Anda di halaman 1dari 5

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang tugasnya melakukan penilain dokumen AMDAL.

Komisi Penilai mempunyai kedudukan di instansi yang tugasnya sebagai pengendali lingkungan.
Komisi Penilai di tingkat daerah dibentuk oleh gubernur sedangkan Komisi Penilai di tingkat pusat
dibentuk oleh menteri. Sebutan Komisi Penilai di tingkat pusat yaitu Komisi Penilai Pusat,
sedangkan Sebutan Komisi Penilai di tingkat daerah yaitu Komisi Penilai Daerah. Komisi penilai
di tingkat pusat mempunyai kedudukan di Kementrian Lingkungan Hidup, komisi penilai di tingkat
provinsi mempunyai kedudukan di Bapedalda atau instansi yang mengelola lingkungan hidup
provinsi, dan di tingkat kota/ kabupaten mempunyai kedudukan di Bapedalda atau instansi yang
mengelola lingkungan hidup kota/ kabupaten. Komisi Penilai Pusat berwenang menilai hasil
analisis dampak lingkungan hidup bagi jenis usaha atau kegiatan yang bersifat strategis atau
menyangkut ketahanan dan keamanan negara, berlokasi meliputi lebih dari satu wilayah provinsi,
berlokasi di wilayah yang setatusnya belum jelas dengan negara lain, berlokasi di wilayah ruang
lautan, atau berlokasi di lintas batas negara.
Unsur pemerintah yang lain yang memiliki kepentingan dan warga atau masyarakat yang kena
dampak diusahakan terwakili pada Komisi Penilai ini. Susunan keanggotaan dan kinerja Komisi
Penilai AMDAL diatur dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sedangkan
keanggotaan pada Komisi Penilai AMDAL di tingkat kota/kabupaten dan provinsi yang
menetapkan adalah bupati/walikota dan gubernur. Yang membantu Komisi Penilai yaitu tim teknis
yang tugasnya memberi pertimbangan teknis atas komponen dokumen AMDAL. Berikut ini
adalah Tim teknis tersebut yang terdiri atas:
- Instansi yang mempunyai tugas untuk mengendalikan lingkungan.
- Instansi teknis yang menguasai atau membidangi kegiatan maupun usaha yang terkait.
- Instansi yang berlatar belakang bidang ilmu yang ada kaitannya.

Analisis mengenai dampak lingkungan berkaitan erat dengan pemahaman manusia


terhadap perubahan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Dalam hal kegiatan ini tentu
melibatkan aspek aktivitas, baik berkaitan dengan ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Setiap aktivitas seharusnya didasarkan pada perencanaan yang benar, dan diteruskan
dengan implementasi sesuai peraturan yang berlaku dan diikuti dengan monitoring dan
evaluasi. Aspek perencanaan terkait dengan pemikiran manusia dalam membuat
kerangka berpikir, cetak biru tentang apa yang layak dan apa yang tidak layak untuk
dikembangkan. Dalam hal ini manusia dapat merancang kegiatan yang akan dilakukan
dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup. Kegiatan analisis mengenai dampak
lingkungan dilakukan sebelum pelaksanaan proyek pembangunan atau kegiatan usaha
dilakukan, dalam hal ini yaitu lingkungan di sekitar pasar.

AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, dan
Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak penting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu
rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu
kegiatan/proyek layak atau tidaklayak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif
tersebut biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi,
sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.
Maksud Dan Tujuan AMDAL
Maksud pelaksanaan dan penyusunan dokumen AMDAL adalah :
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
4. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan.
Tujuan pelaksanaan dan penyusunan dokumen AMDAL adalah untuk :
1. Mengetahui dampak penting dari suatu rencana usaha dan/ ataukegiatan.
2. Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek
ekonomis, teknis, dan lingkungan.
3. Menjadi bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.
Fungsi AMDAL
Fungsi AMDAL menurut wikipedia digunakan untuk:
Ø Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
Ø Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan
Ø Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
Ø Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
Ø Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan.
Proses AMDAL
Suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan wajib AMDAL atau tidak, dilakukan penapisan
terlebih dulu dengan mengacu pada PP No. 27 Tahun 1999 dan Kep. Men. Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2001. Bagi rencana usaha dan/ atau kegiatan yang tidak wajib
AMDAL, maka cukup menysusn Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) .Sedangkan rencana usaha dan/ atau kegiatan yang
wajib AMDAL harus melakukan Studi AMDAL yang dituangkan dalam bentuk Dokumen
AMDAL. Sebelum menyusun dokumen AMDAL yang pertama kali dilakukan adalah
melakukan Pelingkupan yang merupakan proses untuk :
1. Identifikasi dampak potensial
2. Evaluasi dampak potensial
3. Pemusatan dampak besar dan penting hipotesis
Hasil pelingkupan merupakan dasar penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari :
1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA.ANDAL).
2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Dalam rangka penyusunan AMDAL, terdapat tiga komponen yang terkait dalam
kegiatan, yaitu
1. Pemrakarsa.
Adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha
dan/ atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Instansi yang bertanggung jawab.
Adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup
dengan pengertian bahwa kewenangan berada pada Kepala Instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.
3. Komisi penilai.
Adalah komisi yang bertugas menilai Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) dengan pengertian ditingkat pusat oleh Komisi Penilai Pusat dan
tingkat daerah oleh Komisis Penilai Daerah.

Dalam Pasal 22 UU diatas disebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
Dalam rangka pelaksanaan Undang – Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ketentuan tentang tata cara penyusunan dan
penilaian AMDAL, telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Serta Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Usaha dan atau kegiatan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup meliputi :
1. Perubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Ekplorasi sumber daya alam, baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam danatau perlindungan cagar budaya.
6. Introduksi jenis tumbuh – tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik.
7. Pembuatan dan penggunaan lahan hayati dan non hayati.
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi danatau mempengaruhi pertahanan negara.

Jenis rencana usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL,
tercantum dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001.
Sedangkan dampak penting suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup,
didasarkan pada kriteria :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.
2. Luas wilayah persebaran dampak.
3. Lama dan intensitas dampak berlangsung.
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak.
Di dalam AMDAL, termuat komponen dokumen yang diperlukan. Dokumen tersebut
berupa :

1. Dokumen Kerangka Acuan AMDAL (KA-AMDAL)


2. Dokumen AMDAL
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Diantara dokumen tersebut, ANDAL, RKL, dan RPL diajukan bersama-sama untuk
dinilai oleh Komisi Penilai. AMDAL di prakarsai oleh orang atau badan usaha yang
mempunyai rencana untuk melakukan usaha dan\atau kegiatan, yaitui investor. Tujuan
dari pemrakarsa adalah menyusun ANDAL, RKL, dan RPL dan menentukan penyusun
AMDAL yaitu konsultan AMDAL yang diminta jasanya oleh sang investor.

Proses AMDAL melibatkan beberapa pihak seperti Komisi Penilai AMDAL dan Tim
Teknis, Pemrakarsa atau investor dan masyarakat yang berkepentingan / terkena
dampak. Penilaian AMDAL dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL dibantu dengan tim
teknis. Penilaian ini biasanya memakan waktu sekitar 75 hari. Komisi Penilaian AMDAL
di tingkat pusat dibentuk oleh Menteri yang berkedudukan di Kementrian Lingkungan
Hidup. Sedangkan Komisi Penilaian AMDAL di tingkat daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) dibentuk oleh pejabat yang berkedudukan di Bapedalda.

Terdapat prosedur dalam pembuatan/pengajuan AMDAL. Pertama adalah melakukan


proses screening atau proses seleksi kegiatan wajib AMDAL. Yang kedua, melakukan
proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Selanjutnya akan terjadi penyusunan
dan penilaian KA-AMDAL (scoping). Terakhir adalah melakukan penyusunan dan
penilaian AMDAL, RKL, dan RPL. Dalam prosedur, terdapat beberapa tahapan dalam
pembuatan AMDAL. Tahap-tahapnya seperti berikut :

1. Persiapan .Dalam tahap ini, tujuannya adaah untuk efektivitas dan efisiensi proses
pelaksanaan selanjutnya. Kegiatannya adalah menyusun jadwal kegiatan, jadwal pelingkupan,
surat menyurat dan persiapan penyusunan KA-AMDAL.
2. Pelingkupan. Tahap ini merupakan proses untuk mengidentiikasi dampak penting yang
terkait dengan adanya usaha dan\atau kegiatan.
3. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
4. Penyusunan KA-AMDAL.
5. Penyusunan AMDAL, RKL, dan RPL.
6. Diskusi dan asistensi.
7. Legalisasi dokumen oleh instansi yang berwenang.
Berdasarkan jenis kegiatannya, AMDAL memiliki jenis pendekatan studi dalam
beberapa kegiatan, seperti :

1. Pendekatan AMDAL kegiatan tunggal (satu instansi). Contoh : pembangunan Sekolah, Jalan
Tol, Rumah Sakit, PLTU, Masjid Agung, Lapangan golf, dan sebagainya.
2. Pendekatan AMDALkegiatan terpadu/multisektor (sistem terpadu lebih dari satu instansi).
Contoh : pembangunan permukiman terpadu, industri, taman, dan sebagainya.
3. Pendekatan AMDAL kegiatan dalam kawasan (pengembangan wilayah)
4. Pendekatan AMDAL kegiatan regional (kewenangan lebih dari sati instansi). Contoh :
reklamasi pantai yang melibatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Banten.
Berdasarkan ulasan diatas, fungsi penting AMDAL adalah :

1. Sebagai acuan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian izin usaha


dan\atau kegiatan.
2. Sebagai bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah ataupun indutri.
3. Mencegah rusaknya potensi Sumber Daya Alam di sekitar lokasi.
4. Menjaga kelestarian lingkungan.
5. Membantu masyarakat untuk mengetahui rencana pembangunan di daerahnya, sehingga
masyarakat dapat berpartisipasi.
6. Sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai