Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Bab-4
Gambaran Umum Kebijakan dan Strategi
Pengelolaan Air Limbah dan Sanitasi
Provinsi Banten

4.1 Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Limbah dan Sanitasi Provinsi Banten
4.1.1 Gambaran Kebijakan Penataan Ruang
Sinergis dengan kebijakan Nasional, dalam kebijakan Provinsi Banten pun
tertuang upaya penataan Kawasan Permukiman kumuh. Hal ini dapat dilihat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Banten Tahun
2005-2025 yang menyebutkan bahwa dalam upaya mewujudkan perekonomian yang
maju dan berdaya saing, maka pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Banten
tahun 2005-2025 salah satunya diarahkan untuk meningkatkan pelayanan prasarana
dan sarana permukiman. Hal ini dilakukan untuk:
1. Meningkatkan ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau, melalui:
a. Peningkatan pengembangan perumahan layak huni dan terjangkau.
b. Fasilitasi pembangunan perumahan bagi masyarakat kurang mampu.
c. Fasilitasi usaha pengembangan perumahan.
2. Mengurangi kawasan kumuh, melalui:
a. Penataan dan pembangunan gedung serta revitalisasi kawasan kumuh.
b. Peningkatan daya dukung prasarana dan sanitasi lingkungan permukiman.

Provinsi Banten memiliki Kawasan Andalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah


Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN, bahwa Provinsi Banten diarahkan untuk
Kawasan Andalan yaitu Kawasan Bojonegara – Merak – Cilegon dengan sektor
unggulan industri, pariwisata, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Selain itu
diarahkan pula kawasan andalan Laut Krakatau dan sekitarnya dengan sektor
unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 1


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Dalam pengembangannya untuk mengembangkan pengelolaan sanitasi dan air


limbah, Kawasan Strategis yang ada di Provinsi Banten juga memerlukan perhatian
dalam pengembangannya. Berdasarkan RTRWN sebagaimana yang diarahkan
berikut merupakan kawasan strategis yang perlu diperhatikan dalam kepentingan
pengelolaan sanitasi dan air limbah di Provinsi Banten :
A. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) :
1. Kawasan Tanjung Lesung
2. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
B. Kawasan Perbatasan Provinsi Antar Kabupaten/ Kota
Kawasan perbatasan merupakan kawasan antar provinsi dan kabupaten/kota
dan diperlukan pengawasan serta pengendalian terhadap kegiatan industri,
kegiatan domestik, kegiatan pertanian, kegiatan peternakan dan kegiatan
perikanan budidaya.
Kawasan perbatasan antar provinsi dan kabupaten/kota merupakan kawasan
yang mempunyai kontribusi terhadap pencapaian sasaran secara nasional dan
atau regional, dalam pemanfaatan lahan dan pemanfaatan ru ang di daerah
perbatasan. Kawasan yang memiliki interaksi secara langsung dalam
pemanfaatan ruang di sekitar wilayah perbatasan, meliputi :
1. Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat, yaitu :
a. Wilayah Provinsi Banten, meliputi Kabupaten Lebak, Kabupaten
Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
b. Wilayah Provinsi Jawa Barat, meliputi Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Bogor, dan Kota Depok.
2. Provinsi Banten dengan DKI Jakarta, meliputi Kota Tangerang, Kabupaten
Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.
3. Kawasan perbatasan di bagian Barat yang merupakan perbatasan antara
Provinsi Banten dengan Provinsi Lampung.
4. Kawasan perbatasan selatan yang merupakan perbatasan antara Provinsi
Banten dengan Kawasan ZEE 12 mil.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 2


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

C. Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Sosial Budaya


Kawasan strategis sosial budaya di Provinsi Banten yaitu Kawasan Situs Banten
Lama di Kota Serang. Konsep pengembangan kawasan strategis sosial budaya
Kawasan Banten Lama yang merupakan kawasan yang dilindungi oleh
Pemerintah sehingga keberadaannya harus tetap dipertahankan atau direstorasi
sesuai dengan perundangan yang berlaku.

Adapun kawasan lain yang dijadikan pertimbangan dari penyusunan kebijakan dan
strategi dan rencana induk air limbah dan sanitasi di Provinsi Banten ini juga
mempertimbangkan tipologi Kawasan Kumuh yang ada di Provinsi Banten.
Diantaranya :
Tabel 4.1 Penetapan Lokasi dan Sasaran Program Pembangunan Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kumuh Kewenangan Provinsi Banten
Luas
No Kota/Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Kawasan
(Ha)
Kp. Kaum Lebak
RW.09, RW.01,
dan RW.10
RW.11
Muara Ciujung Barat 14.66
RW.6
RW.5

1 KAB. LEBAK Rangkasbitung RW.08


Kp. Lebak Picung
RW. 01
Kp. Lebak
14.31
Cijoro Lebak Sambel RW. 02
Kp. Selahaur RW.
10

Panimbang Tanjungjaya Cikadu 12


Karangtanjung Juhut Cinyurup 14
Banjarmasin 10.37
Carita
Carita 12
2 KAB. PANDEGLANG
Labuan Teluk 10.86
Kalanganyar 12
Pagelaran Pagelaran 12
Cikeusik Cikiruhwetan 12

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 3


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Luas
No Kota/Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Kawasan
(Ha)
Rancasenang 14
Kp. Cibagus
Taktakan Dalam, Kp. 10.29
Kepandain Got
Kp. Perumasan
Taktakan RT.006 dan
RT.013 RW. 004
Kalanganyar 12.09
Kp. Cigabus
Kebedilan RT.014
3 KOTA SERANG RW.005
Kp. Trondol, Kp.
Serang Trondol Kubang Apu dan 13.59
Kp. Kesawon
Kp. Sadiah satu,
Kasemen Warungjaud Kp. Sadiah dua 14.04
dan Kesaud
Margaluyu Kp. Margaluyu 10.11
Lingk. Jerang Ilir
RT.01,02,03 RW.
03
Karang Asem
Lingk.
Sambiragon RT.
Cibeber 11.1
01,02,03 RW.05
Lingk.Karang
Tengah RT.
4 KOTA CILEGON Kedaleman
01,02,03,04
RW.04
Link. Sukajadi RT
06/02
Link Gunung 12.61
Pulomerak Mekarsari
Batur RT 01,
02/03

Kp. Keserangan
10.7
5 KAB. SERANG Pontang Desa Keserangan RW.01

RW. 01 dan RW.


Mauk Desa Tanjung Anom 6.3
02
6 KAB. TANGERANG RW 02, 03 dan
1.13
Kronjo Desa Kronjo RW 04

RT/RW.
Cempaka Putih 02,03,04/03 14.9
KOTA TANGERANG RT/RW. 04/06
7 Ciputat Timur
SELATAN
Pondok Ranji RT/RW 03, 05 / 01 12.7

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 4


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Luas
No Kota/Kabupaten Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Kawasan
(Ha)
RT.03, 04, 05
Serpong Cilenggang RW. 02
RT.08 RW. 03 12.74
RT.01, 02, 03, 05
Serpong Utara Pakulonan RW. 02 13.16
RT.02 RW.03
Pondok Aren RT.03/01
RT.05,06 RW.01
RT.01 RW.02
Pondok Aren 11.6
RT. 01, 02 RW.04
RT.01 RW.08
RT.01, 02 RW.09
Kranggan RT.02, 03 RW.01
RT.09 RW.04
Setu 12.16
RT.14 RW.03
RT.04 RW.02
Cipayung RT.01 RW.01
RT.01,02 RW.05
Ciputat RT.03 RW.02 10.61
RT.02 RW.03
RT.03 RW.04
Pamulang Timur RT 01, 02/12 12
Pamulang Pondok Cabe Udik RT 02, 03, 04 / 01 15

Kreo Selatan RT/RW. 04/06 11.63


RT.
Larangan 01,02,03,04,05
Larangan Utara RW. 01 13.78
RT. 01,02,04 RW.
8 KOTA TANGERANG 07
Tanggerang Jurumudi Baru RW.03,06,07,09 13.2

RT. 01,02,03,04
Benda Benda 10.12
RW. 08,10

TOTAL 403.76
Sumber : Lampiran Surat Keputusan Kumuh Gubernur Provinsi Banten Tahun 2017

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 5


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

4.2 Kondisi Sanitasi Kab/Kota Di Provinsi Banten


Berdasarka target rencana program prioritas, peningkatan akses sanitasi layak
untuk Provinsi Banten yaitu merencanakan pada tahun 2018 akan mencapai
perentase 60 persen. Namun, secara eksisiting kondisi capaian untuk snaitasi
layak di Provins Banten sudah memenuhi target nasional yang diusung, yaitu
sebesar 73,90 persen.

120.00
100.00 2014 Persalinan
80.00 Ditolong
Nakes
60.00
40.00 2014 Imunisasi
20.00 Campak
0.00
71. Kota Tangerang
02. Lebak
01. Pandeglang

73. Kota Serang


04. Serang

74. Tangerang Selatan


03. Tangerang

72. Cilegon
2014 Air Layak (2014)

2014 Air Layak*) (2014)

2014 Sanitasi Layak (2014)


Banten

Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Indikator MDGs
Sumber : BPS Provinsi Banten Tahun 2014

4.2.1 Kota Serang


A. Sektor Air Limbah

Sistem pelelolaan air limbah domestik di Kota Serang secara teknis dilayani oleh:
▪ Sitem Setempat (On Site System)
Sitem Setempat (On Site System) merupakan sistem pengolahan limbah dimana fasilitas
instalasi pengolahan berada di dalam persil atau batas tanah yang dimiliki dapat berupa;
o Septic tank
o Cubluk
o Plengsengan
1. Akses Jamban Keluarga (JAGA) di Kota Serang Tahun 2012

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Serang 2012, akses jamban keluarga (JAGA)
di Kota Serang pada tahun 2012 sebesar 64,53%, dibanding target yang di tetapkan
program kesling sebesar 82%, terdapat kesenjangan 17,47%.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 6


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Akses jamban keluarga (JAGA) terbesar berada di wilayah kerja Puskesmas Ciracas
(84,51%), dan akses penduduk menggunakan jamban keluarga terendah berada di
wilayah kerja Puskesmas Kilasah (34 %).

Gambar 4.2 Akses jamban keluarga (JAGA) di Kota Serang pada tahun 2012

Jumlah Jamban Keluarga (JAGA) Sehat di Kota Serang pada tahun 2012, terdapat
67,73 % jamban keluarga (JAGA) sehat, dari jamban keluarga yang diperiksa.

Pencapaian jamban keluarga sehat terbesar berada di wilayah Puskesmas Banten


Girang (100%). Sedangkan pencapaian jamban keluarga sehat yang terendah berada
di wilayah kerja Puskesmas Curug (48,61%).

Gambar 4.3 Jamban keluarga (JAGA) Sehat di Kota Serang pada tahun 2012

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 7


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

2. Akses SPAL di Kota Serang Tahun 2012

Akses SPAL di Kota Serang pada tahun 2012 sebesar 40,48 % dibandingkan target
program kesling sebesar 77%, terdapat kesenjangan sebesar 36,52 %. SPAL sehat
terbesar berada di wilayah kerja Puskesmas Taktakan (76,14 %), dan SPAL sehat
terendah berada di wilayah kerja Puskesmas Banten Girang (30,04%).

Gambar 4.4 Akses SPAL di Kota Serang pada tahun 2012

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 8


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.5 Peta Pelayanan Limbah di Kota Serang pada tahun 2012

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 9


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Dari tempat penampungan tersebut, kemudian yang dilanjutkan pengangkutan dengan


mobil tanki tinja dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. (Lihat Gambar 3.7 DSS On Site
System)

Gambar 4.6 Diagram Sistem Sanitasi On Site

▪ Sistem Terpusat (Off Site System)


Sistem Terpusat (Off Site System) merupkan sistem suatu pengolahan air limbah dengan
menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah
ke suatu tempat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk selanjutnya diolah.
Pengolahan dimaksudkan untuk mengkondisikan air limbah agar siap untuk diolah pada
pengolahan tahap selanjutnya(Lihat Gambar 3.8 DSS Off Site System) , yaitu:
▪ Pengolahan primer, dimaksudkan untuk memisahkan secara fisik partikel tersuspensi
(SS) sehingga beban pada unit pengolahan selanjutnya dapat dikurangi, prosesnya
menggunakan system pengendapan dan pengapungan.
▪ Pengolahan sekunder, pada tahap ini akan terjadi proses penguraian (secara biologis
atau biokimia dengan bantuan mikroorganisma) dan menguraikan zat-zat organic,
perosesnya menggunakan lumpur aktif, cakram biologis, trikling filter, extended
aeration, dan oxidation pond.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 10


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.7 Diagram Sistem Sanitasi Off Site

Tabel 4.2 Pembuangan Limbah di Kota Serang Tahun 2012


No Uraian Jumlah/Volume Keterangan
1 Jumlah Timbulan Tinja/Black Water
- Pengguna Tangki Septic dan 43.961 unit Persentasi yang memiliki
Umum (Rumah) tangki septik 38,4% dari total
Penduduk yang memiliki
tangki septik
- Standar timbulanTinja/Org/Hr 0,2-0,3 lt/hr/org 1 m3 = 1000 lt Peraturan
Menteri PU
No.14/PRT/M/2010
- Jumlah Timbulan (m 3) 171,72 m3/org/hr
2 Jumlah Timbulan Grey Water
- Standar timbulan Org/Hr 80% Peraturan Menteri PU
No.14/PRT/M/2010
Pemakaian air yang akan
terbuang
- Jumlah Timbulan (m 3) 27.475,68 Kebutuhan air 0,06
m3/org/hr
3 Jumlah Tinja terangkut
- Mobil tinja Milik Pemerintah (unit) Pemda Kota Serang
belum Memiliki Armada
Jumlah Mobil tinja (unit)

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 11


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

No Uraian Jumlah/Volume Keterangan


Kapasitas tangki (m 3)
Jumlah Rit / 1 hari
- Mobil Tinja Milik Swasta PT JBS dan CV Royal PT JBS dan CV Royal masing-
masing-masing 3 unit masing 3 unit
Jumlah Mobil tinja (unit) 6 Unit
Kapasitas tangki (m 3) 5 m3 dan 6 m 3
Jumlah Rit / 1 hari 3 – 4 rit / hari
4 Kapasitas IPLT
- Dibangun (tahun) - Tidak Memiliki
- Umur Pakai (tahun) -
- Kapasitas terpasang (m 3) -
- Kapasitas terpakai (m 3) -
5 Kapasitas IPAL
- Dibangun (tahun) - Tidak Memiliki
- Umur Pakai (tahun) -
- Kapasitas terpasang (m 3) -
- Kapasitas terpakai (m 3) -
Sumber : Strategi Sanitasi Kota Serang (SSK) tahun 2011.

Tabel 4.3 Teknis Pembuangan Limbah di Kota Serang Tahun 2012


No Uraian Jumlah/Volume Keterangan
1 ON SITE SYSTEM
On site individual
On site individual komunal -
- Jumlah (SR)
Cubluk 3.709 Unit
Septic tank perorangan 43.961 Unit
Septic tank communal (mis : Sanimas) 7 Unit
- Kapasitas (m 3)
Cubluk -
Septic tank perorangan -
Septic tank communal (mis Sanimas) -
- Wilayah Layanan
Cubluk Individual
Septic tank perorangan Individual
Septic tank communal (mis Sanimas) MCK ++
2 OFF SITE SYSTEM IPLT -
- Jumlah IPLT (unit) -
- Kapasitas (m 3) -
- Wilayah layanan (Ha) -
- Wilayah layanan/wilayah kab-kota (%) -

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 12


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

No Uraian Jumlah/Volume Keterangan


- Jumlah pelanggan (SR)
3 OFF SITE SYSTEM IPAL
- Jumlah Ipal (unit) -
- Kapasitas (m 3) -
- Wilayah layanan (Ha) -
- Wilayah layanan/wilayah kab-kota (%) -
- Jumlah pelanggan (SR) -
Sumber : Strategi Sanitasi Kota Serang (SSK) tahun 2011.

Tabel 4.4 Permasalahan Pembuangan Limbah di Kota Serang Tahun 2012


Akar Permasalahan
No Uraian
Teknis Non Teknis
1 ON SITE SYSTEM
- User interface (kloset) Yang memiliki jamban pribadi Kebiasan BABS di Kebun
dengan jenis : Kloset Jongkot
Lhr Angsa (95,5%), Kloset
Duduk Lhr Angsa (1,7%),
Plengsengan (1,9%), Cemplung
(0,9%)

- Pengumpulan/penampungan Yang memiliki septik tank Biaya Pembangunan septik tank


hanya 38,4% selebihnya tidak masih dianggap mahal
memiliki

- Pengangkutan Pemerintah Kota Serang -


Belum memiliki armada
pengangkutan lumpur tinja

- IPLT - -

2 OFF SITE SYSTEM


- User interface (kloset) - -

- Pengumpulan/penampungan - -

- Perpipaan - -

- IPAL - -
Sumber : Strategi Sanitasi Kota Serang (SSK) tahun 2011.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 13


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Permasalahan

Dalam pengelolaan limbah cair, ada beberapa permasalahan yang dihadapi


pemerintah Kota Serang, diantaranya adalah:

1. Belum maksimalnya kinerja lembaga penanggungjawab regulasi dan layanan


operasional pengelolaan air limbah seperti terbatasnya jumlah anggaran
operasional yang tersedia pada Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan
Kota Serang dalam rangka penanganan air limbah domestik. Kondisi ini
mempengaruhi kinerja Dinas PU Bidang Kebersihan, karena pada dasarnya dalam
kondisi dimana pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengelola air
limbah domestik secara benar belum terbangun, dan fasilitas atau sarana
masyarakat untuk pengelolaan air limbah domestik di Kota Serang masih sangat
terbatas, maka tuntutan akan peran Dinas PU Bidang Kebersihan sangatlah
besar. Tuntutan dan kebutuhan peran yang besar tersebut untuk sementara
waktu ini belum dapat terjawab sehubungan dengan terbatasnya anggaran yang
ada, serta kemampuan Sumberdaya Manusia yang mengelolanya.
2. Terbatasnya peran serta masyarakat pada pembangunan dan pemeliharaan
sarana pengelolaan air limbah domestik.
a. Masih terbatasnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk
mengelola air limbah domestik dalam bentuk grey water dan black water
secara benar.
b. Pada beberapa wilayah dan kategori masyarakat tertentu kemampuan
masyarakat untuk memiliki sarana pengelolaan air limbah domestik
terkendala oleh keterbatasan finansial atau juga keterbatasan lahan.
c. Masih cukup tingginya tingkat permisivitas masyarakat terhadap pola
perilaku pengelolaan air limbah dalam bentuk grey water maupun black
water yang dilakukan oleh masyarakat lainnya.
d. Minimnya pengetahuan warga atau pihak pembangun (kontraktor) untuk
membuat tangki septik yang sesuai dengan standar teknis.
2. Kondisi terbatasnya peran serta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah
domestik di Kota Serang saat ini terjadi karena:

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 14


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

a. Saat ini prospek bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik belum
tersosialisasikan secara efektif pada kalangan swasta yang ada di Kota
Serang
b. Keberadaan sektor swasta di Kota Serang sendiri saat ini masih relatif
sedikit.
4.2.2 Kota Tangerang
A. Sektor Air Limbah
1. Sistem Pengelolaan Air Limbah Eksisting
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
Sistem sanitasi yang ada di wilayah
Kota Tangerang saat ini meliputi
sistem pengolahan setempat (on-
site system) dan sistem terpusat
(off-site system). Daerah
perumahan pada umumnya
menggunakan system on-site,
dimana kamar mandi/wc dilengkapi dengan septic tank dan apabila tangki
tersebut sudah penuh, dilakukan penyedotan oleh truk tinja untuk
selanjutnya diolah di Instalasi Pengolahan yang tersedia sebelum dibuang di
badan air penerima. Selain sistem on-site, dilakukan juga sistem campuran
antara on-site dan off-site sanitation dimana buangan dari kamar mandi/wc
langsung dibuang ke perpipaan yang menuju ke instalasi pengolahan. Di
beberapa wilayah, air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur dan
tempat cuci langsung di buang ke badan sungai.
Kebijaksanaan pengelolaan air limbah domestik diarahkan melalui upaya-
upaya intensif baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun melalui
peningkatan kesadaran masyarakat. Mengenai pentingnya kondisi sanitasi
lingkungan yang baik dan hal ini perlu dilanjutkan terus dengan
memperhatikan kegiatan penyuluhan secara intensif serta penggunaan cara
yang sesuai dengan kondisi setempat.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 15


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Berdasarkan Studi EHRA, tempat buang air besar yang digunakan


menunjukkan komposisi perilaku 94,73% rumah tangga telah menggunakan
Jamban Pribadi, serta 2,83% telah menggunakan MCK/WC Umum. Sehingga
pengguna tempat buang air besar yang belum semesti-nya secara
keseluruhan hanya tersisa 2,44%, antara lain WC Helikopter 0,59%,
Selokan/Got/Parit 0,26%, Sungai 0,13%, Kebun/Pekarangan 0,07%, dan Lubang
Galian 0,07%. Persentase tertinggi penggunaan tempat buang air besar yang
tidak semestinya (secara akumulatif) terjadi di Strata 4 yang mencapai 6,40%,
sedangkan di strata lainnya cenderung memiliki komposisi di bawah skala
kota, yakni 1,73% di Strata 1, 2,18% di Strata 2, dan 2,40% di Strata 4. Perilaku
buang air besar pada tempat yang tidak/kurang semestinya menurut
kelompok umur pelakunya, didominasi oleh anak laki-laki usia 5-12 tahun
(21,38%), anak perempuan usia 5-12 tahun (17,93%), perempuan dewasa
(11,03%), perempuan tua (9,66%), dan laki-laki dewasa (9,66%).

Informasi penting lainnya menurut Studi EHRA antara lain 95,5% rumah tangga
memiliki fasilitas jamban pribadi, dan hanya 4,5% rumah tangga yang tidak
memiliki. Selain itu, menurut jenis kloset yang digunakan menunjukkan 85,4%
rumah tangga telah menggunakan kloset jongkok leher angsa, dan 9,9%
menggunakan kloset duduk leher angsa. Sementara pengguna jenis kloset
cemplung masih didapati, meski persentasenya hanya 0,3%.

Gambar 4.8 Tempat Buang Air Besar Kota Tangerang


Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 16


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Saat ini, sarana dan prasarana pelayanan pengolahan air limbah di Kota
Tangerang dilayani oleh 7 unit truk penyedot tinja dan 3 sistem IPAL/IPLT yaitu
antara lain :

▪ Sistem IPAL Tanah Tinggi, yang mengolah air limbah dari Kel. Sukasari dan
Babakan Ujung, Kec. Tangerang sebanyak 2.758 SR. IPAL ini dibangun oleh
pemerintah pusat melalui Ditjen. Cipta Karya dan dilaksanakan oleh Dinas
PLP Prov. Jawa Barat pada tahun 1981/1982 hingga tahun 1991/1992. Sistem
IPAL Tanah Tinggi dibiayai oleh pinjaman dari Pemerintah Belanda dan
sebagian dari APBN. Sistem Babakan Sukasari meliputi 70 Ha dengan
pelayanan 20,9 Km riool dan 525 manhole, sedangkan sistem Babakan
Ujung meliputi 12 Ha dengan pelayanan 1,8 Km riool, 62 manhole dan 12
intercepto. Terdapat 3 unit pompa pada 2 rumah pompa untuk
mengalirkan air limbah dari daerah pelayanan ke IPAL. 2 pompa di
Sukasari yang dilengkapi dengan saringan kasar dan yang lain di Babakan
Ujung. Kondisi pompa ini sering mengalami kerusakan karena besarnya
beban pengaliran, karena truk sedot tinja yang beroperasi di wilayah
Tangerang membuang lumpur tinjanya di penampungan rumah pompa.
Sistem pengolahan yang digunakan adalah Aerated Lagoon dengan
oxidation ditch/carocel yang berkapasitas desain 2.30 m3/menit terdiri dari
unit pompa sirkulasi lumpur, pemutar dengan 2 aerator, bak pengendap,
pompa penguras, sludge thiciner dan bak pengering lumpur;

Tabel 4.5 Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik IPAL Tanah Tinggi
Pembangunan Intalasi Debit Jumlah
Luas lahan
Nama &lokasi , utama Pengolahan Sambungan
(m3)
Tahun (m3) (m3/hari) (unit)
IPAL TANAH TINGGI 1982 3400 675 2.758
a.kolam aerasi 63
b.kolam sedimentasi 346
c.sludge thickener 9
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Kota, Kota Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 17


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar a
Bak Aerasi dan Clarifier
IPAL Tanah Tinggi

Gambar b
Sludge Thickener
IPAL Tanah Tinggi

Gambar c
Sludge Drying Bed
(Bak Pengering Lumpur)
IPAL Tanah Tinggi

Gambar 4.9 Foto-foto instalasi IPAL Tanah Tinggi

▪ Sistem IPAL Perumnas Karawaci, ada 7 kolam oksidasi yang melayani komplek
Perumnas berdasarkan lokasi dan nama jalannya, yaitu Kolam Jl. Pandan, Jl.
Karang Raya, Jl. Wijaya Kusuma, Jl. Kecipir, Jl. Mujaer, Jl. Cemara dan Jl. Gede.
Sistem ini dibangun oleh Perumnas pada tahun 1978-1979 bersamaan dengan
pembangunan perumahan ini;

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 18


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tabel 4.6 Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik IPAL Perumnas Karawaci
Pembangunan Intalasi Debit Jumlah
Luas lahan
No Nama &lokasi , utama pengolahan sambungan
(m3)
Tahun (m3) (m3/hari) (unit)
1 Kolam oksidasi kecipir 1979 800 422 17 68
perumnas karawaci I
2 kolam oksidasi 1979 6.706 2.010 398.5 1.549
pandan perumnas
karawaci i
3 kolam oksidasi karang 1979 4.463 1.895 393 1.572
perumnas karawaci i
4 kolam oksidasi 1979 10.909 2.150 350.5 1.402
cemara perumnas
karawaci i
5 kolam oksidasi gede 1979 1.200 986 300 1.200
6 Kolam oksidasi 1979 5.508 1.565 206.5 82.6
mujaer perumnas
Karawaci I
7 Kolam oksidasi wijaya 1979 5.425 1.124 171.3 8770
kusuma perumnas
karawaci i
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Kota, Kota Tangerang

Tabel 4.7 Kondisi Eksisting IPAL Perumnas Karawaci


Nama Indikasi
No Kondisi Dokumentasi
Kolam Perbaikan
1 Wijaya Konstruksi ▪ Konstruksi
Kusuma rusak baru
▪ Perpipaan
diperbaiki

2 Kecipir ▪ Konstruksi ▪ Pembersihan


masih baik kolam
▪ Efisiensi ▪ Pengerukan
80% kolam
▪ Perpipaan
diperbaiki

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 19


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Nama Indikasi
No Kondisi Dokumentasi
Kolam Perbaikan
3 Gede Konstruksi ▪ Konstruksi
rusak baru
▪ Perpipaan
diperbaiki

4 Karang ▪ Konstruksi ▪ Pompa


Raya masih baik diperbaiki
▪ Efisiensi ▪ Pembersihan
60% kolam
▪ Pengerukan
kolam
▪ Perpipaan
diperbaiki

5 Mujair ▪ Konstruksi ▪ Pembersihan


masih baik kolam
▪ Efisiensi ▪ Pengerukan
90% kolam
▪ Perpipaan
diperbaiki

6 Pandan ▪ Konstruksi ▪ Perpipaan


Raya masih baik diperbaiki
▪ Efisiensi
60%

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 20


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Nama Indikasi
No Kondisi Dokumentasi
Kolam Perbaikan
7 Cemara Konstruksi ▪ Konstruksi
masih baik baru
tapi tidak
optimal

Sumber : Hasil Survey 2013.

▪ Sistem IPLT Bawang yang diperuntukan bagi pengolahan lumpur tinja.


Lokasi IPLT ini berada di jalan Bawang
komplek Perumnas Karawaci, sehingga
disebut IPLT Bawang. IPLT ini memiliki
kapasitas ± 70 m3/hari, yang dibangun sejak
tahun 1998 hingga 2000 dan langsung
dioperasikan oleh Dinas Teknik Penyehatan
Kota Tangerang. Dan dengan adanya perubahan organisasi di lingkungan Pemkot
Tangerang, saat ini tanggung jawab pengelolaan IPLT Bawang berada di bawah
Dinas PU Bidang Drainase dan Air Limbah. Luasan lahan untuk lokasi IPLT ini
seluas ± 9.533 m2, dengan rincian penggunaannya sebagai berikut :

Tabel 4.8 Penggunaan Lahan IPLT Bawang


Luas Lahan Jumlah
No Penggunaan Lahan
(M) Unit
1 Bangunan Bengkel & Hanggar 1
2 Bangunan Imhof Tank 9,5 X 14 X 7 1
3 Bangunan Kolam Anaerobik 10 X 15 2
4 Bangunan Kolam Oksidasi 17 X 22 1
5 Bangunan Kolam Maturasi 17 X 50 1
6 Bangunan Kolam Fakultatif 21 X 31 1
7 Sludge Drying Bed 4X9 6
8 Pos Jaga 1
9 Jalan Masuk dan Ram
10 Lahan Terbuka
11 Bangunan Kantor & Lab. 1

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 21


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Luas Lahan Jumlah


No Penggunaan Lahan
(M) Unit
12 Rumah Pompa & Pompa 1
Submersible
13 Rumah Penjaga, Pagar dan Gerbang 1

Tabel 4.9 Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik IPAL Perumnas Karawaci
Intalasi Debit
Pembangunan, Luas lahan
No Nama &lokasi utama pengolahan
Tahun (m3)
(m3) (m3/hari)
IPLT bawang 1979 9.553 355.8 1.423
perumnas karawaci 1
a.inhof tank 300
b.kolam anaerobic 615
c.kolam falkutatif 9.205
d.kolam maturasi 224

Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Kota, Kota Tangerang

b. Pelayanan Air Limbah Domestik


Berdsarkan data dari dinas PU Kota Tangerang, cakupan pelayanan air
limbah baru mencapai 12,28 % dari total jumlah penduduk Kota Tangerang
atau sebanyak 245.000 jiwa.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 22


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.10 Lokasi IPLT dan IPAL Kota Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 23


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tabel 4.10 Data Pengolahan Air Limbah Domestik Kota Tangerang


Dinas Pekerjaan Umum
NO JENIS PENGOLAHAN KAPASITAS JUMLAH TERLAYANI
1 IPAL 5.700 Sambungan Rumah (SR) 11.700 jiwa
2 IPLT 70 M3/hari 200.000 jiwa
3 Kolam Oksidasi Wijaya Kusumah 685 Sambungan Rumah (SR)

4 Kolam Oksidasi Kecipir 68 Sambungan Rumah (SR)


5 Kolam Oksidasi Gede 1.200 Sambungan Rumah (SR)
6 Kolam Oksidasi Karang Raya 1.572 Sambungan Rumah (SR) 34.000 jiwa
7 Kolam Oksidasi Mujair 826 Sambungan Rumah (SR)
8 Kolam Oksidasi Pandan 1.594 Sambungan Rumah (SR)
9 Kolam Oksidasi Bawang 1.423 Sambungan Rumah (SR)
10 Kolam Oksidasi Cemara 1.402 Sambungan Rumah (SR)
Sumber:Dinas Pekerjaan Umum Kota, Kota Tangerang

1. Permasalahan
Sumber air limbah di Kota Tangerang dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu yang
bersumber dari pemukiman dan dari industri. Masalah yang dihadapi dengan air
limbah dari pemukiman adalah sebagai berikut:
a) Permasalahan yang dihadapi antara lain :
▪ Kebutuhan masyarakat Kota Tangerang terhadap pelayanan air limah.
▪ Tingkat pelayanan yang masih rendah (0,44 % pada sistem Karawaci I
dan 4,59 % pada sistem Sukasari-Babakan Ujung) belum mengacu
seluruh masyarakat.
▪ Sistem Karawaci I beberapa kolam tidak berfungsi dengan baik
sehingga perlu di normalisasi.

b) Sistem Sukasari-Babakan Ujung kapasitas pengolahan dan jaringan


melayani 5.000 sambungan, tetapi saat ini baru terpasang 2.758
sambungan.
▪ Belum tersedianya dana untuk pembangunan instalasi baru
▪ Kebiasaan masyarakat yang lebih senang membuang air/hajat di lahan
terbuka/empang, sehingga perlu adanya pendekatan dan penyuluhan.
▪ Kebutuhan sarana IPLT untuk melayani pengolahan tinja pada sistem
on-site

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 24


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

▪ Jumlah armada truk penyedothanya 7unit,tidak dapat melayani dan


menjangkau seluruh kota.
▪ Masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan
kesehatan lingkungan.
▪ Faktor ekonomi yang tidak memungkinkan masyarakat, khususnya
yang berpenghasilan rendah untuk menyediakan sarana pengolahan
air limbah yang memenuhi syarat.
▪ Belum memadainya layanan kota berupa instalasi pengolah limbah
terpusat.
▪ Masalah air limbah yang diproduksi oleh industri antara lain:
o Pemilik industri belum memenuhi komitmennya atas kualitas air
sungai dimana mereka membuang air limbah, dengan pengolahan
air limbah yang memadai.
o Kurangnya pengawasan dari aparat Pemerintah untuk memantau
dan mengingatkan akan kualitas air limbah yang dibuang.
o Menurunnya kualitas air sungai yang masuk dan melewati ke kota
Tangerang, terutama sungai-sungai yang berhulu di luar kota
Tangerang.

c) Sistem on-site:
Pengelohan lumpur septic tank di Kota Tangerang baru ada 1 unit yaitu di
IPLT Karawaci I. Sedangkan wilayah Kota Tangerang cukup luas dan
jumlah penduduk yang cukup tinggi menyebabkan timbulnya kebutuhan
penambahan IPLT baru, untuk meningkatkan pelayanan terhadap
penduduk Kota Tangerang. IPLT baru ini diharapkan dapat menempati
lokasi yang baru yang strategis sehingga dapat dengan mudah diakses
oleh armada truk tinja.

d) Sistem off-site:
Permasalahan sistem ini adalah jaringan sewerage yang masih mengalami
banyak kendala. Salah satunya adalah kondisi jaringan yang masih sering
tersumbat dikarenakan level muka air di dalam jaringan tersebut lebih

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 25


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

rendah dari level muka air di kolam oksidasi. Pemecahan masalah ini
adalah perlu dilakukan pengadaan pompa untuk menaikkan air pada
jaringan perpipaan ke kolam oksidasi
Permasalahan yang lain yaitu kondisi jaringan sewerage yang mengalami
kerusakan karena beban kendaraan proyek pada saat pelaksanaan
pembangunan Perum Perumnas Karawaci I. Kondisi ini menyebabkan di
beberapa ruas jaringan perpipaan mengalami ketersumbatan.

e) IPAL Tanah Tinggi:


Kondisi jaringan sewerage sebagai pendukung instalasi ini mengalami
ketersumbatan akibat tertutupnya lubang manhole oleh overlay
(pelapisan aspal hot mix) dan benton. Kemudian permasalahan lain adalah
ketersumbatan jaringan sewerage di beberapa titik akibat penyambungan
liar yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Kegiatan
pemeliharaan jaringan sewerage juga mengalami kendala karena tidak
tersedianya alat untuk pemeliharaan jaringan. Sehingga bila mengalami
kerusakan ataupun ketersumbatan, maka pihak pengelola harus
melakukan sewa alat kepada PD Pal Jaya. Hal ini sangat menghambat
proses pemeliharaan akibat dari waktu tunggu kedatangan alat yang
lama.

2. Kebutuhan pengembangan

Berdasarkan Laporan Review RTRW Kota Tangerang 2006, diketahui bahwa


masyarakat Kota Tangerang di daerah yang berkepadatan tinggi sudah
membuang air limbah melalui pengadaan cubluk secara individual dan MCK
umum secara komunal, tetapi belum seluruhnya menggunakan konsep tersebut,
masih banyak masyarakat yang membuang air limbah (black water maupun
limbah cuci, dll) langsung ke sungai atau ke selokan. Industri yang terdapat di
Sungai Cisadane masih melakukan pembuangan limbah langsung ke sungai, hal
ini terlihat dari kondisi air Sungai Cisadane yang cukup buruk.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 26


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Pengolahan air limbah kota Tangerang masih belum memadai. Kualitas air limbah
yang dibuang ke Sungai-sungai yang mengalir melalui kota Tangerang masih
melebihi baku mutu yang diijinkan. Air limbah yang dihasilkan oleh perumahan,
sebagian besar masih setempat belum terpusat

B. Sektor Persampahan
Tiga) perilaku utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Kota
Tangerang, yakni dikumpulkan dan dibuang ke TPS (65,9%), dikumpulkan oleh
kolektor informal yang mendaur ulang (12,3%), dan dibakar (11,6%). Perilaku umum
tersebut juga merupakan kondisi yang cenderung serupa pada kelurahan -kelurahan
di seluruh strata. Sementara itu, 10,2% perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
lainnya termasuk dalam kategori yang kurang/tidak memadai, antara lain dibuang ke
lahan kosong/kebun dan dibiarkan membusuk (7,0%), dibuang ke sungai/kali/danau
(1,4%), dibuang ke dalam lubang tetapi tidak di tutup dengan tanah (0,5%), dibiarkan
saja membusuk (0,1%), dan lainnya (1,3%). Perilaku buang sampah ke lahan
kosong/kebun terlihat dengan komposisi yang cukup tinggi di Strata 3 (12,9%).
Perilaku buang sampah ke sungai/kali/danau terlihat dengan komposisi yang cukup
signifikan di Strata 4 (6,4%). Untuk lebih jelasnya, kondisi pengelolaan sampah rumah
tangga di Kota Tangerang disajikan sebagai berikut :

Gambar 4.11 Tempat Buang Air Besar Kota Tangerang


Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang

Pengelolaan sampah rumah tangga pada perilaku dikumpulkan oleh kolektor

informal yang mendaur ulang dan perilaku dikumpulkan dan dibuang ke TPS, hanya

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 27


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

12,4% diantaranya yang melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum dibuang.

Selebihnya, 87,6% rumah tangga tidak melakukan pemilahan sampah di rumah

sebelum dibuang. Kondisi diatas secara relatif juga terjadi di Strata 1, 2, dan 3, namun

sedikit berbeda dengan Strata 4 dengan komposisi rumah tangga yang melakukan

pemilahan sampah lebih kecil, yakni 5,5%. Untuk lebih jelasnya, kondisi perilaku

pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kota Tangerang disajikan sebagai berikut :

Gambar 4.12 Perilaku Pemilahan Sampah Rumah Tangga Kota Tangerang


Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang

C. Sektor Drainase Lingkungan


Dari Studi EHRA menunjukkan bahwa 80,2% rumah tangga tidak pernah
mengalami banjir, sisanya 19,8% mengalami banjir dengan beragam karakteristik
kejadian. Rumah tangga yang mengalami banjir sebagian besar memiliki karakteristik
frekuensi kejadian beberapa kali dalam setahun (13,3%) dan sekali dalam setahun
(4,2%). Adapun rumah tangga yang mengalami banjir dengan frekuensi sekali atau
beberapa kali dalam sebulan teridentifikasi sebesar 2,3%. Menurut strata kelurahan,
Strata 2 dan 3 adalah area yang memiliki tipologi ancaman yang cukup tinggi
terhadap kejadian banjir tahunan.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 28


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.13 Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir di Kota Tangerang
Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang

Dari Studi EHRA, wilayah yang pernah mengalami banjir menunjukkan bahwa
78,6% diantaranya mengalami banjir rutin (tahunan), dimana komposisi tersebut
cukup dominan bila dibanding 21,4% yang tidak mengalami banjir rutin. Sedangkan
menurut strata kelurahan terlihat dua klasifikasi keadaan, yakni dominasi oleh
rumah tangga yang mengalami banjir rutin (Strata 1, 2, dan 3) dan dominasi oleh
rumah tangga yang tidak mengalami banjir rutin (Strata 4).

Gambar 4.14 Lama Air Menggenang Banjir di Kota Tangerang


Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 29


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Dari rumah tangga yang mengalami banjir tergali pula informasi mengenai
lokasi genangan di sekitar rumah, dimana genangan di halaman rumah merupakan
kejadian yang paling banyak di alami dengan persentase mencapai 73,8%. Sementara
itu, rumah tangga yang mengalami genangan dengan lokasi yang mengarah pada
area rumah yang lebih dalam umumnya memiliki persentase yang jauh lebih rendah,
antara lain dekat kamar mandi (14,3%), dekat dapur (13,5%), dan dekat bak
penampungan (10,3%).

4.2.3 Kota Tangerang Selatan

Secara umum kondisi sanitasi Kota tangerang Selatan dapat digambarkan sebagai
berikut:
A. Sektor Air Limbah / Sanitasi
Sistem pembuangan air limbah harus dipisahkan dengan sistem pembuangan air
hujan, tapi masih sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang kedalam
sistem pembuangan air hujan yang dapat mengakibatkan polusi/pemcemaran
lingkungan.

1. Jamban Keluarga
Pengadaan prasarana jamban keluarga masih diupayakan oleh masyarakat itu
sendiri, hanya sebagian kecil yang merupakan sumbangan dari Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan sedangkan untuk pengelolaan jamban keluarga menjadi
tanggung jawab penduduk yang memakainya.

• Jumlah dan Kondisi Jamban Keluarga


Berdasarkan data dari Profil kesehatan tahun 2010 dapat diketahui jumlah KK
yang memiliki jamban keluarga dengan kondisi sehat sebanyak 162.721 KK atau
64,88 %. Tujuan dari penggunaan jamban sehat adalah untuk menjaga
lingkungan bersih sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air di
sekitarnya, tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat
menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, typus dll. Secara lengkap data
tentang jumlah dan kondisi jamban keluarga dan saluran pengelolaan air
limbah per kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 30


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tabel 4.11 Jumlah dan Kondisi Jamban Keluarga Kota Tangerang Selatan
Tahun 2012
JAMBAN

MEMENUHI

MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH

JUMLAH

SYARAT

SYARAT
NO KECAMATAN KELURAHAN

% KK
1 Pamulang •Kel. Pamulang Barat 7.193 4.518 0,63
•Kel. Pondok Cabe Ilir 4.044 2.796 0,69
•Kel. Pondok Cabe Udik 3.090 1.983 0,64
•Kel. Pamulang Timur 4.307 2.565 0,60
•Kel. Pondok Benda 4.575 2.937 0,64
•Kel. Benda Baru 5.160 3.412 0,66
•Kel. Bambu Apus 2.183 1.501 0,69
•Kel. Kedaung 5.611 3.502 0,62
2 Ciputat •Kel. Ciputat 3.730 2.488 0,67
•Kel. Cipayung 3.042 1.847 0,61
•Kel. Sawah lama 3.774 2.525 0,67
•Kel. Sawah Baru 3.369 2.066 0,61
•Kel. Serua 4.701 3.116 0,66
•Kel. Jombang 1.992 1.178 0,59
•Kel. Serua Indah 377 242 0,64
3 Ciputat Timur •Kel. Cempaka Putih 3.917 2.666 0,68
•Kel. Rempoa 4.158 2.523 0,61
•Kel. Pondok Ranji 3.310 2.168 0,65
•Kel. Pisangan 3.518 2.204 0,63
•Kel. Cireundeu 2.747 1.799 0,65
•Kel. Rengas 2.400 1.672 0,70
4 Serpong Utara •Kel. Pondok Jagung 2.707 1.973 0,73
•Kel. Lengkong Karya 566 291 0,52
•Kel. Jelupang 1.295 896 0,69
•Kel. Pondok Jagung Timur 1.207 867 0,72
•Kel. Paku Alam 2.504 1.601 0,64
•Kel. Paku Jaya 1.838 1.372 0,75
•Kel. Pakulonan 2.554 1.768 0,69
5 Pondok Aren •Kel. Pondok Aren 1.139 855 0,75
•Kel. Pondok Jaya 353 234 0,66
•Kel. Pondok pucung 1.106 633 0,57
•Kel. Pondok Betung 1.518 1.106 0,73
•Kel. Pondok Karya 1.295 758 0,59
•Kel. Jurang Mangu Timur 7.314 3.639 0,50
•Kel. Jurang Mangu Barat 7.966 6.052 0,76
•Kel. Perigi Lama 1.415 845 0,60
•Kel. Perigi Baru 907 646 0,71
•Kel. Pondok Kacang Timur 2.965 2.081 0,70
•Kel. Pondok Kacang Barat 1.261 802 0,64
6 Serpong •Kel. Serpong 1.947 2.332 1,20
•Kel. Cilenggang 959 656 0,68

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 31


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

JAMBAN

MEMENUHI

MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH

JUMLAH

SYARAT

SYARAT
NO KECAMATAN KELURAHAN

% KK
•Kel. Lengkong Gudang
Barat 1.002 785 0,78
•Kel. Lengkong Wetan 916 526 0,57
•Kel. Lengkong Gudang
timur 1.014 693 0,68
•Kel. Rawa Buntu 2.044 1.498 0,73
•Kel. Rawa Mekar Jaya 1.583 1.083 0,68
•Kel. Ciater 2.325 1.690 0,73
•Kel. Buaran 1.665 1.039 0,62
7 setu •Kel. Setu 1.933 1.047 0,54
•Kel. Muncul 1.267 702 0,55
•Kel. Bhakti Jaya 2.301 1.465 0,64
•Kel. Babakan 1.519 951 0,63
•Kel. Kranggan 1.297 867 0,67
•Kel. Kademangan 3.968 2.247 0,57
Sumber : Dinas Kesehatan, Tahun 2012

Sementara berdasarkan hasil Study EHRA tentang pembuangan air


kotor/limbah tinja manusia, dan lumpur tinja adalah sebagai berikut.

93.9
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0 5.3
20.0 1.4 0.2 0.2 0.2 0.2 0.5
10.0 0.3
0.0

Gambar 4.15 Tempat buang air besar orang dewasa

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa kepemilikan jamban pribadi di


Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik yaitu 93.9%. Namun demikian masih
ada sebagian kecil warga yang BAB ke WC helicopter diatas empang/kolam, ke
sungai, ke kebun, ke lubang galian dan sebagainya. Hal ini dapat disimpulkan

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 32


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

bahwa Kota Tangerang Selatan belum 100% Bebas Buang Air Besar
Sembarangan. Hal ini juga sekaligus memvalidasi data sekunder dari Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan, bahwa masih ada sebagian kecil warga
yang masih Buang Air Besar Sembarangan.
• Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan suatu sistem untuk
menampung dan menyalurkan air limbah dari dapur, kamar mandi, jamban dan
atau septic tank yang berfungsi sebagai wadah pengumpul dengan sebuah
pipa pembuangan atau sebagai tabung pengolahan yang berhubungan
langsung dengan tanah.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun
2010 Jumlah KK yang memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) dari
rumah tangga dengan kondisi sehat sebanyak 161.743 KK atau 64,49 %. Hasil
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12 Jumlah Sarana Sanitasi dasar saluran pengelolaan air limbah berdasarkan
kepemilikan per kelurahan di kota Tangerang selatan tahun 2012

SPAL
MEMENUHI

MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH

JUMLAH

SYARAT

NO KECAMATAN KELURAHAN SYARAT


% KK

1 Pamulang •Kel. Pamulang Barat 7.193 4.618 0,64


•Kel. Pondok Cabe Ilir 4.044 2.796 0,69
•Kel. Pondok Cabe Udik 3.090 1.783 0,58
•Kel. Pamulang Timur 4.307 2.665 0,62
•Kel. Pondok Benda 4.575 3.037 0,66
•Kel. Benda Baru 5.160 3.213 0,62
•Kel. Bambu Apus 2.183 1.501 0,69
•Kel. Kedaung 5.611 3.602 0,64
2 Ciputat •Kel. Ciputat 3.730 2.533 0,68
•Kel. Cipayung 3.042 1.702 0,56
•Kel. Sawah lama 3.774 2.473 0,66
•Kel. Sawah Baru 3.369 2.018 0,60
•Kel. Serua 4.701 3.101 0,66
•Kel. Jombang 1.992 1.171 0,59
•Kel. Serua Indah 377 241 0,64
3 Ciputat Timur •Kel. Cempaka Putih 3.917 2.446 0,62
•Kel. Rempoa 4.158 2.802 0,67

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 33


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

SPAL

MEMENUHI

MEMENUHI
DIPERIKSA
JUMLAH

JUMLAH

SYARAT

SYARAT
NO KECAMATAN KELURAHAN

% KK
•Kel. Pondok Ranji 3.310 2.052 0,62
•Kel. Pisangan 3.518 2.386 0,68
•Kel. Cireundeu 2.747 1.685 0,61
•Kel. Rengas 2.400 1.660 0,69
4 Serpong Utara •Kel. Pondok Jagung 2.707 1.778 0,66
•Kel. Lengkong Karya 566 392 0,69
•Kel. Jelupang 1.295 998 0,77
•Kel. Pondok Jagung Timur 1.207 837 0,69
•Kel. Paku Alam 2.504 1.637 0,65
•Kel. Paku Jaya 1.838 1.375 0,75
•Kel. Pakulonan 2.554 1.772 0,69
5 Pondok Aren •Kel. Pondok Aren 1.139 840 0,74
•Kel. Pondok Jaya 353 229 0,65
•Kel. Pondok pucung 1.106 618 0,56
•Kel. Pondok Betung 1.518 1.086 0,72
•Kel. Pondok Karya 1.295 741 0,57
•Kel. Jurang Mangu Timur 7.314 3.591 0,49
•Kel. Jurang Mangu Barat 7.966 6.000 0,75
•Kel. Perigi Lama 1.415 824 0,58
•Kel. Perigi Baru 907 602 0,66
•Kel. Pondok Kacang Timur 2.965 2.036 0,69
•Kel. Pondok Kacang Barat 1.261 813 0,64
6 Serpong •Kel. Serpong 1.947 1.115 0,57
•Kel. Cilenggang 959 647 0,67
•Kel. Lengkong Gudang Barat 1.002 916 0,91
•Kel. Lengkong Wetan 916 607 0,66
•Kel. Lengkong Gudang timur 1.014 694 0,68
•Kel. Rawa Buntu 2.044 1.429 0,70
•Kel. Rawa Mekar Jaya 1.583 1.084 0,68
•Kel. Ciater 2.325 1.402 0,60
•Kel. Buaran 1.665 1.223 0,73
7 setu •Kel. Setu 1.933 1.246 0,64
•Kel. Muncul 1.267 751 0,59
•Kel. Bhakti Jaya 2.301 1.264 0,55
•Kel. Babakan 1.519 901 0,59
•Kel. Kranggan 1.297 869 0,67
•Kel. Kademangan 3.968 2.255 0,57
Sumber : Dinas Kesehatan, Tahun 2012

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 34


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.16 Peta Akses Air Limbah di Kota Tangerang Selatan

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 35


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Permasalahan Sub Sektor Air Limbah


Secara umum “Permasalahan utama” ini pada sub bab ini akan dikaitkan dengan
“Sasaran” yang akan dicapai dan akan menjadi dasar penyiapan Program Kegiatan
prioritas.
Tabel 4.13 Permasalahan Utama Sub-sektor Air Limbah

A. Sistem Air Limbah :


User Interface: Kepemilikan Jamban:
6,1% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih
melakukan BABS.
Pengumpulan & Penampungan Prosentase tangki septic aman:
/ Pengolahan Awal: ▪ 93,9% memiliki jamban,
▪ 6,1% belum memenuhi standar.

Sumber : Survey EHRA, Tahun 2011


Tempat penyaluran akhir tinja Rumah Tangga:
▪ 68.59% menggunakan kloset jongkok leher angsa,
▪ 24.84% menggunakan kloset duduk siram leher angsa.
▪ 6,57 menggunakan jamban cemplung.

Pengangkutan/ Pengaliran: Data pengolahan air limbah domestik di Tangerang Selatan belum
tersedia.
Pengolahan Akhir Terpusat Perlu ketersediaan IPLT
Daur Ulang/Pembuangan Akhir: -
B. Lain-lain:
Pendanaan: Keterbatasan alokasi dana Pemerintah Kota Tangerang Selatan
mengakibatkan sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara
lengkap dan tuntas menggunakan off-site system (sistem terpusat)
masih mengalami hambatan, sehingga pilihan yang diambil saat ini
adalah menggunakan sanitasi berbasis masyarakat.
Kelembagaan dan Peraturan Belum adanya regulasi tentang pengelolaan limbah cair di Kota
Undang- Undang Tangerang Selatan.
Peran Masyarakat 6,1% masyarakat belum memiliki akses terhadap layanan air limbah
yang disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran dan
kemampuan financial masyarakat dalam pembangunan sarana air
limbah.
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Tangerang Selatan, Tahun 2012

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 36


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

B. Sektor Persampahan
Pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Tangerang Selatan masih belum baik.
Terdapat 55.9% yang membuang dan mengubur di lubang, 33.1% dibakar, 8.6%
dibuang ke lahan kosong, 0.9% lainnya, 0.8% dibuang ke sungai dan 0.6% diangkut
oleh tukang sampah ke TPS. Dapat dilihat bahwa pengelolaan sampah masih
menimbulkan resiko kesehatan yang tinggi.

Gambar 4.17 Persentase Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Tangerang

Selatan
Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang Selatan Tahun 2014

Dari segi pemilahan sampah, masyarakat di Kota Tangerang Selatan belum


sepenuhnya melakukan pemilahan sampah. Berdasarkan Studi EHRA, diketahui
bahwa sebanyak 62.5% responden tidak pernah melakukan pemilahan sampah.
Hanya 6.2% saja yang selalu melakukan pemilahan, 2.5% yang sering melakukan
pemilahan dan 28.7% yang kadang-kadang melakukan pemilahan.

Gambar 4.18 Persentase Pemilahan Sampah Rumah Tangga di Kota Tangerang

Selatan
Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang Selatan Tahun 2014

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 37


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

C. Sektor Drainase Lingkungan


Drainase lingkungan merupakan sarana penting dalam sanitasi. Drainase
lingkungan berfungsi untuk mengalirkan limbah cair dari rumah tangga, seperti
limbah cucian dari dapur, kamar mandi, tempat cuci dan wastafel. Drainase yang
buruk akan menimbulkan banjir dan genangan pada waktu hujan. Kondisi ini akan
menimbulkan perindukan nyamuk yang bias menularkan berbagai penyakit
seperti demam berdarah, chikungunya dan filariasis.
Diagram-diagram pada bagian ini akan membahas lebih detil tentang kepemilikan
sarana pengolahan air limbah selain tinja, tempat pembuangan limbah cair rumah
tangga, pengalaman banjir, waktu terakhir banjir, kerutinan dan frekuensi dalam
setahun, lama genangan mongering dan tinggi air dirumah dan di pekarangan
rumah.

4.19Persentase Kejadian Banjir di Kota Tangerang Selatan


Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang Selatan Tahun 2014

Berdasarkan digram diatas sebanyak 84.22% responden menyatakan tidak


pernah mengalami banjir dirumah yang ditempatinya atau di sekitar rumahnya.
Sementara itu 9.38% responden menjawab pernah mengalami banjir sekali
dalam setahun, 4.69% menjawab pernah beberapakali dalam setahun, sisanya
0.78% menjawab sekali atau beberapa kali dan 0.94% menjawab tidak tahu.
Informasi detil mengenai banjir yang pernah dialami rsponden secara berurutan
akan digambarkan oleh diagram-diagram berikut ini.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 38


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

4.20 Persentase Lama Waktu Banjir di Kota Tangerang Selatan

Sumber : Studi EHRA Kota Tangerang Selatan Tahun 2014

Berdasarkan Studi EHRA, sebagian besar responden menjawab air mengering


kurang dari 1 jam dan antara 1-3 jam yaitu sebanyak 27.12% dan 44.07%.
Sementara yang menjawab setengah hari ada 5.08%, selama 1 hari 13.56%, lebih
dari 1 hari 6.78% dan yang menjawab tidak tahu 3.39%. Kemudian untuk
ketinggian banjir, sekitar 27.59% masyarakat menjustifikasi bahwa air banjirnya
tidak masuk ke rumah. Sementara yang lainnya sebanyak 39.66% menyatakan air
masuk kerumah setumit orang dewasa, 13.79% menjawab setengah lutut orang
dewasa, 13.79% menjawab selutut orang dewasa, 3.45% menjawab sepinggang
orang dewasa dan siasanya 1.72% menjawab tidak tahu.

4.2.4 Kota Cilegon


A. Sektor Air Limbah
Hingga saat ini kawasan belum mempunyai saluran pembuangan air limbah secara
terpusat (off site system). Sarana yang ada berupa system setempat (on site system),
seperti MCK, jamban keluarga, dan MCK umum, dengan demikan masyarakat
membuang air limbahnya ke tangki septik, cubluk, sungai, saluran drainase dan
kepermukaan tanah. MCK pribadi yang dimiliki penduduk pada umumnya dilengkapi
dengan tangki septik atau cubluk untuk mengolah air limbah maupun kotoran.

Pada umumnya air limbah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci, dan dapur
pembuangan disalirkan ke parit-parit/saluran-saluran drainase, sungai atau dibuang
ke permukaan tanah. Sedangkan pembuangan limbah yang berasal dari WC/jamban

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 39


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

dilakukan dengan berbagai cara, baik yang menggunakan sarana pembuangan milik
pribadi ataupun umum misalnya :
▪ Dibuang ke tangki septik dengan bidang resapan
▪ Dibuang ke cubluk
▪ Dibuang ke sungai atau rawa

Dari hasil survey, diperoleh gambaran bahwa kondisi sanitasi di lingkungan


permukiman yang memiliki susunan rumah/bangunan yang teratur dapat dikelola
dengan cukup baik, yakni dengan menggunakan tangki septik dan cubluk, walaupun
cakupannya belum 100 %. Pada daerah permukiman yang tidak teratur, yang
umumnya terletak di tepi sungai/rawa, maka kondisi sanitasi lingkungan masih
kurang baik.

Pengelolaan air limbah dilakukan secara individual pada masing -masing rumah
tangga baik berupa MCK maupun cubluk, sedangkan untuk sarana komunal berupa
MCK. Untuk air limbah bekas cuci dan mandi disalurkan langsung ke drainase-
drainase terdekat.
Untuk kegiatan industri rata-rata perusahaan sudah memiliki pengolahan air limbah
sendiri

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 40


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

4.2.5 Kabupaten Serang

Secara garis besar gambaran umum situasi sanitasi kabupaten Serang merupakan
ringkasan dari Buku Putih Sanitasi Kabupaten Serang yang menggambarkan tentang
kondisi sanitasi kabupaten saat ini.

A. Sektor Air Limbah

Lembaga utama yang menangani sub sektor Air Limbah Rumah Tangga adalah Dinas
Tata Ruang Bangunan dan Perumahan (DTRBP) Bidang Tata Kota seksi penataan
permukiman dan seksi pembangunan perumahan serta Badan Pengelola Lingkungan
Hidup (BPLH) Kabupaten Serang. Adapun beberapa permasalahan yang dihadapi
oleh Kabupaten Serang dalam pengelolaan air limbahnya, yaitu :
▪ Kabupaten Serang belum memiliki UPTD untuk pengelola air limbah
domestik.
▪ Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik
sudah ada.
▪ Pengelolaan grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas cucian,
air bekas mandi, dan lainlain) dilakukan oleh masyarakat, namun kondisinya
belum optimal. Sarana IPAL komunal sudah mulai didirikan di beberapa lokasi
percontohan melalui program Sanimas sejak tahun 2008.
▪ Pengelolaan IPAL komunal dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan
Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan (DTRBP) Kabupaten Serang.
▪ Pengelolaan black water (limbah tinja) dilakukan oleh masyarakat,
perusahaan swasta jasa penyedotan kakus.
▪ Kabupaten Serang belum memiliki sarana IPLT

Gambaran Fungsi Pengelolan Air Limbah Domestik :

Fungsi pengelolaan air limbah domestic baik untuk jenis grey water maupun black
water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:

1) Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik


2) Pengelolaan daur ulang air limbah domestik.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 41


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

3) Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah


domestik

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Domestik :

Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Serang yang diarahkan untuk
mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah tangga/individu untuk
melakukan pengelolaan air limbah domestik (baik untuk grey water maupun black
water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.

Kebijakan yang ada baru sebatas pengelolaan limbah industri melalu i :

▪ Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Retribusi Ijin Pembuangan


Limbah
▪ Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan
Hidup
▪ Kondisi penegakkan hukum / aturan masih belum optimal.

Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Layanan Pengelolaan Air Limbah domestik saat ini baru dilayani oleh pihak penyedia
jasa sedot tinja yang ada di Kota Serang dan Kabupaten Serang namun belum ada
data yang jelas jumlah penyedia layanan ini karena layanannya sendiri meliputi area
kota maupun kabupaten Serang. Berdasarkan hasil wawancara ada sekitar 5 jasa
penyedot tinja baik yang ada di Kota maupun Kabupaten Serang. Permasalahannya
pihak penyedia jasa ini belum memiliki prasarana IPLT yang mendukung pengelolaan
Limbah sehingga membuang limbahnya di lahan-lahan kosong. Sementara dari pihak
Pemerintah Daerah juga belum memiliki prasarana IPLT maupun layanan sedot tinja.

Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik


Koordinasi dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev belum optimal
dan masih menemui beberapa kendala.
Masalah utama:

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 42


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

▪ Berdasarkan PP No. 41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi tata Kerja


terjadi pemekaran dan penggabungan dari SKPD yang lama. Kesemuanya itu
merupakan kebutuhan organisasi yang bertujuan untuk peningkatan kinerja
pemerintah Kabupaten Serang. Sehubungan dengan hal tersebut SKPD yang
menangani air limbah yang sebelumnya berada di Dinas PU dialihkan ke
DTRBP (Dinas Tata Ruang Bangunan dan Perumahan), sehingga selama dua
tahun ini masih pembenahan datadata.
▪ Belum memiliki master plan air limbah skala kabupaten

Permasalahan air limbah domestik di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut :


▪ Belum tersedianya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga,
sehingga banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau
dikelola dengan benar.
▪ Sarana IPAL komunal yang dibangun baru sebagai percontohan melalui
program sanimas terbatas di 7 Desa saja.

Gambar 4.21 Kondisi Air limbah Domestik di Kabupaten Serang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 43


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.22 Peta Lokasi Sanimas Di Kabupaten Serang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 44


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Permasalahan air limbah domestik di tingkat masyarakat:


▪ Masih banyaknya praktek buang air besar sembarang baik di kebun, sungai,
kali atau sawah.
▪ Belum semua warga masyarakat mempunyai akses terhadap jamban baik
jamban keluarga maupun MCK.
▪ Sementara kepemilikan jamban keluarga baru mencapai 38 %.
▪ Jumlah Keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah baru
mencapai 27,45%, sebagian besar disalurkan ke kali, sungai, kebun, halaman
belakang rumah

Berdasarkan hasil Studi EHRA, diketahui bahwa jawaban responden terhadap


tempat buang air besar yang digunakan menunjukkan komposisi perilaku 62,68%
rumah tangga telah menggunakan jamban pribadi, serta 2,60% telah menggunakan
MCK/WC Umum. Sehingga pengguna tempat buang air besar yang belum semestinya
secara keseluruhan masih tersisa 35,72%, antara lain 21,96% BABS di
kebun/pekarangan, 5,78% BABS di ke sungai/pantai, 1,72% BABS di selokan/parit, 0,67%
BABS di WC Helicopter, 0,09% BABS ke lubang galian, 4,99% BABS ke tempat lainnya.
Tabel 4.14 Lokasi Keluarga Responden BAB Skala Kabupaten

Sumber : Studi EHRA Kabupaten Serang Tahun 2014

Tabel 4.15 Masyarakat disekitar Responden yang BAB Skala Kabupaten Serang

Sumber : EHRA Kabupaten Serang 2014

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 45


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Berdasarkan studi EHRA, dapat diketahui bahwa dari 62,6% (2.150) responden
yang memiliki jamban pribadi, diketahui bahwa 30,43% (602 responden)
menggunakan tangki septik berumur antara 1-5 tahun, 29,78% (589 responde)
menggunakan tangki septik berumur antara dari 5-10 tahun yang lalu, 27,91% (552
responden) menggunakan tangki septik berumur lebih dari 10 tahun, 7,53% (149
responden) menggunakan tangki septik berumur antara 0-12 bulan.

B. Sektor Persampahan
Berdasarkan hasil studi EHRA 2014 dapat diketahui bahwa secara umum
pengelolaan sampah di Kabupaten Serang di tingkat user interface masih
terkesan buruk, hal ini dideteksi dari hasil wawancara responden yang
menjelaskan bahwa 60,08% atau 2.057 respon menjelaskan bahwa sampah
berserakan atau bertumpuk disekitar lingkungan permukiman, 21,96% atau 752
responden menjelaskan bahwa banyak lalat di sekitar lingkungan permukiman.

Tabel 4.16 Kondisi Sampah di Lingkungan Kabupaten Serang

Sumber : Hasil Survey EHRA Kab. Serang 2014

Berdasarkan hasil studi EHRA 2014 yang dituangkan dalam tabel diatas, dapat
diketahui bahwa secara umum pengelolaan sampah di Kabupaten Serang di
tingkat user interface masih terkesan buruk baik dari aspek perilaku masyarakat

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 46


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

maupun cakupan layanan sistem pengelolaan sampah, hal ini dideteksi dari hasil
wawancara responden yang menjelaskan bahwa 0,26% atau 9 respon
menjelaskan bahwa sampah dikelola dengan sistem atau dikumpulkan oleh
kolektor informal yang mendaur ulang, 2,49% atau 85 responden menjelaskan
bahwa sampah dikumpulkan dan dibuang ke TPS.
Umumnya sampah di kelola dengan cara dibakar 57% atau 1.971 responden,
dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 0,12% atau 4 responden,
dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 1,35% atau 46
responden, dibuang ke sungai/kali/laut/danau 6,54% atau 224 responden.
Tabel 4.17 Kondisi Sampah di Lingkungan Kabupaten Serang

Sumber : Hasil Survey EHRA Kab. Serang 2014

C. Sektor Drainase Lingkungan


Berdasarkan studi EHRA, 90,10% responden tidak pernah mengalami banjir, 8,0%
mengalami banjir sekali dalam setahun, 0,6% responden mengalami banjir
beberapa kali dalam setahun. Artinya di Kabupaten Serang, banjir dengan
frekuensi tinggi jarang terjadi.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 47


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tabel 4.18 Kejadian Rumah dan Lingkungan Terkena Banjir

Sumber : EHRA Kabupaten Serang 2014

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa tidak lebih dari 10% desa yang
mengalami banjir, bahkan kelurahan yang mengalami bajirpun tidak dalam frekuensi
sering. Berdasarkan tabel 3.26 dijelaskan bahwa dari 339 responden yang
diwawancarai 241 responden (71,1%) responden mengalami banjir secara rutin dan
(38,9%) atau 98 responden mengalami bajir tapi tidak rutin.
Kemudian dijelaskan juga bahwa dari 339 responden pada Studi EHRA yang
mengalami banjir, 41,59% atau 141 responden mengalami banjir, yang cakupan
banjirnya sampai masuk ke dalam rumah, dan dari 141 jumlah responden tersebut,
diketahui bahwa 35,46% atau 50 responden rutin mengalami banjir setumit orang
dewasa, 26,95% atau 38 responden rutin mengalami banjir setengah lutut orang
dewasa, 24,11% atau 34 responden rutin mengalami banjir selutut orang dewasa,
10,64% atau 15 responden rutin mengalami banjir sepinggang orang dewasa, serta
0,71% atau 1 responden rutin mengalami banjir sebahu orang dewasa.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 48


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

4.2.6 Kabupaten Tangerang


A. Sektor Pengelolaan Air Limbah
Secara kuantitas akumulasi cakupan pelayanan prasarana air limbah di wilayah Kab.
Tangerang tahun 2006 berdasarkan kepemilikan jamban keluarga mencapai rata-rata
sebesar 76,9%, tetapi apabila berdasarkan pengelolaan sanitasi yang aman/layak (WC
leher angsa dengan tangki septik) adalah sebesar 66,9%. Dari data tersebut,
tampaknya akses masyarakat pada fasilitas sanitasi yang layak cukup tinggi.
Pengelolaan limbah cair domestik di Kab. Tangerang telah dilakukan oleh masyarakat
dengan membuat jamban yang baik. Namun demikian, belum seluruh masyarakat
yang ada di Kab. Tangerang membuat jamban yang memenuhi syarat kesehatan.
Lebih jelasnya mengenai kepemilikan jamban di Kab. Tangerang dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.19 Jumlah Keluarga Yang Memiliki SPAL di Kab. Tangerang Tahun 2011
JUMLAH KELUARGA KELUARGA
NO KECAMATAN % %
KELUARGA DIPERIKSA MEMILIKI
1 Balaraja 14.973 1.846 12,3 1.414 76,6
9.389 3.333 35,5 1.072 32,2
2 Jayanti 13.403 7.828 58,4 7.231 92,4
3 Tigaraksa 11.215 2.234 19,9 1.415 63,3
19.355 1.733 9,0 1.341 77,4
4 Jambe 9.621 3.410 35,4 3.410 100,0
5 Cisoka 19.621 1.235 6,3 1.155 93,5
6 Kresek 12.865 1.890 14,7 902 47,7
7 Kronjo 16.024 5.419 33,8 2.554 47,1
8 Mauk 16.121 9.199 57,1 2.876 31,3
9 Kemiri 11.075 7.643 69,0 4.251 55,6
10 Sukadiri 13.467 1.165 8,7 1.131 97,1
11 Rajeg 19.051 2.719 14,3 1.017 37,4
14.747 1.157 7,8 650 56,2
12 Pasar Kemis 65.911 5.158 7,8 3.195 61,9
13 Teluknaga 20.294 4.777 23,5 979 20,5
10.745 3.877 36,1 470 12,1
14 Kosambi 14.038 4.632 33,0 2.083 45,0
17.714 2.446 13,8 1.796 73,4
15 Pakuhaji 16.509 7.143 43,3 2.613 36,6
12.015 1.400 11,7 950 67,9
16 Sepatan 20.814 3.115 15,0 2.468 79,2
17 Curug 32.150 666 2,1 666 100,0

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 49


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

JUMLAH KELUARGA KELUARGA


NO KECAMATAN % %
KELUARGA DIPERIKSA MEMILIKI
14.255 5.365 37,6 5.099 95,0
18 Cikupa 30.924 2.296 7,4 2.224 96,9
21.701 1.520 7,0 1.502 98,8
19 Panongan 17.334 7.596 43,8 3.397 44,7
20 Legok 15.967 5.698 35,7 5.180 90,9
3.915 1.515 38,7 1.515 100,0
21 Pagedangan 19.830 2.337 11,8 2.202 94,2
22 Cisauk 6.465 1.831 28,3 1.720 93,9
17.580 16.101 91,6 16.101 100,0
23 Sukamulya 17.977 1.319 7,3 544 41,2
24 Kelapa Dua 14.592 14.545 99,7 13.110 90,1
12.391 1.007 8,1 1.007 100,0
2.794 1.557 55,7 1.504 96,6
11.246 1.428 12,7 1.418 99,3
25 Sindang Jaya 17.816 2.150 12,1 881 41,0
26 Sepatan Timur 20.477 16.842 82,2 11.542 68,5
27 Solear 16.095 2.024 12,6 1.303 64,4
28 Gunung Kaler 13.298 6.560 49,3 1.811 27,6
29 Mekar Baru 36.788 1.322 3,6 749 56,7
JUMLAH (KAB/KOTA) 722.562 177.038 24,5 118.448 66,9
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2012

Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tangerang secara umum dibagi


menjadi 2 sistem, yaitu sistem setempat (on-site system) dan sistem terpusat (off-
site system). Sistem setempat adalah sistem pengolahan limbah yang langsung
diolah ditempat sedangkan sistem terpusat adalah sistem pengolahan limbah yang
mengalirkan limbah tinja dan non tinja sekaligus dalam satu saluran dan satu tempat
pengolahan. Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tangerang dilakukan
dengan menggunakan dua sistem yaitu pada wilayah permukiman pedesaan
menggunakan sistem on-site sedangkan untuk wilayah permukiman perkotaan
sebagian sudah menggunakan sistem of-site. Pada sistem on-site terdapat beberapa
cara pembuangan air limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu:

1. Komunitas yang membuang air limbah domestik ke Cubluk/Kebun/kolam/sawah


2. Komunitas yang membuang air limbah domestik langsung ke drainase/sungai
3. Komunitas yang membuang air limbah domestik ke tangki septik sederhana

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 50


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

4. Komunitas yang membuang air limbah domestik ke IPAL (Perumahan Lippo


Karawaci)
5. Komunitas yang membuang air limbah domestik Tangki Septik Komunal
(Kronjo,Pakuhaji)

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 51


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.23 Peta Akses Air Limbah di Kabupaten Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 52


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.24 Saluran Akhir Pembuangan Tinja

Kondisi saluran akhir pembuangan tinja rumah tangga di Kabupaten Tangerang


berdasarkan analisa study EHRA tahun 2012 menunjukan saluran pembuangan akhir
tinja ke tangki septik sebesar 39,80 %, ke Pipa sawer 1,20 %, ke cubluk 15,80%, ke
drainase 3,50 %, ke sungai 4,80 %, ke kolam /sawah 10,50 %, ke kebun 6,90 % lainnya
7,80 % dan tidak tahu 9,70 %.

Pengelolaan air limbah domestik di Perumahan Lippo Karawaci telah dibangun IPAL
seluas 6.000 meter dengan kapasitas pelayanan untuk 40.000 penghuni. IPAL
Perumahan Lippo Karawaci menggunakan sistem Seaweed Treatment Plant (STP)
yaitu memproses limbah cair rumah tangga menjadi air bersih dengan kapasitas
11.000 m³/hari.

Pengelolaan Limbah Tinja (IPLT) Di Kabupaten Tangerang telah dibangun IPLT


Sepatan Timur dengan kapasitas yang masih terbatas dikarenakan minimnya
teknologi dan ketersediaan truk penyedot tinja serta minimnya biaya operasional
sehingga belum mampu menyediakan layanan yang optimal.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 53


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.25 Loksi IPLT Sepatan Kabupaten Tangerang

Gambar 4.26 Site Plan IPLT Sepatan Kabupaten Tangerang

Kapasitas operasional IPLT Sepatan hanya mampu mengolah 15 m 3/hari lumpur tinja
dari kapasitas terpasangnya sebesar 129 m 3/hari. Artinya kemampuan operasionalnya
hanya 11% dari kapasitas terpasang. Hal tersebut disebabkan karena :

• Minimnya kendaraan truk tinja yang beroperasi melakukan penyedotan tinja,


dikarenakan banyaknya unit truk yang rusak dan sudah tidak beroperasi lagi;

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 54


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

• Kondisi konstruksi bangunan dan kolam-kolam pengolahan yang kurang


berfungsi dan tidak terawat. Hal ini ditandai banyaknya kolam-kolam
pengolahan yang sudah penuh dan ditumbuhi tanaman-tanaman liar.

Pengelolaan air limbah rumah tangga di wilayah permukiman padat pedesaan melalui
program Sanimas (sanitasi berbasis masyarakat) telah dibangun MCK++ dengan
sistem setempat (on-site) yang disertai dengan sistem pengolahan limbah tinja
menjadi biogas melalui biaya APBD dan bantuan Pemerintah Pusat melalui APBN
serta LSM BEST yang didanai oleh masyarakat Jerman (Borda).

Jumlah sarana yang telah di bangun sebanyak 97 unit MCK++ dari tahun 2003–2011 di
14 Kecamatan, 19 unit dibangun oleh dana APBN, 55 unit dibangun oleh dana APBD
dan 23 unit dibangun oleh NGO (LSM BEST).

Tabel 4.20 Jumlah MCK++ (SANIMAS) di Kabupaten Tangerang

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang

Jumlah sarana MCK yang telah dibangun di Kabupaten Tangerang seluruhnya


mencapai 122 unit. Jumlah pembangunan MCK terbanyak berada di kecamatan Solear
sebesar 15 unit dan kedua Kecamatan Balaraja sebesar 11 unit.

Jenis prasarana air limbah sistem on site komunal di wilayah Kab. Tangerang yang
digunakan saat ini terdiri dari jamban bersama (MCK) dan SANIMAS (MCK++).
Jumlah jamban bersama (MCK) yang dibangun oleh Pemkab di wilayah Kab.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 55


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tangerang setiap tahunnya cukup banyak namun kondisinya tidak bisa terpetakan
dengan jelas.

Gambar 4.27 Jumlah Sarana MCK/Sanimas


Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 56


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.28 Gambar lokasi Sanimas di Kabupaten Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 57


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

B.1 Kelembagaan.

Secara kelembagaan Kebijakan mengenai pengelolaan air limbah domestik di


Kabupaten Tangerang adalah merupakan tugas Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang yang secara legal formal diatur melalui Peraturan Daerah
Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010. Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Tangerang diberikan kewenangan mengeluarkan ijin pembuangan
limbah cair dan memungut retribusi pengelolaan limbah domestik melalui peraturan
daerah Nomor 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi Pelayanan Sedot Kakus dan
Pelayanan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang mencakup Jasa pelayanan
Niaga, Non niaga dan Sosial.

Selanjutnya berdasarkan analisa kelembagaan, instansi yang memiliki kepentingan


terhadap pengelolaan air limbah domestik diKabupaten Tangerang adalah BAPPEDA,
BLHD, Dinas Cipta Karya, Dunia Usaha dan NGO.

B.2 Sistem Sanitasi Dan Cakupan Pelayanan Air Limbah Domestik.

Sistem sanitasi yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten


Tangerang menggunakan sistem setempat (on-site), dalam sistem setempat ini
kotoran manusia dan air limbah dikumpulkan dan diolah dilahan milik pribadi dengan
tehnologi tangki septik. Selain itu juga ada sebagian masyarakat yang menggunakan
MCK++ dengan tangki septik setempat.

Yang dimaksud dengan menggunakan sistem setempat (on site) sebagaimana


digambarkan pada diagram sistem sebagai berikut:

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 58


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang

Gambar 4.29 Diagram Sistem Sanitasi Black water Dan Grey water (sistem setempat -
on site system)

1. Black Water (Limbah Tinja):


a.Dari WC Helikopter langsung ke sungai
b.Dari WC Helikopter lansung ke empang
c.Dari WC disalurkan ke Tanki septik disalurkan ke sungai
d.Dari WC disalurkan ke Tangki septik disedot truk tinja diolah di IPLT lalu
dibuang kesungai
e. Dari WC disalurkan ke Tangki septik disedot truk tinja dibuang ke sungai
f. Dari WC disalurkan ke Tangki septik langsung diolah menjadi bio gas
2. Grey Water ( air urine, air cucian piring, air kamar mandi, air cucian pakaian)
a. Air kamar mandi, air cucian pakaian, air cucian piring langsung ke saluran
drainase dan disalurkan ke sungai.

Selanjutnya, untuk masyarakat yang tinggal di wilayah permukiman perkotaan


sebagian masyarakat sudah dilayani dengan sistem sanitasi terpusat (of-site), pada
sistem terpusat ini kotoran manusia (black water) dan air limbah rumah tangga (grey
water) umumnya disalurkan pada satu tempat bak kontrol dan dibuang kesaluran

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 59


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

melalui satu sambungan rumah. Beberapa sistem penyaluran yang menggunakan


sistem terpusat (of site) sebagaimana digambarkan pada diagram sistem sebagai
berikut:
1) Black Water (limbah tinja) dan Grey water (limbah rumah tangga) disalukan ke
bak kontrol kemudian disedot Truk Tinja dibawa ke IPLT diolah dan dibuang
kesungai
2) Black Water (limbah tinja) dan Grey water (limbah rumah tangga) dibuang ke
saluran pembuangan air limbah/ pipa servis dan kemudian disalurkan ke bak
penamungan/pengolahan IPLT dan selanjutnya dibuang ke sungai.

Gambar 4.30 Diagram Sistem Sanitasi Black water Dan Grey water (sistem terpusat –

of site system)
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 60


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

B.3 Permasalahan.

Berdasarkan analisa study EHRA terdapat beberapa isu strategis dan permasalahan
mendesak mengenai PHBS
yang perlu menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu:
1. Tingginya angka praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABs) pada tatanan
rumah tangga sebesar 89 %.
2. Tingginya angka perilaku tidak cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 +1
waktu penting sebesar 86,9 %.
3. Masih minimnya sarana sanitasi sekolah dasar di Kabupaten Tangerang
dimana sebesar 16 % tidak memiliki WC
4. dan 99 % tidak memiliki sarana cuci tangan dan tempat kencing (urinoir).
5. Belum adanya kelembagaan setingkat UPTD dalam pengelolaan air limbah
domestik dan persampahan.

B. Sektor Persampahan
Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Tangerang merupakan tanggungjawab
Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP). Pengelolaan layanan
persampahan yang dilaksanakan masih terbatas pada pengangkutan sampah dari
TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan
sebagian pengumpulan dan penyapuan jalan dikonsentrasikan pada jalur jalan
utama serta pasar yang merupakan target pelayanan dari Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Tangerang. Sedangkan pada sebagian besar daerah
pelayanan yang merupakan daerah pemukiman pengumpulan sampah ke TPS
dilakukan oleh masing-masing penduduk.
Pola operasional pengelolaan persampahan di Kabupaten Tangerang pada
umumnya masih menggunakan pola sederhana yaitu “Kumpul-Angkut-Buang”.
Pola pewadahan dilakukan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang
disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan berupa tong-tong sampah
yang berada di pinggir jalan serta kontainer yang diletakkan tersebar di daerah -

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 61


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

daerah potensial penghasil sampah di perumahan dan permukiman padat di


perkotaan, di pasar-pasar (Komersial) serta perkantoran.
Pola pengumpulan sampah diperumahan dilakukan dengan menggunakan
gerobak sampah dikumpulkan di TPS. Pola pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan kendaraan roda empat berupa Dump truk serta truk kompaktor
diangkut menuju TPA Jatiwaringin dengan menempuh jarak dari pusat sentroid
sampah sekitar 10 Km.
Pola penanganan sampah di TPA Jatiwaringin dengan cara ditimbun dan dibakar
(open dumping), walaupun sudah dirancang menggunakan teknologi sanitary
landfill tetapi prakteknya tetap secara open dumping.

Gambar 4.31 Diagram Pola Penanganan Sampah di Kabupaten Tangerang


Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang

C. Sektor Drainase Lingkungan


Sistem drainase lingkungan Kabupaten Tangerang belum dikelola secara
maksimal, mengingat pembangunan sarana dan prasarana drainase masih
bersifat parsial dan belum terintegrasi. Prasarana dan sarana drainase lingkungan
yang ada saat ini sebagian besar masih dari tanah dan fungsi drainase yang ada
bercampur dengan saluran limbah industri maupun rumah tangga sehingga hal

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 62


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

ini membawa dampak buruk terhadap kesehatan lingkungan dan rendah


kemampuan drainase mengendalikan genangan air pada kawasan terbangun.
Fungsi drainase lingkungan di Kabupaten Tangerang secara umum adalah sebagai
berikut :
1) Mengeringkan daerah becek dan genangan air;
2) Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan;
3) Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunan-bangunan;
4) Pemeliharaan kualitas air
5) Sebagai saluran pembuangan limbah industri
6) Sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga

Cakupan pelayanan drainase lingkungan berdasarkan hasil Study EHRA


menunjukkan bahwa 69% jumlah penduduk Kabupaten Tangerang telah terlayani
drainase lingkungan dan sisanya 31 % atau belum terlayani.

31%
Terlayani

69% Belum Terlayani

Gambar 4.32 Cakupan Pelayanan Drainase di Kabupaten Tangerang


Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 63


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

4.2.7 Kabupaten Lebak


A. Air limbah
Saluran air limbah rumah tangga di kawasan kajian sebagaimana terjadi di kawasan
perkotaan lainnya di Indonesia masih bergabung dengan sistem drainase. Sebagian
warga masih menggunakan sugai sebagai MCK, untuk itu diperlukan pembangunan
MCK di lokasi kawasan kajian. Selain itu, di kawasan permukiman perlu mendukung
sistem onsite dengan adanya turk tinja dan pembangan IPLT. Dalam rangka
mendukung upaya peningkatan sarana dan prasararana sanitasi dilaksanakan
program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang bertujuan untuk
mewujudkan lingkungan pemukiman yang sehat dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan supaya terhindar dari pencemaran, baik pencemaran fisik, kimia maupun
bakteriologis.
Tabel 4.21 Akses Jamban per Kecamatan di Kabupaten Lebak Tahun 2012
JAMBAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA
NO KECAMATAN SEHAT SEHAT
DIPERIKSA MEMILIKI DIPERIKSA MEMILIKI
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1.984 10,4 17.857 900,1 1.415 7,9 1.984 10,4 14.713 741,6 1.415 9,6
1 RANGKASBITUNG 96 2,7 1.060 1104,2 81 7,6 96 2,7 336 350,0 34 10,1
1.639 52,9 150 9,2 82 54,7 240 7,8 150 62,5 66 44,0
2 KALANGANYAR 7.715 100,0 5.011 65,0 3.048 60,8 7.715 100,0 2.341 30,3 1.535 65,6
2.907 44,2 2.907 100,0 2.792 96,0 3.170 48,2 3.170 100,0 1.154 36,4
3 CIBADAK
1.472 19,6 5.444 369,8 589 10,8 1.666 22,2 3.967 238,1 434 10,9
- 0,0 1.656 #DIV/0! - 0,0 - 0,0 2.259 #DIV/0! - 0,0
4 WARUNGGUNUNG
2.688 38,3 3.296 122,6 2.372 72,0 4.796 68,3 5.107 106,5 3.924 76,8
2.053 35,3 3.010 146,6 1.574 52,3 2.053 35,3 1.508 73,5 499 33,1
5 CIKULUR
133 2,5 1.186 891,7 95 8,0 52 1,0 115 221,2 39 33,9
6 MAJA 500 3,7 324 64,8 308 95,1 500 3,7 314 62,8 232 73,9
7 CURUGBITUNG 50 0,6 74 148,0 45 60,8 43 0,5 59 137,2 24 40,7
6.733 100,0 2.208 32,8 1.687 76,4 6.733 100,0 1.930 28,7 192 9,9
8 SAJIRA
1.235 21,4 3.569 289,0 744 20,8 1.235 21,4 1.767 143,1 690 39,0
9 CIPANAS 11.687 100,0 4.194 35,9 - 0,0 11.687 100,0 4.194 35,9 - 0,0
10 LEBAKGEDONG 635 13,7 804 126,6 492 61,2 38 0,8 38 100,0 36 94,7
11 MUNCANG 3.002 37,1 3.002 100,0 1.154 38,4 - 0,0 - #DIV/0! - #DIV/0!
12 SOBANG 447 5,4 487 108,9 419 86,0 180 2,2 220 122,2 180 81,8
1.247 12,3 3.664 293,8 1.078 29,4 - 0,0 109 #DIV/0! - 0,0
13 CIMARGA
5.239 100,0 917 17,5 917 100,0 5.239 100,0 559 10,7 239 42,8
951 17,1 2.162 227,3 540 25,0 - 0,0 - #DIV/0! - #DIV/0!
14 LEUWIDAMAR
526 7,5 1.248 237,3 274 22,0 245 3,5 245 100,0 160 65,3

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 64


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

JAMBAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH


KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA
NO KECAMATAN SEHAT SEHAT
DIPERIKSA MEMILIKI DIPERIKSA MEMILIKI
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
15 BOJONGMANIK 952 13,1 1.057 111,0 952 90,1 - 0,0 - #DIV/0! - #DIV/0!
16 CIRINTEN 2.334 30,2 1.487 63,7 1.487 100,0 2.334 30,2 1.941 83,2 1.941 100,0
2.457 49,4 2.457 100,0 2.274 92,6 2.457 49,4 2.457 100,0 2.274 92,6
17 CILELES
1.240 16,4 3.145 253,6 641 20,4 1.240 16,4 1.554 125,3 641 41,2
18 GUNUNGKENCANA 3.098 31,8 3.098 100,0 2.689 86,8 1.707 17,5 1.707 100,0 1.239 72,6
380 4,5 3.476 914,7 380 10,9 380 4,5 595 156,6 177 29,7
19 BANJARSARI
7.550 100,0 3.582 47,4 1.788 49,9 3.660 48,5 3.660 100,0 1.493 40,8

20 MALINGPING 3.263 19,1 179,8 2.423 41,3 627 3,7 1.098 175,1 340 31,0
5.866
189 2,4 1.886 997,9 161 8,5 189 2,4 1.727 913,8 48 2,8
21 WANASALAM
4.914 100,0 1.254 25,5 1.140 90,9 4.434 90,2 1.203 27,1 1.154 95,9
22 CIJAKU 1.215 16,0 2.422 199,3 340 14,0 906 11,9 1.818 200,7 284 15,6
23 CIHARA 3.003 35,3 4.515 150,3 2.007 44,5 440 5,2 440 100,0 244 55,5
24 PANGGARANGAN 5.737 40,7 2.737 47,7 2.252 82,3 8.778 62,3 3.153 35,9 2.952 93,6
25 BAYAH 2.810 23,5 4.743 168,8 2.002 42,2 2.810 23,5 5.975 212,6 1.618 27,1
26 CILOGRANG 3.542 37,8 7.846 221,5 3.321 42,3 3.565 38,0 6.156 172,7 2.521 41,0
2.702 39,7 2.876 106,4 2.124 73,9 1.915 28,1 2.488 129,9 1.161 46,7
27 CIBEBER
819 12,7 2.627 320,8 631 24,0 470 7,3 1.032 219,6 240 23,3
28 CIGEMBLONG 88 1,4 1.016 1154,5 71 7,0 - 0,0 743 #DIV/0! - 0,0

JUMLAH (KAB/KOTA) 99.232 30,8 120.320 121,3 46.389 38,6 83.584 25,9 80.848 96,7 29.180 36,1

Sumber : Kompilasi Dinas Kesehatan dan Dinas Cipta Karya, 2012

Kegiatan yang dilakukan antara lain pengawasan Tempat Pembuangan Akhir ( TPA)
sampah, yang berlokasi di Desa Sindang Mulya Kecamatan Maja. Pengawasan
terhadap TPA ini bertujuan untuk mewujudkan kondisi lingkungan pemukiman yang
aman dari dampak negativ pembuangan sampah, sehingga akan mengurangi
terjadinya pencemaran tanah, sumber air dan mencegah timbulnya tempat
perindukan vector penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Penyuluhan terhadap
masyarakat yang berada di sekitar TPA, pengukuran kepadatan lalat dan
penyemprotan lalat merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan
TPA sampah tersebut.

Untuk menunjang keberhasilan program, khususnya peningkatan cakupan program


penyehatan lingkungan sangat diperlukan tenaga sanitasi yang memadai, baik di
tingkat kabupaten (Dinas Kesehatan) maupun di tingkat kecamatan (Puskesmas).

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 65


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Sementara ini keadaan tenaga penyehatan lingkungan (sanitarian) pada Dinas


Kesehatan Kabupaten Lebak sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.22 Data Tenaga Sanitarian Kabupaten LebakTahun 2012


No U raia n Kebutuhan Keadaan (%) Kurang (%)

1. Dinas Kesehatan 4 2 (50) 2 (50)

2. Puskesmas 40 25 (62.5) 15 (37.5)

Sumber : UP Dinkes Kabupaten Lebak 2012

Pada tabel diatas terlihat bahwa, data ketenagaan bidang sanitarian di puskesmas
masih kurang , baru 62,5 % puskesmas yang mempunyai tenaga sanitarian,
sedangkan 37,5% puskesmas belum mempunyai tenaga sanitarian. Dalam bidang
sanitasi gambaran tren cakupan pelayanan sanitasi hingga akhir tahun 2010 di
Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut :

50 41.27
38.95 39.05
40 31.07
30

20
KASUS

10

0
2007 2008 2009 2010
% 31.07 38.95 39.05 41.27

Gambar 4.33 Cakupan Jamban Keluarga Di Kabupaten Lebak Tahun 2007-

2010
Sumber : Laporan matriks tahunan kesling puskesmas 2007, 2008, 2009, 2010
Laporan 2010 diambil dari 34 Puskesmas yang lapor,68 Puskesmas diambil dari data tahun lalu.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 66


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Pada tabel telihat bahwa dari tahun 2007 ke 2008 terjadi peningkatan cakupan
karena terjadinya peningkatan laporan yang cukup significan, karena pada tahun
2008 sistim pencatatan pelaporan puskesmas presentase laporan semakin baik, pada
tahun 2009 cakupan (39.5%) lebih baik dari kondisi sebelumnya (38.95%). Pada Tahun
2010 cakupan meningkat menjadi (41.27), namun cakupan ini belum menggambarkan
kondisi sebenarnya mengingat puskesmas yang lapor baru 32 dari 40 Puskesmas,
Guna memenuhi kebutuhan data penyehatan lingkungan , maka sebagian data
diambil dari kondisi tahun sebelumnya.

Sampai saat ini Kota Rangkas Bitung belum mempunyai sistem penyaluran air limbah
domestik yang diolah secara terpusat melalui sistem perpipaan (sewerage system).
Selain itu, kondisi pengolahan air limbah domestik sistem setempatpun (onsite
system) belum memadai, hal ini terlihat dari data dinas Kesehatan Kab.lebak tahun
2007 yang mencatat bahwa penduduk Kota Rangkas Bitung lebih dari 56 % tidak
mempunyai tangki septic.

Berikut adalah tabel cakupan jamban keluarga di Kabupaten Lebak :

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 67


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tabel 4.23 Cakupan Jamban Keluarga Di Kabupaten Lebak Tahun 2012

Sumber : RAD-AMPL Kabupaten Lebak

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 68


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.34 Peta Akses Air limbah Kabupaten Lebak

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 69


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Masalah umum yang dihadapi Kota Rangkas Bitung adalah masih banyaknya
penduduk yang menggunakan tempat terbuka dan sungai sebagai sarana
pembuangan limbahnya. Diperkirakan hanya 54 % rumah tangga yang telah memiliki
tangki septik walaupun demikian kondisi tangkiseptik yang dibangun sebagian besar
tidak memenuhi syarat teknis dan lingkungan.
Masalah lain yang berhubungan dengan pembuangan limbah yaitu belum adanya
instalasi pengolahan dan sarana truk tinja dan IPLT untuk pen yedotan dan
pengolahan lumpur tinja.

4.2.8 Kabupaten Pandeglang


➢ Kondisi Sanitasi Di Kabupaten Pandeglang

Profil sanitasi Kabupaten Pandeglang secara umum dapat dilihat dari tingkat layanan,
cakupan layanan maupun akses masyarakat terhadap ketersediaan sarana da n
prasarana terutama untuk sektor air limbah.
Kondisi umum sanitasi Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 dapat digambarkan
sebagai berikut :
▪ Prosentase jumlah keluarga yang memiliki rumah sehat sebanyak 55,75 %.
▪ Prosentase jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat sebanyak 30,76 %.
Sementara sebagian besar masyarakat masih buang tinjanya di kebun, sungai
atau di kali.
▪ Prosentase jumlah keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah
dengan kondisi baik sebesar 24,13 %. Sebagian besar masyarakat belum
mempunyai saluran pembuangan air limbah dan membuang air limbah dari
dapur ke halaman belakang rumah.
▪ Prosentase jumlah keluarga yang mempunyai lubang/tempat sampah sebesar
18,20 %. Sebagian besar masyarakat masih membuang sampah di kali, saluran
irigasi atau di kebun.
▪ Prosentase jumlah tempat penyimpanan pestisida sebesar 36,87 %.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 70


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

▪ Kondisi tempat umum seperti Kantor, Hotel, Sekolah, Sarana Ibadah,


RSU/Puskesmas dan tempat tempat umum lainnya yang diperiksa oleh Dinas
Kesehatan dan dinyatakan sehat sebanyak 26,97%.
▪ Dengan cakupan sarana jamban keluarga yang masih rendah maka kasus diare
di Kabupaten masih cukup banyak terjadi sebanyak 44.225 orang kasus, pada
tahun 2009 bulan maret sampai agustus terjadi KLB diare 4 kali di 4
kecamatan dengan 282 orang kasus dan 10 orang meninggal dunia.

A.1 Kesehatan Lingkungan


Kondisi kesehatan lingkungan Kabupaten Pandeglang dapat dilihat dari beberapa
data berkaitan dengan kesehatan lingkungan seperti jumlah dan kondisi jamban
keluarga, pengelolaan air limbah, kondisi pencemaran, akses pada sumber air tanah,
serta data rumah sehat, dan tempat-tempat umum dan sekolah sehat.

❖ Rumah Sehat
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010,
jumlah rumah yang ada 233.398 dapat dilihat dari tabel 1.1. Dari tabel tersebut terlihat
bahwa 31.453 rumah sehat dari jumlah rumah yang telah diperiksa 56.421 rumah atau
sebesar 55,75% masyarakat telah memiliki rumah sehat dari jumlah rumah yang
diperiksa.

❖ Jamban Keluarga
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan pada profil kesehatan tahun 2010 terlihat
bahwa sampai akhir tahun 2010 jumlah KK yang memiliki jamban keluarga sebanyak
107.759 dengan kondisi sehat sebanyak 33.144 KK atau 30,76 %. Secara lengkap data
tentang jumlah dan kondisi jamban keluarga dan saluran pengelolaan air limbah per
Puskesmas dapat dilihat pada tabel dibawah.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 71


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

❖ Pengelolaan Air Limbah


Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010
Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah sebanyak 81.812 dengan
kondisi sehat sebanyak 19.740 KK atau 24,13 %.

❖ Pengelolaan Sampah
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010
Jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah sebanyak 46.104 dengan
kondisi sehat sebanyak 8.393 KK atau 18,20 %. Hasil Selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DAN SANITASI PROVINSI BANTEN IV - 72


LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tabel 4.24 Rekapitulasi Sarana Jamban, Spal Tps/Tpa Dan Tp2 Sehat Menurut Puskesmas Kabupaten Pandeglang Tahun 2012
RUMAH JAMBAN SPAL TPS/TPA TP2
No PUSKESMAS Jumlah Jmh Jmh % Jumlah Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh %
Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat
1 Cadasari 6.872 4.660 4.108 88,2 2.330 4.108 3.940 95,91 2.320 622 396 63,67 2.330 3.588 1.628 45,37 - - - -
2 Bangkonol 4.069 7.876 4.146 52,6 3.980 7.876 3.616 45,91 2.987 4.778 3.378 70,70 2.145 12 4 33,33 12 9 6 66,67
3 Pagadungan 5.102 208 120 57,7 3.277 133 122 91,73 3.190 156 91 58,33 535 75 75 100,00 1 - - -
4 Kadomas 1.820 860 550 64,0 1.329 600 404 67,33 743 610 238 39,02 332 332 148 44,58 4 2 - -
5 Cikole 3.437 308 114 37,0 2.879 239 117 48,95 2.953 369 109 29,54 9 5 - - 6 4 - -
6 Banjar 6.045 1.626 946 58,2 4.426 1.626 1.242 76,38 2.472 1.626 962 59,16 - - - - - - - -
7 Kaduhejo 6.882 642 494 76,9 4.995 642 494 76,95 3.327 642 478 74,45 3.849 642 504 78,50 - - - -
8 Mdlawangi 8.734 8.078 4.604 57,0 2.920 3.746 3.186 85,05 71 98 64 65,31 2 4 2 50,00 6 5 2 40,00
9 Cimanuk 7.132 194 48 24,7 3.737 130 79 60,77 3.131 159 110 69,18 593 - - - 2 - - -
10 Cipeucang 6.368 594 196 33,0 3.840 333 230 69,07 1.760 137 35 25,55 2.053 154 57 37,01 - - - -
11 Saketi 6.113 283 142 50,2 5.321 223 102 45,74 3.873 130 84 64,62 663 135 87 64,44 1 1 1 100,00
12 Menes 3.350 2.390 2.048 85,7 2.890 1.670 1.382 82,75 3.440 1.670 1.058 63,35 3.350 1.670 960 57,49 - - - -
13 Jiput 6.959 2.053 554 27,0 1.975 704 639 90,77 1.843 744 619 83,20 - - - - 9 - - -
14 Labuan 10.714 207 192 92,8 6.946 110 108 98,18 7.644 190 69 36,32 5.878 196 128 65,31 3 - - -
15 Carita 7.217 100 55 55,0 2.401 - - - 2.223 - - - 1.018 - - - 1 - - -
16 Pagelaran 7.505 650 336 51,7 65 360 334 92,78 40 577 179 31,02 4.372 518 420 81,08 4 2 - -
17 Patia 1.453 40 36 90,0 563 380 114 30,00 1.568 160 48 30,00 22 12 4 33,33 - - - -
18 Bojong 7.729 1.114 986 88,5 4.515 1.100 1.036 94,18 3.435 700 460 65,71 2 4 2 50,00 6 4 4 100,00
19 Picung 8.673 1.956 1.294 66,2 1.932 1.956 1.294 66,16 1.735 1.294 368 28,44 1.894 1.956 1.294 - 13 - - -
20 Munjul 6.184 105 64 61,0 3.926 90 64 71,11 2.185 90 61 67,78 4.747 75 56 74,67 7 4 - -
21 Panimbang 7.698 2.848 2.007 70,5 2.479 2.632 1.880 71,43 1.496 1.410 980 69,50 16 20 12 60,00 22 16 14 87,50
22 Sobang 9.979 300 60 20,0 2.278 158 54 34,18 469 166 38 22,89 - - - - - - - -
23 Cigeulis 8.625 143 96 67,1 1.555 99 83 83,84 19 16 13 81,25 1 - - - 5 1 1 100,00
24 Cikeusik 10.150 5.046 2.252 44,6 5.058 7.052 6.076 86,16 4.544 6.258 4.644 74,21 3 2 - - 138 75 72 96,00

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 73


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

RUMAH JAMBAN SPAL TPS/TPA TP2


No PUSKESMAS Jumlah Jmh Jmh % Jumlah Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh % Jmh Jmh Jmh %
Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat Ada Diprks Sehat Sehat
25 Cibaliung 7.254 30 10 33,3 2.946 5.892 1.872 31,77 129 12 10 83,33 3 6 2 33,33 15 12 6 50,00
26 Cimanggu 9.143 480 228 47,5 2.967 240 156 65,00 2.967 240 156 65,00 - - - - - - - -
27 Sumur 5.094 472 210 44,5 989 365 151 41,37 1.672 450 210 46,67 627 220 110 50,00 9 2 1 50,00
28 Cisata 5.668 160 34 21,3 2.556 248 24 9,68 408 34 34 100,00 2.142 24 6 25,00 6 3 2 66,67
29 Cikedal 15.762 120 62 52,0 6.282 98 55 56,00 8.882 64 29 45,00 1 2 - - 4 2 4 200,00
30 Angsana 7.250 30 9 30,0 1.477 15 7 46,67 - - - - - - - - 17 - - -
31 Cibitung 4.969 1.668 1.170 70,1 2.452 738 486 65,85 2.452 748 382 51,07 2.517 6 6 100,00 - - - -
32 Perdana 6.919 2.190 466 21,3 4.275 1.674 444 26,52 534 330 - 0,00 - - - - 72 18 12 66,67
33 Mekarjaya 3.531 226 106 46,9 2.208 176 100 56,82 1.411 118 - 0,00 - - - - - - - -
34 Sindangresmi 1.423 480 470 97,9 410 314 212 67,52 620 228 152 66,67 1.029 520 480 92,31 14 12 14 116,67
35 Majasari 5.297 7.760 2.834 36,5 4.796 6.962 2.634 37,83 4.485 5.092 3.878 76,16 3.693 3.758 2.086 55,51 - - - -
36 Pulosari 2.278 524 406 77,5 784 552 407 73,73 784 552 407 73,73 2.278 592 322 54,39 - - - -
Jumlah 233.398 56.421 31.453 13,48 107.759 53.241 33.144 30,76 81.812 30.470 19.740 24,13 46.104 14.528 8.393 18,20 377 172 139 36,87
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pandeglang

JAKSTRA PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 74


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Sektor Limbah Cair Rumah Tangga

Sistem pembuangan limbah cair di Kabupaten Pandeglang saai ini masih belum
mengenal sewerage system. Sewerage system adalah sistem pembuangan air limbah
di mana semua air kotor di suatu wilayah, baik air bekas cucian, air dari dapur, air dari
kamar mandi, maupun air dari kakus disalurkan bersama ke suatu tempat untuk
diolah. Sewerage system ini bersifat tertutup dan dipisahkan dari sistem pembuangan
air hujan (drainase).
Tabel 4.25 Perkiraan total produksi air limbah black dan grey water

Jumlah Rumah Jumlah Kebutuhan Air


No Tahun Black Dan Grey Water
Tangga (KK) Bersih (ltr/M3)
1 2009 287.266 183.850.240 ltr/hari 183.850.240 ltr/hari
2 2010 281.528 184.897.600 ltr/hari 184.897.600 ltr/hari
Sumber : Kantor Lingkungan Hidup

Kondisi saat ini air limbah yang berasal dari air bekas cucian, air dari dapur, air kamar
mandi, dan air limpahan dari tangki septik dibuang ke saluran drainase bergabung
dengan air hujan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran alami dan
saluran buatan. Jaringan air limbah rumah tangga mengikuti saluran air yang
tersedia. Pengolahan air limbah terjadi secara alami ketika air mengalir.

Pengolahan air limbah domestik umumnya menggunakan sistem sanitasi setempat


(on site system) dengan menggunakan jamban, baik yang dikelola secara individu
maupun secara komunal, yang dilengkapi dengan tangki septik atau cubluk.
Disamping itu memanfaatkan sungai-sungai sebagai tempat buangan air limbah,
namun untuk menghindari terjadinya pencemaran air sungai maka jenis air limbah
yang dapat di buang ke sungai-sungai tersebut berupa air limbah cair, sedangkan
penggunaan sistem sanitasi terpusat (off site system) sampai saat ini belum bisa
dilaksanakan.

Pembuangan limbah domestik yang berupa air limbah padat di Kabupaten


Pandeglang dilakukan dengan beberapa cara. Pada daerah permukiman yang
terstruktur, penduduk mengunakan tangki septik individual. Pada permukiman yang
tidak terstruktur, sebagian penduduknya menggunakan tangki septik individual

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 75


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

maupun cubluk dan masih banyak yang menggunakan aliran sungai dan saluran
irigasi sebagai pembuangan air limbah. Air bekas cucian, dapur dan kamar mandi
disalurkan langsung kesaluran drainase, kali dan saluran lainnya.

Pada umumnya RT di Kab. Pandeglang memiliki jamban pribadi dan septic tank.
Penduduk yang terlayani sanitasi pada tahun 2007 adalah 40,47% (Sumber : Renstra
Kab. Pandeglang, AMPL-BM Tahun 2008-2015) artinya cakupan sanitasi tersebut
masih rendah, hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran serta pengetahuan
masyarakat akan penyehatan lingkungan, seperti untuk buang air besar pada fasilitas
WC masih sangat kurang, masih banyak penduduk yang masih buang hajatnya di
saluran air kotor (drainase), saluran irigasi, sungai, kolam ikan, situ, maupun langsung
ke laut.

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 76


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Gambar 4.35 Akses Air Limbah di Kabupaten Pandeglang

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 77


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Masalah umum yang dihadapi Kab. Pandeglang adalah masih banyaknya penduduk
yang menggunakan tempat terbuka dan saluran air sebagai sarana pembuangan
limbahnya. Indikasi masalah tersebut antara lain adalah :
• Pemakaian MCK umum kurang efektif karena masyarakat cenderung
menggunakan jamban keluarga walaupun terbuat dari konstruksi yang
• sederhana sehingga sarana MCK tersebut tidak terpelihara;
• Sarana seperti tangki penyedot tinja dan sarana IPLT untuk melayani
pembuangan lumpur dari tangki septic yang telah ada belum maksimal;
• Terganggunya sistem pengawasan akibat rendahnya tingkat mobilitas kerja;
• Tingginya kepadatan penduduk yang disertai dengan rendahnya tingkat
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi.

Berdasarkan hasil identifikasi awal tingkat pencemaran air limbah di Kab. Pandeglang
yang didasarkan atas indikator cakupan air bersih, cakupan sanitasi, dan kejadian luar
biasa (KLB) serta analisis tingkat pencemaran air limbah di Kab. Pandeglang
dirumuskan bahwa lokasi yang yang perlu mendapatkan perhatian dan prioritas
penanganan masalah air limbah di Kab. Pandeglang adalah :
• Kota Pandeglang; sebagai ibukota kabupaten dan sebagai pusat aktifitas
perkotaan di Kab. Pandeglang;
• Kelurahan Kadomas; dikarenakan daerah tersebut pernah mengalami KLB
penyakit menular, yaitu diare.

Walaupun demikian Kab. Pandeglang mempunyai IPLT yang berlokasi di Tegal


Longok dengan kapasitas 72 m 3/hari dan efisien pengolahan sebesar 60%. Untuk
operasional IPLT dilengkapi dengan 2 unit truk tinja dengan kapasitas 2 m 3, dengan
tenaga operator sebanyak 3 orang. Pelayanan penyedotan truk tinja baru mencapai
5,48% dari total jumlah septic tank yang ada di Kab. Pandeglang.

IPLT Kepuh/Tegal Longok direncanakan untuk kapasitas 16 m3/hari. Untuk itu


diperlukan sumber lumpur dari tangki septik yang mencukupi debit pengolahannya.
Volume tangki septic rata-rata 2 m3 sehingga jumlah tangki septic yang harus dilayani
adalah 16 m3/2 m3 = 8 tangki septic per hari. Bila rata-rata setiap tangki septic dikuras

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 78


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

3 tahun sekali dan jumlah hari kerja setahun 313 hari, maka jumlah hari kerja 3 tahun
adalah 313 X 3 = 939 hari kerja. Jadi jumlah tangki septic yang harus ada di daerah
pelayanan adalah 939 X 8 = 7.512 tangki septic.

Gambar 4.36 IPLT Kepuh Kabupaten Pandeglang

Dari perhitungan diatas, IPLT Kepuh akan dapat dioperasikan secara optimal bila
melayani minimal 7.512 tangki septik atau minimal melayani 7.512 X 4 jiwa = 30.048
jiwa. Daerah yang berpotensi untuk dijadikan cakupan pelayanan agar IPLT Kepuh
dapat dioperasikan secara optimal, adalah daerah-daerah yang berada pada radius ±
10 Km dari lokasi IPLT. Daerah-daerah tersebut antara lain adalah Kec. Pandeglang,
Majasari, Koroncong, Cadasari, Karangtanjung, Cikedal dan sebagian Ciomas dan
Baros di Kab. Serang.

Kondisi eksisting IPLT Kepuh/Tegal Longok saat ini sangat memperihatinkan, secara
operasional IPLT ini masih digunakan. Waktu operasi dan ritasi dari truk penyedot
tinja untuk mengumpulkan lumpur tinja hanya dilakukan seminggu 2 kali. Itu pun
hanya mampu mengumpulkan lumpur tinja sebanyak ± 4 m 3/minggu. Sehingga
dengan kapasitas pengolahan sebesar 16 m 3/hari, operasionalisasi IPLT ini belum
optimal karena kurangnya volume lumpur yang harus diolah. Dan yang lebih
memprihatinkan adalah praktek pembuangan lumpur tinja dari truk tinja ke IPLT ini
pun sudah menyalahi prosedur seharusnya. Lumpur dari truk tinja langsung dibuang
ke kolam SDB, dan kegiatan ini dibiarkan tanpa ada pengawasan dan pengendalian

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 79


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

dari dinas terkait. Kolam-kolam pengolahan yang ada pun, saat ini sudah tidak
berfungsi dan mengalami penyumbatan serta tidak terawat. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada foto berikut ini.

1 2

3
Gambar 4.37Foto Kondisi Eksisting IPLT Kepuh (1. Kolam SDB, 2. Kolam Fakultatif
dan 3. Imhoff Tank)

➢ Permasalahan Sanitasi di Kabupaten Pandeglang


• Permasalahan Pengelolaan Limbah

Beberapa permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam


pengelolaan limbah cair diantaranya adalah:

1. Terbatasnya peran serta masyarakat pada pembangunan dan pemeliharaan


sarana pengelolaan air limbah domestik. Hal ini disebabkan antara lain karena:

a. Pemahaman masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah


rumah tangga (limbah domestik) masih rendah.

b. Sikap sebagian masyarakat terhadap pengelolaan air limbah kurang


positif.

c. Masih terbatasnya pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk


mengelola air limbah domestik dalam bentuk grey water dan black
water secara benar.

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 80


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

d. Pada beberapa wilayah dan kategori masyarakat tertentu kemampuan


masyarakat untuk memiliki sarana pengelolaan air limbah domestik
terkendala oleh keterbatasan finansial atau juga keterbatasan lahan.

2. Kinerja lembaga penanggungjawab regulasi dan layanan operasional


pengelolaan air limbah yang masih kurang optimal, antara lain karena:

a. Terbatasnya jumlah anggaran operasional yang tersedia pada dinas


terkait serta terbatasnya kemampuan Sumberdaya Manusia dalam
rangka penanganan air limbah domestik sehingga mempengaruhi
efektivitas kinerja dalam penanganan air limbah.

b. Belum optimalnya koordinasi antar SKPD terkait dalam proses


pengelolaan limbah baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun monitoring.
Masih terbatasnya peranserta sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik
di Kabupaten Pandeglang. Hal ini antara lain disebabkan karena saat ini prospek
bisnis dalam bidang pengelolaan air limbah domestik belum tersosialisasikan secara
efektif pada kalangan swasta yang ada di Kabupaten Pandeglang.

4.3 PEMANTAUAN CAPAIAN SEKTOR AIR LIMBAH/SANITASI DI PROVINSI BANTEN


A. Air Limbah Setempat
▪ Jumlah Tangki Septik (unit)
Jumlah rumah yang memiliki tangki septik
▪ Jumlah Tangki Septik yang Dilayani (unit)
Jumlah tangki septik yang dilayani mobil tinja
▪ Cakupan (persentase)
Perbandingan antara jumlah tangki septik dan tangki septik yang dilayani
mobil tinja

Target pencapaian SPM untuk pelayanan air limbah setempat (on site)
sebagaimana yang dicanangkan Pemerintah hingga tahun 2014 adalah mampu
melayani 60% penduduk di wilayah Kabupaten/Kota. Berdasarkan angka proyeksi

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 81


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

tersebut, berikut akan diuraikan beberapa fakta tingkat pelayanan sistem


pengolahan air limbah Kab./Kota di Provinsi Banten hingga 2012 (data
sementara).
b. Hingga bulan Mei 2012, data kab./kota yang berhasil di himpun oleh konsultan
baru mencakup 6 daerah yaitu : Kab. Serang, Kota Cilegon, Kab. Lebak, Kab.
Pandeglang, Kab. Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. 2 (dua) daerah
yang datanya belum bisa diinput adalah Kota Serang dan Kota Tangerang;
c. Total tangki septik yang terdata adalah sebanyak 200.187 unit, dengan jumlah
unit tangki septik terbanyak ditemui di Kabupaten Lebak yaitu sebanyak
68.000 unit, sementara daerah dengan ketersediaan tangki septik paling
rendah berada di Kota Tangerang Selatan.
d. Jumlah penduduk yang terlayani berkisar antara 25 jiwa (Tangerang Selatan)
hingga 286.309 jiwa (Kabupaten Tangerang);
e. Persentasi tingkat pelayanan berkisar antara 0.26% (Kabupaten Lebak)
hingga 74% (Kota Cilegon).
f. Berdasarkan tingkat pelayanan eksisting, terdapat 1 (satu) wilayah yang telah
memenuhi target capaian SPM air limbah setempat yaitu Kota Cilegon
(74,05%).
g. Secara spesifik, terdapat beberapa data dengan tingkat validitas yang rendah
karena fenomena data yang tidak logis (Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, dan Kota Tangerang Selatan). Oleh karena itu, perlu dilakukan
verifikasi ke instansi terkait di daerah.

B. Air Limbah Skala Komunitas/Kawasan/Kota


▪ Jumlah Penduduk Terlayani IPAL
Jumlah penduduk yang terlayani IPAL
▪ Cakupan (persentase)
Perbandingan penduduk yang terlayani IPAL dengan jumlah penduduk
keseluruhan

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 82


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Kampanye untuk menggalakkan sistem pengolahan limbah skala komunitas/


kawasan/ kota dilatarbelakangi oleh kesadaran akan dampak lingkungan dalam
jangka panjang yang diakibatkan bila kecenderungan pemanfaatan sistem
pengolahan limbah setempat tetap dipertahankan. Meskipun dari sisi
pembiayaan, sistem pengolahan off site memiliki konsekuensi anggaran yang
cukup besar, namun dari sisi efisiensi pengelolaan limbah, penyediaan lahan,
serta dalam hal pengendalian lingkungan, pendekatan ini lebih memberikan
jaminan yang lebih prospektif.

Terkait dengan upaya Pemerintah dalam rangka menggerakkan kesadaran


masyarakat, dunia usaha, serta pelaku usaha (terutama developer dan pengelola
kawasan industri) untuk mendukung pencapaian SPM pengolahan limbah off site
ini, hingga tahun 2014 telah dicanangkan bahwa penduduk Kab./Kota di Provinsi
Banten sudah harus terlayani minimal sebesar 5%. Angka ini terbilang sangat
rendah secara kuantitatif, namun dalam pelaksanaannya, masih banyak kendala
yang sulit diatasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara lain :
▪ Ketersediaan lahan;
▪ Ketersediaan anggaran;
▪ Kesiapan kelembagaan pengelola;
▪ Daya beli masyarakat;
▪ Sistem nilai dan budaya masyarakat setempat;
▪ Dan lain-lain.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh konsultan, baru ada 3 (tiga)
kabupaten/ kota yang teridentifikasi telah memiliki sistem pelayanan air limbah
skala komunitas/kawasan/kota yaitu, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan
Kota Tangerang Selatan. Bahkan tingkat pelayanan yang telah dicapai oleh
Kabupaten Serang hingga tahun 2012 telah mencapai 33% yang artinya telah
melampaui target SPM yang dicanangkan Pemerintah hingga tahun 2014.
Sementara Kabupaten Lebak dan Kota Tangerang Selatan secara bertahap mulai
melakukan langkah-langkah kongkrit guna mengejar capaian SPM tersebut

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 83


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

meskipun saat ini tingkat pelayanannya baru mencapai 3% (Kab. Lebak) dan 1,5%
(Kota Tangsel).

Secara umum, hasil yang dicapai dalam proses updating EK 4 Air Limbah belum
menunjukan progres yang cukup berarti, karena data yang disajikan masih
merupakan hasil update pada bulan sebelumnya.

Gambaran mengenai kondisi pelayanan dan pencapaian SPM Air Limbah di


Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 4.26 di bawah ini.

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 84


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Tabel 4.26 Tingkat Pelayanan dan Capaian SPM Air Limbah di Provinsi Banten Tahun 2012

Air Limbah Setempat Air Limbah Skala/Kawasan Kota


Target
No Kabupaten Kota Target 2014 Kondisi 2012 Kondisi 2012 Keterangan
2014
Jumlah Tangki Jumlah Tangki Septik Cakupan Cakupan Jumlah Jumlah Penduduk Cakupan
Cakupan (%)
Septk Yang Di Layani (%) (%) Penduduk Terlayani IPAL (%)
1 Kota Serang 60 5
2 Kabupaten Serang 63.83 27.668 138.342 53.3 40 345.855 114.316 33 Target penambahan IPAL
hingga 2014=asumsi RT
terelayani 1 IPA=80 KK 1KK=1
jiwa
3 Kota Cilegon 90 56.675 283.375 74.06 188 382.674 Rencana IPAL di kelurahan
banjarnegara melalui
Kemenpera jumlah KK yang
terlayani sebanyak 1,200 KK
atau 7,200
4 Kabupaten Pandeglang 80 125 41.060 34 20 Belum terlayani sistem
pengolahan Air limbah skala
Kota Kawasan
5 Kabupaten Lebak 2 68.000 180 0.25 4.00 206.698 5.382 3 Perlu dilakukan verifikasi ke
dinas teknis di daerah terekait
penetapan cakupan
pelayanan bak eksisting
maupun target 2014
6 Kabupaten Tangerang 47.718 286.309 14.06 5.00 2.032.998 Belum ada data target
pelayanan Air Limbah On Site
Tahun 2014, Hingga tahun
2012 belum ada sistem
jaringan air limbah yang
melayani penduduk pada
skala kawasan maupun kota
7 Kota Tangerang Dinas terkait yang dihubungi
tidak mengembalikan form EK
4 yang di sampaikan oleh
konsultan individual (melalui
satker Randal) dan tidak
menghadiri work shop
evaluasi oleh RANDAL
Provinsi Banten pada tanggal

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 85


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Air Limbah Setempat Air Limbah Skala/Kawasan Kota


Target
No Kabupaten Kota Target 2014 Kondisi 2012 Kondisi 2012 Keterangan
2014
Jumlah Tangki Jumlah Tangki Septik Cakupan Cakupan Jumlah Jumlah Penduduk Cakupan
Cakupan (%)
Septk Yang Di Layani (%) (%) Penduduk Terlayani IPAL (%)
14 juni 2012, sehingga data
tidak dapat di update
8 Kota Tangerang Selatan 120 1 25 1 5 8029 120 1.49 Sistem Off site melayani satu
kec.setu
Total Provinsi Banten 71.71 200187 749.291 35.3 12.65 2.976.254 119.818 12.38

JAKSTRA DAN RENCANA INDUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH IV - 86


DAN SANITASI PROVINSI BANTEN

Anda mungkin juga menyukai