Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

DAMPAK COVID-19 TERHADAP KEUANGAN NEGARA

(Berdasarkan Perpu Nomor 1 Tahun 2020 Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019( COVID-19)

Oleh

Steffi Zafia Furqan

1710111065

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
1. Latar Belakang

Pemerintah secara bertahap telah melaksanakan perubahan yang mendasar mengenai

pengelolaan keuangan negara; hal ini ditandai dengan disahkannya tiga undang-undang di bidang

keuangan negara (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara).

Dan pada Pasal 18A ayat (2) UUD RI 1945 mengamanatkan agar hubungan keuangan,

pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara

Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan

UU.

Dengan demikian, UUD 1945 menjadi landasan filosofis dan landasan konstitusional

pembentukan UU tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah yang menjadi acuan bagi pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan program

keuangan agar bisa dilaksanakan tepat sasaran yakni menyentuh kebutuhan rakyat.

Saat ini Indonesia dalam kondisi tanggap darurat bencana non-alam, ini menandakan situasi

yang lebih serius dibandingkan Keadaan Luar Biasa (KLB). 1 Menurut UU No. 24 tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana, Bencana Non-Alam merupakan bencana yang diakibatkan

oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 2

1
https://news.detik.com/kolom/d-4942648/mengulik-anggaran-penanganan-wabah-corona, diakses pada tanggal 10
April 2020 pukul 20.00 WIB.
2
Ibid

1
Dengan kondisi Indonesia saat ini seharusnya Pemerintah telah membuat sejumlah kebijakan

untuk merespons persoalan ini. Di antaranya adalah dengan mengkarantina Warga Negara

Indonesia yang dinyatakan positif setelah kembali dari luar negeri, memperketat pemeriksaan di

bandara maupun pelabuhan internasional, hingga memastikan gratis biaya pemeriksaan pasien

yang positif terinfeksi Covid-19. Seluruh pelaksanaan kebijakan ini tentu memerlukan dukungan

anggaran yang cukup.

Pandemi COVID-19 yang membutuhkan kebijakan extraordinary dari Pemerintah tentu

berdampak pada postur APBN 2020.3 Kecemasan investor atas COVID-19 turut mempengaruhi

terjadinya capital outflow di Indonesia. APBN 2020 juga akan menghadapi tekanan dari sisi

penerimaan pajak, PNBP, bea cukai baik karena kondisi pelaku ekonomi dan penurunan harga

komoditas. Ini berimbas pada penerimaan negara yang turun 10%. Namun, di saat bersamaan,

belanja negara harus naik untuk kesehatan, bansos dan membantu pelaku usaha agar tidak

melakukan PHK besar-besaran. Hal ini menyebabkan defisit melebar hingga 5%.

Oleh karena itu, pemerintah memikirkan strategi pembiayaan yang paling aman dengan biaya

paling kecil. Pertama pembiayaan dari Saldo Anggaran Lebih (SAL). Kedua, dari dana abadi

pemerintah dan dana dari Badan Layanan Umum (BLU).

Kemudian, pemerintah juga merencanakan pembiayaan dari market (pasar) dengan

penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) baik Surat Utang Negara (SUN) maupun Sukuk

termasuk Surat Berharga Ritel (SBR) baik di pasar domestik maupun pasar global (valas).

Sumber ketiga, pemerintah juga dapat melakukan private placement dari BUMN atau

lembaga seperti LPS, Badan Dana Haji, Taspen, BPJS Tenaga Kerja atau lembaga-lembaga yang

3
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/strategi-pembiayaan-covid-19-tahun-2020/, diakses pada tanggal 10
April 2020, pukul 20.30 WIB.

2
memiliki uang masyarakat yang ingin menempatkan investasi ke tempat aman dan

reliable.Sumber keempat dari sumber bilateral dan multilateral seperti Bank Dunia, ADB, AFD,

KfW, JICA, EDCF, dan AIIB dan lembaga donor lainnya. 4

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Pengalihan Anggaran Negara oleh Pemerintah untuk pandemic covid 19

berdasarkan perpu no 1 tahun 2020?

b. Apa saja yang menjadi kendala dalam pengalihan anggaran negara oleh pemerintah

pusat dan daerah untuk pandemic covid 19 berdasarkan perpu no 1 tahun 2020?

3. PEMBAHASAN

a. Pengalihan Anggaran Negara oleh Pemerintah untuk pandemic covid 19

berdasarkan perpu no 1 tahun 2020

Anggaran Negara adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah negara Indonesia yang

disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.5 APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang

memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31

Desember).

Hasil penelusuran Institute for Budget and Policy Studies (IBPS) menunjukkan pemerintah

sesungguhnya memiliki pos belanja darurat yang dapat digunakan untuk penanganan pandemi

Covid-19.

Dalam struktur APBN terdapat satu pos belanja yang dikenal dengan 'Belanja Lain-Lain'

yang berada di kelompok 'Belanja Pemerintah Pusat'. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.

4
Ibid.
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia, diakses pada tanggal 10
April 2020, pukul 21.00 WIB.

3
102 /PMK.02/ 2018 tentang Klasifikasi Anggaran menyebutkan Belanja Lain-Lain merupakan

pengeluaran negara dengan dua kriteria utama. 6

Pertama, digunakan untuk pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak termasuk

dalam kategori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja pembayaran kewajiban

utang, subsidi, hibah, dan belanja bantuan sosial. Kedua, pengeluaran tersebut bersifat mendesak

dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Kriteria kedua jenis belanja ini perlu digarisbawahi.

Lebih lanjut, PMK No. 102 /PMK.02/ 2018 menjelaskan pos belanja tersebut dapat

dipergunakan untuk enam hal, salah satunya adalah untuk tanggap darurat. Artinya, pos belanja

ini dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah yang terkait dengan kondisi negara

yang bersifat darurat dan penanganan segera. Dengan kata lain, kebijakan pemerintah menangani

pandemi Covid-19, yang belum mendapatkan alokasi anggaran dalam APBN 2020, dapat tetap

dijalankan dengan menggunakan pos Belanja Lain-Lain.

Pada praktiknya, anggaran belanja lain-lain ini jarang sekali digunakan oleh pemerintah. Hal

ini terlihat pada realisasi anggarannya yang secara rata-rata hanya 25 persen dalam empat tahun

terakhir. Pada 2015, Belanja Lain-Lain hanya terserap 31,8 persen, lalu 26,7 persen di 2016, 17,7

persen di 2017, dan 24 persen di 2018. Realisasi anggarannya juga selalu menjadi yang paling

buncit di antara pos belanja negara lainnya.

Selama kurun waktu yang sama, anggaran belanja lain-lain juga belum pernah digunakan

untuk tanggap darurat. Hal ini tentu karena belum ada kondisi yang mendesak. Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2015 sampai 2018 menunjukkan bahwa penggunaan

6
https://news.detik.com/kolom/d-4942648/mengulik-anggaran-penanganan-wabah-corona, diakses pada tanggal 10
April 2020, pukul 21.10 WIB

4
anggaran pada pos Belanja Lain-Lain umumnya digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas

Kementerian Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN).7

Pada 2018, misalnya, realisasi Belanja Lain-Lain BUN menyerap hingga Rp 10,9 triliun atau

67 persen dari Pos Belanja Lain-Lain. Sayangnya tidak ada rincian untuk apa saja anggaran

tersebut digunakan oleh Kementerian Keuangan.

Pada tahun ini, anggaran untuk Belanja Lain-Lain ditetapkan sebesar Rp 128 triliun atau 8

persen dari Belanja Pemerintah Pusat. Dibandingkan dengan APBN 2019, alokasi belanja lain-

lain di 2020 ini meningkat Rp 14 triliun atau 12 persen. Sampai di sini, sudah jelas dari mana

sumber anggaran pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.

Dengan ketersediaan anggaran ini seharusnya pemerintah Indonesia siap dan sigap dalam

penanganan pandemi Covid-19 yang tengah menggurita. Kementerian Kesehatan dan para pakar

kebijakan di lingkaran pemerintah pusat semestinya memahami berapa biaya yang diperlukan

untuk menyelesaikan pandemi ini. Tidak ada alasan kerja lamban karena tidak ada anggaran.

Menurut Perpu No.1 Tahun 2020 bahwasanya untuk memenuhi penyelenggaraan

pemerintahan negara, disusun Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang terdiri atas

anggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara dan pembiayaan negara. APBN

dilaksanakan dalam rangka8 :

1. Penanganan pandemic Covid-19; dan/atau

2. Menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas

system keuangan.

7
Ibid.
8
Perpu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019( COVID-19)

5
Kebijakan keuangan negara meliputi kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di

bidang perpajakan, kebijakan belanja negara termasuk kebijakan di bidang keuangan daerah dan

kebijakan pembiayaan.

Kebijakan stabilitas system keuangan meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan

lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas system

keuangan.

Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang dapat memberikan

nafas baru bagi pemerintah untuk melakukan pengalihan penggunaan anggaran negara untuk

pandemic COVID-19.

b. kendala dalam pengalihan anggaran negara oleh pemerintah untuk

pandemic covid 19 berdasarkan perpu no 1 tahun 2020

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memutuskan untuk menyerahkan sepenuhnya kepada

Presiden Joko Widodo untuk mengambil keputusan pengalihan anggaran dalam APBN 2020.

Pengalihan tersebut dilakukan untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Pimpinan BPK menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah untuk mengambil

keputusan terkait pengalihan anggaran dalam kondisi pandemik seperti saat ini. Pengalihan

anggaran bisa menggunakan APBN 2020 atau dengan Perppu APBN 2020.

Pemerintah melalui Menteri Keuangan menyatakan akan berkonsultasi dengan BPK

terkait anggaran. Hal ini disebabkan, dalam situasi darurat seperti saat ini, banyak kegiatan dan

belanja kementerian dan lembaga yang diubah, untuk memprioritaskan penanganan situasi

6
pandemik COVID-19. Konsultasi dengan BPK dilakukan karena pemerintah tetap

mengutamakan prinsip tata kelola keuangan negara yang transparan dan akuntabel. 9

Konsultasi dengan BPK ini dilaksanakan karena pemerintah akan melakukan sejumlah

realokasi belanja dalam APBN serta kemungkinan memperlebar defisit anggaran lebih dari tiga

persen terhadap PDB. Diharapkan melalui konsultasi tersebut maka prinsip tata kelola keuangan

negara yang transparan dan akuntabel dapat terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi

pelanggaran hukum yang bisa merugikan keuangan negara.

BPK juga telah melalukan pembahasan dampak Covid-19 mengenai LKPP, LKPD,

refocusing anggaran melalui sidang pimpinan. Kendala di lapangan seperti cek dan pengujian

fisik, wawancara dengan auditee serta uji dokumen tak luput dibahas lantaran menjadi kendala

BPK dalam melaksanakan tugas pemeriksaan di situasi saat ini.

Di sampin itu Kementerian Dalam Negeri ( Kemendagri) meminta pemerintah daerah (

pemda) segera melakukan refocusing atau perubahan alokasi anggaran untuk penanganan

pandemi Covid-19. Arahan mengenai refocusing ini telah ditegaskan dalam Instruksi Menteri

Dalam Negeri yang diterbitkan pada 2 April 2020. Refocusing itu harus sudah dilakukan paling

lambat tujuh hari sejak diterbitkannya Instruksi Mendagri.

Banyak pemda yang belum melaksanakan realokasi anggaran ini. Padahal, sebelum

Instruksi Mendagri diterbitkan, arahan mengenai realokasi sudah diatur dalam Instruksi Presiden

Nomor 4 Tahun 2020 tentang refocusing kegiatan, realokasi anggaran, serta pengadaan barang

dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19. Selain itu juga berdasar pada Peraturan

9
https://kumparan.com/kumparanbisnis/bpk-beri-lampu-hijau-soal-pengalihan-anggaran-untuk-tangani-corona-
1t6DF0xTGaT, diakses pada tanggal 10 April 2020, pukul 21.30 WIB.

7
Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang percepatan penanganan corona vorus

disease 2019 di lingkungan pemerintah daerah. Menurut Bahtiar, jika refocusing dan realokasi

tidak segera dilakukan, besar kemungkinan Kementerian Keuangan akan melakukan rasionalisasi

dana transfer anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang berdampak pada

pengurangan APBD itu sendiri.

Jika refocusing dan realokasi tidak segera dilakukan, besar kemungkinan Kementerian

Keuangan akan melakukan rasionalisasi dana transfer anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APPBD) yang berdampak pada pengurangan APBD itu sendiri.

Pengawasan keuangan negara adalah segala kegiatan untuk menjamin agar pengumpulan

penerimaan-penerimaan negara, dan penyaluran pengeluaran-pengeluaran negara tidak

menyimpang dari rencana yang telah digariskan di dalam anggaran negara. Tujuan pengawasan

keuangan negara antara lain, yaitu :

1. untuk menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dapat dijalankan.

2. Untuk menjaga agar kegiatan pengumpulan penerimaan dan pembelanjaan

pengeluaran negara sesuai dengan anggaran yang telah digariskan.

3. Untuk menjaga agar pelaksanaan APBN benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara, ada bentuk pengawasan

beradasarkan ruang lingkupnya antara lain :

1. Pengawasan internal

Pengawasan yang dilakukan aparat yang berasal dari internal lingkungan

departemen atau lembaga yang diawasi. Dan juga pengawasan internal juga

8
dilakukan oleh aparat pengawas yang berasal dari lembaga khusus pengawas yang

dibentuk secara internal oleh pemerintah atau lembaga eksekutif.

2. Pengawasan eksternal

Suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawas yang sama

sekali berasal dari lingkungan organisasi eksekutif.

Secara berjenjang Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah (APIP) akan melaksanakan

pemeriksaan, dan termasuk Itjen Kemendagri memastikan pemda telah melakukan recofusing

dan menyiapkan dukungan APBD yang memadai untuk penanganan Covid-19.

Sebagaimana Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2020 tentang pencegahan

penyebaran dan percepatan penanganan Covid-19 di lingkungan pemerintah daerah, pemda

diminta untuk melakukan percepatan pengutamaan penggunaan alokasi anggaran kegiatan

tertentu (refocusing) dan/atau perubahan alokasi anggaran. Realokasi anggaran ditujukan pada

sejumlah hal, seperti penanganan kesehatan, penanganan dampak ekonomi, hingga penyediaan

jarring pengaman social/ social safety net.

4. Kesimpulan

a. Implikasi pandemi Covid-19 berdampak antara lain terhadap perlambatan

pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara, dan peningkatan

belanja negara dan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai upaya Pemerintah

untuk melakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional, dengan

fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial, serta pemulihan

perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak Perpu

9
juga mengantisipasi bahwa implikasi pandemi Covid-19 telah berdampak pula

terhadap memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan

berbagai aktivitas ekonomi domestik sehingga perlu dimitigasi bersama oleh

Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk melakukan

tindakan antisipasi dalam rangka menjaga stabilitas sektor keuangan.

Strategi Pemerintah dan lembaga terkait perlu segera mengambil kebijakan dan

langkah-langkah luar biasa dalam rangka penyelamatan perekonomian nasional

dan stabilitas sistem keuangan melalui berbagai kebijakan relaksasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan APBN khususnya dengan melakukan peningkatan

belanja untuk kesehatan, pengeluaran untuk jaring pengaman sosial dan

pemulihan perekonomian, serta memperkuat kewenangan berbagai lembaga

dalam sektor keuangan.

Melihat situasi global, dunia sedang kerja keras menghadapi Covid-19, kondisi ini

telah memenuhi parameter sebagai kegentingan memaksa yang memberikan

kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan Perppu sebagaimana diatur

dalam Pasal 22 ayat (1) UUD 1945. Sekaligus guna memberikan landasan hukum

yang kuat bagi Pemerintah dan lembaga terkait untuk mengambil kebijakan dan

langkah-langkah taktis dan strategis dalam waktu yang sangat segera. Kita semua

sepakat keselamatan rakyat adalah hal yang utama.

b. Pimpinan BPK menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah untuk mengambil

keputusan terkait pengalihan anggaran dalam kondisi pandemik seperti saat ini.

Pengalihan anggaran bisa menggunakan APBN 2020 atau dengan Perppu APBN

2020. Pemerintah melalui Menteri Keuangan menyatakan akan berkonsultasi

10
dengan BPK terkait anggaran. Konsultasi dengan BPK ini dilaksanakan karena

pemerintah akan melakukan sejumlah realokasi belanja dalam APBN serta

kemungkinan memperlebar defisit anggaran lebih dari tiga persen terhadap PDB.

Kendala di lapangan seperti cek dan pengujian fisik, wawancara dengan auditee

serta uji dokumen tak luput dibahas lantaran menjadi kendala BPK dalam

melaksanakan tugas pemeriksaan di situasi saat ini.

11
12

Anda mungkin juga menyukai