Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Pengertian Supremasi Hukum

Supremasi mempunyai arti kekuasaan tertinggi atau teratas dan hukum artinnya peraturan.
Jadi, Supremasi Hukum mempunyai pengertian sebagai suatu peraturan yang tertinggi.

Mengenai perumusan dari Supremasi Hukum ini sebenarnya belum ada yang memberikan
pengertian secara tegas, hal ini disebabkan karena cakupan yang demikian luasnya dari hukum itu.
Van Apeldoorn mengatakan bahwa, hukum banyak seginya dan demikian luasnya, sehingga orang
tidak mungkin menyatukan dalam satu rumusan secara memuaskan. Apeldoorn juga memberi
gambaran,dalam soal hukum,seseorang). Jika ia mendengar perkataan hukum seketika itu juga
teringat akan gedung pengadilan, pengacara, juru sita, polisi.

Mr. Soemintardjo dkk. memberi definisi hukum sebagai aturan-aturan hidup, yang bersifat
memaksa, pelanggaran mana mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.dari beberapa kutipan
tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah serangkaian peraturan-peraturan
yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup dalam masyarakat yang dibuat oleh
lembaga resmi yang berwenang dan berlakunya bersifat memaksa untuk ditaati serta memberikan
sanksi tegas dan nyata terhadap pelanggarnya.terdapat kalimat mengatur tingkah laku manusia
berarti mengatur setiap perhubungan hukum yang dilakukan oleh setiap orang tidak boleh, tidak
harus didasarkan atas aturan hukum yang berlaku. juga terdapat kalimat sifat memaksa dan
memberi sanksi tegas dan nyata terhadap siapa saja yang melanggarnya, ini berarti bekerjanya
hukum itu dapat dipaksakan pentaatannya tanpa terkecuali walaupun itu sebagai lembaga
pembentuk aturan hukum,apabila melanggar sedikitpun dari aturan hukum memberi sanksi tegas
serta nyata sesuai dengan pelangarannya tersebut.dengan demikian hukum merupakan kekuasaan
tertinggi.

Istilah supremasi hukum, adalah merupakan rangkaian dari selingkuhan kata supremasi dan
kata hukum, yang bersumber dari terjemahan bahasa Inggeris yakni kata supremacy dan kata law,
menjadi supremacy of law atau biasa juga disebut laws supremacy.

Hornby.A.S (1974:869), mengemukakan bahwa secara etimologis, kata supremasi yang


berasal dari kata supremacy yang diambil dari akar kata sifat supreme, yang berarti Higest in degree
or higest rank artinya berada pada tingkatan tertinggi atau peringkat tertinggi. Sedangkan
supremacy berarti Higest of authority artinya kekuasaan tertinggi.

Kata hukum diterjemahkan dari bahasa Inggeris dari kata law, dari bahasa Belanda recht
bahasa Perancis droit yang diartikan sebagai aturan, peraturan perundang-undangan dan norma-
norma yang wajib ditaati.

Soetandyo Wignjosoebroto (2002:457), menyatakan bahwa secara terminology supremasi


hukum, merupakan upaya untuk menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi yang
dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun
termasuk oleh penyelenggara Negara. Menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi
tanpa adanya intervensi dari pihak eksternal dalam rangka melindungi seluruh lapisan
masyarakat,oleh Charles Hermawan disebutnya sebagai kiat untuk memposisikan hukum agar
berfungsi sebagai komando atau panglima (2003:1).
Abdul Manan (2009:188), menyatakan bahwa berdasarkan pengertian secara terminologis
supremasi hukum tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa supremasi hukum adalah upaya atau
kiat untuk menegakkan dan memosisikan hukum pada tempat yang tertinggi dari segala-galanya,
menjadikan hukum sebagai komandan atau panglima untuk melindungi dan menjaga stabilitas
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Rumusan sederhana dapat diberikan bahwa supremasi hukum adalah pengakuan dan
penghormatan tentang superioritas hukum sebagai aturan main (rule of the game) dalam seluruh
aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat yang dilakukan
dengan jujur (fair play).

Pengertian sederhana tersebut, telah terhubungkan dengan ide tentang teori kedaulatan
hukum (rechtssovereiniteit). Hukum adalah kedaulatan tertinggi dalam suatu Negara, karenanya
yang memerintah sesungguhnya adalah hukum, penyelenggara pemerintahan Negara hanya
melaksanakan kehendak hukum, sehingga dalam konteks demikian hukum sebagai komando dan
panglima.

2.2 Tujuan Supremasi Hukum

Tujuan hukum pada prinsipnya meliputi 3 unsur pokok yaitu :

Hukum itu bertujuan untuk mencapai keadilan. Yang dimaksud ialah bahwa masyarakat hendaknya
diperlakukan sesuai hak-haknya sebagai martabat kemanusiaannya .

Kepastian hukum dalam arti bahwa terhadap tindakan yang dilakukan setiap orang atau anggota
masyarakat itu dapat segera dengan cepat ditentukan apakah perbuatan itu melanggar dinyatakan
menyimpang dari hukum atau tidak.

Kegunaan yang berarti bahwa dalam proses kerjanya hukum itu dapat memaksa masyarakat
umumnya dan penegak hukum khususnya untuk melakukan segala aktifitasnya selalu berkaca mata
pada hukum yang mengaturnya.

Adapun beberapa tujuan supremasi hukum adalah sebagai berikut:

1. Memberi keadilan bagi masyarakat, khususnya keadilan sosial. Dan perlindungan terhadap
harkat martabat manusia, ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum yang padahakikatnya
merupakan jaminan secara formal terhadap rasa keadilan bagi rakyat Indonesia.

2. Menempatkan kebebasan individu sebagai prinsip dasar dari organisasi sosial, untuk menjamin
kemerdekaan individu.

3. Menjamin terjaga dan terpeliharanya nilai-nilai moral bangsa Indonesia.

4. Melindungi kepentingan warga.

5. Menciptakan masyarakat yang demokratis

6. Menjadikan tanggung jawab ahli hukum untuk dilaksanakan dan yang harus dikerjakan tidak
hanya untuk melindungi dan mengembangkan hak-hak perdata dan politik perorangan dalam
masyarakat bebas, tetapi juga untuk menyelenggarakan dan membina kondisi sosial, ekonomi,
pendidikan dan kultural yang dapat mewujudkan aspirasi rakyat serta meningkatkan integritas
Sumber Daya Manusianya.

7. Memberikan jaminan terlindunginya hak-hak individu dalam bernegara dan bermasyarakat.

2.3 Fungsi Supremasi Hukum

Eksistensi hukum pada hakikatnya untuk mengatur perhubungan hukum dalam pergaulan
masyarakat, baik antara orang seorang, orang yang satu dengan orang lain, antara orang dengan
Negara dan mengatur hubungan antara lembaga-lembaga Negara yang ada pada UU Negara
termasuk dalam pelaksanaan pemerintahannya secara keseluruhan, khususnya dalam hal ini sangat
penting untuk diperhatikan oleh seluruh aparat penegak hukum dalam rangka kekuasaan yang
dijalankan agar dalam setiap tindakannya dapat mencerminkan hakikat dari pada hukum itu
sehingga dengan demikian perbuatan semena-mena yang menjauhkan cita-cita hukum dapat
dihindarkan, maka untuk hal sedemikian cita-cita bernegara dan berbangsa yang dalam hubungan ini
dapat mewujudkan keadilan sosial.

Prof.Mr.W.F.de Gaay Fartman dalam bukunya Rechtdoen dalam terjemahan rahasia hukum
oleh Dr.O.Notohamidjojo mengatakan bahwa fungsi hukum meliputi 5 hal yaitu:

a. Hukum itu mengatur, menciptakan tata.

b. Hukum menimbang kepastian yang satu dengan yang lain.

c. Hukum memberikan kebebasan.

d. Hukum menciptakan tanggungjawab.

e. Hukum memidana.

Iskandar mengatakan tentang fungsi hukum ialah sebagai sosial control (control social) juga
berfungsi sebagai alat perubahan sosial (Social engenering) fungsi tersebut akan tidak tercipta dan
akan menghambat terciptanya keadilan ekonomi maupun keadilan politik apabila hukum tidak
digunakan dengan penggunaan kekuasaan tidak sesuai dengan hakikat sebab kalau hukum tidak
benar penggunaanya maka kekuasaanpun cenderung digunakan secara tidak benar.

Pendapat Rudolf Von I Lering yang mengatakan fungsi hukum ialah laws were on way
achieve the end namely social control, selanjutnya menurut I lering ''an instrument for serving the
needs of society where there is an inevitable conflict between the social needs individual's self
interest" suatu alat untuk melayani kebutuhan masyarakat dimana konflik (pertikaian) tidak dapat
diletakkan antara kebutuhan sosial dan kepentingan pribadi. Dari beberapa pendapat yang diuraikan
di atas bahwa fungsi hukum pada dasarnya meliputi sebagai berikut :

a. Hukum dalam proses kerjanya untuk mengatur perhubungan hukum masyarakat.

b. Menciptakan rasa tanggungjawab terhadap suatu perbuatan masyarakat dan pemerintah.

c. Sebagai alat yang menyelesaikan sengketa atau konflik dalam masyarakat.


d. Sebagai instrumen pengendalian sosial.

2.4 Pelaksanaan Supremasi Hukum di Indonesia

Bagaimana pelaksanaan supremasi hukum di indonesia?

Seperti yang kita tahu hukum di indonesia di letakkan pada tingkatan yang peling tinggi, tetapi
dalam pelaksanaannya Penegakan hukum di Indonesia masih belum berjalan secara tepat sesuai
dengan apa yang ingin diwujudkan didalam pancasili sila ke-lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Ini di buktikan dengan masih belum jelasnya penyelesain kasus-kasus yang
merugikan masyarakat Indonesia seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Seperti penyelesaian
kasus korupsi Bank Century dan kasus pajak. Penegakan hukum yang dilaksanakan oleh aparat
penegak hukum dirasa belum sesuai dengan apa yang telah diatur oleh Undang-undang.

Juga masih banyak lagi kasus-kasus yamg lainnya, sehingga banyak orang-orang indonesia
yang beranggapan hukum di Indonesia itu yang menang yang mempunyai kekuasaan, yang
mempunyai uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. Orang
biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke
penjara. Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang milyaran milik negara
dapat berkeliaran dengan bebasnya. Banyak yang menilai bahwa perkembangan penegakan hukum
di Indonesia masih jauh dari harapan. Sejak Indonesia merdeka sampai pemerintahan Gus Dur pasti
terdapat kekurangan- kekurangan dalam mewujudkan negara hukum di Indonesia.

Dengan adanya fakta- fakta tersebut kita sebagai masyarakat yang peduli keadilan diajak untuk lebih
mengkritisi kasus-kasus pelanggaran kejahatan-kejahatan kemanusiaan dan aturan hukum yang
menanganinya. Masalah pencabutan perundang- undangan yang tak demokratik dibahas mengenai
Pengamandemenan UUD 45 pasal 6 ayat (1) yang memang perlu dilakukan. Karena pasal tersebut
tidak mencerminkan penegakan hukum secara demokratik Dan itu terbukti menjadi solusi karena
dalam UUD 45 pasal 6 ayat (1) Amandemen keempat telah berubah bunyinya menjadi Capres dan
cawapres harus warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaran lain karena kehendaknya sendiri. Masalah impunity dalam kaitannya dengan
amandemen kedua UUD 45 Pasal 28I ayat (1) memang belum jelas apakah pasal tersebut berlaku
sama terhadap tindak kejahatan- kejahatan kemanusiaan

Penegakan supremasi hukum memiliki keterkaitan erat dengan pelapisan sosial di masyarakat.
Lawrence M. Friedman melihat bahwa adanya pelapisan sosial dalam masysrakat memberi pengaruh
pada terbentuknya watak hukum yang diskriminatif, baik pada peraturan-peraturan itu sendiri,
maupun melalui praktek penegaknya.

Lawrence M. Friedman juga mengatakan adanya hambatan dalam mewujudkan supremasi hukum
yaitu dari sistem hukum, menurutnya bahwa sistem hukum dalam arti luas terdiri dari tiga
komponen yaitu komponen substansi hukum (legal substance), komponen struktur hukum (legal
structure), dan komponen budaya hukum (legal culture). Substansi hukum (legal substance) adalah
aturan-aturan dan norma-norma aktual yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga, kenyataan,
bentuk perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem. Struktur hukum (legal structure)
merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatu sistem dengan wujud utamanya adalah
lembaga-lembaga pembentuk dan penegak hukum berikut sumber daya manusianya. Budaya hukum
(legal culture) merupaan gagasan-gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan dan
pendapat tentang hukum. Dalam perkembangannya Friedman menambahkan pula komponen yang
keempat, yang disebutnya komponen dampak hukum (legal impact) yaitu dampak dari suatu
keputusan hakim. Komponen dampak ini terutama berkaitan dengan kondisi-kondisi yang ingin
diwujudkan atau dicapai melalui pembentukan dan pemberlakuan suatu produk hukum, terkait
dengan fungsionalisasi hukum sebagai sarana rekayasa sosial sebagaimana yang dikemukakan oleh
Rescue Pound.

Sealin itu Ada juga lima faktor yag memberikan kontribusi pengaruh pada proses penegakan hokum
menurut Soerjono Soekanto :

faktor hukum atau peraturan perundang-undangan,

faktor aparat penegak hukumnya,

faktor sarana dan fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum,

faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan,
berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi dalam perilaku masyarakat,

faktor kebudayaan, yani hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.

Sementara itu menurut Satjipto Rahardjo, membedakan tiga unsur utama yang terlibat dalam proses
penegakan hukum :

unsur pembuat undang-undang,

unsur aparat penegak hukum,

unsur lingkungan yang meliputi pribadi warga negara dan sosial.

Persoalan penegakan hukum di Indonesia merupakan sebuah persoalan yang sudah bersifat
struktural. Untuk itu, upaya penegakan hukum harus dapat dilakukan dengan format yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, yaitu melalui produk-produk hukum yang dibuat oleh
pemerintah. Produk-produk hukum yang dibuat oleh pemerintah diharapkan dapat menjamin
tercapainya penegakan hukum secara menyeluruh dan nyata dalam tatanan masyarakat Indonesia.
Produk-produk hukum yang di buat oleh pemerintah tersebut tidak akan berarti apa-apa, apabila
tdak mampu menjalankan hukum dan tidak dapat diimpelementasikan. (Bambang, 1992:77).

2.5 Hubungan Antara Supremasi Hukum, HAM dan Demokrasi

Supremasi hukum telah mati seiring dengan berjalannya sistem demokrasi di Indonesia. Hal yang
paling mendasari adalah besarnya pergesekan kekuatan kepentingan kekuasaan dari beberapa titik
pemegang kekuasaan negara. Dalam pelaksanaan demokrasi sangat diperlukan adanya supremasi
hukum yaitu menjunjung tinggi peraturanperaturan yang berlaku untuk mengembangkan budaya
hukum di semua lapisan masyarakat demi terciptanya kesadaran hukum dan kepatuhan hukum.
Selain dari pada itu juga diperlukan sistem pemerintahan yang demokrasi yaitu sistem pemerintahan
yang mengutamakan kepentingan rakyat yaitu adanya asas dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Terakhir adalah HAM (Hak Asasi Manusia), hal ini sangat penting terhadap pelaksanaan
supremasi hukum karena berkaitan dengan hak dasar manusia sebagai mahluk Tuhan. Demikianlah
halhal yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan supremasi hukum di Indonesia karena sangat
sesuai dan patut pula diperhatikan dalam skala nasional yang bertitik tolak dari UUD 1945 baik
Pembukaan, pasal-pasal beserta penjelasannya.

Hubungan antara negara hukum dan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara demokrasi pada
dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum tentu negara demokrasi. Negara
hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan
maupun suatu sistem politik berjalan di atas dan tunduk pada koridor hukum yang disepakati
bersama sebagai aturan main demokrasi. Adapun demokrasi sebagai sikap hidup ditunjukkan
dengan adanya perilaku yang taat pada aturan main yang telah disepakati bersama pula. Aturan
main itu umumnya dituangkan dalam bentuk norma hukum. Dengan demikian di negara demokrasi,
hukum menjadi sangat dibutuhkan sebagi aturan dan prosedur demokrasi. Tanpa aturan hukum,
kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan liar tidak terkendali. Jadi, negara demokrasi
sangat membutuhkan hukum. (Winarno, 2007: 128)

Hubungan antara demokrasi dan hukum sangat erat, dapat dikatakan bahwa kualitas demokrasi
suatu negara akan menentukan kualitas hukumnya. Artinya negara-negara yang demokratis akan
melahirkan pula hukum-hukum yang berwatak demokratis, sedangkan di negara-negara yang
otoriter aatau non demokratis akan lahir hukum-hukum yang non demokratis. (Moh.Mahfud, 1999:
53)

Dewasa ini kehidupan ekonomi jauh lebih baik daripada periode-periode sebelumnya berkat
pemerintahan yang kuat dan otoritarian sesuai dengan pilihan yang telah dilakukan secara sadar
sebagai pecinta hukum. Lahirnya hukum-hukum yang berkarakter responsif tanpa mengorbankan
persatuan dan kesatuan serta kebutuhan ekonomi dapat lahir di dalam konfigurasi politik yang
demokratis untuk melahirkan hukum-hukum yang renponsif itu, diperlihatkan demokratisasi di
dalam kehidupan politik. Alasan-alasan untuk melakukan demokratisasi ini sudah cukup jika
kesadaran politik masyarakat membaik, Pancasila diterima sebagai satu-satunya asas oleh orpol dan
ormas, dan kehidupan ekonomi masyarakat dan pertumbuhannya sudah memadai. Dengan modal
itu, proses demokratisasi tidak akan mengancam stabilitas apalagi persatuan kesatuan bangsa.
(Moh.Mahfud, 1999:84)

Peranan supremasi hukum, demokrasi, dan HAM terhadap pelaksanaan pemerintahan sangat
penting karena supremasi hukum harus ada, sebab negara Indonesia adalah negara hukum atau
negara yang sangat menjunjung tinggi hukum ini dapat terlihat juga dari sistem demokrasi yang
dianut negara kita yaitu Republik Konstitusi, maka pemerintahan juga harus menjunjung tinggi
hukum dalam menggunakan wewenangnya. Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan
aspirasi rakyat dalam membuat keputusan bagi rakyatnya karena bagaimanapun juga negara kita
adalah negara yang kedaulatannya berada di tangan rakyat, jadi keinginan rakyat tidak bisa
dikesampingkan begitu saja oleh pemerintah. Oleh karena itu, badan eksekutif dan badan legislatif
dalam melaksanakan tugasnya tidak bisa bertindak sewenangwenang terhadap rakyat yang bisa
melanggar atau membatasi HAM dari pada itu rakyat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai