BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
BAB III- 1
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 2
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 3
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 4
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
dan geologi. Kemiringan tanah, tinggi muka air tanah termasuk pasang surut air,
kondisi sungai di saat musim kemarau dan musim hujan, temperatur dan kelembaban
pada musim hujan dan kemarau dan struktur lapisan tanah akan ipelajari dan
dipahami.
2. Sosial Ekonomi
a. Kepemerintahan antara lain : struktur organisasi pemerintah kota,
pembagian dan batas wilayah kerja administrasi kota serta luas masing-
masing wilayah.
b. Demografi, meliputi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk per tahun
dan kepadatan penduduk. Perkiraan laju pertumbuhan dan arah penyebaran
penduduk dari tahun ke tahun didasarkan pada data aktual dan rencana kota
menurut RUTRK/Renstra, dsb.
c. Data demografi ini akan diambil dari data statistik Kota Tebing Tinggi edisi
terakhir.
d. Distribusi kegiatan lokasi proyek, terdiri dari beberapa sektor antara lain
pertanian, perdagangan, peternakan, pegawai, buruh dan tata guna lahan
dalam berbagai kategori.
e. Prasarana dan Sarana Umum yang dimiliki oleh Kota Tebing Tinggi antara
lain : jaringan listrik, air minum, telepon dan alat transportasi.
f. Fasilitas yang dimiliki Kota Tebing Tinggi, seperti : pertokoan, perniagaan,
hotel/losmen, rumah sakit/kesehatan, perkantoran, pendidikan, tempat
ibadah/sosial, perumahan dan sebagainya. data-data ini diperlukan untuk
menentukan jumlah/kapasitas dan jenis sampah dan juga diperlukan untuk
menentukan skala pengelolaan individual dan komunal.
g. Pendapatan masyarakat per rumah tangga diperlukan untuk menentukan tarif
retribusi sampah yang akan diusulkan.
h. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah saat ini dan perkiraan di tahun
mendatang.
3. Kesehatan Masyarakat
Tingkat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan.
Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih, tergantung oleh tersedianya fasilitas
sanitasi yang baik dan memadai. Selain itu juga perlu ditunjang oleh kemampuan
masyarakat dalam menciptakan dan menjaga kebersihan.
4. Rencana Pengembangan Kota
Rencana Strategis, Rencana Induk Kota dan Rencana Umum Tata Ruang Kota
yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi akan menjadi acuan bagi
BAB III- 5
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 6
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 7
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 8
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
a. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan merupakan gambaran indikator secara kuantitatif
terhadap kondisi pengelolaan sampah suatu kota. Data tingkat pelayanan
dapat diketahui dari beberapa hal, yaitu :
Dihitung dari prosentase perbandingan jumlah penduduk yang
mendapatkan akses pelayanan sampah secara terpusat (dikumpulkan
dari sumber sampai ke TPA) dan jumlah penduduk total kota;
Dihitung dari prosentase perbandingan jumlah sampah yang diangkut ke
TPA dan jumlah sampah total.
b. Sistem Pengelolaan
Untuk memudahkan pengolahan data atau analisis suatu kondisi
pengelolaan persampahan suatu kota, data sistem pengelolaan
persampahan dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu data yang
berkaitan dengan aspek teknis, institusi/kelembagaan, pembiayaan,
peraturan dan data yang berkaitan dengan aspek peran serta
masyarakat/swasta.
BAB III- 9
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 10
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 11
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 12
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 13
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 14
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
Tabel III. 1
Identifikasi Kebutuhan DataPenyusunan Master Plan Pengelolaan Persampahan
Kota Tebing Tinggi
BAB III- 15
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 16
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 17
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 18
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 19
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 20
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 21
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 22
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 23
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
pemilihan lokasi yang cocok, baik dilihat dari sudut kelangsungan pengoperasian,
maupun dari sudut perlindungan terhadap lingkungan hidup. Karakteristik lahan
(terutama permeabilitas) akan menentukan karakteristik sampah yang
diperbolehkan masuk ke TPA. Lahan yang tepat tidak selalu mudah didapat.Suatu
metoda pemilihan yang baik perlu digunakan agar memudahkan dan mengevaluasi
calon lokasi tersebut.
Sampah merupakan kumpulan dari beberapa jenis buangan hasil samping
dari kegiatan, yang akhirnya harus diolah dan diurug di suatu lokasi yang
sesuai.Permasalahan yang timbul adalah bahwa sarana ini merupakan sesuatu
yang dijauhi oleh masyarakat sehingga persyaratan teknis untuk penempatan
sarana ini perlu didampingi oleh persyaratan nonteknis.Lebih luas lagi kecocokan
lokasi ini di pengaruhi oleh kebijakan daerah yang dalam bentuk formal dinyatakan
dalam rencana tata ruang.Dalam rencana tersebut biasanya sudah dinyatakan
rencana penggunaan lahan.
Aspek kesehatan masyarakat berkaitan langsung dengan manusia, terutama
kenaikan mortalitas (kematian), morbiditas (penyakit), serta kecelakaan karena
operasional sarana tersebut.Aspek lingkungan hidup terutama berkaitan dengan
dampak terhadap ekosistem akibat pengoperasian sarana tersebut, termasuk akibat
transportasi sampah. Aspek biaya berhubungan dengan biaya spesifik antara satu
lokasi yang lain, terutama dengan adanya biaya ekstra pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan. Aspek sosio-ekonomi berhubungan dengan
dampak sosial dan ekonomi terhadap penduduk sekitar lahan yang.Termasuk disini
adalah keuntungan atau kerugian akibat nilai tambah yang dapat dinikmati
penduduk, ataupun penurunan nilai hak milik karena berdekatan dengan sarana
tersebut. Walaupun dua lokasi yang berbeda mempunyai pengaruh yang sama
dilihat dari apsek sebelumnya, namun reaksi masyarakat setempat dengan
dibangunnya sarana tersebut bisa bebeda.
Pemilihan lokasi layak TPA sampah tahapan regional, dilakukan dengan
meninjau aspek-aspek sebagai berikut:
A. Ditinjau Dari Aspek Tata Guna Lahan
Peninjauan pemilihan lokasi layak TPA sampah berdasarkan Tata Guna Lahan
ialah menetapkan lokasi-lokasi yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA
sampah karena alasan tata guna lahan.Peninjauan ini dilakukan untuk
menghindari pemilihan lokasi lokasi layak TPA sampah pada lahan yang telah
ditetapkan penggunaannya atau lahan yang mempunyai kegunaan khusus atau
BAB III- 24
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
yang penting. Daerah-daerah yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA
antara lain:
1) Daerah danau, sungai dan laut.
2) Daerah perkotaan dan permukiman
3) Daerah pertanian potensial.
4) Daerah industri, konservasi lingkungan.
5) Daerah khusus yang dilestarikan.
6) Daerah yang jauh dari lapangan terbang.
B. Ditinjau Dari Aspek Geologi
Pemilihan lokasi layak berdasarkan kondisi geologi adalah untuk menempatkan
lokasi tersebut pada formasi geologi yang aman terhadap pencemaran
lingkungan. Formasi yang diinginkan adalah lapisan geologi dimana pada
lapisan itu terdapat kondisi yang dapat menahan dan mengurangai kadar
pencemaran. Kondisi tersebut hanya ada pada lapisan yang mempunyai
permeabilitas kecil, mempunyai cukup ketebalan dan mampu mengurangi kadar
pencemaran. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat dari batuan lempung (sedimen
clay).Pemilihan yang dilakukan juga menghindari faktor struktur geologi seperti
patahan, retakan, longsoran dan lain-lain.
C. Ditinjau Dari Aspek Kemiringan Lereng
Pemilihan lokasi layak berdasarkan kemiringan lereng dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya longsoran, baik terhadap timbunan sampah tersebut
maupun longsoran yang tidak stabil.Untuk itu kriteria yang dianjurkan dalam hal
kemiringan ini adalah 20%.Kemiringan lereng si sekitar lokasi berkisar antara 0
15%.Namun pada daerah-daerah tertentu kemiringannya dapat mencapai
lebih dari 45%.Pada umumnya kemiringan lokasi TPA berkisar antara 0 10%,
dan pada beberapa lokasi kemiringan mencapai 10 15%.
D. Ditinjau Dari Aspek Hidrogeologi
Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek Hidrogeologi ialah menempatkan
lokasi tersebut pada daerah yang bukan akuifer penting dan sedapat mungkin
tidak didaerah discharge.Pemilihan tersebut juga memperhitungkan arah aliran
air tanah.
E. Ditinjau Dari Aspek Bahaya Lingkungan
Pemilihan lokasi layak berdasarkan aspek bahaya lingkungan ialah
menempatkan lokasi tersebut pada daerah yang tidak berpotensi terhadap
bahaya lingkungan, sehingga tidak membahayakan kelangsungan dan
keutuhan TPA sampah tersebut. Bahaya lingkungan yag harus diperhatikan
BAB III- 25
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 26
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 27
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 28
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 29
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
D. Rencana Pendanaan
Rencana pembiayaan untuk pengembangan sistem pengelolaan persampahan
jangka panjang, meliputi :
BAB III- 30
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
KOTA TEBING TINGGI
BAB III- 31