Anda di halaman 1dari 27

Pendidikan Pancasila

PERTEMUAN 14

OLEH:
DRS. H. BAMBANG BUDIYANTO, M.SI
n

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI


• Sebelum gerakan reformasi terjadi pada 1998, banyak elit politik
yang menjalankan tugasnya secara menyimpang dan tidak
bertanggung jawab dengan masif melakukan perbuatan
korupsi, kolusi dan nepostisme (KKN).
• Sebagian lagi tokoh Indonesia yang didukung mahasiswa
berusaha dan ingin mengadakan suatu gerakan perubahan,
sebagai upaya dengan menghayati, meyakini, dan mengamalkan
kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
agar terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera,
masyarakat bermartabat kemanusiaan dan cinta tanah air yang
menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang
demokratis, bermoral religius dan beradab.
• Kenyataan yang terjadi, gerakan reformasi dimanfaatkan/ditunggangi oleh
para elit politik demi memperoleh kekuasaannya, sehingga tidak
mengherankan bila banyak terjadi perbenturan kepentingan pribadi para
elit politik tersebut. Resesi ekonomi yang berkelanjutan serta gerakan
reformasi ini membuat Bangsa Indonesia semakin sengsara dan
berdampak buruk pada kehidupan sosial, politik, ekonomi terutama
kemanusiaan.
• Berbagai gerakan muncul untuk menuntut percepatan penyelesaian kasus
kasus lama akibat tragedi kemanusiaan yang banyak menelan korban jiwa
rakyat kecil yang tidak berdosa dan mendambakan perdamaian,
ketentraman, dan kesejahteraan.
Namun bangsa Indonesia masih memiliki sebuah keyakinan akan nilai-
nilai yang berakar dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri, yaitu
nilai-nilai Pancasila. Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan negara
dalam suatu sistem negara di bawah nilai-nilai Pancasila, bukan
menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.
• Reformasi yang dilakukan Bangsa Indonesia tidak akan menghancurkan nilai-nilai
Pancasila itu sendiri, bahkan pada hakikatnya reformasi adalah mengembalikan
tatanan kenegaraan ke arah benar dengan sumber nilai merupakan sebuah Panggung
Kehidupan Bersama Bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan
sekelompok orang, baik pada masa Orde Lama maupun masa Orde Baru.

• Menurut landasan historisnya, sumber nilai serta sumber norma yang fundamental dari
negara Indonesia yaitu Pancasila, yang mempunyai nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan serta ada secara objektif dan melekat pada Bangsa
Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Maka dalam kehidupan politik
yang sedang melakukan reformasi bukan berarti akan mengubah cita-cita, nilai dasar,
serta pandangan hidup bangsa melainkan hanya menata kembali dalam suatu
platform yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila dalam berbagai segala bidang
reformasi, antara lain dalam bidang hukum, politik, ekonomi, serta bidang-bidang
lainya.

• Sebuah reformasi harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang jelas bagi
Bangsa Indonesia nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma Reformasi.
1. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum

• Dalam era reformasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan
hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan
penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan
terhadap Hukum atau Peraturan Perundang-undangan. Kerusakan sub sistem hukum yang
terjadi pada masa Orde Baru Presiden Soeharto dan kroni kroninya, yang sangat dominan
menentukan dalam berbagai bidang misalnya politik, ekonomi, dan bidang lainnya maka
Bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata kembali kerusakan subsistem
yang mengalami penyimpangan tsb.
• Pancasila merupakan cita-cita hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta sumber arah
penyusunan dan perubahan hukum positif di Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai
paradigma hukum terutama dalam kaitannya berbagai macam upaya perubahan hukum,
atau Pancasila harus merupakan paradigma dalam suatu pembaharuan hukum. Agar
hukum berfungsi sebagai pelayanan kebutuhan masyarakat maka hukum harus senantiasa
diperbaharui agar aktual atau sesuai dengan keadaan serta kebutuhan masyarakat yang
dilayaninya dan dalam pembaharuan hukum yang terus menerus tersebut Pancasila harus
tetap sebagai kerangka berpikir, sumber norma dan sumber nilai-nilainya.
• Reformasi hukum harus konsepsional dan konstitusional, sehingga reformasi hukum memiliki
landasan dan tujuan yang jelas, dalam upaya reformasi hukum dewasa ini telah banyak
dilontarkan berbagai macam pendapat tentang aspek apa saja yang dapat dilakukan dalam
perubahan hukum di Indonesia, bahkan telah banyak usulan untuk perlunya amandemen atau
kalau perlu perubahan secara menyeluruh terhadap pasal-pasal UUD 1945.

• Berdasarkan banyaknya aspirasi yang berkembang cenderung ke arah adanya amandemen


terhadap beberapa pasal-pasal UUD 1945 bukannya perubahan secara menyeluruh. Disadari
serta dipahami secara obyektif bahwa bilamana terjadi perubahan seluruh UUD 1945 maka
hal itu tidak menyangkut perubahan terhadap Pembukaan UUD 1945, karena Pembukaan
UUD 1945 berkedudukan sebagai pokok kaidah negara yang sangat fundamental yaitu
menyangkut pernyataan kemerdekaan dan kesepakatan Dasar Negara Pancasila
• .Oleh karena itu, apabila merubah Pembukaan dari UUD 1945 maka sama halnya
membubarkan Negara Indonesia. Seluruh perubahan maupun produk hukum di Indonesia
haruslah didasarkan pada pokok-pokok pikiran yang yang tertuang dalam Pancasila yang
hakikatnya merupakan cita-cita hukum dan merupakan esensi dari sila-sila Pancasila
 Dasar yuridis Pancasila sebagai reformasi hukum adalah Tap No.XX/MPRS/1966, yang
menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
yang berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan hukum yang harus
senantiasa bersumber pada nila-nilai Pancasila dan secara eksplisit dirinci Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.

 Pelaksanaan perundang-undangan harus mendasarkan pada terwujudnya atas jaminan


bahwa dalam suatu negara kekuasaan adalah ditangan rakyat. Pelaksanaan hukum pada
masa reformasi ini harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan
suatu supremasi hukum. Maka penegasan serta memberikan kepastian tentang Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan dimulai dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR
No.III/MPR/2000, setelah itu dikeluarkan kembali Undang Undang No 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, setelah 7 tahun terbit Undang
Undang penggantinya yaitu Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sebagai norma hukum baru dan berlaku
sampai sekarang.
 Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara yang meliputi seluruh unsur
keadilan baik keadilan distributif, keadilan komutatif, serta keadilan legal.
Konsekuensinya dalam pelaksanaan hukum aparat penegak hukum terutama pihak
kepolisian, Kejaksaan dan KPK adalah sebagai ujung tombaknya sehingga harus benar-
benar bersih dari praktek KKN.
2. Pancasila sebagai Paradigma
Reformasi Politik
 Prinsip-prinsip demokrasi yang terkandung dalam UUD 1945 bilamana kita kembalikan pada
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila maka kedaulatan tertinggi negara adalah ditangan
rakyat. Rakyat merupakan asal mula kekuatan negara, oleh karena itu paradigma ini harus
menjadi dasar pijak dalam reformasi politik.

 Demi terwujudnya penyelenggara negara yang modern dan menerapkan check and balances
(supra struktur politik) yang benar-benar demokratis dan aspiratif maka sangat penting untuk
dilakukan penataan kembali kehidupan Parpol dan Ormas (infra struktur politik) terutama
tentang partai politik. Dalam Undang-Undang Parpol lama ditentukan hanya meliputi tiga
macam yaitu, Partai Persatuan Penbangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai
Demokrasi Indonesia (PDI).
 Pada masa orde baru keberadaan infra struktur politik tersebut masih diseragamkan dengan
konsep Asas Tunggal Pancasila, sehingga secara politis kehidupan yang demikian ini akan
mematikan proses demokratisasi dalam kehidupan Negara dan Bangsa Indonesia yang sangat
majemuk. Atau heterogen.

 Adapun ketentuan yang mengatur tentang partai politik diatur dalam Undang-undang
No.2 Tahun 1999 dan Undang Undang No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik ,yang
lebih demokratis dan memberikan kebebasan serta keleluasaan untuk menyalurkan
aspirasinya. Berdasarkan ketentuan UU tersebut warga negara diberi kebebasan untuk
membentuk partai politik untuk menyalurkan aspirasi politiknya, atas ketentuan UU
tersebut maka bermunculanlah partai politik di era reformasi ini yang mencapai 114
partai politik, kemudian Undang Undang Nomor 2 Tahun 2008 diganti dengan Undang
Undang Nomor 2 tahun 2011.
 Pelaksanaan pemilu juga dilakukan perubahan dan diatur dalam Undang-undang No.3
Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, Bab III Pasal 8, dijelaskan bahwa penyelenggara
pemilihan umum dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bebas dan
mandiri, yang terdiri atas unsur partai-partai politik peserta pemilihan umum dan unsur
pemerintah yang bertanggung jawab kepada Presiden. Perkembangan Undang Undang
tentang Pemilu juga sangat cepat dan dilakukan beberapa kali
perubahan/penyempurnaan, sampai terbit Perpu nomor 2 tahun 2020 tentang
Perubahan ketiga Undang Undang Nomor 1 Tahun 2015.
 Oleh karena itu reformasi politik berjalan sangat dinamis agar benar-benar demokratis
dilakukan dengan jalan mempertegas ideologi Pancasila, yaitu dengan mengembalikan
Pancasila pada kedudukan serta fungsi yang sebenarnya sebagaimana dikehendaki oleh
para pendiri negara yang tertuang dalam UUD 1945.
 Reformasi kehidupan pilitik juga dilakukan dengan meletakkan cita-cita kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan dalam satu kesatuan waktu yaitu nilai masa lalu, masa kini
dan kehidupan masa yang akan datang.
3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi
 Kebijaksanaan yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada
pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama
seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan
sekelompok kecil orang pengusaha bahkan segelintir penguasa. Tidak
terwujudnya pelembagaan proses politik yang demokratis,
mengakibatkan hubungan pribadi merupakan mekanisme utama
dalam hubungan sosial, politik, dan ekonomi dalam suatu negara.
 Kelemahan atas sistem hubungan kelembagaan demokratis tersebut
memberikan peluang bagi tumbuh berkembangnya hubungan antara
penguasa politik dengan pengusaha, bahkan antara birokrat dengan
pengusaha. Terlebih lagi karena lemahnya sistem kontrol kelembagaan
berkembang pula penguasa sekaligus sebagai pengusaha, yang
didasarkan atas birokrasi dan wibawa keluarga penguasa.
 Sistem ekonomi Indonesia pada masa orde baru bersifat “birokratik otoritarian” yang ditandai
dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat keputusan-keputusan nasional
hampir sepenuhnya berada ditangan penguasa bekerja sama dengan kelompok militer dan
kaum teknokrat. Adapun kelompok pengusaha oligopostik didukung oleh pemerintah bekerja
sama dengan masyarakat bisnis internasional, dan terlebih lagi kuatnya pengaruh otoritas
kekuasaan keluarga pejabat negara termasuk Presiden .

 Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yang hanya mendasarkan pada
pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan barsama seluruh bangsa, dalam
kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan pengusaha.
Pada era ekonomi global dewasa ini dalam kenyataannya tidak mampu bertahan, krisis
ekomoni yang terjadi di dunia dan kemudian melanda Indonesia mengakibatkan ekonomi
Indonesia terpuruk, sehingga kepailitan yang diderita oleh para pengusaha harus ditanggung
oleh rakyat.

 Dalam kenyataannya sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa krisis dewasa ini
adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat. Oleh karena itu,
rekapitalisasi pengusaha pada masa krisis dewasa ini sama halnya dengan rakyat banyak
membantu pengusaha yang sedang terpuruk.
 Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis pada ekonomi
kerakyatan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa
adalah sebagai berikut:
1) Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan dengan “social safety net”
yang dipopulerkan dengan program jaringan pengaman sosial (JPS sekarang disebut KPS).
Sementara untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah, maka pemerintah
harus secara konsisten menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum pemerintah yang
melakukan pelanggaran, hal ini akan memberikan kepercayaan dunia usaha.
2) Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi, upaya ini dilakukan dengan menciptakan kondisi
kepastian usaha, yaitu dengan diwujudkannya perlindungan hukum serta undang-undang
persaingan yang sehat. Untuk itu pembenahan dan penyehatan dalam sektor perbankan menjadi
prioritas utama, karena perbankan merupakan jantung perekonomian.
3) Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu diciptakan sistem
untuk mendorong percepatan perubahan struktural (structural transformation). Transformasi
struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari
ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi sistem ke ekonomi pasar, dari
ketergantungan kepada kemandirian, dari orientasi dalam negeri ke orientasi ekspor dengan
sendirinya intervensi birokrat pemerintahan yang ikut dalam proses ekonomi melalui monopoli
demi kepentingan pribadi harus segera diakhiri.
Tidak hanya itu, agar terwujudnya kesejahteraan seluruh bangsa maka pemerintah juga
memberikan kebijakan ekonomi seperti:
a) Kebijakan ekonomi makro
Kebijaksanaan ekonomi makro yang telah dilaksanakan pemerintah dalam upaya
menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing adalah
melalui kebijaksanaan moneter yang ketat disertai anggaran berimbang, dengan
membatasi devisa anggaran sampai pada tingkat yang dapat diimbangi dengan
tambahan dana dari luar negeri. Kebijaksanaan moneter yang ketat dengan tingkat
bunga yang tinggi selain dimaksudkan untuk menekan laju inflasi dan memperkuat
nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dengan menahan naiknya permintaan
anggaran, juga untuk mendorong masyarakat meningkatkan tabungan di sektor
perbankan.
Meskipun demikian pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa tingkat bunga tinggi
dapat menjadi salah satu faktor terpenting yang akan berdampak negatif terhadap
kegiatan ekonomi atau bersifat kontraktif terhadap perkembangan PDRB. Oleh karena
itu tingkat bunga yang tinggi tidak akan selamanya dipertahankan, tetapi secara
bertahap akan diturunkan pada tingkat yang wajar seiring dengan menurunnya laju
inflasi.
b) Kebijakan ekonomi mikro
Kebijaksanaan ekonomi mikro yang ditempuh pemerintah, ditujukan,
antara lain:
1) Untuk mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap
kelompok penduduk berpendapatan rendah dikembangkannya
jaring pengaman sosial yang meliputi program penyediaan
kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, mempertahankan
tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan pada tingkat sebelum
krisis serta penanganan pengangguran dalam upaya
mempertahankan daya beli kelompok masyarakat berpendapatan
rendah.
2) Menyehatkan sistem perbankan dan memulihkan kepercayaan
masyarakat terhadap keberadaan lembaga perbankan.
3) Merestrukturisasi hutang luar negeri. mereformasi struktural di sektor riil, agar perekonomian,
terutama sektor riil dapat berkembang lebih efisien, pemerintah melancarkan berbagai program
reformasi struktural. Reformasi struktural di sektor riil mencakup:
a. Penghapusan berbagai praktek monopoli,
b. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang, termasuk bidang perdagangan dalam
dan luar negeri dan bidang investasi,
c. Privatisasi BUMN. Meskipun perekonomian nasional sebelum krisis ekonomi mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi, tetapi ternyata terdapat kelemahan-kelemahan, antara
lain, adanya praktek-praktek monopoli di berbagai bidang usaha. Dengan praktek-praktek
monopoli telah terjadi konsentrasi kekuatan pasar hanya pada satu atau beberapa pelaku
usaha, sehingga kegiatan produksi, distribusi menjadi tidak efisien dan secara lebih luas
daya saing perekonomian nasional menjadi lemah.
d. Mendorong ekspor. permintaan dalam negeri yang menurun, maka wahana untuk
memulihkan kembali perekonomian Indonesia adalah melalui promosi ekspor, tambahan
pula dengan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi tinggi dewasa ini, Indonesia makin
memiliki daya saing dalam barang ekspor yang padat karya dan padat kekayaan alam.
Namun peningkatan ekspor dewasa ini dihadapkan kepada beberapa kendala, yakni
keengganan pihak luar negeri membeli barang Indonesia, ketiadaan bahan baku, serta hal-
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ekspor, seperti misalnya operasional pelabuhan,
kecepatan kerja bongkar muat, bea dan cukai, dan administrasi perpajakan.
4. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN
KAMPUS

 Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus adalah Pancasila sebagai sudut pandang atau
kerangka acuan bagi kehidupan kampus;
 bunyi sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang berarti salah satu kegiatan kampus yang
mengajarkan tentang memperdalam agama mahasiswa.
 bunyi sila ke-2 “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” yang berarti orang yang berada
dikampus harus berprilaku adil dan beradab. Adil disini diartikan dimana dosen harus
mengajarkan ilmunya dan mahasiswa mempelajarinya. Beradab disini diartikan harus
berprilaku sopan dan saling menghargai.
 bunyi sila ke-3 “Persatuan Indonesia” yang berarti semua orang yang berada dilingkungan
kampus harus bersatu, dimana mahasiswanya harus berprestasi untuk membangun
Indonesia
 bunyi sila ke-4 “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan” yang berarti dimana semua orang yang berada di
lingkungan kampus mampu memimpin suatu organisasi dengan cara yang bijaksana dan
harus mufakat demi kepentingan bersama.
 bunyi sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang berarti dimana
mahasiswa diajarkan untuk bersosialisasi kepada seluruh rakyat Indonesia. Misalnya
memberikan masukkan suara untuk memberikan pendapat/kritik/saran kepada Pemerintah
untuk mendengarkan bahwa rakyat Indonesia ingin keadi
a) Aktualisasi Pancasila
 Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul-betul ada, terjadi
sesungguhnya atau hakikatnya. Dimana Pancasila memang sudah jelas
berdiri di Negara Indonesia sebagai dasar Negara dan ideologi Negara.
 Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-
benar dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara
mulai dari aparatur dan pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa,
termasuk di kehidupan kampus.
 Nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah
bersifat universal, tetap dan tak berubah. Nilai-nilai tersebut dapat
dijabarkan dalam setiap aspek dalam penyelenggaraan Negara dan
dalam wujud norma-norma, baik norma hukum, kenegaraan, maupun
norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan diamalkan oleh
setiap warga Negara Indonesia.
 Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :
a) Aktualisasi objektif
Aktualisasi Pancasila yang Objektif adalah aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi Lembaga Negara antara lain, Legislatif, Eksekutif,
maupun Yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik,
ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran kedalam undang-undang, hankam, pendidikan
maupun bidang kenegaraan lainnya.
b) Aktualisasi Subjektif
Aktualisasi Pancasila yang Subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama
dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang
subjektif tersebut tidak terkecuali baik Warga Negara biasa, aparat Penyelenggara Negara,
Penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik, maka dia perlu mawas
diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam
Pancasila.
 Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan segenap lapisan masyarakat yang dapat
mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu dan dapat terlihat dalam perilaku.
 Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang
merupakan variasi dari corak kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan harapan
masyarakat.
b). Tri Dharma Perguruan Tinggi
 Pembangunan di bidang pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah negara Pancasila
diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berjiwa Pancasila,
membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai
budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.
 Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas pendidikan tingkat menengah
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang meliputi:
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang disebut
Tri Dharma Perguruan Tinggi.
 Peningkatan peranan perguruan tinggi sebagai satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain diarahkan untuk
menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik mahasiswa untuk berjiwa penuh
pengabdian serta memiliki tanggung jawab yang besar pada masa depan bangsa dan
Negara, serta menggiatkan mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan
nasional dan pengembangan daerah.
 Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam
masyarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari
kepentingan masyarakat, melainkan senantiasa mengembangkan dan
mengabdi kepada masyarakat.
 Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi
mempunyai 3 tugas pokok, yaitu:
1.Pendidikan Tinggi
2.Penelitian
3.Pengabdian Terhadap Masyarakat
 Jadi di perguruan tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus, tidak
hanya mengajar akan tetapi mendidik dimana dengan didikan tersebut
mahasiswa akan lebih didampingi baik secara intelektual dan
emosional. Contoh umumnya adalah bagaimana cara mahasiswa
bergaul dalam sehari-hari mereka dengan berpedoman pada Pancasila.
c). Budaya Akademik
 Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang
mendukungnya, budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh
masyarakat akademik yang bersangkutan.
 Pancasila merupakan nilai luhur bangsa Indonesia.
 Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya
dijiwai oleh nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang
bersangkutan.
 Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja sama,
santun, mencintai kemajuan ilmu dan teknologi, serta mendorong berkembangnya
sikap mencintai seni.
 Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki ciri khas
tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu
perguruan tinggi adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integritas ilmiah,
oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa mengembangkan budaya
ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas perguruan tinggi.
 Terdapat sejumlah ciri masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik, yaitu,
1.Kritis
2.Kreatif
3.Objektif
4.Analitis
5.Konstruktif
6.Dinamis
7.Dialogis
8.Menerima kritik
9.Menghargai prestasi ilmiah/akademik
10.Bebas dari prasangka
11.Menghargai waktu
12.Memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah
13.Berorientasi ke masa depan
14.Kesejawatan/kemitraan.
 Masyarakat ilmiah inilah yang harus dikembangkan dan merupakan budaya dari suatu masyarakat
akademik.
d). Kampus Sebagai Moral Force Pengembangan Hukum Dan HAM
 Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan perkembangan nilai-nilai
luhur. Kampus merupakan wadah perkembangan nilai-nilai moral, di mana seluruh
warganya diharapkan menjunjung tinggi sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi
dan dijiwai oleh Pancasila.
 Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan kekuatan
moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai kebenaran dan
keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
 Masyarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar mengamalkan
budaya akademik, masyarakat kampus wajib senantiasa bertanggung jawab secara
moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab terhadap masarakat bangsa dan
negara, serta mengabdi pada kesejahteraan kemanusiaan.
 Oleh karena itu sikap masyarakat kampus tidak boleh tercemar oleh kepentingan-
kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar luhur dan mulia.
e). Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum
 Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini suatu
agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkannya adalah reformasi dalam
bidang hukum dan peraturan perundang- undangan. Negara Indonesia adalah
negara yang berdasarkan hukum, oleh karena itu dalam rangka melakukan
penataan negara untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus
menegakkan supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera
direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang hukum,
konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum yang demokratis,
maka harus dilakukan pengembangan hukum positif.
 Sesuai dengan tertib hukum Indonesia dalam rangka pengembangan hukum
harus sesuai dengan atau berdasarkan tertib hukum Indonesia dalam
pengembangan hukum positif Indonesia, maka falsafah negara merupakan
sumber materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum.
 Hal ini berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, Tap No. III/MPR/2000;
Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 serta terakhir Undang Undang
No 12 Tahun 2011 yang dimaksudkan sebagai sumber hukum dasar
nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi penyusunan peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Dalam penyusunan hukum positif di
Indonesia nilai Pancasila ( UUD 1945 )sebagai sumber materi,
konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber pada nilai-nilai
hukum Tuhan (sila I), nilai HAM terkandung pada harkat, martabat dan
kemanusiaan seperti jaminan hak dasar/ hak asasi manusia (sila II), nilai
Nasionalisme Indonesia (sila III), nilai demokrasi yang bertumpu pada
Rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara (sila IV), dan nilai Keadilan
dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan (sila V).
 Selain itu tidak kalah pentingnya dalam penyusunan dan pengembangan
hukum, aspirasi dan realitas kehidupan masyarakat serta rakyat adalah
merupakan sumber materi dalam penyusunan dan pengembangan hukum
f).. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia
 Dalam penegakan hak asasi manusia tersebut mahasiswa sebagai kekuatan moral
harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan kepentingan moral demi
harkat dan martabat manusia, bukan karena kepentingan politik terutama
kepentingan kekuasaan politik dan konspirasi kekuatan internasional yang ingin
menghancurkan negara Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak
asasi tersebut, pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh seseorang, kelompok
orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik disengaja ataupun tidak
disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).
 Dasawarsa ini kita melihat dalam menegakkan hak asasi seringkali kurang adil,
misalnya kasus pelanggaran di Timor-Timur, banyak kekuatan yang mendesak
untuk mengusut dan menyeret bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional.
Namun ratusan/ ribuan rakyat kita, seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit,
Poso dan lainnya tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya. Padahal
hak asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah kejadian serta menderitanya
mereka sama akan tetapi tetap tidak ada yang mau menolong.
 Jadi sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi,
dapat menunjukan pada dunia bahwa mahasiswa mampu
dalam merealisasikan semua cita-cita dan tujuan dasar dari
reformasi.
 Akan tetapi disamping itu, perlu para mahasiswa sadari
juga bahwasanya mahasiswa sebagai tonggak dari
penjunjung tinggi hak asasi manusia masihlah belum
maksimal kinerjanya sebagaimana disebutkan untuk hal
tsb diatas, maka sebagai para mahasiswa sebagai generasi
penerus bangsa haruslah benar-benar menanamkan nilai-
nilai Pancasila dalam setiap sikap prilaku
positif/pembaharu/visioner dimanapun dan pada
siapapun.

Anda mungkin juga menyukai