
keluarga sekitar). Saran tindak lanjut dapat berupa Intervensi
23
Kesehatan Lingkungan yang bersifat segera. Saran tindak lanjut
disertai dengan pertimbangan tingkat kesulitan, efektifitas dan biaya.
Dalam melaksanakan Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Tenaga
Kesehatan Lingkungan menggunakan panduan Inspeksi Kesehatan Lingkungan
berupa bagan dan daftar pertanyaan untuk setiap penyakit sebagaimana
contoh daftar pertanyaan terlampir. Tenaga Kesehatan Lingkungan dapat
mengembangkan daftar pertanyaan tersebut sesuai kebutuhan. Hasil Inspeksi
Kesehatan Lingkungan dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut berupa
Intervensi Kesehatan Lingkungan.
Sumber: Permenkes RI No. 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
G. Penyakit Berbasis Lingkungan
1. Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan merupakan kondisi patologis yang
mengakibatkan terjadinya kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi
yang diakibatkan karena interaksi antar manusia maupun interaksi dengan hal-
hal yang berada di lingkungan sekitar yang berpotensi menimbulkan penyakit.
2. Penyakit-penyakit Berbasis Lingkungan
Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan
Pada Tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit
menular yang berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti :
a. DBD,
b. TB paru,
c. Malaria,
d. Diare,
e. Infeksi Saluran Pernafasan,
f. HIV/AIDS,
g. Filariasis,
h. Cacingan,
i. Penyakit Kulit,
j. Keracunan, dan
k. Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk
24
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
25
5. Memberdayakan potensi keluarga dan masyarakat dalam
mewujudkan keluarga sehat dan mandiri
4. Moto Puskesmas Banjarbaru Selatan adalah “KEBERSAMAAN”.
Sabar dan ikhlas dalam pelayanan, kepuasan pelanggan dambaan kami.
5. Kebijakan Mutu
Jajaran pengelola dan seluruh Karyawan Puskesmas Banjarbaru Selatan
berkomitmen untuk mewujudkan pelayanan kesehatan perorangan dan
masyarakat yang berkualitas berdasarkan kemahiran dan kemampuan
sumber daya manusia menuju kelurahan dan kecamatan Banjarbaru sehat.
Untuk mendukung komitmen tersebut, segenap pegawai di puskesmas
Banjarbaru Selatan memberikan pelayanan kesehatan dengan :
a. Meningkatkan kemampuan dan kemahiran sumber daya manusia
puskesmas
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh semua
unsur masyarakat
c. Menggalang kerjasama dengan seluruh potensi masyarakat dan lintas
sektor dalam rangka mewujudkan kecamatan Banjarbaru Selatan sehat
d. Menggerakkan masyarakat untuk iktu serta dalam pembangunan
kesehatan
e. Memberdayakan potensi keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan
keluarga sehat dan mandiri
26
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Lapangan Mata Kuliah Praktik Kerja Puskesmas Semester VI
Program Studi Sanitasi Program Diploma Tiga Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin Tahun 2020 ini dijadwalkan sebagai berikut :
27
Kegiatan Praktik Lapangan Mata Kuliah Praktik Kerja Puskesmas
Semester VI Program Studi Sanitasi Program Diploma Tiga Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Tahun 2020 Kelompok 7 adalah
sebeagai berikut :
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Kerja di Puskesmas Banjarbaru Selatan
No Hari/Tanggal Rincian Kegiatan Tempat
1 Senin,10 Februari Pembekalan Dinas Kesehatan Banjarbaru
2020 Pengarahan tentang Puskesmas Banjarbaru
kerja pokok kesling di Selatan
puskesmas dan data
dasar kesling di
puskesmas
Melakukan kegiatan
fogging fokus TK Tunas Rimba, Jl. Lanan,
Pengolahan data Jl. Jati, Jl. Sintuk Ujung
Puskesmas Banjarbaru
Selatan
2 Selasa,11 Februari Apel pagi dan absensi Puskesmas Banjarbaru
2020 Melakukan kegiatan Selatan
inspeksi sanitasi PAUD Nurul Huda dan
Konseling pasien PAUD Adhyaksa Banjarbaru
Pengolahan data Puskesmas Banjarbaru
Selatan
Puskesmas Banjarbaru
Selatan
3 Rabu, 12 Febuari Apel pagi dan absensi Puskesmas banjar baru
2020 Melakukan kegiatan selatan
survei phbs Loktabat selakan
Melakukan infeksi
sanitasi Paud bina usaha dan paud
Melakukan pemetaan permata
situasi 5 pilar stbm Loktabat selatan
Konseling pasien
29
4 Kamis,13 februari Apel pagi dan absensi Puskesmas banjarbaru selatan
2020 Konseling pasien
Penyuluhan DBD Puskesmas banjarbaru selatan
dalam gedung
Melakukan infeksi PAUD Citra Indonesia
sanitasi Banjarbaru
Melakukan survei PE Kelurahan guntung pinang
kasus malaria
30
PHBS guntung paikat
Melakukan survei PE Jl kili balu
DBD
9 Rabu, 19 februari Apel pagi dan absensi Puskesmas banjarbaru selatan
2020 Megunakan sanitarian Puskesmas banjarbaru selaran
kit dalam pengambilan
sampel
10 Kamis, 20 februari Apel pagi dan absensi Puskesmas Banjarbaru
2020 Selatan
11 Jum’at, 21 februari Senam pagi Puskesmas Banjarbaru
2020 Pelyanan Klinik Selatan
sanitasi Puskesmas Banjarbaru
Selatan
12 Sabtu, 22 Februari
2020
C. Jenis Kegiatan
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas
a. Persiapan
1) Menyiapkan formulir penilaian sanitasi rumah, penyelidikan
epidemiologi, sanitasi tempat-tempat umum.
2) Menyiapkan kartu status kesehatan lingkungan (Formulir 1
Permenkes RI Nomor 13 tahun 2015 dan daftar pertanyaan
konseling sesuai penyakit (Formulir 2 Permenkes RI Nomor 13
tahun 2015).
3) Buku pencatatan/pelayanan kunjungan yang lazim digunakan di
Puskesmas.
b. Pelaksanaan
1) Pelayanan Konseling Sanitasi Lingkungan, aktivitas meliputi :
a) Melakukan pemasaran Klinik Sanitasi dengan memasang poster
klinik sanitasi di ruang tunggu pasien.
b) Member konseling kepada individu yang dating di ruang klinik
sanitasi dengan menggunakan brosur.
c) Member penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.
31
d) Melakukan kesepakatan dengan pasien/klien untuk kunjungan
rumah dalam rangka kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan ke
rumah pasien/klien.
2) Melaksanakan registrasi, pelaporan status kesehatan lingkungan
pasien/klien klinik sanitasi dan menganalisis data kegiatan.
2. Kegiatan di Luar Gedung Puskesmas
a. Persiapan
1) Mengumpulkan kartu rekam medis dari ruang rawat inap baik berupa
rekam medis, catatan rujukan dokter, hasil laboratorium untuk
mengetahui jenis penyakit berbasis lingkungan, nama dan alamat
penderita yang tertuis di rekam medis.
2) Menyiapkan daftar pertanyaan untuk kegiatan kunjungan rumah
dalam rangka inspeksi kesehatan lingkungan (Formulir 3 Permenkes
RI Nomor 15 tahun 2015).
b. Pelaksanaan
1) Melakukan kunjungan rumah pasien sesuai nama/alamat yang tertulis
di rekam medis.
2) Melakukan inspeksi kesehatan lingkungan (IKL) dengan
menggunakan Formulir 3 Permenkes RI Nomor 15 tahun 2015.
3) Melakukan intervensi kesehatan lingkungan.
4) Membuat rencana tindak lanjut konseling dengan menggunakan
Formulir 3 Permenkes RI Nomor 15 tahun 2015.
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan untuk Puskesmas dan Jurusan.
D. Peserta Praktik Kerja Puskesmas
Mahasiswa Diploma III Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Banjarmasin Berjumlah 42 orang dibagi dalam 10
kelompok, nama-nama peserta Praktik Kerja Puskesmas Banjarbaru Selatan
adalah:
No. Nama NIM
1. Adelia Pradita P07133117003
2. Miftahul Mutia Sari P07133117021
3. Muhammad Fahrur Riza P07133117026
4. Muhammad Hafizullah P07133117027
5. Nidiya Ayucandra P07133117032
32
Pembimbing Praktik
1. Dosen Pembimbing :
1. Bapak Dr. H. Juanda, S.KM, M.Kes
2. Bapak H. Pahruddin, S.KM, M.KL
3. Ibu Megasari, S.KM, M.S
2. Sanitarian Puskesmas Banjarbaru Selatan :
1. Ibu Norjannah, A.Md.Kes
2. Ibu Sri Minarn, S.KM
3. Bapak Puguh Subagyo, A.Md.Kes
E. Alat dan Bahan
1. Buku registrasi Klinik Sanitasi
2. Alat tulis
3. Panduan wawancara penyakit berbasis lingkungan di klinik sanitasi
4. Formulir Penyelidikan Epideomologi (PE)
5. Formulir monitoring 5 pilar STBM
6. Formulir penilaian pondok pesantren
7. Kuesioner sanitasi lingkunagn permukiman
8. Camera
F. Uraian Kegiatan
1. Dalam gedung
a. Melakukan penyuluhan di puskesmas Banjarbaru Selatan
a. Melakukan konseling dengan pasien yang menderita penyakit berbasis
lingkungan
1) Mencatat data indentitas pasien yang berkunjung di klinik sanitasi pada
buku register.
2) Melakukan konseling dengan menggunakan panduan wawancara
penyakit berbasis lingkungan, serta memberikan saran pada penderita.
2. Di luar gedung
a. Upaya Pembinaan sanitasi di sekolah (penyuluhan):
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Mengunjungi sekolah yang ingin diberi penyuluhan.
33
3) Melakukan penyuluhan di lapangan (sekolah).
4) Kembali ke Puskesmas.
b. Melakukan KUSADES pada pasien DBD dan scabies
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Melakukan kunjungan ke rumah pasien DBD dan scabies.
3) Melakukan wawancara kepada pasien DBD dan scabies.
4) Kembali ke Puskesmas.
c. Pengambilan sampel air :
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Melakukan kunjungan ke rumah yang akan di ambil sampel airnya.
3) Melakukan pengambilan sampel air secara bakteriologis dan kimia.
4) Kembali ke Puskesmas
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Puskesmas Banjarbaru Selatan
a. Letak Geografis
Puskesmas Banjarbaru Selatan adalah salah satu pusat kesehatan
masyarakat di kota Banjarbaru yang terletak di wilayah Kecamatan
Banjarbaru dengan luasnya 371,38 km2, terletak pada 114º45 bujur timur
dan 3o27 lintang selatan.
Adapun wilayah kerja puskesmas Banjarbaru Selatan tahun 1968 s/d
sekarang dengan luas wilayah 1.466 Ha dengan jumlah penduduk
sebanyak 26.683 jiwa, meliputi 3 kelurahan yaitu kemuning , guntung
paikat dan kelurahan loktabat selatan.
Berdasarkan letak geografisnya batas wilayah kerja Puskesmas
Banjarbaru Selatan yaitu :
a) Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Kecamatan Banjarbaru
Utara.
b) Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecematan Cempaka.
b. Program Kerja
1. Program dan kegiatan yang dilakukan pada Puskesmas Banjarbaru Selatan,
yaitu :
a. Pengawasan perumahan sehat
b. Pengawasan/Inspeksi Sarana Air Bersih (SAB)
c. Pengawasan/Inspeksi Jamban Keluarga (JAGA)
d. Pengawasan/Inspeksi Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
e. Pengawasan Sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
f. Pengawasan Tempat Penjualan Pestisida (TP2)
g. Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
h. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
35
i. Pelayanan Pasien Klinik Sanitasi
j. Pengambilan Sampel Air dan Makanan
36
6. Imunisasi, kegiatannya meliput:
a) HB
b) BCG
c) Petavalen 1, Pentavalen 2, Pentavalen 3
d) POLIO-1,POLIO-2,POLIO-3,POLIO-4
e) IPV
f) CAMPAK
g) Pentavalen lainnya
h) TT2 + BUMIL
i) BIAS CAMPAK
j) BIAS DT-Td (DT Kelas 1, Ts kelas 2)
7. Kesehatan Haji, kegiatannya meliputi:
a) Pemeriksaan Kesahatan Calon Jamaah Haji tahap 1 Tahun 2018 (1439H)
di wilayah kerja Puskesmas
b) Pembinaan Calon Jamaah Haji dalam bidang kesehatan , follow Up
rujukan ke RS/dr. Spesialis dan pengobatan tahun 2018 (1439)
8. HIV/AIDS, kegiatan meliputi:
a) Penyuluhan HIV/AIDS dan IMS pada anak sekolah SLTP dan SLTA
b) Konseling dan pemeriksaan HIV pada caten dan bumil atau sekarela kir
sim A umum sim B1 umum pada pasein
c) Penemuan kasus IMS
9. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), meliputi:
a) Pelayanan pada bayi muda (MTBS), bayi dan Balita
10. Program perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas), kegiatannya meliputi:
a) Pembinaan keluarga rawan, menurut sasaran (maternal, bayi, balita, usia
lanjut, penderita penyakit kronis, dan tindak lanjut kasus perawatan).
11. Program kesehatan mata/indera, kegiatannya meliputi:
a) Pelayanan dalam gedunng yaitu pelayanan/peeriksaan penyakit mata dan
telinga
b) Pelayanan/ kegiatan diluar gedunng yaitu pemeriksaan penglihatan dan
pendengaran anak sekolah
c) Pendamping rujukan pasien operasi katarak
12. Program kesehatan jiwa, kegiatannya meliputi:
a) Penemuan kasus baru gangguan jiwa
37
b) Pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas (Deteksi dini, konseling, pengobatan
pada kunjungan kasus baru dan lama termasuk rujukan).
c) Rujukan kasus penderita gangguan jiwa ke RS Jiwa/ Dokter spesialis.
d) Pendampingan rujukan jiwa oleh petugas jiwa Puskesmas baik ke RS Jiwa
atau konsultasi dokter spesialis jiwa di Puskesmas Banjarbaru Selatan
e) Kegiatan kunjungan rumah oleh petugas jiwa kepada pasien dengan
gangguan jiwa.
13. Program Typoid
a) Penemuan kasus baru suspek
b) Penemuan kasus baru typoid
14. Program pemulihan kesehatan dan rujukan pengobatan, kegiatannya meliputi :
a) Melakukan kegiatan pelayanan pada semua pasien yang berkunjung ke
poliklinik ( Umum dan anak, tindakan) MTBS
b) Melakukan Rujukan
15. Program kesehatan ibu dan anak (KIA, Kegiatannya meliputi:
a) Pelayanan ibU HAMIL
b) Persalinan
c) Ibu nifas
d) Pelayanan anak
16. Program keluarga bencana (KB), kegiatannya meliputi:
a) Pelayanan KB baru
b) Pelayanan KB aktif
c) Pelayanan PUS 4 T ber-KB
d) Pelayanan KB saat nifas
e) Pelayanan KB MKJP (IUD,Implant)
17. Program Gizi, kegiatannya meliputi:
a) Penimbangan balita
b) Pemberian vitamin A bayi, balita dan ibu nifas
c) Pemantauan TB-ABS
d) Pemantauan kadarzi
e) ASI Ekslusif
f) Pojok gizi
g) Pemantauan balita BGM
18. Program kesehatan gigi dan mulut, kegiatannya meliputi:
a) Pelayanan dalam gedung ( penduduk di wilayah kerja puskesmas Banjarbaru)
b) Pelayanan luar gedung (TK yang di wilayah kerja Banjarbaru, SD, dan
Posyandu)
19. Program laboratorium, kegiatannya meliputi:
a) Pemeriksaan darah
b) Pemeriksaan urine
c) Pemeriksaan tinja
d) Pemeriksaan BTA (lain-lain)
20. Program kesehatan olahrahraga
a) Tes kebugaran karyawan/puskesmas Banjarbaru Selatan
b) Senam lansia
38
21. Program P2PTM, kegiatannya meliputi:
a) Presentase kelurahan yang melaksanakan posbindu
b) Pemeriksaan tekanan darah penduduk usia 15-59 tahun
c) Pemeriksaan gula darah penduduk usia 15-59 tahun
d) Penemuan kasus hipertensi
e) Penumuan kasus diabetes mellitus
f) Penemuan kasus obesitas
g) Persentasi sekolah yang mengimplementasikan KTR
h) Laporan konseling UBM
i) Deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim wanita usia 30-50 tahun
39
b. Tenaga Kerja
Tabel 4.1. Jenis Ketenagaan yang di miliki Puskemas Banjarbaru Selatan
Lakukan
Kunnjungan
Sanitasi Desa
(KUSADES)
40
b. 10 Penyakit terbanyak di wilayah kerja puskesmas Banjarbaru Selatan dalam 3 tahun
terakhir
41
5. NIDDM Type 2 1485 12.11
6. Penyakit pulpa periode 907 7.40
7. Diare 751 6.12
8. Dyspepsia 503 4.10
9. Gastristis 573 4.67
10. Typhus perut 498 4.06
JUMLAH 12.253 100
1) Dalam gedung
Tabel 4.5 Daftar Jenis Penyakit diklinik Sanitasi Puskesmas Banjarbaru selatan Tanggal
10 Februari 2020 – 22 Februari 2020
42
Tabel 4.6. Jumlah klien yang datang untuk meminta abate di Puskesmas
Banjarbaru selatan dari tanggal 10 Februari-22 Februari 2020
No. Hari dan Tanggal Jumlah Pasien
1 Kamis , 13 Februari 2020 1 orang
2 Jumat , 20 Februari 2020 1 orang
Jumlah 2 Orang
Tabel 4.7 Daftar kegiatan penyuluhan dalam gedung selama praktik kerja Puskesmas
Banjarbaru Selatan
No Hari dan tanggal Lokasi Keterangan
Penyuluhan
1 Senin, 11-02-2020 Puskesmas banjarbaru selatan tentang DBD
( kelompok)
Penyuluhan
2 Kamis, 13-02-2020 Puskesmas banjarbaru selatan tentang DBD
(kelompok)
Hepatitis
3 Senin, 19-02-2020 Puskesmas banjarbaru selatan
(kelompok)
4 Senin, 22-02-2020 Puskesmas banjarbaru selatan Hepatitis
3 Luar Gedung
43
Tabel 4.8 Daftar pasien konseling puskesmas Banjarbaru Selatan
10 Februari
1. 2020 A1 62 Penyakit
kulit
11 Februari
2. 2020 A2 19
Penyakit
kulit
17 Februari Penyakit
3. 2020 A3 15 kulit
19 Februari Penyakit
4. 2020 A4 15 kulit
21 Februari Penyakit
5. 2020 A5 19 kulit
22 Februari
6. 2020 A6 16 Hepatitis
44
2. Penyelidikan Epidemiologi (PE) di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru
Selatan
45
4. Inspeksi sanitasi permukiman
Hasil
No Alamat Jumlah rumah
T S R
1 Kel. Kemuning RT 06 RW 02
5 rumah 3 1 1
2
Kel. Guntung Paikat RT 01 RW
10 rumah 6 3 1
03
Keterangan :
Skor Resiko Pencemaran
T : Tinggi
S : Sedang
R : Rendah
46
47
2. Pengawasan Industri Rumah Tangga (IRTP)
Tabel 4.12 Hasil Pengawasan IRTP
PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)
Hari dan Tanggal : Rabu, 12 Februari 2020
Nama Industri Rumah tangga : Kerupuk Lilit
Alamat : Jln sidodadi 1 RT 07 RW 05
Pemilik : H. Hendi
Jumlah Produksi : 16 kwintal/bln
Jumlah Pekerja : 20 Orang
Bahan 1.Tepung tapioca
2. Tepung Terigu
3. Garam
4. Bumbu penyedap
1) Air
Proses Produksi 1. Siapkan alat dan bahan
2. Campurkan tepung tapioka dan tepung terigu
3. Tambahkan garam dan bumbu penyedap
4. Tambahkan air secukupnya
5. Aduk semua bahan sampai merata
6. Setelah merata dibentuk melilit dan goreng
hingga matang
7. Lalu bungkus dan siap dijual kepelanggan
48
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
a. Penyuluhan tentang Hepatitis
b. Penyuluhan tentang penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) dan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tabel 4.14 Daftar kegiatan penyuluhan selama praktik kerja Puskesmas Banjarbaru
Selatan
49
Hasil pemetaan monitoring 5 pilar STBM yang mana untuk dijadikan
pemetaan sebanyak 19 rumah yang dipetakan di keluruhan Guntung Paikat.
( terlampir di lampiran )
B. Pembahasan
1. Kegiatan Konseling Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Banjarbaru Selatan
Hasil kunjungan rujukan klinik sanitasi selama 2 minggu dari tanggal 10 Februari
– 22 Februari 2020 sebanyak 6 pasien. Pasien yang dirujuk merupakan penderita
penyakit kulit gatal,DBD dan Hepatitis sedangkan klien yang datang untuk meminta
masker dan bubuk abate dan masker.
50
1. Menutup tempat tempat penampungan air
2. Menguras bak mandi satu minggu sekali
3. Memasang kawat kasa pada ventilasi
4. Buka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab
b) Lingkungan sekitar rumah terawat
1. Seminggu sekali mengganti air, tempat minum burung, dan vas bunga
2. Menimbun kaleng dan botol/gelas bekas yang tidak terpakai
3. Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang
dikuras atau memelihara ikan pemakan jentik
c) Perilaku hidup sehat
Melipat dan menurunkan kain baju yang bergantungan
4. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
Dari 23 rumah yang di periksa yang positif jentik adalah 7 rumah, jentik
yang ditemukan kebanyakan di bak mandi, tempat penampungan air di kulkas
dan dispenser, ban bekas, gelas bekas dan drum penampungan hujan. Keadaan
rumah yang positif jentik rata-rata kurang bersih dan gelap serta tempat bak mandi
tidak rutin dikuras, sehingga menyebabakan nyamuk dapat bertelur kemudian
berkembang biak dirumah dan lingkungan tersebut.
Untuk menghindari terjadinya dan terulangnya penyakit Demam Berdarah
Dangue (DBD), sebaiknya dilakukan gerakan PSN dengan 3M plus (Menguras,
Menutup, Mengubur dan plus nya memakai kelambu, memakai anti nyamuk,
menaburkan bubuk abate dan laian-lain).
1. Inspeksi Sanitasi Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Warasatul Fuqaha yang terletak di ini memiliki jumlah
santri sebanyak 150 santri, memiliki kamar dimana rata-rata santri menempati 1
kamar. Kamar pesantren ini terang, luas ventilasi yang masih kurang dan tertutup,
padatnya penghuni kamar, toilet yang tidak memiliki alat pembersih dan sumber
air yang berjarak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar. Keadaan tersebut
menjadikan pondok pesanter tidak laik sehat, selain dari keadaan sanitasi tersebut
perilaku dari penghuni pondok pesantren dapat menjadi salah satu faktor
51
penyebab sanitasi yang kurang baik, sehingga dapat menyebabkan penyakit-
penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit kulit dan lainnya.
Untuk menghindari penyakit berbasis lingkungan tersebut sebaiknya
kamar dibersihkan dan tidak menggantung pakaian karena dapat menjadi sarang
nyamuk, untuk toilet agar disediakan alat pembersih sehingga toilet lebih bersih,
jika menggunakan sumber air tersebut maka sebaiknya sebelum digunakan
dilakukan pengolahan terlebih dahulu misalnya menggunakan kaporit untuk
meminimalisir bakteri di air.
6. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi yang dilakukan adalah memberikan bubuk abate pada klien
yang datang ke klinik snaitasi dan melakukan penyuluhan di berbagai tempat
tentang penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) dan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) kepada masyarakat dan anak-anak sekolah.
penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat dan anak-anak tentang penting nya mencegah penyakit berbasis
lingkungan.
7. Pengambilan Sampel Air
Dalam pengambilan sampel air untuk pemeriksaan sampel kimia dan
bakteriologis yang dilakukan sebanyak 10 titik pengambilan dengan rincian 5 titik
pengambilan sampel air sumber PDAM dan 5 titik pengambilan sampel air di
sumber sumur gali pada tempat yang sama di Jalan Pandu Guntung Paikat RT. 12
RW. 03.
8. Pengawasan Industri Rumah Tangga
Pangan (IRTP)
Pengawasan Industri Rumah Tangga Pangan yang dilakukan pada industri
“kerupuk lilit” alamat Jalan Sidodadi 1 RT 07 RW 05 yang dilakukan untuk
mengetahui penilaian pengawasan industri rumah tangga pangan.
9. Penyuluhan Dalam Gedung
Penyuluhan yang dilaksanakan di dalam gedung sebanyak 4 kali penyuluhan
dengan materi penyuluhan 2 kali penyuluhan tentang DBD dan 2 kali penyuluhan
tentang Hepatitis.
52
10. Penyuluhan Luar Gedung
Penyuluhan yang dilaksanakan di luar gedung sebanyak 4 kali penyuluhan
dengan materi penyuluhan 3 kali penyuluhan tentang DBD dan 2 kali
penyuluhan tentang Hepatitis dan 1 kali penyuluhan tentang kecacingan.
11. Monitoring 5 Pilar STBM
Dalam hasil monitoring 5 pilar STBM yang dilakukan di kelurahan
Guntung paikat yang mana untuk 19 Kepala Keluarga yang dijadikan objek
monitoring hanya 11 Kepala Keluarga yang dikatakan ODF dan 8 Kepala
Keluarga masih belum ODF di keluruhan Guntung Paikat.
12. Pemetaan 5 Pilar STBM
Hasil pemetaan monitoring 5 pilar STBM yang mana untuk dijadikan pemetaan
sebanyak 19 rumah yang dipetakan di keluruhan Guntung Paikat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam jumlah kunjungan konseling kesehatan lingkungan di klinik sanitasi selama 2
minggu dari tanggal 10 Februari 2020 sampai 22 Februari 2020 tercatat 5 orang.
pasien yang mana penderita mengalami penyakit kulit, scabies dan hepatitis yang
mana penyebab 2 penyakit tersebut yaitu penyediaan air tidak memenuhi syarat,
kesehatan perorangan jelek, perilaku tidak higenis, lingkungan rumah/ventilasi
kurang baik, lingkungan sekitar rumah tidak terawat, dan perilaku tidak sehat.
2. Kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan yang dilakukan adalah penyelidikan
epidemiologi (PE) penyakit DBD,kunjungan kerumah pasien konseling, inspeksi
pondok pesantren, pemeriksaan sanitasi lingkungan pemukiman, pengawasan sanitasi
jamban keluarga, pengambilan sampel air untuk pemeriksaan kimia dan bakteriologis
dan pengawasan industri rumah tangga.
Penyelidikan epidemiologi (PE) penyakit DBD sebanyak 4 kegiatan, kunjungan
kerumah pasien konseling sebanyak 6 rumah yang menderita penyakit kulit/gatal-
53
gatal dan hepatitis, inspeksi sanitasi pondok pesantren Warasatul fuqaha , inspeksi
sanitasi permukiman sebanyak 3 kelurahan, pengawasan sanitasi jamban keluarga
sebanyak 2 kelurahan, inspeksi sanitasi tempat-tempat umum sebanyak 7 tempat,
,pengambilan sampel air sebanyak 10 rumah, dan pengawasan industri rumah tangga
sebanyak 1 industri.
3. Kegiatan intervensi kesehatan lingkungan yang dilakukan adalah pemberian bubuk
abate kepada klien, penyuluhan tentang DBD di tempat-tempat umum. Yang mana
untuk pemberian bubuk abate kepada pasien sebanyak 2 orang dan penyuluhan
tentang DBD di tempat-tempat umum sebanyak 4 kegiatan.
4. Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan dalam dan luar gedung yang dilakukan
dengan rincian 2 penyuluhan luar gedung dengan materi penyakit DBD dan hepatitis,
sedangkan dalam gedung penyuluhan yang dilakukan sebanyak 4 penyuluhan
meliputi penyuluhan tentang penyakit DBD sebanyak 2 kali dan Hepatitis sebanyak 2
kali.
5. Adapun yang ditemukan dalam hasil monitoring 5 pilar STBM yaitu :
a. Dalam pengelolaan sampah masih banyak ditemukan sampah yang berserakan
di lingkungan rumah warga
b. Lingkungan perumahan masih kebanyakan lingkungan kumuh
c. Kurang menerapkan perilaku PHBS
d. Kepadatan penduduk yang tinggi
B. Saran
1. Untuk puskesmas Banjarbaru selatan.
a. Kepada petugas medis/dokter yang ada di poli umum, mtbs, lansia disarankan
merujuk pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan ke ruang klinik
sanitasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
b. Saran utk msalah stbm ?.....
2. Untuk Institusi.
Kepada institusi disarankan agar menambah waktu praktik kerja lapangan
menjadi lebih lama agar pengetahuan dan pengalaman mahasiswa praktik menjadi
54
lebih maksimal dan agar pelaksanaan praktik magang lapangan agar dilaksanakan
sebelum pelaksanaan pembuatan karya tulis ilmiah.
3. Untuk Masyarakat
a. Agar masyarakat memiliki kesadaran bahwa pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan sekitar
b. Agar masyarakat memiliki kesadaran untuk membangun jamban dan septic tank
yang memenuhi persyaratan
c. Agar masyarakat paham akan pentingnya berperilaku hidup sehat dan bersih
d.saran utk limbah ?msyrkat
55