KETATANEGARAAN
OLEH : ARIE SULISTYOKO, S.Sos, M.H
PENGERTIAN KONVENSI
Kritikan Abu Daud Busroh dan Abu Bakar Busroh ini semata
mengacu pada pemikiran A.V. Dicey ketika mengemukakan
konsep konvensi ketatanegaraan, namun harus diingat
bahwa kebiasaan atau praktek ketatanegaraan tidak
berhenti ketika Dicey menulis bukunya sekitar 1885. Justru
sebaliknya praktek ketatanegaraan berkembang terus
mengikuti kebutuhan masyarakat negara-negara modern,
sehingga konvensi ketatanegaraan tidak harus dibatasi pada
suatu tindakan seragam yang dilakukan terhadap obyek yang
sama.
Lanjutan
Dalam perkembangan bernegara ditemukan berbagai
permasalahan ketatanegaraan yang bersifat fundamental
yang perlu ditaati dengan tindakan cepat meski belum diatur
dalam konstitusi atau peraturan ketatanegaraan yang
mendasar lainnnya. Sebenarnya jika diamati secara cermat,
pada setiap tindakan ketatanegaraan itu terjadi pengulangan,
dalam arti kriteria dan unsur pembentukannya tidak jauh
berbeda, meskipun bukan untuk obyek yang sama. Untuk
menanti masalah ini terlebih dahulu diatur dalam konstitusi
adalah tidak mungkin. Jalan satu-satunya agar persolan
tersebut dapat diatasi dengan segera adalah dengan
menempatkannya dalam konvensi ketatanegaraan.
Lanjutan
Lebih jauh Donald A. Romokoy berpendapat bahwa dalam
perkembangan ke depan, fungsi negara juga akan mengalami
pertumbuhan semakin luas, maka kemungkinan peranan
konvensi ketatanegaraan dalam bentuk express agreement
akan semakin penting, sebab banyak tindakan
ketatanegaraan yang bersifat fundamental harus dilakukan
dengan segera oleh penyelenggara negara, padahal tindakan
tersebut belum diatur dalam konstitusi. Tindakan tersebut
dapat menyangkut satu lembaga atau antar lembaga negara.
Fungsi Konvensi Ketatanegaraan
Bila penjelasan umum UUD NRI 1945 dipahami dalam realita konstitusional,
maka kehadiran konvensi merupakan kelengkapan bagi konstitusi atau UUD
NRI 1945 dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan dan perkembangan
zaman.
Perlu diketahui bahwa hampir semua negara-negara modern di dunia
disamping mempunyai konstitusi (UUD yang terulis) Dalam praktik
penyelenggaraan negara mengakui adanya apa yang dilakukan disebut
konvensi. Konvensi selalu ada pada setiap sistem ketatanegaraan, terutama
pada negara – negara demokrasi.
Lanjutan
Di atas telah disinggung UUD NRI 1945 mengakomodasikan adanya hukum-
hukum dasar yang tak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktik
ketatanegaraan yang dinamakan konvensi. Hal ini tentunya tak lepas dari
pandangan modern para penyusun UUD NRI 1945 yang melihat hukum
konstitusi dalam pengertian yang luas, yang mencakup baik hukum tertulis
maupun hukum yang tidak tertulis.
Disamping itu, keterikatan UUD 1945 pada konvensi dikarenakan sifat UUD
NRI 1945 itu sendiri sebagai “ singkat dan supel “ UUD 1945 hanya memuat
37 pasal. Dalam kaitan inilah penjelasan UUD NRI 1945 mengemukakan :
“… kita harus senantiasa ingat kepada dinamika kehidupan masyarakat dan
negara Indonesia. Masyarakat dan negara Indonesia tumbuh, zaman
berubah, terutama pada zaman revolusi lahir batin sekarang ini. Oleh
karena itu, kita harus hidup dinamis, dan melihat segala gerak – gerik
kehidupan masyarakat dan negara Indonesia….”.
Lanjutan
Dari pikiran-pikiran yang dipaparkan diatas dapat diketahui
bagaimana peranan konvensi dalam praktik penyelenggaraan
negara. Kehadiran konvensi bukan untuk mengubah UUD NRI
1945. Oleh karena itu, konvensi tidak boleh bertentangan
dengan UUD NRI 1945, konvensi berperan sebagai
partnership memperkokoh kehidupan ketatanegaraan
Indonesia dibawah sistem UUD NRI 1945.
Praktek Pembentukan Konvensi
Ketatanegaraan di Indonesia
Konvensi ketatanegaraan juga telah tumbuh dan dipraktekkan
dalam penyelenggaraan negara di Indonesia, karena konvensi
ketatanegaran memiliki peranan yang sangat penting untuk
mengatasi berbagai kebutuhan yang mendesak dan belum
diatur dalam konstitusi (UUD 1945) maupun peraturan-
peraturan ketatanegaraan lainnya. Selain itu, kehadiran
konvensi ketatanegaraan juga dianggap penting untuk
mengatasi kebekuan norma yang terkandung dalam UUD 1945
guna menyesuaikannya dengan dinamika masyarakat Indonesia
Beberapa praktek ketatanegaraan yang diterima sebagai
konvensi ketatanegaraan di Indonesia, antara lain