Anda di halaman 1dari 4

Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis “constituer” yang artinya membentuk.

Pemakaian istilah konstitusi


dimaksudkan untuk pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu Negara. Konstitusi bisa
berarti pula peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan Negara. Istilah konstitusi bias dipersamakan dengan
hukum dasar atau undang-undang dasar. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
berikut : (1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan, (2) undang-undang dasar suatu Negara.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menerjemahkan kata Inggris constitution (konstitusi) dengan Undang-Undang
Dasar. Istilah undang-undang dasar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda “Grondwet”. Dalam
bahasa Indonesia, wet diterjemahkan sebagai undang-undang, dan grond berarti tanah. Di Negara-negara yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa nasional, dipakai istilah constitution yang artinya konstitusi.
Pengertian konstitusi dalam praktik dapat berarti lebih luas dari pengertian undang-undang dasar, tetapi ada juga
yang menyamakan dengan pengertian undang-undang dasar.

Konstitusi juga dapat diartikan sebagai hukum dasar. Para pendiri Negara kita (the founding fathers) menggunakan
istilah hukum dasar. Dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan : “Undang-Undang Dasar suatu Negara ialah hanya
sebagian dari hukum dasar Negara itu. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang di samping
Undang-Undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis”. Hukum dasar tidak tertulis
disebut Konvensi.

Dalam naskah rancangan undang-undang dasar Negara Indonesia yang dihasilkan oleh BPUPKI, sebelumnya
juga dipergunakan istilah hukum dasar. Barulah setelah disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 diubah
dengan istilah undang-undang dasar.

Terdapat beberapa definisi konstitusi dari para ahli, yaitu :

(a) Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga :

Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat
sebagai suatu kenyataan.

Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu
kesatuan kaidah hukum. Konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis.

Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tinggi yang berlaku dalam suatu Negara.

Menurutnya pengertian konstitusi lebih luas dari undang-undang dasar.


(b) K.C Wheare mengartikan konstitusi sebagai “keseluruhn system ketatanegaraan dari suatu Negara, berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu Negara.

(d)Prof. Prayudi Atmosurdirdjo merumuskan konstitusi sebagai berikut.

1.Konstitusi suatu Negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan bangsa yang bersangkutan.

2.Konstitusi suatu Negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, kehendak, dan perjuangan bangsa Indonesia.

3.Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan suatu bangsa.

(e) Lassale mengartikan konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang terdapat di dalam masyarakat ,
seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata dalam masyarakat

(f) L.J Van Apeldoorn mengartikan konstitusi memuat baik peraturan yang tertulis maupun tak tertulis.

Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut.

a.Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak tertulis

b.Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu undang-undang dasar. Dalam
pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.

Di negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, undang-undang dasar mempunyai
fungsi khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat semena-mena. Hak-hak warga negara akan lebih dilindungi. Gagasan ini dinamakn konstitusionalisme.
Pada prinsipnya, tujuan konstitusi adalah untuk membatasi kesewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin
hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.

Konstitusionalisme adalah faham mengenai pelembagaan pembatasan kekuasaan pemerintahan secara


sistematis dalam sebuah konstitusi, dengan demikian indikator utama konstitusionalisme adalah adanya konstitusi.
Secara terminologis, Bryce menyebut konstitusionalisme sebagai faham yang menghendaki agar kehidupan
negara didasarkan pada konstitusi, sebagai kerangka masyarakat politik yang diorganisir berdasarkan hukum dan
membentuk lembaga-lembaga permanen dengan tugas dan wewenang tertentu. Dalam konteks modern,
kebutuhan akan naskah konstitusi tertulis merupakan keniscayaan, terutama dalam organisasi yang berbentuk
badan hukum (legal entity) sebagaimana Brian Thompson yang menyatakan bahwa konstitusi adalah aturan
tertulis yang harus dimiliki oleh setiap organisasi, demikian pula negara. Dan memang tidak dapat disangkal bahwa
dewasa ini hampir semua negara memiliki naskah tertulis sebagai UUD (Kecuali Inggris, Selandia Baru dan Israel).
Mark Tushnet menyebutkan bahwa fungsi konstitutif konstitusionalisme adalah keterkaitan antara
konstitusi (constitution) ‘mati’ dengan konstituen (constituent) sebagai konstitusi yang ‘hidup’. Jika negara
menganut kedaulatan rakyat maka sumber legitimasi konstitusi adalah rakyat. Hal inilah yang disebut
constituent power atau kewenangan yang berada di luar sekaligus di atas sistem yang diaturnya.
Menurut William G. Andrew, basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan
(consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkenaan dengan negara. Jika
konsensus atau general agreement itu runtuh maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang bersangkutan.
Tolok ukur tegaknya konstitusionalis-me yang lazim disebut prinsip limited government bersandar pada tiga
elemen kesepakatan (general agreement) yaitu; kesepakatan tentang staatsside; the rule of law; dan format
regiminis yaitu kesepakatan mengenai bentuk institusi dan prosedur ketatanegaraan berkenaan dengan bangunan
organ negara dan prosedur yang mengatur kekuasaannya, hubungan antar organ negara itu satu sama lain, dan
hubungan antar organ negara itu dengan warga negara.

Menurut Abdulkadir Besar Konstitusionalisme merupakan komponen intergral dari pemerintahan demokratik.
Tanpa memberlakukan konstitusionalisme pada dirinya, pemerintahan demokratik tidak mungkin terwujud.
Konstitusionalisme menurutnya memiliki dua arti yakni konstitusionalisme atri-statik dan arti-dinamik.
konstitusionalisme artri-statik berkenaan dengan wujudnya sebagai ketentuan konstitusi yang meskipun bersifat
normatif tetapi berkwalifikasi sebagai konsep dalam keadaan diam yang diinginkan untuk diwujukan. Paham
Konstitusionalisme dalam arti-statik yang terkandung dalam konstitusi, mengungkapkan bahwa konstitusi itu
merupakan kontrak sosial yang didasari oleh ex ante pactum (perjanjian yang ada sebelumnya)
Sedangkan konstitusionalisme dalam arti-dinamik rumusannya bersifat partikal, menunjukan interaksi antar
komponennya, tidak sekedar rumusan yang bersifat yuridik normatif. Tetapi menurut Abdul Kadirbesar baik
konstitusionalisme arti-dinamik bukanlah pengganti dari konstitusionalisme dalam arti-statik. Tiap konstitusi dari
negara demokratik niscahaya mengandung konsep konstitusionalisme dalam arti-statik yang jenis pembatasannya
berbentuk konsep keorganisasian negara dan ia merupakan salah satu komponen dari konstitusionalisme dalam
arti-dinamik. Hal ini bererarti di dalam konstitusionalisme dalam arti-dinamik dengan sedirinya mencakup
konstitusionalisme dalam arti-statik

Oleh karena itu, pada setiap negara hukum dapat dipastikan memiliki konstitusi, hal ini dikarenakan pada negara
hukum, materi muatan hukum itu sendiri dituangkan dalam bentuk tertentu dengan struktur tertinggi yang berupa
konstitusi, baik yang dituangkan dalam dokumen hukum tertulis (written constitutions) maupun tidak tertulis
(unwritten constitutions). Hal ini berkaitan dengan Dalam pengertian konstitusi dalam arti sempit dan dalam arti
luas. Pengertian konstitusi dalam arti sempit hanya meyangkut dokumen hukum saja, yang di dalam mengatur
pembagian kekuasaan negara, fungsi, tugas antar lembaga dan hubungan atara kekuasaan pemerintah dengan
hak-hak rakyat. Jika pada pengertian konstitusi dalam arti sempit hanya meyangkut dokumen hukum saja maka
pengertian konstitusi dalam arti luas tidak hanya menyangkut dokumen hukum saja melainkan juga menyangkut
aspek di luar hukum. Menurut Boligbroke konstitusi dalam arti luas adalah seluruh hukum, institusi dan kebiasaan
yang dilalirkan dari prinsip-prinsip alasan yang pasti dan tertentu, yang membentuk seluruh sistem yang disepakati
masyarakat untuk mengatur dirinya.
Untuk memahami sebuh materi muatan konstitusi, tidak hanya cukup dengan analisa constitusional doctrine, tetapi
perlu adanya pendekatan historical dan institutionals. Hal ini diperlukan untuk melihat konstitusi secara
keseluruhan

Anda mungkin juga menyukai