Makalah
disusun untuk memenuhi
tugas Sejarah Pendidikan dan PGRI
Disusun Oleh :
Kelompok III
R7D
Abi Lukas apriyana 201844500xxx
Dani romadon 201844500xxx
Agung dwi cahyo 201844500509
Yusuf Bahtiar 201844500xxx
Sayid Fikri 201844500xxx
Reza Hermawan 201844500xxx
Akhmad Yovi Widyanto 201844500xxx
Harly Jansen 201844500xxx
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehigga dapat menyelsaikan makalah sejarah PGRI pada
masa liberal ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi para pembaca,
serta para pelajar. Penulis juga membuka diri jika terdapat masukan dan saran dari
para pembaca mengenai penjelasan yang disajikan penulis.
penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
D. manfaat.................................................................................................................2
BAB II
ISI......................................................................................................................................3
A. PGRI Pada massa liberalisme.............................................................................3
B. Kongres yang dilakukan PGRI...........................................................................6
C. Pengakuan Belanda Atas Republik Indonesia Serikat (RIS)..........................19
D. Suasana Politik...................................................................................................21
E. NON dan KO......................................................................................................22
F. Maklumat Persatuan..........................................................................................22
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. SIMPULAN........................................................................................................25
B. SARAN................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PGRI lahir tanggal 25 november 1945, hanya berselang tiga bulan setelah
kemerdekanaan Indonesia diproklamasikan. Bertempat di sekolah Guru Putri
(SGP) Surakarta diselenggarakan kongres 1 PGRI dari tanggal 24-25 november
1945. Pada kongres itu disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan
dan kesatuan segenap guru diseluruh IndonesiaKongres ke II PGRI di adakan
di Surakarta ( solo ) Jawa Tengah pada Tanggal 21-23 Desember 1946.
Kongres ke III PGRI di adakan di Madiun Jawa Timur pada Tanggal 27-29
Februari 1948.
B. Rumusan Masalah
Dari persoalan di atas permasaslahan yang dapat dirumuskan
diantaranya:
1. Apa saja hasil yang diperoleh dari kongres PGRI pada masa liberal yang
telah dilakukan?
2. Bagaimana pengakuan belanda terhadap Republik Indonesia Serikat (RIS)?
3. Bagaimana suasana politik pada saat itu?
4. Apa yang dimaksud dengan NON dan KO?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1
3. Mengetahui suasana politik pada saat itu
4. Mengetahui makna dari NON dan KO
D. manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini diantaranya:
1. bagi penyusun
untuk mengetahui sejarah PGRI secara detail dan untuk memenuhi tugass
dari mata Kuliah Sejarah Pendidikan PGRI
2. bagi civitas akademik
untuk bahan ajar dan referensi bacaan tentang kongres PGRI
-----00000-----
2
BAB II
ISI
3
peninjauan kembali PB PGRI atas sikapnya keluar dari SOBSI ( Sukabumi,
Pekalongan, CIanjur, Cilacap, Purwokerto, Kudus, Bumiayu, Pemalang, Blitar,
Srengat, Kebumen dan Pacitan). Kemudian PGRI Masuk kedalam GBSI
(Gabungan Serikat Buruh Indonesia).
Kongres V diadakan 10 bulan setelah Kongres IV di Yogyakarta yaitu
pada tanggal 19 s.d 24 Desember 1950 di Bandung. Kongres tersebut
merupakan “ Kongres Persatuan”. Untuk pertama kalinya cabang-cabang yang
belum pernah hadir sebelumnya datang pada kongres ini yang secara
keseluruhan melibatkan 202 cabang dari 301 cabang PGRI yang ada pada saat
ini. Asas Organisasi yang dipilih Konggres adalah “ Pancasila”.
Kongres ini menugaskan PB PGRI agar dalam waktu singkat melakukan
segala usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji antara golongan “non” dan
“ko” yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Selanjutnya PB PGRI
ditugaskan untuk mendesak pemerintah agar menyusun suatu peraturan baru
tentang gaji guru dan medudukkan wakilnya dalam panitia penyusunan
peraturan gaji, baik secara langsung maupun melalui Vaksentral
Kongres VI PGRI dilaksanakan di Malang pada tanggal 24 s.d 30
November 1952, Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting, yaitu:
1. Bidang organisasi
Kongres menetapkan bahwa asas PGRI ialah keadilan sosial dan
dasarnya ialah demokrasi, dan PGRI tetap berada dalam GSBI.
2. Bidang perburuhan
Diputuskan untuk memperjuangkan kendaraan bermotor bagi Penilik
Sekolah Instruktur Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Masyarakat
3. Bidang Pendidikan
a. Sistem pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan negara pada masa
pembangunan.
b. KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran 1952/ 1953. (karena
tidak sesuai dengan upaya peningkatan mutu pendidikan bangsa).
c. KPKB ditiadakan atau diubah menjadi SR 6 tahun
4
d. Kursus B-I/ B-II untuk pengadakan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-
baiknya.
e. Diadakan Hari Pendidikan Nasional
4. Bidang umum
a. Dalam bidang umum disepakati supaya anggaran belanja Kementrian PP
& K ditingkatkan menjadi 25 % dari selurung anggaran belanja negara
dan agar Jawatan PP & K dipusatkan sampai tingkat provinsi saja.
b. Dalam kongres ini disahkan juga “Mars PGRI” ciptaan Basoeki
Endropranoto
c. Kemajuan pesat yang dicapai PGRI mengakibatkan meningkatnya
pengakuan dan penghargaan masyarakat terhadap PGRI
d. Di pihak lain menarik perhatian dan keinginan sementara partai politik
untuk menguasai PGRI guna kepentingan politiknya
e. Surat kabar tertentu mulai mencoba mempengaruhi suasana konggres
dengan jalan menjagokan calon – calonnya melalui berbagai cara
,kadang melalui intrik dan fitnah.
f. Pengurus Besar PGRI terpilih dalam konggres V ,hampir 50% terdiri
dari orang-orang simpatisan PKI ,tetapi belum membawa pengaruh
buruk organisasi berkat masih kuatnya rasa persatuan dan kesatuan
dikalangan para anggota PGRI pada saat itu, meskipun sedikit
mengganggu perjalanan dan perkembangan organisasi.
5. Bidang organisasi
a. Dalam peringatan Sewindu PGRI 1952, tercatat 256 Cabang PGRI telah
dikunjungi PB PGRI (Jawa,Madura,Sumatra,kalimantan,Bali dan
Maluku). Merupakan hasil terbesar sepanjang sejarah organisasi PGRI
b. Sebagai tindak lanjut dari resolosi Konggres PGRI ke VI di Malang
mengenai pendidikan Nasional. PGRI membentuk Panitia Konsepsi
Pendidikan Nasional yang diketuai oleh F.Wachendorf
5
cabang yang membawakan 1.414 suara dari 1.581 seluruh suara dalam
organisasi (89 %).
Untuk pertama kalinya Kongres PGRI dihadiri oleh tamu-tamu dari luar
negeri, yaitu : Maria Marchant, wakil FISE yang berkedudukan di Paris;
Marcelino Bautista dari PPTA (Filiphina) mewakili WCTOP; Fan Ming,
Chang Choo dan Shen Pei Yung dari Serikat Buruh Pendidikan RRC; dan Jung
Singh dari organisasi guru Perak/ Malaysia.
Kongres VIII PGRI diadakan di Bandung pada tahun 1956 Dihadiri oleh
hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Menurut laporan kongres ini,
jumlah anggota PGRI meningkat dari 85.432 orang pada waktu kongres VII di
Semarang menjadi 107.032 orang, tersebar di 511 cabang di seluruh Indonesia
6
Ketua :1. Amin Singgih
2. Rh. Koesna
3. Soekitro
2. Kongres PGRI ke II
7
Kongres kedua ini menghasilkan keputusan yang merupakan wujud
dari tanggung jawab nasional PGRI dalam upaya mempelopori peubahan
system pendidikan kolonialmenjadi sistem pendidikan nasional.
2. Soejono Kromodimoeldjo
3. Soejono
8
keadaan darurat menghasilkan keputusan-keputusan bahwa untuk
menghasilkan efektifitas organisasi, dilakukan dengan memekarkan cabang-
cabang yang tadinya setiap kepresidenan memilik satu cabang menjadi
cabang-cabang yang lebih kecil, tetapi dengan jumlah sedikitnya 100 orang,
diharapkan bahwa yang lebih kecil itu dapat lebih efektif, dalam cakupan
daerah yang cukup terbatas itu PGRI mempunyai 76 cabang yang masing-
masing ternyata dapat memajukan aktifitas dan fasilitas yang tinggi.
2. soedjono
3. Soedarsono
Bendahara : Dinneman
Pada akhir tahun 1948 sampai dengan awal tahun 1949 dengan
kembalinya kekuasaan pemerintah RI ke Yogyakarta, maka kembali pula
PGRI menggerakkan organisasinya dan memindahkan kedudukan dari Solo
ke Yogyakarta. Dengan sususnan pengurus besar kongres III adalah sebagai
berikut:
Bendahara : Soewandi
9
Ketua bagian perburuhan : Sosro
4. Kongres PGRI ke IV
10
Ketua bagian pendidikan : Soedarsono
5. Kongres PGRI ke V
Kongres ke V diadakan di Bandung pada tanggal 19-24 Desember
1950 tepatnya di Hotel Savoy Homann, dan di buka oleh ketua Pengurus
Besar PGRI Rh.Koesnan. Dalam kongres ini diputuskan hal-hal yang
bersifat prinsipil dan fundamental bagi kehidupan perkembangan PGRI
selanjutnya. Sebagai berikut:
11
c. Melakukan konsolidasi organisasi dengan membentuk pengurus
komisariat-komisariat daerah.
6. Kongres PGRI ke VI
12
Kongres PGRI Ke VI berlangsung di Malang Jawa Timur 24-30
November 1952. Dalam Kongres ini menyepakati beberapa keputusan
penting,yaitu:
13
Panitera Pendidikan : Ktut Nara
Panitera Keuangan dan usaha : Soetardjo
Komisaris umum DTU pendididkan : Slamet II
Komisaris umum DTU perburuhan : Alam Sjahroeddin
Komisaris umum DTU keuangan : Prawirosoedarsono
Komisaris umum DTU perburuhan dan pendidikan wanita : NJ.S.
Soemardi
Redaksi majalah suara guru : Soepardo,Soedjono, Soebandri
14
b. Terselenggaranya konferda disejumlah wilayah seperti denpasar untuk
wilayah nusa tenggara (22-25 juli 2955) dan di tanjung karang untuk
wilayah sumatera selatan (11-13 juli 1955).
c. Meningkatnya anggota PKI mempengaruhi anggota-anggota PGRI
dengan cara lain melumpuhkan kegiatan-kegiatan PGRI dan
mengahalangi kegiatan iuran anggota PGRI didaerah-daerah.
d. Munculnya organisasi non PGRI yang didirikan oleh golongan yang anti
PKI, seperti persatuan guru nahdlatul ulama’ (PERGANU), iakatan guru
muhammadiyah (IGM), persatuan guri Kristen Indonesia (PERGUKRI).
Adapun pengurus bresar PGRI yang terbentuk pada kongres ke VII ini
adalah sebagai berikutt:
15
c. Mengadakan dialog segi tiga antara pengurus besar PGRI, menteri PP
dan K tentang tuntutan PGRI untuk menaikkan anggaran belajar
kementrian PP dan K hingga 25%.
d. Sosialisasi tuntutan PGRI untuk menaikkan anggaran kementrian PP dan
K hingga 25% kepada para anggota.
e. Mendesak pemerintah untuk segera memberantas penyelewengan dana
dalam kementrian PP dan K.
f. Mendesak pemerintah untuk segera merubah sistem pendidikan yang
mengandung unsure-unsur pendididkan kolonia menjadi sistem
pendidikan yang lebih bersifat nasional.
g. Dikembangan usaha kessehatan sekolah (UKS) akibat dari usulan PGRI
kepada pemerintah agara lebih memperhatikan kesehatan atau
memfasilitasi pemeriksaan kesehatan mjurid dan guru oleh dokter
sekolah dan menyediakan obat-obatan di sekolah.
h. Ditolka rencana kenaikan uang ujian sekolah tahun 1965/1957.
Penolakan ini dilakukan PGRI organisasi pelajar.
i. Dikeluarkan bulletin khusus yang berjudul “marilah kita berantas bacaan
cabul” dalam upaya PGRI memberantas bacaan dan film porno.
j. Menjadi permasalahan dalam simposium badan musyawarah nasional
(BMN) di denpasar.
k. Menegerikan beberapa sekolah PGRI yaitu 6 KG A, 2 SMA , 2 SMP
pada periode 1956-1959. PGRI memiliki 189 sekolah yang terdiri atas 3
SGA, 10 KG a, 6 SG B, 3 KG B, 1 SMPE dan masih banyak lainnya.
l. Mengusahakan agar ditetapkan hari pendidikan, PGRI mengusulkan
tanggal 25 november sebagai hari pendidikan.
m. Mengusahakan kenaikan pangkat otomatis bagi setiap guru yang pada
tanggal 30 september sudah memenuhi persyaratan kepangkatan
meskipun mereka belum diusulkan naik pangkat.
n. Dibentuknya panitia amandemen PGPN dan M.E Soebidanata duduk
dalam panitia sebagai wakil PGRI.
o. Diperhitungkan masa kerja guru SRdi sekolah-sekolah swasta.
16
Adapun haisl kongres VIII ini terbentuk susunan pengurus besar PGRI
sebagai berikut:
Ketua Umum : M.E.Subiadinata
Ketua I dan II : Soedjono, M.Hosein
Panitera umum : Soebandri, Widodo
Panitera organisasi : Soekandri
Panitera perburuhan : Alamsjahroeddin
Panitera pendidikan : Idris M. Hutapea
Panitera keuangan : A. Zachri
Panitera social/ekonomi : A. Harahap
Komisaris umum : Nj. S. Soenardi, P. J. Karamoy
17
Ketua Umum : M.E Subiadinata
18
Panitera keuangan : Idris M. Hutapea
Panitera pendidikan : AMD. Jusuf
Panitera perburuhan : Moejono
Panitera organisasi : Moersid Idris
Panitera kewanitaan : Nj. Soenardi
Panitera perguruan tinggi: Mr. Agoes Tayeb
Panitera olahraga : Ichwani
Panitera kebudayaan : H. Rachman
Panitera teknik : Soeprijo, S. T
Panitera keguruan : Noersalim Roendesara
Panitera hubungan luar negeri : Moehammad Hidjajat
Pada bulan Juni1964 Soebandri di pecat kerana terlibat dalam
penghianatan atau sparatis dengan mendirikan PGRI Non Vak sentral/PKI.
Pada bulan-bulan pertama kongres X mengalami kesulitan-kasulitan
terutama keuangan, Setelah mengalami beberapa reshuffle, maka susunan
pengurus besar PGRI berubah, sebagai berikut:
19
C. Pengakuan Belanda Atas Republik Indonesia Serikat (RIS)
Konferensi Meja Bundar adalah peristiwa bersejarah bagi Indonesia lepas
dari cengkeraman Belanda. Berikut latar belakang, isi rumusan, dan hasil
peristiwa KMB. Konferensi Meja Bundar menjadi sejarah penting Indonesia
lepas dari cengkeraman Belanda. Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan di
Den Haag, Belanda pada 23 Agustus sampai 2 November 1949. Terjadinya
Konferensi Meja Bundar tak terlepas dari rangkaian usaha yang dilakukan para
tokoh bangsa saat itu.
20
Pada poin satu, awalnya pemerintah Hindia Belanda tidak menyetujui
penyerahan Papua Barat sebagai wilayah kedaulatan Indonesia karena
perbedaan etnis. Pemerintah Hindia Belanda saat itu ingin menjadikan Papua
Barat sebagai negara terpisah. Sehingga saat itu masalah Papua Barat belum
terselesaikan dalam KMB.
21
Sementara delegasi dari BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) yaitu
negara federal bentukan Belanda di Indonesia adalah Sultan Hamid II. Delegasi
Belanda dalam peristiwa KMB yakni Johannes Henricus van Maarseveen,
Willem Dress, dan J. A. Sassen
D. Suasana Politik
dalam kongres PGRI IV Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda
mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Suasana
politik masih sangat rawan. Saat itu terdapat dua golongan masyarakat, yaitu
golongan pada masa perjuangn gigih menentang Belanda dalam membela dan
mempertahankan kemerdekaan. Golongan ini dikenal dengan sebutan “orang-
orang Republik”. Sedangkan golongan yang tidak mau bekerja sama dengan
Belanda dinamakan “Golongan NonCooperator”. Golongan kedua adalah
golongan orang-orang yang bekerja sama dengan Belanda, mereka disebut
“Golongan Cooperator”. Kedua golongan ini saling bertentangan, saling
mencurigai, sulit bersatu seperti minyak dan air. Dikalangan guru pun kedua
golongan ini ada.dalam suasana yang penuh kecurigaan inilah Kongres PGRI
IV berlangsung.
22
E. NON dan KO
Pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Negara
Republik Indonesia Serikat (RIS). Suasana politik masih sangat rawan. Saat itu
terdapat dua golongan masyarakat, yaitu golongan pada masa perjuangn gigih
menentang Belanda dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan.
Golongan ini dikenal dengan sebutan “orang-orang Republik”.
F. Maklumat Persatuan
Pada tanggal 26-28 Februari 1950 dilaksanakan Kongres PGRI IV di
Yogyakarta. Pada saat itu Yogyakarta merupakan Ibu Kota Republik
Indonesia, dan Mr. Assa’at ditunjuk sebagai pemangku jabatan Presiden
Republik Indonesia. Sambutan Mr. Assa’at pada acara pembukaan Kongres IV
sangat mengesankan, membakar semangat juang PGRI isinya adalah:
Persatukanlah, istilah dan sempurnakanlah makna ikrar resmi berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh bekas wilayah
Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke. Memuji PGRI karena
merupakan pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan
pendidik bangsa. Menganjurkan agar PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad
para pendirinya.
23
dihadiri oleh utusan-utusan dari luar Daerah Renville, seperti utusan dari Jawa
Barat (Negara Pasundan), Sukaumi, Cianjur, Tasikmayala, Sigli, Bukit Tinggi
dan Sumatera. Mereka datang dengan tekad bulat untuk mempersatukan diri
bernaung dibawah panjipanji PGRI. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia
mencatat bahwa berdasarkan Perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada
tanggal 23 Maret 1947 secara de facto wilayah kekuasaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia terdiri dari Sumatra, Jawa dan Madura. Karena kelicikan
Belanda yang terkenal dengan politik devide et impera (memecah belah dan
menguasai) secara kasar memaksakan berdirinya negara-negara boneka di
dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia, dengan taktik adu domba
sesama bangsa Indonesia, bangsa Belanda berhasil mendirikan beberapa negara
boneka. Negara-negara boneka yang berhasil didirikan Belanda antara lain
Negara Pasundan di Jawa Barat, Negara Sumatera Timur, dan Negara Jawa
Timur. Akibatnya setelah perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17
Januari 1948, wilayah Indonesia semakin sempit
24
guru untuk membantu menghilangkan suasana yang dapat membahayakan
antara golongan Cooperator (Co) dengan golongan Non cooperator (Non) dan
menggalang persatuan dalam perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
Maklumat Persatuan itu mendapat perhatian dan penghargaan dari kalangan
luas termasuk Pemerintah
-----ooooo-----
25
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Kongres ke IV yang berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 26-28
februari 1950. Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada kongres IV ini
adalah bergabungnya pengurus pusat Serikat Guru Indonesia (SGI) yang
berkedudukan di bandungbersama dengan 38 cabang sejarah mencatat pada
konres IV, anggota PGRI berjumlah 15.000 yang terbesar di 76 cabang.
Kongres ke V diadakan di Bandung pada tanggal 19-24 Desember 1950
tepatnya di Hotel Savoy Homann, dan di buka oleh ketua Pengurus Besar
PGRI Rh.Koesnan. Dalam kongres ini diputuskan hal-hal yang bersifat
prinsipil dan fundamental bagi kehidupan perkembangan PGRI selanjutnya.
Kongres PGRI Ke VI berlangsung di Malang Jawa Timur 24-30
November 1952. Dalam Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting
dalam bidang organisasi, Pendidikan, dan umum.
Kongres VII di laksanakan di Semarang tepatnya di SMA-B Candi
Semarang pada tanggal 24 November sampai dengan 1 Desembar 1954.
Kongres ini di hadiri 639 0rang utusan dari 351 cabang yang menbawakan
1,414 suara dari 1.581 seluruh suara dalam organisasi ( 89%). Untuk pertama
kalinya Kongres ini di hadiri oleh tamu-tamu dari luar negri yaitu Maria
Marchant, wakil FISE yang berkedudukan di Paris , Marcelini Bausta dari
PPTA Filipina mewakili WCTOP, Fan Ming, Chang Chao dan Shen Pei Yung
dari Serikat Buruh Pendidikan RRC.
Kongres PGRI ke VIII ini dilaksanakan di Bandung pada Oktober 1956.
Kongres ini juga dihadiri oleh 109 cabang PGRI.
Belanda mengadakan pertemuan denga Indonesia yang menghasilkan
kesepakatan berupa Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948),
Perjanjian Roem Royen (1949). Diadakannya KMB bertujuan menyelesaikan
masalah antara Indonesia dan Belanda yang telah menjajah Indonesia dalam
waktu cukup lama. Penyelesaian masalah terutama menyangkut penyerahan
kekuasaan dan pengakuan kedaulatan politik pemerintah Belanda ke
Indonesia.Setelah kalahnya Jepang oleh sekutu di Perang Dunia II, Belanda
merasa punya kesempatan kembali menjajah Indonesia. Namun aksi
penjajahan ulang yang dikenal sebagai Agresi Militer II mendapat kecaman
dari dunia internasional.
26
Suasana politik masih sangat rawan. Saat itu terdapat dua golongan
masyarakat, yaitu golongan pada masa perjuangn gigih menentang Belanda
dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan. Golongan ini dikenal
dengan sebutan “orang-orang Republik”. Sedangkan golongan yang tidak mau
bekerja sama dengan Belanda dinamakan “Golongan NonCooperator”.
Golongan kedua adalah golongan orang-orang yang bekerja sama dengan
Belanda, mereka disebut “Golongan Cooperator”. Kedua golongan ini saling
bertentangan, saling mencurigai, sulit bersatu seperti minyak dan air.
Dikalangan guru pun kedua golongan ini ada.dalam suasana yang penuh
kecurigaan inilah Kongres PGRI IV berlangsung.
B. SARAN
untuk pembaca mohon gunakan sumber referensi lain agar mendapatkan hasil
yang lebih mendetail tentang sejarah PGRI.
-----ooooo-----
27
DAFTAR PUSTAKA
http://cacahwaelah.blogspot.com/2013/10/pgri-pada-masa-demokrasi-
liberal.html?m=1
http://cacahwaelah.blogspot.com/2013/10/pgri-pada-masa-demokrasi-liberal.html
https://pdfslide.tips/documents/kesimpulan-kongres-pgri.html
https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/nasional/2021061510074
8-31-654419/peristiwa-kmb-pengakuan-kedaulatan-indonesia-oleh-belanda/amp
http://fairuzelsaid.upy.ac.id/ke-pgri-an/sejarah-pgri/
-----ooooo-----
28
29