Anda di halaman 1dari 5

TUGAS HUKUM KONSTITUSI

“Kekurangan UUD 1945”

Dosen Pengampu :

Muhammad Zulfan Hakim S.H., M.H.

Disusun Oleh :

1. Muh. Reza Hidayat Saputra (B011211299)

2. Muh. Rafli Nur Rahman (B011211301)

3. Azzahra Zetira Syarief (B011211304)

4. Siti Adinda Nafirah (B011211318)

Kelas: Hukum Konstitusi (E)

FAKULTAS HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KEKURANGAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Kekurangan Undang-Undang Dasar 1945 menurut kelompok kami ada beberapa pasal
yang pasca amandemen ini menjadi undang-undang yang kurang jelas dan tidak konsisten
sesuai dengan apa yang seharusnya, seperti halnya dengan presiden terlalu banyak
mengambil keputusan yang seharusnya hal tersebut tidak memerlukan keputusan dari presiden
seperti contohnya padapasal 20 ayat (5) UUD 1945 yang berisikan:
“Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan
wajib diundangkan”. yang di mana Presiden tidak memiliki kewenangan terhadap hasil
keputusan dari undang-undang yang telah disetujui oleh para pembuat undang- undang
sehingga tidak diperlukannya lagi keputusan akhir dari presiden, berdasarkan pasal 37 UUD
1945 yang menyatakan bahwa:

1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.

2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.

Yang dalam hal ini perubahan undang undang dasar dapat terjadi sesuai dengan
ketentuan pada pasal ini, walaupun dalam kenyataan 2/3 bukan jumlah yang sedikit untuk di
dapatkan tetapi ini membuktikan bahwa siapa saja dapat melakukan perubahan terhadap
undang-undang dasar kita asalkan memenuhi syarat 2/3 suara tersebut, hal ini dapat membuat
kita berfikir lebih jauh tentang kenapa dan bagaimana keputusan dalam pasal ini bisa terjadi
karena ini menyangkut dengan konstitusi yang seharusnya menjadi suatu perangkat atau alat
yang mengikat dan penting bagi kesejahteraan masyarakat negara indonesia yang kemungkinan
dimasa yang akan datang dengan adanya pasal ini undang-undang dasar kita akan seenaknya
dapat diubah oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Adapun kekurangan dari UU ketenagakerjaan yang terdapat dalam UUD NRI 1945
yaitu kurang membahas detail dari pembuatan kontrak kerja. pada pasal terkait pembuatan
kontrak kerja (yaitu pasal 52-54) hanya membahas hal-hal yang umum seperti mekanisme
pembuatan kontrak kerja. hal yang perlu dielaborasi adalah substansi dari kontrak kerja tersebut
yang kiranya memuat legal standing bagi para pekerja seperti biaya lembur, jadwal kerja, PHK
dan pengunduran diri, dan lain sebagainya. hal ini diperuntukkan pula bagi perusahaan agar
hak dan kewajiban kedua belah pihak jelas dan memiliki dasar hukum dari perjanjian tersebut.
solusinya bagi UU ini mungkin terkait pengaplikasian kontrak kerja dan substansi yang lebih
detail bisa dimuat pada aturan-aturan yang di bawahnya SPT PP.

Menurut kelompok kami, kelemahan UUD 1945 ialah dari segi rumusannya yang
inkonsistensi. Inkonsistensi mengandung makna suka berubah-ubah. UUD 1945 dianggap
memiliki inkonsistensi rumusan karena penyusunannya melibatkan banyak pihak dengan latar
belakang, pandangan politik, agama dan budaya yang berbeda-beda. Para pendiri bangsa
Indonesia pada saat itu dihadapkan pada situasi yang rumit, yaitu berusaha membangun
negara yang baru merdeka dari penjajahan belanda, namun juga harus mempertimbangkan
keberagaman budaya,suku dan agama yang ada di Indonesia.

Hal tersebut tentu akan menyebabkan inkonsistensi rumusan dalam beberapa pasal
UUD 1945 di tambah UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen sehingga semakin
menimbulkan ambiguitas dalam penerapannya. Solusinya ialah penting untuk melibatkan
masyarakat secara aktif dalam proses amandemen UUD 1945. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengadakan forum-forum diskusi, seminar publik, atau mekanisme partisipatif lainnya.
Pemerintah dapat secara aktif mengundang masukan dan pendapat dari berbagai kelompok
masyarakat untuk memastikan kepentingan masyarakat luas dapat terwakili.

Adapun kekurangan lain dari UUD NRI 1945 pertama, meskipun UUD NRI 1945 sudah
mengatur tentang sistem pemerintahan dan Politik di Indonessa, namun UUD NRI 1945 tidak
mampu mencegah terjadinya Krisis politik dan konflik sosial yang terjadi di Indonesia, Seperti
yang ada pada kasus konflik aceh dan papua. Dalam hal hak Asasi manusia, UUD NRI 1945
sudah memuat hal tersebut di dalamnya namun belum cukup memadai dalam mengatur dan
melindungi hak asasi manusia di Indonesia, hal ini dapat dibuktikan dengan masih terjadinya
Pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia Yang tercantum dalam Bab XA tentang Hak
Asasi Manusia.
Beberapa hak asasi manusia yang tidak di atur secora rinci antara lain seperti hak atas
privasi, hak atas Informasi, hak atas Kesehatan, dll. UUD NRI 1945 sudah mengatur tentang
tata kelola Pemerintahan, namun masih terjadi kasus korupsi dan nepotisme yang merugikan
mastarakat. Hal ini dapat menunjukkan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memadai dalam
mengatur tentang tata kelola pemerinahan yang bersih. Beberapa faktor penyebab kasus
korupsi dan nepotisme karena lemahnya pengawasan terhadap kebijakan dan kegiatan
pemerintah, ketidaktransparan dalam pengelolaan anggaran, dan lemahnya sistem peradilan
yang tidak efektif dalam menangani kasus korupsi. Agar masalah ini dapat teratasi, pemerintah
harus meningkatkan pengawasan terhadap kebijakan den kegiatan pemerintah, menerapkan
prinsip transparansi dalam pengelolaan anggaran, dan memperkuat sistem peradilan untuk
menangani kasus korupsi secara tegas dan adil. Selain itu, masyarakat juga perlu ikut berperan
aktif dalam mengawas kinerja pemerintah dan melaporkan tindakan yang terjadi.
Selanjutnya, UUD NRI 1945 belum sepenuhnya memadai dalam mengatur otonomi
daerah, sehingga masih terjadi beberapa ketimpangan antara pusat dan daerah dalam hal
pembangunan dan pelayanan publik. Adapun beberapa kelemahan dalam pengaturan otonomi
daerah dalam UUD NRI 1945, seperti pembagian kewenangan antara pusat dan daerah yang
masih ambigu dan tidak jelas sehingga sering terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan
kewenangan masih terdapat ketidakadilan dalam alokasi dan distribusi anggaran dari pusat ke
daerah, sehingga daerah yang lebih maju sering mendapatkan alokasi anggaran yang lebih
besar. Untuk mengatasi masalah ini, UUD NDRI 1945 perlu diperbaiki dengan mengatur
otonomi daerah secara lebih rinci dan jelas, serta memperkuat sistem pengawasan terhadap
kinerja pemerintah daerah dan memberikan dukungan teknis dan sumber daya manusia yang
cukup kepada daerah untuk mempercepat pembangunan dan pelayanan publik di daerah, lalu
UUD NRI 1945 masih kurang memadai dalam mengatur perlindungan lingkungan hidup,
sehingga masih terjadi kerusakan lingkungan yang merugikan masyarakat dan mengancam
keberlangsungan hidup manusia di masa depan.

Beberapa kelemahan dalam pengaturan perlindungan lingkungan hidup dalam UUD


1945 seperti kurangnya konsistensi dan ketegasan dalam penerapan hukum dan sanksi terhadap
pelaku-pelaku yang merusak lingkungan, masih terdapat kebijakan-kebijakan pembangunan
yang tidak ramah lingkungan dan belum mengintegrasikan aspek-aspek lingkungan secara
holistik dan tidak adanya pengakuan yang jelas atas hak lingkungan hidup sebagai hak asasi
manusia, sehingga hak ini belum menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional.
Karena itu, UUD NRI 1945 perlu diperbaiki dengan memperkuat ketegasan dan konsistensi
dalam penerapan hukum dan sanksi terhadap pelaku-pelaku yang merusak lingkungan serta
peran masyarakat dalam partisipasi untuk keputusan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai