Anda di halaman 1dari 31

PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

KOTA TEBING TINGGI

BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1. PENDEKATAN PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGOLAAN


PERSAMPAHAN KOTA TEBING TINGGI
3.1.1. Pendekatan Studi
Dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Master Plan Persampahan di Kota
Tebing Tinggi, terdapat 2 (dua) bagian besar produk pekerjaan, yakni kelayakan Unit
Pengolahan Sampah dan Kajian Ekonomi, Sumber Pendanaan kegiatan
pembangunan Unit Pengolahan Sampah, serta jajak pendapat atau political will dari
masyarakat Kota Tebing Tinggi dalam pembangunan dan pelaksanaan operasional
Unit Pengolahan Sampah dan pengelolaan sampah di Kota Tebing Tinggi .
Tahapan penyusunan rencana induk persampahan ini dimulai dari
pengumpulan data dan informasi, review studi terdahulu, peninjauan lapangan, jajak
pendapat, analisa teknis operasional, analisa geografis, analisa ekonomi, analisa
sosial-budaya dan kemampuan pendanaan Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

3.1.2. Konsep Pendekatan


Ada beberapa pendekatan metodologi yang akan dikembangkan dalam
Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan Kota Tebing Tinggi, yakni:
1. Pendekatan Pola Pikir Pemecahan Masalah
2. Pendekatan Penanganan Pekerjaan
3. Pendekatan Kebijakan
4. Pendekatan Kelembagaan
5. Pendekatan Teknis
6. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan.
Pendekatan terhadap pola pikir pekerjaan adalah keterkaitan kegiatan proyek
dengan permasalahan yang ada serta sasaran yang ingin dicapai. Pendekatan
kebijakan diperlukan terutama yang berkaitan dengan kebijakan persampahan dan
persampahan. Pendekatan kelembagaan berhubungan dengan koordinasi antar
instansi yang dibutuhkan. Pendekatan teknis adalah kajian terhadap kriteria atau
metode perhitungan yang akan digunakan.
Sedangkan pendekatan pelaksanaan pekerjaan merupakan metode
pelaksanaan pekerjaan mulai tahap persiapan sampai penyelesaian akhir.

BAB III- 1
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

3.1.3. Pendekatan Pola Pikir Pemecahan Masalah


Pendekatan pola pikir pemecahan masalah yang diuraikan tidak dapat
dipisahkan dari permasalahan rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana
dasar lingkungan di wilayah perencanaan, khususnya yang berkaitan dengan
pelayanan sektor persampahan. Permasalahan tersebut diantaranya diakibatkan ada
pertumbuhan pendudukan yang cukup pesat di wilayah studi (Kota Tebing Tinggi)
serta masih rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan persampahan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan kinerja
pelayanan sektor persampahan secara berkelanjutan melalui pelaksanaan pekerjaan
ini. Untuk lebih jelasnya pendekatan pola pikir pemecahan masalah dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dibawah ini.

GAMBAR 3.1. POLA PIKIR PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB III- 2
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

A. Persoalan Pengelolaan Persampahan


Persoalan utama pada pengelolaan sampah terjadi karena beberapa hal, yaitu:
1. Peningkatan jumlah sampah secara signifikan akibat adanya perubahan gaya
hidup dan pola konsumsi masyarakat akibat terjadinya pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi pada era orde baru (sebelum terjadi krisis moneter tahun
1997).
2. Terjadi pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah perkotaan yang
membutuhkan penanganan sampah secara kolektif. Pengelolaan secara individu
(dalam arti menimbun dan membakar) semakin tidak layak untuk lingkungan
perkotaan.
3. Pertumbuhan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan
yang berasal dari masyarakat penghasil sampah untuk mendanai/membiayai
pengelolaan sampah perkotaan. Selain itu, anggaran pengelolaan persampahan
yang berasal dari Pemerintah tidak mencukupi untuk memenuhi standard
pelayanan yang diperlukan.
4. Ketersediaan lahan untuk TPA sampah yang memenuhi persyaratan (teknis,
lingkungan, sosial budaya, legalitas kepemilikan, dan aspek keuangan) semakin
terbatas.
5. Peningkatan kemampuan lembaga/institusi pengelola persampahan berjalan
dengan lambat sehingga tidak mampu mengantisipasi persolan yang timbul di
masyarakat.
B. Paradigma Baru Pemerintah Indonesia
Reformasi telah mengakibatkan terjadinya paradigma baru Pemerintahan di
Indonesia. Adapun paradigma baru tersebut antara lain adalah :
1. Demokratisasi dan Keterbukaan
Terjadi perubahan yang menginginkan diberlakukannya prinsip demokrasi dan
keterbukaan pada pemerintahan di Indonesia. Konsekuensinya adalah tuntutan
pemenuhan kepentingan masyarakat semakin kuat dan proses pemenuhan tersebut
diminta dilaksanakan secara transparan. Pengaruh lainnya adalah masyarakat
semakin memahami haknya, salah satu adalah hak untuk mendapatkan lingkungan
hidup yang layak untuk ditempati, dan menuntut Pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
2. Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah memberikan tanggung jawab yang semakin besar
kepada Pemerintah Daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang salah satu

BAB III- 3
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

diantaranya adalah pengelolaan persampahan. Selain pendelegasian (penyerahan)


tanggung jawab tersebut, Pemerintah Daerah juga mendapat tambahan pendapatan
dari pembagian pendapatan yang selama ini dikuasai oleh Pemerintah Pusat.
Pembagian pendapatan tersebut secara bersamaan juga akan diikuti dengan
peningkatan beban pembiaayaan pengelolaan sarana yang selama ini dibiayai oleh
Pemerintah Pusat.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu hasil dari reformasi adalah gerakan pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat akan menyebabkan masyarakat semakin menyadari hak
dan tanggung jawabnya. Akibatnya masyarakat mungkin saja akan menuntut Institusi/
Lembaga pengelola persampahan jika merasa dirugikan/ pelayanan kurang
memuaskan (akibat diberlakukannya UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen).
C. Paradigma Baru Pengelolaan Sampah
Pendekatan yang akan digunakan konsultan dalam melaksanakan pekerjaan
penyusunan Rencana Induk Persampahan Kota Tebing Tinggi akan mengacu pada
sistem REDUCE (mengurangi), REUSE (menggunakan kembali), RECYCLE (mendaur
ulang), PARTICIPATION (melibatkan masyarakat) sesuai dengan yang diamanatkan
dalam Undang Undang No.18 Tahun 2008 tentang Persampahan.

3.1.4. Pendekatan Kebijakan


Secara lebih spesifik pendekatan yang akan dilakukan dalam Penyusunan
Master Plan Pengelolaan Persampahan Kota Tebing Tinggi ini, meliputi :
1. Pendekatan terhadap Peraturan Perundang-Undangan/Kebijakan yang berlaku
baik ditingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. (seperti : RUTRK, RTRW dan lain
sebagainya yang relevan).
2. Millenium Development Goal (2015).
3. National Action Plan Persampahan
4. Ketentuan Teknis (SNI untuk perencanaan sampah perkotaan dan SNI UNJ 03-
3241- 1994) tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah dan cara
Weighted Ranking Technique.

3.1.5. Pendekatan Teknis


1. Fisik Kota
Pendekatan terhadap daerah perencanaan dalam hal ini Kota Tebing Tinggi
sangat penting, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik kota. Dalam merencanakan
rencana induk persampahan harus mempertimbangkan topografi, hidrologi, klimatologi

BAB III- 4
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

dan geologi. Kemiringan tanah, tinggi muka air tanah termasuk pasang surut air,
kondisi sungai di saat musim kemarau dan musim hujan, temperatur dan kelembaban
pada musim hujan dan kemarau dan struktur lapisan tanah akan ipelajari dan
dipahami.
2. Sosial Ekonomi
a. Kepemerintahan antara lain : struktur organisasi pemerintah kota,
pembagian dan batas wilayah kerja administrasi kota serta luas masing-
masing wilayah.
b. Demografi, meliputi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk per tahun
dan kepadatan penduduk. Perkiraan laju pertumbuhan dan arah penyebaran
penduduk dari tahun ke tahun didasarkan pada data aktual dan rencana kota
menurut RUTRK/Renstra, dsb.
c. Data demografi ini akan diambil dari data statistik Kota Tebing Tinggi edisi
terakhir.
d. Distribusi kegiatan lokasi proyek, terdiri dari beberapa sektor antara lain
pertanian, perdagangan, peternakan, pegawai, buruh dan tata guna lahan
dalam berbagai kategori.
e. Prasarana dan Sarana Umum yang dimiliki oleh Kota Tebing Tinggi antara
lain : jaringan listrik, air minum, telepon dan alat transportasi.
f. Fasilitas yang dimiliki Kota Tebing Tinggi, seperti : pertokoan, perniagaan,
hotel/losmen, rumah sakit/kesehatan, perkantoran, pendidikan, tempat
ibadah/sosial, perumahan dan sebagainya. data-data ini diperlukan untuk
menentukan jumlah/kapasitas dan jenis sampah dan juga diperlukan untuk
menentukan skala pengelolaan individual dan komunal.
g. Pendapatan masyarakat per rumah tangga diperlukan untuk menentukan tarif
retribusi sampah yang akan diusulkan.
h. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah saat ini dan perkiraan di tahun
mendatang.
3. Kesehatan Masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan.
Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih, tergantung oleh tersedianya fasilitas
sanitasi yang baik dan memadai. Selain itu juga perlu ditunjang oleh kemampuan
masyarakat dalam menciptakan dan menjaga kebersihan.
4. Rencana Pengembangan Kota
Rencana Strategis, Rencana Induk Kota dan Rencana Umum Tata Ruang Kota
yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi akan menjadi acuan bagi

BAB III- 5
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

penyusunan perencanaan teknis dan masterplan persampahan ini dapat terintegrasi


dengan rencana pengembangen sarana dan prasarana lainnya.
Arah dan sasaran pembangunan kota, potensi yang dikembangkan di waktu
mendatang, berbagai sektor ekonomi yang meliputi kegiatan usaha dengan berbagai
kegiatan pelayanan dan lingkungan hidup serta permasalahannya merupakan salah
satu faktor penting dalam proses penyusunan studi ini.
Demikian juga halnya dengan rencana pengembangan fasilitas kota termasuk
sarana dan prasarana pengelolaan pesampahan.
5. Sistem Pengelolaan Eksisting
Pengelolaan persampahan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai
satu tujuan. Bentuk interaksi ini mempunyai ketentuan dan peraturan. Komponen yang
mempunyai bentuk tersebut di atas disebut subsistem. Subsistem tersebut adalah:
a. Organisasi dan Manajemen
b. Teknik Operasional
c. Pembiayaan dan Retribusi
d. Ketentuan dan Peraturan

3.2. TAHAPAN PENYUSUNAN MASTER PLAN PENGELOLAAN


PERSAMPAHAN KOTA TEBING TINGGI
3.2.1.Tahap Persiapan
Persiapan yang akan dilakukan sebelum memulai pekerjaan adalah:
a. Mobilisasi personil/tenaga ahli
b. Kajian dan apresiasi terhadap sistem pengelolaan sampah
c. Kajian materi dan tata cara pelaksanaan master plan pengelolaan
persampahan
d. Kajian Pustaka beberapa kajian produk penataan ruang dan produk
pengelolaan persampahan.
e. Kajian pustaka berupa dasar/landasan hukum, yang mencakup Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah dan kebijakan Pengelolaan persampahan.
f. Penyusunan program kerja organisasi pelaksanaan
g. Mengumpulkan data dan informasi dari instansi terkait.
h. Keluaran yang dihasilkan dari tahapan ini adalah dapat diidentifikasi/ditetapkan
wilayah perencanaan serta dapat dibuat peta rencana kerjanya.
Persiapan survey lapangan meliputi kegiatan :

BAB III- 6
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

a. Penelaahan materi-materi kebijakan pembangunan dan Perencanaan Tata


Ruang Wilayah (RTRW Kota Tebing Tinggi).
b. Pembuatan design survei dengan lingkup check list data dan program kerja
survey
c. Pembuatan peta dasar.

3.2.2 Tahap Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam proses penyusunan studi
rencana induk persampahan, karena tingkat keakuratan data menjadi kunci dalam
memproyeksikan rencana pengembangan jangka panjang. Metode pengumpulan data
dapat dilakukan secara primer (dengan melakukan penelitian atau analisa langsung
dilapangan) atau sekunder (dengan menggunakan data atau hasil penelitian yang
sudah ada).Data-data dalam Penyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan
Kota Tebing Tinggi ini meliputi:
1. Data kondisi kota dan rencana pengembangan kota
Data kondisi Kota Tebing Tinggi sebagai wilayah studi diperlukan untuk
mendapatkan gambaran kondisi fisik kota dan sarana prasarana kota, sosial ekonomi
masyarakat dan kemampuan keuangan daerah, masalah kependudukan, tingkat
kerawanan sanitasi dan kesehatan masyarakat. Kondisi ini menjadi acuan untuk
skenario peningkatan sistem pengelolaan persampahan jangka panjang.
a. Gambaran wilayah perencanaan
Gambaran umum wilayah studi dapat menjelaskan posisi Kota Tebing Tinggi
secara umum baik batas wilayah, koordinat, iklim/cuaca, dan trade mark kota.
b. Kondisi fisik kota
Kondisi fisik suatu Kota Tebing Tinggi digambarkan dengan data yang meliputi
antara lain :
- Topografi (kondisi kemiringan lahan)
- Geologi (kondisi tanah dan batuan)
- Hidrologi (kondisi air tanah dan sungai yang melintasi Kota Tebing Tinggi,
baik kuantitas maupun kualitas)
c. Prasarana kota
Prasarana kota perlu diidentifikasi untuk mengenali sumber sampah sebagai
target daerah pelayanan, pada umumnya dapat digambarkan dengan data yang
meliputi:

BAB III- 7
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

Jaringan jalan, meliputi jalan arteri/protokol, kolektor, jalan lingkungan


(dilengkapi peta jaringan jalan);
Perumahan, meliputi perumahan komplek dan non komplek baik yang
teratur, tidak teratur, maupun perumahan kumuh;
Fasilitas komersial, meliputi pertokoan, pasar, hotel, restauran, salon,
bioskop, kawasan wisata, kawasan industri dan lain-lain;
Fasilitas umum, meliputi perkantoran, fasilitas pendidikan (universitas,
sekolah, dll), fasilitas kesehatan (RS, apotik, puskesmas dll);
Fasilitas sosial, meliputi rumah ibadah, panti sosial dll;
Ruang terbuka hijau/hutan kota, meliputi taman kota, hutan kota,
perkebunan, persawahan dan lahan-lahan pertanian
Data tersebut perlu dilengkapi dengan peta tata guna lahan.
d. Kependudukan
Data kependudukan diperlukan untuk mengidentifikasi daerah pelayanan,
menghitung tingkat pelayanan dan lain-lain, meliputi :
Jumlah penduduk kota, per kecamatan dan per kelurahan
Kepadatan penduduk rata-rata dan kepadatan di daerah terbangun
Data tersebut perlu dilengkapi dengan peta kepadatan penduduk yang dapat
dibedakan untuk daerah dengan kepadatan > 100 jiwa/ha, 50 100 jiwa / ha
dan daerah dengan kepadatan < 50 jiwa/ha
e. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Data kondisi sosial masyarakat diperlukan untuk menentukan kualitas
pengelolaan sampah dan perhitungan tarif retribusi dikaitkan dengan
kemampuan membayar masyarakat. Data kondisi sosial ekonomi masyarakat
meliputi:
Mata pencaharian masyarakat
Penghasilan masyarakat yang dinyatakan dengan data income/kk/bulan
Strata ekonomi yang dapat menggambarkan prosentase kelompok
masyarakat berpenghasilan tinggi, menengah dan rendah
f. Tingkat kesehatan masyarakat
Data tingkat kesehatan masyarakat diperlukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan persampahan di kawasan rawan sanitasi
yang pada umumnya memiliki tingkat kesehatan yang rendah. Data penyakit
yang diperlukan pada umumnya yang berkaitan dengan buruknya kondisi
sanitasi lingkungan dan air bersih seperti diare, tipus, disentri dan ISPA
(akibat proses pembakaran sampah secara terbuka)

BAB III- 8
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

g. Rencana pengembangan kota


Data rencana pengembangan kota diperlukan untuk memberikan gambaran
pengembangan kota dalam kurun waktu perencanaan yang akan digunakan
sebagai acuan untuk analisa pengembangan kebutuhan pelayanan
persampahan jangka panjang. Data rencana pengembangan Kota Tebing
Tinggimeliputi :
Rencana pengembangan wilayah
Rencana pengembangan jaringan jalan
Rencana pengembangan fasilitas kota
Proyeksi penduduk
Data tersebut perlu dilengkapi dengan peta pengembangan wilayah, jaringan
jalan dan lain-lain.Data tersebut biasanya telah tertuang dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi.
2. Data Kondisi Pengelolaan Persampahan
Untuk mendapatkan gambaran kondisi pengelolaan persampahan yang ada di
Kota Tebing Tinggi, diperlukan data pengelolaan persampahan baik untuk aspek
teknis, kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta
masyarakat/swasta.

a. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan merupakan gambaran indikator secara kuantitatif
terhadap kondisi pengelolaan sampah suatu kota. Data tingkat pelayanan
dapat diketahui dari beberapa hal, yaitu :
Dihitung dari prosentase perbandingan jumlah penduduk yang
mendapatkan akses pelayanan sampah secara terpusat (dikumpulkan
dari sumber sampai ke TPA) dan jumlah penduduk total kota;
Dihitung dari prosentase perbandingan jumlah sampah yang diangkut ke
TPA dan jumlah sampah total.
b. Sistem Pengelolaan
Untuk memudahkan pengolahan data atau analisis suatu kondisi
pengelolaan persampahan suatu kota, data sistem pengelolaan
persampahan dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu data yang
berkaitan dengan aspek teknis, institusi/kelembagaan, pembiayaan,
peraturan dan data yang berkaitan dengan aspek peran serta
masyarakat/swasta.

BAB III- 9
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

1). Aspek Institusi, meliputi:


Bentuk institusi yang mengelola sampah, dapat berupa Perusahaan
Daerah, dibawah Dinas PU/Dinas Kebersihan/Dinas Lingkungan
Hidup /Sub Dinas, seksi, sub seksi atau UPTD
Struktur organisasi
Tata laksana kerja, internal (dilingkungan Dinas) atau eksternal
(antar instansi dan atau dengan pihak masyarakat)
SDM, meliputi jumlah SDM yang terlibat dalam pengelolaan sampah
(staf dan petugas lapangan), tingkat pendidikan dan kursus atau
pelatihan yang pernah diikuti baik di dalam maupun di luar negeri.
2). Aspek Teknis, meliputi:
a. Daerah pelayanan, menggambarkan cakupan pelayanan (luas,
wilayah pelayanan). Daerah pelayanan ini harus dipetakan secara
memadai.
b. Sumber sampah, menggambarkan jumlah sumber-sumber penghasil
sampah baik dari perumahan (perumahan teratur, tidak teratur dan
perumahan kumuh) maupun non perumahan yang meliputi fasilitas
komersial (seperti pasar, pertokoan, hotel, restauran, dll), fasilitas
umum (seperti perkantoran, sekolah, RS, puskesmas, taman, jalan,
dll) dan fasilitas sosial (tempat ibadah, panti sosial, dll).
c. Timbulan sampah (lt/orang/hari, m3/hari atau ton/hari), data timbulan
sampah sebaiknya dilakukan secara primer, yaitu dengan cara
analisis timbulan sampah dengan metode yang representatif (jumlah
sample dan waktu pengambilan sampel 8 hari berturut-turut) sesuai
SNI tentang Metode Sampling Timbulan Sampah
d. Komposisi dan karakteristik sampah, meliputi komposisi organik,
kertas, plastik, logam, kaca, dan lain-lain. Untuk data karakteristik
sampah perlu diketahui berat jenis sampah, kadar air, nilai kalor, dan
lain-lain. Data ini juga sebaiknya dilakukan secara primer.
e. Pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA, untuk
mengetahui aliran sampah dari setiap sumber sampah yang ke TPS,
TPST, transfer depo, SPA dan TPA (atau bahkan ke TPA liar).
f. Pewadahan (jenis wadah yang umum digunakan)
g. Pengumpulan (metode pengumpulan baik komunal mapun individual,
sarana yang digunakan, jumlah sarana pengumpulan, dll)

BAB III- 10
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

h. Pemindahan skala kawasan (metode pemindahan baik TPS,


container, transfer depo, jumlah prasarana pemindahan, lokasi, dll)
dan skala kota (transfer station atau stasiun peralihan antara, jumlah
SPA, lokasi SPA)
i. 3R skala kawasan (lokasi, jumlah, metode 3R dan kondisi operasi,
jumlah pengurangan/ pemanfaatan sampah, dll) dan 3R skala kota
(lokasi, jumlah pengurangan/pemanfaatan sampah, fasilitas dan
kondisi operasi, dll)
j. Pengangkutan (jumlah truck, jenis truck, frekuensi atau ritasi truck,
rute angkutan, dll)
k. Pembuangan akhir (lokasi, luas, fasilitas TPA, kondisi operasi dan
pemanfaatan lahan pasca TPA).
Data lokasi TPA, meliputi:
- luas TPA
- jarakTPAdari daerah pelayanan,
- jarakTPAdari permukiman terdekat,
- jarakTPAdari airport,
- jarak TPA dari badan air/mata air,
- jenis tanah,
- porositas tanah (K),
Data fasilitas TPA, meliputi:
ketersediaan fasilitas umum (jalan masuk, saluran drainase,
pos jaga/kantor dan pagar),
fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan dasar kedap air,
jaringan pengumpul leachate, instalasi pengolahan leachate,
ventilasi gas, tanah penutup, buffer zone, sumur uji dll),
fasilitas operasional (alat berat, dump truck tanah, jembatan
timbang) dan fasilitas penunjang seperti air bersih, bengkel
dan lain-lain.
Data kondisi operasi TPA, meliputi :
- sistem pencatatan jumlah sampah yang masuk ke TPA secara
harian (m3/hari atau ton/hari),
- sistem sel penimbunan sampah,
- tinggi timbunan,
- penutupan tanah yang dilakukan,
- pemadatan sampah

BAB III- 11
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

- oprasional alat berat


- lama waktu penutupan tanah,
- kepadatan lalat,
- ada tidaknya kebakaran/ asap di TPA,
- hasil proses pengolahan leachate (data kualitas influen dan
efluen leachate),
- kegiatan pemulung (jumlah pemulung, jumlah sampah yang
dapat dikurangi dari aktifitas pemulung dan lain-lain).
Data pemanfaatan lahan pasca TPA (TPA lama yang sudah
tidak terpakai),meliputi :
- lokasi,
- fungsi baru (bangunan, lahan terbuka, atau dibiarkan terbuka
tanpa penanganan apapun)
Data tersebut dilengkapi dengan peta dan gambar teknis.
3). Aspek Pembiayaan
Data pembiayaan untuk pengelolaan sampah, meliputi:
Data APBD total dalam 3 tahun terakhir
Biaya pengelolaan (APBD) khusus untuk pengelolaan sampah
dalam 3 tahun terakhir
Tarif retribusi sesuai Perda yang masih berlaku
Biaya penerimaan retribusi 3 tahun terakhir
Prosedur penarikan retribusi
Biaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat (3R) yang ada
4). Aspek Peraturan
Data peraturan, meliputi:
Jenis peraturan yang ada sesuai Perda, pada umumnya meliputi
Perda yang mengatur pembentukan institusi pengelola sampah,
Perda yang mengatur ketentuan umum penanganan sampah dan
Perda yang mengatur tentang retribusi.
Kelengkapan materi Perda yang ada
Penerapan Perda terutama yang berkaitan dengan sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan
5). Aspek Peran serta masyarakat dan swasta
Data kondisi peran serta masyarakat dalam bidang persampahan
meliputi :

BAB III- 12
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

Tingkat kesadaran masyarakat dalam pola penanganan sampah baik


secara umum maupun dalam kegiatan 3R pada skala sumber dan
kawasan
Program penyuluhan dan edukasi yang ada serta pelaksanaannya
Peran swasta dalam penanganan sampah yang ada
3. Permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem pengelolaan
persampahan
A. Masalah Teknis
Diperlukan identifikasi gambaran masalah teknis dalam pengelolaan
persampahan, meliputi :
Masalah yang melatar belakangi rendahnya cakupan pelayanan
Masalah data dasar timbulan dan komposisi / karakteristik sampah yang
tidak dilakukan secara primer dan berkala (sesuai dengan SNI tentang
Pengukuran Timbulan dan Komposisi Sampah)
Masalah keterbatasan prasarana dan sarana persampahan
Masalah efisiensi pola penanganan sampah yang masih rendah
Masalah 3R yang masih belum dilakukan secara memadai
Masalah keterbatasan lahan TPA
Masalah lokasi TPA yang tidak memenuhi persyaratan (sesuai SNI
tentang Tata Cara pemilihan Lokasi TPA)
Masalah terbatasnya prasarana dan sarana TPA penyebab pencemaran
lingkungan terutama yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan
seperti lapisan dasar TPA, jaringan pengumpul leachate, pengolahan
leachate, ventilasi gas, buffer zone, penutupan tanah dan lain-lain
Masalah pengoperasian TPA yang cenderung dilakukan secara open
dumping dan menjadi penyebab terjadinya pencemaran lingkungan
maupun kecelakaan kerja
Masalah pengelolaan TPA yang cenderung dilakukan secara apa
adanya
B. Masalah Non Teknis
Diperlukan identifikasi gambaran masalah non teknis dalam pengelolaan
persampahan, meliputi :
Masalah kelembagaan terutama yang berkaitan dengan bentuk institusi
dalam kapasitas sebagai operator dan regulator, struktur organisasi yang
tugasnya tidak fokus menangani masalah persampahan dan keterbatasan

BAB III- 13
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

SDM yang ahli dibidang persampahan


Masalah lemahnya kordinasi antar instansi yang berkaitan dengan
masalah persampahan serta sulitnya melaksanakan kerja sama antar
kota untuk melaksankan pola regional
Masalah keterbatasan biaya untuk investasi maupun biaya
operasi/pemeliharaan yang sering menimbulkan masalah teknis dan
cenderung mencemari lingkungan
Masalah rendahnya penerimaan retribusi dan tingginya subsidi APBD
yang dikhawatirkan dapat menghambat keberlanjutan pengelolaan
persampahan
Masalah sulitnya melakukan penerapan Perda terutama sanksi atas
pelanggaran persampahan
Masalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam pola
penanganan sampah yang baik dan benar terutama dalam program 3R
Masalah terbatasnya program kampanye dan edukasi bidang
persampahan bagi upaya peningkatan kesadaran masyarat
Masalah iklim investasi yang belum kondusif bagi pihak swasta sebagai
operator persampahan
C. Permasalahan Utama
Dari berbagai permasalahan yang ada baik teknis maupun non teknis, perlu
ditarik suatu garis permasalahan utama untuk mendapatkan gambaran
prioritas solusi penanganannya. Permasalahan utama, dapat dinilai dari
tingkat urgensi dan dampak yang ditimbulkan serta berulang selalu terjadi
D. Target Penanganan
Untuk merencanakan penanganan persampahan jangka panjang, perlu
ditetapkan suatu target yang realistis dan aplikatif dengan mengacu pada
target nasional, kesepakatan MDGs, target propinsi dan kota/kabupaten.
Secara umum target persampahan nasional adalah :
Cakupan pelayanan 70% pada tahun 2017
Pengurangan volume sampah melalui program 3R sebesar 20% pada
tahun 2017
Peningkatan kualitas TPA (tempat pemrosesan akhir) menjadi minimal
controlled landfill dan dan sanitary landfill pada tahun 2017
Untuk lebih jelasnyaidentifikasi kebutuhan data dalam penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada Tabel III.1
berikut ini:

BAB III- 14
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

Tabel III. 1
Identifikasi Kebutuhan DataPenyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan
Kota Tebing Tinggi

NO Dinas / Instansi Data Yang Diperlukan

1 Kantor Tata Ruang / Kebijaksanaan Pemda tentang pembangunan Sekitar Wilayah


Dinas Tarukim Perencanaan
Program proyek pembangunan yang telah, sedang, dan akan
dilakukan di sekitar Wilayah Perencanaan
Aspirasi atau sasaran tata ruang kota yang ingin dicapai di
Wilayah Perencanaan.
2 BPN Peta Topografi
Peta Status Kepemilikan Lahan dan harga lahan
Peta daerah kritis/banjir/genangan
3 Kantor BPS Data Fisik, (dilengkapi dengan peta)
(Kota Tebing Tinggi - Geologi (kondisi tanah dan batuan)
Dalam Angka) - Hidrologi (kondisi air tanah dan sungai yang melintasi
Kota TebingTinggi, baik kuantitas maupun kualitas)
Data Kependudukan
- Jumlah penduduk kota, per kecamatan dan per
kelurahan
- Kepadatan penduduk rata-rata dan kepadatan di
daerah terbangun
Data sosial ekonomi masyarakat
- Mata pencaharian masyarakat
- Pendapatan masyarakat/kk/bulan
- Strata ekonomi
Data Sarana/Fasilitas Pelayanan
4 Dinas Kesehatan Data tingkat kesehatan kota tebing tinggi

5 Bappeda RTRW Kota Tebing Tinggi


- Rencana pengembang wilayah
- Rencana pengembangan jaringan jalan
- Rencana pengembangan fasilitas kota
- Proyeksi penduduk
Nb: data tersebut dilingkapi dengan peta pengembangan wilayah,

BAB III- 15
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

NO Dinas / Instansi Data Yang Diperlukan

jaringan jalan dan lain-lain


6 Dinas Kebersihan dan Data Pelayanan Sampah
Pertamanan - Jumlah Penduduk Yang Mendapatkan Akses
Pelayaan Sampah Secara Terpusat (Dikumpulkan
Dari Sumber Sampai Ke TPA
- Jumlah Sampah Yang Di Angkut Ketpa
Data Institusi Yang Mengelola Sampah
- Struktur Organisasi
- Tata Laksana Kerja Internal (Dilingkungan Dinas)
Atau Eksternal(Antar Instansi Dan Atau Dengan
Pihak Masyarakat)
- SDM, Meliputi Jumlah SDM Yang Terlibat Dalam
PengelolaanSampah (Staf Dan Petugas Lapangan),
Tingkat Pendidikan DanKursus Atau Pelatihan Yang
Pernah Diikuti Baik Di Dalam Maupun DiLuar Negeri.
Data Aspek Teknis
- Daerah Pelayanan, Cakupan Luasan Pelayanan
(Luas, Wilayah Pelayana) Dilengkapi Dengan Peta
Sumber Sampah Menggambarkan Jumlah Sumber-
Sumber PenghasilSampah Baik Dari Perumahan
(Perumahan Teratur, Tidak Teratur DanPerumahan
Kumuh) Maupun Non Perumahan Yang Meliputi
FasilitasKomersial (Seperti Pasar, Pertokoan, Hotel,
Restauran, Dll), FasilitasUmum (Seperti Perkantoran,
Sekolah, RS, Puskesmas, Taman, Jalan, Dll)Dan
Fasilitas Sosial (Tempat Ibadah, Panti Sosial, Dll).
- Timbulan Sampah (Lt/Orang/Hari, M3/Hari Atau
Ton/Hari). Survei Primer
- Komposisi Dan Karakteristik Sampah, Meliputi
Komposisi Organik,Kertas, Plastik, Logam, Kaca,
Dan Lain-Lain Berat Jenis Sampah, Kadar Air, Nilai
Kalor, DanLain-Lain
- Pola Penanganan Sampah Dari Sumber Sampai TPA
- Pewadahan (Jenis Wadah Yang Umum Digunakan
- Pengumpulan (Metode Pengumpulan Baik Komunal
Mapun Individual,Sarana Yang Digunakan, Jumlah

BAB III- 16
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

NO Dinas / Instansi Data Yang Diperlukan

Sarana Pengumpulan, Dll)


- Pemindahan Skala Kawasan (Metode Pemindahan
Baik TPS, Container,Transfer Depo, Jumlah
Prasarana Pemindahan, Lokasi, Dll) Dan SkalaKota
(Transfer Station Atau Stasiun Peralihan Antara,
Jumlah SPA,
- Lokasi SPA)
- 3R Skala Kawasan (Lokasi, Jumlah, Metode 3R Dan
Kondisi Operasi,Jumlah Pengurangan/ Pemanfaatan
Sampah, Dll) Dan 3R Skala Kota(Lokasi, Jumlah
Pengurangan/Pemanfaatan Sampah, Fasilitas Dan
Kondisi Operasi, Dll)
- Pengangkutan (Jumlah Truck, Jenis Truck, Frekuensi
Atau Ritasi Truck,
Rute Angkutan, Dll
- Pembuangan Akhir (Lokasi, Luas, Fasilitas TPA,
Kondisi Operasi Dan
Pemanfaatan Lahan Pasca TPA).
Data TPA
- Luas
- Jarak Dari Daerah Pelayanan
- Jarak Dari Permukiman Terdekat
- Jarak Dari Airport
- Jarak Dari Badan Air/Mata Air
- Jenis Tanah
- Proporsi Tanah (K)
Data Fasilitas TPA
- Ketersediaan Fasilitas Umum (Jalan Masuk, Saluran
Drainase, Pos Jaga/Kantor Dan Pagar),
- Fasilitas Perlindungan Lingkungan (Lapisan Dasar
Kedap Air, Jaringan Pengumpul Leachate, Instalasi
Pengolahan Leachate, Ventilasi Gas, Tanah
Penutup, Buffer Zone, Sumur Uji Dll.
- Fasilitas Operasional (Alat Berat, Dump Truck Tanah,
Jembatan Timbang) Dan Fasilitas Penunjang Seperti
Air Bersih, Bengkel Dan Lain-Lain

BAB III- 17
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

NO Dinas / Instansi Data Yang Diperlukan

Data Fasilitas TPS


- Jarak dari daerah pelayanan
- Jenis dan jumlah
Data Kondisi Operasi TPA
- sistem pencatatan jumlah sampah yang masuk ke
TPA secara harian (m3/hari atau ton/hari)
- sistem sel penimbunan sampah
- tinggi timbunan
- penutupan tanah yang dilakukan
- pemadatan sampah
- oprasional alat berat
- lama waktu penutupan tanah
- kepadatan lalat
- ada tidaknya kebakaran/ asap di TPA
- hasil proses pengolahan leachate (data kualitas
influen dan efluen leachate)
- kegiatan pemulung (jumlah pemulung, jumlah
sampah yang dapat
dikurangi dari aktifitas pemulung dan lain-lain)
Data pemanfaatan lahan pasca TPA (dilengkapi dengan peta
dan gambar teknis)
- lokasi,
- fungsi baru (bangunan, lahan terbuka, atau dibiarkan
terbuka tanpa
penanganan apapun)
Aspek pembiayaan untuk pengelolaan sampah
- Data APBD total dalam 3 tahun terakhir
- Biaya pengelolaan (APBD) khusus untuk
pengelolaan sampah
dalam 3 tahun terakhir
- Tarif retribusi sesuai Perda yang masih berlaku
- Biaya penerimaan retribusi 3 tahun terakhir
- Prosedur penarikan retribusi
- Biaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat
(3R) yang ada
Data peraturan

BAB III- 18
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

NO Dinas / Instansi Data Yang Diperlukan

- Perda yang mengatur pembentukan institusi


pengelola sampah
- Perda yang mengatur ketentuan umum penanganan
sampah
- Perda yang mengatur tentang retribusi
- Kelengkapan materi Perda yang ada
- Penerapan Perda terutama yang berkaitan dengan
sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan.
Data aspek peran serta masyarakat
- Program penyuluhan dan edukasi yang ada serta
pelaksanaannya
- Peran swasta dalam penanganan sampah yang ada
Data-data lain yang di anggap penting:
- Kebijaksanaan dan program pengembangan di
sepanjang Wilayah Perencanaan
- Peta Persampahan di Kota atau di sepanjang
Wilayah Perencanaan.
- Daerah atau lokasi-lokasi taman kota, area bermain,
Ruang Terbuka Hijau yang telah ada maupun yang
akan direncanakan.
Prasarana Kota Lingkup Jaringan jalan (arteri/protokol, kolektor, jalan
(sumber sampah)/TPS Lingkungan)
Perumahan, meliputi perumahan komplek dan non komplek
baik yang teratur, tidak teratur, maupun perumahan kumuh
Fasilitas komersial, meliputi pertokoan, pasar, hotel,
restauran, salon, bioskop, kawasan wisata, kawasan industri
dan lain-lain
Fasilitas umum, meliputi perkantoran, fasilitas pendidikan
(universitas, sekolah, dll), fasilitas kesehatan (RS, apotik,
puskesmas dll)
Fasilitas sosial, meliputi rumah ibadah, panti sosial dll
Ruang terbuka hijau/hutan kota, meliputi taman kota, hutan
kota, perkebunan, persawahan dan lahan-lahan pertanian
7 Dinas Perindustrian Jenis, jumlah dan lokasi industri (data dan peta)
dan Perdagangan Produksi dan produktifitas

BAB III- 19
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

NO Dinas / Instansi Data Yang Diperlukan

Jenis, jumlah dan lokasi fasilitas perdagangan


8 Kantor PU Peta Jaringan Jalan dan kelengkapannya yang ada di Wilayah
Bidang Jalan Perencanaan baik yang telah dibangun maupun yang akan
direncanakan.
Sumber: Hasil Kompilasi Data Team Konsultan, Tahun 2012

3.3. TAHAP ANALISA


3.3.1. Analisis Pola Pembuangan Sampah Konvensional
A. Sub Sistem Kelembagaan Dan Organisasi
Kelembagaan dan organisasi merupakan aspek /sub sistem inti dalam sistem
pengelolaan persampahan, karena aspek ini mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan fungsi organisasi dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan dan pengkomunikasian seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan
demikian, jika aspek ini tidak berfungsi maka keseluruhan sistem akan mempunyai
daya guna dan hasil guna yang rendah. Agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan
secara baik dan benar, maka beberapa hal yang perlu diatur dengan baik yang
mencakup bentuk organisasi, struktur, uraian tugas dan tata laksana serta
kelengkapan dan kualitas personil.
Dalam masalah struktur organisasi, hal-hal yang perlu dianalisis adalah struktur
organisasi yang sesuai dalam pengelolaan persampahan saat ini, seperti :
1) Seksi Kebersihan Jalan dan Lingkungan yang tugas utamanya adalah
bertanggung jawab atas perencanaan dan pengawasan dan pengendalian
serta koordinasi penyelenggaraan kegiatan kebersihan lingkungan dan
jalan.
2) Seksi Operasional & Pengangkutan yang tugas utamanya adalah
menyusun petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan operasional
pengangkutan sampah dan melaksanakan pengawasan serta
pengendalian operasional pengangkutan sampah.
3) seksi lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan di Kota
Tebing Tinggi;
Permasalahan persampahan tidak hanya terfokus pada aspek teknis
operasional tetapi juga aspek lainnya seperti peningkatan partisipasi
masyarakat dan peningkatan penarikan retribusi, untuk mengakomodir hal

BAB III- 20
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

tersebut maka pada tahap pengembangan ke depan, struktur organisasi


yang ada harus ditambahkan satu seksi yaitu penyuluhan dan retribusi.
B. Sub Sistem Teknik Operasional
1). Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan juga dapat ditetapkan berdasarkan target pencapaian
sasaran MDGs. Sasaran MDGs adalah meningkatkan sasaran tingkat
pelayanan pengelolaan persampahan sehingga setengah dari penduduk
yang belum terlayani saat ini akan mendapat pelayanan persampahan
pada tahun 2015.
Peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan tersebut dapat
dilakukan dengan melaksanakan pengembangan daerah pelayanan baru.
Penetapan pengembangan daerah pelayanan pengelolaan persampahan
akan dilakukan berdasarkan urutan prioritas sebagai berikut :
Daerah yang menjadi wajah kota,
Daerah komersil,
Daerah permukiman dengan kepadatan > 100 jiwa/ha,
Daerah timbulan sampah besar,
Daerah pemukiman dengan kepadatan > 50 jiwa/ha.
Peningkatan pelayanan dapat dilakukan dengan pengembangan pola
konvensional seperti diatas, tetapi juga dapat dilaksanakan melalui
pengelolaan dengan cara :
a). Skala Rumah Tangga dengan menitik beratkan pengolahan sampah
organik menjadi kompos, dengan beberapa opsi teknologi misalnya
dengan gentong komposter, keranjang Takakura dan Biopori,
b). Skala Kawasan/Lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk
melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas
sekurangkurangnya 100 Kepala Keluarga. Dengan beberapa opsi
teknologi, antara lain :
Pemilahan sampah di sumber
Pemilahan sampah di TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu)
2). Pola Operasional
Analisis terhadap pola operasional adalah sebagai berikut:
1. Pewadahan
Menganalisis sistem pewadahan yang disarankan untuk
mempergunakan pewadahan yang sifatnya: tertutup, mudah

BAB III- 21
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

dikosongkan, murah dan pengadaannya mudah. Misalnya: plastik atau


kantong plastik.
2. Pengumpulan
Menganalisis tentang sisitem pengumpulan persampahan di Kota
Tebing Tinggi, antara lain:
Pengumpulan sampah di daerah pasar dilaksanakan oleh
penghasil sampah dengan membuang ke kontainer. Letak
kontainer mudah dicapai oleh penghasil sampah sehingga ini
sangat menguntungkan dalam pengumpulan. Pola pengumpulan
di daerah pasar yang saat ini dilayani sudah cukup baik dan dapat
dikembangkan dan dipertahankan.
Pengumpulan dilakukan dengan pola komunal dan individual
(untuk penghasil sampah besar), semua sampah dikumpulkan ke
TPS oleh penghasil sampah atau dikumpulkan pada satu tempat
tertentu dengan ditumpuk rapi.
3. Pengangkutan
Menganalisis sistem pengangkutan sampah dari tempat pengumpulan
ke TPA.
4. Pembuangan Akhir
Hal-hal yang dapat dianalisis dari proses pembuangan akhir di TPA
sampah, yaitu: Sistem yang digunakan, sehingga air lindi yang
dihasilkan tidak akan mencemari air tanah dan sungai yang terdekat.
C. Sub Sistem Pembiayaan
Analisis sub sistem pembiayaan adalah mencakup analisis-analisisi yang dapat
dilakukan untuk mencari sumber-sumber pembiayaan dalam pengelolaan
persampahan atau restribusi yang dapat ditarik dari masyarakat dari kegiatan
pengelolaan persampahan, seperti :
Biaya satuan pelayanan kebersihan per keluarga per bulan yang
diperhitungkan terhadap biaya operasional pengangkutan, biaya
pengolahan akhir di TPA , belum termasuk biaya pengumpulan, dan biaya
investasi peralatan.
Retribusi yang ditagih ( yang dapat ditarik dari masyarakat ). Untuk
mengelola kebersihan kota, diperlukan dana baik dana awal atau
penunjang dari Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi, dana ini dapat
melalui APBD atau kontribusi masyarakat. Disarankan/diusahakan dana

BAB III- 22
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

dari masyarakat 80 % dan dari Pemda Kota Tebing Tinggi sebesar 20 %


yang diharapkan dapat tercapai minimal dalam jangka menengah /PJM .

3.3.1.1. Analisis Unit Pengolahan Sampah (UPS)


Sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam menangani masalah
persampahan dengan mengacu pada Permen PU No 21/PRT/M/2006
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Pengelolaan
Persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan
sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R. Dengan
demikian maka perlu dilakukan analisis dalam pengolahan sampah di Kota
Tebing Tinggi dengan menggunakan sistem 3R, yaitu :
Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi
timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak
sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya
reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu
perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah
menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran
dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.
Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak
menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan
kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk
tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.
Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti
mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau
mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali
menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas
menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas
sedikit lebih rendah dan lain-lain.
3.3.1.2. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Salah satu kendala dalam penerapan metoda perencanaan Tempat
Pembuangan Ahkir (TPA) baik sanitary landfill maupun controled landfill adalah

BAB III- 23
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

pemilihan lokasi yang cocok, baik dilihat dari sudut kelangsungan pengoperasian,
maupun dari sudut perlindungan terhadap lingkungan hidup. Karakteristik lahan
(terutama permeabilitas) akan menentukan karakteristik sampah yang
diperbolehkan masuk ke TPA. Lahan yang tepat tidak selalu mudah didapat.Suatu
metoda pemilihan yang baik perlu digunakan agar memudahkan dan mengevaluasi
calon lokasi tersebut.
Sampah merupakan kumpulan dari beberapa jenis buangan hasil samping
dari kegiatan, yang akhirnya harus diolah dan diurug di suatu lokasi yang
sesuai.Permasalahan yang timbul adalah bahwa sarana ini merupakan sesuatu
yang dijauhi oleh masyarakat sehingga persyaratan teknis untuk penempatan
sarana ini perlu didampingi oleh persyaratan nonteknis.Lebih luas lagi kecocokan
lokasi ini di pengaruhi oleh kebijakan daerah yang dalam bentuk formal dinyatakan
dalam rencana tata ruang.Dalam rencana tersebut biasanya sudah dinyatakan
rencana penggunaan lahan.
Aspek kesehatan masyarakat berkaitan langsung dengan manusia, terutama
kenaikan mortalitas (kematian), morbiditas (penyakit), serta kecelakaan karena
operasional sarana tersebut.Aspek lingkungan hidup terutama berkaitan dengan
dampak terhadap ekosistem akibat pengoperasian sarana tersebut, termasuk akibat
transportasi sampah. Aspek biaya berhubungan dengan biaya spesifik antara satu
lokasi yang lain, terutama dengan adanya biaya ekstra pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan. Aspek sosio-ekonomi berhubungan dengan
dampak sosial dan ekonomi terhadap penduduk sekitar lahan yang.Termasuk disini
adalah keuntungan atau kerugian akibat nilai tambah yang dapat dinikmati
penduduk, ataupun penurunan nilai hak milik karena berdekatan dengan sarana
tersebut. Walaupun dua lokasi yang berbeda mempunyai pengaruh yang sama
dilihat dari apsek sebelumnya, namun reaksi masyarakat setempat dengan
dibangunnya sarana tersebut bisa bebeda.
Pemilihan lokasi layak TPA sampah tahapan regional, dilakukan dengan
meninjau aspek-aspek sebagai berikut:
A. Ditinjau Dari Aspek Tata Guna Lahan
Peninjauan pemilihan lokasi layak TPA sampah berdasarkan Tata Guna Lahan
ialah menetapkan lokasi-lokasi yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA
sampah karena alasan tata guna lahan.Peninjauan ini dilakukan untuk
menghindari pemilihan lokasi lokasi layak TPA sampah pada lahan yang telah
ditetapkan penggunaannya atau lahan yang mempunyai kegunaan khusus atau

BAB III- 24
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

yang penting. Daerah-daerah yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA
antara lain:
1) Daerah danau, sungai dan laut.
2) Daerah perkotaan dan permukiman
3) Daerah pertanian potensial.
4) Daerah industri, konservasi lingkungan.
5) Daerah khusus yang dilestarikan.
6) Daerah yang jauh dari lapangan terbang.
B. Ditinjau Dari Aspek Geologi
Pemilihan lokasi layak berdasarkan kondisi geologi adalah untuk menempatkan
lokasi tersebut pada formasi geologi yang aman terhadap pencemaran
lingkungan. Formasi yang diinginkan adalah lapisan geologi dimana pada
lapisan itu terdapat kondisi yang dapat menahan dan mengurangai kadar
pencemaran. Kondisi tersebut hanya ada pada lapisan yang mempunyai
permeabilitas kecil, mempunyai cukup ketebalan dan mampu mengurangi kadar
pencemaran. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat dari batuan lempung (sedimen
clay).Pemilihan yang dilakukan juga menghindari faktor struktur geologi seperti
patahan, retakan, longsoran dan lain-lain.
C. Ditinjau Dari Aspek Kemiringan Lereng
Pemilihan lokasi layak berdasarkan kemiringan lereng dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya longsoran, baik terhadap timbunan sampah tersebut
maupun longsoran yang tidak stabil.Untuk itu kriteria yang dianjurkan dalam hal
kemiringan ini adalah 20%.Kemiringan lereng si sekitar lokasi berkisar antara 0
15%.Namun pada daerah-daerah tertentu kemiringannya dapat mencapai
lebih dari 45%.Pada umumnya kemiringan lokasi TPA berkisar antara 0 10%,
dan pada beberapa lokasi kemiringan mencapai 10 15%.
D. Ditinjau Dari Aspek Hidrogeologi
Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek Hidrogeologi ialah menempatkan
lokasi tersebut pada daerah yang bukan akuifer penting dan sedapat mungkin
tidak didaerah discharge.Pemilihan tersebut juga memperhitungkan arah aliran
air tanah.
E. Ditinjau Dari Aspek Bahaya Lingkungan
Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek bahaya lingkungan ialah
menempatkan lokasi tersebut pada daerah yang tidak berpotensi terhadap
bahaya lingkungan, sehingga tidak membahayakan kelangsungan dan
keutuhan TPA sampah tersebut. Bahaya lingkungan yag harus diperhatikan

BAB III- 25
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

adalah gerakan tanah, kegempasan, kegunungapian, pengikisan banjir dan


genangan air. Dengan pertimbangan aspek bahaya lingkungan, maka lokasi
layak untuk TPA sampah adalah daerah-daerah di luar bahaya tersebut.

3.4. TAHAP PENYUSUNAN MASTER PLAN PERSAMPAHAN KOTA TEBING


TINGGI
3.4.1. Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
A. Strategi Umum
Merencanakan suatu pengembangan sistem pengelolaan persampahan
memerlukan strategi yang terstruktur dan tapat sasaran.Strategi
pengembangan persampahan dan untuk jangka panjang perlu mengacu pada
strategi nasional (Permen PU No. 21/PRT/M/2006) dan daerah serta rencana
tata ruang yang berlaku. Secara garis besar, strategi tersebut meliputi :
a. Strategi Teknis
- Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan berdasarkan kriteria
kebutuhan pengembangan
- Peningkatan kegiatan 3R untuk skala sumber dan kawasan pada lokasi-
lokasi prioritas dan memenuhi kriteria
- Rehabilitasi TPA menjadi minimal controlled landfill
- Mengembangkan pola pelayanan regional 2 atau lebih kota kabupaten
yang berdekatan
b. Strategi Peningkatan Kelembagaan
- Peningkatan organisasi sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP
38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, PP
50/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, PP
23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan
lain-lain)
- Pemisahan fungsi operator dan regulator
- Peningkatan kualitas SDM melalui training
- Rekruitmen SDM untuk jangka panjang sesuai dengan kualifikasi bidang
keahlian persampahan/manajemen
c. Strategi Peningkatan Pembiayaan
- Peningkatan prioritas alokasi dana untuk investasi maupun biaya
pengelolaan persampahan
- Pola pembiayaan mengarah pada Badan Layanan Umum

BAB III- 26
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

- Peningkatan sistem tarif yang mengarah pada pola cost recovery


- Penerapan pola insentif dan disinsentif
d. Strategi Peningkatan Pengaturan
- Penyempurnaan berbagai produk hukum yang realistis dan aplikatif
- Sosialisasi produk hukum kepada para stakeholders terutama
masyarakat
- Penerapan ketentuan hukum terutama penerapan sanksi atas
pelanggaran secara bertahap
e. Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
- Sosialisasi
- Edukasi
- Uji coba dan pendampingan
- Penerapan Insentif dan disinsentif untuk program 3R (reduce, reuse dan
recycle)

B. Strategi Pengembangan Pelayanan


1. Perkiraan Timbulan Sampah
Timbulan sampah perlu diketahui secara lebih memadai sebagai dasar
perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan baik untuk
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Perkiraan atau
proyeksi timbulan sampah dapat diketahui setelah data eksisting diketahui
(data primer, melalui sampling analisa timbulan sampah, SNI No 19-3964-
1994 tentang Metode Pengambilan Dan Pengukuran Contoh Timbulan Dan
Komposisi Sampah Perkotaan), berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia
(Sandra Couintru, 1990). Peningkatan laju timbulan sampah untuk negara
berkembang adalah 4 % per-tahun.Namun dapat juga digunakan angka
yang berbeda untuk sumber sampah yang berbeda, misal peningkatan laju
timbulan untuk sampah perumahan adalah 1-2 %/ tahun dan 2-4 %/ tahun
untuk sumber sampah komersial.
2. Sistem Pengembangan pengelolaan Yang Akan ditingkatkan
Merencanakan sistem pengembangan pengelolaan persampahan perlu
memperhatikan masalah disetiap wilayah pelayanan, baik yang
menyangkut aspek organisasi, teknis, pembiayaan, pengaturan maupun
masalah yang berkaitan dengan aspek peran serta masyarakat dan dunia
usaha. Sehingga solusi yang ditawarkan akan efektif menyelesaikan

BAB III- 27
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

permasalahan persampahan dalam jangka pendek, jangka menengah dan


jangka panjang.
3. Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan persampahan lebih difokuskan pada aspek teknis yang
meliputi:
Penentuan daerah pelayanan dalam kurun waktu perencanaan
didasarkan pada daerah pelayanan eksisting, rencana pengembangan
kota, rencana wilayah strategis, kepadatan penduduk dan wilayah
kumuh/DAS
Pola pelayanan yang akan diterapkan pada daerah perencanaan
seperti pola penanganan sampah untuk perumahan, fasilitas komersial
, fasilitas umum (perkantoran, jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan) dan fasilitas sosial. Pola pelayanan tersebut meliputi
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, 3R, pengangkutan dan
pemrosesan akhir (pengganti pembuangan akhir) yang sesuai dengan
karakteristik wilayah pelayanannya.
C. Strategi Pembiayaan
1. Strategi Investasi
Investasi untuk pengadaan prasarana dan sarana persampahan perlu
memperhatikan kebutuhan pelayanan secara teknis dan sesuai dengan
kemampuan daerah dan masyarakat.Selain itu potensi swasta untuk
investasi bidang persampahan juga perlu digali secara lebih memadai.
Investasi yang dapat ditawarkan kepada pihak swasta adalah:
Pengangkutan sampah
Transfer station
Pengolahan sampah skala kota (ITF, intermediate treatment facilities)
Tempat Pembuangan Akhir
Pemanfaatan gas landfill melalui mekanisme CDM
Dan lain-lain
2. Strategi Operasi dan Pemeliharaan
Keberhasilan pengelolaan sampah pada dasarnya sangat tergantung pada
ketersediaan dana O/P yang memadai. Strategi untuk penyediaan dana
O/P dapat berupa :
Penyediaan dana O/P dari APBD sesuai kebutuhan

BAB III- 28
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

Kontribusi dana O/P masyarakat berupa pengelolaan sampah mandiri


berbasis masyarakat skala kawasan (didahului dengan program
kampanye/ sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat)
Peran swasta dalam penyediaan dana O/P berupa kontrak
manajemen, BOO,
BOT dan lain-lain sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku
3.4.2. Rencana Pengembangan Pengelolaan Persampahan
A. Rencana Daerah Pelayanan
Rencana pengembangan daerah pelayanan harus didasarkan pada rencana
pertumbuhan kota , daerah yang saat ini sudah mendapatkan pelayanan serta
kriteria yang berlaku.
Pengembangan merupakan rumah tumbuh
Kriteria pengembangan daerah pelayanan seperti yang sudah dijelaskan
pada sub bab terdahulu
Dilengkapi dengan peta daerah pelayanan
B. Rencana Kebutuhan Pelayanan
Meliputi Proyeksi Kebutuhan Pelayanan Persampahan Kota Tebing Tinggi, baik
kebutuhan jangka pendek, menengah maupun kebutuhan pelayanan jangka
panjang, yang dilengkapi dengan tabel Tabel Proyeksi Kebutuhan Pelayanan.
C. Rencana pengembangan
Alternatif rencana pengembangan penanganan sampah jangka panjang perlu
memperhatikan beberapa hal yang sudah disampaikan pada subbab terdahulu
seperti kondisi kota, kemampuan daerah dan masyarakat serta NSPK yang ada.
Alternatif yang perlu dikaji adalah berkaitan dengan :
skenario alokasi lahan TPA (lokal, regional)
skenario transfer station
skenario pengurangan sampah melalui program 3R
skenario lain sesuai dengan kondisi dan kebijakan lokal
Alternatif 1
Rencana pengembangan penanganan sampah jangka panjang berdasarkan
skenario :
optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana yang ada dan penyiapan
lokasi TPA baru (lokal)
tanpa pengurangan sampah
Berdasarkan skenario tersebut, maka rencana yang perlu disiapkan adalah :

BAB III- 29
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

Pengembangan daerah pelayanan sesuai dengan kebijakan dan kriteria


yang berlaku
Perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan sesuai
dengan tingkat pelayanan yang direncanakan
Perencanaan pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA
Perencanaan rute pengangkutan sampah
Revitalisasi TPA
Pemilihan lokasi TPA baru berdasarkan rencana tata ruang kota/kabupaten
Pembangunan TPA baru dengan metode sanitary landfill
Alternatif 2
Rencana pengembangan penanganan sampah jangka panjang berdasarkan
skenario :
optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana yang ada
penyiapan lokasi TPA baru (regional)
pengurangan sampah minimal 20 %
Berdasarkan skenario tersebut, maka rencana yang perlu disiapkan adalah :
Pengembangan daerah pelayanan sesuai dengan kebijakan dan kriteria
yang berlaku
Perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan sesuai
dengan tingkat pelayanan yang direncanakan
Perencanaan pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA
Revitalisasi TPA untuk jangka pendek
Pemilihan lokasi TPA baru (regional) berdasarkan rencana tata ruang
wilayah provinsi
Perencanaan pola transfer (transfer station) untuk jarak angkutan ke TPA >
20 km
Pembangunan TPA baru dengan metode sanitary landfill
Penyiapan program 3R dengan target minimal 20% dan secara bertahap
ditingkatkan sesuai dengan kesiapan masyarakat
Pendampingan kepada masyarakat untuk 3R berbasis masyarakat

D. Rencana Pendanaan
Rencana pembiayaan untuk pengembangan sistem pengelolaan persampahan
jangka panjang, meliputi :

BAB III- 30
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI

Biaya Investasi, perhitungannya didasarkan pada kebutuhan pengadaan


lahan (TPA, TPST dan lain-lain) dan prasarana/sarana persampahan
(pewadahan, pengumpulan, pemindahan, 3R, pengangkutan dan
pemrosesan akhir sampah)
Biaya Operasi dan Pemeliharaan, perhitungannya didasarkan pada
kebutuhan alternatif pengoperasian seluruh kegiatan penanganan sampah
dari sumber sampai TPA (tempat pemrosesan akhir) sampah untuk jangka
panjang
Indikasi retribusi sampah, perhitungannya didasarkan pada indikasi biaya
satuan penanganan sampah (Rp/m3 atau Rp/kapita/tahun dan lain-lain)
E. Rencana Pengembangan PSM dan Swasta
Peningkatan Pperan Serta Masyarakat (PSM) dalam sistem pengelolaan
sampah mempunyai fungsi penting sebagai fondasi bangunan pengelolaan
sampah. Pelaksanaan program tidak akan berhasil tanpa kesadaran masyarakat
yang cukup memadai. Rencana peningkatan peran masyarakat perlu dilakukan
secara berjenjang, mulai dari fase pengenalan (1-3 tahun) sampai pada fase
melaksanakan (5-10 tahun). Rencana peningkatan PSM, meliputi :
Penyusunan program penyuluhan/kampanye
Pelaksanaan Penyuluhan/kampanye
Internalisasi penanganan sampah ke kurikulum sekolah
Uji coba program 3R berbasis masyarakat
Replikasi pengembangan kegiatan 3R berbasis masyarakat untuk mencapai
target yang telah ditentukan selama 20 tahun masa perencanaan (10 30)%

BAB III- 31

Anda mungkin juga menyukai