Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SEJARAH KELAHIRAN PGRI

Disusun oleh :

1. Satria Rusdiansyah 201613500441


2. Vepi Afrida hasibuan 201613500445
3. Dwi Andini 201613500466
4. Yumna Ajrina 201613500509

Dosen Pengampu : Deni Nasir Ahmad, M.pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah SPJD pada semester 7 di tahun ajaran 2019 dengan
judul “Sejarah PGRI & JSN 1945. Dengan membuat makalah ini kami diharapkan
mampu menjelaskan tentang sejarah PGRI pada masa perang kemerdekaan tahun
1945-1949 serta sejarah PGRI pada masa demokrasi liberal tahun 1950-1959 dan
Konsepsi JSN 1945.

Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
makalah berikutnya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
bagi kami.

19 September 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

A. LATAR BELAKANG................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................

C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................

BAB III PENUTUP…............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persatuan Guru Republik Indonesia adalah organisasi yang lahir
bersama Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Dengan sendirinya derap langkah perjuangannya cukup panjang, berliku,
penuh tantangan dan hambatan demi mencapai cita harapan atau visi dan
misinya sesuai dengan yang tersirat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
Peranan guru sangat penting dalam mencapai kemerdekaan
Indonesia secara utuh jika dilihat dari sejarah perjuangan PGRI dari masa
perang kemerdekaan ke masa demokrasi liberal. Indonesia bisa terlepas
dari jajahan Belanda dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia berkat semangat juang guru.
PGRI berjuang dengan penuh tantangan dalam rangka mencapai
tujuan dan mendukung terwujudnya nasional bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Untuk lebih mudah dalam makalah ini akan dirumuskan masalah
yang akan menjadi pembahasan, adapun rumusan masalahnya adalah :
a. Bagaimana kah masa pergerakan nasional ?
b. Bagaimanakah masa proklamasi kemerdakaan kemerdekaan?
c. Bagaimanakah masa demokrasi liberal?
d. Bagaimanakah konsepsi JSN?
e. Bagaimanakah PGRI sebagai anak kandung proklamasi
f. Bagaimanakah pola pelestarian JSN 45?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:

 Menambah wawasan kita mengenai PGRI pada masa pergerakan


nasionar
 Menambah wawasan kita mengenai PGRI pada masa perang
kemerdekaan tahun 1945-1949
 Menambah wawasan kita mengenai PGRI pada masa demokrasi
liberal tahun 1950-1959
 Menambah wawasan kita mengenai PGRI tentang konsepsi JSN 45
 Menambah wawasan kita mengenai PGRI sebagai anak kandung
proklamasi
 Menambah wawasan kita mengenai PGRI tentang pola pelestarian
JSN 45
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Kelahiran PGRI


A. Masa Pergerakkan Nasional ( Dari PGHB Ke PGI)

Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan


guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi
pada zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru
Hindia Belanda (PGHB).

Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB)


diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan nama ini
mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang
mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.
Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa
Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang,


sekolah ditutup, segala kegiatan pendidikan dan politik membeku,
Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Barulah menjelang Jepang takluk kepada tentara sekutu, sekolah dibuka
kembali.

B. Masa Proklamasi Kemerdekaan ( Lahirnya PGRI )

Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai efek sangat besar


terhadap seluruh pejuang kemerdekaan, pendiri Republik ini dan juga para
guru pada kurun waktu pasca tahun 1945. Semangat proklamasi itulah
yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidikan Bangsa pada tanggal
24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Putri (SGP) Surakarta,
Jawa Tengah. Melalui kongres ini segala organisasi dan kelompok guru
yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan,
lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka
adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang,
dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka
bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres
inilah, pada tanggal 25 November 1945 didirikan Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Pendiri PGRI adalah Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali
Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah
Noerbambang, dan Soetono.

1. KONGRES KE I PGRI

Kongres ke I PGRI dilaksanakan di Surakarta (Solo), Jawa


Tengah pada tanggal 23-25 November 1945, dengan susunan Pengurus
Besar sebagai berikut:

Ketua : Amin Singgih

Wakil Ketua : Rh. Koesnan dan Soekitro

Penulis : Djajengsoegito dan Alimarsaban

Bendahara : Soemidi Adisasmita 2. Siswowidjojo

Anggota : Siti Wahjoenah (popy Sjahrir), Martosoedigdo,

(siswowardjojo) dan Parmoedjo

Hasil Kongres I PGRI


a. Hubungan PGRI dengan Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
lahirnya PGRI berhubungan dengan 100 harinya kemerdekaan
Indonesia
b. PGRI lahir karena hikmah Proklamasi kemerdekaan RI 1945 dan juga
merupakan maniprestasi aspirasi kaum guru Indonesia.
c. PGRI memiliki komitmen kepada NKRI yang berdasarkan kepada
Pancasila dan UUD 1945
d. PGRI berbatang tubuh suatu organisasi berlandaskan proklamasi, suatu
organisasi pemersatu kaum guru yang bersifat pada :
Unitaristis
Independent
Non partai politik
PGRI adalah suatu organisasi profesi guru yang lahir yang
mewariskan jiwa, semangat dan nilai-nilai 45 secara terus
menerus pada setiap generasi bangsa Indonesia.

e. Tujuan kelahiran PGRI :


Memepersatukan dan menyempurnakan RI
Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
dasar-dasar kerakyatan
Membela hak dan nasib buruh pada umumnya dan guru pada
khususnya

f. Disampaikannya protes kepada seluruh dunia terhadap tindakan-


tindakan tentara penduduk di Indonesia, garis besar protes tersebut
adalah sebagai berikut :
Alasan protes perbuatan-perbuatan tentara penduduk yang tidak sesuai dengan
maksud penduduk. Maksud protes agar tentara pendudukan ditarik kembali
dan tidak usah diganti karena negara republik Indonesia telah
menyelenggarakan keamanan dan ketentraman dalam negeri. Protes ditujukan
kepada : negera-negera serikat, Vietnam dan negara Arab juga akan diberi
tahu.

Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya
bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). PGRI lahir
sebagai “anak sulung” dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 yang
memiliki sifat dan semangat yang sama dengan “ Ibu Kandungnya”, yaitu
semangat persatuan dan kesatuan, pengorbanan dan kepahlawanan tentang
penjajahan. PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang karena itu para
pendiri PGRI mengangkat semangat persatuan dan kesatuan, tujuannya yaitu
fungsi anggota PGRI sebagai pendidik bangsa bermaksud mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dari segi
pendidikan.

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat persatuan dan kesatuan


PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan
mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan
dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi
profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, dan independen.
Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia
dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI
tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional , dan diperingati setiap tahun.

C. PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)

PGRI adalah “Kedaulatan Rakyat”dengan tujuan seperti disebutkan


terdahulu. Dilihat dari tujuannya, sangat jelas bahwa cita – cita PGRI sejalan
dengan cita – cita bangsa Indonesia secara keseluruhan. Para guru diIndonesia
menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan bangsa dan
membela serta memperjangkau kesejahtraan anggotanya.
Agar perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Bangsa Belanda lebih
terorganisasi pemerintah pusat pada tanggal 5 Oktober 1945 TKR untuk
melindungi keamanan Rakyat dari provokasi dan Agresi Belanda
konferensinya tgl. 12 November 1945 Panglima Besarnya Kolonel Soedirman
dengan Pangkat Jendral.

2. KONGRES KE II PGRI
Kongres ke II PGRI dilaksanakan di Surakarta (Solo) Jawa Tengah pada
tanggal 21-23 Desember 1946, dengan susunan Pengurus Besar sebagai
berikut:
Ketua I : Rh. Koesnan
Ketua : Soejono Kromodomejo
Ketua III : Soedjono

Hasil Kongres II PGRI


Melalui kongres ini PGRI mengajukan tuntutan kepada pemerintah yaitu:
Sistem pendidikan agar dilakukan atas dasar kepentingan nasional.
Gaji guru supaya tidak dihentikan.
Diadakannya undang-undang pokok pendidikan dan undang-undang
perburuhan.

Tuntutan ini kelak diperhatikan pemerintah dengan diangkatnya Rh.


Koesnan menjadi anggota Panitia Gaji Pemerintah pada Kementerian Keuangan.
Kemudian, Rh. Koesnan bersama Zahri diangkat menjadi angota KNIP pleno.
Terakhir, Rh. Koesnan bahkan menjadi Menteri Perburuhan dan Sosial pada
kabinet Hatta.

Kongres II PGRI ini menghasilkan keputusan yang merupakan wujud dari


tanggung jawab nasional PGRI dalam upayanya mempelopori perubahan sistem
pendidikan kolonial ke arah sistem pendidikan nasional. Pada kongres ini
Presiden Sukarno hadir menegaskan dalam amanatnya: Guru bukan penghias
alam, guru adalah pembentuk manusia seutuhnya, guru pendidik rakyat ke arah
kejayaan dan keagungan bangsa; Semua orang bisa pandai/pintar dan sebagai
patriot bangsa dan negara adalah hasil pendidikan para guru; Dalam menghadapi
perjuangan dan pembangunan negara, guru harus menjadi pelopornya; Guru
adalah penghimpun generasi muda, pemuda dan pemudi menjadi kompak bersatu
bisa bersamasama mengangkat gunung Semeru tertinggi di Jawa Timur ke
Jakarta; Guru adalah pendidik untuk kesempurnaan jiwa/moral dan etika bangsa
Indonesia, agar menjadi bangsa yang bermoral tinggi, beretika santun menjadi
contoh bangsa lain di dunia.

3. KONGRES KE III PGRI


Kongres ke III PGRI dilaksanakan di Madiun Jawa Timur pada
tanggal 27-29 Februari 1948, dengan susunan Pengurus Besar sebagai berikut:
Ketua I : Soedjono kromodimoeldjo
Ketua II : Soedjono
Ketua III : Soedarsono

Hasil Kongres III PGRI


1. Menghapus Sekolah Guru C (SG C), yaitu pendidikan guru 2 tahun setelah
sekolah rakyat.
2. Memekarkan cabang-cabang dengan jumlah anggota setiap cabang minimal
seratus orang.
3. Membentuk komisariat-komisariat daerah pada setiap keresidenan /provinsi.
4. Menerbitkan majalah Guru Sasana (Suara Guru) sebagai sarana komunikasi
pimpinan Pusat dan Pimpinan Daerah PGRI.

Kongres III menegaskan kembali haluan dan sifat perjuangan PGRI, yaitu:
1. Mempertahankan NKRI
2. Meningkatkan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah
pancasila/tata kehidupan bangsa dan UUD 1945.
3. Tidak bergerak dalam lapangan politik(nonpartai politik)
4. Sifat dan siasat perjuangan PGRI adalah :
a. Bersifat korektif dan konstruktif terhadap pemerintah umumnya,
Kementrian PP dan khususnya dengan mempertahankan kebebasannya
sebagai serikat sekerja.
b. Bekerjasama dengan serikat-serikat buruh/sekerja lainnya
c. Bekerjasama dengan badan-badan lainnya (partai politik,
organisasiorganisasi pendidikan, badan-badan perjuangan)
5. Bergerak di tengah-tengah masyarakat.
Pada pada tahun 1948, di Madiun terjadi pemberontakan PKI. Ada juga
guru yang terlibat dalam kegiatan ini. Peristiwa ini menjadi catatan kelam PGRI
dalam masa perang kemerdekaan. Perisiwa penting lainnya yang terjadi pasca
kongres III ialah keluarnya PGRI dari Serikat Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia (SOBSI) pada tanggal 20 September 1948 karena SOBSI menjadi
organissasi PKI.
D. Demokrasi Liberal
1) KONGRES KE IV PGRI
Presiden RI memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidak bisa
lain dari pada pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik
rakyat dan bangsa. Oleh karena itu, Presiden RI menganjurkan untuk
mempertahankannama,bentuk,maksud,tujuan,dan cita – cita PGRI sesuai
dengan kehendak dan tekad para pendirinya.
Kongkres IV PGRI dihadiri beberapa utusan dari luar-luar “daerah
Renville”, yaitu: Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, bahkan dari Sumatra,
yaitu: Sigli, Bukit tinggi, dan Lampung. Pengurus pusat SGI di Bandung
datang pada kongkres IV di Yogyakarta untuk secara resmi
menggabungkan diri kedalam PGRI dengan menyerahkan 38 cabang.
Delegasi SGI terdiri atas, Jaman Soejanaprawira, Djoesar Kartasubrata,
M.Husein, Wirasoepena, Omo Adimiharja, Sukarna Prawira, dan Anwar
Sanusi. RIS diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kembalinya kongkres IV PB PGRI berada di Jakarta segera berkantor
diruangan SMA Negeri 1 Jakarta di Jln. Budi Utomo. Pada akhir
February 1950 sebanyak 30 cabang SGI diseluruh Negara menyatakan
memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI. Yaman
Soejanaprawira (KPI Jawatan PP dan K), M.Husein dkk berjasa sekali.
Pada tahun 1950 pemerintah RI mengeluarkan PP No. 16/1950, sangat
menguntungkan para guru, namun pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata
disana-sini berjalan serat. Kegembiraan menyambut keluarnya PP
16/1950 segera berbalik menjadi kekesalan dan keresahan, terutama
dikalangan guru di Jawa Barat. Guru-guru diJawa Barat mengancam
untuk mengadakan pemogokan, menurut rencana dimulai pada 12 Juni
1950 pukul 10.00 pagi. Usaha ini berhasil, akhirnya disetujui pe
Kongres ke IV PGRI dilaksanakan di Yogyakarta pada
tanggal 26-28 Februari 1950, dengan susunan Pengurus Besar sebagai
berikut:
Ketua I : Rh. Koesman
Ketua II : Soedjono
Ketua III : Soejono Kromodimoeljo
Rh.Koesnan dan Pengurus-pengurus Besar lain berkedudukan
di Yogyakarta. Mereka secara bersama memelihara hubungan Jawa
Tengah, Jawa Timur dan DIY. Mereka juga bertugas memelihara
hubungan Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan Indonesia Timur, dan
Sunda Kecil.
Hasil Kongres IV PGRI
a. Mempersatukan guru-guru seluruh tanah air dalam satu organisasi,
yaitu PGRI
b. Menyingkirkan rasa saling curigai dan semangat kedaerahan yang
menjangkit para guru yang politik yang memecah belah wilayah
Republik Indonesia.
c. Mengeluarkan ”Maklumat Persatuan” yang bersisi seruan masyarakat
khusunya kepada para guru, untuk membantu menghasilkan suasana
yang membahayakan anggota golongan yang pro-republik dan
golongan yang kontra republik, serta menggalakkan persatuan demi
perjuangan untuk menghasilkan kemerdekaan.
Beberapa peristiwa penting yang terjadi setelah kongres IV
adalah seperti berikut:
a. Tiga puluh cabang serikat guru Indonesia menyatakan gabung
dengan PGRI.
b. Keluarnya peraturan pemerintah nomor 16 tahun 1950 yang
antara lain berisi tentang penyesuaian gaji guru yang tadinya digaji
menurut Herdziende Bezal Dingding Sregeling der Burgelijke
Landsdie Haren (HBBL)
c. Didirikannya sekolah yang diperuntukkan khusus bagi para pelajar
pejuang.

2) KONGRES KE V PGRI
Hasil Kongres V PGRI
a. Menegaskan kembali pancasila sebagai asas organisasi.
b. Menugaskan Pengurus Besar PGRI agar dalam waktu singkat
melakukan segala usaha untuk menghilangkan perbedaan gaji
antara golongan yang pro dan kontra politik.
c. Melakukan konsolidasi organisasi dengan membentuk
pengurus komisariat-komisariat daerah.

Peristiwa penting terjadi pasca kongres ke V adalah :


a. Memasukkan 47 cabang di Kalimantan dan Sulawesi ke dalam
PGRI yang mengakibatkan 2.500 orang guru yang berbeda-
beda menurut ketentuan dapat digaji menurut sesuai dengan
standar dari pusat.
b. PGRI berhasil memperjuangka nasib para guru disekolah-
sekolah lanjutan, jumlah honorarium meningkat dan
maksimum jam dikurangi.

3) KONGRES KE VI PGRI
Kongres ke VI PGRI dilaksanakan di Malang Jawa Timur pada
tanggal 24-30 November 1952, dengan susunan Pengurus Besar sebagai
berikut:
1) Ketua I : Soedjono
2) Ketua II : M.E.Subiadinata
3) Panitera Umum : Moehammad Hidajat
4) Tata Usaha : Soebandri
5) Panitera Pendidikan : Ktut Nara
6) Redaksi Majalah Suara Guru : Soeprdo, Soedjono Soebandri

Hasil Kongres VI PGRI


a. Dalam Bidang Organisasi, Kongres menetapkan bahawa asas PGRI
ialah keadilan social dan dasarnya adalah “Demokrasi”, dan PGRI
tetap berada di bawah GBSBI ( Gabungan Serikat Buruh Indonesia ).
Dalam bidang perburuhan diputuskan untuk memperjuangkan
kendaraan bermotor bagi penilik sekoleh, instruktur Pendidikan
Jasmani dan Pendidikan Masyarakat.
b. Dalam Bidang Pendidikan, di setujui agar (a) sistim pengajaran di
selaraskan dengan kebutuhan Negara pada masa pembangunan, (b)
KPKB(Kursuss Persamaan Kewajiban Belajar) di ubah menjadi SR 6
tahun, (c) KPKPKB di hapus pada ahir tahun 1952/1953, (d) Kursus
B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA di atur sebaik-
baiknya dan, (e) di adakan Hari Pendidikan Nasional.
c. Dalam Bidang Umum, di sepakati supaya anggaran belanja
Kementrian PP & K di tingkatkan menjadi 25% dari seluruh anggaran
belanja Negara dan agar Jawatan PP & K di pusatkan sampai tingkat
propinsi saja. Dalam Kongres ini di syahkan pula “Mars PGRI”
ciptaan Basoeki Endropranoto.
Pada Kongres ke VI untuk pertama kalinya PV PGRI berusaha
mengajukan konsep tentang isi dan pengertian “Pendidikan Nasional”.
Peristiwa penting yang terjadi pada kongres VI adalah seperti berikut :
a. Pengurus Besar PGRI membangun panitia konsepi pendidikan
nasional yang diketuai oleh F.Wachen droff dengan tugas yang sangat
luas.
b. Diangkatnya wakil PGRI dalam bidang kongres pendidikan Indonesia
(BKPI)
c. Ikutserta PGRI dalam kongres bahasa dan berbagai konferensi lain
baik yang berhubungan dengan kedinasan maupun berkaitan dengan
organiasi-organisasi pendidikan.
d. Dikeluarkannya SK Mentri PP & K Nomor. 20/G.I/C tgl. 14 Mei 1954
yang berisi hal-hal berikut :
Dihapusnya KPK PKB dan diubah menjadi sekolah guru B (SGB)
Ditiadakannya KPKB diubah menjadi SR 6 tahun
Diuabahnya semua SR 3 menjadi SR 6 tahun
Diubahnya KP-SGA menjadi KGA\
e. Ditiadakannya syarat dinas 4 tahun
Adanya wakil PGRI dalam panitia nasional UNISCO pada tahun
1953
Diangkatnya pengkaderan anggota pengurus di Bandung pada
tanggal 22-27 Juli 1954
Disahkan pula MARS PGRI ciptaan Basoeki Endopranoto.

4) KONGRES KE VII PGRI


Kongres ke VII PGRI dilaksanakan di Semarang tepatnya
di SMA-BCandi Semarang pada tanggal 24 November - 1
Desembar 1954 dan di hadiri 639 orang utusan dari 351 cabang yang
menbawakan 1,414 suara dari 1.581 seluruh suara dalam organisasi (
89%). Untuk pertama kalinya Kongres ini di hadiri oleh tamu-tamu
dari luar nageri yaitu Maria Marchant, wakil FISE yang berkedudukan
di Paris , Marcelini Bausta dari PPTA Filipina mewakili WCTOP,
serta Fan Ming, Chang Chao dan Shen Pei Yung dari Serikat Buruh
Pendidikan RRC.
Empat orang formatur terdiri atas Soedjono (944 suara), M.E.
Subiadinata (9784 suara), Hermanoe Adi (264 suara), dan
Moehammad Hidajat (258 suara) di pilih oleh Kongres untuk
mekengkapi susunan Pengurus Besar berikut:
1) Ketua I : Soedjono
2) Ketua II : M.E.Subiadinata
3) Ketua III : Hermanoe Adi
Hasil Kongres VII PGRI
1) Bidang Umum, Pernyataan mengenai Irian Barat,
Pernyataan mengenai korupsi, resolusi mengenai desentralisasi
sekolah, mengenai pemakaian keuangan oleh kementrian PP & K,
dan mengenai penyempurnaan cara kerja Kementrian PP & K,
2) Bidang Pendidikan, resolusi mengenai anggaran belanja PP
& K yang harus mencapai 25% dari seluruh anggaran belanja
Negara, mengenai UU Sekolah Rakyat, dan UU Kewajiban
Belajar, mengenai Film, iektur, gambar, serta radio dan
pembentukan Dewan Bahasa Nasional.
3) Bidang Pemburuhan : UU pokok kepegawaian, peleksanan
peraturan gaji, pegawai baru, tunjangan khusus bagi pegawai yang
tugas di daerah yang tidak aman, ongkos perjalanan cuti besar,
Guru SR dinyatakan sebagai pegawai negri tetap, dan penyelesaian
kepegawaian.
4) Bidang Organisasi : Pernyataan PGRI untuk keluar dari
GBSI dan menyatakan diri sebagai organisasi “Non-Vaksentral”.

5) KONGRES KE VIII PGRI


Kongres VIII PGRI dilaksanakan di Bandung pada
tanggal Oktober 1956, hampir di hadiri seluruh cabang PGRI. Tetapi
saat pemilihan ketua umum Pengurus Besar PGRI keadaan menjadi
tegang , karena pihak Soebandri dkk menambah kartu pemilihan (kartu
palsu), sehingga pemilihan tersebut harus di ulangi. Otak pemalsuan
ini Hermanoe Adi, tokoh PKI Jawa Timur yang saat itu menjabat
Ketua II Pengurus Besar PGRI. Ahirnya yang terpilih menjadi Ketua
Umum Pengurus Besar PGRI ialah M.E.Subiadinata, menggantikan
Sudjono. Hermanoe Adi tidak lagi dipilih menjadi ketua Pengurus
Besar PGRI jabatanya digantikan oleh M. Husen yang sebelumnya
menjabat Ketua PGRI Komisariat Daerah Jawa Barat. Susunan
Pengurus Besar PGRI sebagai berikut:
1) Ketua Umum : M.E.Subiadinata
2) Ketua I : Soedjono
3) Ketua II : M.Hosein
Hasil Kongres VIII PGRI
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi
dengan cara:
 Kunjungan kecabang-cabang
 Korespondensi Pengurus Besar PGRI dengan cabang lebih
diidentifikasi.
 Tindakan-tindakan disiplin dilakukan kepada cabang yang tidak
disiplin diberikan peringatan seperlunya
 Dilakukan pembekuan terhadap pengurus cabang PGRI Palembang
karena tindakan indisipliner terhadap komisariat daerah
 Keterlibatan PGRI dalam symposium BMN Denpasar, Bali (Juli
1957) mendapat penghargaan dan perhatian masyarakat.

2. Jiwa, Semangat & Nilai-Nilai 45 (JSN 1945)

A. Pengertian
Rumusan Jiwa, Semangat dan Nilai-nilai Kejuangan 45 adalah sebagai
berikut :
a. Secara umum, Jiwa adalah sesuatu yang menjadi sumber kehidupan dalam
ruang lingkup mahluk Tuhan YME. Jiwa bangsa adalah kekuatan batin
yang terkandung dalam himpunan nilai-nilai pandangan hidup suatu
bangsa.
b. Semangat adalah manifestasi dinamis atau ekspresi jiwa yang merupakan
dorongan untuk bekerja dan berjuang. Jiwa dan semangat suatu bangsa
menentukan kualitas nilai kehidupannya.
c. Nilai adalah suatu penyifatan yang mengandung konsepsi yang diinginkan
dan memiliki keefektifan yang mempengaruhi tingkah laku.
d. Jiwa 45 adalah Sumber kehidupan bagi perjuangan bangsa Indonesia yang
merupakan kekuatan batin dalam merebut kemerdekaan, menegakkan
kedaulatan rakyat serta mengisi dan mempertahankannya.
e. Semangat 45 adalah Dorongan dan manifestasi dinamis dari Jiwa 45 yang
membangkitkan kemauan untuk berjuang merebut kemerdekaan bangsa,
menegakkan kedaulatan rakyat serta mengisi dan memperta-hankannya.
f. Nilai 45 adalah Nilai-nilai yang merupakan perwujudan Jiwa dan
Semangat 45 bersifat konseptual yang menjadi keyakinan, keinginan dan
tujuan bersama bangsa Indonesia dengan segala keefektifan yang
mempengaruhi tindak perbuatan Bangsa dalam merebut kemerdekaan,
menegakkan kedaulatan rakyat serta mengisi dan mempertahankannya

B. Nilai-Nilai Dasar dan Nilai Operasional JSN 45


Nilai-nilai dasar dari JSN 45 dapat dijabarkan sebagai berikut :
Semua nilai yang terdapat dalam setiap Sila dari Pancasila
Semua nilai yang terdapat dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Semua nilai yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, baik Pembukaan,
Batang Tubuh, maupun Penjelasannya
Nilai-nilai operasional yaitu nilai-nilai yang lahir dan berkembang dalam
perjuangan bangsa Indonesia selama ini dan merupakan dasar yang kokoh dan
daya dorong mental spiritual yang kuat dalam setiap tahap perjuangan Bangsa
seterusnya untuk mencapai Tujuan Nasional Akhir seperti yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta untuk mempertahankan dan
mengamankan semua hasil yang tercapai dalam perjuangan tersebut adalah
sebagai berikut :
1.Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.Jiwa dan Semangat Merdeka
3.Nasionalisme
4.Patriotisme
5.Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka
6.Pantang mundur dan tidak kenal menyerah
7.Persatuan dan kesatuan
8.Anti penjajah dan penjajahan
9.Percaya kepada diri sendiri dan atau percaya kepada kekuatan dan kemampuan
sendiri
10.Percaya kepada hari depan yang gemilang dari bangsanya
11.Idealisme kejuangan yang tinggi
12.Berani, rela dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa dan Negara
13.Kepahlawanan
14.Sepi ing pamrih rame ing gawe
15.Kesetiakawanan, senasib sepenanggungan dan kebersamaan
16.Disiplin yang tinggi
17.Ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan
C. Metode Kelestarian Jiwa, Semangat dan Nilai-nilai 45

1. Metode pelestarian jiwa, semangat dan nilai-nilai 45


Secara umum meliputi metode edukasi, metode keteladanan,
metode informasi dan komunikasi serta metode sosialisasi.
 Metode Edukasi.
Maksudnya untuk menanamkan dasar yang kuat untuk
penghayatan dan pengamalan jiwa, semangat dan nilai-nilai 45.

 Metode Keteladanan
Melalui metode ini kita bisa memberikan keteladanan kepada
orang lain dalam menghayati dan mengamalkan jiwa, semangat dan nilai-
nilai 45.

 Metode Informasi dan Komunikasi


Metode informasi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
sifatnya searah. Tujuannya tidak hanya terbatas memberikan penjelasan
saja, tetapi dapat memberi ajakan, dorongan dan motivasi kepada orang
lain.

 Metode Sosialisasi
Metode ini merupakan upaya untuk menyampaikan pesan yang
terkandung dalam jiwa, semangat dan nilai-nilai 45 dalam ruang lingkup
masyarakat.

2. Pola penerapan metode jiwa, semangat dan nilai-nilai 45.


1) Pendekatan Edukasi
Jalur keluarga.
Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya supaya tanggap
dan peka terhadap keadaan dan perkembangan lingkungan,
pertumbuhan anak-anaknya, penyebarluasan JSN 45. Hal ini
bermaksud agar anak-anak dapat terangsang, menghayati dan
mengamalkannya.
Jalur masyarakat.
Sejalan sengan pendidikan formal melalui jalur sekolah hendaknya
pendidikan diluar sekolah juga dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Lembaga-lembaga seperti Karang Taruna, Gerakan Pramuka,
Perkumpulan Remaja, dsb merupakan wadah-wadah yang perlu
dimanfaatkan untuk menyebarluaskan JSN 45

Jalur Sekolah.
Pendekatan edukasi melalui jalur pendidikan formal (sekolah) yang
terikat pada ruang, waktu, mata pelajaran (kurikulum) dan jenjang
persekolahan bertujuan untuk menanamkan JSN 45 melalui proses
belajar mengajar.

2) Pendekatan Keteladanan
Jalur Keluarga.
Pendekatan ini menyangkut sikap, tingkah laku, serta penghayatan
dan pengamalannya. Keteladanan orang tua sangat menentukan karena
secara naluri pasti akan diikuti oleh anak-anaknya.

Jalur Sekolah.
Merupakan forum pendidikan formal yang memegang peran utama
dalam usaha melestarikan JSN 45. Terutama dalam upaya guru
sebagai pendidik dan tokoh panutan sangat berperan menciptakan
kondisi yang memungkinkan para anak didik akan dapat menghayati
dan mengamalkan JSN 45.

Jalur Masyarakat.
Melalui jalur masyarakat peranan dan keteladanan tokoh-tokoh
masyarakat, para pemimpin informal yang berada ditengah-tengah
lingkungan masyarakat sangat membantu dan menentukan untuk
penghayatan dan pengamalan JSN 45.

3) Pendekatan Informasi dan Komunikasi.


Jalur Keluarga.
Iklim yang sejuk dalam keluarga akan membantu dalam
pelaksanaan kelestarian JSN 45
Jalur Sekolah.
Dalam lingkungan sekolah perlu adanya iklim keterbukaan dari
kedua belah pihak yaitu pendidik dan peserta didik dan diharapkan
mereka mampu mendalami dan mengerti JSN 45

Jalur Masyarakat.
Penyampaian pesan melalui keteladanan kepada masyarakat juga
menyangkut hubungan timbal balik antara pemimpin dan yang
dipimpin.

4) Pendekatan Sosialisasi.
Maksud pendekatan sosialisasi yaitu agar masyarakat mengerti,
menghayati dan delanjutnya mengamalkan JSN 45

5) Pendekatan Jalur Agama


Kecuali yang telah kita uraikan, masih ada jalur lain yang mampu
dimanfaatkan yakni jalur agama. Pelestarian JSN 45 akan lebih mudah
dalam kehidupan beragama, demikian pula Alim Ulama dan tokoh-
tokoh agama sangat menentukan kelestarian JSN 45.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terbentuknya Persatuan Guru Republik Indonesia adalah hasil dari
perjuangan guru-guru Indonesia. Perjuangan Guru telah dimulai dari masa
Hindia Belanda dengan adanya oraganisasi Persatuan Guru Hindia
Belanda pada tahun 1912. Persatuan Guru Hindia Belanda kemudian
mengalami perubahan menjadi Persatuan Guru Indonesia pada tahun 1932.
Pada tanggal 23-25 November 1945 diadakan kongres Guru, yang
menghasilkan Persatuan Guru Republik Indonesia.

Terbentuknya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),


Persatuan Guru Republik Indonesia terus berjuang menggalang persatuan
dengan mengajak guru-guru di daerah untuk bergabung kedalam PGRI.
Namun, perjuangan itu tidaklah mudah karena mendapat rintangan dari
pihak Belanda. Persatuan Guru Republik Indonesia merasa bangga
dikarenakan Rh.Koesnan diangkat menjadi Menteri Perhubungan dan
Sosial dalam kabinet Moh. Hatta. Peran Guru Republik Indonesia pada
masa Revolusi Indonesia adalah ikut merumuskan tujuan Pendidikan
Indonesia, serta meletakan dasar bagi pendidikan yaitu dijadikannya
Pancasila sebagai landasan idiil Pendidikan.

B. Saran

Dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang harus


disempurnakan , dengan demikian sangat mengharapkan masukan, kritik
dan saran untuk memberikan kontribusi kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA

http://pgri.or.id/sejarah-pgri/

https://sigitajiputra.wordpress.com/2009/12/07/sejarah-persatuan-guru-republik-
indonesia/

http://semutmerah8.blogspot.com/2016/04/kongres-pgri.html

http://pgriviikotoilirtebo.blogspot.com/2018/01/kumpulan-daftar-hasil-kongres-
pgri.html

https://sigitajiputra.wordpress.com/2009/12/17/sejarah-persatuan-guru-republik-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai