Anda di halaman 1dari 12

UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

NAMA KELOMPOK
1. BINTANG MALDI ARMETYAN (6)
2. CINTA DWI LESTARI (7)
3. DANA FITRI LAKSMIWATI (8)
4. DAVID MASSALF (9)
5. JADHUK PRAKOSO (17)
6. PUTRI ROHMATUS SANIYAH (28)

SMA NEGRI 1 GUBUG


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
A. Pengenalan Konstitusi dalam Pengalaman Hidup Sehari-hari

Kata konstitusi dalam bahasa Inggris dan Prancis “constitutiorf berasal dari bahasa
Latin “constitutid’. yang kurang lebih berarti “das'arsusunan badan”. Seperti halnya dengan
manusia mempunyai konstitusi yaitu susunan bagian-bagian organ-organ yang masing-
masing-mempunyai kedudukanjdan fungsinya sendiri-sendiri tetapi bersama-sama
merupakan suatu rangkaian kerja sama yang harmonis, begitupun halnya dengan negara.
Maka konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan badan politik, yang bernama
negara.

1. Mengenal Konstitusi
Konstitusi merupakan undang-undang yang bertujuan sebagai tempat berdiri
kokohnya sebuah negara. Di dalam ketatanegaraan Indonesia konstitusi diartikan
sama dengan undang-undang yang menjadi dasar hukum dan memiliki peraturan yang
sifatnya mengikat bagi masyarakat di dalam sebuah negara. Di Indonesia sendiri
konstitusi adalah UUD 1945 yang menjadi acuan dasar bagi seluruh peraturan atau
undang-undang yang berlaku di Indonesia sesuai dengan UU No.12 Tahun 2011.
Konstitusi bersumber dari dasar negara. Norma hukum di bawah dasar negara isinya
tidak boleh bertentangan dengan norma dasar. Isi norma tersebut bertujuan mencapai
cita-cita yang terkandung dalam dasar negara. Dasar negara merupakan cita hukum
dari negara. Jadi kaitan antara dasar negara dengan konstitusi adalah dasar negara
menjadi sumber bagi penyusunan koaslitusi. Konstitusi sebagai norma hukum di
bawah dasar negara haru bersumber dan berdasar pada dasar negara.
a. Pengertian Konstitusi

Aturan tata tertib hidup bernegara yang menjadi dasar segala tindakan dalam
kehidupan negara sering disebut sebagai hukum dasar atau konstitusi. Konstitusi
sering disebut sebagai undang-undang dasar, meskipun arti konstitusi itu sendiri
adalah hukum dasar yang tertuliskan dan tidak tertulis. Undang-undang dasar
tergolong hukum dasar yang tertulis, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis
adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis ini
sering disebut konvensi. Dikatakan knnvensi karena memiliki berbagai sifat yang
dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Merupakan kebiasaan yang berulang-ulang dan terpelihara dalam praktik


penyelenggaraan negara.

2) Tidak bertentangan dengan undang-undang dasar dan berjalan sejajar.

3) Diterima oleh seluruh rakyat.

4) Bersifat pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak


terdapat dalam undang-undang dasar.

5) Secara etimologi kata konstitusi berasal dari bahasa Prancis, constituir sama
dengan membentuk = pembentukan suatu negara/menyusun dan menyatakan
sebuah negara. Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai
pembentukan negara. Bahasa Belanda konstitusi = Groungwet = undang-undang
dasar (ground = Dasar, wet = undang- undang. Di Jerman kata konstitusi dikenal
dengan istilah Grundgeset, yang berarti Undang- A undang dasar (grund = dasar,
gesetz = undang-undang.

6) Secara terminologi konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-


ketentuan hukum yang dibentuk unsur mengatur fungsi dan struktur lembaga
pemerintahan termasuk dasar hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat
(rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara?

7) Namun apabila konstitusi dipandang sebagai fundamental laws atau lembaran


hukum "dasar bagi segala kehidupan masyarakat di suatu negara, maka jelaslah
konstitusi menjadi bagian kajian ilmu hukum. Kemudian apabila konstitusi
dipandang sebagai peraturan dasar paling awal bagi pembentukan atau pendirian
sebuah negara, maka konstitusi merupakan bagian dari kajian ilmu negara.
Sementara apabila konstitusi dipandang sebagai lembaran konsensus politik
segenap masyarakat sebuah negara-bangsa, maka jelaslah konstitusi merupakan
bagian dari kajian ilmu politik.

Selain pengertian di atas terdapat pandangan para ahli terkait dengan pengertian
konstitusi yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Pengertian
Penjelasan
Konstitusi Menurut

Konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak


Hermanheller
hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
Dalam konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan
L. J. Van Apeldoorn
tak tertulis.
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Latin cisme yang berarti
Koernimanto
bersama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar
Soetopawiro
berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.
Konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di
Lasalle
dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai
politik.

K. C. Wheare Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara


yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur/memerinlah dalam pemerintahan suatu negara

Setelah pengertian menurut para ahli dan secara umum, terdapat pula pengertian
konstitusi ditinjau dari berbagai arti yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai
tuntutan dari golongan Borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan
konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formal (konstitusi dapat berupa
tertulis) dan konstitusi dalam arti material (konstitusi yang dilihat dari segi isinya).
2) Konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi
sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan.
3) Konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak
asasi serta perlindungannya.
b. Tujuan Konstitusi

Adapun tujuan dari konstitusi yang dapat diuraikan sehagai berikut.


1) Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang maksudnya
tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik
dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela dan bisa merugikan rakyat
banyak.
2) Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang
lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3) Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
c. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
Landasan formal konstitusional peraturan perundang-undangan adalah dimaksudkan
untuk memberikan legitimasi prosedural terhadap pembentukan peraturan perundang-
undangan yang dicantumkan dalam dasar hukum “mengingat” suatu peraturan
perundang-undangan. Sementara landasan materiel konstitusional peraturan
perundang-undangan dimaksu untuk memberikan tanda bahwa peraturan perundang-
undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari pasal-pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicantumkan juga dalam dasar
hukum “mengingat” suatu peraturan perundang-undangan yang (akan) dibentuk.
Landasan materiel konstitusional peraturan perundang-undangan ini kemudian
diuraikan secara ringkas dalam konsiderans "menimbang" dan dituangkan dalam
norma-norma dalam pasal dan/atau ayat dalam batang tubuh dan dijelaskan lebih
lanjut dalam penjelasan suatu peraturan perundang-undangan kalau kurang jelas.

Sebelum dibentuknya Mahkamah Konstitusi dalam perubahan ketiga Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di era Reformasi, undang-undang juga
dapat diuji terhadap undang-undang dasar. Namun pengujiannya bukanlah pengujian
secara yudisial melainkan pengujian secara legislatif atau secara politis
(legislative/Political Review) karena yang mengujinyaadalah lembaga politik atau
lembaga legislatifyaitu Majelis PermTisyawaratan Rakyat (MPR) sebagaimana
dimuat dalam Pasal 5 Ayat (1) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum
dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. TAP MPR ini sebagai pengganti
TAP MPRS No.XX/MPRS/1966.

Landasan koastitusional pembangunan adalah UUD 1945. UUD 1945 merupakan


arahan yang paling dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional
sebagai suatu visi pembangunan nasional guna dijadikan landasan dalam
Keputusan/Ketetatapan MPR, Khusus dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan
empat pokok tujuan pembangunan nasional mencakup; mencerdaskan kehidupan
bangsa, menciptakan kesejahteraan umum, melindungi sbhjri ih tumpah
riarahjndonesia, dan berperan serta dalam membantu ketertiban dunia dan perdamaian
abadi. Landasan operasional pembangunan adalah Keputusan/Ketetapan MPR.
Keputusan/ketetapan MPR terutama ketetapan tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1 merupakan arahan paling dasar sebagai misi pembanguna nasional
lima tahunan guna dijadikan landasan dalam penyusunan pembangunan nasional lima
tahunan. GBHN disusun oleh MPR. Dasar penyusunan GBHN adalah UUD 1945.
d. Sifat UUD RI 1945

Pada dasarnya UUD RI 1945 memiliki sifat sebagai berikut.

1) Singkat artinya UUD RI 1945 hanya memual sendi-sendi pokok hokum dasar
negara Indonesia, yang hanya terdiri dari 37 pasal. Sementara UUD lain memiliki
jumlah pasal yang lebih banyak, misalnya sebagai berikut.
a) UUD S 1950 jumlah pasalnya sebanyak 146.
b) UUD RIS 1949 jumlah pasalnya sebanyak 197.
c) UUD Birma jumlah pasalnya sebanyak 234.
d) UUD Panama jumlah pasalnya sebanyak 291.
e) UUD India jumlah pasalnya sebanyak 395.
2) Fleksibel artinya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat,
karena hanya memuat aturan-aturan yang bersifal pokok, sedangkan aturan-aturan
penyelenggaraan (yang lebih teknis) diserahkan pada peraturan-peraturan yang
tingkatannya lebih rendah seperti undang-undang, PP, dan lain-lain yang lebih
mudah dari segi cara pembuatan atau perubahannya.
2. Sejarah Perubahan Konstitusi UUD NRI Tahun 1945
Pada dasarnya konstitusi (constitutiari berbeda dengan undang-undang dasar
(grundgezets), dikarenakan suatu kekhilafan dalam pandangan orang mengenai
konstitusi pada negara-negara modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian
disamakan dengan undang-undang dasar. Kekhilafan ini disebabkan oleh pengaruh
paham kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum ditulis, demi
mencapai kesatuan hukum, kesederhanaan hukum, dan kepastian hukum- Begitu
besar pengaruh paham kodifikasi, sehingga setiap peraturan hukum karena penting itu
harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu adalah undang-undang dasar. Konstitusi
suatu negara pada hakikatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat
vang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan
semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga
perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara.
Dengan seiring berjalannya waktu, UUD 1945 telah mengalami beberapa kali
perubahan sebagai berikut.
a. Periode Berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

Pada periode ini UUD 1945 tidak mampu dilaksanakan dengan sepenuhnya, hal
tersebut dikarenakan Indonesia sedang memperjuangkan dalam mempertahankan
kemerdekaan. Pada tanggal 16 Oktober 1945 mengeluarkan Maklumat Wakil
Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP
diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Kemudian
pada tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel atau Semi
Parlementer yang pertama, dengan demikian peristiwa ini adalah perubahan
sistem pemerintahan yang dilakukan dengan tujuan agar dianggap lebih
demokratis.

b. Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949-17 Agustus 1950)

Pada masa ini sistem pemerintahan Indonesia adalah parlementer. Bentuk


pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang dalamnya terdiri
dari negara-negara bagian yang masing-masing negara bagian memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.

c. Periode UUD 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959)

Pada periode ini konstitusi yang diterapkan adalah UUDS, sehingga dengan
ditetapkannya UUD Indonesia memberlakukan demokrasi Parlementer yang juga
sering disebut dengan demokrasi liberal. Dalam periode ini terjadi pergantian
kabinet yang selalu silih berganti, hal tersebul sebagai akibat dari pembangunan
yang tidak berjalan lancar, selain itu masing-masing partai lebih memperhatikan
kepentingan Partai atau golongannya. Setelah Negara RI dengan UUDS 1950 dan
system demokrasi liberal yang dialami rakyat Indonesia selama hamper 9 tahun,
maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem demokrasi liberal
tidak sesuai, hal tersebut karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945.

d. Periode Kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 1959-1966)

Pada periode ini muncul situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dijraria
banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan
UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekret Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945
sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara
1950 yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini muncul berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya sebagai
berikut.

1. Presiden mengangkat ketua dan wakil ketua MPR/DPR dan MA serta wakil
ketua DPA menjadi menteri negara.

2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

e. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998)

Pada masa orde Baru (1966-1998), pemerintah menyatakan akan menjalankan


UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa orde Baru,
UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, di antara melalui
sejumlah peraturan yaitu sebagai berikut.

1) Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983

Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR


berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983
tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR
berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat
rakyat melalui referendum.

2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan


pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983. ’

f. Periode UUD 1945 (21 Mei 1998-Sekarang)

Pada masa ini UUD 1945 dilakukan perubahan atau amendemen. Amendemen
adalah perubahan yang dilakukan terhadap suatu kontrak (pasal-pasal dalam
kontrak) yang telah berlaku atau telah ditandatangani.

1. Latar belakang amendemen

Berikut adalah latar belakang dilakukannya amendemen UUD 1945.


a. Membina hubungan yang lebih baik dalam pergaulan internasional.

b. Mengubah tata kelola negara agar lebih baik.

c. Mencegah adanya penyalah gunaan kekuasaan.

d. Memutakhirkan UUD secara tertulis.

e. Mengembangkan kekuasaan lembaga-lembaga negara.

f. Upaya memperbaiki arah perjalanan negara.

g. Mewujudkan visi dan misi reformasi.

2. Tujuan dan maksud dari amendemen UUD 1945

Berikut adalah maksud dan tujuan dari amendemen UUD 1945

a. Menegakkan kedaulatan rakyat dengan menempatkan MPR tidak lagi


sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga negara.

b. Mengontrol kekuasaan presiden yang terlalu besar (executive heavy)


sehingga presiden benar-benar dapat dikontrol.

c. Membuat pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945 yang tidak multitafsir.

d. Membuat tata kelola negara secara demokratis melalui penghormatan


HAM dan otonomi daerah.

3. Jalannya amendemen UUD 1945

Berikut adalah jalanannya amendemen UUD 1945.

a) Amendemen I
Amendemen pertama terhadan UUD 1945 dilakukan dalam sidang MPR
yang dilaksanakan pada tanggal 14-21 Oktober 1999. Pada amendemen
pertama menyempurnakan sembilan Pasal, yakni Pasal 5, Pasal 7, Pasal 9,
dan Pasal 13. Kemudian Pasal 13, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal
21, Terdapat dua perubahan fundamental yang dilakukan, yaitu pergeseran
kekuasaan membentub undang-undang dari Presiden ke DPR, dan
pembatasan masa jabatan presiden selama 5 tahun dan sesudahnya dapat
dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa
jabatan.
b) Amendemen II
Amendemen kedua UUD 1945 dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR
tepatnya pada tanggal 7 hingga 18 Agustus 2010. Pada amendemen
tersebut ada 15 pasal perubahan atau tambahan/tambahan dan perubahan 6
bab. Perubahan yang penting itu ada delapan hal, yaitu sebagai berikut.
1) Otonomi daerah/desentralisasi.

2) Pengakuan serta penghormatan terhadap satuan pemerintahan daerah


yang bersifat khusus atau bersifat istimewa dan terhadap kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya.

3) Penegasan fungsi dan hak DPR. Penegasan NKRI sebagai sebuah


negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-
batas dan hak- haknya ditetapkan dengan undang-undang.

4) Perluasan jaminan konstitusional hak asasi manusia. Sistem pertahanan


dan keamanan negara.

5) Pemisahan struktur dan fungsi TNI dengan Polri.

6) Pengaturan bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan.

c) Amendemen III
Amendemen ketiga dilaksanakan tepatnya pada tanggal 1-9 November
pada Sidang Umum MPR. Terdapat beberapa perubahan/tambahan dan
tiga bab tambahan dalam UUD 1945.
Terdapat perubahan yang mendasar dalam amendemen ketiga ini yaitu
sebagai berikut.
1) Penegasan Indonesja sebagai negara demokratis berdasar hukum
berbasis konstitusionalisme.

2) Perubahan struktur dan kewenangan MPR.

3) Pemilihan presiden dan wakil presiden langsung oleh rakyat.

4) Mekanisme pemakzulan presiden dan/atau wakil presiden.

5) Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah. Pemilihan umum.

6) Pembaharuan kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan.


7) Perubahan kewenangan dan proses pemilihan dan penetapan hakim
agung.

8) Pembentukan Mahkamah Konstitusi.

9) Pembentukan Komisi Yudisial.

d) Amendemen IV
Amendemen keempat dilaksanakan tepatnya pada tanggal 1 hingga 9
Agustus 2012 amendemen dilaksanakan pada sidang umum MPR.
Terdapat 13 pasal, selain itu juga terdapat tiga pasal aturan peralihan, juga
adanya peruban dua bab. Dalam empat kali amendemen UUD 1945
tersebut relatif singkat. Dapat dikatakan dalam proses pembahasannya
amendeme tidak banyak menemui kendala meski pada Sidang MPR
berlangsung alot dan penuh argumentasi.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 merupakan
konstitusi yang berlaku di lndonesia. Konstitusi suatu negara mempunyai dua
sila yaitu bisa diubah dan tidak bisa diubah. Dalam hal ini, UUD 1945
termasuk dalam jenis konstitusi yang bersifat bisa diubah. Namun, ada
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengubah UUD 1945. Berikut
beberapa contoh sikap dalam melaksanakan dan mempertahankan UUD 1945
baik di lingkungan sekolah; rumah dan masyarakat yang dapat diuraikan di
bawah ini.

Contoh sikap Memberi bantuan pada orang yang membutuhkan. Misalnya,

melaksanakan dan orang yang terkena musibah atau bencana alam.


mempertahankan Saling menghargai dan menghormati antar umat beragama.
UUD 1945 di Tidak melakukan hal yang bisa memicu perpecahan di
lingkungan lingkungan masyarakat.
Saling bahu-membahu untuk menciptakan negara yang aman
masyarakat
dan damai.
Contoh sikap Rajin dan giat untuk mewujudkan tujuan Negara Indonesia,
melaksanakan dan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
mempertahankan Selalu berlaku sopan dan jujur pada teman, guru, dan seluruh
UUD 1945 di orang yang terlibat di lingkungan sekolah.
sekolah Hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan upacara bendera. Ini
adalah salah satu bentuk sikap yang menunjukkan cinta negara.
Mengikuti upacara bendera 17 Agustus dan berbagai
perlombaan yang diadakan. Ini dilakukan untuk menghargai jasa
pahlawan yang telahsaat
Saling menghargai membawa kita pada
berpendapat kemerdekaan.
dengan teman.
Tidak membedakan dalam berteman.
Contoh sikap Menyayangi dan bersikap hormat pada seluruh anggota
melaksanakan dan keluarga di rumah.
mempertahankan Bersikap sopan dan santun pada tetangga di sekitar rumah.
UUD 1945 di Tidak membedakan perlakuan pada sesama tetangga.
Menerapkan musyawarah untuk memutuskan masalah baik
rumah
dengan anggota keluarga atau tetangga sekitar.
Mengikuti kegiatan yang diadakan di sekitar rumah.
Menjaga keamanan dan mengikuti peraturan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai