Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN

Oleh

kelompok II

ARMAN MURSALI (532423079)


MUHAMMAD FARDI MOKODONGAN (532423069)
MOHAMAD RAYHAN ISHAK ( 532423064)
NURUL RAHMANIA NINGRUM (532423070)
Pokok pembahasan

-penafsiiran, kedudukan dan peranan Pancasila


-Undang-dasar di Indonesia
-hubungan negara dengan warga negara dan penduduk
-lambang-lambang persatuan Indonesia
-perubahan undang-undang dasar atau peralihan dan aturan tambahan
A. Penafsiran, kedudukan dan peranan Pancasila

1. Penafsiran konstitusional
Penafsiran konstitusional terkait dengan Pancasila adalah proses interpretasi nilai-nilai Pancasila
dalam konteks hukum dan konstitusi Indonesia. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, dan
konstitusi, terutama Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, mengandung prinsip-prinsip dasar
Pancasila.

Proses penafsiran konstitusional Pancasila sering dilakukan oleh lembaga-lembaga seperti


Mahkamah Konstitusi Indonesia. Mereka harus memutuskan bagaimana nilai-nilai Pancasila
diterapkan dalam kasus hukum tertentu. Ini dapat mencakup masalah seperti hak asasi manusia,
kebebasan beragama, keadilan sosial, dan lainnya.

Penafsiran ini menjadi penting karena Pancasila adalah prinsip dasar yang membimbing
pembuatan hukum dan kebijakan di Indonesia. Penafsiran yang cermat dan adil diperlukan untuk
memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila dihormati dan dijaga dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Dua tafsir pokok pancasila sebagai dasar negara

1. PANCASILA Dasar negara secara umum tidak dapat di ubah (melekat pada kelangsungan negara
proklamasi 17 Agustus 1945)
2. Pancasila memenuhi syarat sebagai "dasar filsafat negara"

Kedudukan Pancasila
Dalam konstitusi Indonesia, Pancasila memiliki kedudukan yang sangat kuat dan penting. Kedudukan Pancasila di Indonesia dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Dasar Negara: Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia, sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945. Artinya,
seluruh kebijakan dan tindakan pemerintah harus sesuai dengan Pancasila.

2. Ideologi Negara: Pancasila adalah ideologi negara, yang harus dipegang teguh oleh seluruh warga negara Indonesia. Hal ini mengikat
baik pemerintah maupun rakyat.

3. Pedoman Hidup: Pancasila juga dianggap sebagai pedoman hidup bagi warga negara Indonesia, yang mencakup prinsip-prinsip
moral, etika, dan tata nilai yang harus dijunjung tinggi.

4. Kedudukan tertinggi: Pancasila berada di atas undang-undang lainnya dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam hierarki
norma hukum. Jadi, jika ada ketentuan undang-undang yang bertentangan dengan Pancasila, maka Pancasila harus diutamakan.
Beberapa peranan Pancasila:

a . Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia


b. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia
B. Undang-undang Dasar Di Indonesia

pengertian UUD

Undang-Undang Dasar Negara adalah peraturan


perundang-undangan negara yang tertinggi
tingkatnya dalam negara dan merupakan hukum
dasar negara yang tertulis.
Pelaksanaan UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 sampai
sekarang dapat di bedakan dalam 3 kurun waktu,
yaitu:

a. Kurun waktu antara 1959-1965 dikenal Orde Lama;

b. Kurun waktu antara 1966 sampai 21 Mei 1998 dikenal dengan Orde
Baru;

c .Kurun waktu antara Mei 1998 sampai sekarang dikenal dengan Orde
Reformasi.
Penyimpanan -penyimpangan yang terjadi pada masa orde lama maupun orde baru
Ada beberapa penyimpangan yang terjadi terhadap UUD 1945 pada masa Orde Lama (Orde Lama) dan
Orde Baru (Orde Baru) di Indonesia. Beberapa contoh penyimpangan tersebut meliputi:

1. Pembubaran Partai Politik: Pada masa Orde Lama, terjadi pembubaran partai politik yang dianggap mengganggu
kestabilan pemerintahan seperti Partai Komunis Indonesia (PKI).

2. Kudeta Militer: Salah satu penyimpangan utama terjadi dalam bentuk kudeta militer yang menggulingkan Presiden
Sukarno dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai presiden pada masa Orde Baru.

3. Pembatasan Kebebasan Berpendapat: Terdapat pengawasan ketat terhadap kebebasan berpendapat dan pers pada
masa Orde Baru, yang berdampak negatif pada kebebasan bermedia dan ekspr kuesi.

4. Pembatasan Hak Asasi Manusia: Dalam kedua periode tersebut, terjadi pelanggaran hak asasi manusia, seperti
insiden Gerakan 30 September 1965 dan Peristiwa 1998.
5. Pemolisian Pemilihan: Pada masa Orde Baru, pemilihan umum sering kali disusun untuk memastikan kemenangan
partai pemerintah, bukan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi.

6. Kekuasaan Sentralisasi: Kedua periode tersebut juga ditandai dengan sentralisasi kekuasaan di tangan pemerintah
pusat, yang seringkali mengabaikan otonomi daerah.

7. Penyensoran Media: Media sering kali menjadi alat propaganda pemerintah, dengan penyensoran dan pembatasan
terhadap laporan yang tidak sesuai dengan narasi resmi.

Penting untuk diingat bahwa penyimpangan terhadap UUD 1945 pada masa Orde Lama dan Orde Baru telah
memengaruhi perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia. Beberapa dari penyimpangan tersebut menjadi
fokus reformasi pada tahun 1998 dan berkontribusi pada perubahan signifikan dalam sistem politik dan pemerintahan di
Indo okenesia.
C. Hubungan Negara dengan warga negara dan penduduk

Siapa warga negara?


Pasal 26 ayat 1 mengatur siapa-siapa saja yang termasuk warga
negara dari RI. Dengan tegas dinyatakan bahwa yang menjadi
warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain, misalnya peranakan Belanda,
peranakan Tionghoa, peranakan Arab yang bertempat tinggal di
Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan
bersikap setia kepada Negara RI yang disahkan dengan UU
sebagai warga negara.
Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan merujuk pada prinsip bahwa setiap individu, entitas, atau badan hukum
memiliki hak dan kewajiban yang sama di bawah hukum dan dalam sistem pemerintahan. Beberapa kesamaan kedudukan yang
mendasar antara hukum dan pemerintahan adalah:

1. Prinsip Kesetaraan: Di bawah hukum dan dalam sistem pemerintahan yang adil, semua individu memiliki hak yang sama untuk
perlakuan yang adil dan setara di mata hukum dan pemerintah. Ini mencakup hak atas perlindungan hukum, perlakuan yang sama di
mata hukum, dan hak untuk berpartisipasi dalam proses politik.

2. Perlindungan Hukum: Hukum dan sistem pemerintahan ada untuk melindungi hak dan kepentingan semua warga negara. Ini
berarti bahwa hukum dan pemerintah harus berlaku secara adil dan objektif tanpa memihak kepada kelompok atau individu terte
ofntu.

3.penegakan Hukum: Baik hukum maupun pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menegakkan hukum dan ketertiban. Ini
termasuk menjaga agar hukum ditegakkan dengan adil dan setara bagi semua pihak tanpa memandang status sosial, ekonomi, ras,
agama, atau latar belakang lainnya.

4. Akses ke Peradilan: Prinsip kesamaan kedudukan juga mencakup akses yang sama ke sistem peradilan. Semua individu harus
memiliki hak untuk mengajukan gugatan dan membela diri di depan pengadilan, tanpa diskriminasi.
D. Lambang - lambang persatuan Indonesia

1.Bendera
Pasal 35 UUD 1945 menetapkan Bendera
Negara Republik Indonesia, yaitu Sang Saka
Merah Putih.

2. Bahasa Nasional
Pasal 36 UUD 1945 menetapkan Bahasa Negara/Bahasa
Nasional, ialah Bahasa Indonesia.
3. Lagu kebangsaan
Lagu Kebangsaan sebagaimana halnya dengan Lambang Negara
tidak diatur di dalam UUD 1945, namun Lambang Negara dan
Bahasa Nasional kedudukannya sama dengan Bendera dan Bahasa,
yaitu sama -sama sebagai piranti-piranti.
. Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya" ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 44 Tahun 1958 (Lembaran Negara No. 72 Tahun
1958).

4. Lambang negara
Dasar Hukum Lambang Negara "Garuda
Pancasila". Setiap negara mempunyai Lambang
Negara, yang menggambarkan kedaulatan,
kepribadian dan kemegahan daripada Negara
tersebut.
E. Perubahan undang-undang Dasar aturan peralihan dan aturan tambahan

1. Perubahan undang-undang Dasar


Pasal terakhir UUD 1945, yaitu Pasal 37 mengatur tentang Perubahan Undang-
Undang Dasar, yang berbunyi:
a. Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir,

b. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada


jumlah anggota yang hadir.
Undang-Undang Dasar wajib kita junjung tinggi, karena ia merupakan modal dan ketentuan yang kita buat sendiri.
Dengan UUD 1945 itu Rakyat Indonesia telah berjuang dan menang, dengan UUD 1945 ini palalah Republik kita tegakkan
dan perjuangkan serta keadilan, kebenaran dan demokrasi kita laksanakan. Akan tetapi bagaimanapun jaga Undang-
Undang Dasar tetap merupakan alat untuk mencapai tujuan kita, yakni masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila. Dengan demikian perlulah diberi jalan keluar untuk memungkinkan perubahan jika kemudian hari memang
perlu dirasakan untuk mengadakan perubahan. Jalan untuk mengadakan perubahan itu adalah sesuai dengan
sistematika hukum pada umumnya dan khususnya bagi Suatu Undang-Undang Dasar. Namun perubahan UUD 1945
hanyaberlaku bagi Batang Tubuhnya, sedangkan Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah (lihat penjelasan tentang
Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok: Kaidah Negara yang Fundamental, dan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966).
2. Aturan peralihan dan aturan tambahan
Di dalam UUD 1945 terdapat Aturan Peralihan dan Aturan Tambaha sebagai berikut

a. Aturan peralihan, terdiri dari 4 pasal


Pasal 1: Panitia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan kepada Pemerintah
Indonesia.

Pasal II: Segala badan negara dan peraturan yang ada masa berlaku, selama belum
diadakan yang baru menuru Undang-Undang Dasar ini.

Pasal III: Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dip Pasal olch Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Pasal IV: Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewa Perwakilan Rakyat, dan
Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, sepa
kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Aturan Peralihan ini diperlukan untuk mencegah kekosongan atau kevakuman hukum akibat
Proklamasi 17 Agustus 1945 yang menjadi tonggak pemisah antara tata hukum kolonial dan
tata hukum nasional.

Adanya Aturan Tambahan itu menunjukkan bahwa Undang- Undang Dasar yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
semula dimaksudkan sebagai Undang-Undang Dasar yang bersifat sementara. Dan
wewenang untuk menetapkan UUD Republik Indonesia berada di tangan MPR hasil
Pemilihan Umum (Pasal 3 UUD 1945). Namun oleh proses sejarah dan proses hukum,
melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dikukuhkan oleh TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 jo.
TAP MPR No. V/MPR/1973, UUD 1945 telah kehilangan sifatnya yang "sementara" itu. Yg
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai