DATA TEKNIS - 05
URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA
A. URAIAN PENDEKATAN
Agar proses pelaksanaan Kegiatan PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP DAERAH IRIGASI MAIDI dapat berlangsung lancar dan diperoleh hasil
yang optimal, maka implementasinya perlu dilandasi oleh pendekatan dan
strategi pelaksanaan yang tepat. Berangkat dari hal tersebut, maka pendekatan
Kegiatan PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH IRIGASI
MAIDI , akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sistematis untuk
menghasilkan produk perencanaan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa
pendekatan yang akan diaplikasikan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Normatif
Pada pendekatan normatif, kajian dirumuskan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undanganan yang ada. Dalam hal pengelolaan
lingkungan, Kegiatan bidang breakwater perlu mengacu kepada :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pendekatan terkait penyusunan UKL-UPL, pembahasan pada sub bab ini berisi
tentang kajian dasar-dasar normative (teori) yang akan digunakan dalam
penyelesaian pekerjaan Pendekatan normatif ini meliputi inventarisasi, kajian
dan review mengenai peraturan perundangan (kebijakan) yang terkait
dengan:
- Izin Lingkungan (PP 27/2012)
- Langkah dan kriteria penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan UKL-UPL Menurut Lampiran I Permen LH No. 13
Tahun 2010
Penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan UKL-UPL dilakukan dengan langkah berikut:
LANGKAH PERTAMA
1. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak
termasuk dalam jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
amdal.
a. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak
termasuk dalam daftar jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi amdal, baik yang ditetapkan dalam peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup atau keputusan bupati/walikota sesuai
kaidah penetapan wajib amdal; Catatan: Bupati/walikota atau
Gubernur DKI Jakarta atas pertimbangan ilmiah dapat menetapkan
suatu jenis usaha dan/atau kegiatan menjadi wajib amdal atas
pertimbangan daya dukung, daya tampung dan serta tipologi
LANGKAH KEDUA
2. Pastikan bahwa potensi dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan
telah tersedia teknologi untuk menanggulangi dampak tersebut. Catatan:
Jika tidak tersedia teknologi penanganan dampak dari suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan, maka kemungkinan rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut wajib dilengkapi amdal.
LANGKAH KETIGA
3. Periksa peraturan yang ditetapkan oleh Menteri departemen sektoral
atau kepala Lembaga pemerintah non departemen (LPND) tentang jenis
usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL untuk ditetapkan menjadi usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL. Catatan:
Dalam hal menteri departemen sektoral atau kepala lembaga
pemerintah non departemen (LPND) belum menetapkan jenis usaha
dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL, maka lakukan penetapan jenis
usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL sebagaimana langkah
keempat dan langkah kelima.
LANGKAH KEEMPAT
4. Lakukan penapisan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut untuk
memastikan bahwa dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut memerlukan UKL-UPL atau SPPL dengan menjawab pertanyaan
berikut:
Apabila diberikan jawaban "Ya" pada salah satu kriteria tersebut, maka
diindikasikan kegiatan tersebut wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.
LANGKAH KELIMA
5. Tetapkan jenis dan skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut wajib dilengkapi dengan UKL-UPL atau surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL).
Catatan: Pemerintah daerah dapat menetapkan jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL di luar jenis usaha dan/atau kegiatan
wajib UKL- UPL yang ditetapkan oleh Menteri departemen sektoral atau
kepala Lembaga pemerintah non departemen (LPND).
2. Pendekatan Teknis
Pada pendekatan teknis akademis, kajian dilakukan berdasarkan kaidah-
kaidah keilmuan dan teori dalam menyusun konsep pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Pendekatan secara teknis ini dapat dilakukan
dengan melakukan kajian secara teoritis dan komparatif penyusunan
kebijakan dan strategi terdahulu maupun kebijakan di atasnya, sesuai aspek-
aspek terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup. Target prioritas dari
pendekatan ini adalah memperoleh informasi dan data pengelolaan dan
pemantauan yang lebih baik yang lebih tepat sasaran.
3. Pendekatan Aktual
Pendekatan aktual lebih mengarah kepada identifikasi kondisi saat ini
mengenai kondisi wilayah studi. Kecenderungan dari pendekatan ini yaitu
mencoba untuk menjabarkan isu lingkungan aktual yang berkembang di
wilayah studi pada saat ini, sehingga dapat digunakan sebagai pendekatan
untuk menjaring input permasalahan yang dihadapi dalam mengelola kawasan
itu sendiri. Pendekatan aktual ini dapat dilakukan dengan menjaring isu-isu
yang berkembang dan diperoleh dari kajian-kajian sebelumnya yang terkait
dengan berbagai aspek terkait pengelolaan wilayah studi, serta perubahan-
perubahan kondisi lingkungan hidup yang perlu diantisipasi di masa
mendatang. Penjaringan isu ini dapat sebagai dasar awal bagi pengkajian lebih
lanjut dalam menyusun pola konsep kebijakan yang ideal, dengan melakukan
pengamatan langsung kondisi di obyek pengamatan. Kegiatan ini antara lain
dilakukan dengan melakukan survei dan pengambilan sampling pada
beberapa lokasi yang ditentukan, dan merekam isu dan kondisi terkini yang
terjadi, kemudian merumuskan identifikasi permasalahan untuk dijabarkan
dalam tahap analisis dan perumusan konsep pengelolaan dan pemantauan.
4. Pendekatan Partisipatif
Pada pendekatan partisipatif, kajian dirumuskan dengan melibatkan
pemangku kepentingan yang terkait dengan pengelolaan. Hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh masukan dan saran pemangku kepentingan di daerah,
dimana dapat diperoleh feedback berupa pemberian informasi yang tepat
sasaran dan sesuai dengan demand dan kondisi aktual di lapangan. Dalam
pendekatan secara partisipatif ini, keterlibatan masyarakat dan pemangku
kepentingan dilakukan secara aktif dan dapat dilakukan dalam berbagai cara
antara lain wawancara maupun kuesioner. Hasil penyusunan konsep
kebijakan dan strategi tersebut tentunya perlu disosialisasikan kepada para
pemangku kepentingan selaku penerima langsung maupun tidak langsung atas
konsep baru ini, yang kemudian sekaligus akan mengawasi jalannya konsep
baru tersebut (monitoring).
B. URAIAN METODOLOGI
Uraian metodologi dalam pekerjaan PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP DAERAH IRIGASI MAIDI adalah sebagai berikut :
1. Metodologi Pekerjaan
a) Tahap persiapan
Mempersiapkan berbagai metodologi, konsep, kebijakan, standar dan
pedoman yang akan menjadi pegangan dalam pelaksanaan pekerjaan.
b) Tahap pengumpulan data dan informasi lapangan
Pengumpulan data dan informasi di lapangan baik itu kondisi fisik maupun
non fisik melalui survey primer dan survey sekunder. Survey Primer ini
dilakukan dengan menggunakan Alat Ukur Theodolit, GPS Handlet, dan
Meteran Roll dengan observasi dilapangan untuk mengamati kondisi
wilayah studi Survey Sekunder ini dilakukan untuk memperoleh data dari
instansi – instansi atau institusi terkait kondisi wilayah studi
c) Tahap Analisa
Pelaksanaan analisa kajian lingkungan hidup berdasarkan kondisi data
lapangan yang telah ada untuk mendapatkan kajian-kajian dampak
lingkungan hidup untuk kontruksi Daerah Irigasi Maidi
d) Tahap penyusunan dokumen
3. Pendekatan Institusi
Pendekatan ini merupakan mekanisme institusi (kelembagaan) yang akan
dilakukan pemrakarsa dalam rangka menaggulangi dampak penting
terhadap lingkungan hidup, yaitu:
a. Membentuk unit kerja upaya pengelolaan lingkungan hidup di lingkup
daerah BreakWater yang dilengkapi dengan personalia, peralatan dan
fasilitas kerja yang memadai untuk upaya pengelolaan lingkungan.
b. Menyusun Standard Operational Prosedure (SOP) pencegahan,
pengendalian dan penanggulangan pencemaran lingkungan dengan
mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk
B. 1. Penurunan a. Kualitas Udara Data yang - Pengumpulan - Penetapan status mutu Metode Fisher –
kualitas Prakiraan dampak terhadap diperlukan: sampel udara udara ambien sesuai data Davies dimulai dengan
udara kualitas udara ambien dengan model - Rona awal ambien rona awal dan rona udara penentuan kualitas
ambien matematis dapat dilakukan dengan udara - Pengujian ambien saat lingkungan untuk
memanfaatkan formula-formula baku ambien di parameter kualitas konstruksi/operasional setiap komponen
yang lazim dalam penelaahan lokasi studi udara sesuai SNI mengacu pada baku mutu lingkungan hidup
komponen lingkungan yang (konsentrasi Parameter dan Metode Analisis Kualitas Udara
dalam PP 41 Tahun 1999 untuk kondisi saat ini,
Parameter Kualitas
No Satuan Metode Uji Alat SNI
bersangkutan. Jumlah emisi gas dari CO, O3, NO2, Udara
1 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 NDIR NDIR Analyzer 7119.10:2011
Tentang Pengendalian kondisi akan datang
alat-alat berat yang digunakan pada SO2, TSP dan 3
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm Saltzman
3 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 Parasosanilin
Spektrofotometer 19-7119.2-2005
Spektrofotometer 19-7119.7-2005
Pencemaran Udara. Baku tanpa dan dengan
kegiatan proyek dapat ditentukan Pb); 4 Amoniak (NH3) µg/Nm3 Indofenol
Alkaline Potassium
Spektrofotometer 19-7119.1-2005 mutu parameter-parameter adanya proyek. Skala
4 Ozon (O3) µg/Nm3 Spektrofotometer 19-7119.8-2005
menggunakan faktor emisi gas atau - Faktor emisi 6 Timah Hitam (Pb) 3
Iodate
µg/Nm Gravimetri AAS 19-7119.4-2005 kualitas udara yang yang digunakan
7 Total debu/partikel (TSP) µg/Nm3 Gravimetri
partikel dari sumber emisi gas dan 8 Bising dBA Tekanan bunyi
Hi-Vol 19-6603-2001
Sound Level Meter 7570:2010
dijadikan acuan seperti adalah 1 sampai
berdasarkan persamaan berikut (KLH, partikulat Sumber : Rump and Kirst, 1992
berikut dengan 5. Nilai
2007). mesin/kenda - Data sekunder kualitas lingkungan
raan; sesuai referensi pada setiap kegiatan
Q = EF x A x (1 – ER/100)
- Arah dan di rata-rata untuk
Q = Laju emisi gas atau jumlah polutan kecepatan setiap komponen
yang diemisikan per satuan waktu angin di No Parameter Lingkungan Satuan
Waktu Baku lingkungan. Nilai
Pengukuran Mutu
EF = Faktor emisi lokasi studi; 1 Total partikel (TSP) µg/Nm3 24 Jam 230 dampak suatu
A = Intensitas kegiatan per satuan waktu - Bobot 2 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 1 Jam 30000
komponen lingkungan
3
3 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm 1 Jam 400
4 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 1 jam 900
3
5 Timbal (Pb) µg/Nm 24 Jam 2
PT. DELINEASI RUPABUMI KONSULTAN V -22
PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
DAERAH IRIGASI MAIDI - Tahun 2021
2Q
L −z 2
C (x , z )= 0,5
2π σzμ
exp
2σ 2z ( )
dengan :
C(x,z) = konsentrasi debu (µg/Nm3)
Q/L = laju emisi per unit panjang jalan
(µg/dt.m)
σz = koefisien dispersi vertikal
µ = kecepatan angin rata-rata (m/dt)
z = tinggi titk konsentrasi yang ditinjau
π = 3,1416
Bila emisi resuspensi debu dianggap sebagai
sumber area maka prediksi konsentrasi emisi
polutan udara mengikuti persamaan empiris
Area Source Gaussian (Smith, R. J., 1995).
1
ξ ( x , y , z )= exp¿
πσ y σ x
dengan :
ξ (x , y , z ) = konsentrasi debu (µg/Nm3)
Q/L = Laju emisi per unit panjang jalan
(µg/dt.m)
σz, σx, σy = koefisien dispersi vertikal (z),
sumbu-x dan sumbu-y
µ = Kecepatan angin rata-rata (m/dt)
z = tinggi titik konsentrasi yang
ditinjau
π = 3,1416
Untuk menentukan besaran dampak
Kebisingan ∆ BP=∑ [BP]dp −∑ [ BP] tp - Rona awal - Pengukuran - Penetapan status mutu
j=1 j =1 kebisingan di kebisingan dengan kebisingan sesuai data rona
dengan: lokasi studi Sound Level Meter awal dan data kebisingan
[BP] = Perubahan beban pencemaran udara - Bising yang sesuai SNI saat konstruksi/operasional
ambien (µg/m3) ditimbulkan 75702010 mengacu pada baku mutu
[BP]dp = Beban pencemaran udara ambien oleh aktivitas - Data sekunder dalam KEP.
ketika ada proyek (µg/m3) proyek sesuai referesi No.48/MenLH/1996
[BP]tp = Beban pencemaran udara ambien pembangunan Tentang Baku Tingkat
tanpa proyek (µg/m3) Jalan dan Kebisingan. Dalam wilayah
J = Jenis pencemar jembatan studi, dampak bising akan
dapat terjadi di sepanjang jalur
b. Kebisingan bersumber akses pembangunan jalan
Untuk menggambarkan dari bunyi dan jembatan dalam dalam
perubahan tingkat kebisingan akibat kendaraan tapak proyek. Baku mutu
pengoperasian kendaraan atau mesin atau mesin sesuai lingkungan tersebut
ketika proyek berjalan digunakan dua yang adalah 70 dBA untuk jalur
parameter penting, yaitu akumulasi dioperasikan. transportasi, 55 dBA untuk
tingkat kebisingan akibat berbagai Dampak bunyi lingkungan pemukiman.
sumber suara dan perubahan tingkat dapat terjadi di Disamping menggunakan
kebisingan akibat perubahan jarak jalan akses baku mutu, penilain tingkat
sumber suara dan titik yang ditinjau. serta pada kebisingan dapat pula
Akumulasi tingkat kebisingan akibat tapak proyek ditentukan berdasarkan
dua sumber suara dihitung dan sekitarnya. skala kualitas lingkungan
berdasarkan rumus sebagai berikut Oleh karena bising terputus atau
(Godish, 2004): itu, semikontinyu, seperti
P21 P22 pengukuran berikut
LPtotal=10. log [ 2
+ 2] rona awal
Po Po bising
15
Leq =Loi−10. log ¿ +10 log + s−13
Si d
Untuk menentukan besaran beban
pencemaran bising yang dihasilkan oleh
kegiatan proyek digunakan rumus sebagai
berikut (Fandely, 2011).
n n
∆ BP=∑ [BP]dp −∑ [ BP] tp
j=1 j =1
dengan:
[BP] = Perubahan beban pencemaran bising
(dBA)
[BP]dp = Beban pencemaran bising (dBA)
[BP]tp = Beban pencemaran bising (dBA)
J = Jenis pencemar
3. Fisiografi dan Menganalisis hasil penyelidikan geologi a. Gambaran Kajian geologi yang
Geologi permukaan dan data geologi bawah fisiografi akan dilakukan pada
permukaan serta pengujian laboratorium yang lokasi studi lokasi tapak proyek
memberikan gambaran kondisi geologi yang dan meliputi kajian
dikaitkan dengan keperluan perencanaan dan sekitarnya kestabilan lereng,
konstruksi bendung beserta sarananya. yang meliputi geologi teknik,
meliputi kegempaan dan
morfologi dan hidrogeologi. Untuk
topografi,
menganalisis sifat
panjang
keteknikan
lereng dan
kemiringan batuan/tanah pada
lereng akan lokasi tapak proyek.
D. Hidrologi Pengumpulan data hidrologi akan dilakukan Interpretasi peta Pengamatan, Metode Analisis Data Hidrologi Rencana Pembangunan PLTA di Desa Kaloa Kecamatan Metode Fisher –
pada lokasi rencana kegiatan yaitu badan air dan analisis pengukuran dan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah
Davies dimulai dengan
yang secara hidrologis tercakup dalam wilayah curah hujan (10 perhitungan untuk Metode Analisis Data Hidrologi Rencana Pembangunan PLTM Benteng penentuan kualitas
Malewang, Kab. Bulukumba
studi yaitu DAS. Data hidrologi yang tahun data) yang mengetahui lingkungan untuk
Metode Metode
diperlukan mencakup debit air yang diperoleh diperoleh dari karakteristik dan No Parameter Satuan Alat setiap komponen
Pengumpulan Data Analisis
dari data sekunder yang ada. stasiun curah potensi perubahan Karakteristik DAS/ 3 Interpretasi peta/ Deskriptf/ lingkungan hidup
1. m /detik Pelampung
hujan terdekat, pola aliran Debit Sesaat Pengukuran Formula untuk kondisi saat ini,
representatif permukaan dan debit 3 Data sekunder/ kondisi akan datang
2. Aliran Permukaan m /detik Formula -
Interpretasi peta
atau dapat banjir di wilayah 3. Debit Banjir 3
m /dtk Data sekunder Formula -
tanpa dan dengan
dianalogikan lokasi rencana adanya proyek. Skala
dengan lokasi pembangunan jalan yang digunakan
studi dan dan jembatan adalah 1 sampai
karakteristik dengan 5. Nilai
daerah aliran kualitas lingkungan
sungai (DAS) pada setiap kegiatan
wilayah studi. di rata-rata untuk
setiap komponen
lingkungan. Nilai
dampak suatu
dengan: laboratorium. 2
3
BOD5
COD
mg/L
mg/L
2
10
3
25
[BP] = Perubahan kualitas badan air Agar sampel air 4 DO mg/L 6 4
penerima dampak (mg/L atau SKL) yang akan diuji di 5 Total Fosfat mg/L 0,2 0,2
10 Cr(VI) mg/L 0,05 0,05
[BP]dp = Kualitas air pada badan air ketika ada laboratorium 11 Cu mg/L 0,02 0,02
proyek/rona lingkungan akhir (mg/L tidak mengalami 12 Fe mg/L 0,3 (-)
Temperatur
Wadah Volume
-
Cara Pengawetan
Segera
Waktu
Maksimum
-
Tahun 2003.
o o
TDS P, G 200 mL Didinginkan 4 C ± 2 C 2 hari
TSS P, G 200 mL Didinginkan 4 oC ± 2 oC 7 hari
pH P, G 100 mL Segera -
BOD5 G (botol BOD) 1000 mL Didinginkan 1 – 14 hari
COD P, G 100 mL Ditambah H 2SO4 hingga pH<2 7 – 28 hari
A Fisika
F. Lahan Menelaah hubungan perubahan penutupan Parameter Penelusuran data Metode Analisis Data Penggunaan Lahan Metode Fisher –
lahan dengan parameter lingkungan fisik kimia penggunaan melalui interpretasi No. Komponen/Parameter Davies dimulai dengan
seperti tata ruang, hidrologi, erosi, parameter lahan yang Peta Tata Guna Lahan Satuan Metode Analisis Data Alat penentuan kualitas
Lingkungan
biologi seperti vegetasi dan satwa, serta ditelaah meliputi saat ini 1 Interpretasi Foto Udara & Stereoskop, lingkungan untuk
parameter sosial ekonomi dan sosial budaya jenis, luas, Jenis penggunaan lahan - setiap komponen
Pengamatan Lapangan Citra Satelit
seperti mata pencaharian, pendapatan dan sebaran dan tipe 2 Sebaran penggunaan lahan ha, % Perhitungan Luas SIG (GIS) lingkungan hidup
ketenagakerjaan penggunaan Sumber : Sutoto, 1988 untuk kondisi saat ini,
lahan, yang kondisi akan datang
ditelusuri tanpa dan dengan
melalui adanya proyek. Skala
interpretasi Peta yang digunakan
di mana:
H’ = Indeks keanekaragaman Shanon
ni = Nilai penting suatu jenis
N = Nilai penting seluruh jenis
Fauna:
Pengamatan terhadap fauna akan dilakukan
terhadap satwa liar. Metode pengumpulan
data satwa liar akan dilakukan melalui
pengamatan langsung di lapangan (data
primer) dengan menggunakan metode IPA
(Index Ponctualle de’Abondance) khusus
untuk satwa liar burung. Untuk satwa liar
lainnya dengan pengamatan langsung serta
wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi
untuk mengetahui jenis-jenis satwa liar yang
terdapat di sekitar areal. Pengamatan
langsung akan dilakukan baik berdasarkan
perjumpaan langsung, suara, jejak ataupun
tanda-tanda lain yang ditinggalkan. Lokasi
Metode Pengumpulan dan Analisis Data Demografi, Sosial Ekonomi, Sosial Budaya
I. Demografi, (1). Perkembangan Penduduk Perubahan a. Pengumpulan data Instrumen Metode
Metode Fisher –
Jenis Data
Sosial Jumlah penduduk untuk satu jangka waktu kualitas primer dari Komponen/Parameter Lingkungan Satuan Pengumpulan Analisis Davies dimulai dengan
Data Data
Ekonomi dan tertentu diduga dengan menggunakan lingkungan responden melalui 1 Demografi/Kependudukan penentuan kualitas
2
Sosial Budaya. persamaan berikut (Demografi, 1992). hidup fisik kimia wawancara dengan a. Jumlah Kepadatan,
penyebaran
Jiwa/km
Jiwa
Data Sekunder Observasi, Analisis
Data Sekunder Kajian Pustaka Deskripsi
lingkungan untuk
(kualitas udara, menggunakan daftar b. Struktur penduduk % Data Sekunder Kuantitatif setiap komponen
c. Mobilitas Penduduk (migrasi)
Pt = Po (1+r )n kualitas air dan pertanyaan lingkungan hidup
2 Sosial Ekonomi
di mana : transprotasi) b. Pengumpulan data a. Kesempatan Kerja dan
Berusaha
-
-
Daftar Primer Observasi-
Wawancara Analisis
untuk kondisi saat ini,
Pt =Jumlah penduduk akhir tahun ke-n sekunder akan b. Perubahan Mata Pencaharian - Data Primer (Daftar Isian- Deskripsi kondisi akan datang
c. Pendapatan Masyarakat Data Primer Kuesioner) Kuantitatif
P0 =Jumlah penduduk pada tahun pengamatan ditelusuri dari d. Tenaga Kerja (TPAK + - Data Sekunder PKM/FGD tanpa dan dengan
Pengangguran)
r =Prosentase perkembangan penduduk pada kantor kelurahan, 3 Sosial Budaya
adanya proyek. Skala
akhir periode waktu t kecamatan, instansi/ a. Kelembagaan/Pranata Sosial - Data Observasi- Analisis yang digunakan
b. Proses Sosial - Sek/Primer. Wawancara Deskritif
Besarnya laju perkembangan penduduk dinas terkait. c. Sikap dan Persepsi - Daftar Primer (Kuesioner) Kualitatif adalah 1 sampai
d. Keresahan Sosial - Daftar Primer PKM/FGD
dihitung dengan menggunakan persamaan Pertemuan e. Keamanan dan Ketertiban - Daftar Primer
dengan 5. Nilai
berikut (Demografi, 1992). Konsultasi Sumber: Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL. Keputusan kualitas lingkungan
Kepala Bapedal No. Kep.299/11/Tahun 1996.
Masyarakat di tingkat PKM=Pertemuan Konsultasi Masyarakat. pada setiap kegiatan
B−D+I−E Kelurahan. Dalam di rata-rata untuk
γ= x 100%
P tengah tahun pertemuan setiap komponen
di mana : menggunakan metode lingkungan. Nilai
B = Jumlah kelahiran dalam periode t Diskusi Kelompok dampak suatu
D = Jumlah kematian dalam periode t Terarah (Focus Group komponen lingkungan
RasioJK =
∑ Penduduk Laki−Laki ×100%
∑ Penduduk Perempuan
(4) Ketenagakerjaan
Model ketenagakerjaan dipergunakan untuk
menggambarkan kondisi tenaga kerja, potensi
di mana :
N1 = Besar perubahan jumlah pekerja terjadi
N2 = Jumlah pekerja mula-mula
W1 = Besar perubahan tingkat upah
W2 = Tingkat upah berlaku
N = Tahun ke n
VA = NP – KBP
di mana :
VA = Value Added
t
H t =H o (1−r )
Dimana :
Ht = Jumlah investasi tahun ke t
Ho = Jumlah investasi tahun ke 0
10. Kesehatan Perubahan Metode pengambilan Metode Analisis Data Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan, Metode Fisher –
Persen KK yang menggunakan Jamban
Masyarakat kualitas sampel (responden) Metode Analisis Davies dimulai dengan
Sehat (JS) Komponen/Parameter Lingkungan Satuan Jenis Data
lingkungan menggunakan metode Data penentuan kualitas
hidup fisik kimia multiple stage cluster Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan lingkungan untuk
JS=
∑ KK yang menggunakan jamban sehat x 100% (kualitas udara, dan random sampling 1. Insidensi dan prevalensi penyakit menular - Kuantitatif/Kualitatif Data Primer setiap komponen
∑ Jumlah seluruh KK kualitas air dan method. Metode ini 2. Angka kesakitan - Analisis Kuantitatif Data Primer lingkungan hidup
Persen KK yang menggunakan Air transprotasi) dilakukan untuk 3. Angka kematian kasar - Analisis Statistik Data Sekunder untuk kondisi saat ini,
Bersih (AB) menentukan jumlah 4. Angka kematian bayi - Analisis Statistik Data Sekunder kondisi akan datang
populasi kelompok 5. Sanitasi Lingkungan - Kuantitatif/Kualitatif Data Sekunder tanpa dan dengan
∑ KK yang menggunakan air bersih × 100% 6. Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan - Kuantitatif/Kualitatif Data Sekunder
AB= masyarakat yang adanya proyek. Skala
7. Pola Pencarian pengobatan - Kuantitatif/Kualitatif Data Sekunder
∑ Jumlah seluruh KK terkena dampak 8. Rasio Tenaga kesehatan - Kuantitatif/Kualitatif Data Sekunder yang digunakan
Prevelance Rate (PR) langsung (dampak adalah 1 sampai
∑ Jumlah kasus yang ada pada suatu waktu × 100% primer) maupun Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 875/MENKES/ dengan 5. Nilai
PR = dampak tidak kualitas lingkungan
∑ Jumlah penduduk pada waktu yang sama SK/VI I/2001.
langsung (dampak pada setiap kegiatan
Insiden Rate sekunder) pada di rata-rata untuk
(IR) =
∑ Kasus baru × 100% tahap prakonstruksi, setiap komponen
∑ Penduduk tahap konstruksi dan lingkungan. Nilai
tahap operasional. dampak suatu