Anda di halaman 1dari 90

OLEH

DR. ERNY HERLIN SETYORINI, SH., MH


IZIN LINGKUNGAN
Dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh
berbagai aktifitas pembangunan dianalisis sejak awal
perencanaannya sehingga langkah pengendalian
dampak negatif dan pengembangan dampak positif
dapat dipersiapkan sedini mungkin.

Perangkat/ instrumen yang dapat digunakan untuk


melakukan hal tersebut adalah Amdal dan UKL-UPL.

Amdal dan UKL-UPL merupakan salah satu syarat


untuk mendapatkan izin lingkungan.
Lanjutan
Usaha dan/ atau kegiatan dilihat dari perspektif lingkungan hidup
terbagi menjadi 3 tingkatan :
1. Usaha/ kegiatan wajib AMDAL;
2. Usaha/ kegiatan wajib UKL-UPL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkugan);
3. Usaha/ kegiatan wajib SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan
Lingkugan).
 Usaha/kegiatan yang wajib izin lingkungan :
Pasal 36 ayat (1) UUPPLH-2009 :
“Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau
UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan”.
 Dengan demikian, usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki izin
lingkungan adalah :
1. usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL; atau
2. usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL.
Usaha dan/atau
kegiatan
Wajib Amdal

WAJIB MEMILIKI IZIN


LINGKUNGAN
Usaha dan/ atau
kegiatan wajib
UKL/UPL

Setiap usaha dan/ atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal


atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan (Pasal 2
PP No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan).
SANKSI
Sanksi Pagi Pelaku Usaha
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah) dan paling banyak Rp
3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah). Pasal 109
UU PPLH-2009.
Sanksi bagi Pejabat

Pejabat pemberi izin usaha dan/atau


kegiatan yang menerbitkan izin usaha dan/
atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga
milyar rupiah). Pasal 111 ayat (2) UU
PPLH-2009.
IZIN LINGKUNGAN BAGI YANG WAJIB AMDAL

Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu


usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/ atau kegiatan.

Hasil kajian Amdal berupa dokumen Amdal, yaitu :


1. Dokumen Kerangka Acuan (KA);
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(ANDAL);
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL).
Sanksi
Sanksi bagi pejabat yang memberikan izin
lingkungan tanpa dilengkapi dengan Amdal atau
UKL-UPL, diatur dalam Pasal 111 ayat (1) UUPPLH-
2009 :
“Pejabat pemberi izin lingkungan yang
menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi
dengan Amdal atau UKL-UPL sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga
milyar rupiah)”.
Jenis usaha/ dan atau kegiatan wajib dokumen
Amdal
Jenis usaha/ dan atau kegiatan yang wajib memiliki
dokumen Amdal, yaitu :
- usaha dan/ atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup.
Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup
yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu
usaha dan/ atau kegiatan.
Kriteria dampak penting a.l. terdiri atas :
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena
dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan.
b. luas wilayah penyebaran dampak.
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
d. banyaknya komponen lingkungan hidup dan yang
akan terkena dampak.
e. sifat komulatif dampak.
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kriteria usaha dan/ atau kegiatan yang berdampak
penting yang wajib dilengkapi dengan Amdal :
 Pasal 23 ayat (1) UUPPLH-2009 menyatakan bahwa
kriteria usaha dan/ atau kegiatan yang berdampak
penting yang wajib dilengkapi Amdal :
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sda, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat
menimbulkan pencemaran dan/ atau kerusakan
lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sda dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan,
serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan
mempengaruhi kawasan konservasi sda dan/ atau
perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non
hayati;
h. kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan/ atau
mempengaruhi pertahanan negara; dan/ atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai
potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan
hidup.
 Jenis rencana usaha dan/ atau kegiatan yang wajib
memiliki Amdal tercantum dalam lampiran Permen
Negara Lingkungan Hidup RI N0. 05 tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau kegiatan
yang wajib memiliki Amdal.
Prosedur Penyusunan dan Penilaian Dokumen
Amdal
Dokumen Amdal terdiri dari 3, yaitu KA, ANDAL, RKL
dan RPL yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Yang Menyusun dokumen AMDAL :
 Amdal disusun oleh Pemrakarsa (dapat dilakukan
sendiri atau meminta bantuan kepada pihak lain, baik
perorangan atau yang tergabung dalam lembaga
penyedia jasa penyusunan Amdal dengan syarat telah
memiliki sertifikat kompetensi penyusunan Amdal).
 Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada instansi
lingkungan hidup Pusat, Provinsi, atau Kabupaten/
Kota dilarang menjadi penyusun Amdal.
Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi
pemerintah yang bertanggungjawab atas suatu usaha
dan/ atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Kapan Penyusunan Dokumen Amdal


 Dokumen Amdal disusun pada tahap perencanaan
suatu usaha dan/ atau kegiatan dengan lokasi wajib
sesuai dengan rencana tata ruang.
 Jika lokasi kegiatan yang direncanakan tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, maka dokumen Amdal
tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan kepada
Pemrakarsa (Pasal 4 PP No.27 tahun 2012).
Penyusunan Dokumen Amdal
Tahap Perencanaan

Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap


perencanaan suatu usaha dan/ atau kegiatan.
Lokasi rencana
Tidak sesuai
usaha dan/ atau
dengan rencana
-- KA kegiatan wajib tata ruang, maka
-- Andal sesuai dengan dokumen Amdal
--RKL dan RPL rencana tata tidak dapat
ruang dinilai dan wajib
dikembalikan
kepada
Sumber : Ps 4-5 PP 27/2012 Pemrakarsa
Prosedur Penyusunan Amdal

 Keterlibatan Masyarakat Sekitar


 Pemrakarsa dalam menyusun dokumen Amdal wajib
mengikutsertakan masyarakat.
 Masyarakat yang dilibatkan :
a. Masyarakat yang terkena dampak;
b. Masyarakat pemerhati lingkungan hidup;
c. Masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses Amdal.
 Untuk mengikutsertakan masyarakat melalui :
1. pengumuman rencana usaha dan/ atau kegiatan;
2. konsultasi publik yang dilakukan sebelum penyusunan
dokumen Kerangka Acuan (KA).
Melalui proses pengumuman dan konsultasi publik,
masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan
tanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada
pemrakarsa dan Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan penilaian
dokumen Amdal.
Tujuan melibatkan masyarakat :
a. Mendapatkan informasi mengenai rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan;
b. Dapat memberikan saran, pendapat dan/ atau
tanggapan atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan;
c. Masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan
keputusan terkait rekomendasi layak atau tidak layak
atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan;
d. Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat
dan/atau tanggapan atas proses izin lingkungan.

Penyusunan Dokumen Kerangka Acuan


 Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup studi
analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan
hasil pelingkupan.
 Tujuan Penyusunan Kerangka Acuan
1. merumuskan lingkup dan kedalaman studi Andal;
2. mengarahkan studi andal agar berjalan dengan
efektif dan efisien sesuai dengan biaya, tenaga, dan
waktu yang tersedia.
 Fungsi dokumen kerangka acuan
1. Sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, penyusun
dokumen Amdal, instansi yang membidangi rencana
usaha dan/atau kegiatan, dan instansi lingkungan
hidup, serta tim teknis Komisi Penilai Amdal tentang
Lingkup dan kedalaman studi Andal yang akan
dilakukan.
2. sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen
Andal untuk mengevaluasi hasil studi Andal.
 Prosedur Penyusunan, Penilaian, dan Persetujuan
Kerangka Acuan (KA)
- Kerangka acuan yang telah disusun oleh Pemrakarsa
sebelum penyusunan Andal dan RKL-RPL diajukan
kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/walikota sesuai
dengan kewenangan melalui Sekretariat Komisi Penilai
Amdal;
- Sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan
pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi
kerangka acuan;
- Kerangka acuan yang telah dinyatakan lengkap secara
administrasi, dinilai oleh Komisi Penilai Amdal;
- Komisi penilai Amdal menugaskan tim teknis
untuk menilai kerangka acuan;
- Tim teknis dalam melakukan penilaian
melibatkan Pemrakarsa untuk menyepakati
kerangka acuan;
- Tim teknis menyampaikan hasil penilaian
kerangka acuan kepada Komisi Penilai Amdal;
- dalam hal penilaian tim teknis dinyatakan dapat
disepakati oleh Komisi Penilai Amdal, Komisi
Penilai Amdal menerbitkan Persetujuan
Kerangka Acuan.
Penilaian Kerangka Acuan
Prosedur Penyusunan dan Penilaian Dokumen
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)-
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
 Andal adalah telaahan cermat dan mendalam tentang
dampak penting suatu rencana dan/ atau kegiatan.
 RKL adalah Upaya penanganan dampak terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
 RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan
hidup yang terkena dampak akibat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Tujuan Penyusunan ANDAL
 Andal disusun untuk menyampaikan
telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan.
 Hasil kajian Andal berfungsi untuk
memberikan pertimbangan guna
pengambilan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan dari rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diusulkan.
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
 Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah
keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan
hidup dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan Amdal.
 Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup paling
sedikit memuat :
a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan;
b. pernyataan kelayakan lingkungan;
c. persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai
dengan RKL-RPL; dan
d. kewajiban yg harus dilakukan oleh pihak terkait
(Pasal 33 PP No. 27 tahun 2012)
Pengajuan penilaian Andal dan
RKL-RPL bersamaan dengan
permohonan izin lingkungan
dilengkapi dengan dokumen
AMDAL (KA, draf Andal, dan RKL-
RPL), dokumen pendirian usaha
dan/atau kegiatan dan profil usaha
dan/atau kegiatan.
Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau Ketidaklayakan Lingkungan Hidup
Jangka waktu penetapan
MENTERI Keputusan
10 hari kerja Kelayakan
GUBERNUR Lingkungan atau
BUPATI/ Muatan Keputusan Kelayakan Lingkungan :ketidaklayakan
WALIKOTA 1. Dasar pertimbangan dikeluarkannya pene-
tapan;
2. Pernyataan kelayakan lingkungan usaha
dan/atau kegiatan;
3. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa
Rekomendasi Hasil
sesuai dengan yg tercantum dlm RKL-RPL;
Penilaian Andal dan RKL-
4. Kewajiban yg harus dilakukan oleh pihak
RPL dari Komisi Penilai
terkait.
Amdal
IZIN LINGKUNGAN UNTUK YANG WAJIB UKL-UPL
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib Amdal wajib
memiliki UKL-UPL sebagai salah satu syarat
memperoleh izin lingkungan.
 UKL-UPL adalah Pengelolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
SIAPA YANG MENYUSUN UKL-UPL
 UKL-UPL disusun oleh Pemrakarsa.
 Pegawai Negeri Sipil yang bekerja
pada instansi lingkungan hidup Pusat,
Provinsi, atau kabupaten/kota
dilarang menjadi penyusun UKL-UPL,
kecuali dalam hal instansi lingkungan
hidup pusat, provinsi, atau
kabupaten/kota bertindak sebagai
Pemrakarsa.
JENIS KEGIATAN ATAU USAHA YANG WAJIB UKL-UPL
 Jenis kegiatan atau usaha yang wajib UKL-UPL
ditetapkan berdasarkan Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota.
 Pasal 34 :
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib amdal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memiliki
UKL-UPL;
(2) Gubernur atau Bupati/walikota menetapkan
jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL.
PROSEDUR PENYUSUNAN DAN PEMERIKSAAN
UKL-UPL

PROSEDUR PENYUSUNAN UKL-UPL

 UKL-UPL disusun oleh Pemrakarsa pada tahap


perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan dengan lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan wajib sesuai dengan
rencana tata ruang.
 Dalam hal lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
sesuai dengan rencana tata ruang, UKL-UPL tidak dapat
diperiksa dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa
(Pasal 14 PP 27/2012).
 Penyusunan UKL-UPL dilakukan melalui pengisian
formulir UKL-UPL dengan format yang ditentukan dalam
Permen Negara Lingkungan Hidup RI No. 16/2012 ttg
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

PEMERIKSAAN UKL-UPL
Formulir UKL-UPL yang telah diisi oleh Pemrakarsa
disampaikan kepada Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan.
Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan Rekomendasi
UKL-UPL dapat dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri, kepala instansi lingkungan hidup
provinsi atau kepala instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota.
Menteri, Gubernur atau Bupati/walikota melakukan
pemeriksaan kelengkapan adm. formulir UKL-UPL.
Apabila hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi
formulir UKL-UPL dinyatakan tidak lengkap, Menteri,
Gubernur atau Bupati/walikota mengembalikan UKL-
UPL kepada Pemrakarsa untuk dilengkapi.
Apabila hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi
formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap, Menteri,
Gubernur, atau Bupati/walikota melakukan
pemeriksaan UKL-UPL.
Pemeriksaan dilakukan dalam jangka waktu 14 hari
sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap scr
administrasi
Berdasarkan pemeriksaan Menteri, Gubernur
atau Bupati/walikota menerbitkan Rekomendasi
UKL-UPL berupa Persetujuan UKL-UPL atau
Penolakan UKL-UPL.
Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan
terhadap suatu usaha dan/atau kegiatan yang
wajib UKL-UPL.
Bersamaan dengan pengajuan pemeriksaan UKL-
UPL disampaikan permohonan izin lingkungan
dilengkapi dengan melampirkan dokumen
pendirian usaha dan/atau kegiatan dan profil
usaha dan/atau kegiatan.
Pemeriksaan UKL-UPL & Penerbitan Rekomendasi UKL-UPL

-Menteri
- Gubernur Pemeriksaan Y Rekomendasi
Kelengkapan
-Bupati/ Administrasi Ya Teknis UKL-
a UKL-UPL
-Walikota UPL*Persetujuan
Tidak atau

UKL-UPL
Hasil pemeriksaan *Penolakan
UKL-UPL perlu
diperbaiki
Jangka waktu
pemeriksaan teknis
UKL-UPL adalah 14 hari
kerja
(tidak termasuk
perbaikan dan
Sumber : Pasal 36-40 PP 27/2012
penyempurnaan)
Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL
atau UKL-UPL wajib membuat Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL).

IZIN LINGKUNGAN
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.
 Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-
UPL.
IZIN LINGKUNGAN
 Izinn lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan (Pasal
1 angka 35 UUPPLH-2009 dan Pasal 1 angka 1 PP 27/2012).
 Izin lingkungan merupakan prasyarat untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan (Pasal 40 ayat (1) UUPPLH-
2009).
 Izin lingkungan harus ada terlebih dahulu sebelum
penerbitan izin usaha.
 Bila izin lingkungan dicabut, maka izin usaha dan/atau
kegiatan dibatalkan
PENERBIT IZIN LINGKUNGAN
Izin lingkungan diterbitkan oleh :
 Menteri, untuk keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL-UPL yang
diterbitkan oleh Menteri.
 Gubernur untuk keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL-UPL yang
diterbitkan oleh Gubernur.
 Bupati/atau walikota untuk keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh Bupati/walikota (Pasal 47 PP
No. 27 tahun 2012).
Menteri, Gubernur, atau Bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya wajib menolak izin
lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi
dengan amdal atau UKL-UPL.

PROSEDUR PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN


 Izin lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang
meliputi.
1. Penyusunan AMDAL dan UKL-UPL
2. Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
3. Permohonan dan penertiban Izin Lingkungan.
PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN

• Permohonan Izin Ligkungan diajukan secara tertulis oleh


penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan selaku
Pemrakarsa kepada Menteri, Gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
• Permohonan Izin Ligkungan disampaikan bersamaan
dengan pengajuan penilian ANDAL dan RKL-RPL atau
pemeriksaan UKL-UPL.
• Permohonan Izin Lingkungan harus dilengkapi dengan :
Dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL; Dokumen
pendirian usaha dan/atau kegiatan; dan profil usaha
dan/atau kegiatan.
Setelah menerima Permohonan Izin Ligkungan,
Menteri, Gubernur, atau Bupati/ walikota wajib
mengumumkan Permohonan Izin Lingkungan .
Pengumuman untuk usaha dan/atau kegiatan
yang wajib Amdal dilakukan oleh
Menteri,Gubernur, atau Bupati/Walikota melalui
multimedia dan papan pengumuman di lokasi usaha
dan/atau kegiatan paling lama 2 (dua) hari kerja
terhitung sejak formulir UKL-UPL yang diajukan
dinyatakan lengkap secara administrasi.
Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat,
dan tanggapan terhadap pengumuman dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diumumkan).
Saran, pendapat, dan tanggapan
dapat disampaikan kepada
Menteri, Gubernur, atau
Bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN
Permohonan izin lingungan disampaikan bersamaan dengan
pengajuan penilaian Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKL-UPL

- Menteri
Penanggung jawab : Permohonan
Persyaratan
- Gubernur
usaha/kegiatan tertulis - Bupati/
1. Dokumen Walikota

Amdal atau formulir UKL-UPL;


1. Dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan;
2. Profil usaha dan/atau kegiatan.

Sumber : Pasal 42-43 PP 27/2012.


Penerbitan Izin Lingkungan
 Izin lingkungan diterbitkan oleh :
a. Menteri, untuk keputusan kelayakan
lingkungan hidup dan rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh Menteri;
b. Gubernur, untuk keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL,
yang diterbitkan oleh Gubernur;
c. Bupati/walikota, untuk keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL
yang diterbitkan oleh Bupati/walikota.
Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,
Gubernur, atau Bupati/walikota setelah
dilakukannya pengumuman permohonan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44
PP No.27 tahun 2012.
Izin lingkungan diterbitkan bersamaan dengan
diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
Izin lingkungan paling sedikit memuat :
a. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL;
b. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan
oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/walikota;
c. berakhirnya izin lingkungan.
 Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pemrakarsa wajib memiliki izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, izin lingkungan mencantumkan jumlah
dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
 Izin lingkungan berakhir bersamaan dengan
berakhirnya izin usaha dan/atau kegiatan.
Izin lingkungan yang telah diterbitkan
oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/walikota wajib diumumkan melalui
media massa dan/atau multimedia.
Pengumuman dilakukan dalam jangka
waktu 5 (ima) hari kerja sejak diterbitkan.
Kesimpulan :
Dokumen Amdal atau UKL-UPL harus ada
terlebih dahulu sebelum terbitnya IZIN
LINGKUNGAN.
KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN LINGKUNGAN
 Pemegang izin lingkungan berkewajiban :
1. Mentaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
izin lingkungan dan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
2. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan
terhadap persyaratan dan kewajiban dalam izin lingkungan
kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/walikota,
disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan;
3. menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (Pasal 53 PP No.27/2012).
SANKSI BAGI PEMEGANG IZIN LINGKUNGAN
 Pemegang izin lingkungan yang melanggar
ketentuan Pasal 53 tersebut di atas dikenakan
sanksi :
a. tegoran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan;
d. pencabutan izin lingkungan (Pasal 71 PP
27/2012).
Dokumen lingkungan yang telah mendapat
persetujuan sebelum berlakunya PP N0.27/2012
tetap berlaku dan dipersamakan sebagai izin
lingkungan (Pasal 73 PP No.27/2012).
PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN
 Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
mengajukan permohonan perubahan izin
lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan yang
telah memperoleh izin lingkungan direncanakan
untuk dilakukan perubahan.
 Perubahan usaha dan/atau kegiatan meliputi :
1. perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan;
2. perubahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup;
3. perubahan yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup;
4. terdapat perubahan dampak
dan/atau risiko terhadap lingkungan
hidup berdasarkan hasil kajian
analisis risiko lingkungan hidup
dan/atau audit lingkungan hidup
yang diwajibkan;
5. tidak dilaksanakannya rencana
usaha dan/atau kegiatan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
diterbitkannya izin lingkungan.
Perubahan yang berpengaruh pada lingkungan
hidup :
a. perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi
yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup;
b. penambahan kapasitas produksi;
c. perubahan spesifikasi teknik yang mempegaruhi
lingkungan;
d. perubahan sarana usaha dan/atau kegiatan;
e. perubahan lahan dan bangunan usaha dan/atau
kegiatan;
f. perubahan waktu atau durasi operasi usaha
dan/atau kegiatan;
g. usaha dan/atau kegiatan di dalam kawasan yang belum
tercakup dalam izin lingkungan;
h. terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang
ditujukan dalam rangka peningkatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup; dan
i. terjadinya perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar akibat peristiwa alam atau karena akibat lain,
sebelum dan pada waktu usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan dilaksanakan.
 Sebelum mengajukan permohonan perubahan izin
lingkungan, penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan
keputusan kelayakan lingkungan hidup/rekomendasi
UKL-UPL.
PEMBATALAN IZIN LINGKUNGAN
 Izin lingkungan dapat dibatalkan bila :
1. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin
mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan,
serta ketidakbenaran dan/atau pemalsuan data. Dokumen,
dan/atau informasi;
2. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
tercantum dalam keputusan komisi tentang kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL; atau
3. kewajiban yg ditetapkan dlm dokumen Amdal/UKL-
UPL tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan (Pasal 37 ayat (2) UUPPLH-2009).
Selain itu, izin lingkungan dapat dibatalkan melalui
keputusan PTUN.
IZIN PPLH
 Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH) adalah izin yang diberikan kepada setiap orang
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pengelolaan air
limbah, emisi, udara, limbah bahan berbahaya dan
beracun, bahan berbahaya dan beracun dan/atau
gangguan yang berdampak pada lingkungan hidup
dan/atau kesehatan manusia (Pasal 1 angka 3 Permen LH
RI No.02/tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanksi
Administratif di bidang PPLH).
Jenis izin PPLH (Penjelasan Pasal 48 ayat (2) PP
No.27/tahun 2012) :
a. izin pembuangan limbah cair;
b. izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke
tanah;
c. izin penyimpanan sementara limbah B3;
d. izin pengumpulan limbah B3;
e. izin pengangkutan limbah B3;
f. izin pemanfaatan limbah B3;
g. izin pengolahan limbah B3;
h. izin penimbunan limbah B3;
i. izin pembuangan air limbah ke
laut;
j. izin dumping;
k. izin reinjeksi ke dalam formasi,
dan/atau
l. izin venting.
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
Penegakan hukum LH adalah satu elemen penting
dlm upaya mencapai tujuan negara sebagaimana
tercantum dlm Pembukaan UUD NRI tahun 1945
(selanjutnya disebut UUD 1945), yaitu :
1. melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia;
2. memajukan kesejahteraan umum;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
Dalam Batang Tubuh UUD 1945, penegakan LH
diletakkan dlm pasal2 berkaitan dengan HAM, salah
satunya adalah Pasal 28 H ayat (1) , yg berbunyi :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan LH yg baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
 Penegakan hukum (Jimly Asshiddiqie) adalah proses
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma2 hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dlm lalu lintas atau hubungan2
hukum dlm kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
 Penegakan LH berarti tegaknya norma2 hukum dlm
upaya perlindungan LH.
Di Indonesia, perlindungan LH
diatur dalam UU PPLH-2009,
dimana ada 3 cara penegakkan
hukum :
1. Penegakan hukum administrasi;
2. Penegakan hukum perdata; dan
3. Penegakan hukum pidana.
PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI
 Siti Sundari Rangkuti : hukum lingkungan
administrasi muncul bila keputusan penguasa yang
bersifat kebijaksanaan dituangkan dalam bentuk
penetapan (beschikking) penguasa, misalnya dalam
prosedur perizinan, penentuan baku mutu
lingkungan, prosedur Amdal dan sebagainya.
 P.De Haan, et.al : hukum administrasi memiliki
fungsi normatif, fungsi instrumen, dan fungsi
jaminan.
- fungsi normatif : berkaitan dengan norma
kekuasaan memerintah.
- fungsi instrumental : berkaitan dengan penetapan
instrumen yang digunakan pemerintah untuk
menggunakan kekuasaan memerintah;
- fungsi jaminan : instrumen yang digunakan harus
menjamin perlindungan hukum bagi rakyat.
- Hukum administrasi merupakan instrumen yuridis
bagi penguasa untuk secara aktif terlibat dengan
masyarakat.
- Aspek hukum administrasi berkaitan dengan peran
pemerintah, dalam memberikan perizinan
pendirian usaha dan/atau kegiatan, dan melakukan
langkah penyelamatan lingkungan apabila ketentuan
yg disyaratkan dalam perizinan dilanggar.
Tujuan : agar perbuatan yg melanggar hukum atau tidak
memenuhi persyaratan yg diizinkan agar berhenti atau
mengembalikan pada keadaan semula sebelum terjadi
pencemaran dan perusakan.
Fokus sanksi administrasi adalah perbuatannya,
berbeda dg sanksi hukum pidana fokusnya adalah
orangnya, agar ia berubah menjadi orang yg baik dan
memperhatikan lingkungan serta hak orang lain
untuk hidup yg layak dalam lingkungan yg sehat.

PAKSAAN PEMERINTAHAN (ADMINISTRATIE


DWANG)
 Dikenal dengan paksaan administratif, yaitu paksaan
pemeliharaan hukum yg berupa larangan untuk
meneruskan suatu usaha dan/atau kegiatan.
Pemerintah berwenang melakukan paksaan
pemerintahan/ paksaan administratif terhadap
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk
mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran
serta menanggulangi akibat yg ditimbulkan oleh suatu
pelanggaran; melakukan tindakan penyelamatan,
penanggulangan dan/atau pemulihan atas beban biaya
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.
Pelanggar dapat diperingatkan agar berbuat sesuai
dengan izin yg diberikan, dan apabila tidak mentaati
izin tersebut akan dikenakan sanksi administratif lain
yg lebih keras, seperti uang paksa, dan yg paling keras
adalah pencabutan izin usaha.
Paksaan pemerintah didahului dengan surat perintah
oleh pejabat yg berwenang.
Sanksi yg berupa paksaan pemerintah/ paksaan
administratif/ paksaan pemeliharaan hukum, yaitu
sanksi yg tidak melalui proses di pengadilan.
Paksaan pemeliharaan hukum adalah tindakan
pemerintahan yg bersifat polisionel.
Misal : tindakan polisi pamong praja (Satpol PP)
kabupaten/kota untuk mengosongkan suatu
bangunan, tindakan menertibkan bangunan liar,
tindakan untuk menggusur pedagang kaki lima yg
berjualan di tempat2 yg dilarang, dsbnya.
Apabila suatu izin telah ditarik/ dicabut karena
melakukan pelanggaran perizinan, maka akan
dilakukan paksaan pemeliharaan hukum, yaitu dapat
diadakan tindakan lanjutan berupa penyegelan,
dsbnya. Menyegel tempat usaha juga berarti
melakukan paksaan administratif.
Tujuan paksaan adminitratif adalah untuk
memperbaiki keadaan yg mengakibatkan dilanggarnya
suatu peraturan .
Dengan penegakkan hukum administratif, maka
pemerintah harus memperhatikan Asas-asas Umum
Pemerintahan yg Baik (AAUPB).
PENUTUPAN TEMPAT USAHA
 Tidak diatur dalam UU PPLH
 Sebelum pemerintah melakukan sanksi yg lebih keras
lagi, yaitu pencabutan izin usaha, biasanya dilakukan
terlebih dulu penutupan tempat usaha sebagai suatu
peringatan keras terhadap pelaku pelanggaran
lingkungan.
 Penutupan tempat usaha berkaitan dengan dengan
gangguan LH diatur dalam Ordonansi Gangguan
(Hinder Ordonantie), dlm Pasal 14 ditentukan tentang
sanksi administratif berupa penutupan tempat usaha
dengan jalan menyegel mesin2, perkakas, dan alat
penolong yg dipergunakan untuk itu.
UANG PAKSA (DWANGSOM)
 Uang paksa (dwangsom : bhs Belanda), astreinte (bhs
Perancis).
 Eksistensi uang paksa sering dijumpai hampir di setiap
gugatan, yaitu sering dituntut oleh pengugat/para
penggugat kepada tergugat/para tergugat.
 Bertitik tolak pd dimensi pembagian hukum menurut
fungsinya, tuntutan uang paksa memiliki spesifikasi,
yakni di satu pihak dwangsom berwujud sebagai
hukum perdata materiil, oleh karena tuntutan uang
paksa bersifat accesoir (tergantung pd eksistensi
tuntutan/hukuman pokok). Di lain pihak, tuntutan
uang paksa berwujud sebagai hukum perdata formal--
karena suatu tuntutan uang paksa diajukan oleh
Penggugat/para penggugat kepada tergugat/para
tergugat dalam surat gugatan yg didaftarkan di PN
sesuai kompetensi perkara, kemudian diperiksa,
diadili, dan diputus oleh hakim, setelah putusan
inkracht kemudian dieksekusi.
 Diatur dalam Pasal 606 b Rv (Reglement op de
burgerlijke rechtsvordering coorde radenvan justitie op
Java en Madura), meskipun Rv sdh tdk berlaku, akan
tetapi karena HIR/RBG tdk mengatur, maka dalam
praktek demi untuk menampung hukum yg tumbuh
dan berkembang di masyarakat, eksistensi Rv oleh
Yudex Facti (PN dan PT) serta MA RI masih
mempergunakan dan mempertahankannya.
Dalam penegakan hukum lingkungan, adanya uang paksa
diatur dalam Pasal 87 ayat (3) UU PPLH-2009 yang
sebenarnya sebagai pembebanan akibat adanya PMH yg
menimbulkan kerugian pada orang lain.
Pasal 87 ayat (3) bahwa “Pengadilan dapat menetapkan
pembayaran uang paksa terhadap setiap hari
keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan”.
Tujuan : demi pelestarian fungsi LH.
Uang paksa dipungut oleh juru sita berdasarkan ketentuan
hukum acara perdata, dimana perintah pembayaran harus
terlebih dulu dikeluarkan oleh pejabat administrasi dan
perintah ini dapat dilawan (verzet) kepada hakim perdata
shg adanya perlawanan dapat menunda pelaksanaan
pembayaran secara otomtis.
PENCABUTAN IZIN USAHA
 Pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan dapat
dilakukan terhadap pelanggaran yg dianggap
mempunyai bobot tertentu untuk dihentikan
kegiatan usahanya, misal menimbulkan korban
(ada warga masyarakat yg terganggu kesehatannya
bahkan sampai meninggal dunia akibat
pencemaran dan perusakan LH.
 Pencabutan izin usaha dilakukan oleh pejabat yg
berwenang untuk itu atau pejabat yg memberi
wewenang memberikan izin usaha, atas usul
Kepala daerah yang bersangkutan atau atas
permohonan pihak yg berkepentingan karena
telah merugikan kepentingannya.
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI
HUKUM PERDATA
Dengan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan
LH, maka akan ada korban , dalam arti sebagai pihak
yg dirugikan yg berupa perseorangan, masyarakat
ataupun negara.
Aspek keperdataan dalam UUPPLH-2009 diatur
dalam Pasal 84, yg berisikan tentang penyelesaian
sengketa LH yg dapat ditempuh melalui pengadilan
atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara
sukarela para pihak yg bersengketa.
Tujuan : melindungi hak keperdataan para pihak yg
bersengketa.
PENYELESAIAN LH DI LUAR PENGADILAN
 Diatur dalam Pasal 85 UUPPLH-2009.
 Pasal 85 ayat (1) : “Penyelesaian LH di luar pengadilan
dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai :
a. bentuk dan besarnya ganti rugi
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau
perusakan
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan
terulangnya pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
terhadap LH.
 Ayat (2) : Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak
berlaku thd tindak pidana LH sbgm diatur dlm UU ini.
Ayat (3) : “Dalam penyelesaian
sengketa LH di luar
pengadilan, dapat
digunakan jasa mediator
dan/atau arbiter untuk
membantu menyelesaikan
sengketa LH”.
Tindakan tertentu dimaksudkan sebagai upaya
memulihkan fungsi LH dengan memperhatikan nilai2
yg hidup dalam masyarakat setempat.
Pasal 86 ayat (1) UUPPLH-2009 menyatakan bahwa
“Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa
penyelesaian sengketa LH yang bersifat bebas dan
tidak berpihak”.
Ayat (2) : “Pemerintah dan Pemda dapat memfasilitasi
pembentukan lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa LH yang bersifat bebas dan tidak berpihak”.
PENYELESAIAN LH MELALUI PENGADILAN
Diatur dalam Pasal 87 dan 88 UUPPLH-2009, dikenal
2 (dua) dasar gugatan perdata sebagai bentuk
pertanggungjawaban perdata.
Tanggung jawab (liability) perdata dapat berupa
tanggungjawab yg ditimbulkan hukum (legal liability)
dan tanggung jawab kontraktual (contractual
liability).
Tanggung jawab yg timbul karena UU (hukum),
sifatnya tertentu dan tidak tercipta oleh keinginan
bebas para pihak tetapi semata-mata ditentukan oleh
UU.
 Tanggung jawab yang ditimbulkan oleh perjanjian
(contractual liability) bersifat tidak tentu (infinite),
para pihak dapat membuat kontrak apapun, asal
tidak bertentangan dengan UU, ketertiban umum,
dan kesusilaan.
 Komar Kantaatmadja : harus dibedakan antara
pengertian responsibility (sebagai apa yg secara
sepihak harus dipertanggungjawabkan kepada satu
pihak), dan liability (kewajiban untuk mengganti
kerugian/ memperbaiki kerusakan yg terjadi).
 Pertanggungjawaban ini tidak harus selalu
bersamaan dengan pengertian kewajiban memberi
ganti rugi dan memperbaiki kerusakan.
Berdasarkan peraturan per-UU-an yg berlaku di
Indonesia, pada umumnya pertanggungjawaban
didasarkan pada kesalahan, artinya pihak yg
bertanggungjawab baru mempunyai kewajiban untuk
membayar ganti rugi setelah terbukti bahwa kerugian
yg terjadi disebabkan oleh kesalahannya.
Dalam Pasal 87 dan 88 UUPPLH-2009, mengenal 2
(dua) pertanggung jawaban perdata, yaitu
pertanggung jawaban yg mensyaratkan adanya unsur
kesalahan (fault based liability), dan pertanggung
jawaban mutlak (strict liability).
Tujuan : untuk mendapatkan ganti kerugian dan biaya
pemulihan LH akibat pencemaran dan perusakan LH.
STRICT LIABILITY TIDAK IDENTIK DENGAN
PEMBUKTIAN TERBALIK
Strict liability mengandung pengertian bahwa kegiatan/
aktivitas yg berbahaya/beresiko, apabila mengakibatkan
kerugian bagi orang lain tidak memerlukan suatu
pembuktian apakah seseorang yg mengakibatkan kerugian
tersebut telah bertindak hati2.
Penanggungjawab kegiatan yg berbahaya hanya dapat
dibebaskan dari pertanggungjawaban bila ia dapat
membuktikan bahwa kerugian yg timbul adalah akibat dari
kesalahan penggugat sendiri atau akibat bencana alam.
Faktor pemaaf (defence) dalam pertanggungjawaban
(liability), tidak sama dengan pembuktian terbalik dari TPK.
Pasal 163 HIR dan Pasal 1865 KUH Perdata yag
berbunyi “…barang siapa yg mengaku mempunyai hak
atau yg mendasarkan pada suatu peristiwa untuk
menguatkan haknya itu atau untuk menyangkal hak
orang lain, harus membuktikan adanya hak atau
peristiwa itu”.
Dalam konsep strict liability, yg terjadi adalah
pembebasan beban pembuktian unsur kesalahan.
Suatu defence, pembuktian senantiasa ada pada diri
tergugat sehingga tidak ada perpindahan atau
pembalikan (shifting) beban pembuktian.
Subyek gugatan adalah penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan.
DALUWARSA PENGAJUAN GUGATAN
Pasal 89 UUPPLH-2009 menyatakan tentang daluwarsa
pengajuan gugatan, yaitu :
(1) Tenggang daluwarsa hak untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan mengikuti tenggang waktu sebagaimana diatur
dalam ketentuan hukum acara perdata yg berlaku dan
dihitung sejak saat korban mengetahui adanya
pencemaran dan/atau kerusakan LH.
(2) Ketentuan mengenai tenggang daluwarsa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap pencemar
dan/atau perusakan LH yg diakibatkan oleh usaha
dan/atau kegiatan yg menggunakan B3 dan/atau
menghasilkan limbah B3.
GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK (CLASS
ACTIONS)
Istilah class actions berasal dari bahasa Inggris, yaitu
gabungan dari kata “class” dan “actions”.
Pengertian class adalah sekumpulan orang, benda,
kualitas atau kegiatan yg mempunyai kesamaan sifat
atau ciri, sedangkan actions dalam dunia hukum
berarti tuntutan yg diajukan ke pengadilan.
Lembaga class actions telah lama dikenal di banyak
negara yg menganut sistem Anglo Saxon, seperti
Inggris yg memperkenalkan class actions yg didasarkan
pada Judge made law dalam perkara2 yg berdasarkan
equity yg diperiksa oleh Court of Chancery.
Hak gugat masyarakat diatur dalam Pasal 91 UU
PPLH-2009.
Ayat (1) : “Masyarakat berhak mengajukan
gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan
dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian akibat
pencemaran dan/atau kerusakan LH”.
Ayat (2) : “Gugatan dapat diajukan apabila
terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar
hukum, serta jenis tuntutan diantara wakil
kelompok dan anggota kelompoknya.
Hak Gugat Masyarakat TIDAK IDENTIK
DENGAN Hak Gugat Organisasi LH
Hak gugat Organisasi LH mendapatkan legitimisinya
terdapat dalam Pasal 92 UU PPLH-2009 :
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab
perlindungan dan pengelolaan LH sesuai dengan pola
kemitraan, organisasi LH berhak mengajukan
gugatan untuk kepentingan pelestarian fugsi LH;
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan
untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya
tuntutan ganti kerugian, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
(3) Organisasi LH dapat mengajukan gugatan
apabila memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan di dalam AD-nya bahwa
organisasi tersebut didirikan untuk
kepentingan pelestarian fungsi LH.
c. telah melaksanakan kegiatan nyata
sesuai dengan anggaran dasarnya paling
singkat 2 tahun.
Penjelasan Pasal 90 ayat (1) UU PPLH-
2009 : “Yang dimaksud dengan “kerugian
LH” adalah kerugian yang timbul akibat
pencemaran dan/atau kerusakan LH yang
bukan merupakan hak milik privat.
Tindakan tertentu merupakan tindakan
pencegahan dan penanggulangan
pencemaran dan/atau kerusakan serta
pemulihan fungsi LH guna menjamin tidak
akan terjadi atau terulangnya dampak
negatif terhadap LH.
Perbedaan Class action dg Hak Gugat LSM
Class action Hak gugat LSM
1. Terdiri dari wakil klas (class 1. Hak gugat LSM, LSM sebagai
representative) dan anggota penggugat adalah pihak yg
kelas (class member), mewakili kepentingan LH.
keduanya merupakan pihak Kepentingan LH perlu
korban/yang mengalami diperjuangkan karena posisi
kerugian secara nyata. LH sbg ekosistem sangat
2. Gugatan class action penting, namun LH tdk dapat
berujung pada tuntutan memperjuangkannya.
ganti kerugian. 2. Tuntutan ganti kerugian
bukan bukan ruang
lingkupnya.
HAK GUGAT PEMERINTAH DAN PEMDA
Diatur dalam Pasal 90 UU PPLH-2009 :
 Ayat (1) : “Instansi pemerintah dan
pemerintah daerah yang bertanggungjawab
di bidang LH berwenang mengajukan
gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
menyebabkan pencemaran dan/atau
kerusakan LH yang mengakibatkan
kerugian LH.
GUGATAN ADMINISTRATIF
 Diatur dalam Pasal 93 UU PPLH-2009
 Ayat (1) : Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap
keputusan TUN apabila :
a. badan atau pejabat TUN menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yg wajib Andal tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen Andal;
b. badan atau pejabat TUN menerbitkan izin lingkungan
kepada kegiatan yg wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL; dan/atau
c. badan atau pejabat TUN yg menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan yg tidak dilengkapi dengan izin
lingkungan
Pasal 93 ayat (2) UUPPLH-
2009 menyatakan bahwa
“Tata cara pengajuan
gugatan terhadap keputusan
TUN mengacu pada Hukum
Acara Peradilan Tata Usaha
Negara.
PENEGAKAN HUKUM PIDANA LH
Dasar hukum penegakkan pidana LH : UU PPLH-
2009.
- Ketentuan ttg Penyidikan (Pasal 94-95)
- Ketentuan ttg Pembuktian (Pasal 96)
- Ketentuan Pidana (97-118)
- Ketentuan pidana tambahan (Pasal 119).
Perbuatan hukum yang dimaksud berupa
pelanggaran atas ketentuan yang diatur dalam UU
PPLH-2009.

Anda mungkin juga menyukai