Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL INDONESIA

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengampu Bapak Julkawait SE, MM
Disusun Oleh :
Kelompok 2 :
1. Khoirumnisa (D010321006)
2. Siti Fatimah (D010321021

KELAS A
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini
masih diberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Nilai dan Norma
Konstitusional Indonesia”. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah ikut
membantu hingga dapat disusunnya makalah ini. Makalah sederhana ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Akhirnya saya
sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Akhirnya, tidak
ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya
harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-
makalah ini lainnya pada waktu mendatang.

Banjarmasin, 21 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Nilai dan Norma Konstitusional UUD RI 1945 dan Konstitusionalitas
Ketentuan perundang-undangan Dibawah UUD 1945.
B. Lembaga dan Hubungan Antar Lembaga Negara Menurut UUD 1945
C. Sistem Pemerintahan Negara dan Sistem Pemerintahan Daerah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide
demokrasi dapat dikatakan tanpa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hokum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada
suatu konstitusi dinamakan Negara Konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan
secara ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus
memenuhi sifat-sifat dan ciri-ciri dari konstitusinalisme. Konstitusionalisme sendiri
merupakan suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang Negara
dan konstitusi pada bab ini terdiri atas konstitunasionalisme, konstitusi Negara.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar
belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan
kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kesatuan sosial yang
disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan
masyarakat yang membentuk suatu Negara. Berkaitan dengan tumbuh kembangnya
bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa
yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan
pengertian yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation”
(dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai dan Norma Konstitusional UUD RI 1945 dan Konstitusionalitas
Ketentuan perundang-undangan Dibawah UUD 1945.
Istilah konstitusi dalam bahasa Prancis dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa
Inggris digunakan istilah constitution, Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk,
pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. •
Konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu Negara.
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam
konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi
dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara.
Konstitusi adalah suatu kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum,
yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya
(Lord James Bryce)
Konstitusi merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak
yang diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah dalam
konteks hakhak asasi manusia) ( C.F Strong)
Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan konstitusionalisme
adalah landasan berdasarkan konstitusi
Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenangwenang. Dengan demikian, diharapkan
hak-hak warganegara akan lebih terlindungi. Konstitusi berfungsi:
a. membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya
b. memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang
dicitacitakan tahap berikutnya
c. dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya.
d. menjamin hak-hak asasi warga negara.

a. Lembaga dan Hubungan Antar Lembaga Negara Menurut UUD 1945


Hubungan antar lembaga negara menurut Undang-Undang Dasar 1945. Masalah yang
akan dibahas di dalam penulisan  ini adalah Bagaimanakah hubunganan anatar lembaga negara
menurut Undang-Undang Dasar 1945?.  Masalah Kelembagaan negara, tugas dan wewenang
serta hubungan antar lembaga negara sudah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Dasar yang berlaku sekarang ini sudah mengalami empat kali amandemen.
Metoda yang digunakan dalam penulisan ini adalah metoda  Library research (Penelitian
Perpustakaan). Metoda Leebrary research dengan mengambil dari berbagai buku, Undang-
Undang Dasar 1945, dan dari peraturan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas, kemudian menarik kesimpulan. Dalam melaksanakan tugas dan
wewenang masing-masing lembaga negara mempunyai hubungan antara satu dengan lainnya,
yaitu hubungan antara:
1. MPR dan Presiden
2. MPR dan DPR
3. DPR dan Presiden
4. BPK dan DPR
5. DPR dan MK
Hubungan antar lembaga negara, pengaturannya sudah diatur di dalam Undang-Undang Dasar
1945. Kelembagaan negara sdisebut lembaga tinggi nagara.
Tugas dan wewenang lembaga negara tercantum dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan
diatur lebih lanjut melalui Undang-Undang atau UU.
Lembaga tinggi negara sesudah amandemen adalah presiden dan wakil presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, antara satu lembaga negara dengan lembaga lainnya
saling bekerja sama dan saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip
pengawasan dan keseimbangan atau check and balances.
UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan atau amandemen dalam kurun waktu 1999 -
2002. Perubahan ini secara otomatis juga memengaruhi hubungan kinerja antarlembaga.
Hubungan antara MPR, Presiden, DPR, dan MK
Hubungan antara MPR, presiden, DPR, dan MK terlihat dalam proses pemberhentian presiden
dan wakil presiden.
Tugas dan wewenang lembaga negara tercantum dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan
diatur lebih lanjut melalui Undang-Undang atau UU.
Lembaga tinggi negara sesudah amandemen adalah presiden dan wakil presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Yudisial (KY), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, antara satu lembaga negara dengan lembaga lainnya
saling bekerja sama dan saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip
pengawasan dan keseimbangan atau check and balances.
UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan atau amandemen dalam kurun waktu 1999 -
2002. Perubahan ini secara otomatis juga memengaruhi hubungan kinerja antarlembaga.
Berikut hubungan antarlembaga negara menurut UUD 1945:
Hubungan antara MPR, Presiden, DPR, dan MK
Hubungan antara MPR, presiden, DPR, dan MK terlihat dalam proses pemberhentian presiden
dan wakil presiden.
Presiden dan wakil presiden dapat diberhentikan MPR dalam masa jabatannya menurut UUD
atas usul DPR. Ini terjadi apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, tindakan pidana berat, atau terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai presiden dan wakil presiden.

Kemudian MPR meminta kepada MK untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat
DPR. Hasilnya dibawa ke rapat paripurna DPR untuk diteruskan ke MPR. MPR kemudian
menyelenggarakan sidang untuk mengambil keputusan, minimal dihadiri 3/4 jumlah anggota
dan disetujui minimal 2/3 anggota yang hadir.
Hubungan antara DPR dan Presiden
Hubungan antar DPR Dan presiden terlihat ketika Rancangan Undang-Undang atau RUU
dibahas bersama oleh DPR dan presiden. Jika tidak ada persetujuan bersama, maka RUU tidak
boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
Presiden mengesahkan RUU menjadi Undang-Undang atau UU. Dalam keadaan genting,
presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti UU dengan persetujuan DPR.
Hubungan antara DPR dan DPD
Hubungan antara DPR dan DPD dapat dilihat ketika DPD mengajuka RUU kepada DPR.
DPD mengajukan RUU yang berkaitan dengan oronomi daerah, hubungan pusat daerah, serta
yang berhubungan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
DPD ikut membahas RUU tersebut dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU yang
telah disahkan.
DPD juga memberikan pertimbangan kepada DPR atas pajak, pendidikan, dan agama.
Hubungan antara MPR dan DPD
Hubungan antara MPR dan DPD dilihat dari keanggotaannya, anggota DPD merupakan bagian
dari anggota MPR.
Melalui wewenang DPD, MPR dapat mengontrol pembuatan UU yang berhubungan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat daerah, serta perimbangan pusat dan daerah agar tidak
menyimpang dari UUD.
Hubungan antara BPK dan DPR
Hubungan antara BPK dan DPR tampak ketika BPK memeriksa tentang keuangan negara dan
hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR.
BPK memiliki hak untuk meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap instansi
pemerintah.
Hubungan antara MA, DPR, dan Presiden
Hubungan antara MA, DPR, dan presiden dapat dilihat dalam pengangkatan calon hakim agung
MA. Calon hakim agung MA diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR.
Kemudian dilanjutkan untuk ditetapkan oleh presiden.
Hubungan antara MK, MA, dan DPR
Hubungan antara MK, MA, dan DPR terlihat dalam hal pemberian putusan atas pendapat DPR
terkait pelanggaran yang dilakukan oleh presiden dan wakil presiden.
Anggota MK terdiri dari sembilan orang dan ditetapkan oleh presiden, tiga orang diajukan oleh
MA, tiga orang diajukan oleh DPR, dan tiga orang diajukan oleh presiden.

b. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH


1. Sistem Pemerintahan Negara 
Sistem pemerintahan Negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang
bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan
penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi
empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif.
Sistem pemerintahan merupakan suatu sistem sebagai alat untuk mengatur
jalannya pemerintahan sesuai pada kondisi negara dengan tujuan menjaga
kestabilan negara.
2. Pemerintahan Daerah
Sistem adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara.
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
Fungsi pemerintahan daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah yang
menjalankan, mengatur, dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan. Fungsi
pemerintah daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, yaitu: Pemerintah
daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan.
 Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
BAB III

KESIMPULAN
1.Sistem pemerintahan Indonesia Sebelum Amademen UUD 1945 Sistem pemerintahan
Indonesia pernah mengalami perubahan sistem terpakai, baik menggunakan Sistem
pemerinahan Presidensial maupun Sistem pemerintahan parlementer, Sistem pemerintahan
Presidensial awalnya di gunakan pemerintahan orde lamanamun mengalami gejolak dari dalam
(adanya ketidakpuasan dari tokoh-tokoh tentang sistem di pakai) maupun dari luar (agresi
militer Belanda) membuat para tokoh merubah kembali dari sistem parlemeter ke sistem
presidensial.

2. Sistem pemerintahan Indonesia Sesudah Amademen UUD 1945 Sistem pemerintahan


Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945 mejadi UUD RI 1945 memakai sistem pemerintahan
Presidensial walaupun tidak murni sistem presidensial atau pelaksaan melenceng dari sistem
presidensial sehingga memunculkan nama baru untuk sistem pemerintahan Indonesia, yang
oleh para ahli hukum tata Negara. Sesudah diamandemennya UUD tahun 1945, diperoleh
gambaran bahwa sistem pemerintahan yang dianut di Indonesia bercirikan sistem
pemerintahan Presidensil Konstitusional yaitu “suatu sistem pemerintahan yang
penyelenggaraan pemerintahan negaranya 79 dilaksanakan oleh presiden dimana tugas dan
kewenangan presiden diatur dalam konstitusi baik dalam kapasitasnya sebagai penyelenggara
pemerintahan maupun sebagai penyelenggara negara dengan arah pertanggungjawabannya
adalah terhadap konstitusi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai