M. HANIF ABRAR ( )
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
atas diselesaikannya makalah yang berjudul “ KONSTITUSI”. Makalah ini dibuat
untuk penyelesaian tugas kelompok mata kuliah Pancasila. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan dalam
melaksanakan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi alam semesta.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak
Risyad Fakar Lubis, SH, MAP, selaku dosen mata kuliah pancasila yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masi jauh dari kata
sempurna di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
yang membangun dari berbagai pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
A. Pengertian Konstitusi
Kata konstitusi dapat juga mempunyai arti lebih luas daripada pengertian
Undang-Undang Dasar, karena pengertian Undang-Undang Dasar hanya meliputi
konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat kostitusi tidak tertulis yang tidak
tercakup dalam Undang Undang Dasar. Konstitusi dapat dirtikan secara luas dan
sempit, sebagai berikut:
a. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak
tertulis.
b. Kostitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu
undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan
konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.
Beberapa definisi konstitusi menurut para ahli, yaitu: Herman Heller, membagi
pengertian konstitusi menjadi tiga:
2. Pengertian yuridis.
Konstitus adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara
dan sendi-sendi pemerntahan.
c. Sri Soemantri dan Dahlan Taib menyamakan arti kedua istilah tersebut. Menurut
sri soemantri, konstitusi adalah suatu naskah yang memuat suatu bangunan
negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara. Apabila pengertian Yuridis
ini kita pakai tidak dapat tidak artinya menyamakan konstitusi dengan Undang-
Undang Dasar.
d. Duchack mengatakan bahwa konstitusi pada dasarnya merupakan "power
maps". Selain itu dikatakan juga bahwa konstitusi merupakan "distribusi formal
dari kewenangan yang
berada dalam lingkup internal suatu negara" ("the formal distribution of authory
within the state").
e. Robetson mengatakan bahwa konstitusi adalah "more expilicity, a constitution is
a set of rights, power and procedures regulating the structure of, and relationship
among, the public authorize, and between the public authorize and the citizen”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konstitusi meliputi
peraturan tertulis dan tidak tertulis, Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi yang
tertulis. Dengan demikian konstitusi dapat diartikan sebagai berikut:
Motif Timbulnya Konstitusi Menurut Lord Bryce, motif timbulnya konstitusi adalah
keinginan daripada anggota warga negaranya untuk menjamin hak-hak mereka sendiri
pada waktu hak itu terancam dan selanjutnya membatasi tindakan dari penguasa di
kemudian hari, keinginan dari pihak yang diperintah/pihak yang memerintah untuk
menjamin hak rakyat dengan jalan untuk menentukan suatu system ketatanegaraan
yang pasti yang semula tidak jelas, menurut aturan positif dengan maksud di kemudian
hari tidak dimungkinkan tindakan yang sewenang-wenang dari penguasa, keinginan
daripada pembentuk Negara baru untuk menjamin adanya cara penyelenggaraan
ketatanegaraan yang pasti dan dapat membahagiakan rakyatnya, keinginan untuk
menjamin adanya kerjasama yang efektif dari beberapa negara yang pada mulanya
berdiri sendiri yang nantinya menjadi Negara bagian dari negara federal di samping
dalam hal tidak diadakan dalam kerjasama tetap mempunyai hak dan kepentingan
yang diurus sendiri. Sedangkan menurut Savornin Lohman, motif timbulnya konstitusi
adalah perwujudan perjanjian masyarakat, piagam jaminan hak-hak asasi manusia dan
sekaligus menentukan batas-batas hak dan kewajiban warga Negara dan alat-alat
pemerintahannya, dan gambaran struktur pemerintahan.
C. Sejarah
Keputusan dari hasil pertimbangan yang dilakukan oleh DPR tidaklah mengikat
keputusan Presiden karena pada prakteknya bisa saja Presiden memberikan
pertimbangannya sendiri. dari awal kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat ini,
Dimana telah terjadi perubahan-perubahan pada system pemerintahan dan juga
mengalami beberapa kali perubahan pada konstitusi di Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Berdasarkan adanya permasalahan-permasalahan
tersebut persoalan hak Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam
pengangkatan Duta Besar Republik Indonesia ini menjadi menarik ketika dikaitkan
dengan sejarah dan perubahan yang terjadi di Indonesia dan perubahan Undang–
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran