PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SD
KONSTITUSI NEGARA
DEOSEN PENGAMPU
KHAIRUN NISA, S.Pd., M.Pd.
DISUSUN OLEH
AFIFFURQON HUZAERON (E1E022213)
BAIQ MAENUN NISA ANJARWATI (E1E022229)
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Kemudian shalawat serta
salam kita sampaikan kepada junjungan alam kita Nabi Muhammad SAW, yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti apa yang kita rasakan seperti saat ini. Sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KONSTITUSI NEGARA” dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas PKN SD. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang konstitusi negara Indonesia bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini. saya menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................5
ISI................................................................................................................................................5
A. Sejarah konstitusi.....................................................................................................................5
BAB III.........................................................................................................................................18
PENUTUP.................................................................................................................................18
A. Kesimpulan.............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai
ketatanegaraan. Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang
mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-
Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan
hukum sebuah negara, yang di dalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM) dan mengatur tentang distribusi kekuasaan (Distribution of Power)
dalam penyelenggaraan negara. Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum
fundamental negara, sebab konstitusi ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan
menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan hukum lain yang ada dibawahnya.
Konstitusi dalam arti formal adalah suatu dokumen resmi, seperangkat norma
hukum yang hanya dapat diubah di bawah pengawasan ketentuan-ketentuan khusus, yang
tujuannya adalah untuk menjadikan perubahan norma-norma ini lebih sulit. Konstitusi
dalam arti material terdiri atas peraturan-peraturan yang mengatur pembentukan norma-
norma hukum yang bersifat umum, terutama pembentukan undang-undang. (Kelsen)
Jimly Asshiddiqie mengatakan dalam bukunya, konstitusi adalah hukum dasar
yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. (Asshiddiqie, 2004)
Penting bagi sebuah negara memiliki konstitusi sebagai landasan hukum dalam
penyelenggaraan sebuah negara. Untuk itu dalam penyusunan konstitusi harus merupakan
hasil dari nilai-nilai dan norma berbangsa dan bernegara yang hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian, penyusunan konstitusi menjadi sebuah pekerjaan yang mendasar bagi
sebuah negara untuk menentukan sistem hukumnya.
Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi tertulis yaitu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasa disebut UUD
1945. UUD 1945 pertama kali disahkan sebagai konstitusi negara Indonesia dalam sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. Pasal 3
ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang Dasar sebagai sebuah
Hukum Dasar.
Namun dalam perjalanan proses penyelenggaraan negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengalami empat perubahan pertama, yaitu
perubahan pertama pada tahun 1999, perubahan kedua pada tahun 2000, perubahan
ketiga pada tahun 2001, dan perubahan keempat pada tahun 2002. Perubahan yang terjadi
merupakan hasil dari pergolakan politik pada masanya. Perubahan konstitusi tidak hanya
bergantung pada norma perubahan, tetapi lebih ditentukan oleh kelompok elite politik
yang memegang suara mayoritas di lembaga yang mempunyai kewenangan melakukan
perubahan konstitusi. (Huda, 2007)
Meskipun demikian, perubahan Undang-Undang Dasar tetap bertujuan untuk
memperkuat konstitusi dan bukan sebaliknya. Undang-Undang Dasar ini (pasca
Amandemen) dapat disebut sebagai konstitusi politik, konstitusi ekonomi dan sekaligus
konstitusi sosial yang mencerminkan cita-cita kolektif bangsa, baik di bidang politik dan
ekonomi maupun sosial-budaya, dengan tetap memelihara tingkat abstraksi
perumusannya sebagai hukum dasar (rechtsidee).
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka dalam makalah ini penulis akan mencoba untuk
membahas dan menjabarkan tentang:
1. Apa Pengertian dari Konstitusi Negara?
2. Apa pengertian dari Dasar Negara?
3. Bagaimana sejarah adanya Konstitusi?
4. Apa hubungan antara proklamasi Kemerdekaan dengan Konstitusi?
5. Apa saja konstitusi-konstitusi yang pernah diterapkan di indonesia?
6. Apa hubungan antara Dasar Negara dengan Konstitusi?
C. Tujuan Penulisan
Agar pembaca dapat belajar dan memahami apa itu Konstitusi Negara dengan
sejarah terbentuknya, dan juga untuk menambah wawasan pembaca tentang hubungan
antara dasar Negara, Proklamasi, Pancasila dengan konstitusi. Dan juga agar pembaca
dapat mengetahui ada berapa konstitusi yang pernah diterapkan di indonesia.
BAB II
ISI
A. Sejarah konstitusi
Sebenarnya, konstitusi (constitution) berbeda dengan Undang-undang Dasar
(Grungezets), dikarenakan suatu kehilafan dalam pandangan orang mengenai konstitusi
pada negara-negara modern sehingga pengertian konstitusi itu kemudian disamakan
dengan undang-undang Dasar. Kehilafan ini disebut oleh pengaruh faham kodifikasi yang
menghendaki agar semua peraturan hukum ditulis, demi mencapai kesatuan hukum,
kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Begitu besar pengaruh faham kodifikasi,
sehingga setiap peraturan hukum karena hal penting itu harus ditulis, konstitusi yang
ditulis itu adalah Undang-Unndang Dasar.
Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu:
1) Konstitusi tertulis
2) Konstitusi tak tertulis
Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar
(UUD) yang pada umumnya mengetur mengenai pembentukan, pembagian wewenang
dan cara bekerja berbagai Lembaga kenegaraan serta perlindungan hak asasi manusia.
Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis adalah
Inggris dan Kanada. Dikedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-lembaga
kenegaraan dan semua hak asasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga tersebar
di berbagai dokumen, baik dokumen yang realtif baru maupun yang baru maupun yang
sudah sangat tua seperti Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat hak-
kah asasi manusia rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar
dalam berbagai dokumen atau hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah kenapa
inggris masuk dalam kategori negara yang memiliki konstitusi tak tertulis.
Sedangkan, pada hampir semua konstiusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan
berdasarkan pembagian jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis
kekuasaan itu dibentuklah lembaga-lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan
itu perlu ditentukan terlebih dahulu, baru kemudian dibentuk lembaga negara yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan jenis kekuasaan tertentu itu.
Salah satu pendangan mengenai jenis tugas atau kewenangan yang paling terkemuka
adalah pandangan Montesquieu bahwa kekuasaan negara itu terbagi dalam tiga jenis
kekuasaan yang harus dipisahkan secara ketat. Ketiga jenis kekuasaan itu adalah:
Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau pisahkan di dalam
konstitusi dikemukakan oleh van vallenhoven dalam buku karangannya Sraatstecht over
Zee. Ia membagi kekuasaan menjadi empat macam yaitu:
1) Pemerintahan (bestuur)
2) Perundang-undangan
3) Kapolisian
4) Pengadilan.
Van Vollenhoven menilai kekuasaan eksekutif itu terlalu luas dan karenanya perlu
dipecah menjadi 2 jenis kekuasaan lagi yaitu kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan
kepolisian. Menurutnya kepolisian memegang jenis kekuasaan untuk mengawasi hal
berlakunya hukum dan kalu perlu memaksa untuk melaksanakan hukum.
Berdasarkan teori hukum ketatanegaraan yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa jenis kekuasaan negara yang diatur dalam suatu konstitusi itu umumnya terbagi
atas enam dan maasing-masing kekuasaan itu diurus oleh suatu badan atau lembaga
tersendiri yaitu:
Konstitusi pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal yang
mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus memiliki sifat yang
lebih stabil daripada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan semangat
pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga perubahan
suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem penyelenggaraan
negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter karena terjadi
perubahan dalam konstitusinya.
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek
ketetanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah
bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi yang
berlaku secara keseluruhan (penggantian konstitusi).
Sementara itu, menurut ahli hukum A.A.H Struycken, konstitusi atau Undang-Undang
Dasar adalah dokumen formal yang berisi hasil perjuangan politik bangsa di waktu
lampau, tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa, dan pandangan
para tokoh bangsa yang hendak diwujudkan. (Wulandari, 2022)
Konsep tertulis
A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan salah satu syarat terbentuknya suatu negara, tanpa adanya
konstitusi negara tersebut tidak mungkin terbentuk. Di dalam sebuah konstitusi memuat
banyak kepentingan seputar tatanan organisasi negara, HAM, UUD dan banyak lagi.
Konstitusi juga memiliki kedudukan dan pengaruh sangat besar bagi suatu negara karena
fungsinya dalam mengatur kekuasaan. Konstitusi juga diartikan sebagai peraturan yang
mengatur suatu negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat
aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara. Antara
negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena melaksanakan
konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
DAFTAR PUSTAKA
Busroh, Freaddy, F., & Khairo, F. (2018). Memahami Hukum Konstitusi Indonesia. PT. Raja
Grafindo Persada.
Huda, N. (2007). Lembaga Negara dalam masa Transisi Demokrasi. UII Press, hlm. 49.
Jimly, A. (2007). Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer.
Kelsen, H. (n.d.). Teori Umum tentang Hukum dan Negara. Nusa Media, Hlm. 180.
Zulfikar, F. (2021). Pengertian Konstitusi Lengkap Menurut Para Ahli. DetikEdu, Detikpedia.