Anda di halaman 1dari 12

KONVENSI KETATANEGARAAN DALAM

PRAKTIK KONSTITUSI DI INDONESIA


Oleh : Dadang Suprijatna, S.H., M.H.

Abstrak

Konvensi Ketatanegaraan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang,


karena diterima dan dijalankan bahkan dapat menggeser peraturan hukum tertulis. Perubahan
konstitusi salah satunya dapat ditempuh melalui konvensi, karena konstitusi terbuka untuk
diadakan evaluasi dan disempurnakan dari waktu ke waktu melalui mekanisme politik. Untuk
mengubah dan menyempurnakan konstitusi di samping bisa dikembangkan melalui
amandemen atau perubahan sebagaimana diatur dalam Pasal 37 Undang-Undang Dasar
1945 bisa juga dilakukan melalui konvensi ketatanegaraan. Konvensi oleh para ahli hukum
ketatanegaraan diakui sebagai salah satu sumber hukum tata negara yang dapat dimanfaatkan
dalam penyusunan sistem penyelenggaraan negara Republik Indonesia sebagai negara hukum
yang berkedaulatan rakyat. Hampir semua negara-negara modern di dunia di samping
mempunyai konstitusi (Undang-Undang Dasar yang tertulis) dalam praktik penyelenggaraan
negara mengakui juga adanya konvensi. Konvensi selalu ada pada setiap sistem
ketatanegaraan, terutama pada negara-negara demokrasi. Untuk Indonesia, konvensi tumbuh
menurut atau sesuai dengan kebutuhan negara Indonesia. Oleh karena itu perlu dipahami
bahwa konvensi tidak dapat di "import" dari sistem ketatanegaraan negara lain yang mungkin
berbeda asas dan karakternya dengan sistem ketatanegaraan Indonesia. Sistem parlementer
yang telah berurat berakar dalam sistem ketatanegaraan di negara-negara barat, sudah
barang tentu tak sesuai dengan sistem ketatanegaraan Indonesia di bawah Undang-Undang
Dasar 1945.

I. Pendahuluan
Anson mempergunakan istilah the custom
Istilah konvensi berasal dari bahasa
of the constitution.2
Inggris convention. Secara akademis
seringkali istilah convention digabungkan Konvensi diumpamakan sebagai
dengan perkataan constitution atau daging dan Undang-Undang
constitutional seperti convention of the Dasar/peraturan ketatanegaraan
constitution.1 Istilah konvensi, pertama kali diumpamakan sebagai tulang. Konvensi
dipergunakan oleh A.V. Dicey yaitu the adalah daging yang melekat dan
convention of the consitution yang membungkus peraturan hukum/Undang-
dihadapkan dengan sebutan the law of the Undang Dasar ketatanegaraan, agar
constitution. Mill, mempergunakan istilah peraturan ketatanegaraan berjalan sesuai
unwritten maxism of the constitution. dengan pertumbuhan atau perkembangan
pemikiran baru. Peraturan ketatanegaraan
merupakan instrumen yang mengatur
kerjasama nasional sedangkan konvensi

1 2
Soebagio, Catatan Kuliah Konvensi Ivor Jennings, The Law of the Constitution, 4 ed.,
Ketatanegaraan pada Program Magister Ilmu University of London Press Ltd, London, 1959.
Hukum Universitas Djuanda-Bogor, Januari 2009 hlm. 80.

18
mengatur agar kerjasama itu terlaksana Dalam penjelasan Undang-Undang
secara efektif. Dasar 1945, terdapat uraian yang
menyatakan sebagai berikut :
Konvensi Ketatanegaraan adalah
"Undang-Undang Dasar suatu negara ialah
kelaziman-kelaziman yang timbul dalam
hanya sebagian dari hukumnya dasar
praktek hidup ketatanegaraan.3 Konvensi
negara itu. Undang-Undang Dasar ialah
Ketatanegaraan juga dapat diartikan
hukum dasar yang tertulis sedang
sebagai perbuatan ketatanegaraan yang
disampingnya Undang-Undang Dasar itu
dilakukan secara berulang-ulang sehingga
berlaku juga hukum dasar yang tidak
dapat diterima dan ditaati dalam praktek
tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang
ketatanegaraan, walaupun ia bukan
timbul dan terpelihara dalam praktek
hukum.4 Menurut C.F. Strong maupun K.C.
penyelenggaraan negara meskipun tidak
Wheare cara perubahan konstitusi salah
tertulis".7
satunya dapat ditempuh melalui konvensi.
Suatu konvensi atau convention (of the Berdasarkan penjelasan tersebut,
convention), kerap diberi pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa kehidupan
sebagai aturan hukum kebiasaan mengenai ketatanegaraan Republik Indonesia
hukum publik; hukum kebiasaan yang tidak menurut Undang-Undang Dasar 1945,
tertulis dibidang ketatanegaraan.5 selain dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah hukum tertulis, harus pula
Konstitusi, terbuka untuk diadakan
memperhatikan dan mentaati kaidah-kaidah
evaluasi dan disempurnakan dari waktu ke
(hukum) yang tidak tertulis. Kecuali hukum
waktu melalui mekanisme politik. Tentu
pidana (Materiil) berdasarkan asas nullum
untuk mengubah dan menyempurnakan
delictum noela puena sene lege ponale,
konstitusi, di samping bisa dikembangkan
semua bidang hukum menerima kehadiran
lewat amandemen atau perubahan
kaidah-kaidah (hukum) tidak tertulis.8
sebagaimana diatur dalam Pasal 37
Dalam hukum tata negara, kehadiran
Undang-Undang Dasar 1945, bisa juga
kaidah-kaidah (hukum) tidak tertulis
dilakukan melalui konvensi-konvensi
sangatlah lazim, bahkan merupakan satu
ketatanegaraan, juga dengan melakukan
judicial interpretation (penafsiran kesatuan sistem hukum tata negara. Dengan
perkataan lain, hukum tata negara sebagai
konstitusi). Maka, peranan Mahkamah
satu subsistem hukum, selalu dilengkapi
Konstitusi dalam menafsirkan konstitusi
dengan kaidah-kaidah (hukum) tidak
melalui perkara-perkara konstitusi bisa
tertulis, itu tumbuh dan berkembang
membantu menyempurnakan kekurangan-
berdampingan dengan kaidah-kaidah
kekurangan Undang-Undang Dasar 1945.6
hukum tertulis. Kehadiran kaidah-kaidah

3
A.K. Pringgodigdo, Kedudukan Presiden Menurut Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia
Tiga Undang-Undang Dasar Dalam Teori dan (ADEKSI), Kamis (7/6), di Jakarta.
7
Praktek, Pembangunan, Jakarta, 1956, hlm. 48. Semua Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945
4
Ismal Suni, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, telah ditiadakan. Dalam Aturan Tambahan Pasal II
Aksara Baru, Jakarta, 1983, hlm. 36. yang baru (Perubahan Ke-IV, 2002) disebutkan :
5
Fockema Andreae, Kamus Istilah Hukum : "Dengan ditetapkannya perubahan Undang-
Belanda-Indonesia, Binacipta, Bandung, 1983, Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara
hlm. 48. Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas
6
Jimly Asshiddiqie, Dalam acara Temu Wicara Pembukaan dan pasal-pasal".
8
Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Hukum Pidana Materiil dalam Pasal 1 ayat (1)
Ketatanegaraan RI untuk Pimpinan dan Anggota KUHPidana Indonesia.

19
(hukum) tidak tertulis ini diakui sebagai Indonesia sebagai negara hukum
salah satu sumber penting hukum tata konstitusional yang berkedaulatan rakyat.
negara. Pemahaman atas konvensi juga penting
untuk dapat membedakannya dengan
Memperhatikan bunyi penjelasan,
ketentuan hukum tata negara tidak tertulis
pengertian hukum dasar tidak tertulis disini
seperti hukum tata negara adat, terutama
lebih cenderung kepada pengertian
perbedaan kekuatan mengikat dan tata cara
konvensi, bukan hukum adat sebagai yang
penegakannya.10
lazim kita kenal dalam masyarakat
Indonesia maupun pelajaran hukum di
Indonesia, apalagi hukum yurisprudensi.
Kecendrungan pengertian ini didasarkan II. Pembahasan
pada anak kalimat yang berbunyi "aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara A. dan Fungsi Konvensi dalam
dalam praktek ketatanegaraan negara Praktik Ketatanegaraan di
meskipun tidak tertulis". Sedangkan hukum Indonesia
adat berasal dari adat istiadat dan putusan- Istilah konvensi berasal dari bahasa
putusan penguasa adat.9 Walaupun Inggris convention. Secara akademis
demikian tidak atas kaidah hukum tertulis seringkali istilah convention digabungkan
(peraturan perundangan-undangan) dan dengan perkataan constitution atau
konvensi. Ketentuan hukum tata negara constitutional seperti convention of the
juga terdiri dari hukum adat maupun constitution.11 Istilah konvensi, pertama
yurispridensi. kali dipergunakan oleh A.V. Dicey yaitu
the convention of the consitution yang
Diakuinya konvensi sebagai salah
dihadapkan (vis a vis) dengan sebutan the
satu sendi atau sumber hukum tata negara
law of the constitution. Mill,
Republik Indonesia, menimbulkan
mempergunakan istilah unwritten maxism
kebutuhan untuk mengetahui hakekat dan
of the constitution. Anson mempergunakan
seluk-beluknya. Sebagai negara yang penuh
istilah the custom of the constitution.12
pergolakan, mengalami beberapa kali
penggantian Undang-Undang Dasar Selanjutnya A.V. Dicey yang mula-mula
mempergunakan istilah konvensi sebagai
Republik Indonesia belum pernah
ketentuan ketatanegaraan, menyatakan
mempunyai kesempatan yang cukup dalam
bahwa Hukum Tata Negara (Constitutional
menyelenggarakan suatu pemerintahan
Law) yang terdiri atas dua bagian, yaitu :13
negara yang benar-benar berlandaskan
a. Hukum Kontitusi (The Law of the
sistem konstitusional, sehingga terbentuk
tradisi-tradisi tertentu yang menjadi sendi Constitution) yang terdiri dari :
1). Undang-Undang tentang Hukum
pemerintahan konstitusional yang kokoh.
Tata Negara (Statuta Law).
Karena itu dipandang perlu untuk menelaah
2). Common Law, yang berasal dari
tentang konvensi sebagai salah satu sumber
keputusan-keputusan Hakim
hukum tata negara yang dapat
(Judge-made maxims) dan
dimanfaatkan dalam penyusunan sistem
penyelenggaraan negara Republik
10
Jimly Asshiddiqie, Op., Cit.
9 11
Bintan R. Saragih, Catatan Kuliah Negara Hukum Soebagio, Loc., Cit.
12
dan Demokrasi pada Program Magister Ilmu Ivor Jennings, Loc., Cit.
13
Hukum Universitas Djuanda-Bogor, September AV Dicey, Introduction to the Study of the law
2008 Constitution, 1959.

20
ketentuan-ketentuan dari kebiasaan menjadi kewajiban yang harus ditaati para
serta adat temurun (tradisional). penyelenggara negara. 14
b. Konvensi-konvensi Ketatanegaraan Adapun alasan-alasan kehadiran
(Convention of the Constitution) yang konvensi dalam sistem ketatanegaraan
berlaku dan dihormati dalam kehidupan Republik Indonesia, didorong oleh : 15
ketatanegaraan, walaupun tak dapat a. Konvensi merupakan sub sistem
dipaksakan oleh pengadilan apabila konstitusi yang selalu ada pada setiap
terjadi pelanggaran terhadapnya. negara, tanpa melihat sistem konstitusi
Dari apa yang dikemukakan oleh yang dianut;
A.V. Dicey tersebut jelaslah bahwa b. Republik Indonesia adalah negara yang
konvensi ketatanegaraan harus memenuhi berkedaulatan rakyat. Konvensi
ciri-ciri sebagai berikut : merupakan salah satu sarana untuk
a. Konvensi itu berkenaan dengan hal-hal menjamin pelaksanaan kedaulatan
dalam bidang ketatanegaraan. rakyat;
b. Konvensi tumbuh, berlaku, diikuti dan c. Pada saat ini telah terdapat beberapa
dihormati dalam praktik praktek ketatanegaraan yang oleh
penyelenggaraan negara. sebagian pengamat dipandang sebagai
c. Konvensi sebagai bagian dari konvensi.
konstitusi, apabila ada pelanggaran Ada beberapa praktek ketatanegaraan
terhadapnya tak dapat diadili oleh yang sudah menjadi konvensi, yaitu : 16
badan pengadilan. 1. Konvensi yang terbentuk berdasarkan
Adapun contoh konvensi ketentuan-ketentuan Tata Tertib DPR,
ketatanegaraan (Convention of the MPR, (dan DPD).
Constitution) adalah meliputi : 2. Konvensi dalam pembuatan perjanjian
a. Raja harus mensahkan setiap rencana internasional,
undang-undang yang telah disetujui 3. Pidato Presiden setiap tanggal 16
oleh kedua majelis dalam parlemen. Agustus,
b. Majelis tinggi tidak akan mengajukan 4. Pengesahan Rancangan Undang-undang
sesuatu rencana undang-undang yang telah disetujui DPR,
keuangan (money bill). 5. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
c. Menteri-menteri meletakan jabatan 6. Agama yang dianut Presiden dan Wakil
apabila mereka tidak mendapat Presiden
kepercayaan dari majelis rendah. Adapun praktek ketatanegaraan yang
Semua contoh tersebut dalam dikembangkan menjadi konvensi, yaitu : 17
kehidupan ketatanegaraan diterima dan 1. Pertanggungjawaban Wakil Presiden
ditaati, walaupun ia bukan hukum dalam terhadap MPR,
arti sebenarnya. Dari ketentuan-ketentuan 2. Pertimbangan regional dalam pemilihan
tersebut di atas dapat diketahui bahwa Presiden, Wakil Presiden dan
konvensi itu berkembang karena kebutuhan Pengangkatan Menteri,
dalam praktik penyelenggaraan negara.
Konvensi dapat terjadi melalui suatu 14
praktik berulang-ulang yang tumbuh Soebagio, Loc., Cit.
15
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, FH UII
PRESS, Yogyakarta, 2006, hlm. 98.
16
Ibid, hlm. 99-107
17
Ibid, hlm. 108-121

21
3. Keikutsertaan DPR dalam penyelenggaraan negara meskipun tidak
pengangkatan Menteri, tertulis".19
4. Wewenang Presiden dalam membuat Menggaris bawahi penjelasan
atau memasuki persetujuan dengan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dapat
Negara lain, disimpulkan bahwa kehidupan
5. Masa jabatan Presiden dan Wakil ketatanegaraan Republik Indonesia selain
Presiden, dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
6. Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa hukum tertulis (Undang-Undang Dasar),
Keuangan (BPK) juga memperhatikan kaidah-kaidah hukum
7. Pelaksanaan perubahan UUD yang yang tak tertulis. Kaidah-kaidah hukum
telah disetujui rakyat dalam suatu yang tak tertulis itu tumbuh dan
referendum, berkembang berdampingan secara paralel
8. Pengesahan undang-undang yang telah dengan kaidah-kaidah hukum yang tertulis.
disetujui DPR,
9. Syarat tidak pernah dipidana penjara Di dalam khasanah ilmu pengetahuan
untuk menjadi calon atau memangku hukum tata negara aturan-aturan dasar yang
suatu jabatan, tertulis itu disebut konvensi sebagaimana
10. Tentang asas tidak berlaku surut (asas dijelaskan di atas. Sedangkan konstitusi
non retroaktif) dalam pengertian yuridis adalah suatu
naskah tertulis yang mengatur
Konvensi Ketatanegaraan keorganisasian negara yang didalamnya
mempunyai kekuatan hukum yang sama memuat semua bangunan negara, dan
dengan undang-undang, karena diterima sendi-sendi Sistem Pemerintahan Negara.
dan dijalankan, bahkan sering kebiasaan
(konvensi) ketatanegaraan menggeser Permasalahan yang sering
peraturan-peraturan hukum yang tertulis.18 dipertanyakan ialah bagaimana hubungan
konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945
B. Kedudukan dan Fungsi Konvensi dengan konvensi. Mengapa ada konvensi di
terhadap Undang-Undang Dasar samping konstitusi (Undang-Undang Dasar
1945 1945) ? Untuk menjawabnya perlu
Undang-Undang Dasar 1945 dipahami
Penjelasan Umum Undang-Undang dalam realita konstitusional, maka tak dapat
Dasar 1945 secara tegas menyatakan bahwa tidak kehadiran konvensi merupakan
: kelengkapan bagi konstitusi atau Undang-
"Undang-Undang Dasar suatu negara ialah Undang Dasar 1945 dalam rangka
hanya sebagian dari hukumnya dasar memenuhi tuntutan kebutuhan dan
negara itu. Undang-Undang Dasar ialah
perkembangan zaman.20
hukum dasar yang tertulis sedang
disampingnya Undang-Undang Dasar itu Perlu diketahui bahwa hampir semua
berlaku juga hukum dasar yang tidak negara-negara modern di dunia di samping
tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang mempunyai konstitusi (Undang-Undang
timbul dan terpelihara dalam praktek Dasar yang tertulis) dalam praktik
penyelenggaraan negara mengakui adanya
apa yang disebut konvensi. Konvensi selalu
19
Semua Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945,
Loc., Cit.
18 20
Soebagio, Loc., Cit. Soebagio, Loc., Cit.

22
ada pada setiap sistem ketatanegaraan, Dari bunyi penjelasan tersebut maka
terutama pada negara-negara demokrasi.21 tidak dapat tidak, dalam rangka
menampung dinamika tersebut dan
Untuk Indonesia, konvensi tumbuh
melengkapi hukum dasar tertulis yaitu
menurut atau sesuai dengan kebutuhan
Undang-Undang Dasar 1945 yang singkat,
negara Indonesia. Oleh karena itu perlu
maka kiranya konvensi merupakan salah
dipahami bahwa konvensi tidak dapat di
satu alternatif rasional yang harus dan dapat
"import" dari sistem ketatanegaraan negara
diterima secara konstitusional dalam
lain yang mungkin berbeda asas dan
praktik penyelenggaraan negara Indonesia.
karakternya dengan sistem ketatanegaraan
Maka sesuai dengan amanat Undang-
Indonesia. Sistem parlementer yang telah
Undang Dasar 1945 kiranya tidak
berurat berakar dalam sistem
berlebihan apabila melalui konvensi-
ketatanegaraan di negara-negara barat,
konvensi diharapkan dinamika kehidupan
sudah barang tentu tak sesuai dengan
masyarakat Indonesia yang sedang
sistem ketatanegaraan Indonesia di bawah
membangun dan berkembang ke arah
Undang-Undang Dasar 1945.
masyarakat modern dapat tertampung.23
Di atas telah disinggung, Undang-
Dari pemikiran yang dipaparkan di
Undang Dasar 1945 mengakomodasi
atas dapat diketahui bagaimana peranan
adanya hukum-hukum dasar yang tak
konvensi dalam praktik penyelenggaraan
tertulis yang timbul dan terpelihara dalam
negara. Kehadiran konvensi bukan untuk
praktik ketatanegaraan yang dinamakan
mengubah Undang-Undang Dasar 1945.
konvensi. Hal ini tentunya tak lepas dari
Oleh karena itu, konvensi tidak boleh
pandangan modern para penyusun Undang-
bertentangan dengan Undang-Undang
Undang Dasar 1945 yang melihat hukum
Dasar 1945, konvensi berperan sebagai
konstitusi dalam pengertian yang luas, yang
partnership memperkokoh kehidupan
mencakup baik hukum tertulis maupun
ketatanegaraan Indonesia di bawah sistem
hukum yang tidak tertulis.22
Undang-Undang Dasar 1945.
Disamping itu keterikatan Undang-
Jadi kehadiran konvensi bukan untuk
Undang Dasar 1945 pada konvensi
mengubah sendi konstitusional yang sudah
dikarenakan sifat Undang-Undang Dasar
1945 itu sendiri sebagai "singkat dan ada. Konvensi lebih berfungsi sebagai cara-
supel". Dalam kaitan inilah Penjelasan cara untuk memungkinkan kehidupan
konstitusional berjalan lebih pasti dan
Undang-Undang Dasar 1945
sesuai dengan tuntutan perkembangan
mengemukakan :
keadaan. Konvensi yang nampaknya
"......kita harus senantiasa ingat kepada
mengubah Undang-Undang Dasar seperti
dinamika kehidupan masyarakat dan negara
yang diutarakan Wheare adalah justru
Indonesia. Masyarakat dan negara
dalam rangka memperkokoh sendi-sendi
Indonesia tumbuh, zaman berubah,
yang terkandung dalam Undang-Undang
terutama pada zaman revolusi lahir batin
Dasar. Misalnya, Pengakuan Undang-
sekarang ini. Oleh karena itu, kita harus
Undang Dasar atas hak-hak prerogatif
hidup secara dinamis, dan melihat segala
kepala negara atau kebebasan bertindak
gerak-gerik kehidupan masyarakat dan
negara Indonesia....".
23
Usep Ranawidjaja, Hukum Tata Negara
21
Bagir Manan, Op., Cit. hlm. 64 Indonesia, Dasar-dasarnya, Ghalia Indonesia,
22
Ibid, hlm. 65 Jakarta, 1983, hlm 66

23
lainnya, kalau tidak disertai konvensi yang C. Konvensi dalam Penyelenggaraan
mengatur tata cara pelaksanaannya, dapat Negara Dewasa Ini
terjadi penyalahgunaan atas kekuasaan Dalam perjalanan sejarah
tersebut. Tidak kalah pentingnya, peranan ketatanegaraan Republik Indonesia yaitu
konvensi dalam menyesuaikan peraturan sejak ditetapkan Undang-Undang Dasar
hukum ketatanegaraan (terutama yang 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945,
tertulis) dengan perkembangan atau tercatat adanya beberapa konvensi dalam
perubahan pandangan politik dan praktik penyelenggaraan negara. Dalam
sebagainya. kurun waktu pertama berlakunya Undang
Demokratisasi baik dalam undang Dasar 1945 yaitu sejak tanggal 18
perwujudan maupun pengawasan Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember
pemerintahan dapat lebih dikembangkan 1949, maupun kurun waktu kedua yaitu
melalui konvensi tanpa harus mengubah sejak Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959
secara formal peraturan hukum sampai sekarang, dapat kita telusuri
ketatanegaraan yang berlaku. Konvensi terjadinya berbagai konvensi
yang menentukan bahwa kepala negara ketatanegaraan di Indonesia. Sebagaimana
tidak akan menolak mengesahkan telah disinggung di atas hadirnya konvensi
rancangan undang-undang yang telah adalah hal yang wajar, karena Undang-
disetujui badan perwakilan rakyat Undang Dasar 1945 mengakomodasi
(parlemen), adalah dalam rangka lebih adanya hukum dasar yang tak tertulis yang
memperkokoh pelaksanaan kedaulatan timbul dan terpelihara dalam praktik
rakyat dan pengawasan terhadap kepala penyelenggaraan negara. Dengan
negara.24 Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945, terjadi perubahan dalam
Konvensi pertama-tama berfungsi
penyelenggaraan pemerintahan di
memelihara agar peraturan hukum
Indonesia, yaitu dengan digantinya Kabinet
ketatanegaraan dapat mengikuti perubahan
Presidensial menjadi Kabinet Parlementer.
masyarakat dan perubahan pandangan
Akibat perubahan itu kekuasaan eksekutif
dalam bidang politik. Selanjutnya, konvensi
berfungsi pula agar penyelenggaraan yang semula berada pada Presiden
Soekarno beralih kepada Perdana Mentri
negara dapat menjalankan
(Syahrir). Terlepas dari adanya anggapan
pemerintahannya. Karena itu sungguh tepat
bahwa perubahan disebut adalah
apabila A.V. Dicey menekankan bahwa
penyimpangan dari Kabinet Presidensial
konvensi itu menentukan tentang arah
yang dianut oleh Undang undang Dasar
(mode), bukan pada isi atau subtansi.
Dalam arti luas, konvensi menentukan cara- 1945, namun menurut Mentri Penerangan
RI pada waktu itu perubahan sistem
cara melaksanakan berbagai peraturan
tersebut adalah ditimbulkan dengan cara
hukum ketatanegaraan yang sudah ada.
kebiasaan politik (convention). Perubahan
Atau lebih luas lagi, peninjauan terhadap
ke arah sistem parlementer ini tidak diatur
konvensi tidak dapat terlepas dari paham
oleh Undang-Undang Dasar 1945,
tentang konstitusi atau konstitualisme.25
melainkan karena konvensi ketatanegaraan.
Dalam bukunya Undang undang Dasar
Sementara Republik Indonesia, Prof.
Soepomo menyatakan dengan Kabinet
24
Bagir Manan, Op., Cit, hlm. 84-85 Syahrir telah timbul konvensi
25
Ibid., hlm. 79-80

24
ketatanegaraan mengenai kabinet b. Diperkenankannya "Referendum"
Parlementer.26 dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia lewat TAP No.
Dalam kurun waktu berlakunya
IV/MPR/1983 untuk memperkecil
kembali Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
kemungkinan mengubah Undang-
sejak Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959,
Undang Dasar 1945.
sejarah ketatanegaraan Indonesia juga
mencatat adanya konvensi-konvensi yang Persoalan yang muncul ialah disatu
timbul dan terpelihara dalam praktik pihak secara formal Undang-Undang Dasar
penyelenggaraan negara. Seperti kita 1945 harus dilestarikan dan dipertahankan
ketahui, pada priode Orde Lama, setiap dengan tidak mengubah kaidah-kaidah
tanggal 17 Agustus Presiden Republik yang tertulis dalam Undang-Undang Dasar
Indonesia mempunyai kebiasaan untuk 1945 itu sendiri. Di pihak lain diakui,
berpidato dalam suatu rapat umum yang bahwa Undang-Undang Dasar 1945 seperti
mempunyai kualifikasi tertentu, seperti yang terdapat dalam penjelasan :"Memang
rapat raksasa, rapat samudra dan lainnya. sifat aturan itu singkat. Oleh karena itu,
Dalam pidato itu dikemukakan hal-hal makin supel (elastic) sifat aturan itu makin
dibidang ketatanegaraan. Namun dibawah baik. Jadi kita harus menjaga supaya sistem
Orde Baru kebiasaan di atas telah Undang-Undang Dasar jangan sampai
ditinggalkan, sebagai gantinya pada setiap ketinggalan zaman". Bagaimanakah
tanggal 16 Agustus Presiden Republik mempertemukan kedua prinsip tadi ? Di
Indonesia menyampaikan pidato satu pihak Undang-Undang Dasar 1945
kenegaraan dihadapan Sidang Paripurna tidak boleh diubah, dipihak lain harus
Dewan Perwakilan Rakyat.27 dijaga supaya sistem Undang-Undang
Dasar 1945 jangan sampai ketinggalan
Sebagaimana telah kita ketahui
zaman.28
bahwa dibawah pemerintahan Orde Baru
telah diikrarkan tekad untuk melaksanakan Menghadapi kedua prinsip ini, jalan
Undang-Undang Dasar 1945 secara murni yang ditempuh adalah mengatur cara
dan konsekuen. Hal ini berarti juga melaksanakan Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Dasar 1945 harus 1945. Salah satu bentuk ketentuan yang
dilestarikan. Upaya pelestarian ditempuh mengatur cara melaksanakan Undang-
antara lain dengan cara tidak Undang Dasar 1945 adalah konvensi.
memperkenankan Undang-Undang Dasar Disinilah arti dinamik dari gagasan
1945 diubah. Untuk keperluan itu telah melestarikan Undang-Undang Dasar 1945,
ditempuh upaya hukum antara lain : artinya mempertahankan agar Undang-
a. Melalui TAP No. I/MPR/1983, Pasal Undang Dasar 1945 mampu menyesuaikan
104 : "Majelis berketetapan untuk dengan perkembangan zaman.
mempertahankan Undang-Undang
Dasar 1945, tidak berkehendak dan D. Seputar Masalah Kedudukan
tidak akan melakukan perubahan Dan Fungsi Konvensi Di Masa
terhadapnya serta akan Datang (Suatu Rekomendasi)
melaksanakannya secara murni dan Bukanlah hal yang tidak mungkin
konsekuen". bahwa persoalan-persoalan ketatanegaraan
Indonesia yang akan datang bertambah
26
Bintan R. Saragih, Loc., Cit.
27 28
Soebagio, Loc., Cit. Soebagio, Loc., Cit.

25
kompleks sesuai dengan tuntutan dan presiden adalah juga pembantu presiden di
kebutuhan perkembangan zaman. Dinamika samping menteri-menteri. Kendatipun
kehidupan kemasyarakatan akan membawa wakil presiden dipilih oleh MPR tetapi
banyak konsekuensi dibidang potik dan UUD 1945 secara eksplisit tidak mengatur
ketatanegaraan Indonesia. Sejauhmana pertanggungjawaban wakil presiden kepada
UUD 1945 dapat memberi alternatif MPR. Penjelasan Undang undang Dasar
jawaban terhadap hal ini, pokok ukurannya 1945 hanya memberi keterangan tentang
adalah UUD 1945 itu sendiri. Dengan pertanggungjawaban presiden yang
demikian perlu sekali lagi ditegaskan "Bertunduk dan bertanggung jawab kepada
penjelasan UUD 1945 yang menyatakan majelis". Presiden adalah mandataris
bahwa :29 majelis. Karena kedudukan konstitusional
"....oleh karena itu, kita harus hidup secara wakil presiden adalah pembantu presiden,
dinamis, harus melihat segala gerak gerik maka akhirnya presiden yang juga
kehidupan masyarakat dan negara bertanggung jawab atas segala tindakan
Indonesia. Berhubung dengan itu janganlah pemerintahan, termasuk pelanggaran
tergesa-gesa memberi kristalisasi, memberi haluan negara atau Undang undang Dasar
bentuk (gestaltung) kepada pikiran-pikiran 1945 oleh wakil presiden.
yang masih mudah berubah, oleh karena 2. Komposisi menteri-menteri kabinet
itu, makin soepel sifatnya aturan itu, makin berdasarkan pertimbangan kekuatan
baik..." Sospol
Visi dari penyusun konstitusi kita Pasal 17 UUD 1945 menyatakan
yang sengaja membuat UUD 1945 bersifat bahwa menteri menteri adalah pembantu
"singkat dan soepel", tentunya mempunyai presiden. Dengan demikian presiden bebas
jangkauan yang luas dan jauh kedepan untuk mengangkat dan memberhentikan
sebagai alternatif jawaban dalam rangka menteri. Dalam mengangkat menteri,
mengtur kehidupan ketatanegaraan presiden adalah formatur tunggal. Ini
Indonesia dengan memandang hukum sebagai salah satu konsekuensi dari asas
konstitusi itu dalam arti yang luas (hukum yang dianut oleh UUD 1945 yakni
dasar tertulis dan yang tidak tertulis). kekuasaan dan tanggung jawab di tangan
presiden. Namun demikian tanpa
Oleh karena itu, setelah dikemukakan
mengurangi wewenang tersebut, perlu juga
beberapa praktik ketatanegaraan yang
dipikirkan agar dalam praktik
sudah berjalan, maka dalam proses
ketatanegaraan yang akan datang
penyelenggaraan negara yang akan datang
penempatan menteri menteri kabinet
beberapa hal yang mungkin dapat
dikembangkan menjadi konvensi antara disamping mementingkan unsur keahlian
dan kesamaan pandangan politik, perlu pula
lain :30
dipertimbangkan basis politik menteri
1. Pertanggungjawaban wakil presiden
menteri yang mencerminkan kekuatan-
terhadap MPR
kekuatan sosial/politik yang terdapat di
Pasal 4 ayat (2) UUD 1945 hanya dalam masyarakat. Sehingga dengan
menyebutkan bahwa dalam menjalankan demikian pemerintah atau kabinet akan
pemerintahan negara, presiden dibantu oleh mendapat dukungan dari seluruh kekuatan
wakil presiden. Secara konstitusional wakil sosial/politik yang diakui. Hal ini sesuai
pula dengan konsep negara integralistik
29
Bintan R. Saragih., Loc., Cit. yang dicita-citakan.
30
Ibid

26
3. Sebuah undang undang sebelum tumbuh untuk menjadi konvensi dalam
disahkan presiden terlebih dahulu kehidupan ketatanegaraan Republik
disampaikan kepada Mahkamah Agung. Indonesia.
Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 mengatur
bahwa UUD 1945 merupakan produk III. Kesimpulan
bersama antara presiden dengan DPR. Kehadiran konvensi bukan untuk
Persoalannya adalah terhadap sebuah mengubah Undang-Undang Dasar 1945.
undang undang yang telah diproduk oleh Oleh karena itu, konvensi tidak boleh
presiden dan DPR, lembaga negara bertentangan dengan Undang-Undang
manakah yang mempunyai wewenang Dasar 1945, konvensi berperan sebagai
untuk mengujinya ? Terhadap persoalan partnership memperkokoh kehidupan
semacam ini masing-masing negara ketatanegaraan Indonesia di bawah sistem
mempunyai sistem atau cara sendiri- Undang-Undang Dasar 1945.
sendiri. Jadi kehadiran konvensi bukan untuk
Undang undang Dasar 1945 tidak mengubah sendi konstitusional yang sudah
mengatur hak menguji material Mahkamah ada. Konvensi lebih berfungsi sebagai cara-
Agung. Hal ini dikarenakan UUD 1945 cara untuk memungkinkan kehidupan
tidak mengenal teori Trias Politica, konstitusional berjalan lebih pasti dan
sedangkan hak menguji material hanya sesuai dengan tuntutan perkembangan
dijumpai dalam negara-negara yang keadaan. Konvensi yang nampaknya
menganut teori Trias Politica. Namun mengubah Undang-Undang Dasar seperti
praktik ketatanegaraan yang akan datang yang diutarakan Wheare adalah justru
untuk menjaga pelaksanaan UUD 1945 dalam rangka memperkokoh sendi-sendi
secara murni dan konsekuen, agar tidak yang terkandung dalam Undang-Undang
terjadi penyimpangan dalam pembuatan Dasar. Misalnya, Pengakuan Undang-
berbagai undang undang, maka kiranya Undang Dasar atas hak-hak prerogatif
perlu dipertimbangkan cara-cara untuk kepala negara atau kebebasan bertindak
menjaga konstitusionalitas sebuah undang lainnya, kalau tidak disertai konvensi yang
undang.Salah satu alternatif sebelum mengatur tata cara pelaksanaannya, dapat
presiden mengundangkan suatu undang terjadi penyalahgunaan atas kekuasaan
undang yang telah disetujui DPR, undang tersebut. Tidak kalah pentingnya, peranan
undang tersebut telah terlebih dahulu perlu konvensi dalam menyesuaikan peraturan
disampaikan kepada Mahkamah Agung, hukum ketatanegaraan (terutama yang
untuk diperiksa ada tidaknya hal-hal yang tertulis) dengan perkembangan atau
bertentangan dengan UUD. Hal ini sesuai perubahan pandangan politik dan
dengan bunyi Pasal 11 ayat (2) TAP MPR sebagainya.
No. III/MPR/1978 yang menyatakan : Konvensi pertama-tama berfungsi
"Mahkamah Agung dapat memberikan memelihara agar peraturan hukum
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang ketatanegaraan dapat mengikuti perubahan
hukum baik diminta maupun tidak, kepada masyarakat dan perubahan pandangan
lembaga-lembaga tinggi negara". dalam bidang politik. Selanjutnya, konvensi
Demikian beberapa praktik berfungsi pula agar penyelenggaraan
ketatanegaraan (konvensi) atau negara dapat menjalankan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat pemerintahannya. Karena itu sungguh tepat

27
apabila A.V. Dicey menekankan bahwa perubahan dalam penyelenggaraan
konvensi itu menentukan tentang arah pemerintahan di Indonesia, yaitu dengan
(mode), bukan pada isi atau subtansi. digantinya Kabinet Presidensial menjadi
Dalam arti luas, konvensi menentukan cara- Kabinet Parlementer. Akibat perubahan itu
cara melaksanakan berbagai peraturan kekuasaan eksekutif yang semula berada
hukum ketatanegaraan yang sudah ada. pada Presiden Soekarno beralih kepada
Atau lebih luas lagi, peninjauan terhadap Perdana Mentri (Syahrir). Terlepas dari
konvensi tidak dapat terlepas dari paham adanya anggapan bahwa perubahan disebut
tentang konstitusi atau konstitualisme adalah penyimpangan dari Kabinet
Presidensial yang dianut oleh Undang
Dalam kurun waktu pertama
undang Dasar 1945, namun menurut Mentri
berlakunya Undang undang Dasar 1945
Penerangan RI pada waktu itu perubahan
yaitu sejak tanggal 18 Agustus 1945 sampai
sistem tersebut adalah ditimbulkan dengan
dengan 27 Desember 1949, maupun kurun
cara kebiasaan politik (convention).
waktu kedua yaitu sejak Dekrit Presiden
Perubahan ke arah sistem parlementer ini
tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang, dapat
tidak diatur oleh Undang-Undang Dasar
kita telusuri terjadinya berbagai konvensi
1945, melainkan karena konvensi
ketatanegaraan di Indonesia.
ketatanegaraan.
Dengan Maklumat Pemerintah
tanggal 14 November 1945, terjadi

28
DAFTAR PUSTAKA

 A.K. Pringgodigdo, Kedudukan Presiden Menurut Tiga Undang-Undang Dasar Dalam


Teori dan Praktek, Pembangunan, Jakarta, 1956.
 AV Dicey, Introduction to the Study of the law Constitution, 1959.
 Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, FH UII PRESS, Yogyakarta, 2006.
 Bintan R. Saragih, Catatan Kuliah Negara Hukum dan Demokrasi pada Program Magister
Ilmu Hukum Universitas Djuanda-Bogor, September 2008.
 Fockema Andreae, Kamus Istilah Hukum : Belanda-Indonesia, Binacipta, Bandung, 1983.
 Hukum Pidana Materiil dalam Pasal 1 ayat (1) KUHPidana Indonesia.
 Ismal Suni, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta, 1983.
 Ivor Jennings, The Law of the Constitution, 4 ed., University of London Press Ltd, London,
1959.
 Jimly Asshiddiqie, Dalam acara Temu Wicara Mahkamah Konstitusi dalam Sistem
Ketatanegaraan RI untuk Pimpinan dan Anggota Asosiasi DPRD Kota Seluruh
Indonesia (ADEKSI), Kamis (7/6), di Jakarta.
 Soebagio, Catatan Kuliah Konvensi Ketatanegaraan pada Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Djuanda-Bogor, Januari 2009
 Undang-Undang Dasar 1945.
 Usep Ranawidjaja, Hukum Tata Negara Indonesia, Dasar-dasarnya, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1983.

29

Anda mungkin juga menyukai