Anda di halaman 1dari 29

MEMAHAMI KONSTITUSI DALAM TEORI DAN PRAKTIK

Makalah ini Dibuat dan Diajukan


Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu:
Dr.Saharudin Daming.SH.MH

Disusun Oleh :
Kelompok: 2
Nama : Nur Azizah
Kelas : Reguler 1 A
NPM : 221104012087
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRPGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- nya sehingga kami bisa menyusun tugas Pendidikan
Pancasila ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “ Memahami
Konstitusi Dalam Teori Dan Praktik” itu sangat berarti untuk anak bangsa dari mulai
dini.Semuanya perlu dibahas pada makalah ini kenapa memahami konstitusi dalam
teori dan praktik itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Memahami Konstitusi
Dalam Teori Dan Praktik.Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Guru mata kuliah Pendidikan Pancasila.Kepada
pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian
serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai ketatanegaraan.


Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang mendasarinya.
Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang disebut Undang-Undang Dasar, dan
dapat pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum sebuah negara,
yang di dalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan
mengatur tentang distribusi kekuasaan (Distribution of Power) dalam penyelenggaraan
negara. Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum fundamental negara, sebab
konstitusi ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan menjadi acuan bagi
lahirnya aturan-aturan hukum lain yang ada dibawahnya. Konstitusi dalam arti formal
adalah suatu dokumen resmi, seperangkat norma hukum yang hanya dapat diubah di
bawah pengawasan ketentuanketentuan khusus, yang tujuannya adalah untuk
menjadikan perubahan normanorma ini lebih sulit

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang di atas yang telah kami buat mengenai konstitusi, ada beberapa
rumusan masalah, yaitu:

Apakah pengertian, makna dan sejarah konstitusi Negara ?

Apakah sifat dan fungsi konstitusi Negara ?

Apakah nilai dan tujuan dari konstitusi Negara, serta tujuan dari terjadinya perubahan
UUD ?

C. Tujuan
BAB II

A. Memahami Asal Usul Kata Konstitusi Dan Pengertian Para Ahli

Konstitusi adalah hukum dasar negara konstitusi juga sifatnya luas karna selain
mencakup Undang-Undang Dasar, Konstitusi juga mencakup konvensi. Konvensi itu
adalah kaidah tentang penyelenggaraan yang memiliki sifat tidak tertulis dalam
ketatanegaraan, Sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan
yang membentuk dan mengatur serta memerintah dalam pemerintahan suatu negara.

Istilah Konstitusi di Berbagai Negara

Di berbagai negara, istilah konstitusi diselaraskan sesuai dengan


bahasa Negara bersangkutan.Di Perancis konstitusi diistilahkan dengan
constituer atau droit constitutionnel,di Italia diistilahkan dengan diritto
constitutionale,dan di Inggris disebut constitution.

Semantara dalam bahasa latin konstitusi adalah constitutio,di Belanda


digunakan disebut constitutie, di Jerman digunakan istilah verfassung.

Semua istilah dalam berbagai bahasa tersebut diterjemahkan sebagai


"hukum atau prinsip", yang lazim digunakan untuk menggambarkan seluruh
sistem ketatanegaraan suatu negara kumpulan-kumpulan berbagai peraturan
yang membentuk dan mengatur atau mengarahkan pemerintahan.

Pengertian Konstitusi Menurut Ahli

1) Menurut Kamus Oxford Dictionary of Law

Konstitusi dijelaskan sebagai berikut:

- Bahwa konstitusi bukan saja aturan tertulis


- Segala yang diatur tidak hanya berkenaan dengan organ negara dan
fungsinya baik di tingkat pusat dan daerah
- Mekanisme hubungan antara negara dan warganya.
2) Menurut I Dewa Gede Atmadja

Pengertian tentang konstitusi dibedakan menurut definisi dan konseptual.


Menurut definisi dapat dikatakan konstitusi adalah himpunan norma atau kaidah
konstitusi suatu negara yang menyiratkan bahwa konstitusi merupakan dokumen
yang berisi norma atau kaidah-kaidah hukum untuk mengoperasionalkan
penyelenggaraan kekuasaan negara.

Sementara dari segi konseptual,konstitusi adalah norma atau kaidah


hukum yang mengkaji teks yang tersurat dan tersirat di dalam pasal-pasal
Undang-Undang Dasar.

3) Menurut Carl Schmitt

Konstitusi dibagi menjadi 3 (tiga), yakni:

- Konstitusi dalam arti absolut (absoluter verfassungsbegriff), di mana konstitusi


dianggap sebagai kesatuan organisasi yang mencakup semua bangunan hukum
dan organisasi-organisasi di dalam negara.
- Konstitusi dalam arti relatif (relativer verfassungsbegriff), di mana konstitusi
dimaksudkan sebagai penghubung antara kepentingan satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya.
- Konstitusi dalam arti positif (der positive verfassungsbegriff), di mana konstitusi
dihubungkan mengenai ajaran tentang keputusan. Konstitusi dalam arti positif
mengandung arti sebagai keputusan politik tertinggi yang berhubungan dengan
pembuatan peraturan perundang-undangan.

4) Menurut Kenneth Clinton Wheare

Konstitusi digunakan dalam 2(dua) pengertian, yakni:


- Pertama, digunakan untuk menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan
suatu Negara, kumpulan berbagai peraturan yang membentuk dan mengatur atau
mengarahkan pemerintahan.
- Kedua, konstitusi digunakan dalam pengertian yang lebih sempit yang
digunakan untuk menggambarkan kumpulan peraturan yang biasanya dihimpun
dalam satu dokumen atau dalam beberapa dokumen yang berkaitan erat.

5) Menurut Ferdinand Lassalle

Konstitusi terbagi dalam 2 (dua) pengertian yakni pengertian sosiologis dan


yuridis.

- Dalam pengertian sosiologis atau politis (sociologische/ politische begriffe),


konstitusi diartikan sebagai sintesis faktor-faktor kekuatan riil yang
menggambarkan hubungan antara kekuasaan-kekuasaan yang terdapat dengan
nyata dalam suatu negara (parlemen, kabinet, pressure groups, partai politik, dsb).
- Dalam pengertian yuridis (juridische begriff), konstitusi adalah suatu naskah
yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan.

A. Fungsi dan Tujuan konstitusi

Fungsi Konstitusi
Konstitusi memiliki fungsi khusus untuk menentukan dan membatasi
kekuasaan negara, serta menjamin dan melindungi hak-hak warga negara dan hak
asasi manusia (“HAM”). Kekuasaan tersebut harus memiliki batasan yang tegas
dan dengannya penguasa diharapkan tidak memanipulasi konstitusi untuk
kepentingan kekuasaannya sendiri, sehingga hak-hak warga negara akan
terlindungi.

Tujuan dan fungsi konstitusi dalam sebuah negara berubah dari zaman ke
zaman. Sebagai contoh, pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau
oligarki dengan kekuasaan mutlak penguasa ke negara nasional demokrasi,
kedudukan konstitusi adalah sebagai benteng pemisah antara rakyat dengan
penguasa yang kemudian secara bertahap memiliki fungsi sebagai alat rakyat
dalam memperjuangkan kekuasaannya melawan golongan penguasa.

fungsi konstitusi adalah untuk menentukan batas wewenang penguasa,


menjamin hak rakyat dan mengatur jalannya pemerintahan. Dengan kebangkitan
paham kebangsaan, kekuatan pemersatu, dan kelahiran demokrasi sebagai paham
politik, konstitusi menjamin alat negara untuk konsolidasi kedudukan hukum dan
politik. Hal tersebut guna mengatur kehidupan bersama dan untuk mencapai
tujuan konstitusi, yakni cita-citanya dalam bentuk negara.

Tujuan Konstitusi menurut Para Ahli

Menurut Jimly Asshiddiqie, pada umumnya hukum memiliki tiga tujuan pokok,
yaitu:
1. keadilan (justice), sepadan dengan keseimbangan, kepatutan, dan kewajaran;
2. kepastian (certainty atau zekerheid), berkaitan dengan dengan ketertiban dan
ketenteraman; dan
3. kegunaan (utility) yang diharapkan dapat menjamin bahwa semua nilai akan
mewujudkan kedamaian hidup bersama.

Oleh karena konstitusi sendiri adalah dokumen resmi negara hukum yang
dianggap paling tinggi tingkatannya, sehingga tujuan konstitusi sebagai hukum
tertinggi juga untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi.

Undang Undang Dasar 1945 adalah konstitusi resmi indonesia yang terdiri
dari:
1) Pembukaan yang terdiri dari 4 alenia
2) Pasal-pasal yang terdiri dari 37 pasal

Adapun tujuan yang tertinggi dari konstitusi adalah:

1. keadilan
2. ketertiban
3. perwujudan nilai ideal seperti kemerdekaan, kebebasan, kesejahteraan, dan
kemakmuran bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh
para pendiri negara (the founding fathers and mothers).

Sebagai contoh, terdapat empat tujuan negara Indonesia sebagaimana yang


tercantum dalam Alinea ke-IV Pembukaan UUD NRI 1945. Keempat tujuan itu
adalah:

1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia


2. memajukan kesejahteraan umum
3. mencerdaskan kehidupan bangsa dan
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

B. Nilai Dan Sifat Konstitusi

Nilai Konstitusi

1. Nilai Normatif
Apabila suatu konstitusi telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu bukan hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi
merupakan suatu kenyataan (reality) dalam arti sepenuhnya diperlukan dan
efektif. Dengan kata lain Konstitusi itu dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
Sebagai contoh dapat diberikan Konstitusi Amerika Serikat dimana kekuasaan
eksekutif, legislative dan yudikatif menjalankan fungsinya masing masing secara
terpisah.

2. Nilai Nominal
Dalam hal ini konstitusi itu menurut hukum memang berlaku, tetapi
kenyataannya tidak sempurna. Ketidaksempurnaan berlakunya suatu konstitusi ini
jangan dikacaukan bahwa sering kali suatu konstitusi yang tertulis berbeda dari
konstitusi yang di praktekan. Sebab suatu konstitusi itu dapat berubah-ubah, baik
karena perubahan formil seperti yang di cantumkan dalam konstitusi itu sendiri
maupun karena kebiasaan ketatanegaraan umpamanya. Yang dimaksud di sini
bahwa suatu konstitusi itu secara hukum berlaku, namun berlakunya itu tidak
sempurna, karena ada pasal-pasal yang dalam kenyataannya tidak berlaku.

3. Nilai Semantic
Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataan hanya
sekedar untuk memberi bentuk dari tempat yang telah ada dan untuk
melaksanakan kekuasaan politik. Mobilitas kekuasaan yang dinamis untuk
mengatur, yang menjadi maksud yang esensial dari suatu konstitusi diberikan
demi kepentingan pemegang kekuasaaan yang sebenarnya. Jadi dalam hal ini
konstitusi hanya sekedar istilah saja, sedangkan pelaksanaanya selalu dikaikan
dengan kepentingan pihak penguasa. Konstitusi yang demikian nilainya hanya
semantic saja. Pada intinya keberlakuan dan penerapan konstitusinya hanya untuk
kepentingan bagaimana mempertahankan kekuasaaan yang ada.

Sifat Konstitusi

Secara umum, suatu konstitusi memiliki sifat-sifat antara lain, formal dan materiil,
tertulis dan tidak tertulis serta flexibel (luwes) dan rigid (kaku) sebagai berikut :
1. Formal dan Materil

Konstitusi dalam arti formal berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu
ketatanegaraan suatu negara. Dalam pandangan ini suatu konstitusi baru bermakna
apabila konstitusi tersebut telah berbentuk naskah tertulis dan diundangkan, misal
UUD 1945. Konstitusi materiil adalah konstitusi yang jika dilihat dari segi isinya
yang merupakan peraturan bersifat mendasar dan fundamenta. Artinya tidak
semua masalah yang penting harus dimuat dalam konstitusi, melainkan hal-hal
yang bersifat pokok, dasar, atau asas-asasnya saja.

2. Tertulis dan Tidak Tertulis

Membedakan secara prinsipiil antara konstitusi tertulis dan tidak tetulis adalah
tidak tepat , sebuatan konstitusi tidak tertulis adalah tidak tertulis hanya dipakai
untuk dilawankan dengan konstitusi modern yang lazimnya ditulis dalam suatu
naskah atau beberapa naskah. Timbulnya konstitusi tertulis disebabkan karena
pengaruh aliran kodifikasi .Salah satu negara di dunia yang mempunyai konstitusi
tidak tertulis adalah inggris namun prinsip-prinsip yang ada dikonstitusikan dan
dicantumkan dalam undamg-undang biasa seperti bill of rights .

Dengan demikian, suatu konstitusi tertulis apabila dicantumkan dalam suatu


naskah atau beberapa naskah , sedangkan yang tidak tertulis dalam suatu naskah
tertentu melainkan dalam banyak hal yang diatur dalam konvensi-konvensi atau
undang-undang biasa.

Sifat Flexibel (luwes) dan Rigid (kaku)


Naskah konstitusi atau undang-undang dasar dapat bersifat flexsibel atau rigid.
Menurut kusnardi dan Harmaily ibrahim untuk menentukan suatu konstitusi itu
bersifat rigid dapat dipakai ukuran.

C. Syarat Dan Lingkup Konstitusi

Syarat Kostitusi :

1. Adanya asas legalitas yang berarti pemerintah bertindak semata-mata atas dasar
hukum yang berlaku.
2. Adanya kebebasan dan kemandirian kekuasaan kehakiman terutama dalam
fungsinya untuk menegakkan hukum dan keadilan.
3. Adanya jaminan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
4. Adanya pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi atau hukum dasar.

Ruang lingkup konstitusi :

Konstitusi tidak sja aturan yang tertulis,namun juga mengenai apa saja
yang dipraktikan dalam kegiatan penyelenggaran negara. Pengaturannya tidak
terbatas dengan organ negara beserta komposisi dan fungsinya, baik di tingkah
pusat maupun di pemerintahan daerah, namun juga mengatur mengenai
mekanisme hubungan antara negara atau organ negara dengan warga negaranya.

D. Teori Perubahan Konstitusi

Konstitusi bukan hanya sebagai kumpulan norma-norma dasar statis yang


merupakan sumber ketatanegaraan, tapi juga memberi ruang untuk
mengikutiperkembangan masyarakat yang terjadi dalam suatu negara.
Sejalandengan dinamika perkembangan masyarakat pada suatu negara, maka
konstitusi dapat pula mengalami perubahan. Namun, untuk melakukan perubahan
tersebut tiap-tiap konstitusi mempunyai cara-cara atau prosedur
tertentu.

Menurut Thaib (2003 :50), terdapat dua sistem perubahan sistem


konstitusi yaitu : Sistem yang pertama, bahwa apabila suatu Undang-Undang
Dasar atau konstitusi diubah, maka yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar
atau konstitusi yang baru secara keseluruhan. Hal ini pernah dialami di Indonesia
yaitu perubahan (pergantian) konstitusi dari UUD 1945 menjadi Kontitusi RIS (27
Desember 1949 ± 17 Agustus 1950), dan perubahan (pergantian) dari Kontitusi
RIS menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 ± 5 Juli 1959), serta dari UUDS 1950
kembali menjadi UUD 1945 ( 5 Juli 1959 ± 1999).

Sistem kedua, bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka konstitusi asli
yang tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut merupakan
amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Perubahan konstitusi yang
menggunakan sistem pertama berarti berjadinya pergantian suatu konstitusi atau
Undang-Undang Dasar (UUD) yang lama dengan adanya konstitusi atau Undang-
Undang Dasar yang baru. Perubahan konstitusi yang menggunakan sistem kedua
yang berarti dilakukan amandemen dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar
juga pernah dialami di Indonesia, yaitu terjadi amandemen terhadap UUD 1945,
yaitu amandemen UUD 1945 yang pertama tahun 1999, yang kedua tahun 2000,
yang ketiga tahun 2001, yang keempat tahun 2002

Mengenai prosedur perubahan konstitusi, menurut C.F. Strong (Thaib,


2003: 51), bahwa cara perubahan konstitusi ada empat macam yaitu;

(1) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan


legislatif menurut pembatasan-pembatasan tertentu,
(2) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu
referendum,
(3) perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara
bagian yang terdapat pada negara berbentuk serikat.
(4) perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau
dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk
keperluan perubahan.

Sejak bergulirnya gerakan reformasi, UUD 1945 telah mengalami


perubahan. Prosedur perubahan UUD 1945 tersebut berdasarkan ketentuan Pasal
37 bahwa untuk merubah UUD 1945, harus hadir sekurang-kurangnya 2/3
daripada jumlah anggota MPR, dan kemudian putusan diambil atas persetujuan
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota yang hadir. Setelah Amandemen keempat,
Pasal 37 UUD 1945 pengalami perubahan bahwa untuk perubahan Pasal-Pasal
UUD dapat dilakukan jika diajukan sekurang-kurangnya oleh 1/3 anggota MPR.
Keputusan tentang perubahan diambil jika Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

Pada bagian ini dibahas perubahan UUD 1945, perubahan pertama, kedua,
ketiga dan keempat dengan fokus substansi perubahan yang terjadi. Pada
perubahan pertama, substansi perubahan dimaksudkan untuk pembatasan masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden, hanya dua periode masa jabatan saja.
Perubahn kedua, substansi perubahan dimaksudkan untuk mempertegaskan hal-
hal tentang Hak-hak Asasi Manusia dan memperkokoh eksistensi DPR sebagai
lembaga legislatif. Perubahan ketiga, substansi perubahan dimaksudkan untuk
mengembalikan kedaulatan rakyat dari MPR kepada rakyat, sehingga berimplikasi
pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat.

Perubahan ketiga juga dimaksudkan untuk memperkokoh independensi


kekuasaan kehakiman. Perubahan keempat,substansinya dimaksudkan untuk
penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, dan mempertegas persyaratan
pengisian dan tata cara pengisian Jabatan Presiden dan Wakil presiden.

E. Memahami Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.

Berikut pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945:

1. Pokok Pikiran Pertama: Persatuan (sesuai dengan sila ketiga Pancasila).


Negara dan seluruh warga negara Indonesia wajib mengutamakan
kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau peorangan.
2. Pokok Pikiran Kedua: Keadilan sosial (seusai dengan sila kelima
Pancasila). Manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Pokok Pikiran Ketiga: Kedaulatan rakyat (sesuai dengan sila keempat
Pancasila). Sistem negara yang terbentuk dalam UUD harus berlandaskan
atas kedaulatan rakyat dan permusywaratan/ perwakilan.
4. Pokok Pikiran Keempat: Ketuhanan Yang Maha Esa (sesuai dengan sila
pertama Pancasila) dan kemanusiaan yang adil dan beradab (sesuai
dengan sila kedua Pancasila). UUD harus mengandung isis yang
mewajibkan pemerintah memelihara budi pekeri luhur, ketakwaan kepada
Tuhan, dan menjunjung tinggi harkat dan masrtabat manusia.
Hubungan Kausal Organis Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 meliputi suasana kebatinan yang diwujudkan dalam pasal-
pasal dalam UUD. Dengan kata lain, suasana kebatinan UUD 1945 dijiwai dan
bersumber dari dasar filsafat negara yaitu Pancasila.

Hubungan langsung antara pembukaan UUD 1945 dengan batang


tubuhnya bersifat kausal organis karena isi dalam pembukaan dijabarkan ke dalam
pasal-pasal UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran persatuan


Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat, berdasarkan atas permusyawaratan,
perwakilan, dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

F. Sejarah Terbentuknya UUD 1945

Dalam sejarahnya, UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16


Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai
wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3
orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan
Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat
gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April
1945.

Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun


konstitusi bagi Indonesia merdeka, yang kemudian dikenal dengan nama
UUD’1945. Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman
Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo,
Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo,
Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul
Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr.
Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul
Wachid hasyim dan Mr. Mohammad Hasan (Sumatra).

Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji


Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari.
Janji tersebut antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan
asia timur raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa
Indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak
menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk
mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.

Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di
semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri
sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah
tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan
bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi
ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat
Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang
sampai saat kemerdekaan tiba.

Pasca kemerdekaan Republik Indonesia diraih, kebutuhan akan sebuah


konstitusi tampak tak bisa lagi ditawar-tawar dan harus segera diformulasikan,
sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat, tatkala
UUD 1945 berhasil diresmikan menjadi konstitusi oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Dokuritsu Junbi Inkai).

G. Periodisasi Keberlakuan Konstitusi Di Indonesia

Sejarah konstitusi Indonesia dapat dikatakan telah melewati berbagai tahap


perkembangan. Tiap tahap memunculkan model ketatanegaraan yang khas,
sampai karena trauma masa lalu terutama akibat praktik politik Orde Baru yang
menyalahgunakan konstitusi untuk tujuan kekuasaannya yang sentralistik dan
otoriter, memunculkan ide untuk mengamandemen UUD 1945.

Tahap perkembangan konstitusi di Indonesia dapat dikelompokkan


menjadi beberapa periode. Periode pertama berlaku UUD 1945, periode kedua
berlaku Konstitusi RIS 1949, periode ketiga berlaku UUDS 1950, Periode
keempat berlaku kembali UUD 1945 beserta Penjelasannya. Setelah itu UUD
1945 diubah berturut-turut pada tahun 1999, 2000, 2001, 2002 dengan
menggunakan naskah yang berlaku mulai 5 Juli 1959 sebagai standar dalam
melakukan perubahan di luar teks yang kemudian dijadikan lampiran yang tak
terpisahkan dari naskah UUD 1945.

Mengamandemen konstitusi (undang-undang dasar) jelas bukan urusan


sederhana. Sebab undang-undang dasar merupakan desain utama negara untuk
mengatur berbagai hal fundamental dan strategis, dari soal struktur kekuasaan dan
hubungan antar kekuasaan organ negara sampai hak asasi manusia. Proses
amandemen UUD 1945 terjadi secara bertahap selama empat kali. Ada berbagai
kekurangan dalam empat tahap amandemen tersebut yang mendapat sorotan tajam
di antara para pengamat, yang memunculkan ide perlunya dibentuk Komisi
Konstitusi yang akan membantu melakukan koreksi dan mengatasi kekurangan-
kekurangan itu untuk aman.
Yang pada saat itu tanggal 5 juli 1959, presiden Soekarno mengeluarkan
suatu pernyataan yang isinya adalah.

“ Menetapkan berlakunya Undang Undang Dasar 1945, dan tidak berlakunya lagi
Undang Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.”

H. Substansi UUD 1945 Pasca Amandemen

1. Amandemen UUD 1945 yang pertama

Amandemen UUD 1945 yang pertama dilaksanakan pada Sidang


Umum MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang pertama meliputi 9 pasal dan 16


ayat sebagai berikut:

- Pasal 5 Ayat 1: Hak presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR


- Pasal 7: Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
- Pasal 9 Ayat 1 dan 2: Sumpah presiden dan wakil presiden
- Pasal 13 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan dan penempatan duta
- Pasal 14 Ayat 1: Pemberian grasi dan rehabilitasi
- Pasal 14 Ayat 2: Pemberian amnesti dan abolisi
- Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
- Pasal 17 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan menteri
- Pasal 20 Ayat 1-4: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
- Pasal 21: Hak DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU)

2. Amandemen UUD 1945 yang kedua


Amandemen UUD 1945 yang kedua dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR
2000 tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan kedua UUD 1945 ditetapkan
pada 18 Agustus 2000.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 27 Pasal dalam 7


Bab sebagai berikut:
- Bab VI mengenai Pemerintah Daerah
- Bab VII mengenai Dewan Perwakilan Daerah
- Bab IXA mengenai Wilayah Negara
- Bab X mengenai Warga Negara dan Penduduk
- Bab XA mengenai Hak Asasi Manusia
- Bab XII mengenai Pertahanan dan Keamanan
-Bab XV mengenai Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan

2. Amandemen UUD 1945 yang ketiga


Amandemen UUD 1945 yang ketiga dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR
2001 tanggal 1-9 November 2001. Perubahan ketiga terhadap UUD 1945
ditetapkan tanggal 9 November 2001.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 23 Pasal dalam 7


Bab sebagai berikut:
- Bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan
- Bab II mengenai MPR
- Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara
- Bab V mengenai Kementerian Negara
- Bab VIIA mengenai DPR
- Bab VIIB mengenai Pemilihan Umum
- Bab VIIIA mengenai BPK

4. Amandemen UUD 1945 yang keempat

Amandemen UUD 1945 yang keempat dilaksanakan pada Sidang


Tahunan MPR 2001 tanggal 1-11 Agustus 2002.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 19 Pasal yang


terdiri atas 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Hasil
Amandemen UUD 1945 yang keempat menetapkan:

- UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua,


ketiga, dan keempat adalah UUD 1945 yang pada tanggal 18 Agustus 1945
dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

- Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal


18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
- Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapuskan dan pengubahan
substansi pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan
Pemerintahan Negara
BAB III

Penutup

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa


kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah
(territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang
tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok
(fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau
kalimatun sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan
suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi
tertutup, sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi melainkan UUD 1945
yang menjadi konstitusi di Indonesia.

B.Saran

Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca


buku yang berkaitan dengan Negara atau Konstitusi agar lebih memahami kedua
hal tersebut.
Daftar Pustaka

A. Memahami Asal Usul Kata Konstitusi Dan Pengertian Para Ahli

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5623120/pengertian-konstitusi-lengkap-
menurut-para-ahli

B. Fungsi Dan Tujuan Konstitusi

https://www.hukumonline.com/klinik/a/fungsi-konstitusi-dan-tujuan-konstitusi-
lt631734f9af29d/

C. Nilai dan Sifat Konstitusi

https://berandahukum.com/a/nilai-dan-sifat-konstitusi

D.Syarat Dan Lingkup Konstitusi

https://brainly.co.id/tugas/5095687#:~:text=Jawaban%20ini
%20terverifikasi&text=1.%20adanya%20asas%20legalitas%20yang,terhadap
%20hak%2Dhak%20asasi%20manusia.

https://pusdik.mkri.id/index.php?page=web.Download2&id=1204#:~:text=Ruang
%20Lingkup%20Konstitusi%3A&text=Pengaturannya%20tidak%20terbatas
%20dengan%20organ,organ%20negara%20dengan%20warga%20negaranya.

E. Teori Perubahan Konstitusi

http://library.fis.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=6771
F. Memahami Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.

https://amp-kompas-com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/nasional/
read/2022/03/06/04000001/hubungan-pembukaan-dan-batang-tubuh-uud-1945?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16643549228325&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com

G. Sejarah Terbentuknya UUD 1945

https://katadata.co.id/intan/berita/619fbb8dbea3d/latar-belakang-perumusan-
teks-uud-1945-dan-sejarahnya#:~:text=Dalam%20sejarahnya%2C%20UUD
%201945%20dirancang,ketua%20dengan%2019%20orang%20anggota.

H. Periodisasi Keberlakuan Konstitusi Di Indonesia

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776

https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/view/3786#:~:text=Tahap
%20perkembangan%20konstitusi%20di%20Indonesia,kembali%20UUD
%201945%20beserta%20Penjelasannya.

I. Substansi UUD 1945 Pasca Amandemen.

https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/edu/
detikpedia/d-5723618/amandemen-uud-1945-kapan-jumlah-dan-hasil-
amandemen/amp?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16643541430546&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.detik.com%2Fedu%2Fdetikpedia%2Fd-5723618%2Famandemen-
uud-1945-kapan-jumlah-dan-hasil-amandemen

Anda mungkin juga menyukai