Anda di halaman 1dari 6

Nama : Steffi Zafia Furqan

Bp : 2120112023
Mata Kuliah : Hukum Lingkungan dan Konservasi Alam
Dosen : Dr. Rembrant, S.H., M.Pd.

KRITISI KEGIATAN YANG TIDAK MEMPUNYAI IZIN LINGKUNGAN


Pemerintah Kota Padang, Sumatra Barat, menyegel dan melarang operasional tiga
perusahaan karena tidak mengantongi izin usaha dan tidak memenuhi persyaratan analisa
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di daerah itu. Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah
menyebutkan ketiga perusahaan tersebut merugikan masyarakat karena limbah yang dihasilkan
mencemari pemukiman warga. Apalagi, ternyata diketahui perusahaan itu tidak mengantongi
izin. “Kami tutup dan melarang tiga perusahaan untuk beroperasi. Melanggar hukum, izinnya
tidak ada dan mencemari lingkungan warga,” katanya. Ketiga perusahaan itu adalah PT Mitra
Beton Indonesia dan PT Statika yang bergerak di bidang usaha batching plant atau lokasi yang
digunakan untuk pengadukan beton ready mix, dan sebuah perusahaan cangkang sawit.
Menurutnya, pemerintah setempat melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke sejumlah
perusahaan guna memastikan operasional perusahaan dilakukan dengan baik dan persyaratan
AMDAL dijalankan dengan benar. Malyeldi mengatakan ketiga perusahaan tersebut disegel dan
dilarang beroperasi karena melanggar peraturan daerah (Perda) No.15/2011 tentang Izin
Gangguan. Dia menuturkan saat sidak di lokasi Tunggul Hitam, Kecamatan Padang Utara
ditemukan adanya genangan air yang berasal dari perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan cangkang sawit. Pengelola usaha tersebut tidak bisa menunjukkan izin usaha
maupun dokumen lainnya. Begitu juga dengan dua perusahaan lainnya dilarang beroperasi
karena tidak mengantongi izin, dan berada di dekat sumber air yang sudah tercemar adukan
semen dan batu yang berasal dari limbah perusahaan. “Sudah membahayakan warga, makanya
kami larang perusahaan ini beroperasi,” katanya. Dia mengatakan akan terus memeriksa
seluruh perusahaan yang beroperasi di daerah itu dan memastikan perizinan maupun
komitmen menciptakan lingkungan bersih dijalankan dengan benar.1
Sangat disayangkan jika perusahan pengolahan cangkang sawit belum adan izin Amdal,
UKL/UPL, Seharusnya dalam Setiap kegiatan industri harus berupaya untuk secara konsisten
melaksanakan setiap kewajibannya dalam pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana
dipersyaratkan dalam setiap izin yang dimilikinya, maupun persyaratan lainnya yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Sesuai dengan PermenLH No. 16 Tahun 2012
Sebagai bentuk upaya pengelolaan lingkungan sebelum melakukan kegiatan usaha setiap
industri wajib untuk mambuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-
UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.05 thn 2012 tentang Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg Wajib
Dilengkapi AMDAL.
Dokumen AMDAL terdiri dari : Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (KA-ANDAL) Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-
budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-UPL (Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) harus dimintakan persetujuan
kepada instansi yang berwenang dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam hal ini dalah
komisi penilai AMDAL yang ada di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi, Tingkat Pusat
tergantung dari paparan dampak yang akan diakibatkan oleh kegiatan usaha tersebut.
Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi
Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk
diberi izin atau tidak. Prosedur AMDAL terdiri dari : Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

1
https://kabar24.bisnis.com/read/20160331/78/533118/izin-amdal-pemkot-padang-segel-3-perusahaan,
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap juga disebut
proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib
menyusun AMDAL atau tidak.
Kemudian, berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib
mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut,
menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat
terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk
menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi AMDAL (proses pelingkupan).
Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai
AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL
adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi
AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL:
1. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat
Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup
Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat
yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan
komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi
dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai
berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor
pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup,
dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat
berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati.
Pada prinsipnya semua kegiatan yang berdampak pada lingkungan wajib memiliki
dokumen pengelolaan lingkungan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No.27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Thn 2012
tentang Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi AMDAL.
Bila kegiatan tersebut tidak wajib AMDAL maka harus membuat dokumen pengelolaan
lingkungan yaitu UKL-UPL(Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan)
berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.05 Thn 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha Dan Atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 2012 dan Kepmen
LH No.84 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya pemantauan lingkungan hidup. Kegiatan yang tidak
wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan.
Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL
dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia. UKL-UPL merupakan
perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk
menerbitkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan. AMDAL Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat
saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik,
Biotik, dan Kultural.
Dasar hukum AMDAL adalah Undang -undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan dan Peraturan Menteri negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha/ Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL Dokumen
AMDAL terdiri dari : Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) AMDAL
digunakan untuk: Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah Membantu proses
pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang
ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan Pihak-pihak yang terlibat dalam proses
AMDAL adalah: Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL
Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan masyarakat yang berkepentingan, masyarakat
yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1
langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request
list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 05 Tahun 2012 Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib
menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
Tahun 2002 Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan
PermenLH No. 16 Tahun 2012 Beberapa Perusahaan Pengguna Jasa UKL UPL dan Izin
Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai