Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH:

HUBUNGAN POLITIK DENGAN HUKUM

DISUSUN OLEH :
MURIYANTO
NIM.19440027

MATA KULIAH : POLITIK HUKUM


DOSEN : Dr. CONIE PANIA PUTRI, SH,MH

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS KADER BANGSA
PALEMBANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai kerangka dasar pemikiran, sebaiknya terlebih dahulu perlu di

kemukakan batasan rumusan politik. Pembahasan ini juga sangat penting

guna memperkuat khasanah pemahaman dan pemikiran menyangkut batasan

pengertian politik sehingga dapat memberikan masukan dalam mencermati

terminologi politik dalam konteks yang tidak semata bersifat kotor, licik, tipu

daya dan kebohongan.

Dalam kehidupan ini kita tidak bisa dilepaskan dengan keterikatan

hukum dan politik. Bahkan dalam sistem pemerintahan hal tersebut telah

menjadi dasar. Dapat dikatakan bahwa struktur hukum dapat berkembang

dalam segala konfigurasi politik. Kerapkali hukum itu tidak ditegakkan

seperti sebagaimana mestinya karena adanya intervensi politik. 1

Sistem politik yang demikian ternyata menyebabkan lahirnya hukum-

hukum yang memiliki karakter tersendiri. Sistem hukum tercermin dari

politik yang berkembang. Tentu saja hukum tidak bisa dipisahkan dengan

politik. Bahwa pada kenyataannya keadaan politik tertentu dapat

mempengaruhi suatu produk hukum. Pengaruh politik terhadap hukum dapat

1
Abdul Latif dan Hasbi Ali, Politik Hukum, cetakan kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) h.81-
82.

2
berlaku terhadap penegakkan hukumnya dan karakteristik produk-produk

serta proses pembuatannya. 2

Idealnya hukum dibuat dengan mempertimbangkan adanya

kepentingan untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan tersebut. Dengan ciri-ciri

mengandung perintah dan larangan, menuntut kepatuhan dan adanya sangsi,

maka hukum yang berjalan akan menciptakan ketertiban dan keadilan di

masyarakat. Disini kita akan membahas mengenai hubungan antara hukum

dan politik di Indonesia. Sejauh mana hubungan antara hukum dan politik

tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan Hukum dan Politik secara umum ?

2. Bagaimana Pengaruh Politik Dalam Pembentukan Hukum Nasional?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan Hukum dan Politik secara umum ?

2. Untuk mengetahui Pengaruh Politik Dalam Pembentukan Hukum

Nasional?

2
Moh. Mahfud M.D., Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2010. hlm.5

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Hukum Dan Politik Secara Umum

Hubungan antara hukum dan politik tergantung pada persepsi tentang

apa yang kita maksudkan sebagai hukum dan apa yang kita maksudkan

dengan politik. Jika kita berpandangan non-dogmatik dan memandang hukum

bukan sekedar peraturan yang dibuat oleh kekuasaan politik maka tentu saja

persoalan lebih lanjut tentang hubungan kekuasaan hukum dan kekuasaan

politik masih bisa berkepanjangan. Namun jika kita menganut pandangan

positif yang memandang hukum semata-mata hanya produk kekuasaan politik

maka rasa tak relevan lagi pertanyaan tentang hubungan antara kekuasaan

hukum dan kekuasaan politik karena pada akhirnya mereka mengidentikkan

antara hukum dan politik tersebut.

Pada prinsipnya hubungan hukum dan politik telah di atur dalam

sistem pemerintahan negara sebagaimana yang telah dicantumkan dalam

penjelasan UUD 1945 diantaranya menyatakan prinsip Indonesia adalah

negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan pemerintah berdasar

atas sistem konstitusi (hukum dasar) elemen pokok negara hukum adalah

pengakuan dan perlindungan terhadap fundamental rights (tiada negara

hukum tanpa pengakuan dan perlindungan terhadap fundamental rights).

Menurut Moh. Mahfud MD, menyatakan bahwa jika kita berasumsi

bahwa hukum merupakan produk politik, maka dalam menjawab hubungan

antara hukum dan politik, dapat dikatakan bahwa hukum dipandang

4
sebagai dependent variable (variabel terpengaruh), sedangkan politik

diletakan sebagai independent variable (variabel berpengaruh). Peletakan

hukum sebagai variabel yang tergantung atas politik atau politik yang

determinan atas hukum itu mudah dipahami dengan melihat realitas, bahwa

kenyataannya hukum dalam artian sebagai peraturan yang abstrak (pasal-

pasal yang imperatif) merupakan kristalisasi dari kehendak-kehendak politik

yang saling berinteraksi dan bersaingan. Sidang parlemen bersama

pemerintah untuk membuat undang-undang sebagai produk hukum pada

hakikatnya merupakan adegan konstestasi agar kepentingan aspirasi semua

kekuatan politik dapat terakomodasi di dalam keputusan politik dan menjadi

undang-undang.3

Demikian pula hukum harus dapat membatasi kekuasaan politik agar

tidak timbul penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-wenangan,

sebaliknya kekuasaan politik menunjang terwujudnya fungsi hukum dengan

menyuntikan kekuasaan pada hukum yaitu dalam wujud sanksi hukum.

Legitimasi hukum melalui kekuasaan politik salah satunya terwujud dalam

pemberian sanksi bagi pelanggar hukum. Hukum ditegakkan oleh kekuasaan

politik melalui alat-alat negara yang telah diberi kewenangan seperti polisi,

penuntut umum dan pengadilan. Setelah hukum memperoleh kekuasaan dari

kekuasaan-politik hukum juga menyalurkan kekuasaan itu pada

masyarakatnya. Dalam hal ini, tentu saja sanksi hukum dapat pula

mengganjar aparat kekuasaan politik yang melanggar hukum.

3
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta, Rajawali Pers, 2009), hlm 10.

5
B. Pengaruh Politik Dalam Pembentukan Hukum Nasional

Dalam paradigma baru, hukum tidak lagi dilihat sebagai entitas yang

berdiri sendiri, melainkan harus mampu berinteraksi dengan entitas lain

dengan tujuan pokok untuk mengadopsi kepentingan-kepentingan yang ada di

dalam masyarakat. Untuk itu, tidaklah heran jika hukum bisa berinteraksi

dengan politik. Hukum yang demikian ini akan lebih mampu memahami atau

menginterpretasi ketidaktaatan dan ketidakteraturan yang terjadi di

masyarakat. Dengan demikian, didalam hukum yang responsif terbuka lebar

ruang dialog untuk memberikan wacana dan adanya pluralistik gagasan

sebagai sebuah realitas.

Moh. Mahfud dalam disertasinya yang berjudul ”Perkembangan

Politik Studi tentang Pengaruh Politik terhadap Produk Hukum di Indonesia,

menunjukkan bahwa ada pengaruh cukup signifikan antara konfigurasi politik

terhadap produk hukum di Indonesia. Karena itu, kata Mahfud, kebanyakan

produk hukum sudah terkooptasi kekuasaan. 4

Pengaruh politik dalam pembentukan hukum tampak jelas dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan. Tiap tahapan pembentukan

peraturan perundang-undangan tidak dapat terelakkan dari pengaruh politik,

yang akhirnya berdampak pada substansi peraturan perundang-undangan

yang dibentuk oleh pemerintah. Menurut Pasal 1 Angka 1 UU No.12 Tahun

2011, pembentukan peraturan perundang-undangan adalah Pembuatan

4
Moh. Mahfud MD. Perkembangan Politik: Studi tentang Pengaruh Konfigurasi Politik
terhadap Produk Hukum di Indonesia” (Disertasi Doktor), (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
1993), hlm. 26

6
peraturan perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan,

penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan dan pengundangan.

Peraturan Perundang-undangan merupakan bagian dari hukum dan

memiliki nilai yang urgen bagi perkembangan sistem hukum Indonesia

kedepannya. Adapun yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan

adalah Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara

umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan.

Menurut Daniel S. Lev, yang paling menentukan dalam proses hukum

adalah konsepsi dan struktur kekuasaan politik. Yaitu bahwa hukum sedikit

banyak selalu merupakan alat politik, dan bahwa tempat hukum dalam

negara, tergantung pada keseimbangan politik, defenisi kekuasaan, evolusi

idiologi politik, ekonomi dan sosial, dan seterusnya. 5

Walaupun kemudian proses hukum yang dimaksud tersebut di atas

tidak diidentikan dengan maksud pembentukan hukum, namun dalam

prateknya seringkali proses dan dinamika pembentukan hukum mengalami

hal yang sama, yakni konsepsi dan struktur kekuasaan politiklah yang berlaku

di tengah masyarakat yang sangat menentukan terbentuknya suatu produk

hukum. Dengan demikian, maka adanya suatu ruang yang absah bagi

masuknya suatu proses politik melalui wadah institusi politik untuk

terbentuknya suatu produk hukum.

5
Daniel S. Lev. Hukum Dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan, (Jakarta:
LP3S, 1990), hlm. 11

7
Miriam Budiarjo berpendapat bahwa kekuasaan politik diartikan

sebagai kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah)

baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya, sesuai dengan pemegang

kekuasaan. 6 Dalam proses pembentukan peraturan hukum oleh institusi

politik peranan kekuatan politik yang duduk dalam institusi politik itu adalah

sangat menentukan. Institusi politik secara resmi diberikan otoritas untuk

membentuk hukum hanyalah sebuah institusi yang vacum tanpa diisi oleh

mereka diberikan kewenangan untuk itu. karena itu institusi politik hanya alat

belaka dari kelompok pemegang kekuasaan politik.

Menurut Bagir Manan, ada 3 (tiga) landasan dalam menyusun

peraturan perundang-undangan, yaitu: landasan yuridis, landasan sosiologis

dan landasan sosiologis. 7

Di luar kekuatan-kekuatan politik yang duduk dalam institusi-instusi

politik, terdapat kekuatan-kekuatan lainnya yang memberikan kontribusi dan

mempengaruhi produk hukum yang dilahirkan oleh institusi-institusi politik.

Kekuatan tersebut berbagai kelompok kepentingan yang dijamin dan diakui

keberadaan dan perannya menurut ketentuan hukum sebagai negara yang

menganut sistem demokrasi, seperti kalangan pengusaha, tokoh ilmuan,

kelompok organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, tokoh agama,

lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain. Bahkan UU. R.I. No. 10 tahun

2004 tentang Pembentukan Peraturan Per-Undang-Undangan, dalam Bab. X

menegaskan adanya partisipasi masyarakat yaitu yang diatur dalam Pasal 53:
6
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2005), hlm. 182
7
Bagir Manan. Dasar-Dasar Perundang-undangan di Indonesia. (Jakarta: Kencana, 1990), hlm. 14

8
“Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam

rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Undang Undang dan

Rancangan Peraturan Daerah.”

Kenyataan di atas menunjukan bahwa pengaruh masyarakat dalam

mempengaruhi pembentukan hukum, mendapat tempat dan apresiasi yang

begitu luas. Apalagi sejak tuntutan masyarakat dalam mendesakkan reformasi

disegala bidang berhasil dimenangkan, dengan ditandai jatuhnya orde baru di

bawah kepemimpinan Suharto yang otoriter, maka era reformasi telah

membawa perubahan besar di segala bidang ditandai dengan lahirnya

sejumlah undang-undang yang memberi apresiasi yang begitu besar dan luas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan politik, hukum membentuk suatu

peraturan yang berguna bagi masyarakat untuk mengatur kehidupan.

Tetapi hukum di buat oleh lembaga politik yaitu legislatif. Hal ini

membuat hasil yang dibuat oleh DPR adalah produk politik bukan produk

hukum.

2. Relasi hukum dan politik dapat dibagi menjadi tiga model hubungan.

Pertama sebagai das sollen, hukum determinan atas politik kerena setiap

agenda politik harus tunduk pada aturan-aturan hukum. Kedua,

sebagai das sein, politik determinan atas hukum karena dalam faktanya

hukum merupakan produk politik sehingga hukum yang ada di depan kita

tak lebih dari kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling

bersaing. Ketiga, politik dan hukum berhubungan secara interdeterminan

karena politik tanpa hukum akan zalim sedangkan hukum tanpa

pengawalan akan lumpuh.

B. Saran

Negara sebagai lembaga yang akan mewujudkan harapan masyarakat

kepada kehidupan yang tertib, adil dan sejahtera. Melalui pemerintahnya

harus mampu menyelenggarakan roda kenegaraan berdasarkan hukum

sebagai aturan main dalam mengeluarkan berbagai kebijakan. Dalam usaha

untuk mewujudkan tujuan bersama tersebut, maka pemerintah dalam suatu

10
negara senantiasa menciptakan stabilitas politik, sehingga keputusan-

keputusan hukum dapat dilaksanakan secara konsisten dalam upaya menuju

kepada kepastian hukum, demi ketertiban dan kesejahteraan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Affan Ghafar, Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta :


Pustaka Pelajar, 2006.
Bagir Manan. Dasar-Dasar Perundang-undangan di Indonesia. Jakarta: Kencana,
1990.
Daniel Dhakidae, Sosiologi Politik, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Daniel S. Lev. Hukum Dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan,
Jakarta: LP3S, 1990.
Denny J.A, Demokrasi Indonesia : Visi dan Praktek, Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 2006

12

Anda mungkin juga menyukai