Anda di halaman 1dari 8

ABORSI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAM

LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Kewarganegaraan
Yang dibina oleh DR. Sri Untari, M.Si

oleh :
Agus Ahmad Rizqi

(140311601706)

Alifiana Mareta

(140311600346)

Anik Safitri

(140311603132)

Apremada Satia Luwita Putri (140311604571)


Arief Nugroho

(140311602668)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
Februari 2015

PENDAHULUAN
Aborsi atau gugur kandungan, (Bahasa Latin : abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Akhir-akhir ini,
praktik aborsi semakin marak terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia 2004 tentang aborsi atau pengguguran kandungan, tingkat aborsi di
Indonesia sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus per tahun, 30% dari kasus aborsi tersebut dilakukan
oleh mereka di usia 15-24 tahun.
Berdasarkan PP Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, aborsi hanya
dapat dilakukan berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan.
Dalam Pasal 31 (2) PP No.61/2014 dijelaskan bahwa tindakan aborsi hanya dapat dilakukan
apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama
haid terakhir.
Diberlakukannya Peraturan Pemerintah tersebut sedikit banyak mengundang pro dan
kontra dari kalangan masyarakat. Masyarakat yang memihak atau menyetujuinya,
mendasarkan pendapat mereka pada hak. Mereka menilai bahwa setiap orang mempunyai hak
untuk mendapatkan jaminan perlindungan hukum, termasuk jika menginginkan aborsi.
Sedangkan bagi masyarakat yang tidak menyetujuinya, mendasarkan pendapat mereka pada
kenyataan bahwa dengan dilakukannya aborsi berarti telah menghilangkan kesempatan bagi
janin untuk hidup dan terus berkembang menjadi manusia. Hal ini jelas berlawanan dengan
salah satu hak manusia, yaitu hak untuk hidup.
Adanya pro dan kontra tersebut tidak lain disebabkan adanya pemahaman yang
berbeda mengenai konsep hak asasi manusia. Hak asasi manusia yang biasa didefinisikan
sebagai hak-hak yang telah dipunyai orang sejak mereka dalam kandungan jika diaplikasikan
dalam kasus aborsi akan menuang banyak pro dan kontra akibat tinjauan dari perspektif yang
berbeda. Di satu sisi, legalisasi aborsi dinilai sebagai perbuatan yang melanggar hak hidup

janin, namun, di sisi lain merupakan hak ibu yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun,
termasuk oleh janin yang ada dalam kandungannya.
Berdasarkan hal di atas, terdapat beberapa permasalahan yang kami bahas untuk
selanjutnya dilaporkan dalam laporan ini. Adapun permasalahan-permasalahan tersebut
adalah: (1) pengertian aborsi, (2) pengertian hak asasi manusia, dan (3) tinjauan kasus aborsi
dari perspektif hak asasi manusia.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan penulisan laporan ini kami berharap akan
mengetahui lebih lanjut tentang aborsi dalam perspektif hak asasi manusia sehingga kami
dapat menyikapi adanya kasus aborsi ke depannya dengan lebih bijak. Selain itu, penulisan
laporan ini juga dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat tentang kasus
aborsi jika ditinjau dari perspektif hak asasi manusia.

PEMBAHASAN
2.1

Pengertian Aborsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) aborsi adalah suatu tindakan yang

disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada tanda-tanda
kehidupan dalam rahim. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal
dengan istilah abortus. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran
hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. Aborsi Spontan / Alamiah
2. Aborsi Buatan / Sengaja
3. Aborsi Terapeutik / Medis
Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit
darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang
belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasanalasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)
Di Amerika, alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:
1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau
tanggung jawab lain (75%)
2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak
tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan
geliatan anak dalam kandungannya.
Alasan-alasan seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba
meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada didalam kandungannya adalah boleh
dan benar . Semua alasan-alasan ini tidak berdasar.
Sebaliknya, alasan-alasan ini hanya menunjukkan ketidakpedulian seorang wanita,
yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest
(1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest
(hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena
janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius.
Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk
kepentingan diri sendiri termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu
atau gengsi.
2.2

Pengertian Hak Asasi Manusia


Pengertian HAM yang tertuang dalam pasal 1 butir 1 UU No. 39 Tahun 1999 yang

berbunyi "Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia". Menurut pendapat Jan
Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations

sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia.

Aborsi Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia


Masalah aborsi sangat kompleks dalam kehidupan manusia. Kasus aborsi akan
menyangkut norma agama, moral, kesusilaan dan hukum sekaligus. Hal ini disebabkan aborsi
menyangkut dua hal, hak ibu dan hak janin. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
mengkualifikasikan perbuatan aborsi tanpa alasan medis (provokatus kriminalis) sebagai
kejahatan terhadap nyawa. Agar dapat membahas secara detail dan cermat mengenai aborsi
provokatus kriminalis, perlu diketahui bagaimana konstruksi hukum yang berakitan dengan
tindakan aborsi sebagai kejahatan yang ditentukan dalam KUHP. Pasal 346 : Seorang wanita
yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 347 : (1) Barang siapa
dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika
perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun . (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat
membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang

ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Berdasarkan keempat pasal tersebut diatas maka berarti bahwa apapun alasannya diluar
alasan medis perempuan tidak boleh melakukan tindakan aborsi. Dengan kata lain paradigms
yang digunakan adalah paradigma yang mengedepankan hak anak (pro life). Oleh karena itu
dalam KUHP tindakan aborsi dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap nyawa. Adapun
yang dapat dikenai sanksi pidana berkaitan dengan perbuatan aborsi adalah perempuan yang
menggugurkan kandungannya itu sendiri dan juga mereka yang terlibat dalam proses
terjadinya aborsi seperti dokter, bidan atau juru obat. Persoalannya adalah bagaimana
ketentuan-ketentuan tersebut dapat ditegakkan dengan baik sehingga dapat menjerakan dan
meminimalisasikan para peliku kejahatan aborsi tersebut. Karena pada kenyataannya, di
Indonesia masih banyak kasus aborsi yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Mereka yang melakukan tindak aborsi berkeyakinan bahwa ketika kandungan baru berumur
tiga atau empat minggu belum terdapat kehidupan pada enbrio. Jadi, menggugurkan
kandunggan ketika usia kandungan masih muda itu tidak melanggar HAM, karena mereka
tidak membunuh. Padahal, kalau kita lihat masalah ini dari sudut pandang medis, pada saat
umur kandungan 3 minggu, zigot hasil pembuahan sudah mulai menempel pada endometrium
(dinding uterus). Kemudian minggu-minggu selanjutnya sudah terjadi proses pembentukan
organ-organ dan struktur anatomi lainnya.
Di Indonesia, aborsi dilarang karena dianggap melanggar hak asasi manusia, yaitu hak untuk
hidup. Tindakan aborsi ini dianggap sama dengan pembunuhan. Mengapa? Dalam ilmu
biologi, disebutkan bahwa embrio terbentuk karena ada pertemuan sel sperma dan sel telur.
Sel sperma yang melebur dengan sel telur akan membentuk zigot. Sel zigot kemudian
membelah menjadi morula, morula menjadi blastula, dan kemudian menjadi gastrula.
Gastrula ini yang kemudian berkembang menjadi embrio. Lalu, kehidupan janin itu mulai

dari mana? Sebenarnya, sel sperma dan sel telur itu sendiri merupakan sel hidup, sehingga
mulai dari awal pembuahan pun, sudah dapat dikatakan ada kehidupan.
Hak-hak yang diatur dalam UU no 39 tahun 1999 adalah hak untuk hidup, hak berkeluarga
dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh
keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut
serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak. Hak untuk hidup pasal 14
mencantumkan larangan pembunuhan. Aborsi adalah pembunuhan, itu artinya aborsi
dilarang. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada
pelaku dan orang yang membantu melakukannya dikenai hukuman.

KESIMPULAN
Aborsi atau gugur kandungan adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan
20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Aborsi diklasifikasikan menjadi 5 jenis,
yaitu abortus spontanea, abortus provokatus, abortus habitualis, missed abortion, dan abortus
septik. Secara hukum, praktik aborsi di Indonesia dilegalkan apabila terdapat indikasi
kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan melalui PP No. 61 Tahun 2014. Namun,
jika ditinjau dari perspektif HAM, praktik aborsi mengundang banyak pro dan kontra. ()
DAFTAR RUJUKAN
reformata.com/news/view/2540/aborsi-di-indonesia-meningkat-tajam
https://jurnalalahkamstainpalopo.wordpress.com/2014/09/28/legalisasi-aborsi-korbanperkosaan-perspektif-hukum-indonesia-ham-dan-hukum-islam/
jdih.lemsaneg.go.id/berita/245-berita-13-2014.html
http://www.aborsi.org/definisi.htm

Anda mungkin juga menyukai