Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

“RESUME PP NO.22 TAHUN 2021, RESUME PERMEN


LHK NO.4 TAHUN 2021, RESUME PERMEN LHK NO.5
TAHUN 2021”

Disusun Oleh:
Mutiara Rezki Fajriany
2109046042

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2021
TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

BAB I
KETENTUAN UMUM

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Amdal). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting pada Lingkungan Hidup dari suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan sebagai prasjiarar. pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan serta termuat dalam Perizinan
Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup adalah keputusan yang menyatakan kelayakan Lingkungan Hidup dari suatu
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang waiib dilengkapi dengan Amdal. Surat Pernyataan
Kesanggupan pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut SPPL
adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup atas Dampak Lingkungan Hidup
dari Usaha dan/atau Kegiatannya di luar Usaha danlatau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-
UPL. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Rinci yang selanjutnya disebut RKL Rinci
adalah upaya penanganan dampak terhadap Lingkungan Hidup yang ditimbulkan, akibat dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan ya,ng berada dalam kawasan yang sudah mernilki Amdal
kawasan. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup Rinci yang selanjutnya disebut RPL Rinci
adalah upaya pemalrtauan komponen Lingkungan Hidup yang terkena dampak akibat dari
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada dalam Kawasan yang sudah memilki Amdal
kawasan.

BAB II
PERSETUJUAN LINGKUNGAN

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Amdal). Persetujuan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan melalui: a. penyusunan Amdal dan uji kelayakan Amdal; atau b. penyusunan Formulir
UKL-UPL dan pemeriksaan Formulir UKL-UPL. Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
berdampak terhadap Lingkungan Hidup wajib memiliki: a. Amdal; b. UKL-UPL; atau c. SPPL.
Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a wajib dimiliki bagi setiap rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang memiliki Dampak Penting t.erhadap Lingkungan Hidup. Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: a. jenis rencana usaha dan/atau Kegiatan yang besaran/ skalanya wajib Amdal;
dan/atau b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
dilakukan di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung. Kriteria Usaha
dan/atau Kegiatan yang memiliki Dampak Penting terhaclap Lingkungan Hidup yang wajib
memiliki Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (l) terdiri atas a. pengubahan bentuk
lahan dan bentang alam; b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan; c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan Pencemaran
Lingkungan tlidup dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya; d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, serta lingkungan sosial dan budaya. Proses dan kegiatan yang
hasilnya akan mempenqatruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya; f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik; g.
pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati ; h kegiatan yang mempunyai risiko
tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara: dan/atau i. penerapan teknologi yang
diperkirakan mernpunyai potensi besar untuk mempengaruhi Lingkungarr Hidup.

Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada di dalam kawasan yang telah dilengkapi dengan
Amdal kawasan dan Persetujuan Lingkungan kawasan; rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
berada di dalam kawasan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, Usaha dan/atau
Kegiatan di dalam kawasan dipersyaratkan menyusun RKL-RPL rinci yang telah dilengkapi
dengan Amdal kawasan dan Persetujuan Lingkungan Kawasan. anaiisis Dampak Lingkungan
Hidup yang akan terjadi, ketersediaan teknologi pengelolaan Lingkungan Hidup, dan alasan
ilmiah bahwa rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut memiliki Dampak Penting terhadap
Lingkungan Hidup dan diterapkan menjadi rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki Amdal. Usulan dapat diterima, pejabat yang membidangi Amdal, UKL-UPL, dan
SPPL menerbitkan rekomendasi penetapan rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki Amdal, Kepada Menteri atau Usulan tidak dapat diterima, pejabat yang membidangi
Amdal, UKL-UPL, dan SPPL menerbitkan rekomendasi penolakan penetapan suatu rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki Amdal menjadi rencana Usaha dan.atau
Kegiatan menjadi rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal, Kepada
Menteri. Analisis dampak Lingkungan Hidup yang akan terjadi, Ketersediaan teknologi
pengelolaan Lingkungan Hidup, dan alasan ilmiah bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut tidak memiliki dampak penting terhadap Lingkungan Hidup dan dapat ditetapkan
menjadi jenis rencana Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib memiliki Amdal.

BAB III
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN MUTU AIR

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Amdal). Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajih Amdal atau
UKL-UPL yang mclakukan kegiatan pembuangan dani atau pemanfaatan Air Limbah
sebagaimana dimaksud didalam Pasal 131 ayat (2) wajib: a. membuat kajian; atau b.
menggunakan standar teknis yang Cisediakan oleh Pemerintah, sebagai dasar pertimbangan
dalam penetapan Persetujuan Teknis pemenuhan Baku Mutu Air Limbah. Untuk dapat
melakukan penyimpanan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap orang yang
menghasilkan Limbah B3 wajib memenuhi : a. Standar penyimpanan Limbah B3 yang
diintegrasikan ke dalam nomor induk berudaha, bagi penghasil Limbah B3 dari usaha dan/atau
kegiatan wajib SPPL dan/atau; b. Rincian teknis penyimpanan Limbah B3 yang dimuat dalam
persetujuan Lingkungan, bagi : a). Penghasil Limbah B3 dari usaha dan/atau Kegiatan Wajib
Amdal atau UKL-UPL; dan b). Instansi Pemerintah yang menghasilkan Limbah B3.

BAB IV
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN MUTU UDARA

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Amdal). Amdal adalah kajian mengenai dampak penting pada lingkungan
hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Amdal juga termuat
dalam Perizinan Berusaha atau persetujuan Pemerintah. Penyusunan Amdal dilaksanakan oleh
tim penyusun Amdal yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Tim
penyusun Amdal dapat berasal dari perorangan atau lembaga penyedia jasa penyusunan Amdal.
Tim penyusun Amdal terdiri atas ketua dan anggota. Penyusunan Amdal dilakukan pada tahap
perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan wajib
sesuai dengan rencana tata ruang. Selain itu, terdapat ketentuan mengenai penyusunan Amdal
bagi usaha mikro dan kecil yang dibantu oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
dan perangkat daerah yang membidangi usaha dan/atau kegiatan.

Dalam penyusunan Amdal, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
1. Identifikasi dampak lingkungan hidup yang mungkin terjadi akibat usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan.
2. Penilaian dampak lingkungan hidup yang teridentifikasi.
3. Penentuan tindakan pengendalian dampak lingkungan hidup.
4. Penyusunan rencana pemantauan dan evaluasi dampak lingkungan hidup.

Dalam penyusunan Amdal, terdapat beberapa unsur yang harus ada, yaitu:
1. Deskripsi rinci mengenai lingkungan hidup.
2. Deskripsi rinci mengenai usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan.
3. Hasil dan evaluasi pelibatan masyarakat.
4. Penentuan dampak penting hipotetik yang dikaji, batas wilayah studi, dan batas waktu
kajian.
5. Prakiraan dampak penting dan penentuan sifat penting dampak.
6. Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan hidup.
7. Daftar pustaka.
8. Lampiran.

Selain Amdal, terdapat juga UKL-UPL dan SPPL yang harus dimiliki oleh setiap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan hidup. Amdal wajib dimiliki bagi setiap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, terdapat juga ketentuan mengenai uji coba
pemanfaatan limbah dan laporan uji coba pemanfaatan limbah. Laporan uji coba pemanfaatan
limbah harus disampaikan kepada Menteri dalam waktu 15 hari sejak uji coba dilakukan,
sedangkan laporan pemanfaatan limbah harus disampaikan kepada Menteri paling sedikit satu
kali dalam 6 bulan. Dalam kesimpulannya, Amdal merupakan kajian mengenai dampak penting
pada lingkungan hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Penyusunan Amdal dilaksanakan pada tahap perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan dan
harus memenuhi beberapa unsur yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021. Selain itu, terdapat juga ketentuan mengenai uji coba pemanfaatan limbah dan laporan uji
coba pemanfaatan limbah yang harus disampaikan kepada Menteri.
BAB V
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN MUTU LAUT

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang perlindungan dan pengelolaan
mutu laut. Bab ini menjelaskan mengenai pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan
hidup pada laut, serta tata cara pengawasan dan pengendalian mutu laut.

Pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan hidup pada laut dilakukan dengan cara:
1. Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup pada laut (AMDAL Laut).
2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dampak lingkungan hidup pada laut.
3. Pelaksanaan tindakan pengendalian dampak lingkungan hidup pada laut.
4. Pelaksanaan tindakan perbaikan dan pemulihan lingkungan hidup pada laut.
5. Pelaksanaan tindakan pengawasan dan pengendalian oleh instansi yang berwenang.

Tata cara pengawasan dan pengendalian mutu laut terdiri dari:


1. Penetapan baku mutu air laut oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mutu laut.
3. Pelaksanaan tindakan pengendalian mutu laut.
4. Pelaksanaan tindakan perbaikan dan pemulihan mutu laut.
5. Pelaksanaan tindakan pengawasan dan pengendalian oleh instansi yang berwenang.

Selain itu, terdapat juga ketentuan mengenai tindakan pengendalian dan pemulihan lingkungan
hidup pada laut yang harus dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Tindakan pengendalian dan pemulihan lingkungan hidup pada laut harus dilakukan sesuai
dengan rekomendasi yang terdapat dalam dokumen AMDAL Laut.

Dalam kesimpulannya, dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang
perlindungan dan pengelolaan mutu laut. Pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan
hidup pada laut dilakukan dengan cara penyusunan AMDAL Laut, pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi dampak lingkungan hidup pada laut, pelaksanaan tindakan pengendalian dampak
lingkungan hidup pada laut, pelaksanaan tindakan perbaikan dan pemulihan lingkungan hidup
pada laut, dan pelaksanaan tindakan pengawasan dan pengendalian oleh instansi yang
berwenang. Tata cara pengawasan dan pengendalian mutu laut terdiri dari penetapan baku mutu
air laut oleh pemerintah atau pemerintah daerah, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mutu
laut, pelaksanaan tindakan pengendalian mutu laut, pelaksanaan tindakan perbaikan dan
pemulihan mutu laut, dan pelaksanaan tindakan pengawasan dan pengendalian oleh instansi
yang berwenang.

BAB VI
PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang pelaksanaan Amdal. Bab ini
menjelaskan mengenai tahapan-tahapan pelaksanaan Amdal, pelibatan masyarakat, serta tata
cara pengawasan dan pengendalian Amdal.

Tahapan-tahapan pelaksanaan Amdal terdiri dari:


1. Penyusunan kerangka acuan Amdal (KAA).
2. Penyusunan dokumen Amdal.
3. Pengumuman dan konsultasi publik.
4. Penilaian dokumen Amdal oleh komisi penilai Amdal.
5. Penetapan keputusan Amdal oleh pejabat yang berwenang.
Pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan Amdal dilakukan dengan cara:
1. Pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan masyarakat.
3. Penyampaian informasi mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan kepada masyarakat.
4. Pelaksanaan rapat konsultasi publik.
Tata cara pengawasan dan pengendalian Amdal terdiri dari:
1. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dampak lingkungan hidup.
2. Pelaksanaan tindakan pengendalian dampak lingkungan hidup.
3. Pelaksanaan tindakan perbaikan dan pemulihan lingkungan hidup.
4. Pelaksanaan tindakan pengawasan dan pengendalian oleh instansi yang berwenang.

Selain itu, terdapat juga ketentuan mengenai tindakan pengendalian dan pemulihan lingkungan
hidup yang harus dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Tindakan
pengendalian dan pemulihan lingkungan hidup harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi
yang terdapat dalam dokumen Amdal.
Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang pelaksanaan Amdal.
Tahapan-tahapan pelaksanaan Amdal meliputi penyusunan kerangka acuan Amdal, penyusunan
dokumen Amdal, pengumuman dan konsultasi publik, penilaian dokumen Amdal oleh komisi
penilai Amdal, dan penetapan keputusan Amdal oleh pejabat yang berwenang. Pelibatan
masyarakat dalam pelaksanaan Amdal dilakukan dengan cara pengumuman rencana usaha
dan/atau kegiatan, pelaksanaan rapat koordinasi dengan masyarakat, penyampaian informasi
mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan kepada masyarakat, dan pelaksanaan rapat konsultasi
publik. Terdapat juga ketentuan mengenai tindakan pengendalian dan pemulihan lingkungan
hidup yang harus dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

BAB VII
PENGELOLAAN LIMBAH B3 & LIMBAH NON B3

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang pengelolaan limbah B3 dan
limbah non B3. Bab ini menjelaskan mengenai penetapan limbah B3 dan limbah non B3,
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah untuk memastikan keamanan kesehatan manusia dan kelestarian
lingkungan hidup. Pengelolaan limbah B3 dan limbah non B3 mencakup pengaturan tentang
penetapan limbah B3 dan limbah non B3, pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan untuk memastikan keamanan
kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup.

Penetapan limbah B3 dan limbah non B3 dilakukan dengan cara:


1. Penetapan kriteria limbah B3 dan limbah non B3.
2. Penetapan daftar limbah B3 dan limbah non B3.
3. Penetapan standar dan/atau persyaratan teknis penyimpanan limbah B3 dan limbah non
B3.

Pengurangan limbah B3 dan limbah non B3 dilakukan dengan cara:


1. Pengurangan sumber limbah B3 dan limbah non B3.
2. Pengurangan jumlah limbah B3 dan limbah non B3.
3. Pengurangan toksisitas limbah B3 dan limbah non B3.

Penyimpanan limbah B3 dan limbah non B3 dilakukan dengan cara:


1. Penyimpanan limbah B3 dan limbah non B3 di tempat yang aman dan terpisah dari
lingkungan sekitar.
2. Penyimpanan limbah B3 dan limbah non B3 di tempat yang memenuhi standar dan/atau
persyaratan teknis penyimpanan limbah B3 dan limbah non B3.
Pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3 dan limbah
non B3 dilakukan dengan cara:
1. Pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3
dan limbah non B3 oleh jasa pengelolaan limbah yang memiliki izin usaha.
2. Pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3
dan limbah non B3 dilakukan sesuai dengan standar dan/atau persyaratan teknis yang
berlaku.

Selain itu, terdapat juga ketentuan mengenai tindakan pengendalian dan pemulihan lingkungan
hidup yang harus dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Tindakan
pengendalian dan pemulihan lingkungan hidup harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi
yang terdapat dalam dokumen AMDAL.

Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang pengelolaan limbah B3 dan
limbah non B3. Pengelolaan limbah B3 dan limbah non B3 mencakup pengaturan tentang
penetapan limbah B3 dan limbah non B3, pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah untuk memastikan keamanan
kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Tindakan pengendalian dan pemulihan
lingkungan hidup harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi yang terdapat dalam dokumen
AMDAL.

BAB VIII
DANA PENJAMINAN UNTUK PEMULIHAN LH

Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang dana penjaminan untuk
pemulihan lingkungan hidup. Bab ini menjelaskan mengenai kewajiban pemegang izin usaha
atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan untuk menyediakan dana
penjaminan untuk pemulihan lingkungan hidup. Dana penjaminan untuk pemulihan lingkungan
hidup harus disediakan oleh pemegang izin usaha atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan. Dana penjaminan ini bertujuan untuk memastikan bahwa apabila
terjadi pencemaran lingkungan akibat usaha atau kegiatan tersebut, maka dana tersebut dapat
digunakan untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup. Dana penjaminan untuk pemulihan
lingkungan hidup harus disetor ke rekening khusus yang dikelola oleh lembaga keuangan yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Besaran dana penjaminan ditetapkan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pemegang izin usaha atau kegiatan wajib menyampaikan bukti kepemilikan atas dana
penjaminan untuk pemulihan lingkungan hidup kepada instansi yang berwenang. Bukti
kepemilikan ini harus disampaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan izin usaha atau
kegiatan. Selain itu, pemegang izin usaha atau kegiatan juga wajib menyusun rencana
pemulihan lingkungan hidup yang mencakup estimasi biaya dan tahapan pemulihan yang akan
dilakukan apabila terjadi pencemaran lingkungan. Rencana pemulihan lingkungan hidup ini
harus disetujui oleh instansi yang berwenang sebelum izin usaha atau kegiatan diberikan. Dari
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang dana penjaminan untuk
pemulihan lingkungan hidup. Pemegang izin usaha atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan wajib menyediakan dana penjaminan untuk memastikan pemulihan
lingkungan hidup apabila terjadi pencemaran. Dana penjaminan ini disetor ke rekening khusus
yang dikelola oleh lembaga keuangan yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dan harus disertai
dengan bukti kepemilikan serta rencana pemulihan lingkungan hidup yang disetujui oleh
instansi yang berwenang.

BAB IX
SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP

Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 membahas tentang Sistem Informasi
Lingkungan Hidup (SILH). SILH merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola informasi
terkait lingkungan hidup guna mendukung pengambilan keputusan yang berkelanjutan dalam
pengelolaan lingkungan hidup.

SILH digunakan oleh Menteri, gubernur, bupati/wali kota dalam proses evaluasi, perencanaan,
pemeriksaan dokumen lingkungan hidup, serta pengambilan keputusan terkait lingkungan
hidup. Sistem ini bertujuan untuk memudahkan akses dan pengelolaan informasi lingkungan
hidup secara terintegrasi.
SILH terdiri dari berbagai komponen, antara lain:
1. Sistem informasi di tingkat pusat yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
2. Sistem informasi di tingkat daerah yang dikelola oleh pemerintah daerah.
3. Sistem informasi internal perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Tujuan dari SILH adalah untuk memfasilitasi proses pelayanan dokumen lingkungan hidup,
mempermudah penyusunan dokumen lingkungan hidup, mempercepat proses penilaian dan
pemeriksaan dokumen lingkungan hidup, serta memudahkan akses data bagi masyarakat,
penanggung jawab usaha/kegiatan, dan pemerintah.
Selain itu, SILH juga bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan lingkungan hidup, serta mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan
dampak lingkungan dari berbagai kegiatan usaha. Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021 mengatur tentang Sistem Informasi Lingkungan Hidup (SILH) yang digunakan untuk
mengelola informasi lingkungan hidup guna mendukung pengambilan keputusan yang
berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan hidup. SILH memiliki tujuan untuk memudahkan
akses dan pengelolaan informasi lingkungan hidup secara terintegrasi, meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas, serta mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan
dampak lingkungan dari berbagai kegiatan usaha.

BAB X
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 membahas tentang pembinaan dan
pengawasan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan. Pembinaan dan pengawasan ini dilakukan oleh instansi yang berwenang untuk
memastikan bahwa usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak lingkungan
yang merugikan.
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain:
1. Pemantauan lingkungan hidup secara berkala untuk mengetahui kondisi lingkungan
hidup di sekitar usaha dan/atau kegiatan.
2. Evaluasi dokumen Amdal/RKL/RPL untuk memastikan bahwa usaha dan/atau kegiatan
tersebut telah memenuhi persyaratan lingkungan hidup.
3. Pemeriksaan lapangan untuk memastikan bahwa usaha dan/atau kegiatan tersebut telah
melaksanakan rencana pemulihan lingkungan hidup dan memenuhi persyaratan
lingkungan hidup.
4. Penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan hidup yang dilakukan oleh
pemegang izin usaha atau kegiatan.
Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh instansi yang berwenang, antara lain:
1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk usaha dan/atau kegiatan yang
berskala nasional.
2. Pemerintah daerah untuk usaha dan/atau kegiatan yang berskala regional atau lokal.
3. Lembaga independen yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan evaluasi
dokumen Amdal/RKL/RPL.
Pembinaan dan pengawasan juga melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan
lingkungan hidup. Masyarakat dapat memberikan masukan dan saran terkait usaha dan/atau
kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dari Peraturan Pemerintah Nomor
22 Tahun 2021 mengatur tentang pembinaan dan pengawasan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan. Pembinaan dan pengawasan dilakukan
melalui beberapa tahapan dan dilakukan oleh instansi yang berwenang. Pembinaan dan
pengawasan juga melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan lingkungan hidup.
Tujuan dari pembinaan dan pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa usaha dan/atau
kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan.

BAB XI
PENGEMASAN SANKSI

Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 membahas tentang pengemasan sanksi
terhadap pelanggaran lingkungan hidup. Sanksi diberikan sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya pelanggaran lingkungan hidup dan memberikan efek jera bagi pelanggar.
Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran lingkungan hidup dapat berupa sanksi
administratif, sanksi pidana, dan sanksi perdata. Sanksi administratif diberikan oleh instansi
yang berwenang, sedangkan sanksi pidana dan sanksi perdata diberikan melalui proses
peradilan.

Sanksi administratif yang dapat diberikan antara lain:


1. Teguran tertulis
2. Denda administratif
3. Pembekuan izin usaha atau kegiatan
4. Pencabutan izin usaha atau kegiatan
5. Penutupan usaha atau kegiatan
6. Pemulihan lingkungan hidup
7. Penyitaan barang bukti
8. Penahanan sementara
Sanksi pidana yang dapat diberikan antara lain:
1. Penjara
2. Denda
3. Pencabutan hak-hak tertentu
4. Pembebasan bersyarat
5. Pengawasan masyarakat
6. Pemulihan lingkungan hidup

Sanksi perdata yang dapat diberikan antara lain:


1. Ganti rugi
2. Restitusi
3. Penghentian kegiatan yang merugikan
4. Pemulihan lingkungan hidup

Pemberian sanksi dilakukan melalui proses yang adil dan transparan. Pelanggar diberikan
kesempatan untuk membela diri dan memberikan keterangan terkait pelanggaran yang
dilakukan.
Dalam kesimpulannya, Bab X dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur
tentang pengemasan sanksi terhadap pelanggaran lingkungan hidup. Sanksi yang diberikan
dapat berupa sanksi administratif, sanksi pidana, dan sanksi perdata. Pemberian sanksi
dilakukan melalui proses yang adil dan transparan. Tujuan dari pengemasan sanksi ini adalah
untuk mencegah terjadinya pelanggaran lingkungan hidup dan memberikan efek jera bagi
pelanggar.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 membahas tentang ketentuan peralihan terkait
dengan penerapan peraturan ini. Ketentuan peralihan ini berisi tentang masa berlaku peraturan,
pengaturan transisi, dan pengaturan peralihan. Masa berlaku peraturan ini dimulai sejak tanggal
diundangkan dan berlaku selama 5 (lima) tahun. Setelah masa berlaku habis, peraturan ini dapat
diperpanjang melalui proses evaluasi dan revisi. Pengaturan transisi terkait dengan peralihan
dari peraturan sebelumnya ke peraturan ini. Semua peraturan pelaksanaan dana jaminan untuk
pemulihan lingkungan hidup yang telah ada tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan
peraturan pemerintah ini.
Pengaturan peralihan terkait dengan peralihan dari peraturan sebelumnya ke peraturan ini.
Peralihan ini meliputi:
1. Izin usaha atau kegiatan yang telah diberikan sebelum peraturan ini berlaku tetap
berlaku selama masa berlaku izin tersebut.
2. Dokumen Amdal/RKL/RPL yang telah disetujui sebelum peraturan ini berlaku tetap
berlaku selama masa berlaku dokumen tersebut.
3. Sertifikasi profesi yang telah diperoleh sebelum peraturan ini berlaku tetap berlaku
selama masa berlaku sertifikasi tersebut.
4. Baku mutu air yang telah ditetapkan sebelum peraturan ini berlaku tetap berlaku selama
belum ditetapkan baku mutu air yang baru.

Dalam kesimpulannya, Bab XI dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur
tentang ketentuan peralihan terkait dengan penerapan peraturan ini. Ketentuan peralihan ini
berisi tentang masa berlaku peraturan, pengaturan transisi, dan pengaturan peralihan. Tujuan
dari ketentuan peralihan ini adalah untuk memastikan bahwa peralihan dari peraturan
sebelumnya ke peraturan ini berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan ketidakpastian
hukum.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 membahas tentang ketentuan penutup terkait
dengan penerapan peraturan ini. Ketentuan penutup ini mencakup berbagai hal terkait dengan
penyelesaian, evaluasi, dan implementasi dari peraturan tersebut. Salah satu poin penting dalam
ketentuan penutup adalah mengenai penyesuaian peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturan pemerintah sebelumnya. Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa semua peraturan yang ada tidak bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.

Selain itu, dalam bab ini juga diatur mengenai waktu penerapan kewajiban dana penjaminan
untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup. Penerapan kewajiban ini harus dilaksanakan paling
lambat dalam waktu 5 (lima) tahun sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini. Hal ini bertujuan
untuk memastikan adanya dana yang mencukupi untuk pemulihan lingkungan hidup akibat
kerusakan yang terjadi. Bab XIII juga mengatur mengenai pengawasan dan sanksi administratif
terkait dengan pelanggaran terhadap peraturan ini. Pengawasan dilakukan secara berkala untuk
memastikan implementasi peraturan berjalan dengan baik, sedangkan sanksi administratif
diberikan kepada pelanggar sebagai bentuk teguran dan penegakan hukum. Dari Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 mengatur tentang ketentuan penutup terkait dengan
penerapan peraturan ini. Bab ini mencakup penyesuaian peraturan perundang-undangan, waktu
penerapan kewajiban dana penjaminan untuk pemulihan lingkungan hidup, pengawasan, dan
sanksi administratif. Tujuan dari ketentuan penutup ini adalah untuk memastikan implementasi
peraturan berjalan lancar dan efektif serta memberikan perlindungan yang optimal terhadap
lingkungan hidup.

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2021
TENTANG TATA CARA PENERBITAN PERSETUJUAN TEKNIS DAN SURAT
KELAYAKAN OPERASIONAL BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN
LINGKUNGAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Persetujuan Teknis adalah persetujuan dari Pemerintah. Pusat atau Pemerintah Daerah berupa
ketentuan lingkungan hidup dan/atau analisis mengenai dampak lalu lintas Usaha dan/atau
Kegiatan sesuai peraturan perundang-undangan. Standar Teknis yang Ditetapkan oleh
Pemerintah adalah standar yang ditetapkan sebagai acuan bagi Usaha dan/atau Kegiatan tertentu
untuk pencegahan pencemaran lingkungan. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Perizinan Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Penapisan
Secara Mandiri adalah penapisan yang dilakukan sendiri oleh penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan untuk menentukan kelengkapan permohonan persetujuan Teknis. Badan Air
adalah air yang terkumpul dalam suatu wadah baik alami maupun buatan yang mempunyai
tabiat hidrologikal, wujud fisik, kimiawi, dan hayati. Baku Mutu Air yang telah ditetapkan.
Baku Mutu Air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang
ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Air
Limbah adalah air yang berasal dari suatu proses dalam suatu kegiatan. Baku Mutu Air Limbah
adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam Air Limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media
air dan tanah dari suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Ambien oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui Baku Mutu Udara Ambien yang telah ditetapkan. Emisi adalah Pencemar Udara
yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara,
mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi Pencemaran Udara. Baku Mutu Emisi adalah
nilai Pencemar Udara maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam Udara
Ambien. Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan
daratan dan bentukbentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan geografis dan ekologis
beserta segenap unsur terkait, dan yang batas dan sistemnya ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan dan hukum internasional. Air Laut adalah air yang berasal dari Laut atau
samudera yang memiliki salinitas 0,5 sampai dengan 30 practical salinity unit atau lebih dari 30
psu. Surat Kelayakan Operasional yang selanjutnya disebut SLO adalah surat yang memuat
pernyataan pemenuhan lingkungan hidup Usaha dan/atau Kegiatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Peraturan Menteri ini mengatur mengenai tata cara penerbitan
Persetujuan Teknis dan SLO bagi kegiatan: a. pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah;
dan b. pembuangan Emisi.

BAB II
KEGIATAN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau UKLUPL yang melakukan kegiatan
pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah, wajib memiliki: a. Persetujuan Teknis; dan b.
SLO. Usaha dan/atau Kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah harus
melakukan: a. Penapisan Secara Mandiri; dan b. permohonan Persetujuan Teknis. Penapisan
Secara Mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a dilakukan untuk menentukan
kelengkapan permohonan Persetujuan Teknis berupa: a. kajian teknis; atau b. Standar Teknis
yang Ditetapkan oleh Pemerintah. Standar Teknis yang Ditetapkan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b meliputi: a. Baku Mutu Air Limbah; dan/atau b.
standar teknologi. Dalam hal hasil Penapisan Secara Mandiri menunjukkan rencana Usaha
dan/atau Kegiatan: a. wajib dilengkapi dengan kajian teknis, penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan mulai menyusun kajian teknis; atau b. wajib memenuhi Standar Teknis yang
Ditetapkan oleh Pemerintah, penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan menyusun dokumen
pemenuhan standar teknis. Dalam hal Standar Teknis yang Ditetapkan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat belum tersedia, penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
menyusun kajian teknis Peraturan Menteri ini. Amdal mengajukan permohonan Persetujuan
Teknis kewenangan penerbitan Persetujuan Lingkungan Permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat dan ayat dilengkapi dengan: a. kajian teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat huruf a atau dokumen pemenuhan standar teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
huruf b; dan b. sistem manajemen lingkungan. Teknis paling lama 2 hari kerja sejak
permohonan diterima. Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud a. Menteri
menugaskan pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan; dan b. gubernur atau bupati/wali kota, menugaskan Hasil pemeriksaan
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat disusun dalam bentuk berita acara yang menyatakan
permohonan Persetujuan Teknis: a. lengkap dan benar; atau b. tidak lengkap dan/atau tidak
benar. Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen menyatakan permohonan tidak lengkap dan/atau
tidak benar, pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat menyampaikan berita acara kepada
pemohon untuk dilakukan perbaikan. Pemohon yang mendapatkan berita acara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat melakukan perbaikan dan penyampaian kembali dokumen paling
lama 10 hari kerja dalam hal perbaikan dokumen tidak disampaikan kembali sampai batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat permohonan dinyatakan batal. Terhadap permohonan
yang dinyatakan lengkap dan benar, pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
melakukan penilaian substansi: a. Kegiatan yang harus dilengkapi dengan kajian teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf a dan ayat ; atau b. Kegiatan yang harus
dilengkapi dengan dokumen pemenuhan standar teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat huruf b. Pencemaran Air. Penilaian substansi dilakukan terhadap: a. kesesuaian isi kajian
teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat dengan: a. besaran Usaha dan/atau Kegiatan
dengan b. sistem pengolahan Air Limbah dan/atau pemanfaatan Air Limbah; c. beban Air
Limbah yang dibuang atau dimanfaatkan terhadap potensi dampak lingkungannya; dan d.
rencana pemantauan lingkungan yang dapat digunakan mengevaluasi efektifitas rencana
pengelolaan lingkungan, b. kesesuaian isi standar teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat.

Baku Mutu Air Limbah yang ditetapkan oleh rencana pemantauan lingkungan. Dalam hal hasil
penilaian substansi menyatakan: a. Persetujuan Teknis; atau b. kesesuaian tidak terpenuhi,
pejabat penilai menolak menerbitkan Persetujuan Teknis disertai dengan alasan penolakan.
Penilaian substansi sampai dengan penerbitan Persetujuan teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja. Persetujuan Teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal c. sistem manajemen lingkungan; dan d. periode waktu uji
coba sistem pengolahan Air Limbah dan/atau fasilitas injeksi. Persetujuan Teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 13
ayat merupakan persyaratan penerbitan dan menjadi bagian dari persetujuan lingkungan dan
perizinan berusaha. Tata cara permohonan dan penerbitan persetujuan lingkungan dan perizinan
berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat dilaksanakan sesuai dengan melakukan perubahan
Persetujuan Teknis jika akan melakukan perubahan teknis kegiatan pembuangan dan/atau
pemanfaatan Air Limbah. Perubahan teknis kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air
Limbah. Ketentuan mengenai teknis kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perubahan Persetujuan
Teknis harus dilengkapi dengan: a. kajian teknis, jika perubahan teknis kegiatan mengubah luas
sebaran dampak; atau b. dokumen pemenuhan standar teknis, jika perubahan teknis kegiatan
tidak mengubah luas sebaran dampak. Pasal 8 sampai dengan Pasal 12 berlaku secara mutatis
muntandis untuk permohonan perubahan dan penerbitan Persetujuan Teknis. Penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan yang melakukan kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air
Limbah wajib memiliki sistem pengolahan Air Limbah dan/atau fasilitas injeksi yang telah
mendapatkan SLO. Persetujuan Lingkungan mengenai penyelesaian: a. pembangunan sistem
pengolahan Air Limbah dan/atau fasilitas injeksi; dan b. uji coba Air Limbah. Laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat dilengkapi dengan Air Limbah; dan f. sertifikat registrasi
laboratorium lingkungan. Pasal 17 ayat huruf d harus dilakukan dalam periode waktu uji coba
yang ditetapkan dalam Persetujuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat huruf d.
Dalam hal periode waktu uji coba sebagaimana dimaksud pada ayat telah berakhir,
penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan dilarang membuang dan/atau memanfaatkan Air
Limbah sampai mendapatkan arahan perbaikan atau penerbitan SLO. Terhadap laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya melakukan verifikasi instalasi pengolahan Air Limbah paling lama 5
hari sejak laporan diterima. Dalam pelaksanaan verifikasi sebagaimana dimaksud a. Menteri
menugaskan menugaskan pejabat pimpinan tinggi madya yang membidangi pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan; atau b. gubernur atau bupati/wali kota menugaskan
Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat dilakukan untuk: a. Baku Mutu Air
Limbah dengan pembangunan sarana dan prasarana pengolahan Air Limbah; dan b. Air Limbah
yang ditetapkan dalam Persetujuan Teknis. Badan Air permukaan sebagaimana dimaksud pada
ayat huruf a dan kegiatan pembuangan Air Limbah ke titik pemantauan pada Badan Air
permukaan dan/atau Air Laut dengan nama dan titik koordinat. formasi tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat huruf b dan kegiatan pemanfaatan Air Limbah ke formasi tertentu Untuk
memastikan berfungsinya sarana dan prasarana serta terpenuhinya Baku Mutu Air Limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b dilakukan dengan a. mengevaluasi sistem
pengolahan Air Limbah sesuai dengan standar operasional prosedur; dan b. membandingkan
hasil uji Air Limbah paling lama 2 bulan terakhir dengan nilai Baku Mutu Air Limbah. Berita
acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 berisi pernyataan Usaha dan/atau Kegiatan: a.
sesuai Persetujuan Teknis; atau b. tidak sesuai Persetujuan Teknis.jangka waktu perbaikan.
Penerbitan SLO dan arahan sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan paling lama 3 hari kerja
sejak diselesaikannya verifikasi. SLO dan arahan sebagaimana dimaksud pada ayat disampaikan
kepada penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan. Penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan melakukan perbaikan paling banyak 1 kali berdasarkan arahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat huruf b.
Hasil perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat disampaikan kembali kepada pejabat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat untuk dilakukan verifikasi. Dalam hal hasil
verifikasi sebagimana dimaksud pada ayat menyatakan Usaha dan/atau Kegiatan: a. tidak
memenuhi arahan perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat huruf b dilakukan
penegakan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau b. telah sesuai
Persetujuan Teknis, pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat menerbitkan SLO. Penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan yang telah menyelesaikan proses penegakan hukum,
menyampaikan kembali laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat disertai surat
keterangan yang menyatakan telah selesainya proses penegakan hukum yang diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang. Ketentuan mengenai penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dan Pasal 19 berlaku secara mutatis mutandis untuk penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat . SLO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat huruf a dan
Pasal 25 ayat huruf b digunakan.

BAB III
KEGIATAN PEMBUANGAN EMISI

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal atau UKL/UPL yang melakukan kegiatan
pembuangan Emisi wajib memiliki: a. Persetujuan Teknis; dan b. SLO. Persetujuan Teknis
Untuk mendapatkan Persetujuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a
penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan harus melakukan: a. Penapisan Secara Mandiri;
dan b. permohonan Persetujuan Teknis. Penapisan Secara Mandiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 huruf a dilakukan berdasarkan: a. lokasi kegiatan berada pada WPPMU kelas I;
dan b. dampak Emisi tinggi; atau c. dampak Emisi rendah. Dalam hal hasil Penapisan Secara
Mandiri menunjukkan rencana Usaha dan/atau Kegiatan: a. wajib dilengkapi dengan kajian
teknis, penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan mulai menyusun kajian teknis; atau b. wajib
standar teknis pemenuhan Baku Mutu Emisi, penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
menyusun dokumen pemenuhan standar teknis untuk memenuhi Baku Mutu Emisi yang sesuai
dengan rencana usaha dan/atau kegiatannya. Dalam hal Baku Mutu Emisi sebagaimana
dimaksud pada ayat huruf b belum ditetapkan oleh Pemerintah, penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan menyusun kajian teknis. Kajian teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30. Tata cara Penapisan Secara Mandiri sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang
merupakan bagian rencana pemantauan lingkungan; dan internalisasi biaya lingkungan.
Pembuangan Emisi, dan memuat: Dokumen pemenuhan standar teknis pemenuhan Baku ayat
huruf b disusun berdasarkan kegiatan rencana pemantauan lingkungan; dan internalisasi biaya
lingkungan. Amdal mengajukan permohonan Persetujuan Teknis kewenangan penerbitan
Persetujuan Lingkungan, dengan a. Lingkungan; atau b. Permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat dan ayat dilengkapi dengan: a. Emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
huruf b; dan b. sistem manajemen lingkungan.

Teknis paling lama 2 hari kerja sejak permohonan diterima. Dalam melakukan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud a. Menteri, menugaskan pejabat pimpinan tinggi madya yang
membidangi pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan; dan b. gubernur atau
bupati/wali kota, menugaskan. Hasil pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
disusun dalam bentuk berita acara yang menyatakan permohonan Persetujuan Teknis: a. lengkap
dan benar; atau b. tidak lengkap dan/atau tidak benar. Dalam hal hasil pemeriksaan dokumen
menyatakan permohonan tidak lengkap dan/atau tidak benar, pejabat yang memeriksa
permohonan menyampaikan berita acara kepada pemohon untuk dilakukan perbaikan. Menteri
ini. Pemohon yang mendapatkan berita acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
melakukan perbaikan dan penyampaian kembali dokumen paling lama 10 hari kerja. Dalam hal
perbaikan dokumen tidak disampaikan kembali sampai batas waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat permohonan dinyatakan batal. Dalam melakukan penilaian substansi sebagaimana
dimaksud pada ayat pejabat dapat melibatkan tenaga ahli yang membidangi pengendalian
Pencemaran Udara. Penilaian substansi dilakukan terhadap: a. sumber Emisi; dan pemantauan
lingkungan, dan b. desain sarana dan prasarana sistem pengendalian Emisi; dan pemantauan
lingkungan. Dalam hal hasil penilain substansi menyatakan: a. Persetujuan Teknis; atau b.
kesesuaian tidak terpenuhi, pejabat penilai menolak menerbitkan Persetujuan Teknis disertai
dengan alasan penolakan. Lampiran XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Penilaian substansi sampai dengan penerbitan Persetujuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja. Pasal 38 merupakan
persyaratan penerbitan dan menjadi bagian dari Persetujuan Lingkungan dan Perizinan
Berusaha.Tata cara permohonan dan penerbitan Persetujuan Lingkungan dan Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Perubahan teknis kegiatan pembuangan Emisi sebagaimana dimaksud.
Ketentuan mengenai teknis kegiatan pembuangan Emisi dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Perubahan Persetujuan Teknis harus dilengkapi dengan: a.
kajian teknis, jika perubahan teknis kegiatan mengubah luas sebaran dampak; atau b. dokumen
pemenuhan standar teknis pemenuhan Baku Mutu Emisi, jika perubahan teknis kegiatan tidak
mengubah luas sebaran dampak. Persetujuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
sampai dengan Pasal 40 berlaku secara mutatis muntandis untuk permohonan perubahan dan
penerbitan Persetujuan Teknis. Amdal atau UKL-UPL yang melakukan kegiatan pembuangan
Emisi wajib memiliki instalasi pengendali Emisi yang telah mendapatkan SLO. Untuk
mendapatkan SLO sebagaimana dimaksud pada ayat penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan menyampaikan laporan telah diselesaikannya pembangunan alat pengendali Emisi
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangan penerbitan
persetujuan Hasil pemantauan Emisi sebagaimana dimaksud dalam hal Emisi yang dipantau
telah mencapai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a, penanggungjawab Usaha
dan/atau Kegiatan dilarang membuang Emisi ke udara ambien sampai mendapatkan arahan
perbaikan atau penerbitan SLO. Terhadap laporan sebagaimana dimaksud dalam Kesesuaian
standar teknis sebagaimana dimaksud jangka waktu perbaikan. Penerbitan SLO dan arahan
dilakukan paling lama 3 hari kerja sejak diselesaikannya verifikasi. SLO dan arahan
sebagaimana dimaksud pada ayat disampaikan kepada penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan. Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan melakukan perbaikan paling banyak 1
berdasarkan arahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat huruf b. Hasil perbaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat , disampaikan kembali kepada pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat untuk dilakukan verifikasi. Dalam hal hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat menyatakan Usaha dan/atau Kegiatan: a. tidak memenuhi arahan perbaikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat huruf b, dilakukan penegakan hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; atau b. telah sesuai Persetujuan Teknis, pejabat
sebagaimana dimaksud pada ayat menerbitkan SLO. Penanggung jawab Usaha dan/atau
Kegiatan yang telah menyelesaikan proses penegakan hukum, menyampaikan kembali laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat disertai surat keterangan yang menyatakan telah
selesainya proses penegakan hukum yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Ketentuan
mengenai penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 44 berlaku
secara mutatis mutandis untuk penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat . SLO
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat huruf a dan Pasal 50 ayat huruf b digunakan
sebagai dasar.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Usaha dan/atau Kegiatan: a. yang telah memiliki
perizinan pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah, dinyatakan tetap berlaku sampai
berakhirnya Usaha dan/atau Kegiatan; b. Persetujuan Teknis dan/atau SLO sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri ini; atau c. Mutu Emisi di dalam Persetujuan Lingkungannya.
Persetujuan Lingkungan dalam hal: a. Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a belum
mencakup standar teknis pemenuhan Baku Mutu Air Limbah; atau b. terdapat perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan. Emisi di dalam Persetujuan Lingkungannya yang dimaksud pada ayat dan
ayat harus dilengkapi dengan Persetujuan Teknis dan/atau SLO sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Peraturan ini.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:


a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ke Laut;
b. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2007 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pengelolaan Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Hulu Minyak dan
Gas serta Panas Bumi dengan Cara Injeksi;
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air Lampiran V;
d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan Air
Limbah Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1701);
e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis
Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit; dan
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pedoman
Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit pada Tanah
di Perkebunan Kelapa Sawit, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 55 Peraturan
Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 4 TAHUN 2021

TENTANG DAFTAR USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI


ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP, UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ATAU
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP

BAB 1
KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup yang selanjutnya disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting pada
lingkungan hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan
sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
serta termuat dalam perizinan berusaha, atau persetujuan pemerintah pusat atau pemerintah
daerah. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya UKL-UPL adalah rangkaian proses
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk standar untuk
digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan serta termuat dalam perizinan berusaha,
atau persetujuan pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Amdal atau UKL-UPL. Dampak
Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu
Usaha dan/atau Kegiatan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia yang selanjutnya
disingkat KBLI adalah kode klasifikasi yang diatur oleh lembaga pemerintah nonkementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik.
BAB II
DAFTAR USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS
MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang memiliki Dampak Penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki Amdal. Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat terdiri atas:
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. Hegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara; dan/atau
i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup.

Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang
wajib memiliki kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi: a. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang besaran/skalanya wajib Amdal; dan/atau b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
lokasi Usaha dan/atau Kegiatan dilakukan di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan
kawasan lindung. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang lokasinya berbatasan langsung
dengan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat huruf b meliputi jenis rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang: a. batas tapak proyeknya bersinggungan langsung dengan batas
kawasan lindung; dan/atau b. berdasarkan pertimbangan ilmiah memiliki potensi dampak yang
mempengaruhi fungsi kawasan lindung tersebut. Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada
ayat huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penyelenggaraan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Daftar Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat dikelompokkan berdasarkan KBLI
dan/atau non KBLI. Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada ayat berlaku untuk rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha atau instansi pemerintah.

BAB III
DAFTAR USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP

UKL-UPL wajib dimiliki bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak memiliki Dampak Penting
terhadap lingkungan hidup. sebagaimana dimaksud pada ayat dikelompokkan berdasarkan
KBLI dan/atau non KBLI. Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada ayat berlaku untuk
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha atau instansi pemerintah.

BAB IV
DAFTAR USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI SURAT
PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP

SPPL wajib dimiliki bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak memiliki Dampak Penting
terhadap lingkungan hidup dan tidak termasuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat dikelompokkan berdasarkan KBLI dan/atau non KBLI.
Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada ayat berlaku untuk rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha atau instansi pemerintah. Daftar Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat , UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat dan SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
berlaku untuk jenis: a. Usaha dan/atau Kegiatan yang memerlukan sarana dan prasarana; dan b.
usaha jasa yang memerlukan sarana dan prasarana. Penentuan wajib Amdal, UKL-UPL, dan
SPPL untuk usaha jasa yang memerlukan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada
ayat huruf b tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
BAB V
PERUBAHAN JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB
MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP, UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP ATAU SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang tercantum dalam daftar perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang tercantum dalam daftar perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, permohonan penerbitan izin lingkungan dan
pengesahan SPPL yang sedang berproses, dilanjutkan sampai dengan penerbitan Persetujuan
Lingkungan dan pengesahan SPPL.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
P.38/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/7/2019 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 1011), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peraturan
Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai