Anda di halaman 1dari 15

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN

KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN
PERUNDANG-UNDANGAN
DI BAWAH UUD

Untuk memenuhi tugas kewarganegaraan


Dosen pembimbing : Mardiana, S.Pd.,M.Pd.

 Di susun oleh :

Kelompok 4

1. Anada Muliyati 105361109117


2. Tenri Indah 105361111317
3. Muh.Fitrawan 105361111017

17 – D

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Alhamdulillah atas limpahan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai dan Norma
Konstitusional UUD NRI 1945 dan Konstitusional Ketentuan Perundang-
undangan di Bawah UUD”  yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
kewarganegaraan, dengan harapan menjadi suatu acuan dalam pembelajaran
kewarganegaraan.
    Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan lapang dada kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
dengan harapan kami bisa membuat makalah dengan lebih baik di kemudian
hari.   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Nilai dan Norma
Konstitusional UUD NRI 1945 dan Konstitusional Ketentuan Perundang-
undangan di Bawah UUD” dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

                                                                                   Makassar, 11 Mei 2018


DAFTAR ISI

Kata Pengantar….……………………………………………………….             i

Daftar Isi …………..…………………………………………………….             ii

BAB I Pendahuluan .……………………………………………………            iii

            1.1 Latar Belakang  ..…………………………………………….            iii

            1.2 Rumusan Masalah……………………………………………             iv

            1.3 Tujuan ……………………………………………………….             Iv

BAB II Pembahasan ……………………………………………………           v

A. Konsep dan urgensi konstitusi dalam berbangsa-negara indonesia

B. Perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia

C. Sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam

kehidupan berbangsa-negara indonesia

D. Dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan

E. Esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara

BAB III Penutup......................................................................................


A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konstitusi dalam arti luas yaitu meliputi hukum dasar tertulis dan tak
tertulis. Sedangkan dalam arti sempit yaitu hukum dasar tertulis yaitu undang-
undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi
atau hukum dasar yang tertulis.
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan
tentang bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau
hukum yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar
dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang
dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
Dalam bab ini kita akan membahas nilai dan norma konstitusional UUD
NRI 1945 dan konstitusionalitas perundang-undangan di bawah UUD. Yang
mencakup konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara,
pentingnya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara, sumber historis
sosiologis dan politik konstitusi dalam berbangsa-negara indonesia, dinamika dan
tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia, esensi dan
urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara?
2. Mengapa konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara diperlukan ?
3. Bagaimana kronologi dari sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia?
4. Apasaja dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara indonesia ?
5.  Bagaimana esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara?

1.3 TUJUAN

1. Untuk menelusuri konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan


berbangsa-negara indonesia
2. Untuk mengetahui perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara
indonesia
3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia
4. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan konstitusi dalam berbamgsa-
negara indonesia
5. Untuk mengetahui esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan
berbangsa-negara indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM BERBANGSA-


NEGARA INDONESIA

Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa


Prancis dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan
istilah constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam
bahasa Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal
dengan istilah verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan istilah
masyrutiyah (Riyanto, 2009). Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk,
pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk
suatu negara. Kontitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai
suatu negara atau dengan kata lain bahwa konstitusi mengandung permulaan dari
segala peraturan mengenai negara (Prodjodikoro, 1970), pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara (Lubis, 1976),88 dan sebagai
peraturan dasar mengenai pembentukan negara (Machfud MD, 2001).

Dan untuk mengetahui urgensi itu kita harus terlebih dahulu mengetahui
fungsi dari konstitusional. Dan fungsinya sebagai berikut :

1) Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan


konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi
dalam arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti
luas meliputi undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan
perundang-undangan lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit
berupa Undang-Undang Dasar (Astim Riyanto, 2009).

2) Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian


rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-
wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih
terlindungi.
Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim
Friedrich dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu
kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.
Tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan
menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak
disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah
(Thaib dan Hamidi, 1999).

3) Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan


penguasa agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya; (b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi
perubahan masyarakat yang dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan
landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraan
tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya; (d) menjamin
hak-hak asasi warga negara.

4) Konstistusi penentu atau pembatas kekuasaan negara, konstitusi pengatur


hubungan kekuasaan antar organ negara, konstitusi pengatur hubungan
kekuasaan antara organ negara dengan warga negara, konstitusi pemberi
atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara, konstitusi sebagai penyalur atau
pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada organ
negara, konstitusi sebagai sumber simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu
sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan serta sebagai center
of ceremony, konstitusi sebagai sarana pengendalian masyarakat baik
dalam arti sempit yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang sosial
ekonomi, konstitusi sebagai sarana perekayasaan dan pembauran
masyarakat.

Dari fungsi tersebut kita tahu bahwa urgensi dari konstitusi yaitu dilihat
dari dua segi. Segi pertama dari segi isi karena konstitusi memuat dasar garis
struktur dan memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk yang memuat
konstitusi bukan sembarang orang atau lembaga. Mungkin bisa seorang raja,
rakyat, badan konstitusi atau lembaga diktator.

Pada sudut pandang kedua mengaitkan pentingnya konstitusi dengan


pengertian hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan hukum
dalam arti sempit
dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai “wewenang hukum” yaitu
sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum pada
konstitusi. Tapi dalam kenyatannya tidak menutup kemungkinan adanya
konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat makna, kursif penulis) karena tidak
ada pertalian yang nyata antara pihak yang benar-benar menjalankan
pemerintahan negara.

B. PERLUNYA KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-


NEGARA INDONESIA

Setiap negara harus memiliki konstitusi karena konstitusi merupakan


tonggak awal terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi peyelenggaraan
bernegara. Oleh karena itu konstitusi menempati posisi penting dan straegis dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Negara konstitusional tidak cukup hanya
memiliki konstitusi, tetapi juga negara tersebut harus menganut gagasan tentang
konstitusionalisme.
Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa konstitusi suatu negara
harus mampu memberi pembatasan kekuasaan pemerintahan, serta memberi
perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar warga negara. Suatu negara yang
memiliki konstitusi, tetapi isinya mengabaikan dua hal diatas maka ia bukan
negara konstitusional.
Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang efektif bahwa kekuasaan
pemerintahan tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak
dilanggar. Oleh karena itu, satu negara demokrasi harus memiliki dan berdasar
pada konstitusi, apakah itu tertulis maupun tidak tertulis, namun tak semua negara
yang memiliki konstitusi itu bersifat konstitusionalisme.

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan


ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para
pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam
hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan
formal yang sama, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi.

C. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK TENTANG


KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-NEGARA
INDONESIA

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan


sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi
membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan.
 Dari pandangan ini, dapat dihami, mengapa manusia dalam bernegara
membutuhkan konstitusi. Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis”
bagaikan serigala. Hingga timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to
[his fellow] man), artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul
pandangan bellum omnium contra omnes: perang semua lawan semua. Hidup
dalam suasana demikian pada akhirnya menyadarkan manusiauntuk membuat
perjanjian antara sesama manusia, yang dikenal dengan istilah factum unionis.
Selanjutnya timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada
penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum
subjectionis. 

Oleh karena itu konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam
negara. Pandangan ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di
antaranya adalah membagi kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim,
1988). Bagi mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan
menganggap sebagai organisasi kekuasaan maka konstitusi dapat dipandang
sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menentapkan bagaimana kekuasaan
dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Konsitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat
kekuasan itu bekerja sama dan menyesuaiakan diri satu sama lain serta merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam negara.

Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
Jika kita mengartikan konstitusi secara sempit, yakni sebagai suatu dokumen atau
seperangkat dokumen, maka Kerajaan Inggris tidak memiliki konstitusi.yang
termuat dalam satu dokumen tunggal. Inggris tidak memiliki dokumen single core
konstitusional. Konstitusi Inggris adalah himpunan hukum dan prinsip- prinsip
Inggris yang diwujudkan dalam bentuk tertulis, dalam undang-undang, keputusan
pengadilan, dan perjanjian. Konstitusi Inggris juga memiliki sumber tidak tertulis
lainnya, termasuk parlemen, konvensi konstitusional, dan hak-hak istimewa
kerajaan. Oleh karena itu, kita harus mengambil pengertian konstitusi secara luas
sebagai suatu peraturan, tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan
bagaimana negara dibentuk dan dijalankan. Jika demikian Kerajaan Inggris
memiliki konstitusi. Negara tersebut bukan satu-satunya yang tidak memiliki
konstitusi tertulis. Negara lainnya di antaranya adalah Israel dan Selandia Baru. 
D. DINAMIKA DAN TANTANGAN KONSTITUSI DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA-NEGARA INDONESIA

Konstitusi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini adalah Undang-


Undang Dasar 1945 yang berlaku mulai 5 Juli 1959, dimana kontitusi ini
termasuk dalam konstitusi tertulis.
Pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa konstitusi Indonesia telah
mengalami beberapa perubahan dalam perkembangannya. Perubahan konstitusi
ini dilakukan pasti bukan tanpa sebab yang tidak jelas, karna itu dalam
pembahasan tentang alasan mengapa konstitusi di Indonesia beberapa kali
mengalami perubahan. Sepanjang sejarah, Indonesia tercatat mengalami 4 kali
perubahan konstitusi dalam kurun waktu yang cukup singkat.
Periode pertama yaitu UUD 1945 yang berlaku  selama 4 tahun mulai 18
Agustus 1945 - 27 Desember 1949 namun ditahun terakhir konstitusi berubah dan
ditetapkan menjadi UUD RIS yang berjalan sampai 17 Agustus 1950. Perubahan
yang terbilang cukup singkat ini dilatarbelakangi oleh agresi militer Belanda yang
mengharuskan mengubah bentuk negara dari Presidensil menjadi pemerintahan
Parlementer, akibatnya Indonesia harus mengubah konstitusi negara. Konstitusi
negara Indonesia berubah menjadi parlementer yang menjadikan Presiden
Soekarno sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.

E. ESENSI DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA-NEGARA

 Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara


merupakan sesuatu hal yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak
akan terbentuk sebuah negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini,
hampir tidak ada negara yang tidak ada negara yang tidak memiliki konstitusi.
 Hal ini menunjukkan betapa urgenya konstitusi sebagai suatu perangkat
negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang satu  sama lain tidak
terpisahkan.

Konstitusi  menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan


ketatanegaraan,karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur
organisasi negara,serta hubungan  antara negara dan warga negara sehingga saling
menyesuaikan diri dan saling bekerjasama.Dr.A.Hamid S.Attamimi menegaskan –
seperti yang dikutip Thaib – bahwa konstitusi atau Undang–Undang Dasar 
merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus dipakai  sebagai pegangan dalam  mengatur bagaimana kekuasaan
negara harus dijalankan. Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrumen
untuk membatasi kekuasaan dalam suatu  negara, Meriam Budiardjo mengatakan:
“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional,Undang – undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan
kekuasaan tidak bersifat sewenwng –wenang .Dengan demikian diharapkan hak-
hak warga negara akan lebih terlindungi”.(Budiardjo,1978:96)
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan
tersebut,  Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi
dalam dua (2) bagian, yakni:
1) membagi kekuasaan  dalam  negara, dan
2) membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara
dari sudut kekuasaan dan  menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka
konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang
mendapatkan  bagaimana kekuasaan dibagi diantara beberapa lembaga
kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. 
Selain sebagai pembatas kekuasaan ,konstitusi juga dugunakan sebagai alat
untuk menjamin hak –hak warga negara. Hak –hak tersebut mencakup hak-hak
asasi,seperti hak untuk hidup,kesejahteraan hidup hak kebebasan. 
Dari beberapa pakar yang menjelaskan  mengenai urgensi konstitusi dalam
sebuah  negara,maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi
dalam suatu negara merupakan suatu keniscayaan,karena dengan adanya
konstitusi akan tercipta pembatasan kekuasaan melain pembagian wewenang dan
kekuasaan dalam  menjalankan negara.Selain itu,adanya konstitusi juga menjadi
suatu hal sangat penting untuk menjamin hak-hak asasi warga negara,sehingga
tidak terjadi penindasan dan perlakuan sewenang –wenang dari pemerintah.

Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan.


Oleh  karena itu Setiap konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :
a) untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan
politik
b) untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa,dan
menetapkan bagi penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka,
sehingga tidak terdapat kekuasaan yang semena – mena.
c) untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk
menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat.
d) Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan
susunan      pemerintahan. Sehingga dimana ada organisasi negara dan
kebutuhan menyusun suatu pemerintahan negara, maka akan diperlukan
konstitusi.
e) Konstitusi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer(ukuran)
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, juga merupakan ide-ide dasar
yang digariskan penguasa negara untuk mengemudikan suatu negara.
f) Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada
diantara lembaga-lembaga negara.Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan
kewajiban pemerintah sekaligus membatasi kekuasaan pemerintah agar
tidak sewenang-wenang dalam bertindak.
BAB III

PENUTUP

 
A.Kesimpulan

1) Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Konstititusi


dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis dan tidak
tertulis atau Undang-Undang.
2) Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau
undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi.
3) Terbentuknya Konstitusi itu berawal dari janji Jepang untuk memberikan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian hari, akan tetapi, janji
hanyalah janji, dan penjajah tetaplah panjajah yang selalu ingin
menguasai negara indonesia.
4) Dengan adanya pembagian wewenang dan cara bekerja berbagai
lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia, masyarakat
Indonesia terasa lebih terlindungi dengan hal itulah perkembangan
konstitusi di Indonesia.

B. Saran
Pembentukan konstitusi sangatlah penuh dengan perjuangan. Perjalan
pencarian jatidiri bangsa Indonesia berupa sejarah perubahan- perubahan
konstitusi cukup melelahkan. Begitu pentingnya konstitusi, mari kita jaga bersama
kekokohan tiang- tiang Bangsa Indonesia, yaitu UUD 1945.
Daftar Pustaka

Winarno, 2017. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT


Bumi Aksara.
Thaib, Dahlan,2009. Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Total Media.
https://ankes3mk.blogspot.co.id/2017/01/dinamika-konstitusi-di-indonesia.html
http://yukimuri.blogspot.co.id/2013/06/peranan-konstitusi-dalam-kehidupan.html

Sulaeman, Asep. 2012. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: 


Asman Press

Budiarjo, Miriam. 2000.  Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gamedia

Gatara, A.A. Sahid. 2008. Civic Education: Pendidikan Politik, Nasionalisme


Dan Demokrasi.Bandung: Q-Vision,

Priyanto, A. T Sugeng, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning: Pendidikan


Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai