Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
2019
A. SEJARAH POLITIK HUKUM DALAM ILMU HUKUM
politik hukum, Cicero mengemukakan bahwa: Ubi societas ibi ius, (dimana ada
masyarakat disana ada hukum). Bahwa hukum adalah sarana yang dibuat oleh
hukum adalah bermula dari masyarakat dan berakhir pada masyarakat yang
Pandangan Cicero tersebut menunjukkan bahwa hukum tidak mungkin ada tanpa
masyarakat. Sebab hukum itu ada karena adanya interaksi manusia yang satu
terbentuk dari nilai-nilai dan kaidah serta norma yang terjadi dalam interaksi antar
sebagai sarana pengatur lalu lintas kehidupan setiap manusia dalam suatu
masyarakat sehingga tercipta suatu ketertiban dan kepastian hukum serta keadilan
Berbicara tentang relasi antara hukum dan politik adalah berbicara bagaimana
hukum bekerja dalam sebuah situasi politik tertentu. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai yang berkembang dan nilai-nilai
yang dimaksud adalah keadilan. Dengan demikian idealnya hukum dibuat dengan
dan adanya sanksi, maka hukum yang berjalan akan menciptakan ketertiban dan
keadilan di masyarakat.
Pembentukan hukum dalam suatu sistem hukum sangat ditentukan oleh konsep
hukum yang dianut oleh suatu masyarakat hukum, juga oleh kualitas pembentuknya.
Proses ini berbeda pada setiap kelas masyarakat. Dalam masyarakat sederhana,
masyarakat itu
Studi tentang politik hukum mau masuk sebagai bagian studi dalam kurikulum
Fakultas Hukum menjelang pertengahan tahun 1990-an. Sebelum itu studi politik
hukum pada Fakultas Hukum di Indonesia dianggap bidang asing yang tak perlu
dipelajari. Pada masa panjang itu hukum di Fakultas Hukum yang dipahami sebagai
norma-norma atau kaidah yang berisi kewajiban dan larangan yang pelanggarannya
dapat dijatuhi sanksi berdasar otoritas negara. Tetapi siapa dan bagaimana memilih
norma-norma tersebut untuk dijadikan hukum oleh negara tidak mendapat perhatian
bahkan frustasi ketika dirinya tak dapat paham mengapa hukum yang bersifat ius
Munculnya jalan persimpangan antara ius constituendum dan ius constitutum itu
dapat dijelaskan oleh studi tentang politik hukum. Politik hukum itu sendiri secara
sederhana dapat diartikan sebagai kebijakan negara tentang hukum yang akan
diberlakukan atau tidak akan diberlakukan di dalam negara yang bentuknya dapat
hukum lama untuk disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dari sudut materi
Politik hukum adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai
tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih
baik dan untuk memberi pedoman, tidak hanya kepada pembuat undang-undang,
tetapi juga kepada pebngadilan yang menetapkan undang-undnag dan juga kepada
perspektif akademis tidak hanya berbicara sebatas pengertian di atas an sich tetapi
mengkritisi juga produk-produk hukum ynag telah dibentuk. Dengan demikian, politik
hukum menganut prinsip doble movement, yaitu selain sebagai kerangka pikir
proses dalam menghasilkan sebuah legal policy yang sesuai dengan kebutuhan dan
rasa kedailan masyarakat. Dalam hal ini kita dapat melihat dan memberikan contoh
berupa Peraturan daerah yang dibuat oleh penyelenggara daerah yakni gubernur
dalam alat perlengkapan daerah lainnya. Peraturan daerah ini dapat dicontohkan
oleh Daerah Istemewa Aceh yang mendapat ototnomi daerah berupa peraturan
yang megacu pada hukum Islam yakni rohaniah dari masyarakat. Akan tetapi
Peraturan Daerah tersebut harus mengacu pada politik hukum di Indonesia yakni
hukum sarat dengan warna politik atau lebih tepatnya, bahwa hukum harus
dipandang sebagai hasil dari suatu proses politik. Ditambah lagi, subsistem politik
memiliki konsentrasi energi yang lebih besar daripada subsistem hukum. Hal ini
subsistem hukum, karena hukum merupakan hasil atau kristalisasi dari kehendak-
kehendak politik yang saling berinteraksi dan saling bersaingan. Dari asumsi dasa ini
lah hendak mengatakan bahwa hukum tidak boleh diterima begitu saja secara apa
kemudian sangat determinan dalam mempengaruhi bentuk dan isi suatu produk
hukum tertentu.
Bila setelah dievaluasi ternyata politik hukum dan impementasinya dalam peraturan
harus diperbaharui sesuai dengan rumusan yang baru. Ini dimaksudkan agar hukum
SUMBER :