KELAS A
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini
masih diberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Nilai dan Norma
Konstitusional Indonesia”. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah ikut
membantu hingga dapat disusunnya makalah ini. Makalah sederhana ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Akhirnya saya
sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Akhirnya, tidak
ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-
makalah ini lainnya pada waktu mendatang.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Nilai dan Norma Konstitusional UUD RI 1945 dan Konstitusionalitas
Ketentuan perundang-undangan Dibawah UUD 1945.
B. Lembaga dan Hubungan Antar Lembaga Negara Menurut UUD 1945
C. Sistem Pemerintahan Negara dan Sistem Pemerintahan Daerah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide
demokrasi dapat dikatakan tanpa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hokum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada
suatu konstitusi dinamakan Negara Konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan
secara ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus
memenuhi sifat-sifat dan ciri-ciri dari konstitusinalisme. Konstitusionalisme sendiri
merupakan suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang Negara
dan konstitusi pada bab ini terdiri atas konstitunasionalisme, konstitusi Negara.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar
belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan
kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kesatuan sosial yang
disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan
masyarakat yang membentuk suatu Negara. Berkaitan dengan tumbuh kembangnya
bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa
yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan
pengertian yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation”
(dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai dan Norma Konstitusional UUD RI 1945 dan Konstitusionalitas
Ketentuan perundang-undangan Dibawah UUD 1945.
Istilah konstitusi dalam bahasa Prancis dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa
Inggris digunakan istilah constitution, Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk,
pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. •
Konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu Negara.
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam
konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi
dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara.
Konstitusi adalah suatu kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum,
yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya
(Lord James Bryce)
Konstitusi merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak
yang diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah dalam
konteks hakhak asasi manusia) ( C.F Strong)
Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan konstitusionalisme
adalah landasan berdasarkan konstitusi
Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenangwenang. Dengan demikian, diharapkan
hak-hak warganegara akan lebih terlindungi. Konstitusi berfungsi:
a. membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya
b. memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang
dicitacitakan tahap berikutnya
c. dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya.
d. menjamin hak-hak asasi warga negara.
Kemudian MPR meminta kepada MK untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat
DPR. Hasilnya dibawa ke rapat paripurna DPR untuk diteruskan ke MPR. MPR kemudian
menyelenggarakan sidang untuk mengambil keputusan, minimal dihadiri 3/4 jumlah anggota
dan disetujui minimal 2/3 anggota yang hadir.
Hubungan antara DPR dan Presiden
Hubungan antar DPR Dan presiden terlihat ketika Rancangan Undang-Undang atau RUU
dibahas bersama oleh DPR dan presiden. Jika tidak ada persetujuan bersama, maka RUU tidak
boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
Presiden mengesahkan RUU menjadi Undang-Undang atau UU. Dalam keadaan genting,
presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti UU dengan persetujuan DPR.
Hubungan antara DPR dan DPD
Hubungan antara DPR dan DPD dapat dilihat ketika DPD mengajuka RUU kepada DPR.
DPD mengajukan RUU yang berkaitan dengan oronomi daerah, hubungan pusat daerah, serta
yang berhubungan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
DPD ikut membahas RUU tersebut dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU yang
telah disahkan.
DPD juga memberikan pertimbangan kepada DPR atas pajak, pendidikan, dan agama.
Hubungan antara MPR dan DPD
Hubungan antara MPR dan DPD dilihat dari keanggotaannya, anggota DPD merupakan bagian
dari anggota MPR.
Melalui wewenang DPD, MPR dapat mengontrol pembuatan UU yang berhubungan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat daerah, serta perimbangan pusat dan daerah agar tidak
menyimpang dari UUD.
Hubungan antara BPK dan DPR
Hubungan antara BPK dan DPR tampak ketika BPK memeriksa tentang keuangan negara dan
hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR.
BPK memiliki hak untuk meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap instansi
pemerintah.
Hubungan antara MA, DPR, dan Presiden
Hubungan antara MA, DPR, dan presiden dapat dilihat dalam pengangkatan calon hakim agung
MA. Calon hakim agung MA diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR.
Kemudian dilanjutkan untuk ditetapkan oleh presiden.
Hubungan antara MK, MA, dan DPR
Hubungan antara MK, MA, dan DPR terlihat dalam hal pemberian putusan atas pendapat DPR
terkait pelanggaran yang dilakukan oleh presiden dan wakil presiden.
Anggota MK terdiri dari sembilan orang dan ditetapkan oleh presiden, tiga orang diajukan oleh
MA, tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang diajukan oleh presiden.
KESIMPULAN
1.Sistem pemerintahan Indonesia Sebelum Amademen UUD 1945 Sistem pemerintahan
Indonesia pernah mengalami perubahan sistem terpakai, baik menggunakan Sistem
pemerinahan Presidensial maupun Sistem pemerintahan parlementer, Sistem pemerintahan
Presidensial awalnya di gunakan pemerintahan orde lamanamun mengalami gejolak dari dalam
(adanya ketidakpuasan dari tokoh-tokoh tentang sistem di pakai) maupun dari luar (agresi
militer Belanda) membuat para tokoh merubah kembali dari sistem parlemeter ke sistem
presidensial.
DAFTAR PUSTAKA