III. Perang dan Desentralisasi sebagai Some Primary Forces: Perang dapat dianggap
sebagai bentuk "some primary forces" jika perang itu mengakibatkan perubahan
besar dalam konstitusi, struktur pemerintahan, atau kedaulatan negara.
Misalnya, perang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda pada
tahun 1945 mengakibatkan perubahan besar dalam konstitusi dan pendirian
negara Indonesia. Selain itu, desentralisasi dapat menjadi hasil dari beberapa
primary forces jika hal itu dipicu oleh perubahan sosial, politik, atau kebutuhan
negara yang signifikan.
IV. Kritik terhadap Formal Amendment (Amandemen Konstitusi): Pada tahun 1999
hingga 2002, Indonesia mengalami serangkaian amandemen konstitusi yang
cukup kritis. Amandemen konstitusi ini telah dikritik oleh beberapa pihak karena
beberapa alasan. Kritik meliputi proses yang dianggap terlalu cepat dan terburu-
buru, serta kekhawatiran bahwa beberapa perubahan konstitusi mungkin
menguntungkan kelompok tertentu atau mengorbankan prinsip-prinsip
demokrasi. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa amandemen tersebut tidak
cukup melibatkan partisipasi publik dan melibatkan beberapa perubahan yang
membingungkan dan mempersulit pelaksanaan konstitusi. Kritik juga mencakup
isu-isu seperti perubahan ketentuan tentang presiden, sistem pemilihan kepala
daerah, dan hal-hal lain yang dapat memengaruhi tatanan politik dan
pemerintahan di Indonesia. Kritik tersebut mencerminkan kompleksitas dalam
mengubah konstitusi dan beragamnya pandangan terkait dengan
perubahan konstitusi.
Menurut C.F. Strong, dalam Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik, perubahan
konstitusi dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu :
A. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif tetapi
menurut pembatasan-pembatasan tertentu (by ordinary legislative but under
certain restriction)
B. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum (by
the people through of referendum)
C. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara bagian (by a major of
all units of federal state).
D. Perubahan konstitusi dilakukan dengan konvensi ketatanegaraan (by
special convention)
5. Mengapa suatu negara harus memiliki konstitusi?
Konstitusi itu memuat norma-norma dan prinsip penting dalam penyelenggaraan
negara, salan satunya adalah dasar negara. Misalnya konstitusi Indonesia (UUD
1945) jugo memuat isi Pancasila sebagai dasar negara dalam bagian pembukaan
(preambule). Negara harus memiliki konstitusi sebagai hukum tertinggi yang
mengatur prinsip-prinsip dasar dalam penyelenggaraan negara, misalnya apa såja
lembaga negara, bagaimana wewenang masing-masing lembaga negara, bagaimana
hubungan antar lembaga negara, hak-hak warga negara, dll. Hal prinsipil ini tidak
cutup tanya diatur dalam undan-undang. Jika tidak ada konstitusi, maka sangat besar
kemungkinan lembaga negara akan bertindak sewenang-wenang.
6. Tidak selalu benar bahwa konstitusi negara federal selalu lebih panjang,
mengandung lebih banyak pasal, atau lebih banyak materi muatannya dibandingkan
dengan konstitusi negara unitary. Panjang dan kompleksitas sebuah konstitusi dapat
bervariasi secara signifikan tergantung pada sejumlah faktor, termasuk sejarah,
budaya, sistem pemerintahan, dan kebutuhan khusus suatu negara. Sebagian negara
federal, seperti Amerika Serikat, memang memiliki konstitusi yang panjang dan
terperinci. Konstitusi Amerika Serikat adalah salah satu contoh konstitusi federal
yang cukup rinci dan termasuk amendemen-ammendemen yang telah ditambahkan
seiring berjalannya waktu. Namun, terdapat juga negara-negara federal dengan
konstitusi yang lebih singkat dan langsung to the point. Selain itu, beberapa negara
unitary atau negara yang mempraktikkan sistem parlementer juga dapat memiliki
konstitusi yang panjang dan rinci. Jadi, tidak ada korelasi pasti antara status federal
atau unitary sebuah negara dengan panjang atau jumlah pasal dalam konstitusinya.
Hal ini lebih tergantung pada sejarah konstitusi tersebut, tradisi hukum, dan
kebutuhan negara tersebut dalam merumuskan hukum dasarnya.
7. Apakah setiap negara yang memiliki konstitusi itu dikatakan sebagai constitusion
state? = Tidak semua negara yang memiliki konstitusi dapat disebut sebagai
"constitution state" (negara konstitusi) secara otomatis. Meskipun hampir semua
negara memiliki dokumen konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis, status
"constitution state" biasanya merujuk pada negara-negara di mana konstitusi itu
memegang peran sentral dalam menentukan struktur pemerintahan, hak dan
kewajiban warga, serta batasan kekuasaan pemerintah. Konstitusi harus menjadi
hukum tertinggi yang dihormati dan diikuti oleh semua lembaga pemerintah dan
warga negara. Oleh karena itu, definisi dan pengakuan sebagai "constitution state"
dapat bervariasi berdasarkan tingkat kepatuhan terhadap konstitusi.
10. Apakah UUD 1945 memuat ketiga materi muatan konstitusi? atau ada materi yang
tidak disebutkan? = UUD 1945 Republik Indonesia adalah konstitusi Indonesia yang
berisi prinsip-prinsip dasar negara, struktur pemerintahan, hak dan kewajiban warga,
serta ketentuan-ketentuan lain yang mengatur berbagai aspek kehidupan negara.
UUD 1945 memiliki tiga materi muatan pokok, yaitu:
a) Pembukaan, yang mencakup ideologi negara, tujuan negara, sifat negara, dan
lambang negara.
b) Batang Tubuh, yang mengatur tentang lembaga-lembaga pemerintahan,
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta hak dan kewajiban warga.
c) Ketentuan Peralihan, yang mengatur tentang peralihan dari konstitusi
sebelumnya.
Konstitusi dan konstitusionalisme adalah dua konsep yang berkaitan dalam konteks
pemerintahan dan hukum. Mereka saling terkait, namun memiliki perbedaan yang
penting:
1. Konstitusi:
Konstitusi adalah dokumen hukum yang mengatur dasar-dasar struktur
pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara, dan kerangka kerja institusi
pemerintahan. Konstitusi dapat berbentuk tertulis atau tidak tertulis. Di banyak
negara, termasuk Indonesia, konstitusi bersifat tertulis dan mencakup norma-
norma hukum dasar yang menjadi landasan bagi negara tersebut.
2. Konstitusionalisme:
Konstitusionalisme adalah konsep yang lebih luas daripada konstitusi itu sendiri.
Ini merujuk pada prinsip-prinsip yang mendukung supremasi konstitusi dan
pemerintahan yang berdasarkan hukum. Konstitusionalisme mencakup prinsip-
prinsip seperti pembatasan kekuasaan pemerintah, perlindungan hak asasi
manusia, pemisahan kekuasaan, transparansi, akuntabilitas, dan supremasi
hukum.
c) Konstitusi yang baik dan efektif adalah salah satu alat untuk menerapkan
prinsip-prinsip konstitusionalisme dalam praktik. Dalam sistem
konstitusional, konstitusi memberikan kerangka kerja hukum yang
mendorong pemerintah untuk beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
konstitusionalisme.
Jadi, sementara konstitusi adalah hukum dasar suatu negara, konstitusionalisme
adalah konsep yang mencakup prinsip-prinsip yang mengatur bagaimana konstitusi
tersebut harus dihormati dan diterapkan dalam praktek pemerintahan.
Konstitusionalisme memastikan bahwa kekuasaan pemerintah dibatasi, dan hak-hak
individu dihormati, sehingga pemerintahan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
hukum dan keadilan.
13. https://sipejar.um.ac.id/pluginfile.php/1127964/mod_resource/content/4/Konstitusi
%20Negara%20Indonesia.pdf
14. https://www.popmama.com/community/groups/big-kid/big-kid-and-school-life/
apa-perbedaan-konstitusi-dan-undang-undang-dasar
15. https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/27/150000879/perbedaan-
konstitusi-dan-uud?page=all
16. https://jdih.sukoharjokab.go.id/berita/detail/perbedaan-konstitusi-tertulis-dan-
konstitusi-tidak-tertulis
17. Indonesia telah mengalami beberapa perubahan dalam konstitusinya sepanjang
sejarahnya. Berikut adalah beberapa konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
beserta periode waktu dan sejarah terbentuknya:
1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945):
Periode Waktu: 18 Agustus 1945 – Sekarang
Sejarah Terbentuknya: Konstitusi Indonesia yang pertama kali adalah UUD 1945,
yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 ketika Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya dari Belanda. UUD 1945 telah mengalami
beberapa amendemen sepanjang sejarahnya untuk mengakomodasi perubahan
politik, sosial, dan ekonomi di Indonesia.
18. Berikut adalah klasifikasi dan materi muatan dari UUD 1945 sebelum perubahan,
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), UUDS Republik Indonesia, dan UUD
1945 setelah perubahan:
1) UUD 1945 Sebelum Perubahan:
Klasifikasi: Konstitusi Dasar Negara
Materi Muatan:
a) Pembukaan (Preambule): Merupakan bagian pendahuluan yang menyatakan
tekad kemerdekaan, keadilan sosial, dan cita-cita nasional Indonesia.
b) Batang Tubuh: Berisi pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif, serta hak dan kewajiban warga negara.
c) Ketetapan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat): Mengatur pemilihan
presiden dan wakil presiden serta kewenangan MPR.
d) Kedudukan dan Fungsi Majelis Rakyat Nasional (MRN): Menjelaskan peran
MRN dalam pembentukan undang-undang.
e) Penjelasan: Berisi penjelasan terhadap isi UUD 1945.