Anda di halaman 1dari 20

Pendidikan Pancasila

PERTEMUAN 12

Oleh:
Drs. H. Bambang Budiyanto, M.Si
A. PENGERTIAN UUD 1945
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945
angka I dinyatakan bahwa: “ Undang Undang Dasar suatu
negara ialah hanya sebagian dari Hukumnya Dasar Negara
itu. Undang Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis,
sedang disampingnya itu berlaku juga hukum dasar yang
tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek Penyelenggaraan Negara
meskipun tidak tertulis, .”.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian
kata Undang-Undang Dasar menurut UUD 1945,
mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada
pengertian hukum dasar,
Karena yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah
hukum dasar yang tertulis, sedangkan pengertian hukum
dasar mencakup juga hukum dasar yang tidak tertulis.
Di samping istilah Undang Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu
Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa Inggris Constitution atau dari
bahasa Belanda Constitutie.
Kata Konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang Undang
Dasar karena pengertian Undang Undang Dasar hanya meliputi konstitusi yang
tertulis saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak
tercakup dalam pengertian Undang Undang Dasar.
Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar
yang tidak tertulis, tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu yang
lazim disebut Konvensi, yang berasal dari bahasa Inggris Convention, yang dalam
peristilahan ketatanegaraan disebut kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan.
Misalnya ,
1. Kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI, setiap tanggal 16 Agustus
melakukan Pidato Kenegaraan di muka Sidang Paripurna MPR, DPR, DPD.. 2.
Pada tahun 1945 hingga tahun 1949, karena adanya Maklumat Pemerintah
tertanggal 14 November 1945, yang telah mengubah system pemerintahan dari
kabinet Presidensial ke kabinet Parlementer.
Tetapi apabila keadaan Negara bahaya atau genting, kabinet berubah
menjadi presidensiil, dan sewaktu-waktu keadaan Negara menjadi
aman kebinet berubah kembali menjadi parlementer lagi. Terhadap
tindakan-tindakan tersebut tidak ada peraturan yang tegas secara
tertulis, pendapat umum cenderung melakukannya,, apabila tidak
dilaksanakan, dianggap tidak benar.

Undang-Undang Dasar 1945 setelah di amandemen adalah keseluruhan


naskah yang terdiri dari Pembukaan dan Pasal Pasal (Pasal II Aturan
Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea
keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-pasal Undang-
Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI)
dan 72 pasal (pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA
dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan
kesatuan UUD 1945.
Pembukaan dan Pasal Pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan
yang utuh, dengan kata lain merupakan bagian-bagian yang satu sama
lainnya tidak dapat dipisahkan.
 Dengan demikian pengertian UUD 1945 dapat digambarkan
sebagai berikut:
 PEMBUKAAN UUD 1945 ;

Terdiri dari: 4 Alenia dan dalam Alenia 4 : terdapat rumusan


sila-sila dari Pancasila
 PASAL-PASAL
Terdiri dari : Bab I s.d. Bab XVI (20 Bab)
Pasal 1 s.d. Pasal 37 (72 Pasal), ditambah 3 Pasal Aturan
Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan
 Motivasi yang menjadi latar belakang pembuatan UUD bagi
negara yang satu berbeda dengan negara yang lain; hal ini dapat
disebabkan karena beberapa hal, antara lain, sejarah yang
dialami oleh bangsa yang bersangkutan, cara memperoleh
kemerdekaan bangsanya, situasi dan kondisi pada saat menjelang
kemerdekaan bangsanya, dan lain sebagainya.
Menurut pendapat Bryce, hal-hal yang menjadi alasan sehingga suatu negara
memilliki UUD, terdapat beberapa macam, sebagai berikut :
a. Adanya kehendak para warga negara yang bersangkutan agar tejamin hak-
haknya, dan bertujuan untuk mengatasi tindakan-tindakan para penguasa
negara tersebut
b. Adanya kehendak dari penguasa negara dan atau rakyatnya untuk menjamin
agar terdapat pola atau system tertentu atas pemerintah negaranya
c. Adanya kehendak para pembentuk negara baru tersebut agar terdapat
kepastian tentang cara penyelenggaraan ketatanegaraannya
d. Adanya kehendak dari beberapa negara semula masing-masing berdiri
sendiri, untuk menjalin kerjasama.
Berdasarkan pendapat Bryce tersebut di atas, motivasi adanya UUD Negara
Republik Indonesia, yang sekarang lebih dikenal UUD 1945 adalah adanya
kehendak para Pembentuk Negara (Founding Fathers) sesaat setelah
Proklamasi Kemerdekaan RI , tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945. Hal ini
ditujukan agar terjamin penyelenggaraan Ketatanegaraan NKRI secara pasti
(adanya kepastiaan hukum), seperti menurut pendapat Bryce pada huruf c)
tersebut di atas, sehingga Stabilitas Nasional dapat terwujud.
B. PEMBUKAAN UUD 1945
 Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari 4 alenia merupakan sumber motivasi
dan aspirasi perjuangan dan tekad Bangsa Indonesia, yang meupakan sumber
dari cita hukum dan ciri moral yang ingin ditegakkan baik dalam lingkungan
nasional maupun dalam hubungannya dengan pergaulan bangsa-bangsa di dunia.
 Tiap alenia dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam,
serta mengandung nilai-nilai universal dan lestari. Dikatakan mengandung nilai
universal karena mengandung nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa
beradab diseluruh dunia, sedang nilai lestari karena mampu menampung
dinamika masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan
negara selama Bangsa Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17
Agustus 1945.
 Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu rangkaian kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
 Menurut Prof Muhd Yamin pernyataan Prokolamasi Kemerdekan adalah alat
hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia bahwa
bangsa Indonesia mengambil nasib kedalam tangannya sendiri untuk
menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air,
pemerintahan dan kebahagiaan masyarakat.
 Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam
kerangka tata urutan perundangan atau hierarki peraturan
perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang
tertinggi.
 Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945
mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah
sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi.
 UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana
kekuasaan negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan.
 Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak
dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
 DR. Adnan Buyung Nasution mengatakan bahwa
Proklamasi adakah pernyataan politik yang
berdimensikan hukum, dikatakan sebagai tindakan politik
karena hal itu merupakan tindakan politik hukum yang
pertama dalam menentukan nasibnya sebagai Bangsa dan
Negara yang Merdeka. Sementara dimensi hukumnya
terletak pada sudut pandang hak negara dalam keadaan
darurat, konsekwensi hukum dari tindakan tsb maka
Bangsa dan Negara Indonesia berhak mengurus,
mengatur, dan menjalankan sistem dan tata hukum
nasionalnya sendiri, lepas dari Penjajah.
 Dalam penjelasan UUD 1945 dapat diketahui bahwa
Pembukaan UUD 1945 mengandung empat pokok pokok
pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945 ,
pokok pokok pikiran itu merupakan cita cita hukum
bangsa Indonesia yang mendasari hukum dasar negara,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
1. 1. POKOK POKOK PIKIRAN DAN MAKNA PEMBUKAAN
UUD 1945
Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu:
1). Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut pengertian ini, difahami Negara Kesatuan, meliputi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruhnya, jadi negara mengatasi
segala paham golongan dan perseorangan. Negara menghendaki
persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya dari
Sabang sampai Merauke. Dengan pengertian yang lazim maka
negara, penyelenggara negara, dan setiap warga negara wajib
mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan golongan
atau perorangan.

2). Negara hendak mewujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh


Rakyat, pokok pikiran keadilan sosial yang didasarkan kepada
kesadaran bahwa makhluk Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat.
3). Negara yang Berkedaulatan Rakyat berdasar atas
Kerakyatan dan Permusyawaratan Perwakilan. Oleh karena
itu system negara yang terbentuk dalam Undang-Undang
Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar
atas permusyawaratan perwakilan. Hal ini sesuai dengan
sifat masyarakat Indonesia, menunjukan bahwa yang
berdaulat adalah rakyat , kedaulatan ada ditangan rakyat,
jadi pelaksanaan asas kedaulatan rakyat ini dengan
musyawarah yang dilakukan oleh wakil-wakil rakyat.
4). Negara berdasar atas ke-Tuhanan yang Maha Esa
menurut dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Maknanya UUD harus mengandung isi yang mewajibkan
Pemerintah, Penyelenggara Negara lainnya untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
 Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara
Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtidee)
yang menguasai hukum dasar negara baik hukum yang tertulis (UUD) maupun
hukum yang tidak tertulis. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok pikiran
ini dalam pasal-pasal.
 Keempat pokok pikiran tsb merupakan pancaran dari pandangan hidup dan
dasar falsafah bangsa dan negara Pancasila, dengan mengungkap keempat
pokok pikiran tsb
 Dapatlah kita gambarkan bahwa Pembukaan UUD 1945 itu mengandung
makna pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
 Selain keempat pokok pokok pikiran tsb diatas, keempat Alenia Pembukaan
UUD 1945 juga mengandung cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai
keseluruhan sistem berfikir materi UUD.
 1. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa
kemerdekaan itu adalah hak asasi segala bangsa dan karena itu segala
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan.
 2.. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang
panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya menghantarkan bangsa
Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
 3. Alenia ketiga menggambarkan pengakuan Bangsa Indonesia akan
ke Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, memberikan dorongan
spritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan
cita-cita luhurnya, yang atas dasar keyakinan spiritual serta dorongan
luhur itulah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
 4. Alenia keempat menggambarkan visi Bangsa Indonesia mengenai
bangunan kerangka UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal pasal yang
merupakan perwujudan dari pokok pokok pikiran yang terkandung
dalam Pembukaan UUD yang tidak lain adalah pokok pokok pikiran:
 Persatuan Indonesia
 Keadilan Sosial
 Kedaulatan Rakyat , berdasar
 Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut
 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Yang tidak lain adalah merupakan sila sila Pancasila
2. KESATUAN UTUH PEMBUKAAN DAN BATANG
TUBUH UUD 1945.
Pembukaan dan Batang Tubuh (Pasal pasal) UUD 1945
merupakan rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Batang tubuh UUD 1945 merupakan perwujudan pokok
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
didalamnya memuat dua materi yang dapat dibedakan yaitu :
a). Materi pengaturan tentang bentuk negara dan sistem
pemerintahan negara termasuk didalamnya pengaturan
tentang kedudukan , tugas, wewenang dan hubungan
antara lembaga negara.
b). Materi mengenai hubungan negara dengan warga
negara dan penduduknya, serta konsepsi negara
diberbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan keamanan dll.
 Materi tsb diatas antara lain :
(1). Tentang bentuk negara : Negara Kesatuan yang benbentuk Republik.
(2). Tentang Sistem Pemeritahan : dikenal 7 kunci pokok sistem pemerintahan:
(a). Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Hukum.
(b). Pemerintah berdasarkan Sistem Konstitusi
(c). Kekuasaan Negara Tertinggi ditangan MPR
(d). Presiden ialah Penyelenggara Pemerintah Negara Tertinggi dibawah MPR
(e). Presiden Tidak Bertanggung Jawab Kepada DPR
(f). Menteri Negara adalah Pembantu Presiden, tidak bertanggung jawab kepada DPR

(g). Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas


(3). Tentang kelembagaan Negara, terdiri dari :
(a), MPR
(b). Presiden dan Wakil Presiden
(c). DPA
(d). DPR
(e). BPK
(f). MA
(g). Pemerintah Daerah
(4). Warga Negara
C. MAKNA KEDUDUKAN, SIFAT
DAN FUNGSI UUD 1945
• Setiap perundang-undangan dalam sistem
hukum Indonesia, disusun berdasarkan landasan
umum penyusunan perundang-undangan yaitu:
a) landasan filosofis, Pancasila sebagai Filsafah
Bangsa (filosofische grondslaag).
b) landasan yuridis, dari mulai UUD 1945,
Ketetapan MPR, dan Undang-undang
c) landasan politis, setiap Kebijaksanaan yang
dianut Pemerintah di bidang perundang-
undangan
1. Kedudukan UUD 1945
 Sebagai Hukum Dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum Tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden, dan lain-
lainnya, bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi
dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
 Tata urutan peraturan perundang-undangan pertama kali diatur dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian diperbaharui dengan
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan kemudian diatur dengan
Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, dan terakhir terbit Undang Undang No 12 Tahun 2011
 Undang-Undang Dasar bukanlah satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar,
melainkan hanya merupakan sebagian dari hukum dasar, masih ada hukum
dasar yang lain, yaitu hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang
tidak tertulis tersebut merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara -meskipun tidak tertulis –
yaitu yang biasa dikenal dengan nama ‘Konvensi’. Konvensi merupakan
aturan pelengkap atau pengisi kekosongan hukum yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan ketatanegaaan, dimana Konvensi tidak
terdapat dalam UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945 .
2. Fungsi UUD 1945
 Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang
mengikat Pemerintah, Lembaga Negara Legislatif maupun Yudikatif,
Partai Politik, Organisasi Masyarakat, dan juga mengikat setiap Warga
Negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat setiap
penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia..
 Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan
yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di
atas. Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum
dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945
merupakan sumber hukum tertulis.
 Dengan demikian setiap produk hukum seperti Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, ataupun bahkan setiap tindakan
atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan
perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila .
3. Sifat UUD 1945
 Undang Undang Dasar hanya memuat 37 pasal serta pasal-pasal lain
hanya memuat Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan, maka naskah
tsb sangat singkat jika dibandingkan dengan Undang Undang Dasar
Pilipina misalnya.
 Maka telah cukup jika Undang Undang Dasar hanya memuat aturan-
aturan pokok, hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada
Pemerintah Pusat dan Penyelenggara Negara lainnya untuk
menyelenggarakan kehidupan bernegara. Hukum dasar yang tertulis
hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada Undang-Undang
yang lebih mudah caranya membuat, merubah dan mencabutnya.
 Senantiasa diingat dinamika kehidupan masyarakat dan negara Indonesia
tumbuh berkembang, zaman berubah, oleh karena itu dinamika
kehidupan masyarakat dan negara tidak bisa dihentikan. Berhubungan
dengan hal ini, tidak bijak jika tergesa-gesa memberi kristalisasi,
memberi bentuk (Gestaltung) kepada pikiran-pikiran yang mudah
berubah.
 Sifat aturan yang tertulis itu mengikat, oleh karena itu makin singkat dan
makin supel (elastis) sifat aturan tersebut akan semakin baik.
 Jadi kita harus menjaga supaya system Undang-Undang Dasar tidak
ketinggalan zaman, jangan sampai kita membuat Undang Undang yang
mudah tidak sesuai dengan keadaan (verouderd).
 Adanya sifat singkat dan supel tsb tidak berarti UUD 1945 tidak
lengkap atau mengabaikan kepastian hukum, karena aturan aturan
pokok atau untuk penyelenggaraannya lebih lanjut dapat diserahkan
kepada aturan aturan yang kedudukannya lebih rendah.
 Penjelasan UU1945 juga menekankan pentingnya semangat daripada
penyelenggara negara dan pemimpin pemerintahan, karena meskipun
dibuat UUD yang menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan namun
apabila semangat para penyelenggara dan pimpinannya bersifat
perseorangan tentu UUD tsb tidak ada artinya dalam praktek.
 Sebaliknya meskipun UUD itu tidak sempurna tetapi apabila semangat
para penyelenggara baik maka UUD itu tidak akan merintangi jalannya
negara.

Anda mungkin juga menyukai