Anda di halaman 1dari 27

PENGERTIAN, KONSEP, DAN UNDANG-UNDANG

TENTANG AMDAL

2.1 PENGERTIAN AMDAL

Secara harfiah AMDAL adalah singkatan dari lima suku kata; Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL), adalah
kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 UU No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
AMDAL adalah singkatan dari empat suku kata; Analisis Dampak Lingkungan Hidup.
AMDAL adalah kajian atau telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan
penting suatu rencana usaha/kegiatan terhadap komponen lingkungan hidup. Pelingkupan
adalah proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan dengan dampak penting.
Munn mendefinisikan AMDAL sebagai suatu aktivitas untuk mengidentifikasi, menduga
dampak lingkungan biogeofisik dan kesehatan serta kesejahteraan manusia sebagai akibat
dari suatu peraturan, kebijaksanaan, program, proyek dan lain sebagainya. Jain
mendefinisikan AMDAL sebagai suatu studi terhadap kemungkinan perubahan berbagai
aspek sosial ekonomi dan karakteristik biofisik lingkungan yang diakibatkan oleh suatu
rencana kegiatan.

2.2. TUJUAN AMDAL

Tujuan dari amdal ini adalah untuk menjaga kemungkinan dan dampak dari suatu rencana
usaha atau kegiatan tertentu. Amdal sangat diperlukan karena harus ada studi kelayakan di
dalam undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk menjaga lingkungan dari sebuah
operasi proyek pada kegiatan industri atau kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan di
suatu lingkungan. Beberapa komponen yang terdapat pada amdal, diantaranya yaitu: PIL
(penyajian informasi lingkungan), KA (Kerangka acuan), ANDAL (analisis dampak
lingkungan), RPL (rencana pemantauan lingkungan), RKL (rencana pengelolaan
lingkungan).
Tujuan amdal ini merupakan suatu penjagaan di dalam rencana suatu usaha atau kegiatan,
agar tidak memberi dampak buruk kepada lingkungan. Sehingga dengan dibuatnya suatu
analisis maka kerusakan di suatu lingkungan dapat teratasi dengan baik. Itulah pentingnya
dibuat amdal oleh undang-undang atau peraturan pemerintah.

2.3. FUNGSI DAN MANFAAT AMDAL

Secara umum fungsi dan manfaat AMDAL antara lain adalah;


2.3.1. Fungsi
 Memberi masukan dalam pengambilan keputusan;
 Memberi pedoman dalam upaya pencegahan,pengendalian dan pemantauan dampak
lingkungan hidup
 Memberikan informasi dan data bagi perencanaan pembangunan suatu wilayah.

2.3.2 Manfaat
 Mengetahui sejak awal dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek;
 Menjamin aspek keberlanjutan proyek pembangunan
 Menghemat penggunaan Sumber Daya Alam
 Kemudahan dalam memperoleh perizinan dan memperoleh kredit bank.

2.4. PROSEDUR PENYUSUNAN DAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

Dokumen AMDAL terdiri dari 3 dokumen yaitu KA, ANDAL, RKL dan RPL. Dengan
demikian prosedur penyusunan Dokumen AMDAL merupakan penyusunan dokumen KA,
ANDAL, RKL dan RPL yang saling keterkaitan satu dengan lainnya.
AMDAL disusun oleh Pemrakarsa, Pemrakarsa dalam menyusun dokumen Amdal dapat
dilakukan sendiri atau meminta bantuan kepada pihak lain baik perorangan atau yang
tergabung dalam lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal dengan syarat telah
memiliki sertifikat kompetensi penyusun Amdal. Pegawai negeri sipil yang bekerja pada
instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota dilarang menjadi penyusun
Amdal. Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi pemerintah yang bertanggung jawab
atas suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang akan dilaksanakan
Dokumen AMDAL disusun pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan
dengan Lokasi wajib sesuai dengan rencana tata ruang. Jika lokasi kegiatan yang
direncanakan tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan
wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa. (Pasal 4 PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan).
Pemrakarsa, dalam menyusun dokumen Amdal wajib mengikutsertakan masyarakat,
adapun masyarakat yang dilibatkan mencakup: Masyarkat yang terkena dampak; Masyarakat
pemerhati lingkungan hidup; dan Masyarkat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses Amdal.
Pengikutsertaan masyarakat tersebut dilakukan melalui : pengumuman rencana Usaha
dan/atau Kegiatan; dan konsultasi publik yang dilakukan sebelum penyusunan dokumen
Kerangka Acuan (KA). Melalui proses pengumuman dan konsultasi publik, masyarakat dapat
memberikan saran, pendapat dan tanggapan (SPT) yang disampaikan secara tertulis kepada
pemrakarsa dan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan penilaian
dokumen Amdal.
Tujuan dilibatkannya masyarakat dalam proses amdal dan izin lingkungan agar:
Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan; Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat
dan/atau tanggapan atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan; Masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan; Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat
dan/atau tanggapan atas proses izin lingkungan;
2.4.1. Penyusunan Dokumen Kerangka Acuan (KA)
Kerangka Acuan (KA) adalah: Ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan
hidup yang merupakan hasil pelingkupan. Tujuan penyusunan Kerangka Acuan (KA)
adalah: merumuskan lingkup dan kedalaman studi Andal; mengarahkan studi Andal
agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
tersedia.
Fungsi dokumen Kerangka Acuan (KA) adalah: sebagai rujukan penting bagi
pemrakarsa, penyusun dokumen Amdal, instansi yang membidangi rencana usaha
dan/atau kegiatan, dan instansi lingkungan hidup, serta tim teknis Komisi Penilai
Amdal tentang lingkup dan kedalaman studi Andal yang akan dilakukan; sebagai
salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen Andal untuk mengevaluasi hasil studi
Andal.
2.4.2. Peosedur Penyusunan, Penilaian dan Persetujuan Kerangka Acuan (KA):
Kerangka Acuan yang telah disusun oleh Pemrakarsa sebelum penyusunan Andal
dan RKL-RPL. diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangan melalui Sekretariat Komisi Penilai Amdal. Sekretariat Komisi
Penilai Amdal memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi
Kerangka Acuan, Kerangka Acuan yang telah dinyatakan lengkap secara administrasi,
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal, Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis
untuk menilai Kerangka Acuan, Tim teknis dalam melakukan penilaian, melibatkan
Pemrakarsa untuk menyepakati Kerangka Acuan, Tim teknis menyampaikan hasil
penilaian Kerangka Acuan kepada Komisi Penilai Amdal. Dalam hal hasil penilaian
tim teknis dinyatakan dapat disepakati oleh Komisi Penilai Amdal, Komisi Penilai
Amdal menerbitkan Persetujuan Kerangka Acuan.
2.4.3. Penilaian Kerangka Acuan
Prosedur Penyusunan dan Penilian Dokumen Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (ANDAL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) - Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
ANDAL adalah: Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak
penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
RKL adalah: Upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
RPL adalah: Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena
dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
Andal disusun dengan tujuan untuk menyampaikan telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Hasil
kajian dalam Andal berfungsi untuk memberikan pertimbangan guna pengambilan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
2.4.4. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah: "keputusan yang
menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan Amdal".
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup paling sedikit memuat: dasar
pertimbangan dikeluarkannya penetapan; pernyataan kelayakan lingkungan;
persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai dengan RKL-RPL; dan kewajiban yang
harus dilakukan oleh pihak terkait (Pasal 33 PP No. 27 Th 2012).
Bersamaan dengan pengajuan penilaian Andal dan RKL-RPL disampaikanlah
Permohonan Izin Lingkungan dilengkapi dengan dokumen AMDAL (KA, draft Andal
dan RKL-RPL), dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan profil Usaha
dan/atau Kegiatan.

2.5. PROSES AMDAL

Prinsip dasar yang terkandung dalam proses-proses AMDAL antara lain adalah: lokasi
kegiatan AMDAL wajib mengikuti rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat, AMDAL
bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan, AMDAL bertujuan menjaga
keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar dampak dapat diperkirakan sejak awal
perencanaan, AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala
SDA, Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek, dengan AMDAL, pemrakarsa dapat
menjamin bahwa proyeknya bermanfaat bagi masyarakat, aman terhadap lingkungan
kehidupan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 ditetapkan tiga jenis
pendekatan studi AMDAL bagi rencana usaha/kegiatan yang masuk dalam kriteria wajib
AMDAL yaitu :
 AMDAL Kegiatan Tunggal; yaitu AMDAL bagi suatu rencana usaha/kegiatan yang
berada dalam wewenang suatu instansi sektoral. Contoh AMDAL kegiatan tunggal
adalah AMDAL Pembangunan Rumah Sakit, AMDAL Pembangunan Hotel 200 kamar,
dan lain sebagainya.
 AMDAL Kegiatan Terpadu; yaitu AMDAL bagi suatu rencana usaha/kegiatan terpadu
(baik dalam hal perencanaannya, proses produksinya maupun proses pengelolaannya)
dan direncanakan berada dalam satu kesatuan hamparan ekosistem serta melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. Contoh : AMDAL
Pembangunan Industri Pulp dan Kertas yang dilengkapi dengan HTI dan pelabuhannya.
 AMDAL Kegiatan dalam Kawasan; yaitu AMDAL bagi suatu rencana usaha/kegiatan
ddalam satu kawasan yang telah ditetapkan dengan peraturan perundangan dan berada di
bawah kewenangan satu instansi yang

2.5.1. Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat


Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan Hidup Kesehatan masyarakat
adalah kondisi ketahanan fisik dan psikis dari suatu komunitas di daerah tertentu yang
merupakan implementasi dan interaksi antara perilaku yang merupakan cermin dan
kebiasaan hidup, dengan kualitas kesehatan lingkungannya. Kesehatan lingkungan
hidup adalah kondisi kualitas berbagai media lingkungan (air, udara, tanah, makanan,
manusia, vektor penyakit) yang tercermin dalam sifat fisik, biologis dan kimia dan
kualitas parameter-parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat. Berdasarkan atas Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 124tahun 1997
tentang Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL,
menjelaskan bahwa; untuk menggambarkan potensi besarnya dampak dan keterkaitan
(asosiasi) antara parameter lingkungan dengan masyarakat yang terpajan, dapat
dipergunakan pendekatan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, yang
menggambarkan kondisi pengukuran pada: a. sumber, emisi/ambien, b. masyarakat
terpajan (biomarker), dan c. dampak interaksi (prevalensi dan insidensi penyakit,
kejadian keracunan, dan kecelakaan).
Dalam Analisis Mengenai Dampak lingkungan (AMDAL), terdapat dua
komponen pokok yang tidak terpisahkan berkaitan dengan kajian aspek kesehatan
masyarakat, yaitu analisis terhadap potensi besarnya dampak, dan pengelolaan
dampak. Dua komponen pokok tersebut mencakup berbagai metoda, model
pendekatan seperti epidemiologi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), higiene, dan
sanitasi, kinerja laboratorium, serta kajian komunikasi massa untuk diseminasi
informasi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengatur AMDAL

2.6. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 22
Setiap usaha dan / atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki amdal.
Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan;
b. Luas wilayah penyebaran dampak;
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. Sifat kumulatif dampak;
f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak dan/atau
g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Pasal 23
Kriteria usaha dan / atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan
amdal terdiri atas:
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam
dalam pemanfaatannya;
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara;
dan/atau
i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.

Pasal 24
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan dasar penetapan
keputusan kelayakan lingkungan hidup.

Pasal 25
Dokumen amdal memuat:
a. Pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. Evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. Saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;
d. Prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. Evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f. Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Pasal 26
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa dengan
melibatkan masyarakat. Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip
pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan
dilaksanakan. Masyarakat sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Yang terkena dampak;
b. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau c. Yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses amdal.
c. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan
terhadap dokumen amdal.

Pasal 27
Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
dapat meminta bantuan kepada pihak lain.

Pasal 28
Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal. Kriteria untuk memperoleh sertifikat
kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Penguasaan metodologi penyusunan amdal;
b. Kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak serta
pengambilan keputusan; dan kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun amdal yang ditetapkan oleh
Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 29
Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Komisi Penilai Amdal wajib
memiliki lisensi dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Persyaratan dan tatacara lisensi sebagaimana dimaksud diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 30
Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 terdiri atas
wakil dari unsur:
a. Instansi lingkungan hidup;
b. Instansi teknis terkait; pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang sedang dikaji; pakar dibidang pengetahuan yang terkait
dengan dampak yang timbul dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang sedang
dikaji;wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan
c. Organisasi lingkungan hidup.
Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim teknis yang
terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian teknis dan sekretariat yang dibentuk
untuk itu.
Pakar independen dan sekretariat sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 32
Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal bagi usaha dan/atau
kegiatan golongan ekonomi lemah yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup.
Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya,
dan/atau penyusunan amdal. Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi
lemah diatur dengan peraturan perundang-undangan.

2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN


2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau
Kegiatan.

Pasal 2
Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui tahapan
kegiatan yang meliputi:
1. Penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
2. Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
3. Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

Pasal 28
Andal dan RKL-RPL yang telah disusun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diajukan
kepada:
1. Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Pusat, untuk Kerangka Acuan yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat;
2. Gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal provinsi, untuk Kerangka Acuan
yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal provinsi; atau
3. Bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk
Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.
Berdasarkan pengajuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekretariat Komisi
Penilai Amdal memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi
dokumen Andal dan RKL-RPL.
Komisi Penilai Amdal melakukan penilaian Andal dan RKL-RPL sesuai dengan
kewenangannya.
Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk menilai dokumen Andal dan
RKL-RPL yang telah dinyatakan lengkap secara administrasi oleh sekretariat Komisi
Penilai Amdal
Tim teknis menyampaikan hasil penilaian atas dokumen Andal dan RKL-RPL kepada
Komisi Penilai Amdal.
Pasal 29
Komisi Penilai Amdal, berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (5), menyelenggarakan rapat Komisi Penilai Amdal.
Komisi Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-
RPL kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL :
1. Rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
2. Rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.

Pasal 42
Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggungjawab Usaha
dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Permohonan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
bersamaan dengan pengajuan penilaian Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL-
UPL.

Pasal 43
Permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), harus
dilengkapi dengan:
1. Dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
2. Dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan
3. Profil Usaha dan/atau Kegiatan.

Pasal 49
Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib
diumumkan melalui media massa dan/atau multimedia.
Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 5
(lima) hari kerja sejak diterbitkan.
3. PERMENLH RI NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG JENIS RENCANA USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI AMDAL

Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha
dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau
Kegiatan. (Pasal 1 ayat 4)
Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki Amdal. (Pasal 2 ayat 1)

Pasal 5
(1) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal dapat ditetapkan
menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki Amdal, apabila:
a. dampak dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dapat ditanggulangi
berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau
b. berdasarkan pertimbangan ilmiah, ,tidak menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup.
(2) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh Menteri.
(3) Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan
secara tertulis kepada Menteri, oleh:
a. kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian;
b. gubernur;
c. bupati/walikota; dan/atau
d. masyarakat.
(4) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan

Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Amdal) ditetapkan berdasarkan:
a. Potensi dampak penting
Potensi dampak penting bagi setiap jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut ditetapkan
berdasarkan:
1) besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
2) luas wilayah penyebaran dampak;
3) intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4) banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5) sifat kumulatif dampak;
6) berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan
7) kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau
8) referensi internasional yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai landasan kebijakan
tentang Amdal.

b. Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak penting


negatif yang akan timbul.

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup

A. Bidang Multisektor
Bidang Multisektor berisi jenis kegiatan yang bersifat lintas sektor. Jenis kegiatan yang
tercantum dalam bidang multisektor merupakan kewenangan Kementerian/Lembaga
Pemerintah Nonkementerian terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
a. Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
b. Pemotongan bukit dan pengurugan lahan dengan
Volume
c. Pengambilan air bersih dari danau, sungai, mata air, atau sumber air permukaan
lainnya
d. Pengambilan air bawah tanah (sumur tanah dangkal, sumur tanah dalam)
e. Pembangunan bangunan gedung

B. Bidang Pertahanan
Secara umum, kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas militer dengan skala/besaran
sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini berpotensi menimbulkan dampak penting
antara lain potensi terjadinya ledakan serta keresahan sosial akibat kegiatan operasional
dan penggunaan lahan yang cukup luas.
a. Pembangunan Pangkalan TNI AL
b. Pembangunan Pangkalan TNI AD
c. Pembangunan Pangkalan TNI AU
d. Pembangunan Pusat Latihan Tempur

C. Bidang Pertanian
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah, perubahan ketersediaan dan kualitas air
akibat kegiatan pembukaan lahan, persebaran hama, penyakit dan gulma pada saat
beroperasi, serta perubahan kesuburan tanah akibat penggunaan pestisida/herbisida.
Disamping itu sering pula muncul potensi konflik sosial dan penyebaran penyakit
endemik.
Skala/besaran yang tercantum dalam tabel di bawah ini telah memperhitungkan
potensi dampak penting kegiatan terhadap ekosistem, hidrologi, dan bentang alam.
Skala/besaran tersebut merupakan luasan rata-rata dari berbagai ujicoba untuk masing-
masing kegiatan dengan mengambil lokasi di daerah dataran rendah, sedang, dan tinggi.
a. Budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit pengolahannya,
dengan luas
b. Budidaya tanaman holtikultura dengan atau tanpa unit pengolahannya,
dengan luas
c. Budidaya tanaman perkebunan

D. Bidang Perikanan dan Kelautan


Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha budidaya tambak udang dan
ikan adalah perubahan ekosistem perairan dan pantai, hidrologi, dan bentang alam.
Pembukaan hutan mangrove akan berdampak terhadap habitat, jenis dan kelimpahan dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan yang berada di kawasan tersebut. Pembukaan hutan
mangrove dimaksud wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, seperti
memperhatikan kelestarian sempadan pantai mangrove, tata cara konversi mangrove yang
baik dan benar untuk meminimalisasi dampak, dan lain sebagainya.
 Budidaya tambak udang/ikan tingkat teknologi maju dan madya dengan atau tanpa
unit pengolahannya
 Usaha budidaya perikanan terapung (jaring apung dan pen system)

E. Bidang Kehutanan
Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan adalah gangguan terhadap ekosistem
hutan, hidrologi, keanekaragaman hayati, hama penyakit, bentang alam dan potensi
konflik sosial.
 Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) dari Hutan Alam (HA)
 Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) dari Hutan Tanaman

F. Bidang Perhubungan
a. Pembangunan Jalur Kereta Api, dengan atau tanpa stasiunnya
b. Pembangunan terminal penumpang dan terminal barang transportasi jalan
c. Pengerukan perairan
d. Pembangunan pelabuhan
e. Pembangunan Bandar udara untuk fixed wing beserta fasilitasnya

G. Bidang Teknologi Satelit


a. Pembangunan Dan Pengoperasian Bandar Antariksa
b. Pembangunan Fasilitas Peluncuran Roket di darat dan tujuan lainnya.
c. Pembangunan fasilitas pembuatan propelan Roket
d. Pabrik Roket
e. Pembangunan fasilitas uji static dan fasilitas peluncuran roket

H. Bidang Perindustrian
a. Industri semen (yang dibuat melalui produksi klinker)
b. Industri pulp atau industri pulp dan kertas yang terintegrasi dengan Hutan Tanaman
Industri, Kapasitas
c. Industri petrokimia hulu
d. Kawasan Industri (termasuk komplek industri yang terintegrasi)
e. Industri galangan kapal dengan sistem graving dock
f. Industri propelan, amunisi dan bahan peledak
g. Industri peleburan timah hitam
h. Kegiatan industri yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan angka 7 yang
menggunakan areal urban dan rural

I. Bidang Pekerjaan Umum


Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum mempertimbangkan skala/besaran
kawasan perkotaan (metropolitan, besar, sedang, kecil) yang menggunakan kriteria yang
diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku yang mengatur tentang penyelenggaraan
penataan ruang (Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang) atau penggantinya.
a. Pembangunan Bendungan/Waduk atau Jenis Tampungan Air lainnya
b. Daerah irigasi
c. Pengembangan Rawa:
d. Reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi
e. Pembangunan Pengaman Pantai dan perbaikan muara sungai
f. Normalisasi Sungai (termasuk sodetan) dan Pembuatan Kanal Banjir
g. Pembangunan dan/atau peningkatan jalan tol yang membutuhkan pengadaan lahan
diluar rumija (ruang milik jalan) dengan skala/besaran panjang (km) dan skala/besaran
luas pengadaan lahan (ha)
h. Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran yang membutuhkan
pengadaan lahan (di luar rumija):
i. Pembangunan subway, terowongan, jalan layang, dan jembatan
j. Persampahan
k. Air limbah domestik
l. Pembangunan saluran drainase (primer dan/atau sekunder) di permukiman
m. Jaringan air bersih di kota besar / metropolitan

J. bidang Perumahan dan kawasan pemukiman tertentu


a. Pembangunan Perumahan dan kawasan Permukiman dengan pengelola tertentu

A. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral


a. Mineral batu bara
b. Minyak bumi dan gas
c. Ketenagalistrikan
d. Energi baru dan terbarukan
M. Bidang Ketenaganukliran
Secara umum, kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan dan penggunaan
teknologi nuklir selalu memiliki potensi dampak dan risiko radiasi. Persoalan
kekhawatiran masyarakat yang selalu muncul terhadap kegiatan-kegiatan ini juga
menyebabkan kecenderungan terjadinya dampak sosial.
a. Pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir,
b. Pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non reaktor,
c. Pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Pengelolaan Limbah Radioaktif, yang
meliputi kegiatan konstruksi dan operasi
d. Produksi Radioisotop

N. Bidang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)


Kegiatan yang menghasilkan limbah B3 berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia, terutama kegiatan yang dipastikan akan
mengkonsentrasikan limbah B3 dalam jumlah besar sebagaimana tercantum dalam tabel.
Kegiatan-kegiatan ini juga secara ketat diikat dengan perjanjian internasional (konvensi
basel) yang mengharuskan pengendalian dan penanganan yang sangat seksama dan
terkontrol.
a. Industri jasa pengelolaan limbah B3 yang melakukan kombinasi 2 (dua) atau lebih
kegiatan meliputi: pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3
b. Pemanfaatan limbah B3
c. Pengolahan limbah B3
d. Penimbunan limbah B3 dengan landfill kelas 1, kelas 2, dan/atau kelas 3
BAGAN ALIR TATA CARA PENAPISAN UNTUK MENENTUKAN
WAJIB TIDAKNYA SUATU RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
MEMILIKI
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Keterangan:
1. Pemrakarsa mengisi ringkasan informasi awal atas rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan.
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan wajib sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku dan Peta Indikatif Penundaan Izin Baru yang ditetapkan melalui
Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011.
2. Uji ringkasan informasi dengan daftar jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki amdal (Lampiran I)
3. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan yang;
TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka:
4. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib
memiliki amdal.
5. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan yang;
TIDAK TERMASUK dalam daftar pada lampiran I, maka:
6. Uji lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan apakah lokasi tersebut berada di
dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung?
Catatan:
a. Gunakan daftar kawasan lindung pada Lampiran III (kawasan lindung
dimaksud wajib ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangan); dan
b. Gunakan kriteria berbatasan langsung dengan kawasan lindung (Pasal 3
ayat (3)).
7. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan yang
TIDAK BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
lindung, maka:
8. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib
memiliki UKL-UPL atau SPPL (Lihat Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup tentang UKL-UPL dan SPPL).
9. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan yang;
BERADA di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan
lindung, maka:
10. Uji ringkasan informasi dengan kriteria pengecualian atas jenis daftar jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal yang
berada dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung (Pasal 3
ayat (4)).
11. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan yang;
TERMASUK dalam kriteria pengecualian dalam Pasal 3 ayat (4),
maka:
12. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib
memiliki UKL-UPL atau SPPL (Lihat Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup tentang UKL-UPL dan SPPL).
13. Jika:
a. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan; atau
b. terdapat usaha dan/atau kegiatan pendukung atas usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan yang;
TIDAK termasuk dalam kriteria pengecualian dalam Pasal 3 ayat
(4), maka:
14. Terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, disimpulkan wajib
memiliki Amdal.

4. PERMENLH RI NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN


PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup yang selanjutnya disebut SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatannya di luar Usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau
UKL-UPL.
Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Andal
adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
rencana Usaha dan/atau kegiatan.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup,yang selanjutnya disebut RKL
adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut RPL
adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
akibat rencana Usaha dan/atau kegiatan.
Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi pemerintah yang bertanggung
jawab atas suatu usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Penyusunan Dokumen Amdal adalah kegiatan menuangkan kajian dampak
lingkungan ke dalam dokumen Amdal yang dilakukan oleh Pemrakarsa.
Penyusunan UKL-UPL adalah kegiatan pengisian formulir UKL-UPL
yang dilakukan oleh Pemrakarsa.
Penyusunan SPPL adalah kegiatan pengisian SPPL yang dilakukan oleh
Pemrakarsa.

Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan memberikan pedoman penyusunan dokumen
lingkungan hidup.
Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
dokumen Amdal; formulir UKL-UPL; dan SPPL.
Pasal 4
Dokumen Amdal terdiri atas dokumen:
a. Kerangka Acuan;
b. Andal; dan
c. RKL-RPL.

Pasal 5
Kerangka Acuan memuat:
1. Pendahuluan;
2. Pelingkupan;
3. Metode studi;
4. Daftar pustaka; dan
5. Lampiran.
Penyusunan Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan pedoman penyusunan Kerangka Acuan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 6
Andal sebagaimana memuat:
1. Pendahuluan;
2. Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal;
3. Prakiraan dampak penting;
4. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan;
5. Daftar pustaka;dan
6. Lampiran.

Penyusunan Andal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai


dengan pedoman penyusunan Andal sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7
RKL-RPL memuat:
1. Pendahuluan;
2. Rencana pengelolaan lingkungan hidup;
3. Rencana pemantauan lingkungan hidup;
4. Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang dibutuhkan;
5. Pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam rkl-rpl;
6. Daftar pustaka; dan
7. Lampiran.

Penyusunan RKL-RPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai


dengan pedoman penyusunan RKL-RPL sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.

Pasal 8
Formulir UKL-UPL
1. Identitas pemrakarsa;
2. Rencana usaha dan/atau kegiatan;
3. Dampak lingkungan yang akan terjadi, dan program pengelolaan serta
pemantauan lingkungan;
4. Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang dibutuhkan; dan
5. Pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam formulir ukl-upl.
6. Daftar pustaka; dan
7. Lampiran

Pasal 9
SPPL :
1. Identitas pemrakarsa;
2. Informasi singkat terkait dengan usaha dan/atau kegiatan;
3. Keterangan singkat mengenai dampak lingkungan yang terjadi dan
pengelolaan lingkungan hidup yang akan dilakukan;
4. Penyataan kesanggupan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup; dan tandatangan pemrakarsa di atas kertas bermaterai
cukup.

Susunan pelaksana studi Amdal sebagai berikut:


Tim Penyusun Amdal, terdiri atas:
1. Ketua Tim, yang memiliki sertifikat kompetensi penyusun Amdal Ketua
Tim Penyusun Amdal (KTPA);
2. Anggota Tim, minimal dua orang yang memiliki sertifikat kompetensi
penyusun Amdal Anggota Tim Penyusun Amdal (ATPA);

Tenaga Ahli, yaitu orang yang memiliki keahlian tertentu yang diperlukan
dalam penyusunan dokumen amdal seperti tenaga ahli yang sesuai dengan
dampak penting yang akan dikaji atau tenaga ahli yang memiliki keahlian
terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.
 Asisten Penyusun amdal, yaitu orang yang dapat menjadi asisten penyusun
amdal adalah setiap orang yang telah mengikuti dan lulus
 pelatihan penyusunan amdal di LPK yang telah teregistrasi/terakreditasi di
KLH.
 Tim penyusunan amdal dan tenaga ahli bersifat wajib, sedangkan asisten
penyusun amdal bersifat pilihan.
 Biodata dan surat pernyataan bahwa personil tersebut benar-benar
melakukan penyusunan dan ditandatangani di atas materai wajib
dilampirkan.

2.7. CONTOH AMDAL


Ada banyak contoh kasus amdal di Indonesia, misalnya kasus TPA, Bantar
Gebang, Bekasi. Yang jika disusun dalam bentuk amdal akan menjadi seperti
berikut ini :
1. Latar belakang masalah
 Apa dampak sampah yang ada di TPA Bantar Gebang bagi lingkungan
dan masyarakat sekitar.
 Bagaimana sistem pengelolaannya dan kebijakan dari pemerintah dalam
menanggulangi sampah yang ada di daerah Bantar Gebang Bekasi dan
sekitarnya.
2. Data dan fakta yang ada di lapangan
Faktanya menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar TPA
tersebut banyak yang terkena penyakit. Seperti penyakit ISPA, Gastritis, Mialgia,
Anemia, infeksi dan alergi kulit, Asma, Reumatik, Hipertensi, dan masih banyak
lagi. Hal itu menunjukkan bahwa TPA Bantar Gebang menimbulkan dampak
yang buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan menurut data yang ada, jumlah sampah domestik yang berasal dari
rumah tangga adalah sekitar 2.915.263.800/ton. Sedangkan untuk lumpur dari
septi tanc jumlahnya mencapai 60.363,41 ton per tahunnya. Untuk sampah yang
berasal dari industri pengolahan jumlahnya mencapai 8.206.824,03 ton per
tahunnya.
Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah sampah yang ada di TPA Bantar
Gebang tersebut, sudah melewati batas maksimal. Sehingga menimbulkan
beragam penyakit di lingkungan sekitar, dan hal itu harus ditanggulangi
secepatnya. Karena jumlah sampah yang menumpuk tersebut akan sangat
berbahay bagi kehidupan manusia.
Ada banyak faktor yang menyebabkan jumlah sampah tersebut melonjak
setiap tahunnya. Misalnya saja karena kegiatan operasional yang buruk, sehingga
menimbulkan pencemaran di badan air yang ada di sekitar TPA. Serta air tanah
yang diakibatkan oleh limbah dan munculnya kebakaran karena terbakarnya gas
methan.
Dinas kebersihan sudah melakukan hal-hal berikut ini, untuk menanggulangi
masalah sampah di TPA Bantar Gebang tersebut. diantaranya yaitu :
a. Menambah fasilitas unit dalam pengolahan limbah dan meningkatkan
efisiensi pengolahan sampah, agar kualitas limbah memenuhi syarat untuk
kemudian dibuang.
b. Meningkatkan sekaligus memperbaiki penanganan sampah agar sesuai
dengan prosedur yang ada, yaitu sanitary landfill.
c. Membantu masyarakat sekitar yang tinggal tak jauh dari TPA, dengan
menyediakan air bersih, puskesmas, dan juga ambulance.
d. Mengatur para pemulung yang biasa berkeliaran di TPA agar tidak
mengganggu kegiatan operasional para petugas.

3. Hasil analisa
1) Bagaimana dampak sampah bagi lingkungan masyarakat
Jumlah sampah yang melimpah dan kondisi TPA yang buruk akan
mengakibatkan munculnya berbagai jenis penyakit. Yang terjadi pada masyarakat
di sekitar TPA, selain itu keberadaan TPA tersebut juga akan merusak
lingkungan dan ekologi di sekitarnya. Munculnya pencemaran tanah yang juga
berbahaya.
Tanah yang tadinya bersih akan tercampur dengan limbah atau sampah yang
ada di sana. Maka potensi pencemaran tanah yang dilihat secara fisik akan
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama.

2) Bagaimana sistem pengelolaan sampah dan kebijakan yang diberikan oleh


pemerintah.
Ada banyak faktor yang menyebabkan pengelolaan sampah menjadi buruk
dan memberi dampak negatif bagi lingkungan. Misalnya faktor internal, yang
mencakup SDM yang kurang atau tidak berkualitas dalam mengelola sampah dan
TPA. Faktor lainnya yaitu faktor eksternal yaitu minimnya lahan untuk TPA yang
ada di kota besar.
Sehingga jumlah sampah yang masuk tidak sebanding dengan ukuran lahan
TPA yang ada. Alasan eksternal lainnya yaitu penolakan dari masyarakat sekitar
tentang adanya TPA yang berada tak jauh dari tempat tinggal mereka. Sedangkan
kebijakan yang diberikan oleh pemerintah dalam menanggulangi sampah di TPA
Bekasi tersebut adalah :
• Menentukan siapa yang akan mengelola TPA dan bagaimana cara
pengelolaan yang harusnya dilakukan. Akan diterapkan beberapa aturan
dalam cara pengelolaan yang tepat, dan teknologi apa saja yang akan
digunakan agar hasilnya sesuai dengan aturan yang ada mengenai kondisi dan
pengelolaan suatu TPA.
• Teknologi yang akan digunakan akan disesuaikan dengan jumlah anggaran
yang ada, terutama kemampuan pemilik proyek mengenai biaya yang
dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai