Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

SEJARAH PGRI PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Makalah
disusun untuk memenuhi
tugas Sejarah Pendidikan dan PGRI

Disusun Oleh :
Kelompok III
R7D
Abi Lukas apriyana 201844500xxx
Dani romadon 201844500xxx
Agung dwi cahyo 201844500509
Yusuf Bahtiar 201844500xxx
Sayid Fikri 201844500xxx
Reza Hermawan 201844500xxx
Akhmad Yovi Widyanto 201844500xxx
Harly Jansen 201844500xxx

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehigga dapat menyelsaikan makalah sejarah PGRI pada
masa liberal ini.

Kongres ke IV yang berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 26-28


februari 1950. Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada kongres IV ini
adalah bergabungnya pengurus pusat Serikat Guru Indonesia (SGI) yang
berkedudukan di Bandung bersama dengan 38 cabang sejarah mencatat pada
konres IV.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi para pembaca,
serta para pelajar. Penulis juga membuka diri jika terdapat masukan dan saran dari
para pembaca mengenai penjelasan yang disajikan penulis.

penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
D. manfaat.................................................................................................................2

BAB II
ISI......................................................................................................................................3
A. PGRI Pada massa liberalisme.............................................................................3
B. Kongres yang dilakukan PGRI...........................................................................6
C. Pengakuan Belanda Atas Republik Indonesia Serikat (RIS)..........................19
D. Suasana Politik...................................................................................................21
E. NON dan KO......................................................................................................22
F. Maklumat Persatuan..........................................................................................22

BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. SIMPULAN........................................................................................................25
B. SARAN................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PGRI lahir tanggal 25 november 1945, hanya berselang tiga bulan setelah
kemerdekanaan Indonesia diproklamasikan. Bertempat di sekolah Guru Putri
(SGP) Surakarta diselenggarakan kongres 1 PGRI dari tanggal 24-25 november
1945. Pada kongres itu disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan
dan kesatuan segenap guru diseluruh IndonesiaKongres ke II PGRI di adakan
di Surakarta ( solo ) Jawa Tengah pada Tanggal  21-23 Desember 1946.
Kongres ke III PGRI di adakan di Madiun Jawa Timur pada Tanggal 27-29
Februari 1948.

Kongres ke IV berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 26-28 februari


1950. Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada kongres IV ini adalah
bergabungnya pengurus pusat Serikat Guru Indonesia (SGI) yang
berkedudukan di bandungbersama dengan 38 cabang sejarah mencatat pada
konres IV, anggota PGRI berjumlah 15.000 yang terbesar di 76 cabang.

B. Rumusan Masalah
Dari persoalan di atas permasaslahan yang dapat dirumuskan
diantaranya:
1. Apa saja hasil yang diperoleh dari kongres PGRI pada masa liberal yang
telah dilakukan?
2. Bagaimana pengakuan belanda terhadap Republik Indonesia Serikat (RIS)?
3. Bagaimana suasana politik pada saat itu?
4. Apa yang dimaksud dengan NON dan KO?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui isi kongres PGRI pada masa liberal


2. Mengetahui sikap Belanda terhadap Republik Indonesia Serikat

1
3. Mengetahui suasana politik pada saat itu
4. Mengetahui makna dari NON dan KO

D. manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini diantaranya:

1. bagi penyusun
untuk mengetahui sejarah PGRI secara detail dan untuk memenuhi tugass
dari mata Kuliah Sejarah Pendidikan PGRI
2. bagi civitas akademik
untuk bahan ajar dan referensi bacaan tentang kongres PGRI

-----00000-----

2
BAB II

ISI

A. PGRI Pada massa liberalisme


Masa ini dimulai semenjak kongres PGRI ke IV dilaksanakan pada
tanggal 26-28 februari 1950 di Yogyakarta. Kongres ini dihadiri oleh beberapa
utusan dari luar “daerah Renville”, yaitu Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya,
Sigli, Bukittinggi, dan Lampung. Mereka datang dengan tekad mempersatukan
diri dan bernaung di bawah panji-panji PGRI.
Guru-guru yang bernaung di bawah panji-panji PGRI secara aklamasi
mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh tanah air
dalam satu organisasi kesatuan yaitu PGRI. Mereka juga sepakat untuk
menyingkirkan segala rasa curiga dan semangat kedaerahan yang menjangkiti
para guru.
Republik Indonesia Serikat(RIS) baru saja diakui oleh Belanda tgl,27
Desember 1949.Secara nasional suasana politik masih sangat rawan.sehingga
masih saling mencurigai antara golongan “Non” dan “Ko”. Kongres
memutuskan untuk mengeluarkan “Maklumat Persatuan” yang berisikan
seruan kepada seluruh masyarakat, khususnya kepada guru-guru, untuk
membantu menghilangkan suasana yang membahayakan dalam hubungan
antara golongan “non-“ (Pro Republik) dan “ko-“(bekerjasama dg Belanda),
dan menggalang persatuan demi perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
20 September 1948 PGRI mengundurkan diri dari SOBSI melalui
Konggres ke IV di Yogyakarta sesuai dengan Anggaran Dasar PGRI sendiri
yang non Partai Politik serta asas dan dasar perjuangan PGRI berlandaskan
falsafah Pancasila. PGRI mengundurkan diri dari SOBSI karena beberapa
orang dalam Presidium SOBSI hendak membawa vaksentral kedalam bentuk
perjuangan politik,SOBSI condong ke PKI dan akhirnya benar -benar menjadi
organisasi PKI(Pantai Komunis Republik Indonesia). 12 cabang menghendaki

3
peninjauan kembali PB PGRI atas sikapnya keluar dari SOBSI ( Sukabumi,
Pekalongan, CIanjur, Cilacap, Purwokerto, Kudus, Bumiayu, Pemalang, Blitar,
Srengat, Kebumen dan Pacitan). Kemudian PGRI Masuk kedalam GBSI
(Gabungan Serikat Buruh Indonesia).
Kongres V diadakan 10 bulan setelah Kongres IV di Yogyakarta yaitu
pada tanggal 19 s.d 24 Desember 1950 di Bandung. Kongres tersebut
merupakan “ Kongres Persatuan”. Untuk pertama kalinya cabang-cabang yang
belum pernah hadir sebelumnya datang pada kongres ini yang secara
keseluruhan melibatkan 202 cabang dari 301 cabang PGRI yang ada pada saat
ini. Asas Organisasi yang dipilih Konggres adalah “ Pancasila”.
Kongres ini menugaskan PB PGRI agar dalam waktu singkat melakukan
segala usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji antara golongan “non” dan
“ko” yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Selanjutnya PB PGRI
ditugaskan untuk mendesak pemerintah agar menyusun suatu peraturan baru
tentang gaji guru dan medudukkan wakilnya dalam panitia penyusunan
peraturan gaji, baik secara langsung maupun melalui Vaksentral
Kongres VI PGRI dilaksanakan di Malang pada tanggal 24 s.d 30
November 1952, Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting, yaitu:
1. Bidang organisasi
Kongres menetapkan bahwa asas PGRI ialah keadilan sosial dan
dasarnya ialah demokrasi, dan PGRI tetap berada dalam GSBI.
2. Bidang perburuhan
Diputuskan untuk memperjuangkan kendaraan bermotor bagi Penilik
Sekolah Instruktur Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Masyarakat
3. Bidang Pendidikan
a. Sistem pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan negara pada masa
pembangunan.
b. KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran 1952/ 1953. (karena
tidak sesuai dengan upaya peningkatan mutu pendidikan bangsa).
c. KPKB ditiadakan atau diubah menjadi SR 6 tahun

4
d. Kursus B-I/ B-II untuk pengadakan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-
baiknya.
e. Diadakan Hari Pendidikan Nasional
4. Bidang umum
a. Dalam bidang umum disepakati supaya anggaran belanja Kementrian PP
& K ditingkatkan menjadi 25 % dari selurung anggaran belanja negara
dan agar Jawatan PP & K dipusatkan sampai tingkat provinsi saja.
b. Dalam kongres ini disahkan juga “Mars PGRI” ciptaan Basoeki
Endropranoto
c. Kemajuan pesat yang dicapai PGRI mengakibatkan meningkatnya
pengakuan dan penghargaan masyarakat terhadap PGRI
d. Di pihak lain menarik perhatian dan keinginan sementara partai politik
untuk menguasai PGRI guna kepentingan politiknya
e. Surat kabar tertentu mulai mencoba mempengaruhi suasana konggres
dengan jalan menjagokan calon – calonnya melalui berbagai cara
,kadang melalui intrik dan fitnah.
f. Pengurus Besar PGRI terpilih dalam konggres V ,hampir 50% terdiri
dari orang-orang simpatisan PKI ,tetapi belum membawa pengaruh
buruk organisasi berkat masih kuatnya rasa persatuan dan kesatuan
dikalangan para anggota PGRI pada saat itu, meskipun sedikit
mengganggu perjalanan dan perkembangan organisasi.
5. Bidang organisasi
a. Dalam peringatan Sewindu PGRI 1952, tercatat 256 Cabang PGRI telah
dikunjungi PB PGRI (Jawa,Madura,Sumatra,kalimantan,Bali dan
Maluku). Merupakan hasil terbesar sepanjang sejarah organisasi PGRI
b. Sebagai tindak lanjut dari resolosi Konggres PGRI ke VI di Malang
mengenai pendidikan Nasional. PGRI membentuk Panitia Konsepsi
Pendidikan Nasional yang diketuai oleh F.Wachendorf

Dilanjut pada kongres VII yang diadakan di semarang pada 24-1


desember 1954 yang dihadiri oleh Dihadiri oleh 639 orang utusan dari 351

5
cabang yang membawakan 1.414 suara dari 1.581 seluruh suara dalam
organisasi (89 %).
Untuk pertama kalinya Kongres PGRI dihadiri oleh tamu-tamu dari luar
negeri, yaitu : Maria Marchant, wakil FISE yang berkedudukan di Paris;
Marcelino Bautista dari PPTA (Filiphina) mewakili WCTOP; Fan Ming,
Chang Choo dan Shen Pei Yung dari Serikat Buruh Pendidikan RRC; dan Jung
Singh dari organisasi guru Perak/ Malaysia.
Kongres VIII PGRI diadakan di Bandung pada tahun 1956 Dihadiri oleh
hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Menurut laporan kongres ini,
jumlah anggota PGRI meningkat dari 85.432 orang pada waktu kongres VII di
Semarang menjadi 107.032 orang, tersebar di 511 cabang di seluruh Indonesia

B. Kongres yang dilakukan PGRI


1. Kongres PGRI ke I

Kongres I PGRI di laksanakan di Surakarta ( Solo ) , jawa Tengah


pada Tanggal 23-25 November 1945, Pada kongres hari pertama
disampaikan protes kepada seluruh dunia terhadap tindakan-tindakan tentara
penduduk di Indonesia, garis besar protes tersebut adalah sebagai berikut:
a. Alasan protes perbuatan-perbuatan tentara penduduk yang tidak sesuai
dengan maksud penduduk.
b. Maksud protes agar tentara pendudduk ditarik kembali dan tidak usah
diganti karena Negara republic Indonesia telah menyelanggarakan
keamanan dan ketentraman dalam negeri.
c. Protes ditujukan kepada Negara-negara serikat, Vietnam dan Negara arab
juga akan diberi tahu.

Kongres pertama PGRI yang berlangsung 100 hari setelah


kemerdekaan turut membantu membangkitkan semangat para guru. Hal itu
sejalan dengan tujuan PGRI ketika didirikan, yaitu memperkuat berdirinya
republik Indonesia.

Susunan pengurus pada kongres ke 1 diantaranya:

6
Ketua :1. Amin Singgih

2. Rh. Koesna

3. Soekitro

Penulis : Djajeng Soegianto dan Soemidi Adisasmita

Bendahara : Siswowidjojo dan Siswa Widjojo

Anggota : Siti Wahjoena (Popy Sjahrif), Martosoediggo, 3.


Reksosoebroto (Siswowadodjo), Parmoedjo

Beberapa bulan kemudian ketua I amin singgih di angkat sebagai


bupati mangkunegara Surakarta, sehingga terpaksa di adakan perombakan
susunan susunan pengurus besar dengan formasi sebagai berikut:

Ketua : Rh. Koesman

Penulis : Sastrosoemantro dan Katja Martoesoebroto

Bendahara : Soemidi Adisasmito dan Martosoedigdo

Anggota : Djajeng Soegianto, Sadat Siswowidjojo, Siswowardojo,


Soespandi Atmowirogo

2. Kongres PGRI ke II

Kongres ke II PGRI di adakan di Surakarta ( solo ) Jawa Tengah pada


Tanggal  21-23 Desember 1946. Melalui kongres ini PGRI mengajukan
tuntutan kepada pemerintah yaitu:
a. Sistim pendidikan selekasnya didasarkan pada kepentingan nasional
b. Gaji guru supaya tidak di hentikan
c. Di adakan Undang-Undang Pokok Perburuhan

7
Kongres kedua ini menghasilkan keputusan yang merupakan wujud
dari tanggung jawab nasional PGRI dalam upaya mempelopori peubahan
system pendidikan kolonialmenjadi sistem pendidikan nasional.

Susunan pengurus pada kongres ke II diantaranya:

Ketua : 1. Rh. Koesnan

2. Soejono Kromodimoeldjo

3. Soejono

Penulis : J. Soetemas dan Mh. Hoesodo

Bendahara : Soemadi Adisasmita dan Dinneman

Ka. Bag. Pendidikan : D. Notohamidjojo

Ka. Bag. Perburuhan : Sosro

Ka. Bag. Penerangan : Slamet I

Karena ketua I adalah Rh. Koesnan ditunjuk sebagai menteri social


dan perburuhan dalam cabinet Hatta, maka susunan pengurus besar dirubah
menjadi:

Ketua : Soedjono Kromodimoeldjo dan Soejono

Penulis : J. Soetemas dan Mh. Hoesodo

Bendahara : Soemadi Adisasmita dan Dinneman

Sedangkan untuk jabatan ketua III dihapus karena Rh. Koesnan


diangkat jadi Menteri.

3. Kongres PGRI ke III


Kongres ke III PGRI di adakan di Madiun Jawa Timur pada Tanggal
27-29 Februari 1948. Ditengah berkecamuknya perang kemerdekaan, PGRI
menyelenggarakan kongres ke III. Kongres yang berlangsung dalam

8
keadaan darurat menghasilkan keputusan-keputusan bahwa untuk
menghasilkan efektifitas organisasi, dilakukan dengan memekarkan cabang-
cabang yang tadinya setiap kepresidenan memilik satu cabang menjadi
cabang-cabang yang lebih kecil, tetapi dengan jumlah sedikitnya 100 orang,
diharapkan bahwa yang lebih kecil itu dapat lebih efektif, dalam cakupan
daerah yang cukup terbatas itu PGRI mempunyai 76 cabang yang masing-
masing ternyata dapat memajukan aktifitas dan fasilitas yang tinggi.

Susunan pengurus pada kongres ke III diantaranya:

Ketua :1. Soedjono Kromodimoeldjo

2. soedjono

3. Soedarsono

Panitera umum : Brahim Prawirosoemitro dan Inda Karjoso

Ka. Bag. pendidikan : Soepojo

Ka. Bag perburuhan : Sostrowignjo

Bendahara : Dinneman

Pada akhir tahun 1948 sampai dengan awal tahun 1949 dengan
kembalinya kekuasaan pemerintah RI ke Yogyakarta, maka kembali pula
PGRI menggerakkan organisasinya dan memindahkan kedudukan dari Solo
ke Yogyakarta. Dengan sususnan pengurus besar kongres III adalah sebagai
berikut:

Ketua I,II dan III : Soedjono kromodimoeldjo, Soedjono, Soedarsono

Sekertaris umum : Soekkirno, Soebakti

Bendahara : Soewandi

Ketua bagian pendidikan : Ali Marsaban

9
Ketua bagian perburuhan : Sosro

Ketua bagian publisiteit: Hj. Soemato

4. Kongres PGRI ke IV

Kongres ke IV yang berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 26-28


februari 1950. Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada kongres IV ini
adalah bergabungnya pengurus pusat Serikat Guru Indonesia (SGI) yang
berkedudukan di bandungbersama dengan 38 cabang sejarah mencatat pada
konres IV, anggota PGRI berjumlah 15.000 yang terbesar di 76 cabang.
Adapun keputusan yang diambil pada kongres ke IV adalah sebagai berikut:

a. Mempersatukan guru-guru seluruh tanah air dalam satu organisasi,


yaitu PGRI
b. Menyingkirkan rasa saling curigai dan semangat kedaerahan yang
menjangkit para guru yang politik yang memecah belah wilayah
republic Indonesia
c. Mengeluarkan “Maklumat Persatuan” yang berisi seruan masyarakat
khusunya kepada para guru, untuk membantu menghasilkan suasana
yang membahayakan anggotagolongan pro-republik dan golongan yang
kontra republic, serta menggalakkan persatuan demi perjuangan untuk
mengahsilkan kemerdekaan.
Adapun susunan besar pengurus besar pada saat kongres ke IV di
Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Ketua I,II dan III : Rh. Koesman, Soedjono, dan Soejono


Kromodimoeljo

Sekertaris jendral : Soekimo, Moehammad Hidajat

Bendahara : Soetinah, Soetedja

10
Ketua bagian pendidikan : Soedarsono

Ketua bagian perburuhan : M.E. Soebiadinata

Rh. Koesnan, Soejono, Soekirno, Soetinah, Soeparno dan Soedarso


berkedudukan di Yogyakarta. Mereka secara bersama-sama ememelihara
hubungan dengan jawa tengah, jawa timur dan S.I Yogyakarta. Soejjono,
Muhammad Hidayat, Soetojo, M.E. Subiadinata dan F. Wacendroff
berkedudukan di Jakarta bertugas menyelemggarakan hubungan dengan
jawa barat, Sumatra, Kalimantan, Indonesia timur dan sunda kecil.
Beberapa peristiwa penting yang terjaid setelah kongres IV adalah
sebagai berikut:

a. Tiga puluh cabang serikat guru Indonesia menyatakan gabung dengan


PGRI
b. Keluarnya peraturan pemerintah nomor 16 tahun 1950 yang antara lain
berisi tentang penyessuaian gaji guru yang tadinya digaji menurut
Herdziende Bezal Dingding Sregeling der Burgelijke Landsdie Haren
(HBBL)
c. Didirikannya sekolah yang diperuntukkan khusus bagi para pelajar
pejuang

5. Kongres PGRI ke V
Kongres ke V diadakan di Bandung pada tanggal 19-24 Desember
1950 tepatnya di Hotel Savoy Homann, dan di buka oleh ketua Pengurus
Besar PGRI Rh.Koesnan. Dalam kongres ini diputuskan hal-hal yang
bersifat prinsipil dan fundamental bagi kehidupan perkembangan PGRI
selanjutnya. Sebagai berikut:

a. Menegaskan kembali pancasila sebagai azaz organisasi


b. Menugaskan pengurus besar PGRI agar dalam waktu singkat melakukan
segala usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji antara golongan yang
pro dan kontra politik.

11
c. Melakukan konsolidasi organisasi dengan membentuk pengurus
komisariat-komisariat daerah.

Pada kongres ke V ini juga terjadi sebuah peristiwa yang penting


yaitu:

a. Memasukkan 47 cabang di Kalimantan dan Sulawesi ke dalam PGRI


yang mengakibatkan 2.500 orang guru yang berbeda-bedamenurut
ketentuan dapat digaji sesuai dengan standar dari pusat
b. PGRI berhasil memperjuangkan nasib para guru di sekolah-sekolah
lanjutan, jumlah honorarium meningkat dan maksimumjam dikurang

Adapun susunan pengurus besar PGRI berdasarkan kongres V ini


adalah sebagai berikut:

Ketua : Soedjono, M.E. Subiadinata

Sekertaris jendral : Moehamad hidajat

Sekertaris urusan perburuhan : M.E. Soebiandinata

Sekertaris urusan pendidikan : Ibnu Tadji

Sekertaris urusan penerangan : J.M.S. Hutagalung

Sekertaris keuangan dan usaha : Moehamad Hidadjat

Komisaris umum DTU pendidikan : F. Wachen droff

Komisaris umum DTU perburuhan : Alam Sjahroeddin

Komisaris umum DTU keuangan : M. Sastra Atmadja

Komisaris umum DTU usaha : Soemahardja

Redaksi majalah sura guru : J.M.S. Hutagalung, Soedjono

6. Kongres PGRI ke VI

12
Kongres PGRI Ke VI berlangsung di Malang Jawa Timur 24-30
November 1952. Dalam Kongres ini menyepakati beberapa keputusan
penting,yaitu:

a. Dalam Bidang Organisasi, Kongres menetapkan bahawa asas PGRI ialah


keadilan social dan dasarnya adalah “Demokrasi”, dan PGRI tetap berada
di bawah GBSBI ( Gabungan Serikat Buruh Indonesia ). Dalam bidang
perburuhan diputuskan untuk memperjuangkan kendaraan bermotor bagi
penilik sekoleh, instruktur Pendidikan Jasmani dan Pendidikan
Masyarakat
b. Dalam Bidang Pendidikan,di setujui agar:
1) sistim pengajaran di selaraskan dengan kebutuhan Negara pada masa
pembangunan
2) KPKB(Kursuss Persamaan Kewajiban Belajar) di ubah menjadi SR 6
tahun
3) KPKPKB di hapus pada ahir tahun 1952/1953
4) Kursus B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA di atur
sebaik-baiknya
5) Di adakan Hari Pendidikan Nasional.
c. Dalam Bidang Umum, di sepakati supaya anggaran belanja Kementrian
PP & K di tingkatkan menjadi 25%  dari seluruh anggaran belanja
Negara dan agar Jawatan PP & K di pusatkan sampai tingkat propinsi
saja.Dalam Kongres ini di syahkan pula “Mars PGRI” ciptaan Basoeki
Endropranoto

Pada Kongres ke VI untuk pertama kalinya pengurus besar PGRI


berusaha mengajukan konsep tentang isi dan pengertian “Pendidikan
Nasional”, Adapun susunan pengurusnya adalah sebagai berikut:

Ketua I dan II : Soedjono, M.E.Subiadinata


Panitera Umum : Moehammad Hidajat
Panitera Tata Usaha : Soebandri
Penitera perburuhan : Ahmad Sanoesi

13
Panitera Pendidikan : Ktut Nara
Panitera Keuangan dan usaha : Soetardjo
Komisaris umum DTU pendididkan : Slamet II
Komisaris umum DTU perburuhan : Alam Sjahroeddin
Komisaris umum DTU keuangan : Prawirosoedarsono
Komisaris umum DTU perburuhan dan pendidikan wanita : NJ.S.
Soemardi
Redaksi majalah suara guru : Soepardo,Soedjono, Soebandri

7. Kongres PGRI ke VII


Kongres ini di laksanakan di Semarang tepatnya di SMA-B Candi
Semarang pada tanggal 24 November sampai dengan 1 Desembar 1954.
Kongres ini di hadiri 639 0rang utusan dari 351 cabang yang menbawakan
1,414 suara dari 1.581 seluruh suara dalam organisasi ( 89%). Untuk
pertama kalinya Kongres ini di hadiri oleh tamu-tamu dari luar negri yaitu
Maria Marchant, wakil FISE yang berkedudukan di Paris , Marcelini Bausta
dari PPTA Filipina mewakili WCTOP, Fan Ming, Chang Chao dan Shen Pei
Yung dari Serikat Buruh Pendidikan RRC.
Pada kongres ke VII ini menghasilkan putusan sebagai berikut:

a. Dalam bidang hokum


b. Dalam bidang pendidikan
c. Dalam bidang perburuhan
d. Dalam bidang organisasi pernyataan PGRI keluar dari Gbsi dan
menyatakan diri sebagai organisasi non vaksentral.
Dalam kongres ke VII ini juga terjaid sebuah peristiwa-peristiwa
penting, yaitu sebagai berikut:

a. Bergabungnya kembali ikatan guru lulusan CVO dan ikatan guru SR ke


dalam PGRI

14
b. Terselenggaranya konferda disejumlah wilayah seperti denpasar untuk
wilayah nusa tenggara (22-25 juli 2955) dan di tanjung karang untuk
wilayah sumatera selatan (11-13 juli 1955).
c. Meningkatnya anggota PKI mempengaruhi anggota-anggota PGRI
dengan cara lain melumpuhkan kegiatan-kegiatan PGRI dan
mengahalangi kegiatan iuran anggota PGRI didaerah-daerah.
d. Munculnya organisasi non PGRI yang didirikan oleh golongan yang anti
PKI, seperti persatuan guru nahdlatul ulama’ (PERGANU), iakatan guru
muhammadiyah (IGM), persatuan guri Kristen Indonesia (PERGUKRI).
Adapun pengurus bresar PGRI yang terbentuk pada kongres ke VII ini
adalah sebagai berikutt:

Ketua I,II dan III : Soedjono, M.E.Subiadinata, Hermanoe Adi


Panitera umum : Moehamad Hidjat
Panitera perburuhan : Alamsjaroeddin
Panitera pendidikan : Idris M. Hutapea
Panitera penerangan : Soepardo
Panitera keuangan : Soetardjo
Komisaris umum DTU pendidikan : slamet II
Komisaris umum DTU perburuhan : N.J.S. Soenardi

8. Kongres PGRI ke VIII


Kongres PGRI ke VII ini dilaksanakan di Bandung pada Oktober
1956. Kongres ini juga dihadiri oleh 109 cabang PGRI. Peristiwa yang
terjadi setelah kongres VIII adalah sebagai berikut:
a. Terbentuk komisariat Kalimantan timur pada bulan maret 1957 dengan
ketua Sanoesi dan komisaris daerah aceh pada bulan maret 1958 dengan
ketua Ibrahim Siagian.
b. Diadakannya kursus kader tingkat khusus pada waktu tanggal 23
desember 1957 samapai dengan januari 1958 dengan di Jakarta dan
ketentuan setiap 15 cabang mengirim satu orang pesesrta.

15
c. Mengadakan dialog segi tiga antara pengurus besar PGRI, menteri PP
dan K tentang tuntutan PGRI untuk menaikkan anggaran belajar
kementrian PP dan K hingga 25%.
d. Sosialisasi tuntutan PGRI untuk menaikkan anggaran kementrian PP dan
K hingga 25% kepada para anggota.
e. Mendesak pemerintah untuk segera memberantas penyelewengan dana
dalam kementrian PP dan K.
f. Mendesak pemerintah untuk segera merubah sistem pendidikan yang
mengandung unsure-unsur pendididkan kolonia menjadi sistem
pendidikan yang lebih bersifat nasional.
g. Dikembangan usaha kessehatan sekolah (UKS) akibat dari usulan PGRI
kepada pemerintah agara lebih memperhatikan kesehatan atau
memfasilitasi pemeriksaan kesehatan mjurid dan guru oleh dokter
sekolah dan menyediakan obat-obatan di sekolah.
h. Ditolka rencana kenaikan uang ujian sekolah tahun 1965/1957.
Penolakan ini dilakukan PGRI organisasi pelajar.
i. Dikeluarkan bulletin khusus yang berjudul “marilah kita berantas bacaan
cabul” dalam upaya PGRI memberantas bacaan dan film porno.
j. Menjadi permasalahan dalam simposium badan musyawarah nasional
(BMN) di denpasar.
k. Menegerikan beberapa sekolah PGRI yaitu 6 KG A, 2 SMA , 2 SMP
pada periode 1956-1959. PGRI memiliki 189 sekolah yang terdiri atas 3
SGA, 10 KG a, 6 SG B, 3 KG B, 1 SMPE dan masih banyak lainnya.
l. Mengusahakan agar ditetapkan hari pendidikan, PGRI mengusulkan
tanggal 25 november sebagai hari pendidikan.
m. Mengusahakan kenaikan pangkat otomatis bagi setiap guru yang pada
tanggal 30 september sudah memenuhi persyaratan kepangkatan
meskipun mereka belum diusulkan naik pangkat.
n. Dibentuknya panitia amandemen PGPN dan M.E Soebidanata duduk
dalam panitia sebagai wakil PGRI.
o. Diperhitungkan masa kerja guru SRdi sekolah-sekolah swasta.

16
Adapun haisl kongres VIII ini terbentuk susunan pengurus besar PGRI
sebagai berikut:
Ketua Umum : M.E.Subiadinata
Ketua I dan II : Soedjono, M.Hosein
Panitera umum : Soebandri, Widodo
Panitera organisasi : Soekandri
Panitera perburuhan : Alamsjahroeddin
Panitera pendidikan : Idris M. Hutapea
Panitera keuangan : A. Zachri
Panitera social/ekonomi : A. Harahap
Komisaris umum : Nj. S. Soenardi, P. J. Karamoy

9. Kongres PGRI ke IX.


Kongres ini Berlangsung di Surabaya, pada Tanggal 31 Oktober-4
November 1959. Pada bulan-bulan pertama sesudah kongres IX, PGRI
mengahadapi kesulitan besar terutama karena kekurangan dana. Bukan
karena jumlah iuran anggota yang kecil, melainkan pemasokan dana dai
jawa tengah dan jawa timur sangat seret. Dari beberapa cabang yang setia
pengurus besar, PGRI dikedua provinsi tersebut diserobot oleh pengururs
daerah yang pro-PKI. Meskipun demikian kegiatan PGRI berjalan dalam
uapayanya memperjuangkan nasib para guru.
Masalaah dukungan PGRI terhadap masuknya PSPN kedalam soksi
yang diputuskan dengan 12 suara pro lawan 2 suara kantor pada hakekatnya
tidak mengubahkekompakan di lingkungan pengurus besar PGRI. Hal ini
disebabkan adanya kejelaan pada semua pihak pada saat itu. Bahwa
dukungan tersebut dengan sendirinya tidak berlaku lagi jika dua syarat
diajukan oleh pengurus besar PGRI. Yakni “soksi bukan merupakan
vasentral dan nama soksi harus diganti”, tidak terpenuhi.
Adapun susunan pengurus besar PGRI yang terbentuk pada kongres
IX adalah sebagai berikut:

17
Ketua Umum : M.E Subiadinata

Ketua I dan II : M. Hoesein, Soebandri

Panitera umum : Soekarno Prawira

Panitera umum dan keuangan : A. Zachri

Panitera perburuhan : Moejono

Panitera pendidikan : L. Manusama

Panitera keuangan : A. Zachri

Panitera organisasi : Moersid Irdris

Panitera social/ekonomi : Ismartojo

Komisaris umum urusan perburuhan : A. Sanoesi

Komisaris umum urusan pendidikan : A. H. Arahap

Komisaris umum urusan perburuhan : Alam Sjahroeddin

Komisaris umum urusan keuangan : N. J. Soenardi

10. Kongres PGRI X


Kongres ke X Bertempat di Gelora Bung Karno Jakarta, Oktober
1962. Pada tahun 1962-1965 PGRI mengalami masa sulit karena terjadinya
perpecahan di dalam tubuh PGRI. Berikut adalah Susunan pengurus besar
PGRI masa perserikatan ke X:

Ketua Umum : M.E.Subiadinata


Ketua I dan II : M.Hosein, Soebandri
Panitera umum : A.Zachri

18
Panitera keuangan : Idris M. Hutapea
Panitera pendidikan : AMD. Jusuf
Panitera perburuhan : Moejono
Panitera organisasi : Moersid Idris
Panitera kewanitaan : Nj. Soenardi
Panitera perguruan tinggi: Mr. Agoes Tayeb
Panitera olahraga : Ichwani
Panitera kebudayaan : H. Rachman
Panitera teknik : Soeprijo, S. T
Panitera keguruan : Noersalim Roendesara
Panitera hubungan luar negeri : Moehammad Hidjajat
Pada bulan Juni1964 Soebandri di pecat kerana terlibat dalam
penghianatan atau sparatis dengan mendirikan PGRI Non Vak sentral/PKI.
Pada bulan-bulan pertama kongres X mengalami kesulitan-kasulitan
terutama keuangan, Setelah mengalami beberapa reshuffle, maka susunan
pengurus besar PGRI berubah, sebagai berikut:

Ketua Umum : M.E,Subiadinata


Ketua I : M.Hosein
Panitera umum : H. M. Hidjajat
Panitera keuangan : A. Abdurachman
Panitera kesejahteraan : Obing H. Tambri
Panitera pendidikan : Drs. Soedijarto
Panitera organisasi : M. Hatta
Panitera urusan keuangan : Nj. Soenardi
Panitera urusan perguruan tinggi : Anwar Jasin
Panitera urusan olahraga : Drs. Tatworjo, M. SI
Panitera kemasyarakatan/ kebudayaan : AMD Jusuf
Panitera teknik kejuruan : Ir. GB Dharmasetia
Panitera keguruan : Drs. Estiko Soeparjo
Panitera penerangan/hubungan luar negeri : selamet I

19
C. Pengakuan Belanda Atas Republik Indonesia Serikat (RIS)
Konferensi Meja Bundar adalah peristiwa bersejarah bagi Indonesia lepas
dari cengkeraman Belanda. Berikut latar belakang, isi rumusan, dan hasil
peristiwa KMB. Konferensi Meja Bundar menjadi sejarah penting Indonesia
lepas dari cengkeraman Belanda. Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan di
Den Haag, Belanda pada 23 Agustus sampai 2 November 1949. Terjadinya
Konferensi Meja Bundar tak terlepas dari rangkaian usaha yang dilakukan para
tokoh bangsa saat itu.

Sebelum diadakan KMB, telah berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi


antara Belanda dan Indonesia yang menghasilkan kesepakatan berupa
Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), Perjanjian Roem
Royen (1949). Diadakannya KMB bertujuan menyelesaikan masalah antara
Indonesia dan Belanda yang telah menjajah Indonesia dalam waktu cukup
lama. Penyelesaian masalah terutama menyangkut penyerahan kekuasaan dan
pengakuan kedaulatan politik pemerintah Belanda ke Indonesia.Setelah
kalahnya Jepang oleh sekutu di Perang Dunia II, Belanda merasa punya
kesempatan kembali menjajah Indonesia. Namun aksi penjajahan ulang yang
dikenal sebagai Agresi Militer II mendapat kecaman dari dunia internasional.

Konferensi yang berjalan dari 23 Agustus hingga 2 November 1949


menghasilkan sejumlah kesepakatan, sebagai berikut:

1. Kerajaan Belanda menyerahkan sepenuhnya kedaulatan Indonesia tanpa


syarat dan tidak dapat dicabut, dan karenanya mengakui Republik Indonesia
Serikat sebagai negara yang merdeka dan berdaulat
2. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan atas dasar ketentuan-
ketentuan dalam konstitusinya. Rancangan konstitusi telah dipermaklumkan
kepada Kerajaan Belanda
3. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnya pada 30 Desember 1949.

20
Pada poin satu, awalnya pemerintah Hindia Belanda tidak menyetujui
penyerahan Papua Barat sebagai wilayah kedaulatan Indonesia karena
perbedaan etnis. Pemerintah Hindia Belanda saat itu ingin menjadikan Papua
Barat sebagai negara terpisah. Sehingga saat itu masalah Papua Barat belum
terselesaikan dalam KMB.

Hasil dari KBM diantaranya:

1. Konferensi Meja Bundar berdampak pada dibentuknya pemerintahan


sementara. Ir. Soekarno menjadi presiden dan Mohammad Hatta menjadi
perdana menteri dalam kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS).
2. Indonesia Serikat dibentuk layaknya sistem pemerintahan republik federal
dengan sejumlah negara bagian dan merupakan persekutuan dengan
Kerajaan Belanda.
3. Penyerahan kedaulatan Belanda kepada Indonesia dilakukan oleh Perdana
Menteri Willem Drees kepada Perdana Menteri Mohammad Hatta setelah
kesepakatan ditandatangani oleh Ratu Belanda.
4. Pemerintah Hindia Belanda meminta Republik Indonesia Serikat untuk
membayar utang pemerintah Hindia Belanda sebesar 4,3 miliar gulden.
5. Pemerintah Indonesia membayar 4 miliar gulden selama kurun waktu 1950-
1956. Akan tetapi Pemerintah Indonesia memutuskan tidak membayar
sisanya.
6. Sementara masalah Papua Barat baru terselesaikan pada tahun 1963 dengan
bantuan United Nations Temporary Executive Authority yang dibentuk oleh
PBB. Hasil dari bantuan ini adalah dibentuknya Penentuan Pendapat Rakyat
atau PEPERA dengan hasil Papua Barat masuk dalam wilayah kedaulatan
Republik Indonesia
Konferensi yang dilangsungkan di Den Haag, Belanda diahdiri bebrapa
tokoh diantaranya: Mohammad Hatta, Mohammad Roem, Soepomo, Johannes
Leimena, Ali Sastroamidjojo, Sujono Hadinoto, Sumitro Djojohadikusumo,
Abdul Karim Pringgodigdo, T. B. Simatupang, Muwardi

21
Sementara delegasi dari BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) yaitu
negara federal bentukan Belanda di Indonesia adalah Sultan Hamid II. Delegasi
Belanda dalam peristiwa KMB yakni Johannes Henricus van Maarseveen,
Willem Dress, dan J. A. Sassen

D. Suasana Politik
dalam kongres PGRI IV Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda
mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Suasana
politik masih sangat rawan. Saat itu terdapat dua golongan masyarakat, yaitu
golongan pada masa perjuangn gigih menentang Belanda dalam membela dan
mempertahankan kemerdekaan. Golongan ini dikenal dengan sebutan “orang-
orang Republik”. Sedangkan golongan yang tidak mau bekerja sama dengan
Belanda dinamakan “Golongan NonCooperator”. Golongan kedua adalah
golongan orang-orang yang bekerja sama dengan Belanda, mereka disebut
“Golongan Cooperator”. Kedua golongan ini saling bertentangan, saling
mencurigai, sulit bersatu seperti minyak dan air. Dikalangan guru pun kedua
golongan ini ada.dalam suasana yang penuh kecurigaan inilah Kongres PGRI
IV berlangsung.

Keputusan Penting yang Dikeluarkan Kongres PGRI IV Dalam suasana


politik yang tidak menentudan saling mencurigai, Kongres PGRI IV secara
aklamasi mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh
tanah air Indonesia dalam satu wadah organisasi yaitu Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). Tekad yang bulad disatukan yaitu untuk:
Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Menghilangkan rasa kecurigaan dan rasa kedaerahan
dikalangan guru. Selain itu Kongres PGRI IV juga mengeluarkan “Maklumat
Persatuan”

22
E. NON dan KO
Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Negara
Republik Indonesia Serikat (RIS). Suasana politik masih sangat rawan. Saat itu
terdapat dua golongan masyarakat, yaitu golongan pada masa perjuangn gigih
menentang Belanda dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan.
Golongan ini dikenal dengan sebutan “orang-orang Republik”.

Sedangkan golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda


dinamakan “Golongan Non Cooperator”. Golongan kedua adalah golongan
orang-orang yang bekerja sama dengan Belanda, mereka disebut “Golongan
Cooperator”. Kedua golongan ini saling bertentangan, saling mencurigai, sulit
bersatu seperti minyak dan air. Dikalangan guru pun kedua golongan ini
ada.dalam suasana yang penuh kecurigaan inilah Kongres PGRI IV
berlangsung.

F. Maklumat Persatuan
Pada tanggal 26-28 Februari 1950 dilaksanakan Kongres PGRI IV di
Yogyakarta. Pada saat itu Yogyakarta merupakan Ibu Kota Republik
Indonesia, dan Mr. Assa’at ditunjuk sebagai pemangku jabatan Presiden
Republik Indonesia. Sambutan Mr. Assa’at pada acara pembukaan Kongres IV
sangat mengesankan, membakar semangat juang PGRI isinya adalah:
Persatukanlah, istilah dan sempurnakanlah makna ikrar resmi berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh bekas wilayah
Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke. Memuji PGRI karena
merupakan pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan
pendidik bangsa. Menganjurkan agar PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad
para pendirinya.

Amanat pemangku jabatan Presiden itu semakin memantapkan tekad dan


semangat juang para peserta Kongres PGRI IV khususnya para guru pada
umumnya. Peserta Kongres PGRI IV melimpah. Mereka datang berbondong-
bondong. Peserta Kongres bukan hanya dari daerah Renville, tetapi juga

23
dihadiri oleh utusan-utusan dari luar Daerah Renville, seperti utusan dari Jawa
Barat (Negara Pasundan), Sukaumi, Cianjur, Tasikmayala, Sigli, Bukit Tinggi
dan Sumatera. Mereka datang dengan tekad bulat untuk mempersatukan diri
bernaung dibawah panjipanji PGRI. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia
mencatat bahwa berdasarkan Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada
tanggal 23 Maret 1947 secara de facto wilayah kekuasaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia terdiri dari Sumatra, Jawa dan Madura. Karena kelicikan
Belanda yang terkenal dengan politik devide et impera (memecah belah dan
menguasai) secara kasar memaksakan berdirinya negara-negara boneka di
dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia, dengan taktik adu domba
sesama bangsa Indonesia, bangsa Belanda berhasil mendirikan beberapa negara
boneka. Negara-negara boneka yang berhasil didirikan Belanda antara lain
Negara Pasundan di Jawa Barat, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa
Timur. Akibatnya setelah perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17
Januari 1948, wilayah Indonesia semakin sempit

Namun demikian, banyak guru yang berada dan mengajar di daerah


negara bagian itu atau diluar daerah Renville jiwa republiknya sangat tinggidan
tetap menghendaki Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesetian kaum guru
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dibuktikan dengan kedatangan
mereka berbondong-bondong menghadiri Kongres IV di Yogyakarta pada
tahun 1950.

Keputusan Penting yang Dikeluarkan Kongres PGRI IV Dalam suasana


politik yang tidak menentudan saling mencurigai, Kongres PGRI IV secara
aklamasi mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh
tanah air Indonesia dalam satu wadah organisasi yaitu Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). Tekad yang bulad disatukan yaitu untuk:
Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Menghilangkan rasa kecurigaan dan rasa kedaerahan
dikalangan guru. Selain itu Kongres PGRI IV juga mengeluarkan “Maklumat
Persatuan” yang berisikan seruan kepada seluruh masyarakat khususnya guru-

24
guru untuk membantu menghilangkan suasana yang dapat membahayakan
antara golongan Cooperator (Co) dengan golongan Non cooperator (Non) dan
menggalang persatuan dalam perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
Maklumat Persatuan itu mendapat perhatian dan penghargaan dari kalangan
luas termasuk Pemerintah

-----ooooo-----

25
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Kongres ke IV yang berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 26-28
februari 1950. Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada kongres IV ini
adalah bergabungnya pengurus pusat Serikat Guru Indonesia (SGI) yang
berkedudukan di bandungbersama dengan 38 cabang sejarah mencatat pada
konres IV, anggota PGRI berjumlah 15.000 yang terbesar di 76 cabang.
Kongres ke V diadakan di Bandung pada tanggal 19-24 Desember 1950
tepatnya di Hotel Savoy Homann, dan di buka oleh ketua Pengurus Besar
PGRI Rh.Koesnan. Dalam kongres ini diputuskan hal-hal yang bersifat
prinsipil dan fundamental bagi kehidupan perkembangan PGRI selanjutnya.
Kongres PGRI Ke VI berlangsung di Malang Jawa Timur 24-30
November 1952. Dalam Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting
dalam bidang organisasi, Pendidikan, dan umum.
Kongres VII di laksanakan di Semarang tepatnya di SMA-B Candi
Semarang pada tanggal 24 November sampai dengan 1 Desembar 1954.
Kongres ini di hadiri 639 0rang utusan dari 351 cabang yang menbawakan
1,414 suara dari 1.581 seluruh suara dalam organisasi ( 89%). Untuk pertama
kalinya Kongres ini di hadiri oleh tamu-tamu dari luar negri yaitu Maria
Marchant, wakil FISE yang berkedudukan di Paris , Marcelini Bausta dari
PPTA Filipina mewakili WCTOP, Fan Ming, Chang Chao dan Shen Pei Yung
dari Serikat Buruh Pendidikan RRC.
Kongres PGRI ke VIII ini dilaksanakan di Bandung pada Oktober 1956.
Kongres ini juga dihadiri oleh 109 cabang PGRI.
Belanda mengadakan pertemuan denga Indonesia yang menghasilkan
kesepakatan berupa Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948),
Perjanjian Roem Royen (1949). Diadakannya KMB bertujuan menyelesaikan
masalah antara Indonesia dan Belanda yang telah menjajah Indonesia dalam
waktu cukup lama. Penyelesaian masalah terutama menyangkut penyerahan
kekuasaan dan pengakuan kedaulatan politik pemerintah Belanda ke
Indonesia.Setelah kalahnya Jepang oleh sekutu di Perang Dunia II, Belanda
merasa punya kesempatan kembali menjajah Indonesia. Namun aksi
penjajahan ulang yang dikenal sebagai Agresi Militer II mendapat kecaman
dari dunia internasional.

26
Suasana politik masih sangat rawan. Saat itu terdapat dua golongan
masyarakat, yaitu golongan pada masa perjuangn gigih menentang Belanda
dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan. Golongan ini dikenal
dengan sebutan “orang-orang Republik”. Sedangkan golongan yang tidak mau
bekerja sama dengan Belanda dinamakan “Golongan NonCooperator”.
Golongan kedua adalah golongan orang-orang yang bekerja sama dengan
Belanda, mereka disebut “Golongan Cooperator”. Kedua golongan ini saling
bertentangan, saling mencurigai, sulit bersatu seperti minyak dan air.
Dikalangan guru pun kedua golongan ini ada.dalam suasana yang penuh
kecurigaan inilah Kongres PGRI IV berlangsung.

B. SARAN
untuk pembaca mohon gunakan sumber referensi lain agar mendapatkan hasil
yang lebih mendetail tentang sejarah PGRI.

-----ooooo-----

27
DAFTAR PUSTAKA
http://cacahwaelah.blogspot.com/2013/10/pgri-pada-masa-demokrasi-
liberal.html?m=1

http://cacahwaelah.blogspot.com/2013/10/pgri-pada-masa-demokrasi-liberal.html

https://pdfslide.tips/documents/kesimpulan-kongres-pgri.html

https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/nasional/2021061510074
8-31-654419/peristiwa-kmb-pengakuan-kedaulatan-indonesia-oleh-belanda/amp

http://fairuzelsaid.upy.ac.id/ke-pgri-an/sejarah-pgri/

-----ooooo-----

28
29

Anda mungkin juga menyukai