PENDAHULUAN
Bab-4
Gambaran Umum Kebijakan dan Strategi
Pengelolaan Air Limbah dan Sanitasi
Provinsi Banten
4.1 Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Limbah dan Sanitasi Provinsi Banten
4.1.1 Gambaran Kebijakan Penataan Ruang
Sinergis dengan kebijakan Nasional, dalam kebijakan Provinsi Banten pun
tertuang upaya penataan Kawasan Permukiman kumuh. Hal ini dapat dilihat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Banten Tahun
2005-2025 yang menyebutkan bahwa dalam upaya mewujudkan perekonomian yang
maju dan berdaya saing, maka pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Banten
tahun 2005-2025 salah satunya diarahkan untuk meningkatkan pelayanan prasarana
dan sarana permukiman. Hal ini dilakukan untuk:
1. Meningkatkan ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau, melalui:
a. Peningkatan pengembangan perumahan layak huni dan terjangkau.
b. Fasilitasi pembangunan perumahan bagi masyarakat kurang mampu.
c. Fasilitasi usaha pengembangan perumahan.
2. Mengurangi kawasan kumuh, melalui:
a. Penataan dan pembangunan gedung serta revitalisasi kawasan kumuh.
b. Peningkatan daya dukung prasarana dan sanitasi lingkungan permukiman.
Adapun kawasan lain yang dijadikan pertimbangan dari penyusunan kebijakan dan
strategi dan rencana induk air limbah dan sanitasi di Provinsi Banten ini juga
mempertimbangkan tipologi Kawasan Kumuh yang ada di Provinsi Banten.
Diantaranya :
Tabel 4.1 Penetapan Lokasi dan Sasaran Program Pembangunan Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kumuh Kewenangan Provinsi Banten
Luas
No Kota/Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Kawasan
(Ha)
Kp. Kaum Lebak
RW.09, RW.01,
dan RW.10
RW.11
Muara Ciujung Barat 14.66
RW.6
RW.5
Luas
No Kota/Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Kawasan
(Ha)
Rancasenang 14
Kp. Cibagus
Taktakan Dalam, Kp. 10.29
Kepandain Got
Kp. Perumasan
Taktakan RT.006 dan
RT.013 RW. 004
Kalanganyar 12.09
Kp. Cigabus
Kebedilan RT.014
3 KOTA SERANG RW.005
Kp. Trondol, Kp.
Serang Trondol Kubang Apu dan 13.59
Kp. Kesawon
Kp. Sadiah satu,
Kasemen Warungjaud Kp. Sadiah dua 14.04
dan Kesaud
Margaluyu Kp. Margaluyu 10.11
Lingk. Jerang Ilir
RT.01,02,03 RW.
03
Karang Asem
Lingk.
Sambiragon RT.
Cibeber 11.1
01,02,03 RW.05
Lingk.Karang
Tengah RT.
4 KOTA CILEGON Kedaleman
01,02,03,04
RW.04
Link. Sukajadi RT
06/02
Link Gunung 12.61
Pulomerak Mekarsari
Batur RT 01,
02/03
Kp. Keserangan
10.7
5 KAB. SERANG Pontang Desa Keserangan RW.01
RT/RW.
Cempaka Putih 02,03,04/03 14.9
KOTA TANGERANG RT/RW. 04/06
7 Ciputat Timur
SELATAN
Pondok Ranji RT/RW 03, 05 / 01 12.7
Luas
No Kota/Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Kawasan
(Ha)
RT.03, 04, 05
Serpong Cilenggang RW. 02
RT.08 RW. 03 12.74
RT.01, 02, 03, 05
Serpong Utara Pakulonan RW. 02 13.16
RT.02 RW.03
Pondok Aren RT.03/01
RT.05,06 RW.01
RT.01 RW.02
Pondok Aren 11.6
RT. 01, 02 RW.04
RT.01 RW.08
RT.01, 02 RW.09
Kranggan RT.02, 03 RW.01
RT.09 RW.04
Setu 12.16
RT.14 RW.03
RT.04 RW.02
Cipayung RT.01 RW.01
RT.01,02 RW.05
Ciputat RT.03 RW.02 10.61
RT.02 RW.03
RT.03 RW.04
Pamulang Timur RT 01, 02/12 12
Pamulang Pondok Cabe Udik RT 02, 03, 04 / 01 15
RT. 01,02,03,04
Benda Benda 10.12
RW. 08,10
TOTAL 403.76
Sumber : Lampiran Surat Keputusan Kumuh Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017
120.00
100.00 2014 Persalinan
80.00 Ditolong
Nakes
60.00
40.00 2014 Imunisasi
20.00 Campak
0.00
71. Kota Tangerang
02. Lebak
01. Pandeglang
72. Cilegon
2014 Air Layak (2014)
Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Indikator MDGs
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2014
Sistem pelelolaan air limbah domestik di Kota Serang secara teknis dilayani oleh:
▪ Sitem Setempat (On Site System)
Sitem Setempat (On Site System) merupakan sistem pengolahan limbah dimana fasilitas
instalasi pengolahan berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki dapat berupa;
o Septic tank
o Cubluk
o Plengsengan
1. Akses Jamban Keluarga (JAGA) di Kota Serang Tahun 2012
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Serang 2012, akses jamban keluarga (JAGA)
di Kota Serang pada tahun 2012 sebesar 64,53%, dibanding target yang di tetapkan
program kesling sebesar 82%, terdapat kesenjangan 17,47%.
Akses jamban keluarga (JAGA) terbesar berada di wilayah kerja Puskesmas Ciracas
(84,51%), dan akses penduduk menggunakan jamban keluarga terendah berada di
wilayah kerja Puskesmas Kilasah (34 %).
Gambar 4.2 Akses jamban keluarga (JAGA) di Kota Serang pada tahun 2012
Jumlah Jamban Keluarga (JAGA) Sehat di Kota Serang pada tahun 2012, terdapat
67,73 % jamban keluarga (JAGA) sehat, dari jamban keluarga yang diperiksa.
Gambar 4.3 Jamban keluarga (JAGA) Sehat di Kota Serang pada tahun 2012
Akses SPAL di Kota Serang pada tahun 2012 sebesar 40,48 % dibandingkan target
program kesling sebesar 77%, terdapat kesenjangan sebesar 36,52 %. SPAL sehat
terbesar berada di wilayah kerja Puskesmas Taktakan (76,14 %), dan SPAL sehat
terendah berada di wilayah kerja Puskesmas Banten Girang (30,04%).
Gambar 4.5 Peta Pelayanan Limbah di Kota Serang pada tahun 2012
- IPLT - -
- Pengumpulan/penampungan - -
- Perpipaan - -
- IPAL - -
Sumber : Strategi Sanitasi Kota Serang (SSK) tahun 2011.
Permasalahan
a. Saat ini prospek bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik belum
tersosialisasikan secara efektif pada kalangan swasta yang ada di Kota
Serang
b. Keberadaan sektor swasta di Kota Serang sendiri saat ini masih relatif
sedikit.
4.2.2 Kota Tangerang
A. Sektor Air Limbah
1. Sistem Pengelolaan Air Limbah Eksisting
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Sistem sanitasi yang ada di wilayah
Kota Tangerang saat ini meliputi
sistem pengolahan setempat (on-
site system) dan sistem terpusat
(off-site system). Daerah
perumahan pada umumnya
menggunakan system on-site,
dimana kamar mandi/wc dilengkapi dengan septic tank dan apabila tangki
tersebut sudah penuh, dilakukan penyedotan oleh truk tinja untuk
selanjutnya diolah di Instalasi Pengolahan yang tersedia sebelum dibuang di
badan air penerima. Selain sistem on-site, dilakukan juga sistem campuran
antara on-site dan off-site sanitation dimana buangan dari kamar mandi/wc
langsung dibuang ke perpipaan yang menuju ke instalasi pengolahan. Di
beberapa wilayah, air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur dan
tempat cuci langsung di buang ke badan sungai.
Kebijaksanaan pengelolaan air limbah domestik diarahkan melalui upaya-
upaya intensif baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun melalui
peningkatan kesadaran masyarakat. Mengenai pentingnya kondisi sanitasi
lingkungan yang baik dan hal ini perlu dilanjutkan terus dengan
memperhatikan kegiatan penyuluhan secara intensif serta penggunaan cara
yang sesuai dengan kondisi setempat.
Informasi penting lainnya menurut Studi EHRA antara lain 95,5% rumah tangga
memiliki fasilitas jamban pribadi, dan hanya 4,5% rumah tangga yang tidak
memiliki. Selain itu, menurut jenis kloset yang digunakan menunjukkan 85,4%
rumah tangga telah menggunakan kloset jongkok leher angsa, dan 9,9%
menggunakan kloset duduk leher angsa. Sementara pengguna jenis kloset
cemplung masih didapati, meski persentasenya hanya 0,3%.
Saat ini, sarana dan prasarana pelayanan pengolahan air limbah di Kota
Tangerang dilayani oleh 7 unit truk penyedot tinja dan 3 sistem IPAL/IPLT yaitu
antara lain :
▪ Sistem IPAL Tanah Tinggi, yang mengolah air limbah dari Kel. Sukasari dan
Babakan Ujung, Kec. Tangerang sebanyak 2.758 SR. IPAL ini dibangun oleh
pemerintah pusat melalui Ditjen. Cipta Karya dan dilaksanakan oleh Dinas
PLP Prov. Jawa Barat pada tahun 1981/1982 hingga tahun 1991/1992. Sistem
IPAL Tanah Tinggi dibiayai oleh pinjaman dari Pemerintah Belanda dan
sebagian dari APBN. Sistem Babakan Sukasari meliputi 70 Ha dengan
pelayanan 20,9 Km riool dan 525 manhole, sedangkan sistem Babakan
Ujung meliputi 12 Ha dengan pelayanan 1,8 Km riool, 62 manhole dan 12
intercepto. Terdapat 3 unit pompa pada 2 rumah pompa untuk
mengalirkan air limbah dari daerah pelayanan ke IPAL. 2 pompa di
Sukasari yang dilengkapi dengan saringan kasar dan yang lain di Babakan
Ujung. Kondisi pompa ini sering mengalami kerusakan karena besarnya
beban pengaliran, karena truk sedot tinja yang beroperasi di wilayah
Tangerang membuang lumpur tinjanya di penampungan rumah pompa.
Sistem pengolahan yang digunakan adalah Aerated Lagoon dengan
oxidation ditch/carocel yang berkapasitas desain 2.30 m3/menit terdiri dari
unit pompa sirkulasi lumpur, pemutar dengan 2 aerator, bak pengendap,
pompa penguras, sludge thiciner dan bak pengering lumpur;
Tabel 4.5 Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik IPAL Tanah Tinggi
Pembangunan Intalasi Debit Jumlah
Luas lahan
Nama &lokasi , utama Pengolahan Sambungan
(m3)
Tahun (m3) (m3/hari) (unit)
IPAL TANAH TINGGI 1982 3400 675 2.758
a.kolam aerasi 63
b.kolam sedimentasi 346
c.sludge thickener 9
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Kota, Kota Tangerang
Gambar a
Bak Aerasi dan Clarifier
IPAL Tanah Tinggi
Gambar b
Sludge Thickener
IPAL Tanah Tinggi
Gambar c
Sludge Drying Bed
(Bak Pengering Lumpur)
IPAL Tanah Tinggi
▪ Sistem IPAL Perumnas Karawaci, ada 7 kolam oksidasi yang melayani komplek
Perumnas berdasarkan lokasi dan nama jalannya, yaitu Kolam Jl. Pandan, Jl.
Karang Raya, Jl. Wijaya Kusuma, Jl. Kecipir, Jl. Mujaer, Jl. Cemara dan Jl. Gede.
Sistem ini dibangun oleh Perumnas pada tahun 1978-1979 bersamaan dengan
pembangunan perumahan ini;
Tabel 4.6 Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik IPAL Perumnas Karawaci
Pembangunan Intalasi Debit Jumlah
Luas lahan
No Nama &lokasi , utama pengolahan sambungan
(m3)
Tahun (m3) (m3/hari) (unit)
1 Kolam oksidasi kecipir 1979 800 422 17 68
perumnas karawaci I
2 kolam oksidasi 1979 6.706 2.010 398.5 1.549
pandan perumnas
karawaci i
3 kolam oksidasi karang 1979 4.463 1.895 393 1.572
perumnas karawaci i
4 kolam oksidasi 1979 10.909 2.150 350.5 1.402
cemara perumnas
karawaci i
5 kolam oksidasi gede 1979 1.200 986 300 1.200
6 Kolam oksidasi 1979 5.508 1.565 206.5 82.6
mujaer perumnas
Karawaci I
7 Kolam oksidasi wijaya 1979 5.425 1.124 171.3 8770
kusuma perumnas
karawaci i
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Kota, Kota Tangerang
Nama Indikasi
No Kondisi Dokumentasi
Kolam Perbaikan
3 Gede Konstruksi ▪ Konstruksi
rusak baru
▪ Perpipaan
diperbaiki
Nama Indikasi
No Kondisi Dokumentasi
Kolam Perbaikan
7 Cemara Konstruksi ▪ Konstruksi
masih baik baru
tapi tidak
optimal
Tabel 4.9 Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik IPAL Perumnas Karawaci
Intalasi Debit
Pembangunan, Luas lahan
No Nama &lokasi utama pengolahan
Tahun (m3)
(m3) (m3/hari)
IPLT bawang 1979 9.553 355.8 1.423
perumnas karawaci 1
a.inhof tank 300
b.kolam anaerobic 615
c.kolam falkutatif 9.205
d.kolam maturasi 224
1. Permasalahan
Sumber air limbah di Kota Tangerang dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu yang
bersumber dari pemukiman dan dari industri. Masalah yang dihadapi dengan air
limbah dari pemukiman adalah sebagai berikut:
a) Permasalahan yang dihadapi antara lain :
▪ Kebutuhan masyarakat Kota Tangerang terhadap pelayanan air limah.
▪ Tingkat pelayanan yang masih rendah (0,44 % pada sistem Karawaci I
dan 4,59 % pada sistem Sukasari-Babakan Ujung) belum mengacu
seluruh masyarakat.
▪ Sistem Karawaci I beberapa kolam tidak berfungsi dengan baik
sehingga perlu di normalisasi.
c) Sistem on-site:
Pengelohan lumpur septic tank di Kota Tangerang baru ada 1 unit yaitu di
IPLT Karawaci I. Sedangkan wilayah Kota Tangerang cukup luas dan
jumlah penduduk yang cukup tinggi menyebabkan timbulnya kebutuhan
penambahan IPLT baru, untuk meningkatkan pelayanan terhadap
penduduk Kota Tangerang. IPLT baru ini diharapkan dapat menempati
lokasi yang baru yang strategis sehingga dapat dengan mudah diakses
oleh armada truk tinja.
d) Sistem off-site:
Permasalahan sistem ini adalah jaringan sewerage yang masih mengalami
banyak kendala. Salah satunya adalah kondisi jaringan yang masih sering
tersumbat dikarenakan level muka air di dalam jaringan tersebut lebih
rendah dari level muka air di kolam oksidasi. Pemecahan masalah ini
adalah perlu dilakukan pengadaan pompa untuk menaikkan air pada
jaringan perpipaan ke kolam oksidasi
Permasalahan yang lain yaitu kondisi jaringan sewerage yang mengalami
kerusakan karena beban kendaraan proyek pada saat pelaksanaan
pembangunan Perum Perumnas Karawaci I. Kondisi ini menyebabkan di
beberapa ruas jaringan perpipaan mengalami ketersumbatan.
2. Kebutuhan pengembangan
Pengolahan air limbah kota Tangerang masih belum memadai. Kualitas air limbah
yang dibuang ke Sungai-sungai yang mengalir melalui kota Tangerang masih
melebihi baku mutu yang diijinkan. Air limbah yang dihasilkan oleh perumahan,
sebagian besar masih setempat belum terpusat
B. Sektor Persampahan
Tiga) perilaku utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kota
Tangerang, yakni dikumpulkan dan dibuang ke TPS (65,9%), dikumpulkan oleh
kolektor informal yang mendaur ulang (12,3%), dan dibakar (11,6%). Perilaku umum
tersebut juga merupakan kondisi yang cenderung serupa pada kelurahan -kelurahan
di seluruh strata. Sementara itu, 10,2% perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
lainnya termasuk dalam kategori yang kurang/tidak memadai, antara lain dibuang ke
lahan kosong/kebun dan dibiarkan membusuk (7,0%), dibuang ke sungai/kali/danau
(1,4%), dibuang ke dalam lubang tetapi tidak di tutup dengan tanah (0,5%), dibiarkan
saja membusuk (0,1%), dan lainnya (1,3%). Perilaku buang sampah ke lahan
kosong/kebun terlihat dengan komposisi yang cukup tinggi di Strata 3 (12,9%).
Perilaku buang sampah ke sungai/kali/danau terlihat dengan komposisi yang cukup
signifikan di Strata 4 (6,4%). Untuk lebih jelasnya, kondisi pengelolaan sampah rumah
tangga di Kota Tangerang disajikan sebagai berikut :
informal yang mendaur ulang dan perilaku dikumpulkan dan dibuang ke TPS, hanya
sebelum dibuang. Kondisi diatas secara relatif juga terjadi di Strata 1, 2, dan 3, namun
sedikit berbeda dengan Strata 4 dengan komposisi rumah tangga yang melakukan
pemilahan sampah lebih kecil, yakni 5,5%. Untuk lebih jelasnya, kondisi perilaku
pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kota Tangerang disajikan sebagai berikut :
Gambar 4.13 Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir di Kota Tangerang
Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang
Dari Studi EHRA, wilayah yang pernah mengalami banjir menunjukkan bahwa
78,6% diantaranya mengalami banjir rutin (tahunan), dimana komposisi tersebut
cukup dominan bila dibanding 21,4% yang tidak mengalami banjir rutin. Sedangkan
menurut strata kelurahan terlihat dua klasifikasi keadaan, yakni dominasi oleh
rumah tangga yang mengalami banjir rutin (Strata 1, 2, dan 3) dan dominasi oleh
rumah tangga yang tidak mengalami banjir rutin (Strata 4).
Dari rumah tangga yang mengalami banjir tergali pula informasi mengenai
lokasi genangan di sekitar rumah, dimana genangan di halaman rumah merupakan
kejadian yang paling banyak di alami dengan persentase mencapai 73,8%. Sementara
itu, rumah tangga yang mengalami genangan dengan lokasi yang mengarah pada
area rumah yang lebih dalam umumnya memiliki persentase yang jauh lebih rendah,
antara lain dekat kamar mandi (14,3%), dekat dapur (13,5%), dan dekat bak
penampungan (10,3%).
Secara umum kondisi sanitasi Kota tangerang Selatan dapat digambarkan sebagai
berikut:
A. Sektor Air Limbah / Sanitasi
Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air
hujan, tapi masih sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang kedalam
sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pemcemaran
lingkungan.
1. Jamban Keluarga
Pengadaan prasarana jamban keluarga masih diupayakan oleh masyarakat itu
sendiri, hanya sebagian kecil yang merupakan sumbangan dari Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan sedangkan untuk pengelolaan jamban keluarga menjadi
tanggung jawab penduduk yang memakainya.
Tabel 4.11 Jumlah dan Kondisi Jamban Keluarga Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012
JAMBAN
MEMENUHI
MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH
JUMLAH
SYARAT
SYARAT
NO KECAMATAN KELURAHAN
% KK
1 Pamulang •Kel. Pamulang Barat 7.193 4.518 0,63
•Kel. Pondok Cabe Ilir 4.044 2.796 0,69
•Kel. Pondok Cabe Udik 3.090 1.983 0,64
•Kel. Pamulang Timur 4.307 2.565 0,60
•Kel. Pondok Benda 4.575 2.937 0,64
•Kel. Benda Baru 5.160 3.412 0,66
•Kel. Bambu Apus 2.183 1.501 0,69
•Kel. Kedaung 5.611 3.502 0,62
2 Ciputat •Kel. Ciputat 3.730 2.488 0,67
•Kel. Cipayung 3.042 1.847 0,61
•Kel. Sawah lama 3.774 2.525 0,67
•Kel. Sawah Baru 3.369 2.066 0,61
•Kel. Serua 4.701 3.116 0,66
•Kel. Jombang 1.992 1.178 0,59
•Kel. Serua Indah 377 242 0,64
3 Ciputat Timur •Kel. Cempaka Putih 3.917 2.666 0,68
•Kel. Rempoa 4.158 2.523 0,61
•Kel. Pondok Ranji 3.310 2.168 0,65
•Kel. Pisangan 3.518 2.204 0,63
•Kel. Cireundeu 2.747 1.799 0,65
•Kel. Rengas 2.400 1.672 0,70
4 Serpong Utara •Kel. Pondok Jagung 2.707 1.973 0,73
•Kel. Lengkong Karya 566 291 0,52
•Kel. Jelupang 1.295 896 0,69
•Kel. Pondok Jagung Timur 1.207 867 0,72
•Kel. Paku Alam 2.504 1.601 0,64
•Kel. Paku Jaya 1.838 1.372 0,75
•Kel. Pakulonan 2.554 1.768 0,69
5 Pondok Aren •Kel. Pondok Aren 1.139 855 0,75
•Kel. Pondok Jaya 353 234 0,66
•Kel. Pondok pucung 1.106 633 0,57
•Kel. Pondok Betung 1.518 1.106 0,73
•Kel. Pondok Karya 1.295 758 0,59
•Kel. Jurang Mangu Timur 7.314 3.639 0,50
•Kel. Jurang Mangu Barat 7.966 6.052 0,76
•Kel. Perigi Lama 1.415 845 0,60
•Kel. Perigi Baru 907 646 0,71
•Kel. Pondok Kacang Timur 2.965 2.081 0,70
•Kel. Pondok Kacang Barat 1.261 802 0,64
6 Serpong •Kel. Serpong 1.947 2.332 1,20
•Kel. Cilenggang 959 656 0,68
JAMBAN
MEMENUHI
MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH
JUMLAH
SYARAT
SYARAT
NO KECAMATAN KELURAHAN
% KK
•Kel. Lengkong Gudang
Barat 1.002 785 0,78
•Kel. Lengkong Wetan 916 526 0,57
•Kel. Lengkong Gudang
timur 1.014 693 0,68
•Kel. Rawa Buntu 2.044 1.498 0,73
•Kel. Rawa Mekar Jaya 1.583 1.083 0,68
•Kel. Ciater 2.325 1.690 0,73
•Kel. Buaran 1.665 1.039 0,62
7 setu •Kel. Setu 1.933 1.047 0,54
•Kel. Muncul 1.267 702 0,55
•Kel. Bhakti Jaya 2.301 1.465 0,64
•Kel. Babakan 1.519 951 0,63
•Kel. Kranggan 1.297 867 0,67
•Kel. Kademangan 3.968 2.247 0,57
Sumber : Dinas Kesehatan, Tahun 2012
93.9
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0 5.3
20.0 1.4 0.2 0.2 0.2 0.2 0.5
10.0 0.3
0.0
bahwa Kota Tangerang Selatan belum 100% Bebas Buang Air Besar
Sembarangan. Hal ini juga sekaligus memvalidasi data sekunder dari Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, bahwa masih ada sebagian kecil warga
yang masih Buang Air Besar Sembarangan.
• Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk
menampung dan menyalurkan air limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan
atau septic tank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan sebuah
pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan
langsung dengan tanah.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun
2010 Jumlah KK yang memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) dari
rumah tangga dengan kondisi sehat sebanyak 161.743 KK atau 64,49 %. Hasil
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Jumlah Sarana Sanitasi dasar saluran pengelolaan air limbah berdasarkan
kepemilikan per kelurahan di kota Tangerang selatan tahun 2012
SPAL
MEMENUHI
MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH
JUMLAH
SYARAT
SPAL
MEMENUHI
MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH
JUMLAH
SYARAT
SYARAT
NO KECAMATAN KELURAHAN
% KK
•Kel. Pondok Ranji 3.310 2.052 0,62
•Kel. Pisangan 3.518 2.386 0,68
•Kel. Cireundeu 2.747 1.685 0,61
•Kel. Rengas 2.400 1.660 0,69
4 Serpong Utara •Kel. Pondok Jagung 2.707 1.778 0,66
•Kel. Lengkong Karya 566 392 0,69
•Kel. Jelupang 1.295 998 0,77
•Kel. Pondok Jagung Timur 1.207 837 0,69
•Kel. Paku Alam 2.504 1.637 0,65
•Kel. Paku Jaya 1.838 1.375 0,75
•Kel. Pakulonan 2.554 1.772 0,69
5 Pondok Aren •Kel. Pondok Aren 1.139 840 0,74
•Kel. Pondok Jaya 353 229 0,65
•Kel. Pondok pucung 1.106 618 0,56
•Kel. Pondok Betung 1.518 1.086 0,72
•Kel. Pondok Karya 1.295 741 0,57
•Kel. Jurang Mangu Timur 7.314 3.591 0,49
•Kel. Jurang Mangu Barat 7.966 6.000 0,75
•Kel. Perigi Lama 1.415 824 0,58
•Kel. Perigi Baru 907 602 0,66
•Kel. Pondok Kacang Timur 2.965 2.036 0,69
•Kel. Pondok Kacang Barat 1.261 813 0,64
6 Serpong •Kel. Serpong 1.947 1.115 0,57
•Kel. Cilenggang 959 647 0,67
•Kel. Lengkong Gudang Barat 1.002 916 0,91
•Kel. Lengkong Wetan 916 607 0,66
•Kel. Lengkong Gudang timur 1.014 694 0,68
•Kel. Rawa Buntu 2.044 1.429 0,70
•Kel. Rawa Mekar Jaya 1.583 1.084 0,68
•Kel. Ciater 2.325 1.402 0,60
•Kel. Buaran 1.665 1.223 0,73
7 setu •Kel. Setu 1.933 1.246 0,64
•Kel. Muncul 1.267 751 0,59
•Kel. Bhakti Jaya 2.301 1.264 0,55
•Kel. Babakan 1.519 901 0,59
•Kel. Kranggan 1.297 869 0,67
•Kel. Kademangan 3.968 2.255 0,57
Sumber : Dinas Kesehatan, Tahun 2012
Pengangkutan/ Pengaliran: Data pengolahan air limbah domestik di Tangerang Selatan belum
tersedia.
Pengolahan Akhir Terpusat Perlu ketersediaan IPLT
Daur Ulang/Pembuangan Akhir: -
B. Lain-lain:
Pendanaan: Keterbatasan alokasi dana Pemerintah Kota Tangerang Selatan
mengakibatkan sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara
lengkap dan tuntas menggunakan off-site system (sistem terpusat)
masih mengalami hambatan, sehingga pilihan yang diambil saat ini
adalah menggunakan sanitasi berbasis masyarakat.
Kelembagaan dan Peraturan Belum adanya regulasi tentang pengelolaan limbah cair di Kota
Undang- Undang Tangerang Selatan.
Peran Masyarakat 6,1% masyarakat belum memiliki akses terhadap layanan air limbah
yang disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran dan
kemampuan financial masyarakat dalam pembangunan sarana air
limbah.
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang Selatan, Tahun 2012
B. Sektor Persampahan
Pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Tangerang Selatan masih belum baik.
Terdapat 55.9% yang membuang dan mengubur di lubang, 33.1% dibakar, 8.6%
dibuang ke lahan kosong, 0.9% lainnya, 0.8% dibuang ke sungai dan 0.6% diangkut
oleh tukang sampah ke TPS. Dapat dilihat bahwa pengelolaan sampah masih
menimbulkan resiko kesehatan yang tinggi.
Selatan
Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Selatan
Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Pada umumnya air limbah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dan dapur
pembuangan disalirkan ke parit-parit/saluran-saluran drainase, sungai atau dibuang
ke permukaan tanah. Sedangkan pembuangan limbah yang berasal dari WC/jamban
dilakukan dengan berbagai cara, baik yang menggunakan sarana pembuangan milik
pribadi ataupun umum misalnya :
▪ Dibuang ke tangki septik dengan bidang resapan
▪ Dibuang ke cubluk
▪ Dibuang ke sungai atau rawa
Pengelolaan air limbah dilakukan secara individual pada masing -masing rumah
tangga baik berupa MCK maupun cubluk, sedangkan untuk sarana komunal berupa
MCK. Untuk air limbah bekas cuci dan mandi disalurkan langsung ke drainase-
drainase terdekat.
Untuk kegiatan industri rata-rata perusahaan sudah memiliki pengolahan air limbah
sendiri
Secara garis besar gambaran umum situasi sanitasi kabupaten Serang merupakan
ringkasan dari Buku Putih Sanitasi Kabupaten Serang yang menggambarkan tentang
kondisi sanitasi kabupaten saat ini.
Lembaga utama yang menangani sub sektor Air Limbah Rumah Tangga adalah Dinas
Tata Ruang Bangunan dan Perumahan (DTRBP) Bidang Tata Kota seksi penataan
permukiman dan seksi pembangunan perumahan serta Badan Pengelola Lingkungan
Hidup (BPLH) Kabupaten Serang. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi
oleh Kabupaten Serang dalam pengelolaan air limbahnya, yaitu :
▪ Kabupaten Serang belum memiliki UPTD untuk pengelola air limbah
domestik.
▪ Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik
sudah ada.
▪ Pengelolaan grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas cucian,
air bekas mandi, dan lainlain) dilakukan oleh masyarakat, namun kondisinya
belum optimal. Sarana IPAL komunal sudah mulai didirikan di beberapa lokasi
percontohan melalui program Sanimas sejak tahun 2008.
▪ Pengelolaan IPAL komunal dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan
Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan (DTRBP) Kabupaten Serang.
▪ Pengelolaan black water (limbah tinja) dilakukan oleh masyarakat,
perusahaan swasta jasa penyedotan kakus.
▪ Kabupaten Serang belum memiliki sarana IPLT
Fungsi pengelolaan air limbah domestic baik untuk jenis grey water maupun black
water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:
Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Serang yang diarahkan untuk
mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah tangga/individu untuk
melakukan pengelolaan air limbah domestik (baik untuk grey water maupun black
water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.
Layanan Pengelolaan Air Limbah domestik saat ini baru dilayani oleh pihak penyedia
jasa sedot tinja yang ada di Kota Serang dan Kabupaten Serang namun belum ada
data yang jelas jumlah penyedia layanan ini karena layanannya sendiri meliputi area
kota maupun kabupaten Serang. Berdasarkan hasil wawancara ada sekitar 5 jasa
penyedot tinja baik yang ada di Kota maupun Kabupaten Serang. Permasalahannya
pihak penyedia jasa ini belum memiliki prasarana IPLT yang mendukung pengelolaan
Limbah sehingga membuang limbahnya di lahan-lahan kosong. Sementara dari pihak
Pemerintah Daerah juga belum memiliki prasarana IPLT maupun layanan sedot tinja.
Tabel 4.15 Masyarakat disekitar Responden yang BAB Skala Kabupaten Serang
Berdasarkan studi EHRA, dapat diketahui bahwa dari 62,6% (2.150) responden
yang memiliki jamban pribadi, diketahui bahwa 30,43% (602 responden)
menggunakan tangki septik berumur antara 1-5 tahun, 29,78% (589 responde)
menggunakan tangki septik berumur antara dari 5-10 tahun yang lalu, 27,91% (552
responden) menggunakan tangki septik berumur lebih dari 10 tahun, 7,53% (149
responden) menggunakan tangki septik berumur antara 0-12 bulan.
B. Sektor Persampahan
Berdasarkan hasil studi EHRA 2014 dapat diketahui bahwa secara umum
pengelolaan sampah di Kabupaten Serang di tingkat user interface masih
terkesan buruk, hal ini dideteksi dari hasil wawancara responden yang
menjelaskan bahwa 60,08% atau 2.057 respon menjelaskan bahwa sampah
berserakan atau bertumpuk disekitar lingkungan permukiman, 21,96% atau 752
responden menjelaskan bahwa banyak lalat di sekitar lingkungan permukiman.
Berdasarkan hasil studi EHRA 2014 yang dituangkan dalam tabel diatas, dapat
diketahui bahwa secara umum pengelolaan sampah di Kabupaten Serang di
tingkat user interface masih terkesan buruk baik dari aspek perilaku masyarakat
maupun cakupan layanan sistem pengelolaan sampah, hal ini dideteksi dari hasil
wawancara responden yang menjelaskan bahwa 0,26% atau 9 respon
menjelaskan bahwa sampah dikelola dengan sistem atau dikumpulkan oleh
kolektor informal yang mendaur ulang, 2,49% atau 85 responden menjelaskan
bahwa sampah dikumpulkan dan dibuang ke TPS.
Umumnya sampah di kelola dengan cara dibakar 57% atau 1.971 responden,
dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 0,12% atau 4 responden,
dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 1,35% atau 46
responden, dibuang ke sungai/kali/laut/danau 6,54% atau 224 responden.
Tabel 4.17 Kondisi Sampah di Lingkungan Kabupaten Serang
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak lebih dari 10% desa yang
mengalami banjir, bahkan kelurahan yang mengalami bajirpun tidak dalam frekuensi
sering. Berdasarkan tabel 3.26 dijelaskan bahwa dari 339 responden yang
diwawancarai 241 responden (71,1%) responden mengalami banjir secara rutin dan
(38,9%) atau 98 responden mengalami bajir tapi tidak rutin.
Kemudian dijelaskan juga bahwa dari 339 responden pada Studi EHRA yang
mengalami banjir, 41,59% atau 141 responden mengalami banjir, yang cakupan
banjirnya sampai masuk ke dalam rumah, dan dari 141 jumlah responden tersebut,
diketahui bahwa 35,46% atau 50 responden rutin mengalami banjir setumit orang
dewasa, 26,95% atau 38 responden rutin mengalami banjir setengah lutut orang
dewasa, 24,11% atau 34 responden rutin mengalami banjir selutut orang dewasa,
10,64% atau 15 responden rutin mengalami banjir sepinggang orang dewasa, serta
0,71% atau 1 responden rutin mengalami banjir sebahu orang dewasa.
Pengelolaan air limbah domestik di Perumahan Lippo Karawaci telah dibangun IPAL
seluas 6.000 meter dengan kapasitas pelayanan untuk 40.000 penghuni. IPAL
Perumahan Lippo Karawaci menggunakan sistem Seaweed Treatment Plant (STP)
yaitu memproses limbah cair rumah tangga menjadi air bersih dengan kapasitas
11.000 m³/hari.
Kapasitas operasional IPLT Sepatan hanya mampu mengolah 15 m 3/hari lumpur tinja
dari kapasitas terpasangnya sebesar 129 m 3/hari. Artinya kemampuan operasionalnya
hanya 11% dari kapasitas terpasang. Hal tersebut disebabkan karena :
Pengelolaan air limbah rumah tangga di wilayah permukiman padat pedesaan melalui
program Sanimas (sanitasi berbasis masyarakat) telah dibangun MCK++ dengan
sistem setempat (on-site) yang disertai dengan sistem pengolahan limbah tinja
menjadi biogas melalui biaya APBD dan bantuan Pemerintah Pusat melalui APBN
serta LSM BEST yang didanai oleh masyarakat Jerman (Borda).
Jumlah sarana yang telah di bangun sebanyak 97 unit MCK++ dari tahun 2003–2011 di
14 Kecamatan, 19 unit dibangun oleh dana APBN, 55 unit dibangun oleh dana APBD
dan 23 unit dibangun oleh NGO (LSM BEST).
Jenis prasarana air limbah sistem on site komunal di wilayah Kab. Tangerang yang
digunakan saat ini terdiri dari jamban bersama (MCK) dan SANIMAS (MCK++).
Jumlah jamban bersama (MCK) yang dibangun oleh Pemkab di wilayah Kab.
Tangerang setiap tahunnya cukup banyak namun kondisinya tidak bisa terpetakan
dengan jelas.
B.1 Kelembagaan.
Gambar 4.29 Diagram Sistem Sanitasi Black water Dan Grey water (sistem setempat -
on site system)
Gambar 4.30 Diagram Sistem Sanitasi Black water Dan Grey water (sistem terpusat –
of site system)
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang
B.3 Permasalahan.
Berdasarkan analisa study EHRA terdapat beberapa isu strategis dan permasalahan
mendesak mengenai PHBS
yang perlu menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu:
1. Tingginya angka praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABs) pada tatanan
rumah tangga sebesar 89 %.
2. Tingginya angka perilaku tidak cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 +1
waktu penting sebesar 86,9 %.
3. Masih minimnya sarana sanitasi sekolah dasar di Kabupaten Tangerang
dimana sebesar 16 % tidak memiliki WC
4. dan 99 % tidak memiliki sarana cuci tangan dan tempat kencing (urinoir).
5. Belum adanya kelembagaan setingkat UPTD dalam pengelolaan air limbah
domestik dan persampahan.
B. Sektor Persampahan
Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Tangerang merupakan tanggungjawab
Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP). Pengelolaan layanan
persampahan yang dilaksanakan masih terbatas pada pengangkutan sampah dari
TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan
sebagian pengumpulan dan penyapuan jalan dikonsentrasikan pada jalur jalan
utama serta pasar yang merupakan target pelayanan dari Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Tangerang. Sedangkan pada sebagian besar daerah
pelayanan yang merupakan daerah pemukiman pengumpulan sampah ke TPS
dilakukan oleh masing-masing penduduk.
Pola operasional pengelolaan persampahan di Kabupaten Tangerang pada
umumnya masih menggunakan pola sederhana yaitu “Kumpul-Angkut-Buang”.
Pola pewadahan dilakukan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang
disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan berupa tong-tong sampah
yang berada di pinggir jalan serta kontainer yang diletakkan tersebar di daerah -
31%
Terlayani
20 MALINGPING 3.263 19,1 179,8 2.423 41,3 627 3,7 1.098 175,1 340 31,0
5.866
189 2,4 1.886 997,9 161 8,5 189 2,4 1.727 913,8 48 2,8
21 WANASALAM
4.914 100,0 1.254 25,5 1.140 90,9 4.434 90,2 1.203 27,1 1.154 95,9
22 CIJAKU 1.215 16,0 2.422 199,3 340 14,0 906 11,9 1.818 200,7 284 15,6
23 CIHARA 3.003 35,3 4.515 150,3 2.007 44,5 440 5,2 440 100,0 244 55,5
24 PANGGARANGAN 5.737 40,7 2.737 47,7 2.252 82,3 8.778 62,3 3.153 35,9 2.952 93,6
25 BAYAH 2.810 23,5 4.743 168,8 2.002 42,2 2.810 23,5 5.975 212,6 1.618 27,1
26 CILOGRANG 3.542 37,8 7.846 221,5 3.321 42,3 3.565 38,0 6.156 172,7 2.521 41,0
2.702 39,7 2.876 106,4 2.124 73,9 1.915 28,1 2.488 129,9 1.161 46,7
27 CIBEBER
819 12,7 2.627 320,8 631 24,0 470 7,3 1.032 219,6 240 23,3
28 CIGEMBLONG 88 1,4 1.016 1154,5 71 7,0 - 0,0 743 #DIV/0! - 0,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 99.232 30,8 120.320 121,3 46.389 38,6 83.584 25,9 80.848 96,7 29.180 36,1
Kegiatan yang dilakukan antara lain pengawasan Tempat Pembuangan Akhir ( TPA)
sampah, yang berlokasi di Desa Sindang Mulya Kecamatan Maja. Pengawasan
terhadap TPA ini bertujuan untuk mewujudkan kondisi lingkungan pemukiman yang
aman dari dampak negativ pembuangan sampah, sehingga akan mengurangi
terjadinya pencemaran tanah, sumber air dan mencegah timbulnya tempat
perindukan vector penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Penyuluhan terhadap
masyarakat yang berada di sekitar TPA, pengukuran kepadatan lalat dan
penyemprotan lalat merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan
TPA sampah tersebut.
Pada tabel diatas terlihat bahwa, data ketenagaan bidang sanitarian di puskesmas
masih kurang , baru 62,5 % puskesmas yang mempunyai tenaga sanitarian,
sedangkan 37,5% puskesmas belum mempunyai tenaga sanitarian. Dalam bidang
sanitasi gambaran tren cakupan pelayanan sanitasi hingga akhir tahun 2010 di
Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut :
50 41.27
38.95 39.05
40 31.07
30
20
KASUS
10
0
2007 2008 2009 2010
% 31.07 38.95 39.05 41.27
2010
Sumber : Laporan matriks tahunan kesling puskesmas 2007, 2008, 2009, 2010
Laporan 2010 diambil dari 34 Puskesmas yang lapor,68 Puskesmas diambil dari data tahun lalu.
Pada tabel telihat bahwa dari tahun 2007 ke 2008 terjadi peningkatan cakupan
karena terjadinya peningkatan laporan yang cukup significan, karena pada tahun
2008 sistim pencatatan pelaporan puskesmas presentase laporan semakin baik, pada
tahun 2009 cakupan (39.5%) lebih baik dari kondisi sebelumnya (38.95%). Pada Tahun
2010 cakupan meningkat menjadi (41.27), namun cakupan ini belum menggambarkan
kondisi sebenarnya mengingat puskesmas yang lapor baru 32 dari 40 Puskesmas,
Guna memenuhi kebutuhan data penyehatan lingkungan , maka sebagian data
diambil dari kondisi tahun sebelumnya.
Sampai saat ini Kota Rangkas Bitung belum mempunyai sistem penyaluran air limbah
domestik yang diolah secara terpusat melalui sistem perpipaan (sewerage system).
Selain itu, kondisi pengolahan air limbah domestik sistem setempatpun (onsite
system) belum memadai, hal ini terlihat dari data dinas Kesehatan Kab.lebak tahun
2007 yang mencatat bahwa penduduk Kota Rangkas Bitung lebih dari 56 % tidak
mempunyai tangki septic.
Masalah umum yang dihadapi Kota Rangkas Bitung adalah masih banyaknya
penduduk yang menggunakan tempat terbuka dan sungai sebagai sarana
pembuangan limbahnya. Diperkirakan hanya 54 % rumah tangga yang telah memiliki
tangki septik walaupun demikian kondisi tangkiseptik yang dibangun sebagian besar
tidak memenuhi syarat teknis dan lingkungan.
Masalah lain yang berhubungan dengan pembuangan limbah yaitu belum adanya
instalasi pengolahan dan sarana truk tinja dan IPLT untuk pen yedotan dan
pengolahan lumpur tinja.
Profil sanitasi Kabupaten Pandeglang secara umum dapat dilihat dari tingkat layanan,
cakupan layanan maupun akses masyarakat terhadap ketersediaan sarana da n
prasarana terutama untuk sektor air limbah.
Kondisi umum sanitasi Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 dapat digambarkan
sebagai berikut :
▪ Prosentase jumlah keluarga yang memiliki rumah sehat sebanyak 55,75 %.
▪ Prosentase jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat sebanyak 30,76 %.
Sementara sebagian besar masyarakat masih buang tinjanya di kebun, sungai
atau di kali.
▪ Prosentase jumlah keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah
dengan kondisi baik sebesar 24,13 %. Sebagian besar masyarakat belum
mempunyai saluran pembuangan air limbah dan membuang air limbah dari
dapur ke halaman belakang rumah.
▪ Prosentase jumlah keluarga yang mempunyai lubang/tempat sampah sebesar
18,20 %. Sebagian besar masyarakat masih membuang sampah di kali, saluran
irigasi atau di kebun.
▪ Prosentase jumlah tempat penyimpanan pestisida sebesar 36,87 %.
❖ Rumah Sehat
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010,
jumlah rumah yang ada 233.398 dapat dilihat dari tabel 1.1. Dari tabel tersebut terlihat
bahwa 31.453 rumah sehat dari jumlah rumah yang telah diperiksa 56.421 rumah atau
sebesar 55,75% masyarakat telah memiliki rumah sehat dari jumlah rumah yang
diperiksa.
❖ Jamban Keluarga
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada profil kesehatan tahun 2010 terlihat
bahwa sampai akhir tahun 2010 jumlah KK yang memiliki jamban keluarga sebanyak
107.759 dengan kondisi sehat sebanyak 33.144 KK atau 30,76 %. Secara lengkap data
tentang jumlah dan kondisi jamban keluarga dan saluran pengelolaan air limbah per
Puskesmas dapat dilihat pada tabel dibawah.
❖ Pengelolaan Sampah
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010
Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah sebanyak 46.104 dengan
kondisi sehat sebanyak 8.393 KK atau 18,20 %. Hasil Selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.24 Rekapitulasi Sarana Jamban, Spal Tps/Tpa Dan Tp2 Sehat Menurut Puskesmas Kabupaten Pandeglang Tahun 2012
RUMAH JAMBAN SPAL TPS/TPA TP2
No PUSKESMAS Jumlah Jmh Jmh % Jumlah Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh %
Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat
1 Cadasari 6.872 4.660 4.108 88,2 2.330 4.108 3.940 95,91 2.320 622 396 63,67 2.330 3.588 1.628 45,37 - - - -
2 Bangkonol 4.069 7.876 4.146 52,6 3.980 7.876 3.616 45,91 2.987 4.778 3.378 70,70 2.145 12 4 33,33 12 9 6 66,67
3 Pagadungan 5.102 208 120 57,7 3.277 133 122 91,73 3.190 156 91 58,33 535 75 75 100,00 1 - - -
4 Kadomas 1.820 860 550 64,0 1.329 600 404 67,33 743 610 238 39,02 332 332 148 44,58 4 2 - -
5 Cikole 3.437 308 114 37,0 2.879 239 117 48,95 2.953 369 109 29,54 9 5 - - 6 4 - -
6 Banjar 6.045 1.626 946 58,2 4.426 1.626 1.242 76,38 2.472 1.626 962 59,16 - - - - - - - -
7 Kaduhejo 6.882 642 494 76,9 4.995 642 494 76,95 3.327 642 478 74,45 3.849 642 504 78,50 - - - -
8 Mdlawangi 8.734 8.078 4.604 57,0 2.920 3.746 3.186 85,05 71 98 64 65,31 2 4 2 50,00 6 5 2 40,00
9 Cimanuk 7.132 194 48 24,7 3.737 130 79 60,77 3.131 159 110 69,18 593 - - - 2 - - -
10 Cipeucang 6.368 594 196 33,0 3.840 333 230 69,07 1.760 137 35 25,55 2.053 154 57 37,01 - - - -
11 Saketi 6.113 283 142 50,2 5.321 223 102 45,74 3.873 130 84 64,62 663 135 87 64,44 1 1 1 100,00
12 Menes 3.350 2.390 2.048 85,7 2.890 1.670 1.382 82,75 3.440 1.670 1.058 63,35 3.350 1.670 960 57,49 - - - -
13 Jiput 6.959 2.053 554 27,0 1.975 704 639 90,77 1.843 744 619 83,20 - - - - 9 - - -
14 Labuan 10.714 207 192 92,8 6.946 110 108 98,18 7.644 190 69 36,32 5.878 196 128 65,31 3 - - -
15 Carita 7.217 100 55 55,0 2.401 - - - 2.223 - - - 1.018 - - - 1 - - -
16 Pagelaran 7.505 650 336 51,7 65 360 334 92,78 40 577 179 31,02 4.372 518 420 81,08 4 2 - -
17 Patia 1.453 40 36 90,0 563 380 114 30,00 1.568 160 48 30,00 22 12 4 33,33 - - - -
18 Bojong 7.729 1.114 986 88,5 4.515 1.100 1.036 94,18 3.435 700 460 65,71 2 4 2 50,00 6 4 4 100,00
19 Picung 8.673 1.956 1.294 66,2 1.932 1.956 1.294 66,16 1.735 1.294 368 28,44 1.894 1.956 1.294 - 13 - - -
20 Munjul 6.184 105 64 61,0 3.926 90 64 71,11 2.185 90 61 67,78 4.747 75 56 74,67 7 4 - -
21 Panimbang 7.698 2.848 2.007 70,5 2.479 2.632 1.880 71,43 1.496 1.410 980 69,50 16 20 12 60,00 22 16 14 87,50
22 Sobang 9.979 300 60 20,0 2.278 158 54 34,18 469 166 38 22,89 - - - - - - - -
23 Cigeulis 8.625 143 96 67,1 1.555 99 83 83,84 19 16 13 81,25 1 - - - 5 1 1 100,00
24 Cikeusik 10.150 5.046 2.252 44,6 5.058 7.052 6.076 86,16 4.544 6.258 4.644 74,21 3 2 - - 138 75 72 96,00
Sistem pembuangan limbah cair di Kabupaten Pandeglang saai ini masih belum
mengenal sewerage system. Sewerage system adalah sistem pembuangan air limbah
di mana semua air kotor di suatu wilayah, baik air bekas cucian, air dari dapur, air dari
kamar mandi, maupun air dari kakus disalurkan bersama ke suatu tempat untuk
diolah. Sewerage system ini bersifat tertutup dan dipisahkan dari sistem pembuangan
air hujan (drainase).
Tabel 4.25 Perkiraan total produksi air limbah black dan grey water
Kondisi saat ini air limbah yang berasal dari air bekas cucian, air dari dapur, air kamar
mandi, dan air limpahan dari tangki septik dibuang ke saluran drainase bergabung
dengan air hujan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran alami dan
saluran buatan. Jaringan air limbah rumah tangga mengikuti saluran air yang
tersedia. Pengolahan air limbah terjadi secara alami ketika air mengalir.
maupun cubluk dan masih banyak yang menggunakan aliran sungai dan saluran
irigasi sebagai pembuangan air limbah. Air bekas cucian, dapur dan kamar mandi
disalurkan langsung kesaluran drainase, kali dan saluran lainnya.
Pada umumnya RT di Kab. Pandeglang memiliki jamban pribadi dan septic tank.
Penduduk yang terlayani sanitasi pada tahun 2007 adalah 40,47% (Sumber : Renstra
Kab. Pandeglang, AMPL-BM Tahun 2008-2015) artinya cakupan sanitasi tersebut
masih rendah, hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran serta pengetahuan
masyarakat akan penyehatan lingkungan, seperti untuk buang air besar pada fasilitas
WC masih sangat kurang, masih banyak penduduk yang masih buang hajatnya di
saluran air kotor (drainase), saluran irigasi, sungai, kolam ikan, situ, maupun langsung
ke laut.
Masalah umum yang dihadapi Kab. Pandeglang adalah masih banyaknya penduduk
yang menggunakan tempat terbuka dan saluran air sebagai sarana pembuangan
limbahnya. Indikasi masalah tersebut antara lain adalah :
• Pemakaian MCK umum kurang efektif karena masyarakat cenderung
menggunakan jamban keluarga walaupun terbuat dari konstruksi yang
• sederhana sehingga sarana MCK tersebut tidak terpelihara;
• Sarana seperti tangki penyedot tinja dan sarana IPLT untuk melayani
pembuangan lumpur dari tangki septic yang telah ada belum maksimal;
• Terganggunya sistem pengawasan akibat rendahnya tingkat mobilitas kerja;
• Tingginya kepadatan penduduk yang disertai dengan rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi.
Berdasarkan hasil identifikasi awal tingkat pencemaran air limbah di Kab. Pandeglang
yang didasarkan atas indikator cakupan air bersih, cakupan sanitasi, dan kejadian luar
biasa (KLB) serta analisis tingkat pencemaran air limbah di Kab. Pandeglang
dirumuskan bahwa lokasi yang yang perlu mendapatkan perhatian dan prioritas
penanganan masalah air limbah di Kab. Pandeglang adalah :
• Kota Pandeglang; sebagai ibukota kabupaten dan sebagai pusat aktifitas
perkotaan di Kab. Pandeglang;
• Kelurahan Kadomas; dikarenakan daerah tersebut pernah mengalami KLB
penyakit menular, yaitu diare.
3 tahun sekali dan jumlah hari kerja setahun 313 hari, maka jumlah hari kerja 3 tahun
adalah 313 X 3 = 939 hari kerja. Jadi jumlah tangki septic yang harus ada di daerah
pelayanan adalah 939 X 8 = 7.512 tangki septic.
Dari perhitungan diatas, IPLT Kepuh akan dapat dioperasikan secara optimal bila
melayani minimal 7.512 tangki septik atau minimal melayani 7.512 X 4 jiwa = 30.048
jiwa. Daerah yang berpotensi untuk dijadikan cakupan pelayanan agar IPLT Kepuh
dapat dioperasikan secara optimal, adalah daerah-daerah yang berada pada radius ±
10 Km dari lokasi IPLT. Daerah-daerah tersebut antara lain adalah Kec. Pandeglang,
Majasari, Koroncong, Cadasari, Karangtanjung, Cikedal dan sebagian Ciomas dan
Baros di Kab. Serang.
Kondisi eksisting IPLT Kepuh/Tegal Longok saat ini sangat memperihatinkan, secara
operasional IPLT ini masih digunakan. Waktu operasi dan ritasi dari truk penyedot
tinja untuk mengumpulkan lumpur tinja hanya dilakukan seminggu 2 kali. Itu pun
hanya mampu mengumpulkan lumpur tinja sebanyak ± 4 m 3/minggu. Sehingga
dengan kapasitas pengolahan sebesar 16 m 3/hari, operasionalisasi IPLT ini belum
optimal karena kurangnya volume lumpur yang harus diolah. Dan yang lebih
memprihatinkan adalah praktek pembuangan lumpur tinja dari truk tinja ke IPLT ini
pun sudah menyalahi prosedur seharusnya. Lumpur dari truk tinja langsung dibuang
ke kolam SDB, dan kegiatan ini dibiarkan tanpa ada pengawasan dan pengendalian
dari dinas terkait. Kolam-kolam pengolahan yang ada pun, saat ini sudah tidak
berfungsi dan mengalami penyumbatan serta tidak terawat. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada foto berikut ini.
1 2
3
Gambar 4.37Foto Kondisi Eksisting IPLT Kepuh (1. Kolam SDB, 2. Kolam Fakultatif
dan 3. Imhoff Tank)
Target pencapaian SPM untuk pelayanan air limbah setempat (on site)
sebagaimana yang dicanangkan Pemerintah hingga tahun 2014 adalah mampu
melayani 60% penduduk di wilayah Kabupaten/Kota. Berdasarkan angka proyeksi
meskipun saat ini tingkat pelayanannya baru mencapai 3% (Kab. Lebak) dan 1,5%
(Kota Tangsel).
Secara umum, hasil yang dicapai dalam proses updating EK 4 Air Limbah belum
menunjukan progres yang cukup berarti, karena data yang disajikan masih
merupakan hasil update pada bulan sebelumnya.
Tabel 4.26 Tingkat Pelayanan dan Capaian SPM Air Limbah di Provinsi Banten Tahun 2012