II-1
II-2
Pemukiman :10.968 Ha
Pertanian : 4.653 Ha
Industri : 344 Ha
Rawa / Setu : 91 Ha
Lain-lain : 3.973 Ha
Jenis Tanah
Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kota Depok menurut RTRW
Kota Depok (Anonimous, 2000) terdiri dari:
a. Tanah alluvial, tanah endapan yang terbentuk dari endapan lempung, debu
dan pasir, umumnya tersingkap di jalur-jalur sungai, tingkat kesuburan
sedang – tinggi.
b. Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut
perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis, tingkat
kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air, tahan terhadap
erosi, tekstur halus.
c. Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang
perkembangannya dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang,
kandungan air tanah cukup banyak, sifat fisik tanah sedang – kurang baik.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah fasilitasi dan stimulasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok terhadap masyarakat kurang mampu. Jika
dilihat dengan teliti, fasilitasi yang dilakukan cenderung mengalami penurunan,
bahkan pada tahun 2008 (hingga bulan Maret) belum ada fasilitasi dan stimulasi
yang dilakukan.
Namun di dapatkan data terbaru untuk fasilitas umum dan sarana
komersial Kota Depok pada tahun 2011 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Fasilitas Umum dan Sarana Komersial Kota Depok Tahun
2011
Fasilitas Umum / Sarana Komersial Satuan
Kawasan Komersial Pusat Kota (Pertokoan) 5000 unit/ha/hari
Kawasan Komersial Sub Pusat Kota
1000 penghuni/ha/hari
(Apartemen)
Terminal 400 orang/hari
Stasiun Kereta Api 500 orang/hari
2000
Kawasan Campur (pasar)
pengunjung/ha/hari
Kawasan Industri 750 karyawan/ha/hari
Kawasan Pendidikan Tinggi 100 mahasiswa/ha/hari
Kawasan Tertentu (Rumah Sakit) 100 pasien/ha/hari
Perkantoran dan Jasa Pelayanan Umum 2500 karyawan/ha/hari
Fasilitas Umum ( Mesjid / Rumah Ibadah) 2000 jemaah/unit/hari
500 pengunjung
Pariwisata ( Hotel)
/ha/hari
Sumber : Tugas Besar PALD, 2015
b. Perumahan
Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah dapat pula diidentifikasi
dengan tersedianya tempat tinggal yang layak huni bagi masyarakat yang berada
pada wilayah pemerintahan yang bersangkutan. Hal ini terkait pula dengan amanat
Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945,
dimana dinyatakan bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh
karena itu setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu, rumah juga merupakan
kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan
dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan
taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa.
Rumah selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembina keluarga yang mendukung perikehidupan dan penghidupan juga
mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan
penyiapan generasi muda.
Kebijakan pembangunan sektor perumahan dan permukiman di kota
Depok mengacu pada visi dan misi kota Depok, antara lain menjadikan Depok
sebagai kota permukiman yang nyaman. Kondisi pembangunan perumahan dan
permukiman di Kota Depok mencapai 10.968 ha (54,76 %) dari keseluruhan luas
wilayah di Depok 20.029 ha, hal ini mengakibatkan meningkatkan tuntutan
kebutuhan fasilitas dan utilitas perumahan dan permukiman, dimana kondisi
lingkungan dan perumahan yang ada belum tertata dengan baik. Hanya 40 % yang
sudah tertata dengan baik sedangkan 60 % belum tertata dengan baik. Kawasan
permukiman terbesar terdapat di Sawangan.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah fasilitasi dan stimulasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok terhadap masyarakat kurang mampu. Jika
dilihat dengan teliti, fasilitasi yang dilakukan cenderung mengalami penurunan,
bahkan pada tahun 2008 (hingga bulan Maret) belum ada fasilitasi dan stimulasi
yang dilakukan.
c. Fasilitas Peribadatan
d. Fasilitas Pendidikan
e. Fasilitas Transportasi
f. Fasilitas Kesehatan
g. Fasilitas Energi
Kebutuhan Listrik bagi Kota Depok dilayani oleh PLN, Jumlah pelanggan saat ini
berjumlah 85.000 (99,27%) sambungan denga kekuatn 281.856 KVA.
i. Pertokoan / Pasar
Adanya pertokoan yg bergerak dalam berbagai bidang yaitu : Sandang/pangan/
alat-alat rumah tangga, bangunan, alat tulis kantor, elektronik dan lain-lain
sebanyak 2847 buah dan 15 pasar harian, 17 pasar swalayan, 4 shoping center dan
1 pasar mingguan.
j. Bank
Terdapat 10 Bank Pemerintah, 36 Bank Swasta dan 17 Bank Perkreditan Rakyat.
b. Komponen Drainase
Beberapa ruas jalan di Depok tidak memiliki sistem drainase yang layak.
Hal ini dikarenakan perkembangan wilayah ini sedari awal tidak disertai dengan
perencanaan yang bervisi ke depan sebagai kota permukiman. Sebelum tahun
1970-an, Depok merupakan areal persawahan yang sarat dengan sistem irigasi,
sehingga infrastruktur jalan yang ada sekarang mengikuti sistem pengairan ini.
c. Komponen Persampahan
Timbulan sampah yang terdapat di Kota Depok merupakan jumlah sampah
yang berasal dari daerah perumahan, daerah komersial (pasar, pertokoan, dan
pusat perdagangan), daerah industri, perkantoran, sarana umum, jalan, taman, dan
lain-lain. Saat ini daerah-daerah yang sudah dilayani oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Depok baik sampah domestik maupun non domestik, meliputi 3
kecamatan yaitu Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Pancoran, dan Kecamatan
Beji. Berdasarkan hal tersebut produksi sampah yag terangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah saat ini adalah sebesar 900 m3/hari atau 25 %
dari jumlah timbulan sampah yang dihasilkan Kota Depok sebesar 3600 m3/hari.
Timbulan sampah yang bersal dari daerah pelayanan dikumpulkan di Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) yang tersebar di lokasi-lokasi tertentu untuk
selanjutnya di angkut ke Tempat Pembuangan Akhir Cipayung yang terletak di di
Kecamatan Pancoran Mas Depok.
Kebutuhan akan fasilitas tempat pembuangan sampah meningkat sejalan
dengan adanya peningkatan perkembangan penduduk, kemudian juga adanya
perkembangan aktivitas kota yang memerlukan lahan untuk pembangunan
infrastruktur, ditambah lagi dengan adanya perkembangan industri.
Depok mempunyai fasilitas tempat pembuangan sampah seluas 2,87 ha dan akan
diperluas sebesar 2,5 ha. Namun kondisinya, di masa yang akan dating akan sulit
menemukan lokasi tempat pembuangan sampah selain itu juga akan sangat mahal.
Kondisi ini akan memperparah terjadinya pencemaran lingkungan bukan saja
pencemaran udara atau bau namun juga pencemaran tanah atau air tanah.
d. Komponen Jalan
Berkaitan dengan mobilitas di Kota Depok, persoalan yang dihadapi antara
lain tingginya komuter karena sebagian besar penduduk bekerja di DKI Jakarta,
terbatasnya jalan alternatif di bagian poros tengah kota menuju Jakarta, kurangnya
penataan bangunan pada ruas jalan lintas regional dan sepanjang jalan utama, dan
pemanfaatan badan jalan untuk kegiatan perdagangan dan parkir yang
menimbulkan kerawanan kemacetan lalu lintas.
Berikut prasarana jalan yang terdapat dalam Kota Depok. Prasarana jalan
sebagai penunjang kegiatan ekonomi masyarakat meliputi :
Kecamatan Sawangan
1 Kel. Pondok Petih 10,35307 190 1967
2 Kel. Serua 10,11883 190 1923
3 Kel. Kedaung 7,517336 190 1428
4 Kel. Cinangka 1,10418 190 210
5 Kel. Curug 14,62898 190 2780
Kel. Bojongsari
6 Baru 5,443093 190 1034
0,114115 133 15
9,926775 58 576
2,51041 58 146
3,599598 58 209
56 1,154781 58 67
0,594779 58 34
2,01657 58 117
kel. Tapos 0,501763 58 29
57 kel. Curug 9,573176 58 555
58 kel. Sukatani 10,72758 58 622
kel. Leuwi
59 Nanggung 13,27163 58 770
8,271553 58 480
0,897718 58 52
1,101351 58 64
2,301908 58 134
60
1,086343 58 63
0,27834 58 16
0,773561 58 45
kel. Sukamaju Baru 1,082556 58 63
61 Kel. Jatijajar 9,526033 58 553
4,420127 58 256
11,05064 58 641
1,036297 58 60
62
1,613321 58 94
1,007233 58 58
Kel. Cilangkap 1,033817 58 60
14,85652 58 862
4,320761 58 251
63
14,80633 58 859
Kel. Cilangkas 1,085411 58 63
64 Kel. Cimpaeun 30,01007 58 1741
206,96394 15196
Total 87692
Sumber : Hasil Perhitungan
Setelah dilakukan perhitungan pada tabel 2.6 di atas, maka dapat dilihat
bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada Kecamatan Sawangan
yakni sebanyak 26527 orang, sedangkan untuk yang penduduknya yang lebih
sedikit terdapat pada Kelurahan Beji yakni sebanyak 5087 orang. Dan untuk
Jumlah Penduduk tiap masing – masing Kelurahan adalah sebanyak 87692 orang.
Metode Geometrik
Kriteria Pemakaian metode proyeksi penduduk ini adalah:
1. Didasarkan atas ratio penduduk rata-rata tahun yang sama
2. Kota sedang berkembang
3. Jika digunakan untuk kota muda dengan pertumbuhan industri yang cepat
maka hasilnya akan over estimate.
Pn = P0 (1+r)n..................................................(2.1)
1/ t
Pt
r 1 ...............................................(2.2)
po
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun n (yang diinginkan)
Po = Jumlah penduduk tahun awal data
Pt = Jumlah penduduk tahun terakhir data
r = rasio kenaikan penduduk rata-rata
t = jumlah data dikurangi 1
n = selang waktu (tahun, dari tahun n – tahun terakhir)
r
nx( Xi.ln Y ) ( Xi) x( ln Yi )
n Xi Xi xn ln Yi ln Yi .............(2.3)
2 2 y 2
Yi Pn
2
Sd ............................................(2.4)
n2
Metode Aritmatik
Kriteria pemakaian metode proyeksi penduduk ini adalah:
1. Pertambahan penduduk relative konstan
2. Grafik pertambahan penduduk linear
3. Cocok digunakan untuk kota tua yang sangat luas
4. Atau kota kecil dimana tidak terdapat industri dan daerah agraris
Pn = Pt + K a X ..................................................(2.5)
Pt Po
Ka .................................................(2.6)
t
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada n tahun mendatang
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
To = waktu pada tahun awal data
r
nx XiYi Xi x Yi .................(2.7)
n Xi Xi xnYi Yi
2 2 2 2
Rumus Standar Deviasi:
Yi Yn
2
Sd ....................................(2.8)
n2
Yi x X i XixYiXi
2
a
n Xi Xi
2
..............................(2.9)
2
YiXi XixYi
b
n Xi Xi .................................(2.10)
2 2
r
nx XY X xY
n X X xnY Y
................................(2.11)
2 2 2 2
Yi Yn
2
Sd .........................................(2.12)
n2
2.5 Kependudukan
Populasi penduduk Kota Depok pada tahun 2015, yang nantinya data
tersebut akan dipakai untuk menghitung proyeksi penduduk pada 20 tahun
mendatang. Dapat di lihat pada tabel berikut:
Metode Proyeksi
Dalam perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik, salah satu hal
yang sangat penting dan harus diperhitungkan adalah tingkat perkembangan kota.
Kota akan cenderung berkembang dengan perubahan waktu. Besar kecilnya
tingkat perkembangan yang terjadi, tergantung pada beragam kegiatan/aktivitas
yang menandai dinamika kehidupan kota. Salah satu komponen utama yang
sangat berperan dalam pengembangan suatu daerah adalah penduduk. Besarnya
tingkat pertumbuhan penduduk berpengaruh besar sekali terhadap pola
perkembangan jenis dan jumlah kegiatan pada daerah perencanaan. Untuk
mengetahui besarnya tingkat pertumbuhan penduduk maka dapat dilakukan
dengan cara memproyeksikan jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan
yang didasarkan terhadap penentuan daerah pelayanan.
Dasar pertimbangan dalam menentukan daerah pelayanan ini, adalah :
1. Jumlah penduduk dan tingkat pelayanannya
2. Kondisi penggunaan air dan sanitasi daerah pelayanan saat ini
3. Rekomendasi dari sosial ekonomi yang berdasarkan pada kelayakan teknis
dan ekonomis.
4. Kemungkinan perluasan atau perkembangan kota.
Untuk memperkirakan jumlah penduduk daerah perencanaan dimasa
mendatang digunakan laju pertumbuhan berdasarkan perhitungan dengan berbagai
metode yang umum dipergunakan yaitu metode:
1. Metode Arimatika
2. Metode Geometri
3. Metode Least Square
Dimana :
Yn = Jumlah penduduk n pada tahun mndatang
o = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
X = Selang waktu (tahun dari tahun n – tahun terakhir)
t = Interval waktu tahun data (n-1)
Contoh perhitungan :
Ka = (P2011 – P2002) / (n – 1)
Ka = (87692 - 75470) / (10 – 1)
Ka = 1358 Jiwa / tahun
r
10 x- -3550870 45x814745
10285 452 x1066550515395 8147452
= 0,97635939
8180375
= √ =1011,211
10−2
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada n tahun mendatang
Po = Jumlah penduduk pada awal tahun data
Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
n = Jumlah tahun proyeksi
R = Ratio kenaikan penuduk rata-rata pertahun
t = Interval waktu tahun data (n – 1)
𝑃2011 (1/𝑡)
𝑅 = [ ] −1
𝑃2002
1
87692 (9)
𝑅 = [75470] − 1 = 0,016817
= 89166,72637
Perhitungan standar deviasi metode geometrik dapat dilihat pada tabel berikut:
Σ(𝑌𝑖 − 𝑌𝑛)2
𝑆𝑑 = √
𝑛−2
7842962
= √
10 − 2
= 990,136
=
( Yi)( Xi 2 ) ( Xi)( XiYi)
a .. ....................................(2.20)
n( Xi ) ( Xi )
2 2
Dimana :
Yn = Jumlah penduduk pada waktu n tahun mendatang
a, b= Konstanta
x = Pertambahan tahun
n= Jumlah data
r= Faktor korelasi
Yi= Jumlah penduduk pada data
a=
( Yi)( Xi 2 ) ( Xi)( XiYi)
n( Xi ) ( Xi )
2 2
[(814745)(330)−(0)(230965)]
= [10(330)−(02 )]
=81474,5
[10(230965) − (0)(814745)]
= = 699,89
[10(330) − (02 )]
n XiYi Xi Yi
r
n Xi Xi n Yi Yi
2 2 2 2
[10(230965)−(0)(814745)]
𝑟=
√(10(330)−(0)2 )𝑥(10(66550515395)−(814745)2 )
= 0,97635939
Yn2002 = a + bx
= 81474,5+( 699,89* -9)
= 75470
Σ(𝑌𝑖 − 𝑌𝑛)2
𝑆𝑑 = √
𝑛−2
7922889
= √ =995,169
10−2
Tabel 2.16 Nilai Koefisien Korelasi dan Standar Deviasi Ketiga Metode
Pada tabel 2.15 dapat terlihat bahwa yang paling mendekati nilai 1 adalah
koefisien korelasi adalah geometrik, untuk nilai standar deviasi yang paling kecil
adalah metode Geometrik. Nilai standar deviasi yang kecil menunjukan bahwa
data yang didapat dari proyeksi tidak berbeda jauh dengan data baku. Dengan
demikian untuk memilih metode yang akan digunakan untuk proyeksi penduduk
20 tahun mendatang dengan melihat perkembangan kota pada gambar 2.1
Perbandingan data baku dengan hasil proyeksi yang mengikuti trend
perkembangan penduduk adalah Geometrik