Mata Kuliah : Perencanaan dan Evaluasi Kebijakan Sosial
Prodi : Sosiologi
1. Perubahan Undang-undang no.15 tahun 2019 tentang pembentukan peraturan undang-
undang. Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan. Dalam pasal 20 ayat (5) UU No. 15 Tahun 2019 sejatinya telah diatur bahwa polegnes jangka menengah bisa dievaluasi setiap akhir tahun dan bahkan di pasal 23 ayat (2) UU No. 15 tahun 2019 juga diatur bahwa dalam keadaan tertentu DPR atau Presiden dapat mengajukan RUU di luar prolegnas. Kondisi tertentu tersebut juga jika merujuk pasal 23 ayat (2) huruf a UU No.15 Tahun 2019 salah satunya adalah untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam. Dengan demikian pandemic covid-19 yang merupakaan bencana nasional sejatinya sudaah memenuhi unsur. Namun kembali lagi, karena RUU tentang perubahan ketiga atas UU No. 1 Tahun 2015 merupakan judul RUU long list Prolegnas 2020-2024 maka kehadiran Perpu No.2 Tahun 2020 telah menyelesaikan judul RUU dalam Prolegnas tersebut, walaupun memang bukan hasil ideal yang diharapkan. Dalam hal ini kita menilai amat disayangkan peluang melahirkan suatu aturan setingkat undang-undang hanya berisi penundaan saja. Undang-undang tentang pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan pelaksaan dari perintah pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan undang-undang diatur lebih lanjut dengan undang-undang”. Undang-undang tentang pembentukan peraturan perundang-undangan didasarkan pada pemikiran bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-undang ini merupakan penyempurnaan terhadap undang- undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan untuk memastikan keberlanjutan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sejak perencanaan hingga pemantauan dan peninjauan. Sebagai penyempurnaan terhadap undang-undang sebelumnya, terdapat materi muatan baru yang ditambahkan dalam undang-undang ini, yaitu antara lain: pengaturan mekanisme pembahasan rancangan undang-undang yang sudah dibahs oleh DPR bersama Presiden dalam suatu periode untuk dibahas kembali dalam periode selanjutnya untuk memastikan keberlanjutan dalam pembentukan undang-undang dan pengaturan mengenai pemantauan dan peninjauan terhadap peraturan perundang-undangan sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan.
2. Kebijakan rumah dhuafa tentang bantuan dari pemerintah di Aceh
Kabupaten Aceh Utara hingga saat ini telah membangun 1.741 unit rumah dhuafa dari alokasi anggaran dana gampong. Kebijakan pembangunan rumah dhuafa tersebut dimulai sejak diterapkannya peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2017 tentang prioritas penggunaan dana gampong yang mewajibkan setiap gampong untuk membangun masing- masing dua rumah untuk warga miskin dalam setahun. Perbup tersebut disikapi dan disambut dengan sangat baik oleh segenap lapisan masyarakat di daerah ini, juga disikapi dengan sangat bijak oleh para aparatur gampong. Apalagi tujuannya semata-mata untuk memberikan kenyamanan dan kesempatan hidup yang lebih layak kepada warga miskin atau warga dhuafa. Target Bupati H. Muhammad Thaib dalam lima tahun sejak 2017 tidak ada lagi rumah tidak layak huni di Aceh Utara. Disebutkan, meskipun telah dibangun sebanyak 1.741 unit rumah dhuafa, namun hingga saat ini masih tersisa 2.140 unit lagi yang membutuhkan bantuan.
3. Kebijakan PKH di tempat tinggal masing-masing
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi kriteria tertentu, dan sebagai syarat atau imbalannya, RTSM penerima program harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yaitu pendidikan dan kesehatan anggota keluarganya. Tujuan utama program PKH adalah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia tertentu pada kelompok masyarakat miskin. Penerima bantuan PKH adalah rumah tangga sangat miskin yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak-anak atau ibu hamil/nifas dan orang tua yang lanjut usia. Di Gampong Blang Reuling Kec. Sawang Kab. Aceh Utara sangat banyak warga yang menerima PKH, ada yang sudah habis tahap pertama selanjutnya di alihkan ke warga lain yang belum mendapatkan sama sekali. Bantuan PKH ini dikasih kepada masyarakat miskin yang punya anak dari usia 0-18 tahun yang masih belajar maksimal SMA. Jika anak mereka sudah tamat SMA atau tidak punya anak tapi miskin maka mereka tidak bisa menerima PKH. Namun jika pasangan suami istri dan suami nya sudah lanjut usia maka masih bisa menerima PKH dengan syarat masih ada yang menjaganya atau ada istrinya, jika istrinya sudah tidak ada, walaupun miskin si kakek tersebut tidak bisa menerima PKH dengan alasan tidak ada yang merawatnya. Namun ada juga terjadi kasus yang dimana bahwa salah satu warga yang miskin serta masih punya anak- anak yang sedang sekolah tidak mendapat bantuan PKH dan menegur ketua PKH yang ada di Gampong Blang Reuling, setiap gampong memiliki ketua masing-masing. Kejadian ini sangat disayangkan, dikarenakan sebagai ketua PKH mereka hanya merekap data dan mengirimnya ke pusat, seterusnya pusat yang akan memilih siapa yang akan mendaptkan PKH. Jelas-jelas ini bukan kesalahan dari ketua, namun ketidakpahaman masyarakat membuat mereka salah dalam bertindak. Seharusnya kita sebagai masyarakat bersyukur jika mendapatkan bantuan dan juga bersabar jika tidak mendapatkannya, mungkin bukan kali ini, tapi akan mendapatkan di tahap selanjutnya.