Terlaksananya dengan dasar “supersemar” dan TAP MPRS no. XXXVII/MPRS/1968 periode
ini disebut juga demokrasi pancasila, karena segala bentuk penyelanggaraan negara berlangsung
berdasarkan nilai-nilai pancasila
Ciri-ciri umum :
1. Mengutamakan musyawarah mufakat
2. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
3. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
4. Selalu diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksankan hasil keputusan musyawarah
6. Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
7. Keputusan dapat dipertanggungjawabkan kepada tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai
kebenaran dan keadilan
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan
sebelumnya yang telah menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi kepentingan
kekuasaan. Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang
terjadi pada masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim
otoritarian baru di bawah Soeharto.
Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru
sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara. Sehingga Pancasila
oleh rezim orde baru kemudian ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan dan
memperkuat otoritarianisme negara. Maka dari itu Pancasila perlu disosialisasikan sebagai
doktrin komprehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas segala
tindakan pemerintah yang berkuasa. dalam diri masyarakat Indonesia. Adapun dalam
pelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari
pengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran P4.
Pada era Orde Baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap Pancasila,
pemerintah secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui TAP MPR NO
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di sekolah dan di
masyarakat. Siswa, mahasiswa, organisasi sosial, dan lembaga-lembaga negara diwajibkan untuk
melaksanakan penataran P4. Tujuan dari penataran P4 antara lain adalah membentuk
pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama
diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan
tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde
Baru. Selain sosialisasi nilai Pancasila dan menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa, dalam kegiatan penataran juga disampaikan pemahaman terhadap Undang- Undang
Dasar 1945 dan Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pelaksanaan penataran P4 sendiri menjadi
tanggung jawab dari Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP7).
Akan tetapi cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi muda,
berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam penataran P4,
ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila
tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak disertai
dengan keteladanan yang benar. Setiap hari para pemimpin berpidato dengan selalu
mengucapkan kata-kata Pancasila dan UUD1945, tetapi dalam kenyataannya masyarakat tahu
bahwa kelakuan mereka jauh dari apa yang mereka katakan. Perilaku itu justru semakin
membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai landasan
hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk orang lain
(rakyat) tetapi bukan atau tidak berlaku bagi para pemimpin. Atau dengan kata lain Pancasila
hanya digunakan sebagai slogan yang menunjukkan kesetiaan semu terhadap pemerintah yang
sedang berkuasa.
Kesimpulan
Dilaksanakan dengan tekad memberi perhatian yang benar terhadap pelaksanaan demokrasi di
berbagai bidang.
Ciri-ciri umum :
1. Adanya penegakan kedaulatan rakyat
2. Adanya pembagian secara tegas wewenang kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif
3. Adanya penghormatan terhadap keberagaman asas, ciri, aspirasi, dan program partai politik
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara Kesatuan
Republik Indonesia, merupakan Maha karya pendahulu bangsa yang tergali dari jati diri dan
nilai-nilai adi luhur bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Dengan berbagai kajian ternyata
didapat beberapa kandungan dan keterkaitan antara sila tersebut sebagai sebuah satu kesatuan
yang tidak bisa di pisahkan dikarenakan antar sila tersebut saling menjiwai satu dengan yang
lain. Ini dengan sendirinya menjadi ciri khas dari semua kegiatan serta aktivitas desah nafas dan
jatuh bangunnya perjalanan sejarah bangsa yang telah melewati masa-masa sulit dari jaman
penjajahan sampai pada saat mengisi kemerdekaan.
Ironisnya bahwa ternyata banyak sekarang warga Indonesia sendiri lupa dan sudah asing
dengan pancasila itu sendiri. Ini tentu menjadi tanda tanya besar kenapa dan ada apa dengan kita
sebagai anak bangsa yang justru besar dan mengalami pasang surut masalah negari ini belum
bisa mengoptimalkan tentang pengamalan nilai-nilai Pancasila tersebut. Terlebih lagi saat ini
dengan jaman yang disepakati dengan nama Era Reformasi yang terlahir dengan semangat untuk
mengembalikan tata negara ini dari penyelewengan-penyelewengan sebelumnya.
Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk menanggulangi dan menghilangkan
dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus-menerus krisis yang berkepanjangan di segala
bidang kehidupan, serta menata kembali ke arah kondisi yang lebih baik atas system
ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah hancur, menuju Indonesia baru. Pada masa
sekarang arah tujuan reformasi kini tidak jelas juntrungnya walaupun secara birokratis, rezim
orde baru telah tumbang namun, mentalitas orde baru masih nampak disana-sini. Sedangkan
pancasila adalah sebagai ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil dari penggabungan
dari nilai-nilai luhur yang berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia. Sebagai sebuah
ideologi politik, Pancasila bisa bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat, tetapi bisa
pula pudar dan ditinggalkan oleh pendukungnya. Hal itu tergantung pada daya tahan ideologi
tersebut. Ideologi akan mampu bertahan dalam menghadapi perubahan masyarakat bila
mempunyai tiga dimensi. Ketiga dimensi antara lain sebagai berikut meliputi :
1). Idealisme, yaitu kadar atau kualitas idealisme yang terkandung di dalam ideologi atau nilai-
nilai dasarnya. Kualitas itu menentukan kemampuan ideologi dalam memberikan harapan kepada
berbagai masyarakat untuk mempunyai atau membina kehidupan bersama secara lebih baik dan
untuk membangun suatu masa depan yang lebih cerah.
2). Realita, menunjuk pada kemampuna ideologi untuk mencerminkan realita yang hidup dalam
masyarakat dimana ia muncul untuk pertama kalinya, paling kurang realita pada saat awal
kelahirannya.
Maka dari itu pancasila sebagai ideologi haruslah mempunyai dimensibilitas agar
substansi-substansi pokok yang dikandungnya tidak lekang dimakan waktu. Pada masa reformasi
yang dimulai dari tahun 1998 hingga masa sekarang, orang-orang mulai menanyakan revelansi
dari pancasila untuk menjawab segala tantangan zaman terlebih lagi di era globalisasi seperti
sekarang ini. Maka Pancaila menurut saya mutlak masih diperlukan.
d. Reformasi, semangat untuk tetap mereformasi dengan sifat untuk menyempurnakan dari
kekurangan bangsa serta dengan konsep, agenda yang jelas didukung kerja keras semua
komponen bangsa untuk memajukan dan memberikan sumbangsih serta semangat untuk rela
berkorban demi bangsa ini.
e. Ada sebuah seni yang sederhana dalam kita memulai semangat pengamalan nilai-nilai
pancasila yakni tiga M seperti :
1. mulai dari diri sendiri, adalah mimpi bisa mengubah apapun dengan baik tanpa diawali
perubahan pada diri kita sendiri, memperbaiki diri sendiri berarti memulai segalanya.
2. mulai dari hal kecil-kecil, tidak ada prestasi yang besar kecuali rangkaian prestasi
kecil yang mudah dan dapat kita laksanakan dengan niat dan jalan yang baik.
3. mulai sekarang juga, janganlah menunda pekerjaaan yang bisa kita lakukan sekarang
karena terlambat dalam kita menjalankan tugas hanya berakibat menambah persoalan semakin
banyak saja
4 comments:
1.
Reply
2.
Pelaksanaan Pancasila di era orba itulah yang menurut saya paling efektif.
Reply
3.
Bagus tulisannya..... upaya prndifikan karakter masyarakat mana yang lebih bagus untuk
kepentingan bangsa di era reformasi sekarang ? Saya rasa cuma jargon dan korup secara
kuantitatif lebih menjamur. Hancurnya Pancasila itu hasil konspirasi dan skenario besar
pihak asing.... dgn Pancasila bangsa kita kuat.... sekarang terombang ambing.... dulu ada
GBHN.... sekarang? Ganti pimpinan ganti acara nggak peduli ngelanjutin program pimp
lama....sedih banyak orang pinter keblinger
Reply
4.
kalau boleh tau untuk daftar pustaka nya untuk referensi tugas kampus?
Reply
Load more...
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Total Pageviews
61,219
Blog Archive
▼ 2013 (101)
o ► October (89)
o ▼ September (11)
Kebesaran Allah
Story Telling About Jaka tarub & 7 Angels
Shifatul Huruf
Pelaksaan Pancasila Pada Masa Orde Baru
Pranata Sosial
Zat Pengawet Makanan
Siksaan Bagi Yang meremehkan Shalat
Story Telling About The Sultan & The Mermaid
Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial
Definition of Advertisement
Makanan Khas Korea
o ► August (1)
About Me
amelia srikartika putri
View my complete profile