Diajukan untuk memenuhi nilai ujian akhir semester dalam mata kuliah Sejarah
dan Politik Hukum
Oleh :
NPM : 8051901011
A. LATAR BELAKANG
Indonesia berada pada posisi negara yang menyusun politik hukum secara
sistematis baik karena alasan dari negara jajahan ataupun alasan idiologi yang
termuat dalam UUD 1945. Lebih lanjut perdebatan mengenai penggantian hukum
kolonial dengan hukum baru sebagaian kalangan memandang bahwa hukum
peninggalan kolonial perlu dipertahankan dengan hanya memperbaharui dengan
berbbagai perkembangan dalam masyarakat, sedangkan disisi lain pelopor hukum
adat menghendaki diberlakukannya hukum adat menjadi hukum nasional
Indonesia.2
B. RUMUSAN MASALAH
1
2. Bagaimana sistem peradilan di Indonesia pada masa reformasi ?
3. Bagaimana pendidikan hukum di Indonesia pada masa reformasi ?
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Berdasarkan tujuan dalam makalah ini, adapun manfaat dalam makalah ini
adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca
mengenai pembangunan hukum, sistem peradilan dan pendidikan hukum di
Indonesia pada masa reformasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada era reformasi salah satu agenda utamanya adalah dilakukannya reformasi
hukum yang dilandasi adanya kesadaran yang dikembangkan selama masa Orde
Baru yang bersifat represif dan hal menjadi alat legitimasi kekuasaan. Hal ini
dituangkan dalam Ketetapan MPR Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok – Pokok
Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan
Nasional sebagai Haluan Negara, ketetapan tersebut pada intinya menyatakan
bahwa kondisi umum hukum Indonesia telah memberikan peluang untuk praktik
KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), terjadinya penyalahgunaan wewenang,
pelecahan hukum, bahkan penegak hukum pun belum memberikan rasa keadilan
dan kepastian hukum.4
Perubahan dalam UUD 1945 merupakan salah satu keberhasilan pada masa
reformasi walaupun masih terdapat kelemahan. Perubahan pada UUD 1945 telah
memberikan dasar kehidupan berbangsa dan pembangunan hukum yang
demokratis serta menempatkan UUD 1945 sebagai hukum tertinggi yang sah dan
berlaku. Dengan menempatkan UUD 1945 sebagai kaidah hukum tertinggi, maka
dimuat kebijakan hukum yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan nasional yang
ingin dicapai berdasarkan pada Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan UUD
1945. Kebijakan hukum disini meliputi segala aspek kehidupan berbangsa yaitu
bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
3
https://fh.umj.ac.id/arah-pembangunan-hukum-nasional-menurut-undang-undang-dasar-negara-republik-
indonesia-tahun-1945/ diakses pada tanggal 31 Januari 2021 pukul 18.18 WIB
4
Capaian dan Proyeksi Kondisi Hukum Indonesia, Mahfud MD, Jurnal Hukum NO. 3 Vol. 16 Juli 2009;
(Mahkamah Konstitusi), hal. 291- 292.
3
Bahwa adanya perubahan/perkembangan di bidang hukum pada masa reformasi
tentu tidak terlepas dari permasalahan yang timbul pada masa Orde Baru yang
tentunya dicoba untuk diperbaiki pada masa reformasi melalui reformasi hukum
yaitu: 5
3. Banyak terjadi pelanggatan hak politik rakyat karena negara banyak melakukan
kekerasan politik, misalnya pembatasan partai politik yang ditentukan hanya
terdapat 3 (tiga) partai politik saja yang mana ketiga partai politik tersebut pun
diintervensi oleh pemerintah bak dalam menentukan pemimpin ataupun pilihan
politiknya.
Bahwa berdasarkan uraian di atas, maka pada masa reformasi dilakukan
pembangunan hukum yang diarahkan pada beberapa hal penting yaitu: 6
Pertama, dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945 karena selama masa orde
lama dan orde baru pemerintahan dijalankan berdasarkan UUD 1945 yang “asli”
sehinggal melahirkan suatu pemerintahan yang otoriter. Artinya selama masa orde
lama dan orde baru pemerintahan tidak dijalankan dengan demokratis, dengan kata
lain apabila ingin memiliki kehidupan yang demokratis maka diperlukan
perubahan/amandemen terhadap UUD 1945 yang asli, tanpa
perubahan/amandemen UUD 1945 tersebut makan tidak akan ada reformasi. Atas
dasar inilah akhirnya dilakukan perubahan/amandemen UUD 1945.
Kedua, sejalan dengan langkah kedua yaitu dibentuknya lembaga Komisi
Pemberantas Korupsi (KPK) sebagai lembaga alternatif yang bertujuan untuk
menerobos kesulitan dalam memberantas tindakan korupsi di pengadilan. Selain itu
dibentuk juga Komisi Yudisial (KY) yang berfungsi untuk menyelesaian dan
mengusulkan calon hakim agung serta mengawasi tindakan dan perilaku hakim,
mengingat pada masa lalu banyaknya a”mafia peradilan” guna menjaga kehormatan
dan keluhuran martabat hakim.
5
Id, hal. 301 – 303
6
Id. hal. 303 - 304
4
Ketiga, dibentuknya Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai forum previligiatum agar
presiden pemberhentian presiden dari jabatannya dapat didahului dengan penilaian
hukum selain itu dengan adanya forum previligiatum presiden tidak cukup hanya
dijatuhkan dengan alasan politik tanpa dasar hukum yang dapat dinilai lebih dahulu
oleh pengadilan.
Bahawa berdasarkan uraian mengenai pembangunan hukum di atas, pada masa
reformasi ternyata demokrasi sudah lebih hidup dimana terjadi perkembangan
positif dibidang hak politik masyarakat seperti masyarakat dapat melaksanakan
pemilu yang langsung, umum, bebas dan rahasia tanpa adanya tekanan dari aparat
negara. Hal ini berbeda dengan masa – masa sebelumnya dimana masyarakat
banyak “dihegemoni” oleh negara bahkah terkadang pemilu sudah diketahui
terlebih dahulu sebelum pemilu tersebut dilaksanakan karena pemerintah sudah
merekayasa sebelumnya. Pada masa reformasi, pratik seperti itu sudah tidak lagi
terjadi dimana setiap orang/masyarakat bebas untuk memilih tanpa adanya tekanan
dari siapapun dan pemilu pun sudah diawasi oleh lmebaga – lembaga independen.
Selain itu pada masa reformasi, siapa pun boleh mendirikan partai politik sebanyak
– banyaknya karena hal ini berkaitan dengan hak politik masyarakat berbeda pada
masa sebelumnya partai politik dibatasi. Disamping itu, masyarakat juga sudah
dapat “menikmati” kebebasan pers, dimana pers diberikan kebebasan untuk
mendirikan media masa (tidak perlu ada surat izin terbit/SIT atau surat izin usaha
penerbitan pers/SIUPP). Lebih lanjut, pada masa reformasi juga sudah ada
kemajuan dalam bidang perundang – undangan dimana suatu peraturan perundang
– undangan sudah dapat dibatalkan melalui judicial review, padahal apabila melihat
sistem politik pada masa sebelumnya suatu peraturan perundang – undangan hanya
bisa dibatalkan melalui legislative review. 7
7
Id, hal. 305 - 306
8
Id, hal. 302
9
Id, hal. 304
5
dan efektif meskipun penataan lembaga hukum sudah cukup baik tetapi penataan
kelembagaan tersebut tidaklah cukup haruss juga didukung oleh budaya
masyarakatnya sendiri, tapi kenyataannya budaya hukum di Indonesia khususnya
pada masa reformasi belum berubah sehingga upaya hukum belum dapat berjalan
dengan efektif, dimana hingga saat ini banyak masyarakat yang berpikiran jika
terdapat perkara selain mencari pengacara juga harus menyiapkan sejumlah uang
untuk memenangkan perkara tersebut. Artinya budaya hukum masayarakat di
Indonesia pada masa reformasi masih tetap seperti itu karena masyarakatnya sudah
terbiasa atau “dibiasakan” dengan hal – hal seperti itu yang belum bisa diselesaikan
dengan baik. 10
Atas hal tersebut akhirnya pada masa reformasi, dibentuk lembaga – lembaga
hukum bari seperti Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Komisi Yudisial (KY) dan
Mahkamah Konstitusi (MK) yang dirasa lembaga ini dapt lebih efektif karena
lembaga – lembaga baru ini tidak bertumpu pada masa sebelum reformasi. Artinya
kesemua lembaga ini masih bersifat baru dan bisa memulai untuk menegakkan
hukum dengan cara yang baru, misalnya pejabat yang dipekerjakan di kepolisian
yang dipekerjakan di KPK ternyata dalam prakteknya dapat berkontribusi dengan
baik dalam penegakan hukum. 13
10
Id, hal. 308
11
Politik Hukum Peradilan Pada Era Reformasi di Indonesia, Ariyanto, SH.,MH, Legal Pluralism Journal Of Laws
ISSN: 2088-5466, hal. 14
12
Id.
13
Capaian dan Proyeksi Kondisi Hukum Indonesia, Mahfud MD, Jurnal Hukum NO. 3 Vol. 16 Juli 2009;
(Mahkamah Konstitusi), hal. 308
6
tersbeut dapat menjadi lebih mandiri dan independen. Dalam konteks ini, para
hakim harus diseleksi secara ketat oleh suatu institusi yang memiliki integritas,
kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas kepada masyarakat sehingga ciri dari
lembaga peradilan sebagai paying hukum bagi semua masyarakat bisa tercipta
kembali. 14 Dibentuknya Komisi Yudisial (KY) pada masa reformasi merupakan
jawaban atas ketidakefektifan sistem pengawasan yang sudah dibangun dalam
setiap institusi penegak hukum. Ketidakefektifan ini dikarenakan berbagai faktor
seperti kualita dan integritas pengawas yang tidak memadai, proses pemeriksaan
yang tidak transparan, belum adanya kemudahan bagi masyarakat yang dirugikan
untuk menyampaikan pengaduan dan memantau prosesnya. 15
7
c) pelanggengan terjadi dalam sistem rekrutmen pengajaran (pengajar baru direkrut
dengan menjadikan mereka asisten terlebih dahulu), d) mayoritas penggungan
lulusan fakultas hukum cenderung menginginkan tipe lulusan yang tahu peraturan
perundang – undangan bukan yang tahu mengenai hukum dalam arti yang luas, dan
e) masyrakat menstereotipkan lulusan fakultas hukum sebagai legalistik, yang
akhirnya penyelenggara pendidikan hukum, para tenaga pengajar maupun
mahasiswa tidak mempunyai pilihan selain ikut dengan stereotip yang
dipersepsikan masyarakat.19
Kualitas lulusan fakultas hukum yang diharapkan adalah lulusan yang bukan
hanya memiliki kualitas intelektual/pengetahuan dan kualitas keterampilan yang
cukup tinggi, tetapi justru yang memiliki kualitas sikap/nilai kejiwaan yang tinggi,
dengan kata lain, sarjana hukum yang dilahirkan harus mempunyai
kematangan/kecerdasan tapi juga memiliki kematangan spiritual dan emosional. 20
BAB III
PENUTUP
19
Reformasi Pendidikan Hukum di Indonesia, Hikmahanto Juwana, Teropong, MaPPI-FHUI,2005, hal. 65
20
Pendidikan Hukum di Era Transis Dalam Negara Demokrasi Menuju Indonesia Baru, Khadir Anwar, Jurnal
Masalah – Masalah Hukum, hal. 241
21
Id, hal. 243.
8
A. KESIMPULAN
Bahwa masa reformasi merupakan masa transisi/masa perubahan dimana
ditandai dengan adanya perubahan atau amandemen terhadap UUD 1945 guna
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Pembangunan hukum pada masa
reformasi dilakukan perubahan karena kurang adanya demokratisasi.
Bahwa pada masa sebelum reformasi banyak praktik – praktik yang dianggap
kurang memberikan rasa keadilan bagi masyarakat seperti, peraturan perundang –
undangan dibuat tanpa mengikut sertakan masyarakat, banyaknya mafia peradilan,
dan pembatasan partai politik, terlebih lagi lulusan sarjana hukum yang masih
terkesan legalistik. Tentunya hal inilah pada masa reformasi diarahkan untuk
dirubah namun ternyata perubahan, namun perubahan tersebut ada yang berjalan
efektif dan ada juga yang tidak berjalan efektif, misalnya pada masa reformasi sudah
ada demokratis yang lebih hidup dimana masyarakat sudah dapat melakukan
pemilu dengan langsung, jujur, rahasia dan bebas dari tekanan pemerintah/negara,
tapi disisi lain berkaitan dengan mafia peradilan pada masa reformasi mulai dibuat
lembaga baru (KPK, KY, dan MK) namun nyatanya hal tersebut belum berjalan
efektif karena dari para pejabatnya sendiri masih bertumpu pada budaya pada masa
sebelum reformasi yaitu KKN sekaligus masih terdapat kekurangan dalam
pengawasan pada setiap lembaga hukum, lebih lanjut para lulusan pendidikan
hukum atau sarjana hukum tidak mengalami perubahan yang signifikan karena
masih terdapat berbagai hambat salah satunya adanya materi atau kurikulum yang
diberikan masih sama dengan jaman kolonial sehingga para sarjana hukum hanya
sekedar sebagai “corong undang – undang”
B. SARAN