B. Indikator
C. Materi
1. Pengantar
Perjalanan panjang Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), hampir sama usianya
dengan usia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah membuktikan PGRI sebagai
organisasi guru yang mampu menjaga eksistensi sesuai tuntutan perkembangan zaman. PGRI
lahir dalam Kongres Guru Indonesia Pertama di Surakarta pada tanggal 25 November 1945
tepat seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. PGRI lahir dalam
suasana perjuangan bangsa untuk mempertahankan dan menyempurnakan Republik
Indonesia. Semangat dan perjuangan kaum guru pada awal kemerdekaan dalam melahirkan
PGRI dan perjuangan PGRI dalam menjadikan guru yang professional, sejahtera, terlindungi,
dan bermartabat, serta dalam rangka memajukan pendidikan,perlu diketahui dan dipahami
oleh para pendidik dan peserta didik di lingkungan Lembaga Pendidikan PGRI.
Sejarah, pengalaman, perjuangan, suasana yang melingkupi dan cita-cita para guru
yang mendirikan PGRI, mengkristal menjadi Jatidiri PGRI, yaitu PGRI sebagai Organisasi
Perjuangan, Organisasi Profesi, dan Organisasi Ketenagakerjaan. Pengalaman perjuangan
PGRI sejak lahir sampai kini menunjukkan telah cukup banyak hasil-hasil perjuangan PGRI
1
dalam pembangunan bangsa, khususnya di bidang pendidikan dan dalam membela hak serta
kewajiban guru dan tenaga kependidikan. Informasi perjuangan PGRI dan hasil-hasil
perjuangan PGRI, yang sangat bermanfaat dan membantu guru, sebagai bahan pembelajaran
dapat memberikan kontribusi dalam membangun karakter bangsa.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, PGRI merupakan organisasi yang sangat
strategis berperan untuk bangsa dan Negara melalui peran yang penting dalam mewujudkan
pencipta kekuatan Negara terutama mencerdaskan kehidupan bangsa. Peranan strategis PGRI
ini akan menjadi penarik kepentingan berbagai pihak terutama partai politik dan
penguasa. Berdasarkan visinya PGRI bercita-cita mewujudkan PGRI sebagai organisasi
profesi terpercaya, dinamis, kuat, dan bermartabat. Untuk mewujudkan visinya pengurus
PGRI mulai dari tingkat Pengurus Besar, Provinsi, Kabupaten/Kota, Cabang dan Pengurus
Ranting melalui forum-forum organisasi mensepaki program kerja sebagai implementasi dan
eksistensi organisasi.
Dinamika organisasi PGRI secara historis memang sejak awal berdiri PGRI komitmen
pada jati diri dan sifat PGRI dalam mengimplementasikan visi dan misi PGRI. Tetapi
dinamika tersebut tidak selalu berjalan mulus, romantika kehidupan PGRI tercatat sebagai
sejarah untuk berkontribusi pada bangsa dan Negara.
PGRI sebagai Serikat Pekerja berusaha mengatur hubungan kerja antara anggota
PGRI dengan dengan seluruh komponen terkait dalam rangka memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan. Gerakan Serikat Pekerja adalah manifestasi dari bentuk solidaritas yang
mernperjuangkan kesejahteraan, keadilan, demokrasi, martabat dan hak-hak asasi manusia.
Hak-hak Serikat Pekerja (Trade Union Rights) berisi hal-hak asasi manusia yang
dipekerjakan. Masih banyak hak asasi manusia yang dipekerjakan yang belum terlaksana.
Terhadap hak-hak asasi tersebut, ada pekerja yang belum mengetahuinya dan ada pula yang
sudah mengetahuinya tetapi takut memperjuangkannya.Pada tahun 1990 PGRI telah terdaftar
di Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) sebagai organisasi Serikat Pekerja dengan SK
Menaker N0.l97/Men/ 1990 tanggal 5 April 1990.
Di era kemerdekaan organisasi PGRI merapatkan barisan berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan dengan konsolidasi organisasi dan
peningkatkan kompetensi para guru. Di era orde lama PGRI tetap konsisten dalam menjaga
marwah dan kebesaran PGRI. Di era orde baru PGRI tergoda oleh kepentingan politik
penguasa dan ikut terjun ke dunia politik praktis, ditandai dengan setiap ketua cabang
dipastikan menjadi ketua salah satu partai dan atau menjadi juru kampanye di tingkat
2
kecamatan masing-masing. Di era reformasi kiprah dan peran strategis PGRI memainkan
peran seperti diinginkan oleh AD/ART PGRI. Hasil kembali ke khitah, PGRI di era itu mulai
menunjukan peran sebagai organisasi profesi, perjuangan, dan ketenagakerjaan. Di bawah
kepemimpinan Prof. Dr. HM. Surya PGRI menggugat Prsiden RI, Kemenkeu, dan
Kemendiknas terkait anggaran pendidikan 20%, lahirnya UUGD, dan lahirnya sertifikasi
guru.
PGRI memiliki jatidiri sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi dan
organisasi ketenagakerjaan, serta memiliki sifat dan semangat yang merupakan visi PGRI
yaitu terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggota, disegani mitra, dan
diakui perannya oleh masyarakat dan memiliki misi yang diemban untuk mewujudkan cita-
cita proklamasi; mensukseskan pembangunan nasional; memajukan pendidikan nasional;
meningkatkan profesionalitas guru; dan meningkatkan kesejahteraan guru.
Pasal 3 (tiga) Anggaran Dasar PGRI keputusan Kongres XX menyatakan bahwa
PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan. Itulah
jati diri secara normatif dari PGRI. Di samping itu di dalam Anggaran Dasar tersebut terdapat
juga istilah lain yang membedakan antara PGRI dengan organisasi lain atau organisasi guru
lain seperti: sifat dan semangat organisasi sebagaimana tercantum dalam pasal 4 (empat)
Anggaran Dasar PGRI keputusan kongres XX. Menurut pasal tersebut PGRI adalah
organisasi yang bersifat: (1). unitaristik tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja,
kedudukan, agama, suku, golongan, gender, dan asal usul. (2). independen yang berlandaskan
pada prinsip kemandirian organisasi dengan mengutamakan kemitrasejajaran dengan
berbagai pihak. (3). non partai politik, bukan merupakan bagian dari dan tidak berafiliasi
kepada partai politik. Ayat 2 (dua) dari pasal 4 (empat) menyatakan bahwa PGRI memiliki
dan melandasi kegiatannya pada semangat demokrasi, kekeluargaan, keterbukaan, dan
tanggung jawab, etika, moral, serta hukum.
Jika dicermati substansi pasal-pasal tersebut sesungguhnya semua itu adalah yang
membedakan antara PGRI dengan organisasi-organisasi lain; semua itulah jati diri PGRI. Jika
jati diri menjadi faktor pembeda, menjadi basis sikap dan perjuangan PGRI, maka di samping
masalah komitmen, ada beberapa hal penting dan menarik untuk direnungkan, ditindaklanjuti
demi keberadaan visi, misi, dan perjuangan organisasi. Yang pertama adalah bagaimana
organisasi PGRI menjaga konsistensi selama ini. Yang ke dua mengapa organisasi bersikap
demikian serta bagaimana cara mengantisipasi masa depan organisasi dengan jati dirinya
dalam sistem ketatanegaraan yang dinamik serta dikaitkan dengan kondisi nyata PGRI
menyangkut komitmen pengurus dan anggotanya soliditas organisasi dan solidaritas para
3
anggota.
PGRI dengan jati diri sebagai organisasi Profesi, Perjuangan dan Ketenagakerjaan
dengan sifat Unitaristik,Independen dan Non Partisan, tentu disadari atau tidak akan
bersentuhan dengan Partai Politi. PGRI dan Partai Politik mempunyai hubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung. PGRI bukan underbow Partai Politik atau PGRI bukan
pembentuk Partai Politik, apalagi PGRI tidak ada yang sama sosio kulturalnya dengan Partai
Politik. Maka PGRI lebih cocok mengikuti pola hubungan kerjasama, dimana masing masing
organisasi bersifat independen dalam arti yang satu bukan bagian dari yang lainnya.
Keduanya, Serikat Pekerja dan Partai politik yang masing masing independen,tetapi
keduanya akan bekerjasama erat atas isu-isu tertentu dan akan saling mendukung. Tetapi
yang satu atau lainnya tidak akan pernah menjadi bagian dari salah satunya.Dengan
Hubungan seperti ini diharapkan PGRI tidak akan terseret kedunia politik praktis,
Independensi PGRI bukan hanya netral dalam berpihak, akan tetapi independen dalam
menentukan pilihan kerjasama atau tidak kerjasama. PGRI tidak ada dibawah naungan atau
pengaruh partai politik manapun sekaligus juga pengaruh pemerintah.
2. Berperan aktif mencapai tujuan nasional dalam mencerdaskan bangsa dan membentuk
manusia Indonesia seutuhnya.
4. Mempertinggi kesadaran dan sikap guru, meningkatkan mutu dan kemampuan profesi
guru dan tenaga kependidikan lainnya.
4
2.2. Visi PGRI
Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggotanya, disegani
mitra, dan diakui perannya oleh masyarakat. PGRI didirikan untuk mempertahankan
kemerdekaan, mengisi kemerdekaan dengan program utamadi bidang pendidikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para guru
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, PGRI merupakan organisasi yang sangat
strategis berperan untuk bangsa dan Negara melalui peran yang penting dalam mewujudkan
pencipta kekuatan Negara terutama mencerdaskan kehidupan bangsa. Peranan strategis PGRI
ini akan menjadi penarik kepentingan berbagai pihak terutama partai politik dan
penguasa. Berdasarkan visinya PGRI bercita-cita mewujudkan PGRI sebagai organisasi
profesi terpercaya, dinamis, kuat, dan bermartabat. Untuk mewujudkan visinya pengurus
PGRI mulai dari tingkat Pengurus Besar, Provinsi, Kabupaten/Kota, Cabang dan Pengurus
Ranting melalui forum-forum organisasi mensepaki program kerja sebagai implementasi dan
eksistensi organisasi.Dinamika organisasi PGRI secara historis memang sejak awal berdiri
PGRI komitmen pada jati diri dan sifat PGRI dalam mengimplementasikan visi dan misi
PGRI. Tetapi dinamika tersebut tidak selalu berjalan mulus, romantika kehidupan PGRI
tercatat sebagai sejarah untuk berkontribusi pada bangsa dan Negara.
5
PGRI berusaha dengan sungguh-sungguh agar guru menjadi profesional
sehinggapembangunan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat
direalisasikan
e. Meningkatkan Kesejahteraan Guru
Agar guru dapat profesional maka guru harus mendapatkan imbal jasa yang baik,ada
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sehingga ada rasa aman, Ada
pembinaan karir yang jelas. Guru harus sejahtera, Porfesional, dan terlindungi.
Pada dasarnya misi adalah tugas pokok, fungsi dan peran yang diemban oleh
kelompok atau anggota yang tersusun sistematis, terarah, terencana dalam pencapaian suatu
tujuan.Misi jati diri adalah suatu wahana untuk menampilkan citra, sikap, semangat dan
karakter organisasi keguruan yang mampu melestarikan nilai-nilai perjuangan dan profesi
keguruan.Misi jati diri PGRI yang sekaligus merupakan upaya PGRI dalam :
a.. Mewujudkan Cita-cita Proklamasi
PGRI bersama komponen bangsa yang lain berjuang, yaitu berusaha secarakonsisten
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sesuai amanat Undangundang Dasar 1945.
PGRI selalu berusaha untuk terlaksananya system penddikan nasional, berusaha selalu
memberikan masukan-masukan tentang pembangunan pendidikan kepadaDepartemen
Pendidikan Nasional
6
d. Meningkatkan Profesionalitas Guru
Agar guru dapat profesional maka guru harus mendapatkan imbal jasa yang baik,ada
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sehingga ada rasa aman, Ada pembinaan
karir yang jelas. Guru harus sejahtera, profesional, danterlindungi.
Wujud Jati diri PGRI merupakan panggilan sejarah yang tumbuh sejak Kebangkiatan
Nasional, dalam membentuk penanaman kesadaran kebangsaan dan nasionalisme lewat
pengajaran. Dengan demikian, tujuan PGRI menyatukan dengan cita-cita bangsa dalam
mewujudkan tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Berdasarkan AD/ART PGRI, pasal 4 bahwa sifat-sifat organisasi PGRI PGRI sendiri bersifat:
7
1. Unitaristik, tanpa memandang perbedaanijazah, tempatkerja, kedudukan, agama, suku,
golongan, gender, dan asal usul.
Lembaga pendidikan PGRI juga merupakan organisasi profesi terkait dengan fungsi keguruan
yang berperan sebagai pendidik bangsa lewat pengajaran. PGRI juga dalam hal mengabdi
kepada masyarkat dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Sifat organisasi PGRI adalah Unitaristik, Independen dan Non Partai Politik, sifat ini
di putuskan dalam kongres XX tahun 2008, pada kongres XXl tahun 2013 sifat organisasi
PGRI ada sedikit perubahan yaitu menjadi Unitaristik, Independen dan Non partisan. Sifat
Non Partai Politik pada keputusan kongres XX diganti menjadi sifat Non Partisan dalam
kongres XXl tahun 2013. Unitaristik, independen, dan Non Partisan merupakan sifat yang
satu nafas, satu roh dan satu jiwa dalam organisasi PGRI.
3.1.1. Unitaristik
PGRI tidak mengenal perbedaan agama, perbedaan ras, suku bangsa, pendidikan,
ijazah, jenis kelamin dan sebagainya.Melihat kenyataan yang ada guru memang memiliki
latar belakang yang berbeda.Mereka berbeda agama, berbeda suku bangsa. Berbeda jenis
kelamin, berbeda kedudukan, berbeda tempat dan jenjang pengabdian, berbeda
aspirasinya.Kebhinekaan ini merupakan potensi bangsa yang dipadukan sebagai perekat
bangsa, bukan untuk perpecahan. PGRI menyadari dan ingin menyatukan semua potensi
tersebut. Oleh karena itu PGRI menerapkan asas unitaristik sebagai asas
perjuangannya.Dengan asas unitaristik ini PGRI berupaya menghilangkan perbedaan itu,
PGRI tidak mengenal perbedaan agama, perbedaan ras, suku bangsa, pendidikan, ijazah, jenis
kelamin dan sebagainya.
3.1.2. Independen
PGRI merupakan organisasi yang mandiri. Tidak tergantung pada pihak manapun.
Dengan prinsip saling menghargai saling menghormati, menjalin mitra kesejajaran, berdiri
diatas semua golongan untuk diabdikan bagi kepentingan anggota nusa dan bangsa.Asas ini
memotivasi organisasi untuk mampu berdiri di atas kaki sendiri, penuh percaya diri, bebas
ketergantungan dari pihak lain.Kemandirian ini menuntut pula kokohnya rasa persatuan dan
8
kesatuan, dedikasi yang tinggi, semangat kerja keras.Indepensi berlandaskan pada asas
demokrasi keterbukaan, pengakuan dan penghormatan atas hak azasi manusia memotivasi
untuk mampu berdiri diatas kaki sendiri, penuh percaya diri, bebas dan sifat ketergantungan
pada siapa pun juga.Azas kemandirian ini menuntut pula kokohnya rasa persatuan dan
kesatuan, penuh dedikasi semangat kerja keras, berlandaskan pada asas kebersamaan dalam
mitra kesejajaran.
Melihat pengalaman sejarah sejak organisasi PGRI berdiri segala kepentingan baik
dari dalam maupun dari luar begitu kuat untuk mempengaruhi, utama kepentingan politik,
baik kepentingan politik perorangan maupun kepentingan politik golongan.Pengalaman
sejarah saat orde lama dan orde baru merupakan pengalaman sangat berharga dalam
menentukan arah politik organisasi, pengalaman itulah membat organisasi mengambil
keputusan untuk menjadikan organisasi menjadi Non Partai Politik. PGRI sebagai organisasi
tidak terikat atau mengikatkan diri pada salah satu kekuatan sosial politik yang ada. PGRI
memberikan kebebasan kepada anggotanya dalam menyalurkan aspirasinya, sesuai pilihan
hati nuraninya tanpa meninggalkan asa dan jatidiri PGRI.
Ketiga asas itu diterapkan PGRI semata-mata untuk menjaga keutuhan PGRI dan
bahaya perpecahan yang akan merugikan PGRI, bangsa dan negara.Pertanyaannya
Bagaimana penerapan sifat organisasi dari organisasi Non Partai Politik menjadi organisasi
yang bersifat Non Partisan?Partisan artinya anggauta, pengikut atau kelompok yang sangat
cinta buta terhadap golongan,faksi atau partai, Non Partisan berarti bukan pengikut, bukan
berteman bukan kelompok yang cinta buta terhadap suatu golongan, faksi atau partai.
PGRI bukan partai politik, tidak dibawah partai politik dan tidak akan menjadi partai
politik. Penggantian sifat dari Non Partai Politik menjadi Non partisan mengandung arti
bahwa organisasi independen yang diperluas, bukan hanya dengan partai politik saja tetapi
dengan lembaga lainnya. Non partisan artinya tidak mengikuti kelompok lain, tidak dalam
pengaruh lembaga lain apalagi partai politik.
Non Partisan dalam kegiatannya berupa tindakan yang tidak mengikuti, menyerukan,
mempengaruhi dalam bentuk aksi, perilaku, pikiran atau tindakan yang mengarah kepada
suatu golongan, kelompok, faksi apalagi partai politik.Non Partisan artinya tidak
berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung,dalam tindakan maupun ucapan, dalam
9
pikiran maupun perilaku terhadap suatu golongan, faksi, paham, apalagi partai politik.semata-
mata untuk menjaga keutuhan PGRI dan bahaya perpecahan yang akan merugikan PGRI,
bangsa dan negara.
Siapakah yang bertanggung jawab dengan sifat PGRI yang Unitaristik, Independen
dan Non Partisan?PGRI adalah organisasi guru tertua di Indonesia dengan anggota aktif
mendekati 2 juta orang yang tersebar di 540 kapubaten kota serta 34 provinsi se Indonesia,
Kepengurusan PGRI mulai tingkat ranting di kelurahan atau desa, tingkat
kecamatan ,kabupaten kota, provinsi serta pengurus besar di tingkat nasional.PGRI suatu
oranisasi dalam bentuk lembaga merupakan benda mati, untuk itu perlu ada yang
menggerakan, maka diperlukan adanya pengurus untuk mewakili anggota sesuai
tingkatannya.
PGRI sebagai organisasi yang bersifat Unitaristik, Independen dan Non Patisan sudah
sesuai dengan tujuan Isi dan Misi Organisasi. Untuk sifat Non Partisan diperlukan
pemahaman serta rambu rambu untuk pelaksanaanya agar anggota dan pengurus tidak
terjebak dalam pusaran partisipasi yang tidak menguntungkan bagi organisasi PGRI.
Kehadiran PGRI sebagi wadah dan sarana PGRI yang sedang berevolusi
Kemerdekaan, merupakan manifestasi akan keinsyafan dan rasa tangggung jawab kaum guru
Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta partisispasinya kepada
perjuangan menegakkan untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
Guru-guru sadar kan tugasnya, bahwa pendidikan adalah sarana utama dalam
pembangunan bangsa dan negara, mereka melaksanakan dwifunsi dalam baktinya yaitu : di
garis belakang mendidik dan mengajar di sekolah-sekolah biasa, sekolah peralihan, sekolah
pengungsian. Disampingnya kerja sama dengan para bapak/ibu mendirikan dapur umum dan
mempersiapkan makanan tahan lama untuk para pejuang di garis depan. Kecuali itu mereka
menjadi pemimpin /komandan barisan tentara : BKR, TKR, TRI/TNI, BARA, API, BBRI,
Hizbullah, Sabilillah, Laskar Rakyat, LASWI, KRIS, PMIU dan para pejuang lainnya.
Jika kita meneliti dalam mukadimah AD/ART PGRI dan meneliti kehidupannya
organisasi, sejak kelahirannya sampai sekarang dapat disimpulkan sebagai berikut :
10
a. PGRI lahir karena hikamah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17Agustus
1945, merupakan manifestasi aspirasi kaum guru Indonesia, untuk mengambil bagian
dan bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesinya sebagai pendidik bangsa
demi tercapainya cita-cita kemerdekan.
b. PGRI mempunyai komitmen kepada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
d. PGRI adalah suatu organisasi profesi guru yang lahir dan mewariskan jiwa,
semanagat, dan nilai-nilai 1945 secara teru-menerus kepada setiap generasi bangsa
Indonesia.
Jati diri PGRI adalah landasan filosofi yang menjadi norma dalam pola pikir, sikap,
perbuatan dan tindakan, serta bersifat mengikat dan ditaati oleh para anggotanya. Jati diri
PGRI adalah perwujudan dari sifat-sifat khas PGRI yang tampak dalam nilai-nilai dalam
11
sikap perbuatan, tindakan, perjuangan, dan profesi analisasi yang didasarkan kepada falsafah
negara Pancasila serta jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian jati diri yaitu ciri-ciri, gambaran
atau keadaan khusus seseorang atau suatu tanda atau identitas. Berdasarkan pengertian diatas,
jati diri PGRI mengandung makna, jiwa semangat dan daya gerak dari dalam yang telah
memberikan daya hidup kepada organisasi PGRI serta ciri-ciri khas yang dimiliki organisasi
PGRI dan menjadi identitas organisasi PGRI yang mengikat dan dipegang teguh anggotanya.
Kongres XVIII PGRI yang diselenggarakan tanggal 25-28 November 1998, telah
mempertegas kembali jati diri PGRI yang sempat dinilai agak luntur ditelan situasi sosial-
politik pada beberapa waktu yang lalu.sesuai dengan semangat kelahirannya, jati diri PGRI
itu adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang
mewadahi kaum guru di seluruh Indonesia dalam upaya mewujudkan hak-hak asasinya
sebagai pribadi, warga negara dan pengemban profesi sebagai :
1) Organisasi Perjuangan, PGRI merupakan wadah bagi para guru dalam memperoleh,
mempertahankan, meningkatkan, dan membela hak asasinya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, arga negara maupun pemangku profesi keguruan.
2) Organisasi Profesi, PGRI berfungsi sebagai wadah kebersamaan dan rasa kesejawatan
para anggotanya dalam mewujudkan kebaradaannya di lingkungan masyarakat,
memperjuangakn segala aspirasi dan kepentingan suatu profesi, menetapkan standar
perilaku profesional, melindungi seluruh anggota, meningkatkan kualitas kesejahteraan,
dan mengembangkan kualitas pribadi dan profesi.
3) Organisasi Ketenagakerjaan, PGRI merupakan wadah perjuangan hak-hak asasi guru
sebagai pekerja, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan.
Jati diri PGRI adalah identitas organisasi guru yang diwujudkan oleh PGRI sebagai
pribadi, sebagai warga negara dan sebagai tenaga profesi. Arti Jati diri pada hakekatnya
adalah landasan filosofis yang menjadi norma dalam pola pikir, sikap perbuatan dan tindakan
bersifat mengikat serta ditaati oleh para anggotanya.
Jati diri PGRI adalah perwujudan dari sifat-sifat yang khas PGRI, tampak dalam nilai-
nilai, pola pikir, sikap perbuatan, tindakan, perjuangan dan profesionalisasi, didasarkan pada
falsafah negara Pancasila, UUD 1945, serta jiwa dan semangat dan nilai-nilai 1945.
12
Jati diri PGRI memiliki dasar yang mendalam dan kokoh. dengan dasar tersebut, jati
diri PGRI menjadi landasan filosofi yang kuat bagi dalam mengemban misinya sebagai
organisasi perjuangan, organisasi profesi, organisasi ketenagakerjaan.
Dasar jati diri PGRI meliputi :
a) Dasar Historis
Berdasarkan hakekatnya kelahirannya, PGRI merupakan bagian dari perjuangan seluruh
rakyat Indonesia.
b) Dasar Idiologis – Politis
PGRI memiliki kewajiban untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan melalui
pembangunan nasional di bidang pendidikan.
c) Dasar Sosiologis dan Iptek
Dalam perjuangannya, pgri sangat tanggap dan aspiratif atas nasib anggotanya.serta
selalu bersifat responsif, adaptif, inovatif terhadap keadaan masyarakat serta
perkembangan iptek.
13
belakang, tingkat dan jenis kelamin, status, asal-usul, serta adat istiadat. Karena
unitarisme berarti suatu bentuk kesatuan.
7) Profesionalisme, artinya mengutamakan karya dan kekaryaan dalam mempertinggi
kesadaran, sikap, mutu dan kemampuan profesionalnya. PGRI mengutamakan karya
dan kekayaan dalam mempertinggi kesadaran,sikap, mutu, dan kemampuan
profesionalisme di kalangan siswa.
9) Kekeluargaan artinya PGRI menumbuhkan, mengembangkan rasa senasib dan
sepenganggungan, memiliki jiwa gotong royong, saling asih, asih serta asuh antara
sesama anggota PGRI menumbuhkan, mengembangkan rasa senasib dan
sepenanggungan, memiliki jiwa gotong royong, saling asah, asih serta asuh antar
sesama anggota.
11) Kemandirian artinya bahwa dalam melaksanakan misi PGRI bertumpu pada
kepercayaan dan kemampuan diri sendiri, tanpa terikat dan ketergantungan pihak lain.
Dalam melaksanakan tugasnya, PGRI bertumpu pada kepercayaan, dankemampuan diri
sendiri, tanpa ketergantungan dengan pihak lain.
12) Non Partai, artinya bahwa PGRI tidak mempunyai hub organisasi dengan kekuatan
sosial politik manapun. PGRI tidak menganut suatu paham politik tertentu, tidak
menjadi bagian dari partai politik apapun dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan
politik.
14
Fungsi Jati diri PGRI
a. Sebagai pedoman gerak perjuangan bagi anggota organisasi.
b. Sebagai sarana memasyarakatkan eksistensi dan misi organisasi.
c.Sebagai sarana perjuangan (kaderisasi) dalam rangka mempertahankan,
mengingatkan dan mengembangkan organisasi.
d. Sebagai pembangkit motivasi perjuangan PGRI.
e. Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan pada anggota/ warga PGRI.
c. Fungsi Pendidikan
Lembaga pendidikan PGRI melaksanakan fungsi seperti sekolah yang dikelola
Pemerintah.
d. Kurikulum
a) Sepenuhnya seperti terdapat pada kurikulum nasional
b) Diberikannya mata pelajaran khusus sejarah perjuangan PGRI dan penanaman
nasionalisme di lembaga pendidikan dasar dan menengah.
c) Mengembangkan muatan lokal dengan diisi wawasan kebangsaan dan nilai-nilai
budaya daerah.
e. Strategi Pendidikan
Strategi pendidikan mengacu kepada Programme for International Student
Assessment (PISA)
f. Supervisi
Dalam pelaksanaan supervisiberpegang pada prinsip-prinsip peningkatan daya guna
dan hasil guna melalui upaya pemecahan permasalahan secara musyawarah dan
mufakat.
g. Peserta didik
Di samping menerima peserta didik dari masyarakat pada umumnya, perlu
memperhatikan peserta didik dari keluarga PGRI.
h. Ketenagaan
Mengutamakan tenaga pendidik dari anggota PGRI yang memiliki KTA PGRI
maupun mereka yang telah membangkitkan pengabdiannya kepada PGRI.
i. Tata Tertib
a) Setiap kelas harus terdapat gambar Presiden dan Wakil Presiden.
Garuda Pancasila dan bendera Merah Putih, disamping itu terdapat lambang,
bendera PGRI/YPLP-PGRI.
b) Pendidik dan peserta didik diwajibkan dapat menyanyikan dan menghayati, lagu-
lagu wajib/lagu Perjuangan dan Himne PGRI (Dirgahayu PGRI ), Himne Guru
dan Mars PGRI.
16
c) Pendidik dan peserta didik dapat mengenal dan mengartikan lambing dan atribut
PGRI sebagai jati dirinya.
d) Pendidik dan peserta didik pada hari tertentu diwajibkan mengenakan seragam
YPLP-PGRI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
17
h. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan yang dilakukan dalam program pendidikan luar sekolah meliputi:
a) Rumpun jasa
b) Rumpun produksi
c) Rumpun kesejahteraan rumah tangga
d) Rumpun teknik dan elektro
e) Rumpun olahraga
f) Rumpun seni
i. Ketenagaan
Ketenagaan berupa tutor, fasilisator, pamong dan tenaga kependidikan yang lain,
dengan mengutamakan:
a) Warga PGRI yang memiliki keterampilan tertentu.
b) Tenaga ahli dari masyarakat yang mengerti tentang aspirasi PGRI.
c) Alumnus PLS yang menjadi anggota PGRI dan belum mendapatkan pekerjaan.
j. Tata tertib
a) Setiap kelas atau kelompok belajar harus terdapat gambar Presiden dan Wakil
Presiden, Garuda Pancasila dan bendera Merah Putih, disamping itu ada
lambang, bendera PGRI/YPLP-PGRI.
b) Pendidik dan peserta didik pada hari tertentu diwajibkan mengenakan seragam
YPLP-PGRI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
18
a) Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
b) Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsive, kreatif,
terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui Tridharma dan
c) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan
nilai humaniora.
d. Kurikulum
a) Sepenuhnya seperti terdapat pada Kurikulum Merdeka Belajar Kampus
Merdeka
b) Mata kuliah Ke PGRI-an dengan bobot 2 SKS
e. Strategi Pendidikan
a) Pendidikan makro:
1. Merintis berdirinya Universitas, Politeknik PGRI
2. Merintis perguruan tinggi yang berwawasan Pancasila (Mahasiswa
Pancasila)
3. Terus melibatkan diri dalam upaya memenuhi tuntutan kualifikasi dan
sertifikasi guru
b) Proses belajar mengajar
1. Diupayakan terciptanya suasana kemitraan sehingga mengurangi
kesenjangan antara pendidikan dan peserta didik
2. Menambahkan ranah profesi meliputi :
a. Keahlian
b. Tanggung jawab
c. Kesejawatan
d. Pembaruan
f. Supervisi
Dalam pelaksanaan supervisi diharapkan berpegang pada prinsip peningkatan
daya guna dan hasil guna pemecahan masalah secara kebersamaan, senasip
dan sepenanggungan. Adapun materi supervise diarahkan pada:
a) Peningkatan status perguruan tinggi PGRI
b) Peningkatan kualitas dan kuantitas staf
c) Peningkatan sarana dan prasarana
d) Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat
19
g. Peserta didik
a) Berpegang pada tolak ukur perlu ada perhatian khusus terhadap anggota
PGRI maupun keluarga anggota
b) Peserta didik yang berasal dari anggota PGRI diberi keringanan dalam
dalam masalah keuangan.
h. Ketenagaan
a) Dalam merekrut staf (tenaga eduktif dan tenaga administratif ) melalui
proses seleksi
b) Staf (tenaga edukatif dan tenaga administratif ) harus memiliki kartu tanda
anggota PGRI, serta berkepribadian yang mantap dan berdedikasi tinggi
i. Tata tertib
a) Diwajibkan menyanyikan lagu wajib/lagu perjuangan guru, mars PGRI
dan Himne PGRI (Dirgahayu PGRI)
b) Dapat mengenal dan mengartikan lambing dan atribut PGRI
c) Wajib mengikuti ceramah – ceramah ke PGRI- an
d) Bagi lulusan wajib memiliki kartu tanda anggota PGRI
e) Pada hari tertentu diwajibkan mengenakan seragam YPLP-PGRI
Jati diri PGRI adalah Organisasi Profesi, Organisasi Perjuangan dan Organisasi
ketenagakerjaan sedangkan sifatnya adalah Unitaristik, Independen dan Non Politik praktis
Keanggotaan PGRI bersifat Stelsel aktif yang meliputi anggota biasa, anggota luar biasa dan
anggota kehormatan.
Bagi PGRI istilah jati diri awalnya secara eksplisit tidak tercantum dalam Anggaran
Dasar hasil kongres guru-guru di Surakarta tidak lama sesudah Proklamasi yang melahirkan
sebuah organisasi guru yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pengganti
organisasi-organisasi guru yang ada sebelumnya. Beberapa istilah yang tercantum pada
Anggaran Dasar hasil kongres tersebut adalah asas dan tujuan (pasal II), nama dan kedudukan
(pasal I), rencana pekerjaan (pasal III), tentang anggota (pasal IV). Rumusan pasal-pasal yang
dapat dimaknai sebagai jati diri atau bakal jati diri tercantum pada pasal-pasal tersebut.
Beberapa diantaranya adalah: “memperkuat berdirinya Republik Indonesia” disebut dalam
pasal II sebagai asas dan tujuan. Juga rumusan pasal III ayat 1 yang berbunyi: “menganjurkan
kepada anggotanya supaya menyokong dengan nyata semua macam perjuangan untuk
20
menegakkan Republik Indonesia”. Kalimat-kalimat tersebut jiwa dan semangatnya tidak jauh
berbeda dengan istilah organisasi perjuangan pada Anggaran Dasar perkembangannya. Ada
juga tentang anggota : menolong anggota serta keluarganya yang menderita kesukaran.
Rumusan ini senafas dengan PGRI sebagai organisasi ketenagakerjaan yaitu jati diri ketiga
menurut Anggaran Dasar hasil kongres periode-periode kemudian.
Pada Kongres III PGRI di Madiun tanggal 27-29 Februari 1948 ditegaskan bahwa
PGRI tidak bergerak dalam lapangan politik (non partai politik). Pernyataan ini
mengisyaratkan bahwa PGRI tidak berafiliasi dengan partai politik, bukan pula anak
organisasi partai politik, tetapi dapat bahkan perlu masuk dalam bidang politik dalam arti ikut
berperan dalam urusan dan seluk beluk pemerintah/negara Republik Indonesia. Ditegaskan
juga pada waktu sifat dan siasat perjuangan PGRI yaitu (1). Korektif dan konstruktif terhadap
pemerintah/, pada umumnya, kementerian PP dan K khususnya dengan mempertahankan
kebebesannya sebagai serikat pekerja., 2). Bekerja sama dengan serikat-serikat buruh/pekerja
lainnya., 3). Bekerja sama dengan badan-badan lainnya (partai politik, organisasi-organisasi
pendidikan, badan-badan perjuangan, dll).Peran serta PGRI di bidang politik yang cukup
strategik ditandai dengan adanya dua orang wakil PGRI yang ditunjuk untuk duduk sebagai
anggota KNIP yang merupakan parlemen sementara Republik Indonesia, berdasarkan
maklumat Wakil Presiden No X tanggal 16 Oktober 1945.
21
Kongres PGRI ke IV dilaksanakan pada tanggal 26-28 Februari 1950 dua
bulan sesudah berdirinya RIS tanggal 27 Desember 1949. Suasana politik penuh
kerawanan karena adanya kelompok pro Republik dan pro Belanda yang saling
mencurigai. Semangat persatuan dan kesatuan terus menggelora, dorongan untuk
mempersatukan semua guru di tanah air di bawah naungan organisasi persatuan PGRI
tidak terbendung. Kongres mengambil keputusan untuk mengeluarkan “Maklumat
Persatuan”. Maklumat ini berisi seruan kepada saluruh masyarakat khususnya guru-
guru untuk menghentikan kecurigaan antar kelompok, antara “non” dan “ko” serta
menggalang persatuan untuk mengisi kemerdekaan. Maklumat memperoleh sambutan
yang menggembirakan, bukan hanya di Jawa tetapi juga di Sumatra seperti Aceh,
Sumatra Utara, Sumatra Tengah, dan Lampung. Akhirnya sebanyak 30 cabang Serikat
Guru Indonesia (SGI) di negara Pasundan memisahkan diri dari SGI untuk bergabung
dengan PGRI. Ambisi untuk membuat PGRI sebagai satu-satunya wadah organisasi
guru telah muncul pada saat ini. Cara-cara perjuangan organisasi buruh diperlihatkan
kembali pada bulan Juni 1950 ketika kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No.16/ 1950 tidak segera direalisasikan sehingga hak-hak guru
tidak dapat segera dinikmati.
Konsistensi PGRI atas sifat PGRI yang tidak berpartai politik diuji kembali
dengan masalah vang sentral. PGRI sebagai organisasi serikat sekerja, seperti halnya
serikat buruh lainnya bergabung ke dalam Serikat Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia (SOBSI). PGRI sebagai serikat sekerja, seperti halnya serikat buruh lainya,
bergabung ke dalam Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Tetapi
ketika sejumlah Pengurus PGRI mengendus bahwa orientasi politik SOBSI mengarah
ke PKI, akibatnya pada tanggal 20 September 1948, PGRI mengundurkan diri dari
22
SOBSI, dengan alasan bahwa berdasarkan anggaran dasarnya, PGRI bukan bagian
dari partai politik. Di samping itu asas dan dasar perjuangan PGRI adalah Pancasila,
sementara GBSI tidak berasaskan Pancasila. Menghadapi situasi ini sejumlah
pengurus yang ambisi politiknya tinggi menentang pengunduran diri tersebut. Pada
Kongres ke IV di Jogjakarta tanggal 26-28 Februari 1950 sikap Pengurus Besar
tersebut dilaporkan dalam Forum dan peserta Kongres mendukung walaupun tidak
dengan suara bulat. Sebanyak 12 cabang dengan ambisi politiknya yang kuat tetap
saja menolak.
Masih tetap dalam suasana dan semangat PGRI bukan bagian dari partai
politik pada tanggal 19-24 Desember 1950 terselenggaralah Kongres PGRI yang ke V
di Bandung. Pada Kongres ini ada dua keputusan mendasar yang disetujui oleh
Kongres yaitu: (1). ditetapkannya Pancasila sebagai asas organisasi, dan (2).
disepakatinya PGRI masuk menjadi anggota Gabungan Serikat Buruh Indonesia
(GSBI). Pasca Kongres di Bandung semangat dan gerakan konsulidasi serta
pengembangan organisasi menggelora. Pembentukan cabang-cabang PGRI meluas
sampai ke Sulawesi dan Kalimantan. Cara perjuangan sebagai organisasi buruh
mendominasi dinamika dan gerakan organisasi. Cara perjuangan itu antara lain
tuntutan dihilangkannya perbedaan gaji antara golongan “non” dan golongan “ko”;
tuntutan agar golongan “non” memperoleh penghargaan dalam bentuk pembayaran
uang pemulihan; dan tuntutan agar pemerintah menyusun peraturan baru tentang gaji
guru. Sifat non partai politik PGRI kembali digoyah dalam Kongres ke VI yang
diselenggarakan di Malang pada tanggal 24-30 November 1952. Hasil pemilihan
Pengurus Besar PGRI menunjukkan hampir 50% pengurus dipegang oleh orang-orang
PKI atau simpatisan PKI. Tarik ulur antara orang-orang PKI dan yang non PKI dalam
mengendalikan PGRI terus menerus terjadi sampai akhirnya mencapai klimaks yaitu
keluarnya PGRI dari GBSI dan pernyataan bahwa PGRI adalah orgaisasi non vak
sentral. Hal in terjadi pada Kongres ke VII di Semarang tanggal 24 November-1
Desember 1954. Suasana konflik terbuka antara sesama tokoh dan pengurus PGRI
sangat terasa, jauh berbeda dengan yang terjadi pada masa perang kemerdekaan ketika
PGRI keluar dari SOBSI tahun 1948.
23
Pada era demokrasi terpimpin PGRI tetap sebagai organisasi non partai
politik. Namun demikian usaha tokoh-tokoh PKI atau simpatisan PKI untuk
mengegolkan niatnya agar PGRI menjadi orgaisasi buruh yang merupakan bagian dari
PKI tidak pernah surut. Kehidupan organisasi diselingi oleh hiruk pikuk, pertentangan
karena tokoh-tokoh PGRI yang anti PKI tidak tinggal diam. Kondisi konflik terkait
dengan sifat non partai politik terus berlangsung bahkan menjadi semakin terbuka.
Pada Kongres ke IX di Surakarta bulan Oktober/ November 1959 kelompok non
parpol berhasil mengalahkan Subandri dkk tokoh/ simpatisan PKI dalam pertarungan
pemilihan Ketua Umum. Akhirnya M.E. Subiadinata terpilih kembali sebagai Ketua
Umum. Dengan terpilihnya M.E. Subiadinata sebagai Ketua Umum konsistensi PGRI
sebagai organisasi yang tidak berafiliasi dengan partai politik dapat dipertahankan
sampai kepemimpinan M.E. Subiadinata tahun 1969 masa kerja pengurus PGRI ke
XI.
Masa yang paling pahit bagi PGRI adalah tahun 1962-1965. Pada saat itu
terjadi perpecahan yang hebat dalam tubuh PGRI. Penyebab perpecahan adalah
ambisi politik yang datang dari luar bekerjasama dengan anggota pengurus besar yang
PKI sebagai anak panah. Kekuatan ini berusaha menggunakan kekuatan PGRI sebagai
alat untuk mencapai tujuan politik. Namun demikian usaha tersebut gagal bahkan
akhirnya anggota Pengurus Besar PGRI yang mendirikan PGRI non vak sentral yang
berafiliasi pada PKI dipecat dari kepengurusan.
24
lain menolak Manifesto Politik sebagi haluan negara yang pada Kongres ke X tahun
1962 telah disepakati sebagai dasar PGRI. Juga disetujuinya PGRI untuk bergabung
dalam barisan Sekber Golkar. PGRI ditegaskan sebagai organisasi yang bersifat
unitaristik, independen, dan non partai politik. Perubahan dan penyempurnaan
AD/ART PGRI disesuaikan dengan perkembangan politik Orde Baru. PGRI menjadi
anggota WCOPT (World Confederation of Organization of the Teaching Profession).
Selama masa Orde Baru terlihat jelas bahwa PGRI tidak mampu
mempertahankan asas, prinsip,sifat dan cara bertindak yang telah manjadi
kesepakatan dan seterusnya dipertahankan mati - matian. PGRI menjadi alat
kepentingan politik Golongan Karya. Secara pragmatis sikap PGRI menguntungkan
para guru dan anggota PGRI serta dunia pendidikan pada umumnya tetapi
kemandirian menjadi slogan kosong. Daya kritik PGRI terhadap kebijakan pemerintah
nyaris tidak ada bahkan PGRI sebagi anak emas pemerintah dan Golkar bertindak
sebagai corong yang kuat dan efektif bagi pemerintah. Fasilitas, bantuan, dan
pemberian peluang dari pemerintah harus dibayar dengan organisational cost yang tak
ternila. Sesungguhnya terdengar teriakan para guru , para pemerhati PGRI untuk
kembali ke track yang benar tetapi teriakan itu hilang ditelan gelombang keuatan Orde
Baru yang ganas.
4.9.4. Jati Diri PGRI pada Era Reformasi (Pasca Orde Baru)
Hapusnya serikat pekerja dari jati diri PGRI diawali dari konferensi pusat
(sekarang rakernas) terakhir di Bandung pada tahun 1972, peserta konferensi pusat
dihadapkan pada pilihan yang sulit akibat intervensi pemerintahan orde baru.
Pemerintah Orde baru melalui menteri dalam negeri Amir Mahmud dan asisten
pribadi Ali Murtopo memberikan pilihan yang sulit kepada peserta konferensi yaitu,
pilihan tetap mencantumkan serikat pekerja dalam anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga organisasi PGRI dengan menanggung akibat PGRI dilebur ke
organisasi KORPRI atau PGRI tetap berdiri akan tetapi menghilangkan serikat
pekerja sebagai jatidiri organisasi?.
Presiden Soeharto dan Ibu negara memberikan sambutan dalam kongres Xlll ,
didepan para peserta kongres presiden menyatakan sebagai berikut,
25
“ Kongres kali ini akan merupakan tonggak baru dalam pertumbuhan organisasi guru
Indonesia. Dalam kongres ini saudara saudara akan mengambil suatu keputusan yang
sangat penting, ialah merubah sifat PGRI dari organisasi serikat sekerja menjadi
organisasi profesi. Apabila keputusan itu saudara saudara ambil nanti, maka kita
semua akan menyambutnya dengan kegembiraan dan harapan. Kita sambut dengan
gembira karena itu para guru bertekad untuk membekali dirinya dengan dedikasi dan
ketrampilan di bidang profesi yang makin tinggi. Kita sambut dengan penuh
harapan,karena dengan ketinggian dedikasi dan ketrampilan, berarti pendidikan tunas
tunas bangsa akan berada ditangan mereka yang cakap, terampil dan berdedikasi
tinggi.”
26
Pekerja di Depnaker (SK Menaker N0. Kep 370/M/BW/1999) tanggal 10 Agustus
1999. Kembalinya PGRI sebagai serikat pekerja guru disambut baik oleh dunia
International. Persatuan Guru International Education International ( EI ) langsung
memberikan bimbingan dan bantuan untuk menjadikan PGRI sebagai serikat pekerja
guru yang bermartabat dan berwibawa. Education International dengan consortium
proyeknya memberikan milyaran rupiah sejak tahun 2000 sampai saat ini untuk
membantu PGRI.
PGRI sebagai serikat pekerja global bersama serikat pekerja lainnya di
Indonesia pada tahun 2003 membentuk organisasi Konfederasi Serikat Pekerja
Indoneisa ( KSPI ) yang berafiliasi ke serikat pekerja dunia IFTU. Saat ini presiden
KSPI satu satunya anggauta Goverment body ILO dari Asia Pasifik. Puncak dari
PGRI sebagai serikat pekerja adalah telah memperjuangkan Anggaran pendidikan
sebesar 20 % dari APBD/APBN, lahirnya Undang Undang Guru dan dosen nomor 14
tahun 2005, terbitnya sertifikasi guru dan mempertahankan keberadaan dirjen yang
mengurusi guru di kementerian yaitu ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan.
PGRI memposisikan diri sebagai mitra strategis pemerintah dan pemerintah
daerah. Perjuangan konsisten PGRI dalam meningkatkan harkat martabat dan
marwah para guru banyak membuahkan hasil. Lahirnya Undang-Undang Nomor
14/2005 tentang Guru dan Dosen yang dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 74/2008 yang berimplikasi adanya tunjangan profesi yang hingga kini
dinikmati para pendidik di seluruh tanah air; terbentuknya Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan (dulu Ditjen PMPTK) yang mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan guru, pendidik lainnya,
dan tenaga kependidikan; Pengadaan guru bantu yang kemudian diangkat menjadi
PNS. PGRI terus berkomitmen dalam memperjuangkan nasib para guru honorer
kategori maupun non-kategori khususnya yang berusia di atas 35 tahun agar
diberikan kesempatan menjadi ASN melalui jalur ASN-PPPK maupun jalur CPNS.
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga suatu Organisasi
merupakan hal yang lumrah,wajar dan biasa. Begitu juga rencana perubahan anggaran
dasar dan rumah tangga PGRI dimungkinkan karena diatur dalam Anggaran Dasar
Anggaran Rumah Tangga Organisasi. Hanya saja perlu dipikirkan bersama alasan
yang mendasar apabila ada keinginan perubahan Anggaran Dasar dan Rumah tangga.
Terjadi perubahan anggaran Dasar PGRI pada Kongres Xlll dan Kongres XVlll itu
semua akibat alasan yang kuat baik dari eksternal maupun internal. Perubahan
27
Anggaran Dasar Anggaran Rumah tangga PGRI tidak bisa hanya keinginan orang
perorangan, kelompok atau kepentingan sesaat, tetapi wajib melihat secara pilosofis,
juridis, historis dan sosiologis.
Organisasi PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan
organisasi ketenaga kerjaan. PGRI juga merupakan organisasi yang unitaristik,
independen, dan non partai politik. Selanjutnya PGRI memiliki dan melandasi
kegiatanya dengan semangat demokrasi, kekeluargaan, keterbukaan, dan
tanggungjawab etika moral serta hukum. PGRI memiliki tujuan tugas dan fungsi yang
ditarik dan bersumber dari sifat-sifat serta prinsip-prinsip dan semangat PGRI. PGRI
berusaha merevitalisasi sifat, prinsip, asas semangat yang menjadi daya pembeda
antara PGRI dengan organisasi lain. Saat ini secara relatif PGRI telah sempurna
melengkapi diri dengan soft skill dan hard skill. Satu saja yang belum yaitu
kemandirian finansial sebagaai bekal untuk melakukan aksi perjuangan.
Perjalanan panjang PGRI membuktikan bahwa tanda-tanda pembeda atau
yang disebut jati diri sulit untuk diaplikasikan dalam perjuangan membela
kepentingan guru dan anggota PGRI apabila kemandirian organisasi tidak
terwujudkan. Kemandirian harus tegak bukan saja dalam rangka merumuskan konsep-
konsep tentang pendidikan dan pelaksanaanyaa, tetapi juga mengkritisinya. Juga
bukan hanya tentang guru agar menjadi sejahtera, profesional, dan terlindungi. Juga
bukan sekedar kemandirian dalam memperlihatkan diri seperti organisasi massa
ketika terpanggil untuk memperjuangkan kepetingan guru. Kemandirian juga harus
tegak dalam aspek finansial. Komitmen pengurus dan anggota PGRI tidak cukup
melalui kontribusi konseptual tetapi juga harus kuat kemandirian finansialnya.
Kemandirian finansial inilah yang selama ini menghambat implementasi jati diri
PGRI, daya pembeda PGRI. PGRI harus mencari strategi baru dalam mengubah sikap
anggota sebagai sumber keuangan utama. Anggota harus disadarkan bahwa hak-hak
yang dinikmati sampai saat ini tidak turun dari langit tetapi harus ditebus dengan
pengorbanan. Perlu diingatkan bahwa cara lain apapun bentuknya bakal tidak lebih
efektif karena uluran fihak lain bukan sesuatu yang free of charge.
Pelaksanaan Kongres PGRI ke-21 di Istora Senayan akhirnya resmi ditutup
pada tanggal 5 Juli 2013. Kongres yang berlangsung sejak tanggal 1 hingga 5 Juli
2013 ini, dihadiri sekitar 8.000 guru yang datang dari kabupaten dan kota di 33
provinsi di Tanah Air. Adapun tema Kongres PGRI tahun ini adalah “Peran Strategis
PGRI sebagai Organisasi Profesi Guru Indonesia dalam Mewujudkan Guru yang
28
Bermartabat Menuju Pendidikan Bermutu.”
Selain itu, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mendesak perombakan
total desain dan kebijakan pendidikan nasional. Pasalnya, selama ini pendidikan
nasional dinilai telah bergerak tanpa arah, dan kadang dikendalikan pihak-pihak tidak
bertanggung jawab dengan kapabilitas tidak memadai. Keadaan itu memunculkan
anomali yang tidak diharapkan. Untuk mengembalikan pendidikan pada arah yang
benar, PGRI mendesak agar sejumlah kebijakan pemerintah saat ini dikaji ulang.
Terkait pendidikan nasional. Kongres meminta agar ujian nasional (UN) dievaluasi
kembali, dan merumuskan model evaluasi dalam rangka pengendalian mutu seperti
yang diamanatkan UU Sisdiknas.
Salah satu substansi yang menjadi pembahasan kuat adalah mengembalikan
pendidikan menjadi urusan pusat atau provinsi, terutama menyangkut guru.Otonomi
daerah menyebabkan distribusi guru terhambat.Untuk itu, UU Sisdiknas dan UU
Otonomi Daerah perlu direvisi, karena dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat (4)
menyatakan, negara membentuk satu sistem pendidikan nasional dan pendidikan
merupakan alat pemersatu bangsa. Otonomi guru kerap disalahgunakan. Banyak
perlakuan aparat di daerah yang melakukan pergantian dan mutasi terhadap guru
pasca-pemilukada yang bernuansa politis. Selain itu, kongres PGRI juga menyatakan
pemerintah bertanggung jawab meningkatkan mutu guru melalui pendidikan dan
pelatihan. Pelatihan guru jangan dilakukan hanya sesaat demi kepentingan Kurikulum
2013. Terkait tunjangan profesi, pemerintah dinilai belum menunjukkan komitmen
kuat untuk melakukan pembenahan. Faktanya, pembayaran tunjangan profesi guru
lebih sering terlambat dan tidak merata.
Pada Kongres tersebut, juga diusulkan beberapa hasil diskusi sebagai tuntutan
yang langsung disampaikan kepada Pihak Pemerintah untuk dikaji lebih lanjut
diantaranya adalah sebagai berikut:
29
Memasuki abad ke-21 yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi di
segala bidang, terjadi perubahan cara dan banyak inovasi bermunculan, PGRI perlu
mengubah mindset pengurus dan anggota agar cepat beradaptasi dalam struktur,
kultur, substansi, dan sumberdaya berjalan efektif. Menghadapi perubahan dunia yang
semakin mengglobal, PGRI harus terus memantapkan posisinya sebagai organisasi
profesi berbasis soliditas dan solidaritas anggota serta komitmen pengurus. Secara
struktural dan fungsional, arah perjuangan PGRI mulai bergerak ke arah profesi yang
modern dengan mentransformasi PGRI menjadi kekuatan moral intelektual dengan
tidak meninggalkan elan perjuangan sebagai organisasi perjuangan dan
ketenagakerjaan. Modernisasi organisasi sesuai kebutuhan dilakukan antara lain
dengan membentuk alat perangkat kelengkapan organisasi sesuai kebutuhan seperti
PGRI Smart Learning and Character Center (PGRI SLCC), Lembaga Kajian
Kebijakan Pendidikan, dan kini tengah digagas Pusat Pengembangan Profesi
Pendidik. Hadirnya PGRI SLCC menunjukkan keseriusan PGRI dalam upaya
meningkatkan kompetensi guru di bidang teknologi dalam menghadapi perubahan di
era revolusi industri 4.0.
PGRI terus memperkuat jati dirinya sebagai organisasi profesi yang modern
dan dapat merespon kebutuhan berdasarkan zamannya. Penguatan peran Asosiasi
Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) sebagai wadah peningkatan kompetensi para
guru yang digelorakan dari guru dan oleh guru sebagai upaya PGRI memberikan
kesempatan setara tanpa membedakan status para guru untuk meningkatkan kapasitas
profesinya.
PGRI sebagai organisasi pembelajar harus lebih siap berantisipasi dan
beradaptasi terhadap berbagai perkembangan, dapat mengakselerasi dan
mengembangkan proses, hasil dan layanan yang baik. Di era keterbukaan saat ini,
PGRI harus cakap belajar dari pesaing dan mitra. Seluruh lini organisasi sedapat
mungkin dapat melancarkan transfer pengetahuan dari satu bagian ke bagian lain,
memberdayakan semua sumberdaya manusia dalam berbagai jenjang organisasi.
30
SUMBER RUJUKAN PUSTAKA
https://aguslestiawan17.blogspot.com/2012/10/makalah-ke-pgri-an.html
http://www.arlo.web.id/2018/04/sejarah-pgri.html
https://aspirasiguru.wordpress.com/visi-misi-pgri/
http://belvas08.blogspot.com/2012/09/jati-diri-pgri.html
https://dama-damaku.blogspot.com/2020/06/jati-diri-pgri-jati-diri-adalah-c.html
https://fadlatul.blogspot.com/2012/10/reformasi-pgri.html
https://febroeldefila.wordpress.com/2011/07/15/jati-diri-sifat-sifat-pgri-dan-semangat-pgri/
http://fairuzelsaid.upy.ac.id/ke-pgri-an/jati-diri-pgri/
https://jefrisagitarius12.blogspot.com/2018/04/makalah-ke-pgri-an.html
https://kbbi.web.id/jatidiri
https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/perjalanan-pgri-dari-masa-ke-masa
https://www.koranperdjoeangan.com/sifat-organisasi-pgri/
http://kspi.or.id/urutan-jati-diri-pgri/
https://makalahpersatuangururepublikindonesia.blogspot.com/2016/11/makalah-ke-pgri.html
https://www.pgrimagelang.com/p/sejarah-persatuan-guru-republik.html
http://pgri.or.id/pgri-jalan-terus/
https://pgririau.or.id/service/view/6
http://pgri.or.id/pgri-jalan-terus/
https://pgririau.or.id/service/view/6
http://pgri.or.id/pgri-dan-partai-politik/
http://pgri.or.id/pgri-dan-tahun-politik/
http://pgri-tjb.org/mengenal-perjuangan-pgri-oleh-drs-h-soebagyo-brotosedjati-m-pd/
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pgri/#Misi_PGRI
http://retnomulatsih2010.blogspot.com/2013/07/jati-diri-lembaga-pendidikan-pgri.html
http://sdnpajagalanii.blogspot.com/2014/06/jati-diri-pgri-dan-kompetensi-guru.html
31
https://slidetodoc.com/sejarah-perjuangan-dan-jati-diri-pgri-pada-masa/
https://slideplayer.info/slide/2736402/
https://tantyoarya.wordpress.com/sejarah-pgri-2/
https://tulisan-perempuan.blogspot.com/2019/10/jati-diri-pgri.html
https://virlenda.unipasby.ac.id/course/view.php?id=1376
https://web.facebook.com/189529711091722/posts/jati-diri-pgri-dari-masa-ke-masa-pasal-3-
tiga-anggaran-dasar-pgri-keputusan-kong/853644588013561/?_rdc=1&_rdr
https://wikeaprilian.blogspot.com/2015/05/makalah-ke-pgrian-adart-pgri_28.html
https://www.youtube.com/watch?v=vt2fw2Erwxc
32
33