Anda di halaman 1dari 9

Draft Pertanyaan Teori Konstitusi

1. Berdasarkan klasifikasi-klasifikasi di atas, mengutip uraian modul Konstitusi dan


Konstitusionalisme (2015) dari MK, jenis konstitusi Indonesia (UUD 1945) adalah
sebagai berikut:
1) Konstitusi negara kesatuan. Sebab, Presiden RI sebagai pemegang kekuasaan
pemerintah pusat dan tertinggi. Di RI, juga ada lembaga legislatif tunggal (DPR)
sebagai pembentuk undang-undang.
2) Konstitusi tertulis. Sebab, Indonesia memiliki konstitusi yang jelas tertulis dan
bernama undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD
1945).
3) Konstitusi rigid. Sebab, perubahan UUD 1945 tidak dapat begitu saja dilakukan.
Ada sejumlah syarat dan mekanisme rumit untuk merealisasikan amandemen
UUD 1945. Hal ini seperti diatur di pasal 37 UUD 1945.
4) Konstitusi yang memberikan hak pilih dalam pemilu kepada semua warga
dewasa (sesuai batas usia dewasa). Hal ini diatur dalam pasal 22E UUD 1945.
5) Konstitusi yang menentukan pengisian kamar kedua dengan cara dipilih oleh
rakyat. Sebab, di RI saat ini, anggota DPD sebagai kamar kedua dipilih oleh rakyat
(Pasal 22C ayat 1 UUD 1945).
6) Konstitusi penganut konsep soft bicameral. Sebabnya, wewenang DPD RI (kamar
kedua) lebih lemah daripada DPR RI (kamar pertama).
7) Konstitusi non-parlementer (presidensial). Sebabnya, Presiden RI menjadi
pemegang kekuasaan tertinggi di pemerintahan (eksekutif). Hal ini sesuai isi
Pasal 4 ayat (1) UUD 1945.
8) Konstitusi administrative law. Sebab, sistem hukum Indonesia menganut civil
law.

2. 10 fungsi konstitusi, yaitu:


a) Penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
b) Pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara.
c) Pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara dengan warga negara.
d) Pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
e) Penyalur dari sumber kekuasaan yang asli kepada organ negara.
f) Fungsi simbolik sebagai pemersatu.
g) Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.
h) Fungsi simbolik sebagai pusat upacara.
i) Sebagai sarana pengendalian masyarakat.
j) Sebagai sarana perekayasaan dan pembaharuan masyarakat.

3. Materi muatan konstitusi


Di dalam buku K.C Wheare tidak ada satupun konstitusi yang dapat diaplikasikan
atau switchable atau cocok untuk negara lain seperti konstitusi indonesia cocok
untuk negara malaysia. Materi muatan konstitusi suatu negara dengan negara lain
berbeda, apa yang pokok dalam suatu negara menjadi pokok di negara lain. Oleh
karena itu, ketika berbicatra materi muatan menguntip dari steenberk berisi:
a) jaminan terhadap HAM dan warga negara;
b) ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental;
c) adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang
bersifat fundamental.

4. Perubahan Undang-undang dasar


Menurut K.C. Wheare, ada 4 cara untuk mengubah undang-undang dasar atau
konstitusi, yaitu :
a) Some Primary Forces (Beberapa kekuatan yang bersifat primer). Ini merujuk
pada perubahan konstitusi yang muncul sebagai respons terhadap perubahan
dalam dinamika sosial, politik, atau ekonomi yang kuat. Perubahan ini mungkin
terjadi sebagai akibat dari tekanan besar dari masyarakat atau kelompok
tertentu, seperti gerakan sosial atau revolusi.
b) Formal Amandement ( Perubahan yang diatur dalam konstitusi). Ini adalah
cara yang paling jelas dan terstruktur untuk mengubah konstitusi. Konstitusi
biasanya mencantumkan prosedur formal untuk mengubahnya. Ini mungkin
melibatkan persetujuan dari lembaga legislatif khusus, konvensi konstitusi, atau
bahkan referendum. Formal amendment merupakan proses yang jelas dan sah
dalam mengubah konstitusi.
c) Judicial Interpretation (Penafsiran secara hukum). Beberapa perubahan
konstitusi dapat terjadi melalui pengadilan atau lembaga yudisial. Ketika
pengadilan mengeluarkan putusan yang merubah tafsiran atau aplikasi
konstitusi, ini dapat memiliki dampak signifikan terhadap bagaimana konstitusi
tersebut dijalankan.
d) Usages and Convention (Kebiasaan dan Konvensi). Perubahan dalam konstitusi
juga dapat muncul melalui perubahan dalam praktik dan kebiasaan politik.
Misalnya, jika praktik politik yang lama menjadi konvensi baru, hal ini bisa
menjadi bentuk perubahan konstitusi yang tidak diatur secara eksplisit dalam
teks konstitusi.

I. Usage and Convention di Indonesia: Ya, Indonesia telah mengalami perubahan


konstitusi melalui kebiasaan dan konvensi. Contoh yang signifikan adalah
perubahan dalam sistem pemilihan presiden. Sebelumnya, presiden Indonesia
dipilih oleh MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), tetapi kemudian melalui
perubahan praktik politik dan konvensi, presiden dipilih melalui pemilihan
langsung. Perubahan ini tidak diatur dalam teks konstitusi, tetapi menjadi
praktik yang diterima secara luas. Ini adalah contoh bagaimana konvensi politik
dapat membawa perubahan dalam konstitusi tanpa perubahan formal dalam
teks konstitusi.
II. Judicial Interpretation di Indonesia: Judicial interpretation terjadi ketika
pengadilan, termasuk Mahkamah Konstitusi (MK), memberikan interpretasi
hukum terhadap konstitusi yang dapat mengubah cara konstitusi tersebut
diterapkan. Mahkamah Konstitusi dapat memutuskan bahwa suatu ketentuan
konstitusi memiliki arti yang berbeda atau dapat merubah interpretasi konstitusi
dalam putusan hukum. MK telah berperan dalam menafsirkan konstitusi dan
memutuskan tentang berbagai perkara yang berkaitan dengan konstitusi, tetapi
ini biasanya terkait dengan penerapan hukum yang berlaku dan bukan dengan
perubahan besar dalam konstitusi.

III. Perang dan Desentralisasi sebagai Some Primary Forces: Perang dapat dianggap
sebagai bentuk "some primary forces" jika perang itu mengakibatkan perubahan
besar dalam konstitusi, struktur pemerintahan, atau kedaulatan negara.
Misalnya, perang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda pada
tahun 1945 mengakibatkan perubahan besar dalam konstitusi dan pendirian
negara Indonesia. Selain itu, desentralisasi dapat menjadi hasil dari beberapa
primary forces jika hal itu dipicu oleh perubahan sosial, politik, atau kebutuhan
negara yang signifikan.

IV. Kritik terhadap Formal Amendment (Amandemen Konstitusi): Pada tahun 1999
hingga 2002, Indonesia mengalami serangkaian amandemen konstitusi yang
cukup kritis. Amandemen konstitusi ini telah dikritik oleh beberapa pihak karena
beberapa alasan. Kritik meliputi proses yang dianggap terlalu cepat dan terburu-
buru, serta kekhawatiran bahwa beberapa perubahan konstitusi mungkin
menguntungkan kelompok tertentu atau mengorbankan prinsip-prinsip
demokrasi. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa amandemen tersebut tidak
cukup melibatkan partisipasi publik dan melibatkan beberapa perubahan yang
membingungkan dan mempersulit pelaksanaan konstitusi. Kritik juga mencakup
isu-isu seperti perubahan ketentuan tentang presiden, sistem pemilihan kepala
daerah, dan hal-hal lain yang dapat memengaruhi tatanan politik dan
pemerintahan di Indonesia. Kritik tersebut mencerminkan kompleksitas dalam
mengubah konstitusi dan beragamnya pandangan terkait dengan
perubahan konstitusi.

Menurut C.F. Strong, dalam Hukum Tata Negara dan Ilmu Politik, perubahan
konstitusi dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu :
A. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif tetapi
menurut pembatasan-pembatasan tertentu (by ordinary legislative but under
certain restriction)
B. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum (by
the people through of referendum)
C. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara bagian (by a major of
all units of federal state).
D. Perubahan konstitusi dilakukan dengan konvensi ketatanegaraan (by
special convention)
5. Mengapa suatu negara harus memiliki konstitusi?
Konstitusi itu memuat norma-norma dan prinsip penting dalam penyelenggaraan
negara, salan satunya adalah dasar negara. Misalnya konstitusi Indonesia (UUD
1945) jugo memuat isi Pancasila sebagai dasar negara dalam bagian pembukaan
(preambule). Negara harus memiliki konstitusi sebagai hukum tertinggi yang
mengatur prinsip-prinsip dasar dalam penyelenggaraan negara, misalnya apa såja
lembaga negara, bagaimana wewenang masing-masing lembaga negara, bagaimana
hubungan antar lembaga negara, hak-hak warga negara, dll. Hal prinsipil ini tidak
cutup tanya diatur dalam undan-undang. Jika tidak ada konstitusi, maka sangat besar
kemungkinan lembaga negara akan bertindak sewenang-wenang.

6. Tidak selalu benar bahwa konstitusi negara federal selalu lebih panjang,
mengandung lebih banyak pasal, atau lebih banyak materi muatannya dibandingkan
dengan konstitusi negara unitary. Panjang dan kompleksitas sebuah konstitusi dapat
bervariasi secara signifikan tergantung pada sejumlah faktor, termasuk sejarah,
budaya, sistem pemerintahan, dan kebutuhan khusus suatu negara. Sebagian negara
federal, seperti Amerika Serikat, memang memiliki konstitusi yang panjang dan
terperinci. Konstitusi Amerika Serikat adalah salah satu contoh konstitusi federal
yang cukup rinci dan termasuk amendemen-ammendemen yang telah ditambahkan
seiring berjalannya waktu. Namun, terdapat juga negara-negara federal dengan
konstitusi yang lebih singkat dan langsung to the point. Selain itu, beberapa negara
unitary atau negara yang mempraktikkan sistem parlementer juga dapat memiliki
konstitusi yang panjang dan rinci. Jadi, tidak ada korelasi pasti antara status federal
atau unitary sebuah negara dengan panjang atau jumlah pasal dalam konstitusinya.
Hal ini lebih tergantung pada sejarah konstitusi tersebut, tradisi hukum, dan
kebutuhan negara tersebut dalam merumuskan hukum dasarnya.

7. Apakah setiap negara yang memiliki konstitusi itu dikatakan sebagai constitusion
state? = Tidak semua negara yang memiliki konstitusi dapat disebut sebagai
"constitution state" (negara konstitusi) secara otomatis. Meskipun hampir semua
negara memiliki dokumen konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis, status
"constitution state" biasanya merujuk pada negara-negara di mana konstitusi itu
memegang peran sentral dalam menentukan struktur pemerintahan, hak dan
kewajiban warga, serta batasan kekuasaan pemerintah. Konstitusi harus menjadi
hukum tertinggi yang dihormati dan diikuti oleh semua lembaga pemerintah dan
warga negara. Oleh karena itu, definisi dan pengakuan sebagai "constitution state"
dapat bervariasi berdasarkan tingkat kepatuhan terhadap konstitusi.

8. Apakah negara yang berkonstitusi sama dengan menjalankan konstitusinalisme? =


Tidak selalu. Meskipun negara yang berkonstitusi biasanya menerapkan prinsip-
prinsip konstitusionalisme, tidak semua negara yang memiliki konstitusi
menjalankannya dengan benar. Konstitusionalisme adalah prinsip yang
mengharuskan pemerintah untuk bertindak sesuai dengan konstitusi dan
menghormati hak-hak individu serta prinsip-prinsip hukum. Namun, praktik
pemerintahan yang sesuai dengan konstitusi bisa bervariasi, dan beberapa negara
mungkin melanggar prinsip-prinsip konstitusionalisme dalam praktiknya.

9. Apakah negara yang memiliki konstitusi secara otomatis melakukan pembatasan


kekuasaan? = Tidak semua negara yang memiliki konstitusi secara otomatis
melakukan pembatasan kekuasaan. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen hukum
yang mengatur dan membatasi kekuasaan pemerintah. Namun, efektivitas konstitusi
dalam melakukan pembatasan kekuasaan sangat tergantung pada penerapan dan
penegakan hukum. Beberapa negara mungkin memiliki konstitusi yang kuat tetapi
tidak selalu menjalankannya dengan benar. Selain itu, ada juga negara-negara di
mana konstitusi hanya merupakan dokumen formal tanpa pengaruh nyata dalam
pembatasan kekuasaan pemerintah.

10. Apakah UUD 1945 memuat ketiga materi muatan konstitusi? atau ada materi yang
tidak disebutkan? = UUD 1945 Republik Indonesia adalah konstitusi Indonesia yang
berisi prinsip-prinsip dasar negara, struktur pemerintahan, hak dan kewajiban warga,
serta ketentuan-ketentuan lain yang mengatur berbagai aspek kehidupan negara.
UUD 1945 memiliki tiga materi muatan pokok, yaitu:
a) Pembukaan, yang mencakup ideologi negara, tujuan negara, sifat negara, dan
lambang negara.
b) Batang Tubuh, yang mengatur tentang lembaga-lembaga pemerintahan,
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta hak dan kewajiban warga.
c) Ketentuan Peralihan, yang mengatur tentang peralihan dari konstitusi
sebelumnya.

Namun, selama bertahun-tahun, telah ada banyak perubahan dan tambahan


terhadap UUD 1945 melalui Amandemen Konstitusi. Oleh karena itu, ada materi
tambahan yang tidak tercantum dalam UUD 1945 asli, termasuk amandemen-
amandemen konstitusi yang berlaku.

11. Apakah konstitusi selalu berhubungan dengan negara?


= Pada dasarnya konstitusi adalah asas dan kaidah yang mengatur organisasi.
Konstitusi mengatur susunan organisasi, jabata jabatan apa yang ada di organisasi
tersebut, bagaimana mengisi jabatan-jabatan tersebut, bagaimana hubungan antar
jabatan tersebut. Konstitusi tidak selalu berkaitan dengan negara, tetapi konstitusi
selalu berkaitan dengan organisasi dan negara itu merupakan bentuk organisasi.
sepeti pendapat logemann yang mengatakan bahwa negara itu organisasi jabatan.
Oleh karena itu disebutlah konstitusi negara yang nantinya berisi asas dan kaidah
organisasi negara. Mengapa perlu ditekankan organisasi negara tidak cukup
menyebut negara saja? kalo negara saja tanpa organisasi maka dapat saja pikiran
kita konstitusi mengatur seluk beluk negara, di ilmu negara dipelajari seluk beluk yg
berhubungan dgn negara misal tibul tenggelam negara dan bentuk negara tipologi
negara, sedangkan konstitusi tidak akan mengatur hal tersebut. Maka perlu istilah
konstitusi organisasi negara. Oleh karena itu tedapat frasa yang menyebut konstitusi
tanpa konstitualisme. negara memiliki konstitusi tetapi tidak melakukan pembatasan
kekuasaan, adanya konstitusi tidak menyebabkan terbentuknya
kekuasaan yang terbatas.

12. Hubungan Konstitusi dengan Konstitusionalisme


Konstitusionalisme adalah paham atau aliran yang menghendaki pembatasan
kekuasaan dengan konstitusi kita berharap kekuasaan yang dimiliki oleh negara
kemudian dibatasi oleh konstitusi melalui beberapa asas dan kaidah yang ada di
dalam konstitusi tersebut. Apakah negara yang berkonstitusi sama dengan negara
yang menjalankan konstitualisme? Tidak selalu negara yang memiliki konstitusi
sama dengan negara yang menjalankan konstitusionalisme dengan baik. Meskipun
hampir semua negara memiliki konstitusi sebagai landasan hukum dasar mereka,
penerapan prinsip-prinsip konstitusionalisme bisa bervariasi.
Realitas pembatasan kekuasaan negara tidak hanya ditentukan oleh kaidah
konstitusi melainkan ditentukan oleh tingkah laku penyelenggara negara,dan
tingkah laku penyelenggara tersebut dipengaruhi oleh ideologi, tatanan politik, dan
kepentingan kekuasaan.

Konstitusi dan konstitusionalisme adalah dua konsep yang berkaitan dalam konteks
pemerintahan dan hukum. Mereka saling terkait, namun memiliki perbedaan yang
penting:
1. Konstitusi:
Konstitusi adalah dokumen hukum yang mengatur dasar-dasar struktur
pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara, dan kerangka kerja institusi
pemerintahan. Konstitusi dapat berbentuk tertulis atau tidak tertulis. Di banyak
negara, termasuk Indonesia, konstitusi bersifat tertulis dan mencakup norma-
norma hukum dasar yang menjadi landasan bagi negara tersebut.

2. Konstitusionalisme:
Konstitusionalisme adalah konsep yang lebih luas daripada konstitusi itu sendiri.
Ini merujuk pada prinsip-prinsip yang mendukung supremasi konstitusi dan
pemerintahan yang berdasarkan hukum. Konstitusionalisme mencakup prinsip-
prinsip seperti pembatasan kekuasaan pemerintah, perlindungan hak asasi
manusia, pemisahan kekuasaan, transparansi, akuntabilitas, dan supremasi
hukum.

Hubungan antara konstitusi dan konstitusionalisme adalah sebagai berikut:


a) Konstitusi adalah salah satu wujud praktis dari konstitusionalisme. Konstitusi
merupakan wadah yang mengatur prinsip-prinsip konstitusionalisme dalam
sistem hukum dan pemerintahan suatu negara.
b) Konstitusionalisme menggarisbawahi pentingnya menjalankan
pemerintahan sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip konstitusi. Hal ini
melibatkan perlindungan hak-hak individu, pembatasan kekuasaan
pemerintah, pemisahan kekuasaan, dan kepatuhan terhadap hukum.

c) Konstitusi yang baik dan efektif adalah salah satu alat untuk menerapkan
prinsip-prinsip konstitusionalisme dalam praktik. Dalam sistem
konstitusional, konstitusi memberikan kerangka kerja hukum yang
mendorong pemerintah untuk beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
konstitusionalisme.
Jadi, sementara konstitusi adalah hukum dasar suatu negara, konstitusionalisme
adalah konsep yang mencakup prinsip-prinsip yang mengatur bagaimana konstitusi
tersebut harus dihormati dan diterapkan dalam praktek pemerintahan.
Konstitusionalisme memastikan bahwa kekuasaan pemerintah dibatasi, dan hak-hak
individu dihormati, sehingga pemerintahan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
hukum dan keadilan.

13. https://sipejar.um.ac.id/pluginfile.php/1127964/mod_resource/content/4/Konstitusi
%20Negara%20Indonesia.pdf
14. https://www.popmama.com/community/groups/big-kid/big-kid-and-school-life/
apa-perbedaan-konstitusi-dan-undang-undang-dasar
15. https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/27/150000879/perbedaan-
konstitusi-dan-uud?page=all
16. https://jdih.sukoharjokab.go.id/berita/detail/perbedaan-konstitusi-tertulis-dan-
konstitusi-tidak-tertulis
17. Indonesia telah mengalami beberapa perubahan dalam konstitusinya sepanjang
sejarahnya. Berikut adalah beberapa konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
beserta periode waktu dan sejarah terbentuknya:
1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945):
Periode Waktu: 18 Agustus 1945 – Sekarang
Sejarah Terbentuknya: Konstitusi Indonesia yang pertama kali adalah UUD 1945,
yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 ketika Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya dari Belanda. UUD 1945 telah mengalami
beberapa amendemen sepanjang sejarahnya untuk mengakomodasi perubahan
politik, sosial, dan ekonomi di Indonesia.

2. Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat):


Periode Waktu: 1949-1950
Sejarah Terbentuknya: Pada tahun 1949, setelah perjuangan yang panjang
melawan penjajah Belanda, Indonesia mendeklarasikan pembentukan Republik
Indonesia Serikat (RIS) dengan konstitusi sendiri. Konstitusi RIS mengatur
hubungan antara negara bagian dalam federasi tersebut. Namun, struktur
federasi ini tidak berlangsung lama, dan pada tahun 1950, RIS dibubarkan
menjadi negara tunggal dan kembali menggunakan UUD 1945.

3. Konstitusi UUDS 1950 (Undang-Undang Dasar Sementara 1950):


Periode Waktu: 1950-1959
Sejarah Terbentuknya: Setelah pembubaran RIS pada tahun 1950, Indonesia
kembali menggunakan UUD 1945, tetapi dengan beberapa amendemen untuk
mengakomodasi struktur negara kesatuan. Konstitusi UUDS 1950 mengatur
pemerintahan negara kesatuan Indonesia, dan ini adalah konstitusi yang berlaku
selama periode Republik Indonesia Serikat.

4. Konstitusi UUD 1945 dengan Amandemen:


Periode Waktu: 1959 – Sekarang
Sejarah Terbentuknya: Pada tahun 1959, UUD 1945 mengalami amendemen
yang signifikan untuk mengembalikan bentuk negara kesatuan. Amendemen ini
menghapuskan struktur negara federal dan mengembalikan Indonesia menjadi
negara kesatuan. Konstitusi ini tetap berlaku hingga saat ini, meskipun telah
mengalami beberapa amendemen.

18. Berikut adalah klasifikasi dan materi muatan dari UUD 1945 sebelum perubahan,
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), UUDS Republik Indonesia, dan UUD
1945 setelah perubahan:
1) UUD 1945 Sebelum Perubahan:
Klasifikasi: Konstitusi Dasar Negara
Materi Muatan:
a) Pembukaan (Preambule): Merupakan bagian pendahuluan yang menyatakan
tekad kemerdekaan, keadilan sosial, dan cita-cita nasional Indonesia.
b) Batang Tubuh: Berisi pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif, serta hak dan kewajiban warga negara.
c) Ketetapan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat): Mengatur pemilihan
presiden dan wakil presiden serta kewenangan MPR.
d) Kedudukan dan Fungsi Majelis Rakyat Nasional (MRN): Menjelaskan peran
MRN dalam pembentukan undang-undang.
e) Penjelasan: Berisi penjelasan terhadap isi UUD 1945.

2) Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS):


Klasifikasi: Konstitusi Negara Kesatuan
Materi Muatan:
a) Pembukaan (Preambule): Menggambarkan visi dan cita-cita pembentukan
Republik Indonesia Serikat.
b) Ketetapan Sementara: Berisi tentang peralihan dari UUD 1945 ke Konstitusi
RIS, pembentukan negara bagian, dan aturan-aturan dasar negara bagian.
c) Ketetapan Tambahan: Menyatakan aturan-aturan tambahan untuk negara
bagian.

3) UUDS Republik Indonesia:


Klasifikasi: Konstitusi Negara Kesatuan
Materi Muatan:
a) Pembukaan (Preambule): Menyatakan tekad persatuan dan cita-cita
nasional Indonesia dalam konteks negara kesatuan.
b) Batang Tubuh: Mengatur pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif,
dan yudikatif serta hak dan kewajiban warga negara.
c) Kedudukan dan Fungsi Majelis Rakyat: Mengatur sistem perwakilan dalam
pembentukan undang-undang.

4) UUD 1945 Sesudah Perubahan:


Klasifikasi: Konstitusi Negara Kesatuan
Materi Muatan:
a) Pembukaan (Preambule): Tetap mencantumkan tekad kemerdekaan,
keadilan sosial, dan cita-cita nasional Indonesia.
b) Batang Tubuh: Mengatur pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif,
dan yudikatif, serta hak dan kewajiban warga negara. Menyertakan
amendemen yang mengembalikan negara kesatuan.
c) Ketetapan MPR: Mengatur pemilihan presiden dan wakil presiden serta
kewenangan MPR.
d) Kedudukan dan Fungsi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat): Mengatur sistem
perwakilan dalam pembentukan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai