PERUNDANG-UNDANGAN SOSIAL
DI SUSUN OLEH:
FIRDAYANTI
C1B3 19 079
UUD 1945
Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) merupakan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Artinya UUD 1945 menjadi
peraturan tertinggi dan sebagai dasar tertulis yang membuat dasar dan garis besar hukum
dalam penyelenggaraan negara.
Selain itu, UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang terdiri dari pembukaan (empat
alinea) dan pasal-pasal yang berjumlah 37 pasal.
Ketetapan MPR
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah Ketetapan MPR Sementara dan
Ketetapan MPR yang masih berlaku.
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003
tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPR Sementara dan
Ketetapan MPR Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.
Berdasarkan sifatnya, putusan MPR terdiri dari dua macam, yakni ketetapan dan keputusan.
Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis.
Sedangkan keputusan adalah putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
UU/Perppu
UU adalah Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dengan persetujuan Presiden. Sedangkan Perppu adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
Sementara itu, mekanisme UU atau Perppu adalah sebagai berikut:
a. Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan berikut.
b. DPR dapat menerima atau menolak Perppu tanpa melakukan perubahan.
c. Bila disetujui oleh DPR, Perppu ditetapkan menjadi UU.
d. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Peraturan Presiden
Peraturan Presiden merupakan Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
Perda Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Perda Kabupaten atau Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD
Kabupaten atau Kota dengan persetujuan bersama Bupati atau Walikota.
Termasuk dalam Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota adalah Qanun yang berlaku di
Kabupaten atau Kota di Provinsi Aceh.
Kegiatan operasional jaminan sosial berbasis hukum bilangan besar dan hal itu akan efektif
apabila penyelenggaraannya dilakukan tidak secara parsial. Penyelenggaraan jaminan sosial
yang terintegrasi diharapkan dapat menjamin terciptanya suatu mekanisme yang efektif dan
efisien sehingga mampu menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Secara universal,
penyelenggaraan sistem jaminan sosial pada prinsipnya merupakan tanggung jawab
Pemerintah Pusat dengan dalil suatu penyelenggaraan untuk satu negara karena jaminan
sosial sebagai supra sistem untuk pengikat berdirinya sebuah negara.
Dalam aspek Substansi Hukum, Puspanlak UU, Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI
memberikan rekomendasi sebagai berikut:1)Perlunya penyempurnaan materi muatan dalam
UU Kesejahteraan Sosial, diantaranya: a) penambahan asas non-diskriminasi dan asas
kesetaraan dalam Pasal 2 UU Kesejahteraan Sosial. b) perubahan Pasal 5 ayat (2) UU
Kesejahteraan Sosial dan Penjelasannya dengan menambahkan klaster baru terkait masalah
sosial lainnya dan penjelasan lebih lanjut mengenai kriteria masalah sosial atau
menambahkan norma dalam UU Kesejahteraan Sosial yang secara eksplisit mendelegasikan
peraturan pelaksanaan yang mengatur penjelasan mengenai parameter kriteria masalah sosial.
c) perubahan frasa “Kecacatan/Cacat” yang diatur dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, Pasal 9 ayat
(1) huruf a, dan Penjelasan Pasal 7 ayat (1) UU Kesejahteraan Sosial dengan menyesuaikan
istilah yang diatur dalam UU Penyandang Disabilitas. Selain itu, perlu dilakukan penyesuaian
terkait bentuk pemberian jaminan sosial terhadap Penyandang Disabilitas yang diatur dalam
Pasal 9 ayat (2) UU Kesejahteraan Sosial dengan mengacu terhadap ketentuan Pasal 93 ayat
(2) dan ayat (3) UU Penyandang Disabilitas.
c. Dalam aspek Pendanaan, Puspanlak UU, Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI
memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1) perlu peningkatan komitmen dalam penyusunan
kegiatan pada masing-masing instansi pusat dan daerah dengan mengalokasikan anggaran
memadai untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 2) perlu dilakukan penguatan sumber
pendanaan lain seperti sumbangan masyarakat; dana yang disisihkan dari badan usaha
sebagai kewajiban dan tanggung jawab sosial dan lingkungan; serta bantuan asing guna
membantu memenuhi kebutuhan pendanaan masalah kesejahteraan sosial. 3) perlu
melengkapi instrumen regulasi yang terkait dengan pengelolaan dan pengumpulan Undian
Gratis Berhadiah (UGB) dan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) yang tertib aturan,
partisipatif, transparan, akuntabel dan tepat manfaat. d. Dalam aspek Sarana dan Prasarana,
Puspanlak UU, Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan rekomendasi
sebagai berikut: 1) perlu peningkatan kualitas dan kuantitas SDM khususnya Pekerja Sosial
melalui program pelatihan dan proses rekrutmen yang sesuai dengan standar. 2) peningkatan
komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pemenuhan sarana dan
prasarana penyelenggaraan kesejahteraan sosial tersebut. 3) perlu adanya simplifikasi dan
integrasi pendataan kesejahteraan sosial, sosialisasi penyusunan program kerja pemerintah. e.
Dalam aspek Budaya Hukum, Puspanlak UU, Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI
memberikan rekomendasi sebagai berikut: