Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERBANDINGAN CIVIC EDUCATION DI NEGARA


INDONESIA DENGAN NEGARA PERANCIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Abdul Basit, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. Wiwik Hidayati (196410120)
2. Sofiya Nur Jannah (196410122)
3. Wanda Amallya Ababiel (196410123)
4. Sinta Karina Dyah Arum Sari (196410132)

UNIVERSITAS PANCA MARGA


JL.Yos Sudarso No. 107 PABEAN DRINGU PROBOLINGGO
Telp (0335) 422715 427923 Fax. (0335) 427923 Probolinggo 67271
Email: baak@upm.ac.id Website : www.upm.ac.id

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
TAHUN AJARAN 2019/2020

Page 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perbandingan Civic Education
Indonesia Dengan Negara Lain”, makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada
waktunya. Ucapan terimakasih ini kami berikan kepada :

1. Selaku Dosen Pengampu : Bapak Abdul Basit, S.Pd., M.Pd


2. Teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa makalah


ini belum sempurna, sehingga kami berharap uluran tangan dari para pembaca
untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini sesuai dengan harapan anda.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami selaku penyusun maupun para pembaca sekalian.

Probolinggo, 16 Juni 2020

Penyusun

Page 2
DAFTAR ISI

Cover Makalah ..................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbandingan Civic Education Di Indonesia dan Perancis .................. 6

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Definisi Civic Education di Indonesia dan Perancis


............................................................................................................ 8
3.2 Sejarah Civic Education di Indonesia dan Perancis ...……..……....… 9

3.3 Perbedaan Civic Education di Indonesia dan Perancis ...….......…… 12

3.4 Faktor yang mempengaruhi Pendidikan di Indonesia dan Perancis ....13

BAB 4 HASIL ANALISIS.................................................................................. 17

BAB 5 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 19

Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untukmempertahankan
kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana yang selama ini
dipahami bahwa etos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi
dipelajari dan dialami. Setiap generasi adalah masyarakat baru yang harus
memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan mengembangkan
karakter atau watak publik maupun privat yang sejalan dengan demokrasi
konstitusional. Sikap mental ini harus dipelihara dan dipupuk melalui
perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Demokrasi bukanlah
“mesin yang akan berfungsi dengan sendirinya”, tetapi harus selalu secara
sadar direproduksi dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Di era
globalisasi saat ini kehidupan manusia begitu berjalan secara cepat dan tidak
terbatas selain itu juga akan berkembangnya suatu standarisasi yang sama
dalam berbagai bidang kehidupan. Negara atau pemerintah dimanapun,
terlepas dari sistem ideologi atau sistem sosial yang dimiliki, dipertanyakan
apakah hak-hak asasi dihormati, apakah demokrasi dikembangkan, apakah
kebebasan dan keadilan dimiliki oleh setiap warganya, bagaimana lingkungan
hidup dikelola. Implikasi globalisasi menjadi semakin yang dirasakan sebagai
”nestapa” dari mereka yang dipinggirkan kompleks karena masyarakat hidup
dalam standar ganda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan civic education ?
2. Bagaimanakah sejarah lahirnya civic education di Negara Indonesia dan
Negara Perancis ?
3. Bagaimana perbedaan civic education di Negara Indonesia dan Negara
Perancis ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi civic education di Negara Indonesia
dan Negara Perancis ?

Page 4
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi civic education.
2.Untuk mengetahui sejarah lahirnya civic education di Negara Indonesia dan
Negara Perancis.
3.Untuk mengetahui perbedaan civic education di Negara Indonesia dan
Negara Perancis.
4.Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi civic education di Negara
Indonesia dan Negara Perancis.

Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERBANDINGAN CIVIC EDUCATION DI NEGARA INDONESIA


DAN NEGARA PERANCIS
Civic Education atau pendidikan kewarganegaraan merupakan
penerapan dari civics (ilmu kewarganegaraan) dalam proses pendidikan.
Artinya program pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi
politik. Dapat diartikan pula bahwa civic education merupakan bagian dari
citizenship education.Civic education adalah citizenship education yang
dilakukan melalui sekolah.
Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada
tahun 1957 saat pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan
istilah civics. Penerapan Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah
dimulai pada tahun 1961 dan kemudian berganti nama menjadi pendidikan
Kewargaan negara pada tahun 1968.Mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada
tahun 1968. Sistem pemerintahan Perancis mulai berkembang pada abad
ke-19 yang ditandai dengan kemajuan yang dicapai melalui ide-ide
pemikiran sosial, politik, ekonomi dan pendidikan yang digagas oleh kaum
menengah. Pembaruan-pembaruan tersebut ternyata mampu merubah
Perancis menjadi sosok bangsa yang maju dan disegani oleh negara-negara
Eropa.
Di era „reformasi‟, wacana kewarganegaraan baru meletakkan
pengakuan atas hak-hak warganegara sebagai isu sentral dalam masyarakat
pluralis yang demokratis. Atau dengan kata lain, perjuangan dan
pemerolehan hak sipil, hak asasi manusia dan keadilan sosial dan politik
diyakini akan lebih mudah dicapai..
Di era „transisi demokrasi‟ bangsa Indonesia dihadapkan pada
pelbagai fenomena yang mempengaruhi kewarganegaraannya, seperti
rasionalisme ekonomi, etika sosial, pengaruh globalisasi dan kemajuan
teknologi, degradasi lingkungan, lokalisme demokratis, dan

Page 6
multikulturalisme. Semua masalah yang disebut belakangan ini merupakan
tantangan berat dalam revitaslisasi cita sipil, khususnya melalui
pendidikan kewarganegaraan.
Faktor yang mempengaruhi penddikan di Indonesia dan Perancis
sangatlah berbeda baik di lihat dari segi ekonomi, demografis, tingkat
produktivitas masyarakat serta dari lembaga pendidikan pemerintahnya.

Page 7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Civic Education


Civic Education atau pendidikan kewarganegaraan merupakan
penerapan dari civics (ilmu kewarganegaraan) dalam proses pendidikan.
Artinya program pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi politik.
Citizenship education atau education for citizhenship dipandang sebagai
is larger overarching concept here while civic education is but one part, albeit
a very important part, of one‟s development a citizen.
John J Cogan (1999) membedakan istilah pendidikan kewarganegaraan
(bahasa Indonesia) dalam dua pengertian yakni civic education dan
citizenship education atau education for citizenship. Civic education adalah
pendidikan kewargaanegaraan dalam pengertian sempit yakni sebagai bentuk
pendidikan formal, seperti mataa pelajaran, mata kuliah atau kursus di
lembaga sekolah, unversitas atau lembaga formal lain. Sedangkan citizenship
education mencakup tidak hanya sebagai bentuk formal pendidikan
kewarganegaraan tetapi bentuk-bentuk informal dan non formal pendidikan
kewarganegaraan. Jadi citizenship eduacation adalah pendidikan
kewarganegaraan dalam arti umum dan luas. Bentuk-bentuk informal atau
non formal dapat berupa program penataran atau program lainnya yang
sengaja dirancang yang berfungsi memfasilitasi proses pendewasaan atau
pematangan sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Dapat diartikan pula
bahwa civic education merupakan bagian dari citizenship education.Civic
education adalah citizenship education yang dilakukan melalui sekolah.
Pendidikan Kewargaan semakin menemukan momentumnya pada
dekade 1990-an dengan pemahaman yang berbeda-beda. Bagi sebagian ahli,
Pendidikan Kewargaan diidentikkan dengan Pendidikan Demokrasi
(democracy Education), Pendidikan HAM (human rights education) dan
Pendidikan Kewargaan (citizenship education). Menurut Azra, Pendidikan
Demokrasi (democracy Education) secara subtantif menyangkut sosialisai,

Page 8
diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya dan praktik
demokrasi melalui pendidikan.
Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian Civic
Education karena bahannya meliputi pengaruh positif dari pendidikan di
sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah. Jadi,
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) adalah program pendidikan
yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam
hubungannya dengan negara, demokrasi, HAM dan masyarakat madani (civil
society) yang dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan
demokrasi dan humanis.

3.2 Sejarah Lahirnya Civic Education di Negara indonesia dan Negara


Perancis
a) Civic education di Indonesia
Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada
tahun 1957 saat pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan
istilah civics. Penerapan Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah
dimulai pada tahun 1961 dan kemudian berganti nama menjadi pendidikan
Kewargaan negara pada tahun 1968.Mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada
tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang awalnya Januari –
Desember dan diubah menjadi Juli – Juni pada tahun 1975, nama
pendidikan kewarganegaraan diubah oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP).Nama
mata pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn
diubah menjadi PKn dengan menghilangkan kata Pancasila yang dianggap
sebagai produk Orde Baru. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
berkaitan erat dengan peran dan kedudukan serta kepentingan warganegara
sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan sebagai warga
negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. PPKn dapat sebagai upaya

Page 9
mengembangkan potensi individu sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan
Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara dan sebagai filsafat bangsa
dan negara Indonesia yang mengandung makna bahwa dalam setiap aspek
kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan
nilai-nilai Ke-Tuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b) Civic education di Perancis


Di Perancis kerangka dasar kurikulum dan beban belajar mata
pelajaran atau materi Civics yang dikaitkan dengan history and
geography untuk pendidikan dasar dan menengah dilandasi dengan
prinsip statutory core atau digariskan secara formal, yang
diorganisasikan secara terpisah atau Separate dan terpadu atau
Integrated dengan beban belajar 3 sampai 4 jam pelajaran, diluar 26
jam pelajaran wajib.
Materi kewarganegaraan disebut Civics yang merupakan bagian
dari mata pelajaran Discovering the World (Menyingkap Dunia).
Kedudukan dalam program pendidikan bersifat wajib yang dikemas
sebagai inti atau terintegrasi.
Perancis adalah salah satu Negara di benua Eropa yang dikenal
sebagai pusat mode dunia karena di sini banyak bermukim desainer
terkenal dunia yang menghasilkan karya seni tinggi dan sebagai
destinasi penting pariwisata dunia dengan iconnya menara Eifel.
Perancis adalah suatu negara besar dengan penduduk lebih dari 55 juta
jiwa pada saat ini dengan luas wilayah sekitar 545.630 Km2. Tingkat
pertumbuhan penduduk sekitar 0,5 persen per tahun serta kepadatan
wilayah mencapai 100 jiwa per km persegi. Jika dibandingkan dengan
Indonesia maka Perancis jauh lebih kecil, penduduk Indonesia tahun
2013 ini telah mencapai sekitar 250 juta jiwa dengan wilayah yang

Page 10
hampir sepanjang benua Eropa. Republique Francaise terletak pada
wilayah Eropa Barat, tetapi Negara ini mempunyai beberapa wilayah
teritorial di benua lain. Dari sisi historis Perancis merupakan satu unit
politik yang dipersatukan oleh penjajah Romawi Kuno, oleh karena itu
beberapa segi kehidupanpun dipengaruhi oleh budaya Romawi.
Sementara itu Indonesia pernah diduduki oleh kolonial Belanda,
Jepang, Inggris dan Portugis sehingga juga memberi warna terhadap
budaya negeri ini. Pengaruh Belanda cukup besar tarhadap budaya
Indonesia, dan termasuk juga terhadap sistem pendidikannya. Penduduk
Perancis menggunakan bahasa aslinya, yaitu bahasa Perancis yang
merupakan salah satu bahasa internasional karena juga digunakan pada
beberapa Negara, seperti di Belgia, pada beberapa negara di kawasan
Afrika Barat, pada negara bekas jajahan Perancis di Pasific dan lainnya.
Bahasa Perancis juga telah menjadi bahasa pengantar resmi yang
digunakan oleh Masyarakat Uni Eropa serta sebagai bahasa pengantar
resmi di badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Di Indonesia
digunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan. Meskipun Indonesia memiliki
ratusan macam bahasa daerah, namun masyarakatnya dapat disatukan
oleh Bahasa Indonesia. Akan tetapi Bahasa Indonesia belum menjadi
bahasa internasional karena belum digunakan di negara-negara lain.
Selama ini banyak orang yang mengenal Perancis sebagai kota model
karena dari negara ini setiap hari bahkan setiap jam lahir model-model
baru, terutama fashion, kosmetik dan assesories lainnya. Akan tetapi
Perancis juga memiliki kemampuan yang tinggi di bidang tekhnologi,
seperti tekhnologi otomotif dengan kereta cepat, memproduksi pesawat
Airbus, tekhnologi telekomunikasi dan lain sebagainya. Maka Perancis
juga menempatkan diri sebagai negara industri maju di dunia. Sistem
pemerintahan Perancis mulai berkembang pada abad ke-19 yang
ditandai dengan kemajuan yang dicapai melalui ide-ide pemikiran
sosial, politik, ekonomi dan pendidikan yang digagas oleh kaum
menengah. Pembaruan-pembaruan tersebut ternyata mampu merubah

Page 11
Perancis menjadi sosok bangsa yang maju dan disegani oleh negara-
negara Eropa. Kamajuan sosial politik Perancis punya keterkaitan
dengan penyelenggaraan pendidikannya, yakni dengan tumbuh
pesatnya berbagai pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat. Sedangkan Indonesia sebagai negara
berdaulat diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, yaitu hampir satu abad
lebih muda dari Perancis.

3.3 Perbedaan Civic Education di Negara Indonesia dan Negara Perancis


a) Civic Education di Negara Indonesia
Pendidikan kewarganegaraan Indonesia zaman Orde Baru (1966-
1998) kurang, bahkan tidak merefleksikan cita sipil yang demokratis.
Anggapan selama ini adalah bahwa kekeliruan itu bersumber pada otoritas
negara (state agents) melalui indoktrinisasi politik yang berlebihan,
misalnya melalui Penataran P4 yang banyak dilakukan untuk memaksakan
visi dan misi pemerintah kepada rakyat, juga pada pembungkaman
masyarakat demi kesejahteraan semu akan dukungan terhadap keputusan
pemerintah. Setelah pelengseran rezim otoriter, yakni ketika indoktrinisasi
sudah tidak terdengar lagi, timbul harapan besar bahwa kehidupan
berbangsa akan semakin demokratis. Di era „reformasi‟, wacana
kewarganegaraan baru meletakkan pengakuan atas hak-hak warganegara
sebagai isu sentral dalam masyarakat pluralis yang demokratis. Atau
dengan kata lain, perjuangan dan pemerolehan hak sipil, hak asasi manusia
dan keadilan sosial dan politik diyakini akan lebih mudah dicapai. Upaya
itu diwujudkan, misalnya, melalui amendemen Undang Undang Dasar
1945 dan keinginan untuk merevitalisasi Pancasila.

b) Civic Education di Negara Perancis


Pendidikan kewarganegaraan bukanlah subyek akademik
konvensional. Subyek-subyek lain, seperti sejarah dan geografi,
memperlengkapinya dengan referensi kultural dan saintifik. Pendidikan
kewarganegaraan mengambil arti penuhnya ketika ia dihubungkan

Page 12
dengan kehidupan sekolah, dan khususnya ketika berkenaan dengan
aturan-aturan pemerintah yang mengatur hak-hak pelajar dan dewan
sekolah lanjutan atas.

3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan di Indonesia dan Perancis


Membandingkan pendidikan di Perancis dengan Indonesia dapat
diasosiasikan dengan membandingkan pendidikan di negara maju dengan
negara berkembang. Ada beberapa kriteria pendidikan di negara maju dan di
negara berkembang yang telah terlaksana selama ini, yaitu :

 Faktor Mempengaruhi Pendidikan di Negara Maju (Perancis)


a) The relationship between education and employment and preparation
for the transition from school to work. (Hubungan antara pendidikan
pendidikan dan dunia kerja dari sekolah ke pekerjaan sudah ada),
b) A commitment to life-longeducation. (Adanya komitmen untuk
melaksanakan pendidikan seumur hidup),
c) The expansion of educational facilities. (Penyediaan fasilitas
pendidikan yang cukup memadai),
d) Teacher education for tomorrow. (Pendidikan guru untuk persiapan ke
masa depan),
e) Hubungan antara program kependidikan di lembaga- lembaga
kependidikan dengan dunia kerja,
f) Persiapan menghadapi masa peralihan dari masa sekolah ke masa
kerja serta masa hidup bermasyarakat,
g) Pendidikan seumur hidup,
h) Perluasan fasilitas dan pelayanan kependidikan dalam menghadapi
hambatan ekonomi
i) Penyediaan tenaga guru yang lebih bermutu untuk mempersiapkan
anak didik menghadapi masyarakat masa depan yang semakin
kompleks,
j) Pemerataan dan efektivitas pendidikan,
k) Sumber daya alam telah dimanfaatkan secara optimal oleh negara,

Page 13
l) Tetap berpegang teguh pada nilai-nlai budaya yang berlaku di negara
setempat,
m) Telah dapat mengatasi permasalahan kependudukan dengan baik,
n) Tingkat produktivitas masyarakat tinggi yang didominasi barang dan
jasa,
o) Tingkat dan kualitas hidup masyarakat telah tinggi,
p) Ekspor yang terbanyak adalah hasil industri dan jasa,
q) Telah terpenuhinya penyediaan fasilitas umum,
r) Kesadaran hukum, kesetaraan gender, dan penghormatan terhadap hak
asasi manusia telah dijunjung tinggi,
s) Tingkat pendidikan relatif tinggi,
t) Tingkat pendapatan penduduk relatif tinggi,
u) Tingkat kesehatan sudah baik

 Faktor Mempengaruhi Pendidikan di Negara Berkembang (Indonesia)


1) Secara ekonomi, pada umumnya miskin dan masih sangat tergantung
pada alam,
2) Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi,
3) Secara budaya, masih kuat berpegang pada nilai budaya,
4) Perbandingan mahasiswa dengan gelar doktor di universitas tidak
memadai karena mahasiswa tidak didorong untuk meraih gelar doktor
dan bekerja di universitas,
5) Universitas kurang memperhatikan masalah masyarakat dan telah
gagal untuk mengembangkan kerjasama dengan lembaga negara dan
lembaga swadaya masyarakat untuk antisipasi isu-isu seperti
pendidikan, kesehatan, energi, pertanian dan jasa,
6) Program pendidikan di perguruan tinggi belum siap untuk memenuhi
kebutuhan sektor usaha. Hal ini disebabkan adanya
ketidakharmonisan antara keterampilan di universitas dengan
ketrampilan yang dituntut oleh dunia usaha,

Page 14
7) Lembaga pendidikan tinggi gagal memberi dukungan yang cukup
untuk pembangunan ekonomi negara,
8) Universitas tertinggal dalam perkembangan dan transfer teknologi,
9) Kebanyakan staf akademik di universitas tidak dilengkapi dengan
pengetahuan paedagogis.
10) Faktor ekonomi, banyak siswa yang tidak dapat melanjutkan studi
karena masalah biaya,
11) Faktor sosial, adanya anggapan bahwa wanita terutama di pedesaan
tidak memerlukan pendidikan, lebih baik menjadi ibu rumah tangga
saja,
12) Faktor sistem pendidikan, banyak siswa menengah atas yang tidak
bisa melanjutkan pendidikan karena kurangnya daya tampung yang
tersedia,
13) Pemerintah juga kurang memenuhi standar dibandingkan pendidikan
swasta,
14) Kasus banyaknya tamatan sarjana yang menganggur karena tidak
mendapatkan pekerjaan,
15) Faktor kedisiplinan guru, cukup banyak guru yang sudah difasilitasi
oleh pemerintah tetapi tidak menjalankan tugas dengan baik,
16) Kesenjangan ekonomi antar daerah,
17) Adanya diskriminasi gender,
18) Kurangnya pendidikan yang bersifat teknis, sehingga banyak lulusan
yang tidak memiliki ketrampilan tertentu setelah tamat pendidikan,
19) Terbatasnya penyediaan/alokasi dana dari pemerintah,
20) Kurangnya tenaga pendidik atau guru yang terampil dan profesional,
21) Kemiskinan yang kronis dan meluas,
22) Tingkat pengangguran yang tinggi dan cenderung meningkat,
23) Ketidakmerataan distribusi pendapatan antar penduduk,
24) Rendahnya tingkat produktivitas di sektor pertanian,
25) Tidak meratanya kesempatan ekonomi antara desa dan kota,
26) Kurangnya pelayanan kesehatan dan pendidikan,
27) Memburuknya neraca pembayaran dan hutang luar negeri,

Page 15
28) Meningkatnya ketergantungan terhadap luar negeri,
29) Lemahnya kelembagaan masyarakat,

Page 16
BAB IV
HASIL ANALISIS

Civic Education atau pendidikan kewarganegaraan merupakan penerapan


dari civics (ilmu kewarganegaraan) dalam proses pendidikan. Artinya program
pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi politik.
Pendidikan kewarganegaraan bukanlah subyek akademik konvensional.
Subyek-subyek lain, seperti sejarah dan geografi, memperlengkapinya dengan
referensi kultural dan saintifik. Pendidikan kewarganegaraan mengambil arti
penuhnya ketika ia dihubungkan dengan kehidupan sekolah, dan khususnya ketika
berkenaan dengan aturan-aturan pemerintah yang mengatur hak-hak pelajar dan
dewan sekolah lanjutan atas.
Menurut kelompok kami perbedaan sistem pendidikan antara Indonesia
dan Perancis memiliki arti yang salah satunya untuk mentransfer hal-hal positif
yang telah dilakukan oleh suatu negara. Bagi Indonesia perlu mengenal bentuk
dan model pendidikan di negara lain karena sistem pendidikan Indonesia masih
perlu penyempurnaan dan perubahan. Terutama Indonesia perlu melihat kepada
beberapa negara yang telah maju sistem pendidikannya, salah satunya adalah
Perancis dan sebagainya. Memperbandingkan sistem pendidikan tidak dapat
dilakukan serta merta karena ada nilai-nilai khusus yang tidak dapat
dipersandingkan serta kekuatan lokal yang tidak dapat ditransfer secara utuh.
Misalnya sistem pendidikan di Perancis yang masih sangat kuat berpegang teguh
kepada nilai-nilai budaya setempat yang belum tentu dimiliki oleh negara lain.
Sementara itu Indonesia memiliki nilai-nilai luhur Pancasila yang menjadi
dasar sistem pendidikan sehingga menjadi kekhasan pendidikan di negara ini.
Sistem pendidikan Indonesia dan Perancis tidak dapat dipersandingkan secara
utuh, namun ada beberapa nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam memajukan
pendidikan di Indonesia. Apalagi Perancis adalah salah satu negara yang maju
pendidikannya dan telah menjadi tujuan oleh mahasiswa dari berbagai penjuru
dunia. Perancis juga berhasil mensejalankan antara pendidikan dengan lapangan
kerja sehingga tamatan pendidikan dari berbagai tingkatan dapat langsung bekerja

Page 17
sesuai keahliannya. Selanjutnya Indonesia juga perlu menjalin kerjasama dengan
Perancis untuk menyusun sistem pendidikan yang lebih baik.

Page 18
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

https://setyowati.blog.uns.ac.id/2016/05/01/civic-educatin-dan-citizenship-
education/
https://erlanggaferdian41.wordpress.com/about/istilah-dan-definisi-ce-
civic-education/
https://www.padamu.net/sejarah-pendidikan-kewarganegaraan
https://dewizma24.blogspot.com/2014/11/civic-education-di-berbagai-
negara.html
https://suciharlen.wordpress.com/2009/10/06/pendidikan-
kewarganegaraan-di-indonesia-dan-negara-lainnya/
http://exzellenz-institut.com/perbandingan-sistem-pendidikan-perancis-
dan-indonesia/

Page 19

Anda mungkin juga menyukai