DI SUSUN
OLEH:
KELOMPOK 2
1. IPAK GEMASIH (180250006)
2. FITRI NINGSIH HARAHAP (180250002)
3. RIFKA KHAIRUNA (180250005)
4. WIDYA ASTUTI (180250004)
5. KHUZARI(180250007)
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah Lembaga dan Struktur sosial tentang
“Tantangan Pendidikan Era Globalisasi”. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu
tercurah kepada uswah hasanah kita yang telah menyampaikan risalah kebenaran dan telah
membawa kita dari zaman kegelapan (jahiliyah) menuju zaman yang terang benderang yang
penuh dengan petunjuk (dinul islam) beserta keluarga, sahabat serta kita yang insyaallah selalu
melaksanakan sunnahnya.
Dalam pembuatan makalah ini saya mengakui bahwa masih banyak kekurangan di mana-
mana, maka dari itu sebelumnya saya meminta maaf sekaligus saya minta dimaklumi. Jika masih
banyak kekurangan dalam makalah ini karena saya juga masih dalam tahap pembelajaran.
Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar lebih
baik lagi untuk selanjutnya. Sekian.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat dari pendidikan di era globalisasi.
2. Untuk mengetahui tantangan pendidikan di era globalisasi.
3. Untuk mengetahui solusi menghadapi tantangan di era globalisasi.
4. Untuk mengetahui persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi.
5. Untuk mengetahui persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan........................................................................................................................1
Bab II Pembahasan.......................................................................................................................3
Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan berdaya
saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang berwawasan
keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan (visioner), rasa percaya diri
dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan yang memadai sesuai kebutuhan
dan daya tawar pasar.
Kemampuan-kemampuan itu harus dapat diwujudkan dalam proses pendidikan
Islam yang berkualitas, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berwawasan luas,
unggul dan profesional, yang akhirnya dapat menjadi teladan yang dicita-citakan untuk
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Pertanyaan selanjutnya, apakah yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan Islam?
Untuk menjawabnya, agaknya kita perlu menengok kerangka pendidikan Islam dalam
konteks kenasionalan. Sehingga kita bisa menyiapkan strategi yang tepat menghadapi
sebuah tantangan sekaligus peluang tersebut.
Secara kuantitas, perkembangan jumlah peserta didik pendidikan formal Indonesia
mulai dari tingkat TK hingga jenjang perguruan tinggi (PT) mengalami kemajuan yang
cukup signifikan. Namun secara kualitas masih tertinggal jauh ketimbang negara-negara
lain, baik negara-negara maju, maupun negara-negara anggota ASEAN sekalipun.
Institusi pendidikan Islam dituntut mampu menjamin kualitas lulusannya sesuai
dengan standar kompetensi global paling tidak mampu mempersiapkan anak didiknya
terjun bersaing dengan para tenaga kerja asing sehingga bisa mengantisipasi
membludaknya pengangguran terdidik. Di sini harus diakui, lembaga-lembaga pendidikan
Islam ternyata belum siap menghadapi era pasar bebas. Masih banyak yang harus
dibenahi; apakah sistemnya ataukah orang yang terlibat di dalam sistem tersebut.
1. Perlunya landasan.
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi, yang harus dilakukan
adalah penyediaan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan mental sekaligus kesiapan
skill atau manusia professional, namun demikian untuk menjadi manusia professional
haruslah mempunyai landasan yaitu ajaran agama Islam, landasan motivasi, inspirasi dan
aqidah. Agar mampu menjawab tantangan dan menghadapi ancaman ajaran islam
memberikan petunjuk sebagai berikut:
· Menumbuhkan kesadaran kembali tentang tujuan hidup menurut islam. Baik manusia
sebagai hamba Allah, maupun kholifah Allah. Seperti yang dijelaskan pada QS. Al-Baqarah :
30 yang berbunyi :
ۖض ٱ فِى َجا ِع ۬ ٌل ِإنِّى لِ ۡل َملَ ٰـ ٓ ِٕٮ َك ِة َربُّكَ قَا َل َوِإ ۡذ ۬
ِ َخلِيفَةًَأۡل ۡر
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…
Disini iman dan taqwa sangatlah penting untuk dijadikan sebagai landasan hidup. Kita sadar
bahwa kepuasan lahiriyah yang pernah dinikmati oleh manusia hanyalah sebatas sementara.
Dengan begitu kita akan sanggup mengatur diri kita, dan pada akhirnya mampu merasakan
kenikmatan yang hakiki ketika kita berbuat baik, hal ini baik untuk hal-hal yang
hubungannya dengan khaliq maupun antar sesama umat manusia. Dengan demikian, ketika
kita akan terbawa arus globalisasi, maka kita akan selalu ingat kesadaran keberagaman kita,
yang mempunyai aturan main didunia dan diakhirat.
· Mempertanggung jawabkan apa yang diperbuat didunia, baik formalitas administrative
sesuai ketentuan yang ada didunia sendiri maupun hakiki yang menceburkan diri dalam
kehidupan globalisasi., maka seharusnya kita sadar akan tanggungjawab kita sendiri terhadap
apa yang kita perbuat. Setitik apapun yang dilakukan oleh seseorang, ia akan dimintai
pertanggungjawabannya[4]. Sebagaimana disebutkan dalam surat Az-Zalzalah ayat 7-8 yang
berbunyi :
(٨)خَي ۬ ًرا َذ َّر ٍة ِم ۡثقَا َل يَ ۡع َم ۡل فَ َمن ۡ ) يَ َرهُ ۥ٧( يَ َرهُ ۥ َش ۬ ًّرا َذ َّر ۬ ٍة ِم ۡثقَا َل يَ ۡع َم ۡل َو َمن
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrahpun, niscaya dia akan
melihat [balasan] nya. (7) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun,
niscaya dia akan melihat [balasan]nya pula. (8)
Disini, pendidikan Agama Islam yang diharapkan dapat berperan sebagai filter terhadap
kemungkinan timbulnya dampak negative dari akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang cepat, serta sekaligus dapat menghilangkan pandangan dikotomi
antara ilmu pengetahuan dan agama.[5]
2. Persiapan sumber daya manusia dengan kriteria pribadi berkualitas.
a. Aspek Intelektual
· Kemampuan Analisis
· Kemampuan Fokus
· Kemampuan Organisasi
· Kemampuan penguasaan multi bahasa, dasar : Indonesia dan Inggris ; Pilihan tambahan :
Mandarin, Perancis, Jepang ( salah satu ).
b. Aspek Ketrampilan
1. Dunia kehidupan sudah sangat terbuka dan membentuk jaringan kerja sedemikian
kompleks dalam sistem dunia. Hal ini harus diantisipasi dengan upaya
mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkompetisi, berkooperasi serta
bersinergi atau dengan kata lain mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang mampu
menghadapi persaingan dan juga mampu bersanding dengan perubahan.
2. Mutu kompetensi yang berisi pengetahuan, kecakapan hidup, dan nilai. Tanpa
kompetensi tertentu yang mencukupi untuk menghadapi era globalisasi atau
kehidupan global seseorang atau suatu negara akan ditinggalkan oleh orang lain atau
negara lain. Karena perubahan-perubahan yang terjadi tidak mengenal belas kasihan
dan terus bergerak tanpa mengenal ampun. Karena itu jalan satu-satunya adalah
mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang memiliki bekal kompetensi yang
memadai mulai sekarang.
3. Kompetensi holistik, utuh, dan general (lintas disiplin) diperlukan dan diutamakan
untuk sukses atau berhasil berperan dalam kehidupan global. Kompetensi
fragmentatif (terpisah-pisah) dan spesialisasi sudah tidak mampu atau memadai untuk
menghadapi kemajuan zaman yang telah terjadi. Karena itu mutlak perlu dipersiapkan
Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi yang utuh dan senantiasa siap
diperbaharui kompetensi.
4. Sebagai konsekuensi logis Sumber Daya Manusia yang senantiasa siap
memperbaharui kompetensintya, perlu ditanamkan belajar berkelanjutan, terus
menerus sepanjang hayat. Harus dilahirkan sebuah generasi yang siap menjadi
manusia pembelajar agar kompetensi yang dimiliki tetap mutakhir, cocok, aktual dan
fungsional dengan tuntutan zaman.
5. Dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang peka terhadap perubahan dan mandiri.
Kehidupan masa depan tidak lagi semata-mata bergantung pada peran negara,
lembaga, atau institusi. Negara, lembaga, atau institusi justru sangan membutuhkan
peran independen, kemandirian dan kekritisan.
Pendidikan terutama pembelajaran di lembaga formal memiliki tugas dan tanggung
jawab yang berat yaitu mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang mampu menghadapi
tantangan perubahan zaman yang tengah berlangsung dan yang akan terus berkembang
maju. Pendidikan yang tengah berlangsung harus mampu mempersiapkan siswa minimal
lima kompetensi yang dibutuhkan di era globalisasi ini, yaitu:
Kompetensi intelektual berupa kemampuan berpikir dan bernalar, kemampuan kreatif
(meneliti dan menemukan), kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan mengambil
keputusan strategis.Termasuk juga siswa-siswi diarahkan menjadi masyarakat pembaca (reading
society) dan menjadi masyarakat penulis (writing society) sebagai syarat mutlak membentuk
masyarakat atau bangsa intelektual. Kompetensi intelektual harus diikuti pula dengan
kompetensi personal, antara lain berupa kemandirian, kekritisan, keuletan, independensi,
kejujuran, keberanian, keadilan, keterbukaan, kemampuan mengelola diri sendiri dan
kemampuan menempatkan diri. Diharapkan, dengan kedua kompetensi ini akan dihasilkan
manusia yang memiliki keluhuran jiwa dan moral yang baik untuk membawa bangsa dan negara
ke arah kemajuan dan bangsa yang bermoral dan beragama.
Kompetensi sosial budaya berupa kemampuan hidup bersama dengan orang maupun
bangsa lain, memahami dan menyelami keberadaan orang lain, dan kemajuan bekerja sama.
Kompetensi ini berujung pada tumbuhnya perasaan memahami dan menghargai keberanekaan
dan keberagaman, rasa percaya diri tanpa harus memandang rendah pihak lain, menyadari
kekurangan serta kelebihan. Dan yang paling penting adalah menjadi terbiasa untuk dikritik oleh
pihak lain sekaligus mengkritik secara fair pihak lain, juga terbiasa melakukan otokritik terhadap
diri sendiri.