Anda di halaman 1dari 205

1

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang
berjudul “Review dan Evaluasi Produk Perencanaan Pesisir RZWP-3-K Jawa Timur – Sub:
Kabupaten Bangkalan” dalam penyelesaian tugas mata kuliah Perencanaan Pesisir ini telah
diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Perencanaan
Pesisir yaitu Ibu Dian Rahmawati, ST,MT dan Bapak Adjie Pamungkas, ST, M.Dev,Plg.,Ph.D
Terima kasih juga penulis tujukan kepada keluarga dan pihak yang senantiasa membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini penulis buat untuk membantu pembaca supaya lebih memahami dan
mempelajari materi dalam kuliah Perencanaan Pesisir. Makalah ini penulis persembahkan khusus
kepada para mahasiswa perencanaan wilayah dan kota ITS serta para dosen perencanaan wilayah
dan kota ITS, namun tidak menutup kemungkinan bagi para pembaca umum lainnya. Penulis
juga menyadari atas segala kekurangan dalam makalah ini sehingga penulis berharap adanya
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah penulis selanjutnya. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca
umumnya.
`

Surabaya, 25 November 2019

Penulis

2
DAFTAR GAMBAR

3
DAFTAR TABEL

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Nontji (2002), wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan
laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifatsifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan ke arah laut mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Menurut
Undang-Undang (UU) Nomor 27 tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dengan begitu
wilayah pesisir juga menjadi pusat kegiatan masyarakat dengan keunggulan yang berbeda
secara fisik dan geografis. Dalam pengelolaannya, maka wilayah pesisir dibutuhkan
penataan berupa kebijakan dari pemerintah agar setiap aspek saling terintegrasi.

Salah satu produk perencanan wilayah pesisir ialah RZWP3K (Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil), penataan ini berupa Dokumen RZWP-3-K memuat:
pengalokasian ruang dalam kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan
strategis nasional tertentu dan alur laut; keterkaitan antara ekosistem darat dan ekosistem
laut dalam suatu bioekoregion; penetapan pemanfaatan ruang laut; dan penetapan prioritas
kawasan laut untuk tujuan konservasi sosial budaya, ekonomi, transportasi laut, industri
stategis, serta pertahanan dan keamanan. Lingkup perencanaan RZWP3K adalah skala
provinsi yang mencakup seluruh kabupaten/kota yang memiliki wilayah perairan yang
masuk dalam wilayah provinsi terkait.

Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Pulau Madura.
Kabupaten Bangkalan memiliki luas wilayah sebesar 1.260,14 Km² dengan jumlah
penduduk 970.894 jiwa di tahun 2018. Kabupaten Bangkalan memiliki wilayah lautan yang
cukup luas dimana ini tentunya sangat menguntungkan, mengingat peranan sumber daya
pesisir dan kelautan yang semakin meningkat dalam menunjang pembangunan ekonomi
daerah. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan secara tepadu memerlukan
informasi tentang berbagai potensi pembangunan yang dapat dikembangkan di kawasan

5
pesisir dan kelautan. Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi WP3K di Jawa
Timur, khususnya di bidang perencanaan, Pemerintah telah menyusun dokumen teknis
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Jawa Timur
mencakup wilayah perairan Kabupaten Bangkalan. Dokumen perencanaan ini sangat
penting, karena merupakan arahan alokasi ruang sumberdaya dan aktifitas, yang nantinya
akan digunakan sebagai panduan perijinan di WP3K Jawa Timur. Oleh karena itu
dibutuhkan tinjauan ulang untuk evaluasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil dengan membandingkan dengna Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K.

1.2 Tujuan
Tujuan daril laporan ini adalah untuk membandingkan atau mengevaluasi produk
perencanaan RZWP3K dengan membandingkan dengan Pedoman Teknis Penyusunan
RZWP3K.

1.3 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi studi literatur mengenai landasan hukum serta pedoman penyusunan teknis penulisan
RZWP3K

BAB III REVIEW RZWP3K

Berisi Review dokumen RZWP3K yang berpedoman pada pedoman teknis penyusunan
RZWP3K

BAB IV EVALUASI RZWP3K

Berisi evaluasi hasil perencanaan pesisir RZWP3K, didalamnya dibahas review serta evaluasi
setiap muatan RZWP3K.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari review RZWP3K serta diberikan rekomendasi terhadap
penyusunyan RZWP3K kedepannya.
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peraturan Mentri kelautan dan Perikanan Nomor 23 Tahun 2016
Salah satu pedoman dalam penyusunan dokumen RZWP3K adalah Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomer 23/PERMEN-KP/2016 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – pulau kecil. Dalam dokumen tersebut
dijelaskan tentang tata cara penyususnan rencana zonasi wilayah pesisi dan pulau – pulau
kecil, mulai dari acuan pembuatan dokumen, wilayah perencanaan dokumen, tahapan
penyusunan dokumen, konten dokumen dan alokasi ruang di dalamnya.

Rencana Zonasi RSWP3K/RPJPD


RTRLN; RTRWN
Kawasan Laut Provinsi

Gambar 2.1-1 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.


Sumber : Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 23/PERMEN-KP/2016
Berdasarkan Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No 23/PERMEN-KP/2016
RZWP3K Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, berisikan
tentang acuan penyusunan Rencana Tata Ruang Laut Nasional dan/atau Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Rencana Zonasi Kawasan Laut, dan RSWP3K atau RPJPD
provinsi yang terkait dengan Pengelolaan Wilayah.
RZWP3K wajib memperhatikan Alokasi Ruang untuk akses publik, Alokasi Ruang untuk
kepentingan nasional, keserasian,keselarasan dan keseimbangan dengan RTRW provinsi dan
RTRW kabupaten/ kota; keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam satu
bentang alam ekologis (bioekoregion); kawasan, zona, dan/atau alur laut provinsi yang telah
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; Kajian lingkungan hidup strategis,
ruang penghidupan dan akses kepada nelayan kecil, nelayan tradisional, pembudidaya ikan
kecil, dan petambak garam kecil, wilayah masyarakat Hukum Adat dan kearifan lokal dan
peta risiko bencana. Wilayah perencanaan RZWP3K kearah darat mencakup wilayah
administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai. Garis

7
Pantai diukur pada saat terjadi air laut pasang tertinggi ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan. RZWP3K terdiri dari :
 Pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, KSNT,
dan Alur Laut.
 Keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam suatu bioekoregion.
 Penetapan pemanfaatan ruang laut.
Penetapan prioritas kawasan laut untuk tujuan : Konservasi, sosial budaya, ekonomi,
transportasi laut, industri strategis, pertahanan dan keamanan. RZWP3K disusun dan
dituangkan dalam peta dengan skala minimal 1:250.000 yang memuat Kawasan
Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, KSNT, dan Alur Laut.
2.2 Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
2.2.1 Ketentuan Teknis Muatan RZWP3K
2.2.1.1 Batas Wilayah Perencanaan RZWP3K Provinsi
Batas wilayah perencanaan RZWP3K provinsi ke arah darat adalah Kecamatan Pesisir
dan ke arah laut hingga batas wilayah pengelolaan perairan Provinsi sejauh 12 mil laut. Bagi
daerah yang telah memiliki cakupan wilayah di perairan laut berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, batas wilayah perencanaan RZWP3K mengacu pada peraturan
tersebut.
Penentuan batas wilayah perencanaan untuk daerah yang memiliki pulau-pulau kecil
mengacu pada peraturan Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan
Batas Daerah, sebagai berikut :
Tabel 2.2.1.1 - 1 Penentuan Batas Wilayah Perencanaan Daerah Yang Memiliki Pulau-
Pulau Kecil

No Penentuan Batas Wilayah Perencanaan Keterangan Gambar


1 Untuk mengukur batas daerah di laut
pada suatu pulau yang berjarak lebih
dari 2 kali 12 mil laut yang berada
dalam satu provinsi, diukur secara
melingkar dengan jarak 12 mil laut
untuk provinsi dan sepertiganya untuk

8
kabupaten/kota. Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau
yang Berjarak Lebih Dari 2 (Dua) Kali 12
Mil Laut yang Berada Dalam 1 (Satu)
Provinsi

2 Untuk mengukur batas daerah di laut


pada suatu pulau yang berjarak kurang
dari 2 (dua) kali 12 mil laut yang berada
dalam satu daerah provinsi, diukur
secara melingkar dengan jarak 12 mil
laut untuk Batas Laut Provinsi dan
sepertiganya merupakan kewenangan
Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau
pengelolaan Kabupaten dan Kota di laut.
yang Berjarak Kurang Dari 2 (Dua) Kali
12 Mil Laut yang Berada Dalam 1(Satu)
Provinsi

3 Untuk mengukur Batas Daerah di Laut


pada suatu Gugusan Pulau-Pulau yang
berada dalam satu daerah provinsi,
diukur secara melingkar dengan jarak 12
mil laut untuk batas kewenangan
pengelolaan laut provinsi dan
sepertiganya merupakan kewenangan
pengelolaan Kabupaten/kota di laut.
Contoh Penarikan Garis Batas Pada
Gugusan Pulau-Pulau yang Berada Dalam
Satu Provinsi

9
4 Untuk mengukur Batas Daerah di Laut
pada Pulau yang berada pada daerah
yang berbeda provinsi dan berjarak
kurang dari 2 kali 12 mil laut, diukur
menggunakan prinsip garis tengah
(median line).
Keterangan :
: Kewenangan pengelolaan laut
Provinsi
: Kewenangan pengelolaan laut
Kabupaten dan Kota
: Daratan/pulau
Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau
yang Berjarak Kurang Dari 2 (Dua) Kali
12 Mil Laut yang Berada Pada Provinsi
yang Berbeda
Sumber : Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah

2.2.1.2 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kabupaten/Kota
Tujuan, Kebijakan, dan Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
provinsi merupakan terjemahan dari visi dan misi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil pengembangan provinsi untuk mencapai kondisi ideal pengelolaan wilayah
pesisir dan pulaupulau kecil provinsi yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arahan
perwujudan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang (20 tahun). Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil provinsi merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi. Strategi pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan penjabaran kebijakan pengelolaan wilayah

10
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Tabel 2.2.1.2 - 1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kabupaten/Kota

Tujuan Kebijakan Strategi


Fungsi Tujuan pengelolaan wilayah Kebijakan Strategi pengelolaan
pesisir dan pulau-pulau pengelolaan wilayah wilayah pesisir dan
kecil provinsi memiliki pesisir dan pulau- pulau-pulau kecil
fungsi: pulau kecil provinsi provinsi berfungsi:
 Sebagai dasar untuk berfungsi sebagai:  Sebagai dasar
memformulasikan  Sebagai dasar untuk penyusunan
kebijakan dan strategi untuk rencana alokasi
RZWP3K provinsi; memformulasikan ruang, dan
 Memberikan arah bagi strategi penetapan
penyusunan indikasi pengelolaan kawasan strategis
program utama RZWP3K wilayah pesisir dan provinsi;
provinsi; dan pulau-pulau kecil  Memberikan arah
 Sebagai dasar penetapan provinsi; bagi penyusunan
ketentuan pengendalian  Sebagai dasar indikasi program
pemanfaatan ruang untuk merumuskan utama dalam
wilayah pesisir dan alokasi ruang RZWP3K
pulau-pulau kecil wilayah pesisir dan provinsi; dan
provinsi. pulau-pulau kecil;  Sebagai dasar
 Memberikan arah dalam penetapan
bagi penyusunan ketentuan
indikasi program pengendalian
utama pengelolaan pemanfaatan
wilayah pesisir dan ruang wilayah
pulau-pulau kecil pesisir dan pulau-
provinsi; dan pulau kecil

11
 Sebagai dasar provinsi.
penetapan
ketentuan
pengendalian
pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.

Dasar Tujuan pengelolaan wilayah Kebijakan Strategi pengelolaan


Perumusan pesisir dan pulau-pulau pengelolaan wilayah wilayah pesisir dan
kecil provinsi dirumuskan pesisir dan pulau- pulau-pulau kecil
berdasarkan: pulau kecil provinsi provinsi dirumuskan
 visi dan misi dirumuskan berdasarkan:
pembangunan wilayah berdasarkan:  Kebijakan
pesisir dan pulau-pulau  tujuan pengelolaan pengelolaan
kecil provinsi; wilayah pesisir dan wilayah pesisir
 karakteristik wilayah pulau-pulau kecil dan pulau-pulau
pesisir dan pulau-pulau provinsi; kecil wilayah
kecil provinsi;  karakteristik provinsi;
 isu strategis; dan wilayah pesisir dan  Kapasitas sumber
 kondisi objektif yang pulau-pulau kecil daya wilayah
diinginkan. provinsi; pesisir dan pulau-
 kapasitas sumber pulau kecil
daya wilayah provinsi dalam
pesisir dan pulau- melaksanakan
pulau kecil kebijakan
provinsi dalam pengelolaan
mewujudkan wilayah pesisir
tujuan pengelolaan dan pulau-pulau
wilayah pesisir dan kecil; dan

12
pulau-pulau kecil;  Ketentuan
dan peraturan
 ketentuan perundang-
peraturan undangan.
perundang-
undangan terkait.
Kriteria Tujuan pengelolaan wilayah Kebijakan Strategi pengelolaan
Perumusan pesisir dan pulau-pulau pengelolaan wilayah wilayah pesisir dan
kecil provinsi dirumuskan pesisir dan pulau- pulau-pulau kecil
dengan kriteria: pulau kecil provinsi wilayah provinsi
 tidak bertentangan dirumuskan dengan dirumuskan dengan
dengan tujuan kriteria: kriteria:
pengelolaan wilayah  Mengakomodasi  Memiliki kaitan
pesisir dan pulau-pulau kebijakan logis dengan
kecil nasional; pengelolaan kebijakan
 jelas dan dapat tercapai wilayah pesisir dan pengelolaan
sesuai jangka waktu pulau-pulau kecil wilayah pesisir dan
perencanaan; dan nasional dan pulau-pulau kecil;
 tidak bertentangan provinsi yang  Tidak
dengan peraturan berlaku pada bertentangan
perundang-undangan. wilayah provinsi dengan tujuan,
bersangkutan; kebijakan, dan
 Jelas, realistis, dan strategi
dapat pengelolaan
diimplementasikan wilayah pesisir dan
dalam jangka pulau-pulau kecil
waktu perencanaan nasional;
pada wilayah  Jelas, realistis, dan
pesisir dan pulau- dapat
pulau kecil diimplementasikan

13
provinsi dalam jangka
bersangkutan; waktu perencanaan
Mampu menjawab pada wilayah
isu-isu strategis pesisir dan pulau-
baik yang ada pulau kecil
sekarang maupun provinsi
yang diperkirakan bersangkutan
akan timbul di secara efisien dan
masa yang akan efektif;
datang; dan  Harus dapat
 Tidak bertentangan dijabarkan secara
dengan peraturan spasial dalam
perundang- rencana alokasi
undangan. ruang wilayah
pesisir dan pulau-
pulau kecil
provinsi; dan
 Tidak
bertentangan
dengan peraturan
perundang-
undangan.
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
Tujuan, kebijakan, dan strategi tersebut diatas diadopsi dari tujuan, kebijakan, dan
strategi yang tertuang dalam dokumen RSWP-3-K. Apabila belum ada, maka harus
merumuskan Tujuan, kebijakan, dan strategi Pengelolaan WP-3-K.
2.2.1.3 Rencana Alokasi Ruang RZWP3K Provinsi
RZWP3K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah Kabupaten/Kota yang secara spasial
diwujudkan dalam alokasi ruang. Alokasi ruang terbentuk dari distribusi peruntukan ruang
yang terdiri dari alokasi-alokasi ruang dengan fungsi-fungsi tertentu.
14
Tabel 2.2.1.3 - 1 Ketentuan Pengaturan Alokasi Ruang RZWP3K Provinsi

Hirarki Rencana Ketentuan Alokasi Ruang Keterangan


RZWP3K Provinsi 1. Kawasan Pemanfaatan RZWP3K Provinsi
Umum meliputi:
2. Kawasan Konservasi a. wilayah perairan yang
3. Kawasan Strategis menjadi kewenangan
Nasional Tertentu kabupaten/kota; dan
4. Alur Laut b.wilayah perairan yang
menjadi kewenangan
provinsi.

Pengaturan antara batas


akhir wilayah
Kabupaten/Kota (4 mil) s/d
12 mil ke arah laut adalah
sampai dengan zona
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
Tabel 2.2.1.3 - 2 Pembagian Alokasi Ruang RZWP3K Provinsi dalam Wilayah Perairan
yang Menjadi Kewenangan Provinsi

Arahan Pemanfaatan
Kawasan Zona
Kawasan Pemanfaatan Umum 1. pariwisata;
2. pemukiman;
3. pelabuhan;
4. pertanian;
5. hutan;
6. pertambangan;
7. perikanan tangkap;
8. perikanan budidaya;
9. industri;

15
10. fasilitas umum; dan/atau
11. pemanfaatan lainnya sesuai dengan
karakteristik biogeofisik
lingkungannya.
Kawasan Konservasi 1. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (KKP3K);
2. Kawasan Konservasi Maritim (KKM);
3. Kawasan Konservasi Perairan (KKP);
4. Sempadan pantai.
Kawasan Strategis Nasional Tertentu 1. pengelolaan batas-batas maritim
kedaulatan negara;
2. pertahanan dan keamanan negara;
3. pengelolaan situs warisan dunia;
4. kesejahteraan masyarakat; dan/atau
pelestarian lingkungan.
Alur Laut 1. alur pelayaran;
2. pipa/kabel bawah laut; dan
3. migrasi biota laut.
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
Rencana alokasi ruang RZRWP-3-K di perairan ditetapkan sebagai hasil analisis tiga
dimensi ruang, yaitu permukaan, kolom, dan dasar laut. Pada setiap dimensi, alokasi ruang
laut dapat mengakomodasi kegiatan yang multifungsi pada zona tertentu.
Dalam kolom perairan pesisir dan pulau-pulau kecil secara vertikal dapat dialokasikan
untuk berbagai zona/subzona peruntukan. Pemanfaatan ruang dimaksud didasarkan pada
hasil analisis peruntukan ruangnya secara vertikal. Walaupun demikian, alokasi berbagai
zona/subzona tersebut harus disertai dengan peraturan pemanfaatan ruang yang memuat
aturan-aturan kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan tidak diperbolehkan, serta kegiatan
yang hanya boleh dilakukan dengan syarat, yang disertai pengaturan tata waktu. Sebagai
contoh, misalnya didalam praktek biasanya pada layer permukaan dapat digunakan untuk
kegiatan pelayaran dan wisata bahari, pada layer kolom perairan dapat digunakan untuk

16
penangkapan ikan, sedangkan pada layer perairan dasar laut dapat digunakan untuk kegiatan
konservasi dan wisata selam.

Gambar 2.2.1.3 - 1 Ilustrasi Alokasi Ruang Laut Tiga Dimensi


2.2.1.4 Peraturan Pemanfaatan Ruang
Peraturan pemanfaatan ruang provinsi berisi ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang
dan ketentuan pengendaliannya yang disusun untuk setiap zona peruntukan dalam
RZWP3K. RZWP3K provinsi memuat peraturan pemanfaatan ruang pada wilayah perairan
yang menjadi kewenangan provinsi.
Ketentuan peraturan pemanfaatan ruang berfungsi:
a. sebagai alat pengendali pengembangan kawasan/zona/subzona;
b. menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana zonasi;
c. menjamin agar kegiatan pemanfaatan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang
telah berjalan dan sesuai dengan rencana alokasi ruang; dan
d. mencegah dampak pembangunan yang merugikan.
Ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang merupakan persyaratan kegiatan pemanfaatan
kawasan/zona yang meliputi:
a. jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kawasan/zona (dinyatakan dalam
kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan tidak diperbolehkan, serta kegiatan yang hanya
boleh dilakukan dengan syarat)
b. Besaran kegiatan pemanfaatan pada kawasan/zona (dinyatakan dalam luas jenis
kegiatan pemanfaatan yang boleh dilakukan pada kawasan/zona)
17
c. ketentuan teknis kegiatan pemanfaatan kawasan/zona (sesuai dengan ketentuan
peraturan teknis kegiatan sektor bersangkutan)
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang yang dilaksanakan melalui instrumen perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta arahan pengenaan sanksi.

Gambar 2.2.1.4 - 1 Hubungan Instrumen Perencanaan, Pengendalian dan Program


Sumber : Pedoman Penyususnan Teknis RZWP3K Provinsi
Peraturan pemanfaatan ruang memuat ketentuan umum persyaratan kegiatan pemanfaatan
kawasan/zona yang meliputi :
1. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona adalah penjabaran secara
umum ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
yang mencakup seluruh wilayah administratif;
2. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona berfungsi sebagai:
a. bagi penentuan persyaratan kegiatan pemanfaatan kawasan/zona;
b. bagi bahan pertimbangan pemberian izin ; dan
c. pengawasan kegiatan pemanfaatan ruang.
3. ketentuan umum pernyataan pemanfaatan kawasan/zona yang ditetapkan dalam
RZWP-3K berisikan:
a. jenis alokasi ruang, deskripsi atau definisi alokasi ruang yang telah ditetapkan
dalam rencana alokasi ruang WP-3-K;

18
b. ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh ijin;
c. ketentuan tentang prasarana minimum yang perlu diatur terkait pemanfaatan
ruang;
d. ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan provinsi
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, seperti pada kawasan konservasi.
2.2.1.5 Arahan Pemanfaatan Ruang RZWP3K
Arahan pemanfaatan ruang WP3K dijabarkan ke dalam indikasi program utama dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan hingga akhir tahun perencanaan 20 (duapuluh)
tahun. Arahan pemanfaatan ruang WP3K provinsi berfungsi sebagai :
1. acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
2. arahan dalam penyusunan program sektoral (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
3. dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan
4. acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi

Arahan pemanfaatan ruang WP3K provinsi disusun berdasarkan:


rencana alokasi ruang;
1. ketersediaan sumber daya dan sumber pendanaan;
2. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan
3. prioritas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD atau RSWP-3-K.
Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil provinsi meliputi :
a. Usulan program utama
Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil provinsi yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama
atau diprioritaskan untuk mewujudkan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil provinsi sesuai tujuan.
b. Lokasi

19
Lokasi adalah tempat yang dijabarkan dalam koordinat geografis serta dituangkan diatas
peta, dimana usulan program utama akan dilaksanakan.

c. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah/luas satuan masing-masing usulan program utama
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD provinsi, APBN, swasta dan/atau
masyarakat.
e. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai
dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, serta masyarakat.
f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh)
tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program
mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Program utama
5 (lima) tahun dapat dirinci kedalam program utama tahunan.

2.2.2 Prosedur dan Penyusunan RZWP3K


Prosedur penyusunan RZWP3K merupakan tahapan yang dilalui sebelum disusun
RZWP3K, meliputi tahap pra penyusunan RZWP3K, yaitu kegiatan identifikasi stakeholder,
sosialisasi, dan pelatihan/Bimbingan Teknis (Bimtek), dan tahap pembentukan tim penyusun
RZWP3K.
2.2.2.1 Pra Penyusunan RZWP3K
2.2.2.1.1 Identifikasi Stakeholder
Langkah awal sebelum disusun RZWP-3-K, harus dilakukan identifikasi Stakeholders
„users‟ laut dengan menggunakan pendekatan Stakeholders Analysis yang meliputi
identifikasi pemangku kepentingan, tingkat otoritas yang dimiliki, tingkat kepentingan
masing-masing pemangku kepentingan terhadap sumberdaya dan perencanaan RZWP-3K,
pengaruh pemangku kepentingan dalam implementasi RZWP-3-K. Kegunaannya adalah

20
untuk melihat potensi-potensi peluang serta hambatan yang akan terjadi selama pelaksanaan
penyusunan RZWP-3-K, dan agar apabila terjadi hambatan dalam penyusunan RZWP-3-K,
dapat segera dianalisis pihak-pihak mana yang berpengaruh dan untuk segera ditangani.
Analisis ini diharapkan dapat menghasilkan pendekatan dan strategi untuk melancarkan
pelaksanaan penyusunan RZWP-3-K.
2.2.2.1.2 Sosialisasi
Sosialisasi perlu dilakukan sebelum dilakukan penyusunan RZWP3K. Sosialisasi
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk di dalamnya terkait kebijakan dan program
terkait penyusunan RZWP-3-K, menumbuhkan rasa kepemilikan dari para pemangku
kepentingan terhadap rencana yang berlangsung di daerahnya. Sosialisasi perlu dilakukan
untuk meminimalisir konflik di kemudian hari, oleh karena itu pada saat sosialisasi harus
melibatkan berbagai pihak terkait.
Sosialisasi penyusunan RZWP-3-K harus memiliki strategi komunikasi agar tercapai
tujuan secara efektif. Penentuan target, pesan utama yang akan disampaikan (key message),
media penyampaian (channeling) dan metode penyampaian harus disusun sedemikian rupa
agar masing-masing Stakeholders memahami perlunya RZWP-3-K. Identifikasi target
sosialisasi dapat diselaraskan dengan identifikasi Stakeholders sehingga dapat disinkronkan
satu sama lain.
2.2.2.1.3 Pelatihan/Bimbingan Teknis (BIMTEK)
Pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan anggota Kelompok Kerja
Perencanaan Tata Ruang pada lembaga yang mengkoordinasikan penataan ruang di
daerah/BKPRD (Tim Penyusun RZWP-3-K) dalam menyusun dokumen RZWP-3-K.
2.2.2.2 Penyususnan RZWP3K
Seluruh tahapan dalam proses penyusunan RZWP-3-K merupakan langkah yang mutlak
dilalui untuk mencapai dokumen final yang merupakan hasil perencanaan bersama. Proses
penyusunan RZWP-3-K, meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan Penyusunan RZWP-3-K
2. Penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K
3. Penetapan Ranperda RZWP-3-K

21
Gambar 2.2.2.2 - 1 Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

22
Gambar 2.2.2.2 - 2 Proses Penyusunan RZWP-3-K Provinsi melalui Pelibatan Masyarakat
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

Gambar 2.2.2.2 - 3 Contoh Jangka Waktu Penyusunan RZWP-3-K Provinsi


Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi

23
Jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses penyusunan RZWP-3-K provinsi hingga
dokumen final selesai diupayakan seefektif mungkin, minimal selama 12 (duabelas) bulan /
24 (dua puluh empat) bulan dan jangka waktu maksimal adalah 5 (lima) tahun.
Tahap penyusunan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi aspek politik, sosial, budaya,
pertahanan, keamanan, keuangan/pembiayaan pembangunan daerah, ketersediaan data, dan
faktor lainnya di dalam wilayah provinsi bersangkutan, sehingga perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk setiap tahap penyusunan RZWP-3-K disesuaikan dengan situasi dan
kondisi kabupaten yang bersangkutan.
2.2.2.2.1 Persiapan Penyusunan RZWP3K
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan, meliputi:
1. Persiapan awal pelaksanaan, meliputi: penyusunan rencana kerja, Kerangka Acuan
Kerja (KAK)/Terms of Reference (TOR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Rencana kerja adalah langkah-langkah yang dibuat untuk mencapai target yang
disertai dengan jadwal waktu pelaksanaan dan personil yang melaksanakan. Target
yang akan dicapai adalah tersusunnya Peraturan Daerah (PERDA) mengenai
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kerangka Acuan Kerja
(KAK) / Terms of Reference (TOR) adalah dokumen perencanaan yang memberikan
gambaran umum mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan. Contoh lengkap TOR
dan RAB sebagaimana dalam lampiran 8 dan 9.
2. Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
a. Penyiapan personil dalam tim kerja
b. Penyiapan administrasi
c. Studi literatur sebagai awal atau referensi untuk pelaksanaan kegiatan.
d. Penyusunan rencana kerja
- Jadwal pekerjaan
- Metode pengumpulan data/survei lapangan berdasarkan Peta RBI, LPI, Peta
Laut Dishidros TNI AL, dan Citra Satelit di wilayah perencanaan.
- Peta rencana lokasi sampling
3. Pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukannya penyusunan RZWP-3-K.

24
2.2.2.2.2 Penyususnan Dokumen Final RZWP3K
Secara umum, tahapan dalam proses penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K adalah
sebagai berikut (Draft Revisi permen KP 16 Tahun 2008):
1. pengumpulan data;
2. survei lapangan;
3. pengolahan dan analisis data
4. deskripsi potensi dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau - pulau kecil;
5. penyusunan dokumen awal;
6. konsultasi publik;
7. penentuan usulan alokasi ruang;
8. penyusunan dokumen antara;
9. konsultasi publik;
10. penyusunan dokumen final; dan
11. permintaan tanggapan dan/atau saran.

Berikut merupakan tahapannya :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang tersedia
berupa spasial dan non spasial. Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua)
dataset dasar (terrestrial dan batrimetri) dan 10 (sepuluh) dataset tematik (geologi dan
geomorfologi laut, oseanografi, Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan (jenis dan
kelimpahan ikan), penggunaan lahan dan status lahan, Data Pemanfaatan Wilayah Laut
Eksisting, Sumberdaya Air, Infrastruktur, Demografi, Ekonomi Wilayah dan resiko
bencana dan pencemaran). Data dan informasi tersebut diatas dapat diperoleh dari
lembaga atau institusi terkait dalam bentuk laporan, buku, diagram, peta, foto, dan media
penyimpanan lainnya.
Data dasar dan tematik untuk pemetaan rencana zonasi WP-3-K provinsi memiliki
skala, ketelitian dan kedetilan informasi, yaitu: skala minimal 1:250.000

25
Ketersediaan data harus memenuhi persyaratan secara kualitas maupun
kuantitas,yaitu:
a. Kualitas
1. skala;
2. akurasi geometri;
3. kedetailan data;
4. kedalaman data;
5. kemutakhiran data;
6. sumber data.
b. Kuantitas
secara kuantitas memenuhi ketentuan kelengkapan jenis data (12 dataset).

Apabila ketersediaan data belum memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas di atas
maka perlu dilakukan survei lapangan.
Dalam penyusunan rencana zonasi WP-3-K, dibutuhkan data dasar dan tematik
dengan skala, ketelitian data dan kedetilan informasi yang berbeda. Jenis data yang
digunakan dalam penyusunan rencana zonasi dibedakan untuk kabupaten/kota, yang
terdiri atas :
1. Peta Dasar dan Citra Satelit
2. Data Spasial Dasar
3. Data Spasial dan Non Spasial Tematik
Jenis, fungsi, dan manfaat data yang diperlukan dapat mengacu pada Pedoman Teknis
Penyusunan Peta RZWP-3-K. Untuk alokasi ruang yang memerlukan kegiatan reklamasi
diperlukan data tambahan berupa data geoteknik.
2. Survei Lapangan

Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka melengkapi data yang belum sesuai
kebutuhan. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan
data primer bertujuan untuk:
Melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya o
Melakukan pengumpulan data primer yang belum tersedia. Data primer yang
dikumpulkan, antara lain

26
1. Data Terestrial
a. Tanah
b. Topografi
c. kemiringan lereng
2. Data Bathimetri
3. Data Geologi dan Geomorfologi Laut (substrat dasar laut)
4. Data Oseanografi (arus, pasang surut, gelombang, kualitas air, biologi perairan)
5. Data Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
a. Data ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove, lamun)
b. Data jenis dan kelimpahan ikan
6. Data Penggunaan Lahan dan Status Lahan (kepemilikan lahan)
7. Data Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting (misalnya : perikanan budidaya,
perikanan tangkap, pariwisata, pertambangan, pelabuhan, alur pelayaran, alur
biota, kawasan konservasi)
8. Data Sumberdaya Air
9. Data Infrastruktu
10. Data Demografi dan Sosial
a. Jumlah penduduk
b. Jumlah tenaga kerja
c. Kepadatan penduduk
d. Proyeksi pertumbuhan penduduk
e. Mata pencaharian penduduk
f. Jumlah nelayan dan dan pembudidaya ikan
g. wilayah masyarakat hukum adat
h. wilayah penangkapan ikan secara tradisional
i. kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk tempat suci dan
kegiatan peribadatannya
j. aktifitas/ritual keagamaan dan situs cagar budaya.
11. Data Ekonomi Wilayah
a. PDRB
b. Pendapatan per kapita

27
c. Angkatan kerja dan tingkat pengangguran
d. Laju pertumbuhan ekonomi sektoral dan kabupaten
e. Komoditi unggulan
f. Kegiatan perekonomian perikanan dan kelautan
g. Produksi perikanan
12. Data Resiko Bencana dan Pencemaran
a. Jenis, lokasi, batas riwayat kebencanaan, tingkat kerusakan dan kerugian
bencana
b. Sumber dan lokasi pencemaran
Teknik untuk melakukan survei di lapangan yang antara lain meliputi:
 Observasi
 Pengambilan sampel
 Pengukuran
 Wawancara
 Penyebaran kuesioner
 Focus Group Discussion (FGD)

FGD bertujuan untuk menjaring aspirasi dan masukan dari masyarakat dan para
pemangku kepentingan lain, terkait dengan permasalahan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil. FGD ini melibatkan instansi pemerintah terkait, unsur
perwakilan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat (tokoh adat), kelompok-kelompok
masyarakat yang bergerak di wilayah pesisir dan laut dan LSM. Metode survei tiap data
akan dibahas lebih lanjut pada Pedoman Teknis Penyusunan Peta RZWP-3-K.
3. Pengolahan Dan Analisis Data

Penyusunan peta rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di tingkat
Provinsi membutuhkan data dasar dan tematik pendukung dalam proses penyusunannya.
Data/peta dasar yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi tematik yang
disusun dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) dataset dasar, terdiri dari data terestrial
dan bathimetri. Data/peta dasar tersebut secara umum telah disediakan oleh instansi
terkait, namun apabila tidak tersedia maka perlu dilakukan pemetaan dan analisis sesuai
dengan kebutuhan perencanaan yang dilakukan.

28
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan peta-peta
tematik. Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh data yang siap digunakan untuk
analisis. Pengolahan data meliputi:
1. Konversi data non spasial ke format spasial
2. Standarisasi format dan kelengkapan data
3. Perbaikan data

Analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi sesuai dengan tema yang
dibutuhkan. Aktivitas yang dilakukan adalah:
1. Interpolasi spasial/pemodelan ruang untuk menghasilkan keseragaman data
melalui pendekatan nilai yang sama.
2. Pemodelan matematis
3. Simbolisasi dan penyajian hasil analisis menjadi peta-peta tematik

Data tematik yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi terdiri dari 10
(sepuluh) dataset peta, meliputi geologi dan geomorfologi; oseanografi; penggunaan
lahan, status lahan dan rencana tata ruang wilayah; pemanfaatan wilayah laut;
sumberdaya air; ekosistem wilayah pesisir dan sumberdaya ikan; infrastruktur; demografi
dan sosial; ekonomi wilayah; dan kerawanan dan risiko bencana. Fungsi data/peta
tematik tersebut adalah sebagai dasar penyusunan peta paket sumberdaya dan kesesuaian
lahan/perairan.
Pengolahan dan analisis peta tematik dilakukan sesuai dengan hirarki perencanaan,
baik provinsi, kabupaten maupun kota. Beberapa komponen yang harus diperhatikan
antara lain input data, proses pengolahan data dan output peta tematik yang dihasilkan.
Input data untuk penyusunan peta tematik provinsi, kabupaten dan kota berbeda,
demikian pula proses pengolahan yang dilakukan dan kerincian informasi tematik pada
output peta.
4. Deskripsi Potensi Dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dan Pulau -
Pulau Kecil

Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data serta disajikan dalam bentuk peta
tematik selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang telah
disusun.

29
a. Deskripsi potensi sumberdaya Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Deskripsi potensi sumberdaya dilakukan untuk mengetahui potensi sumberdaya saat
ini (eksisting) berdasarkan peta tematik yang telah disusun. Potensi sumberdaya yang
dapat dideskripsikan antara lain potensi sebaran ikan, potensi ekosistem pesisir,
potensi pariwisata, potensi pertambangan, dll.
b. Deskripsi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Deskripsi ini meliputi deskripsi terhadap potensi kegiatan-kegiatan pemanfaatan
sumberdaya di masa lalu dan saat ini (eksisting) yang terdiri dari rona-rona dan
fasilitas yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam (penangkapan ikan,
budidaya perairan, pertanian, penambangan, kehutanan, wisata, habitat cagar alam
laut, kapabilitas sumberdaya), pelabuhan, lokasi-lokasi industri, lokasi-lokasi
pemukiman dan perkotaan, serta fasilitas wisata.
5. Penyusunan Dokumen Awal;

Penyusunan dokumen awal dilaksanakan setelah Tim Teknis melakukan pengolahan


dan analisis data untuk disusun dalam peta-peta tematik. Output dokumen awal adalah
peta-peta tematik.
Sistematika Dokumen Awal, sekurang-kurangnya memuat
1. Pendahuluan
- Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K
- Profil Wilayah
- Isu-isu Strategis Wilayah
- Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
2. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
3. Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan
Pemanfaatan
4. Album Peta Tematik, yang mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan Peta
RZWP-3-K
6. Konsultasi Publik I

30
Selanjutnya Dokumen awal RZWP-3-K wajib dilakukan konsultasi publik untuk
memverifikasi data dan informasi, dan untuk mendapatkan masukan, tanggapan atau
saran. Konsultasi publik adalah suatu proses penggalian dan dialog masukan, tanggapan
dan sanggahan antara pemerintah daerah dengan pemerintah, dan pemangku kepentingan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilaksanakan antara lain melalui rapat,
musyawarah/rembug desa, dan lokakarya. Tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi
publik I (pertama).
7. Penentuan Usulan Alokasi Ruang

Setelah dokumen awal diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran pada
saat konsultasi publik I, maka dilanjutkan dengan kegiatan penentuan usulan alokasi
ruang. Peta-peta tematik yang telah disepakati pada saat Konsultasi Publik I (pertama)
dan tersusun dalam Dokumen Awal, selanjutnya dianalisis melalui dua metode, yaitu : a)
penyusunan Paket Sumberdaya terhadap kriteria kawasan; dan/atau b) kesesuaian lahan
(perairan pesisir dan/atau daratan pulau kecil) terhadap kawasan, zona. Hasil analisis ini
berupa usulan alokasi ruang. Untuk mempertajam usulan alokasi ruang maka dilakukan
analisis non spasial.
a. Penyusunan Paket Sumberdaya Paket atau satuan sumberdaya merupakan
informasi mengenai kondisi sumberdaya yang ada di area tertentu di dalam satu
unit perencanaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Unit perencanaan
merupakan kawasan tertentu yang ada di suatu wilayah perencanaan (Provinsi
atau Kabupaten/kota). Batas spasial unit perencanaan merupakan kombinasi dari
kondisi topografi, oseanografi, ekologi, pemanfaatan/penggunaan lahan/perairan
saat ini (eksisting). Di dalam setiap unit perencanaan terdapat paket-paket
sumberdaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan
karakteristik biofisik dan lingkungannya. Berbagai kegiatan pemanfaatan umum
yang dapat dikembangkan diantaranya perikanan tangkap, budidaya perairan,
wisata bahari, permukiman, rekreasi, industri, pertambangan, hutan dan
sebagainya. Secara umum, peta paket sumberdaya secara spasial merupakan
kombinasi dari 2 (dua) dataset dasar (baseline dataset) dan 10 (sepuluh) dataset
tematik (thematic dataset) yang diperoleh melalui tumpangsusun (overlay) peta

31
tematik. Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya hasil proses matching, kemudian
dilakukan pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya yang ada di setiap unit pemetaan
sumberdaya yang ada. Secara teknis, proses penyusunan Paket Sumberdaya dan
identifikasi nilai-nilai sumberdaya mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan
Peta RZWP-3-K.
b. Analisis Kesesuaian Lahan (Perairan Pesisir dan/atau Daratan Pulau Kecil)
Terhadap Kawasan, Zona Analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap wilayah
perairan pesisir dan/atau daratan pulau kecil. Analisis kesesuaian lahan dilakukan
dengan cara mendeliniasi masing-masing parameter peta-peta tematik
berdasarkan kriteria kesesuaian zona/subzona tertentu. Hasil deliniasi masing-
masing parameter peta-peta tematik tersebut diatas dilakukan overlay/tumpang
susun. Proses ini dilakukan dengan cara yang sama terhadap parameter peta-peta
tematik tertentu berdasarkan kriteria kawasan/zona lainnya. Hasil dari proses
overlay tersebut diatas adalah peta-peta kesesuaian untuk masing-masing
kawasan/zona dengan kategori kesesuaiannya (sesuai (S1), kurang sesuai (S2),
dan tidak sesuai (N)). Masing-masing peta-peta kesesuaian kawasan/zona
tersebut kemudian dioverlay sehingga menghasilkan peta multikesesuaian untuk
kawasan/zona. Berdasarkan peta multikesesuaian dilakukan penilaian kesesuaian
akhir untuk kawasan/zona, sehingga dihasilkan usulan alokasi ruang dalam bentuk
peta Alokasi Ruang. Apabila dalam satu lokasi memiliki beberapa kategori
kesesuaian yang sama maka perlu dilakukan analisis non spasial.
8. Penyusunan Dokumen Antara

Penyusunan dokumen antara dilaksanakan setelah melakukan tahapan penentuan


usulan alokasi ruang. Sistematika Dokumen Antara, sekurang-kurangnya memuat :
1. Pendahuluan
- Dasar Hukum Penyusunan RZWP-3-K
- Profil Wilayah
- Isu-isu Strategis Wilayah
- Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
2. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

32
3. Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan
Pemanfaatan
4. Rencana Alokasi Ruang yang berisi Peta RZWP-3-K
5. Peraturan Pemanfaatan Ruang
6. Indikasi Program RZWP-3-K
7. Album Peta Tematik dan Peta RZWP-3-K
9. Konsultasi Publik II

Konsultasi publik pada tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi publik II (kedua)
yang dilakukan untuk memverifikasi draft rencana zonasi, arahan pemanfaatan dan
memeriksa konsistensi draft RZWP-3-K dengan RTRW dan aturan-aturan lainnya,
sehingga draft rencana alokasi ruang dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan
daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah perbaikan dan penyempurnaan dari draft
dokumen antara dan memfasilitasi aspirasi dari seluruh Stakeholder terkait, serta
penetapan alokasi ruang ke dalam kawasan/zona dalam dokumen final yang akan
disusun.
10. Penyusunan Dokumen Final
Setelah Dokumen Antara diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran
pada saat konsultasi publik II, selanjutnya Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, Deskripsi Kawasan/Zona, Peraturan Pemanfaatan Ruang, dan Indikasi
Program dibahasahukumkan menjadi draft rancangan perda RZWP-3-K.
Dokumen Final merupakan perbaikan Dokumen Antara yang telah
dikonsultasipublikkan. Sistematika dokumen final RZWP-3-K, sekurang-kurangnya
terdiri atas:
1. Pendahuluan yang memuat Dasar Hukum Penyusunan RZWP3K, Profil Wilayah,
Isu-isu Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
2. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi;
3. Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan
Pemanfaatan

33
4. Rencana Alokasi Ruang;
5. Peraturan Pemanfaatan Ruang;
6. Indikasi program;
7. Album Peta Tematik dan Album Peta RZWP-3-K; dan
8. Draft Rancangan Perda RZWP-3-K.
Setelah Dokumen Final RZWP-3-K diperbaiki berdasarkan tanggapan dan/atau saran
oleh Menteri selanjutnya dilakukan pembahasan Ranperda di daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

34
BAB III

REVIEW RZWP3K
3.1 Review Ketentuan Teknis Muatan RZWP3K
3.1.1 Review Pendahuluan
3.1.1.1 Latar Belakang
Bagian latar belakang RZWP3K Jawa Timur ini menjelaskan mengenai keberagaman
potensi sumberdaya alam dan sumber daya hayati yang terpampang di sepanjang pantai
provinsi Jawa Timur, dijelaskan juga mengenai kondisi dari keanekaragaman sumberdaya
yang ada di sana. Dibuktikan di sepanjang Provinsi Jawa Timur dapat dijumpai beragam
SDA mulai dari hutan mangrove, terumbu karangdan lain sebagainya. Untuk kondisi
tututpan lahan cukup baik, namun Lamun di Laut Jawa Selat bali kondisinya kurang baik.
Selain itu terdapat potensi sumber daya hayati lain seperti cemara udang dengan kondisi
yang baik dan juga terdapat ikan pelagis. Selain menjelaskan potensi sumberdaya alam
hayati disisi lain sumber daya non hayatinya juga memiliki potensi untuk berkembang di
Perairan Provinsi Jaw Timur. Selain itu pada bagian latar belakang juga membahas terkait
UU tentang Pengelolaan Wilayah Peisir dan Pulau-pulau kecil dan bagaimana kewenangan
pengelolaan laut.
3.1.1.2 Maksud, Tujuan, Sasaran
Pada RZWP3K Provinsi Jawa Timur, sub bab Maksud, Tujuan dan Sasaran membahas
mengenai ketiga hal tersebut. Tujuan dari sub bab ini adalah untuk menyusun dokumen
Provinsi Jatwa Timur. Selain tujuan, dipaparkan juga mengenai sasaran-sasaran dari tiap
kegiatan penyususnan dokumen RZWP3K Provinsi Jawa Timur ini. Beberapa sasaran
tersebut diantara lain melakukan identifikasi potensi sumberdaya hayati, non hayati, buatan
dan jasa lingkungan, mengidentifikasi kondisi sosial, mengidentifikasi isu-isu strategis
Kawasan, menyusun peta sesuai kebutuhan, memformulasikan tujuan,kebijakan dan strategi
pengolaan,menyusun rencana alokasi ruang, menyusun arah pemanfaatan di masing-masing
zona/kawsan, menyusun peraturan pemanfaatan kawasan ruang, memformulasikan indikasi
program dan menyusun rencana pola interaksi regional, nasional dan internasional untuk
mendukung kegiatan investasi yang akan dikembangkan di kawasan.

35
3.1.1.3 Ruang Lingkup
Pada bagian ruang lingkup pembahasannya dibagi menjadi 2, yaitu ruanglingkup wilayah
dan ruang lingkup kegiatan.Dimana pada bagian ruang lingkup wilayah membahas profile
Provinsi Jawa Timur mulai dari batas wilayah dan jumlah kabupatem. Sedangkan untuk
Ruang Lingkup Kegiatan dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap identifikasi
kelengkapan data, survei lapangan, pengelolaan dan analisis data non spaasial, penentuan
alokasi ruang, penyususnan peraturan pemanfatan ruang, dan yang terakhir indikasi program
3.1.1.4 Dasar Hukum
Dasar Hukum menjelaskan landasan yang menjadi sebuah dasar dalam pertimbangan
kegiatan penyususnan RZWP3K Provinsi Jawa Timur diantaranya yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/Jawa Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Djawa
Timur (Himpunan Peraturan-peraturan Negara Tahun 1950), sebagaimana telah
diubah dengan Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan
Dalam Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan
Negara Tahun 1950);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3647);
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);

36
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);
8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4169);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073);
11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
12. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
14. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
15. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5490);
16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746);

37
17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
18. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4925);
19. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
20. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
22. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
23. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5214);
24. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
25. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
26. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
27. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
28. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

38
Indonesia Nomor 5870);
29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3816);
30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4211) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2002 tentang tentang
Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4854);
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang
Konservasi Sumberdaya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4779);
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4828);
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8,

39
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang
Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5154);
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaga Negara Nomor 5160);
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Kepelabuhanan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 119), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5161);
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5217);
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5393);
45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014 tentang
Wilayah Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5574);
46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 142 Tahun 2015 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
365, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806);
47. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2012 tentang
Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
48. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;

40
49. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
50. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan;
51. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil;
52. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.20/MEN/2008 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di
Sekitarnya;
53. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/MEN-
KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 28/MEN-KP/2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 17/MEN-KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
54. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia;
55. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
40/PERMEN-KP/2014 tentang Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
56. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil;
57. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
71/PERMEN-KP/2016 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat
Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
59. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan;
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
61. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 tentang Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
62. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 37 Tahun 2013
tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertambangan;

41
63. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2005 tentang Usaha
Perikanan dan Usaha Kelautan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 3 Seri C);
64. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1 Seri
E);
65. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 15).
66. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2012 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 4 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 16);
67. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 97 Tahun 2011 tentang Rencana Strategis
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2011-2030; dan
68. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 80 Tahun 2014 tentang Pemanfaatan Ruang
pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa Timur (Berita
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Nomor 80 Seri E).
3.1.1.5 Profl Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Timur
3.1.1.5.1 Letak Geografis dan Administratif
Profil Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Timur menjelaskan letak geografis dan adminisratif
provinsi Jawa Timur secara lebih rinci dan disertai dengan gambar peta, dengan
menyebutkan seluruh kabupaten/dan kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten
Bangkalan sendiri memiliki 10 Kecamatan dengan luas total 54,237 hektar.
Tabel
3.1.1.5.1 - 1
Kabupaten Bangkalan a Kecamatan Kamal 4.140
Daftar
b Kecamatan Labang 3.523
Kecamata
c Kecamatan Kwanyar 4.781
dan Luas
Kecamatan d Kecamatan Modung 7.879
di e Kecamatan Socah 5.382
Kabupaten f Kecamatan Bangkalan 3.502
Bangkalan g Kecamatan Arosbaya 4.246
h Kecamatan Tanjung Bumi 6.749
i Kecamatan Sepulu 7.325
j Kecamatan Klampis 6.710
Total Luas 54.237

42
Sumber : RZWP3K Provinsi Jawa Timur
Selain itu dijelaskan juga mengenai Panjang garis pantai yang ada di Provinsi Jawa
Timur secara rinci dan detail, untuk Kabupaten Bangkalan memiliki Panjang garis pantai
sebesar 137,63 km .
3.1.1.5.2 Kondisi Fisik Darat (Terrestrial)
Lalu dipaparkan juga mengenai kondisi fisik darat pada wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Provinsi Jawa Timur akan mencakup topografi, geologi, jenis dan kedalaman efektif
tanah, hidrologi, dan klimatologi yang juga disertai dengan peta.
a. Topografi

Kabupaten Bangkalan sendiri merupakan wilayah dengan kondisi topografi yang terletak
di pesisir pantai rata-rata berada pada ketinggian antara 2 hingga 45 mdpl dengan rata-rata
tingkat kelerengan 0-15%.
b. Geologi
 Jenis dan Kedalaman Efektif Tanah
Jenis tanah yang mendominasi wilayah pesisir Bangkalan adalah mediteran dan
alluvial dengan tingkat kedalaman efektif tanah rata-rata >90 cm.
 Hidrologi
Selain dipengaruhi oleh keberadaan sungai, hidrologi di pesisir Bangkalan juga
dipengaruhi oleh beberapa sumber air.
 Klimatologi
Curah hujan rata-rata sebesar 16mm/bulan dengan curah hujan tertinggi di
Kecamatan Sepulu.
c. Karakteristik Perairan
 Tipe Pantai

43
Tipe pantai di daerah Selat Madura adalah pantai berlumpur, pantai berpasir, dan
pasir berkarang (khusunya pada wilayah Kepulauan di Kabupaten Sumenep dan
Bangkalan).
 Bathimetri
Perairan Kabupaten Bangkalan hingga 4 mil dari garis pantai memiliki kedalaman
antara 2 hingga 30 meter. Pada wilayah laut terluar hingga 12 mil dari garis pantai
memiliki kedalaman hingga 50 meter. Pada perairan Selat Madura yang diapit oleh
Kecamatan Gresik, Kota Surabaya, dan Kabupaten Bangkalan memiliki kedalaman
yang berkisar antara 2-20 meter.
 Arus Pasang Surut
 Angin dan Gelombang
 Suhu Permukaan Laut
Kisaran suhu permukaan laut perairan Bangkalan sebesar 28,750C hingga 31,750C
dengan suhu minimun terjadi di bulan Agustus dan suhu maksimum terjadi di bulan
Desember.
 pH
Nilai pH yang diperoleh pada perairan Kabupaten Bangkalan menunjukkan pH netral
yakni berkisar 7-8.
 Salinitas
Nilai salinitas di perairan Bangkalan berkisar antara 26‰ (pro mil) sampai dengan
30‰ (pro mil).
 Klorofil
Sebaran klorofil-a di perairan Bangkalan berada pada klasifikasi cukup tinggi pada
bulan Agustus yaitu mencapai 14,5 mg/m3
 Kecerahan
Kondisi kecerahan perairan di Kabupaten Bangkalan sebesar 1-4 meter.
 Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO)
Kandungan oksigen terlarut di perairan Kabupaten Bangkalansebesar 10 mg/liter
 Substrat Dasar Laut

44
Substrat dasar laut di perairan bagian utara Kabupaten Bangkalan didominasi jenis
koral pada sepanjang garis pantai, pasir lanauan, dan lumpur. Pada perairan bagian
barat Kabupaten Bangkalan didominasi oleh substrat dengan jenis pasir dan pasir
lanauan. Sedangkan substrat dasar laut pada perairan bagian selatan Kabupaten
Bangkalan (Selat Madura) didominasi oleh jenis pasir lanauan, lumpur, hingga
lumpur pasiran.
 Deposit Pasir Laut
Tidak memiliki deposit dalam laut

3.1.1.5.3 Kondisi Kependudukan


Tabel 3.1.1.5.3 - 1 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk (Jiwa)


No Nama Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015
1 Kabupaten Bangkalan
a Kecamatan Kamal 56.743 46.562 47.501 48.051 48.916
b Kecamatan Labang 46.908 33.772 34.451 34.142 43.972
c Kecamatan Kwanyar 62.512 42.315 43.165 42.732 38.763
d Kecamatan Modung 64.816 44.521 45.416 44.402 44.904
e Kecamatan Socah 75.131 53.668 54.749 54.712 61.620
f Kecamatan Bangkalan 94.211 77.531 79.091 82.396 73.980
g Kecamatan Arosbaya 59.296 40.746 41.566 41.796 44.668
h Kecamatan Tanjung Bumi 66.320 49.325 50.319 51.247 52.300
i Kecamatan Sepulu 59.272 39.350 40.141 39.882 47.516
j Kecamatan Klampis 74.415 49.013 49.999 49.712 45.492
Total 493.461 354.154 361.281 364.147 370.480

Tabel 3.1.1.5.3 - 2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)


Luas
No Nama Kabupaten/Kota
(Km2) 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kabupaten Bangkalan
a Kecamatan Kamal 41,4 1.371 1.371 1.147 1.161 1.182
b Kecamatan Labang 35,23 1.331 1.331 978 969 1.248
c Kecamatan Kwanyar 47,81 1.308 1.308 903 894 811

45
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Luas
No Nama Kabupaten/Kota
(Km2) 2011 2012 2013 2014 2015
d Kecamatan Modung 78,79 823 823 576 564 570
e Kecamatan Socah 53,82 1.396 1.396 1.017 1.017 1.145
f Kecamatan Bangkalan 35,02 2.690 2.690 2.258 2.353 2.113
g Kecamatan Arosbaya 42,46 1.397 1.397 979 984 1.052
h Kecamatan Tanjung Bumi 67,49 983 983 746 759 775
i Kecamatan Sepulu 73,25 809 809 548 544 649
j Kecamatan Klampis 67,1 1.109 1.109 745 741 678
Total

3.1.1.5.4 Kondisi Perekonomian


 Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
 Laju pertumbuhan Ekonomi

 Ketenagakerjaan

Tabel 3.1.1.5.4 - 1 Daftar UMK (Upah Minimum Kota) di Jawa Timur Tahun 2016
Berdasarkan Kabupaten/Kota

NO KABUPATEN/KOTA UMK (Rp.)


1 Kota Surabaya 3.045.000
2 Kabupaten Gresik 3.042.500
3 Kabupaten Sidoarjo 3.040.000
4 Kabupaten Pasuruan 3.037.500
5 Kabupaten Malang 2.188.000
6 Kabupaten Tuban 1.757.000
7 Kota Pasuruan 1.757.000
8 Kabupaten Probolinggo 1.736.000
9 Kabupaten Jember 1.629.000
10 Kota Probolinggo 1.603.000
11 Kabupaten Banyuwangi 1.599.000
12 Kabupaten Sampang 1.387.000
13 Kabupaten Lumajang 1.437.000
14 Kabupaten Tulungagung 1.420.000
15 Kabupaten Bangkalan 1.414.000
16 Kabupaten Pamekasan 1.350.000
17 Kabupaten Sumenep 1.398.000
18 Kabupaten Situbondo 1.374.000
19 Kabupaten Blitar 1.394.000

46
NO KABUPATEN/KOTA UMK (Rp.)
20 Kabupaten Trenggalek 1.283.000
21 Kabupaten Pacitan 1.283.000
22 Kabupaten Lamongan 1.573.000
Sumber: disnakertransduk.jatimprov.go.id.2016
 Karakteristik perekonomian

3.1.1.5.6 Risiko bencana


Bencana yang sering terjadi di wilayah pesisir antara lain:
 Banjir
Banjir yang sering terjadi di kawasan pesisir adalah banjir rob, yang diakibatkan
adanya kenaikan muka air laut akibat pasang laut maupun meningginya gelombang
laut. Banjir rob dapat mengakibatkan terhambatnya aktivitas di kawasan pesisir dan
kerusakan akibat gelombang besar di saat pasang. Selain itu wilayah tersebut juga
berada pada dataran rendah yang berpotensi terjadinya genangan akibat cekungan
dataran.
Banjir di kawasan pesisir Jawa Timur sering terjadi di wilayah utara seperti pesisir
Surabaya, Gresik, Situbondo, Sidoarjo dan Pasuruan. Di wilayah ini banjir rob terjadi
akibat kawasan berada pada datanan yang rendah.
 Angin Kencang
Pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering
terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali di
daerahdaerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. Angin kencang ini disebabkan
oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi
di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar
daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem. Sistem pusaran ini bergerak dengan
kecepatan sekitar 20 km/jam. Di wilayah pesisir Jawa Timur di bagian selatan
berbatasan dengan Samudera Hindia dimana angin kencang tersebut sering disebut
dengan siklon (cyclone). Tekanan dan hisapan dari tenaga angin meniup selama
beberapa jam. Tenaga angin yang kuat dapat merobohkan bangunan. Umumnya
kerusakan dialami oleh bangunan dan bagian yang non struktural seperti atap, antena,
papan reklame, dan sebagainya. Badai yang terjadi di laut atau danau dapat

47
menyebabkan kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras
yang dapat menimbulkan bencana lainya seperti tanah longsor dan banjir.
 Gelombang Pasang/Badai
Pengertian gelombang laut (ideal) adalah pergerakan naik turunnya muka air laut
yang membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal. Pengertian
gelombang yang dijelaskan di atas merupakan gelombang periode singkat (wave of
short period), yang biasanya dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
Selain tipe gelombang diatas, terdapat juga gelombang periode panjang (wave of long
period) yang mempunyai periode lebih lama dari gelombang yang disebabkan oleh
angin. Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan
membentuk variasi muka air laut dengan periode yang panjang. Yang termasuk dalam
kategori gelombang periode panjang, antara lain: gelombang pasang surut
(astronomical tide/tidal wave), gelombang tsunami, dan gelombang badai (storm
wave).
Gelombang pasang surut (pasut) adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menarik antara bumi dengan planet-planet lain terutama dengan bulan dan matahari.
Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam. Gelombang pasut
juga mudah diprediksi dan diukur, baik besar dan waktu terjadinya. Sedangkan
gelombang tsunami dan gelombang badai tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.
Angin dengan kecepatan besar (badai, storm) yang terjadi di atas permukaan laut bisa
membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai. Apalagi jika
badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas.
Gelombang pasang/badai (high tide) terjadi dalam periode yang cukup lama
(beberapa menit bahkan hingga beberapa jam) dengan ketinggian gelombang yang
bervariasi. Selama proses tersebut, dapat merusak/menghancurkan kehidupan dan
bangunan di daerah pantai. Gelombang ini dapat meneggelamkan kapal-kapal,
merobohkan bangunan-bangunan, jembatan, merusak jalan raya, memutuskan
jaringan listrik, jaringan telepon dan infrastruktur lainnya terutama yang berdekatan
dengan pantai. Gelombang badai (storm surge) dapat memutar air dan menimbulkan
gelombang yang tinggi sehingga mengganggu pelayaran dan berpotensi
menenggelamkan kapal. Tahap punah siklon tropis terjadi pada saat mencapai lautan

48
yang dingin atau memasuki daratan karena sumber energi panas laten mengecil,
melemah akhirnya mati.
 Gempa Bumi
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Kekuatan
gempa bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga
kita akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng
bumi dan patahan aktif. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang
menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Penyebab gempa adalah
 Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
 Aktivitas sesar dipermukaan bumi
 Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan tanah
 Aktivitas gunungapi
 Ledakan Nuklir
Energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian bumi. Di permukaan bumi,
getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan
sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa ini juga dapat memicu
terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan dan kerusakan tanah lainnya yang
merusakkan permukiman disekitarnya.
Di wilayah pesisir Jawa Timur yang berpotensi terjadi nya gempa bumi berada di
wilayah selatan akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif. Selain itu
dengan gelombang dan tekanan tinggi di pantai selatan mengakibatkan potensi adanya
gelombang tsunami yang membahayakan keselamatan manusia.
 Tsunami
Tsunami secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar. Tsunami dapat
diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh
gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa
gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Ada beberapa penyebab
terjadinya tsunami:

49
 Gempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang
sangat besar di bawah air (laut/danau).
 Tanah longsor di bawah tubuh air/laut.
 Letusan gunungapi di bawah laut dan gunungapi pulau.
Begitu pula dengan potensi tsunami, kawasan yang memiliki potensi besar untuk
terjadinya Tsunami berada di kawasan bagian selatan karena berkaitan juga dengan
potensi gempa di wilayah tersebut.
Secara garis besar, risiko bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Provinsi Jawa Timur adalah risiko bencana tsunami dan resiko bencana gelombang
pasang. Untuk bencana gelombang pasang rentan terjadi pada hampir seluruh wilayah
pesisir Jawa Timur, adapun untuk bencana tsunami hanya rentan terjadi di perairan
Selatan Jawa Timur.
3.1.1.5.7 Pemanfaatan Ruang Laut Eksisting
Ruang laut di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Jawa Timur
dimanfaatkan sebagai area jalur pelayaran (baik lintas antar kabupaten/kota, antar
provinsi, dan lintas dalam kabupaten/kota), area pipa dan kabel bawah laut, kawasan
konservasi perairan (baik kawasan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun), area
penambangan pasir laut dan migas, area pelabuhan yang meliputi DLKr/DLKp dan
WKOPP, daerah militer (berupa daerah latihan, daerah terlarang, serta daerah ranjau),
area perikanan budidaya berupa bagan laut dan keramba jaring apung, area penangkapan
ikan, area pariwisata pesisir, serta bangunan penunjang seperti menara dan rambu suar.
3.1.1.5.8 Sistematika Penyajian Laporan
Adapun sistematika penyajian Dokumen Final RZWP-3-K Provinsi Jawa Timur
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
perencanaan, dasar hukum, dan profil wilayah.
BAB II DESKRIPSI POTENSI
Bab ini menijelaskan potensi-potensi sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil Provinsi Jawa Timur serta jenis-jenis kegiatan pemanfaatan pesisir
dan kelautan.
BAB III ISU STRATEGIS

50
Bab ini memuat gambaran aspek-aspek isu strategis terkait pengelolaan pesisir
dan pulau kecil secara umum pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Provinsi Jawa Timur
BAB IV TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGELOLAAN P3K
Bab ini memuat tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Provinsi Jawa Timur.
BAB V RENCANA ALOKASI RUANG
Bab ini memuat rencana alokasi ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil Provinsi Jawa Timur yang mencakup rencana kawasan pemanfaatan
umum, rencana kawasan konservasi, rencana kawasan strategis, dan rencana
alur laut.
BAB VI PERATURAN PEMANFAATAN RUANG
Bab ini memuat aturan pemanfaatan ruang di Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur dimana didalamnya terdapat keterangan kegiatan/aktivitas
apa yang diperbolehkan, diperbolehkan setelah memperoleh ijin, dan yang
tidak diperbolehkan untuk dikembangkan di alokasi ruang yang ditentukan.
BAB VII INDIKASI PROGRAM
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai tabel indikasi program utama jangka
panjang yang dirinci pada program jangka menengah 5 (lima) tahunan yang
mencakup indikasi program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan,
perkiraan pembiayaan, sumber dana, kelembagaan, dan instansi pelaksana.
3.1.2 Review Deskripsi Potensi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
3.1.2.1 Deskripsi Potensi Sumber Daya Pesisir Dan Pulaupulau Kecil
3.1.2.1.1 Sumber Daya Hayati
a. Mangrove
Di pesisir Jawa Timur, mangrove tumbuh di pantai bersubstrat lumpur. Luas
hutan mangrove pesisir Jawa Timur kurang lebih 19.765 Hektar, tumbuh di kawasan
pesisir dan rentan terhadap kerusakan. Dengan kondisi kerusakan yang makin parah tanpa
upaya rehabilitasi, akan mempengaruhi produktivitas perikanan serta menganggu fungsi-
fungsi ekologisnya. Rehabilitasi hutan mangrove di Jawa Timur telah dilaksanakan di 14
Kabupaten/Kota, selain melaksanakan program rehabilitasi maka dilaksanakan
pengembangan model wanamina (silvofishery) yang saat ini tengah berjalan dan
didasarkan pada pemanfaatan suatu kawasan hutan mangrove, khususnya kawasan
rehabilitasi, dengan perbandingan 20% untuk kolam dan 80% untuk mangrove.
Kawasan mangrove memanjang di pesisir utara Jawa Timur di membentuk suatu
jalur sabuk hijau, namun tersebar (patchy) di beberapa lokasi tertentu salah satunya yaitu
Kabupaten Bangkalan. Kabupaten Bangkalan sendiri memiliki mangrove dengan tingkat
51
erapatan yang rapat seluas 965,27 Ha. Serta jenis-jenis mangrove yang ada di Kabupaten
Bangkalan adalah Bakau/Tinjang (Rhizophora mucronata), Bogem Sonneratia
caseolaris, S. alba serta api-api Avicennia spp., Bakau kurap (Rhizophora stylosa), Bakau
minyak (R. apiculata), Tinjang Bruguiera spp, Lumnitzera racemosa (teruntum), Ceriops
spp (tengar), Nyere (Xylocarpus spp), Jeruju (Acanthus ilicifolius) serta kelompok
mangrove asosiasi seperti Waru laut (Thespesia populnea). Untuk area sempadan sungai,
penyusun utama zona mangrove payau adalah nipah (Nypa fruticans), Kayu wuta
(Excoecaria agallocha) serta Nyiri (Xylocarpus granatum) dan Gedangan (Aegiceras
corniculatum dan A. floridum)
b. Terumbu Karang (coral Reef)
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki terumbu karang.
c. Padang Lamun (Sea Grass)
Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan
dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa
Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada
perairan laut dangkal (kurang dari 3 meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari
perairan (selalu tergenang). Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara
ekosistem mangrove dan terumbu karang. Padang lamun merupakan bagian dari beberapa
ekosistem dari wilayah pesisir dan lautan perlu dilestarikan, dimana dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan pada sektor lainya seperti pariwisata.
Kabupaten Bangkalan sendiri memiliki Padang Lamun di kawasan pesisir Kecamatan
Klampis, Sepulu dan Tanjung Bumi. Penutupan lamun di Kec. Sepulu diperkirakan hanya
berkisar antara 5-20% saja dengan jenis dominan adalah Enhalus acoroides dan Thalassia
hemprichii. Kerapatan total lamun mencapai 32-56 tegakan/m² untuk spesies Thalassia
hemprichii dan 15-30 tegakan/m² untuk spesies Enhalus acoroides.
d. Cemara Udang/Cemara Laut
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki Padang Lamun
e. Kelompok Ikan Pelagis dan Ikan Demersal
Kabupaten Bangkalan termasuk dalam Sselat Madura.
 Area penangkapan ikan dipisahkan menjadi Paparan Madura dan Paparan Jawa,
melewati lokasi Karang Kokop dan Karang Congkeh. Sumberdaya ikan di Selat

52
Madura terdiri atas komunitas ikan pelagis kecil didominasi ikan layang (Decapterus
spp), ikan kembung (Restrelliger spp), selar (Selar spp), tembang (Sardinella
fimbriata), kurisi (Nemipterus spp), teri (Stelophorus spp); ikan pelagis besar meliputi
ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni), tongkol (Euthynnus spp.), dan layur
(Trichiurus spp).
 Jenis armada dan alat tangkap dibedakan sebagai beikut.
- Jenis armada penangkapan ikan tradisional yang memiliki bobot ukuran perahu <
5 GT beroperasi di perairan Pasuruan dan Sidoarjo. Sedangkan armada lebih besar
beroperasi di daerah Probolinggo dengan alat tangkap berupa purse seine, payang,
dan cantrang di luar garis 4 mil.
- Daerah penangkapan utama dengan alat tangkap purse seine berada di perairan
Pulau Gili Ketapang, Srasah, Etong, Renggis, Aliman, Kremesan, Menilaan, dan
Karang Cino, pada kedalaman bervariasi antara 30 – 50 meter.
- Armada skala kecil di Pasuruan dan Sidoarjo berada di dalam wilayah garis 4 mil,
terdiri dari trammel net, jaring kepiting, bagan, payang jurung, payang alit, dan
payang oras. Jaring tengah di Karang Kokop dan Karang Congkeh wilayah
perairan antara 4 -12 mil.
Adapun untuk produksi perikanan pelagis dan demersal di Kabupaten Bangkalan
pada tahun 2015 untuk Ikan Pelagis Kecil sebesar 5.115,8 ton, Ikan Pelagis Besar
5.969,7 ton, Ikan Demersal 6.018,7 ton. Untuk total keseluruhannya adalah 17.104,2
ton.
f. Biota Lainnya
Adapun yang termasuk biota lainnya adalah ikan karang, binatang berkulit keras,
binatang lunak, teripang, penyu dan burung. Untuk produksi binatang berkulit keras pada
tahun 2015 sejumlah 6.010,9 ton, untuk binatang lunak 373,4 ton, dan teripang sejumlah
60,8 ton. Sehingga total keseluruhanya adalah 6.445,1 ton.
g. Ikan Budidaya
Tidak ada ikan budidaya di Kabupaten Bangkalan
3.1.2.1.2 Sumber Daya Non Hayati
a. Pasir Besi
Tidak memiliki potensi pasir besi
b. Mineral Energi (Minyak dan Ggas Bumi)

53
Jawa Timur menduduki posisi peringkat ke-3 (tiga) sebagai daerah penghasil
pertambangan migas setelah Riau dan Kalimantan Timur yang tersebar termasuk di
kabupaten/kota pesisir yaitu di Kabupaten Bangkalan (perairan Selat Madura), Kabupaten
Sidoarjo, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Tuban (Kepmen ESDM Nomor 4618
K/80/MEN/2015 tentang Penetapan Daerah Penghasil Minyak dan Gas Bumi). Di
wilayah Jawa Timur terdapat 39 blok migas, yang berstatus produksi sebanyak 13 (tiga
belas) Wilayah Kerja, status eksplorasi sebanyak 23 (dua puluh tiga) Wilayah Kerja dan
status development sebanyak 3 (tiga) Wilayah Kerja. Blok Migas di Jawa Timur terbagi
mejadi dua jenis didasarkan lokasi minyaknya yakni di wilayah Utara (off shore) atau di
lepas pantai laut Jawa, seperti di laut sekitar Pulau Bawean, Gresik dan pulau-pulau kecil
di wilayah Madura, Sedangkan yang di darat (on shore) berada di wilayah barat Jatim.

3.1.2.1.3 Sumber Daya Buatan dan Jasa Kelautan


a. Jasa Penyebrangan dan Bongkar Muat
Jasa kelautan baik jasa penyeberangan maupun bongkar muat utamanya dilayani
oleh pelabuhan. Pelabuhan berdasarkan pengolahannya terbagi menjadi 2, yaitu
pelabuhan yang diusahakan dan pelabuhan yang tidak diusahakan. Kabupaten Bangkalan
tergolong dalam pelabuhan yang tidak diusahakan yaitu Pelabuhan Telaga Biru dan
Sepulu
b. Energi Alternatif
Pemanfaatan energi alternatif di Jawa Timur yang memiliki hubungan timbal
balik dengan laut yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Tidak terdapat PLTU di
Kabupaten Bangkalan

54
3.1.2.2 Deskripsi Kegiatan Pemanfaatan Pesisir Dan Kelautan
3.1.2.2.1 Pelabuhan
a. Perhubungan Laut yang Melayani Angkutan Laut
Kabupaten Bangkalan memiliki beberapa pelabuhan yaitu Pelabuhan Telaga Batu, Pelabuhan Sepulu, Pelabuhan
Kamal, Pelabuhan Nepa, Pelabuhan Poleng, Pelabuhan Ujung Piring.
Semua pelabuhan yang ada di Kabupaten Bangkalan memiliki hirarki pelabuhan pengumpan yang dibagi atas
pelabuhan pengumpan lokal dan regional, yang tergolong dalam pelabuhan pengumpan lokal adalah Pelabuhan Sepulu,
Pelabuhan Kamal, Ppelabuhan Nepa, pelabuhan Poleng, pelabuhan Ujung Piring sedangkan Pelabuhan Telaga Biru merupakan
Pelabuhan Pengumpan Regional. Pelabuhan pengumpan memiliki fungsi melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih
muatan angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan
pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan dalam provinsi. Skala pelayanan semua pelabuhan yang ada di Kabupaten Bangkalan adalah Pelayanan Lokal.

Tabel 3.1.2.2.1 - 1 Pelabuhan Laut di Kabupaten Bangkalan


RENCANA AREA (Ha)
NO. KABUPATEN/ KOTA NAMA PELABUHAN HIRARKI PELABUHAN SKALA PELAYANAN PELABUHAN
DLKr DLKp
PELABUHAN LAUT
1 Kabupaten Bangkalan Pel. Telaga Biru Pel. Pengumpan Regional Pel. Lokal 156,4 117,3
Pel. Sepulu Pel. Pengumpan Lokal Pel. Lokal 40,9 43,8
Pel. Kamal Pel. Pengumpan Lokal Pel. Lokal
Pel. Nepa Pel. Pengumpan Lokal Pel. Lokal
Pel. Poleng Pel. Pengumpan Lokal Pel. Lokal
Pel. Ujung Piring Pel. Pengumpan Lokal Pel. Lokal

55
b. Pelabuhan Laut yang Melayani Angkutan Penyebrangan
Pelabuhan laut yang melayani angkutaan penyebrangan di Kabupaten Bangkalan merupakan pelabuhan kamal
merupakan hirarki kelas I yang berfungsi sebagai simpul jembatan bergerak (lintas penyeberangan) yang menghubungkan
jalan arteri primer, jalan tol, jalan kolektor primer 1, jalan strategis nasional dan antar negara serta diusahakan secara komersil
dan skala pelayanan pelabuhan antar kabupaten/kota.
Tabel 3.1.2.2.1 - 2 Pelabuhan Pelayaran di Kabupaten Bangkalan
RENCANA AREA (Ha)
NO. KABUPATEN/ KOTA NAMA PELABUHAN HIRARKI PELABUHAN SKALA PELAYANAN PELABUHAN
DLKr DLKp
PELABUHAN PENYEBERANGAN
1 Kabupaten Bangkalan Pel. Kamal KELAS I Pel. penyeberangan antar kabupaten/kota

56
c. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) & Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran dijelaskan bahwa Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan
dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk
kegiatan pelabuhan. Sedangkan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah
perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan
untuk menjamin keselamatan pelayaran. DLKr meliputi wilayah daratan dan perairan,
sementara DLKp hanya meliputi wilayah perairan.
Pelabuhan yang ada di Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu pelabuhan
yang termasuk dalam Rencana Iinduk Pelabuhan Tanjung Perak Kota Surabaya
d. Terminal
Persebaran terminal khusus dan TUKS di Kabupaten Bangkalan masih
merupakan sebuah rencana, yaitu pelabuhan Socah dan pelabuhan Tanjung Bulu Pandan.

3.1.2.2.2 Pelabuhan Perikanan


Pelabuhan perikanan di Kabupaten Bangkalan merupakan PPI Banyusangkah yan
terletak di Desa Banyu Sangkah, Kec. Tanjung Bumi

3.1.2.2.3 Area Penangkapan Ikan (Fishing Ground)


a. Daerah Penangkapan Ikan Pelagis
Kabupaten Bangkalan termasuk bagian dari Selat Madura. Pada bulan Januari
2016, potensi ikan menyebar di sepanjang 8-12 mil perairan Pamekasan sekitar pantai
Camplong dan perairan Gili Genteng, Sumenep. Kemudian potensi ikan juga menybar di
perairan 12 mil Pelabuhan Mayangan Probolinggo ke timur hingga Pelabuhan Paiton. Di
perairan Tanjung Mangaran, Situbondo potensi ikan cukup dekat dari daratan yaitu antara
1-10 mil. Pada bulan Februari 2016, pergerakan ikan pada perairan Camplong bergerak
ke selatan, mendekati area PPI Mayangan memanjang ke timur hingga Mangaran
Situbondo. Potensi ikan di perairan Giligenteng Sumenep semakin bertambah. Pada bulan
Maret 2016, potensi ikan pada perairan Camplong meningkat kembali, sedangkan ikan di
perairan Giligenteng Sumenep dan Mangarang mengalami penurunan. Pada bulan April
2016, potensi perikanan Pelabuhan Mayangan Probolinggo ke timur hingga Pelabuhan
Paiton dan Mangaran Probolinggo mengalami pengurangan cukup signifikan. Pada bulan
Mei 2016, potensi ikan kembali bertambah pada perairan sekitar Pelabuhan Mayangan

57
hingga Kraksaan Probolinggo. Pada bulan Juni dan Juli 2016, kondisi tidak jauh berbeda
dari kondisi bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus dan Sepetember 2016 peningkatan
potensi ikan bertambah signifikan pada perairan utara Lekok Pasuruan dan perairan timur
Jabon Sidoarjo. Pada Oktober potensi ikan kembali mengalami penurunan di seluruh
wilayah. Pada bulan November dan Desember 2016 potensi ikan masih tetap berkurang
hanya penambahan potensi di perairan utara Lekok Pasuruan dan perairan timur Jabor
Sidoarjo.
b. Daerah Penangkapan Ikan Demersal
Potensi ikan menyebar di sepanjang 1-3 mil perairan Kenjeran Surabaya
memanjang hingga ke perairan Jangkar Banyuwangi. Di Madura, daerah potensi banyak
ikan berada di daerah perairan Kwanyar Bangkalan, perairan selatan Pemekasan hingga
Sumenep. Kelimpahan cukup tinggi antara lain pada perairan Pulau Poteran dan Gili
Genteng pada wilayah Madura serta Paiton, Panarukan, dan Banyuputih di wilayah Jawa.
Kelimpahan tinggi berada pada Pulau Mandangin Sampang, Pragaan dan Saronggi
Sumenep pada wilayah Jawa serta di wilayah Jawa berada pada perairan Gunung Anyar
Rungkut Surabaya, Kraton Pasuruan, Nguling Probolinggo hingga Panarukan Situbondo

3.1.2.2.4 Bangunan Laut


a. Keramba Jaring Apung, Bagan dan Area Budidaya Rumput Laut
Tidak memiliki KJA, Bagan dan Area Budidaya Rmuput Laut
b. Floating Unit
Floating unit di Jawa Timur merupakan infrastruktur penunjang industri minyak
dan gas bumi. Infrastruktur floating unit ini terdiri atas Floating Storage Offloading
(FSO) dan Terminal Bahan Bakar Minyak (TTU-BBM) lepas pantai. FSO ini secara fisik
menyerupai tanker dengan fungsi kegiatan bongkar muatan dalam industri perminyakan
namun diam di tempat dan tidak untuk berlayar. FSO bisa ditempatkan sedekat mungkin
dengan areal pengeboran di lepas pantai. FSO di Jawa Timur hingga saat ini melayani
aktivitas migas di area blok Cepu dan blok Madura. Seiring dengan tren kegiatan migas
ke wilayah offshore, maka diperkirakan jumlah FSO ini akan terus bertambah ke
depannya.
Kabupaten Bangkalan merupakan bagian dari Selat Madura dan FSO di Selat
Madura adalah FSO Surya Putra Jaya. FSO Surya Putra Jaya menjadi infrastruktur
penyimpan minyak dan gas bumi Camplong Oil Field Santos. FSO ini salah satunya

58
menyimpan migas dari lapangan (anjungan) Oyong, Sampang PSC. Anjungan lepas
pantai merupakan lapangan pengeboran minyak off-shore. Beberapa anjungan lepas
pantai di sekitar FSO Selat Madura yang teridentifikasi antara lain:
 Anjungan Oyong dan Wortel (Sampang PSC)
Anjungan Oyong dan Wortel berada pada kedalaman 45 meter dari dasar laut di
sebelah selatan Kabupaten Pamekasan. Anjungan ini merupakan adalah kemilikan
bersama oleh Santos (sebagai operator), Singapore Petroleum Company, dan Cue
Energy. Produksi minyak lapangan Oyong dimulai dari pada tahun 2007, diikuti oleh
produksi gas pada Tahun 2009. Semua gas yang dihasilkan dari lapangan Oyong
disupplay ke PT Indonesia Power. Produksi gas lapangan Wortel dimulai pada
Februari 2012. Gas dari lapangan lepas pantai Oyong dan Wortel diangkut melalui
pipa sepanjang 60 kilometer ke fasilitas pengolahan gas onshore di Grati di Jawa
Timur untuk pembangkit listrik dalam negeri. Minyak dari lapangan Oyong
disalurkan ke FSO Surya Putra Jaya untuk penyimpanan dan ekspor.
 Anjungan Maleo dan Peluang (Madura Offshore PSC)
Anjungan Maleo dan Peluang terletak pada kedalaman 57 meter dari dasar laut.
Anjungan ini merupakan adalah kemilikan bersama oleh Santos (sebagai operator),
PC Madura Ltd, dan PT Petrogas Pantai Madura. Produksi gas dari Maleo dimulai
pada bulan Oktober 2006 kemudian dijual ke PT Perusahaan Gas Negara. Produksi
gas dari Peluang dimulai pada bulan Maret 2014 dan gas dijual ke pengguna rumah
tangga di Jawa Timur. Gas dari lapangan Maleo dihasilkan dari Produser Maleo
Platform (MPP) didukung oleh enam sumur yang terhubung pipa jaringan gas
Surabaya dan Gresik.
c. Rambu Suar dan Menara Suar
Rambu suar dan menara suar adalah beberapa jenis alat bantu navigasi bagi kapal
laut. Rambu suar dan menara suar sangat penting artinya bagi pelayaran terutama di
malam hari untuk mengetahui daerah- daerah yang berbahaya maupun tidak bagi
pelayaran kapal laut. Berikut ini merupakan sebaran rambu suar dan menara suar di
wilayah pesisir Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Bangkalan memiliki rambu suar sejumlah 2 unit yang terletak di
pesisir utara Kecamatan Tanjungbumi dan pesisir selatan Kecamatan Kama. Selain itu

59
juga memilik Menara suar sebanyak 2 unit diletakkan di area tanjung Kecamatan Socah
dan perairan di perairan selat antara Arosbaya, Bangkalan dengan Ujung Pangkah, Gresik
3.1.2.2.5 Pertambangan
a. Bahan Galian
Pengembangan sektor pertambangan dan penggalian ini dapat dilakukan pada
beberapa sentra pertambangan dan penggalian. Sehubungan dengan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pertambangan, Izin Usaha Penambangan (IUP) telah dikeluarkan di
mayoritas perairan Kabupaten Gresik serta sebagian perairan Kabupaten Bangkalan,
Sampang dan Sidoarjo.
Kegiatan pertambangan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan, berdasarkan
daftar izin eksisting pertambangan pasir laut dan pasir besi di Kabupaten Bangkalan oleh
Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 berlokasi di Perairan Arosbaya
dengan pemohon adalah PT. Kalimas Batu Bersinar dengan jenis izin IUP Eksplorasi
jenis komoditas pasir laut dengan luas 4.987,91 Ha dan 4.998,9 Ha.
b. Minyak dan Gas Alam
Kabupaten Bangkalan termasuk dalam kawasan Selat Madura. Dan Selat Madura
merupakan salah satu lokasi produksi off-shore. Nemun kebanyakan potensi migas
berada di lepas pantai dengan potensi dan kapasitas produksi yang cukup besar. Minyak
dan Gas Bumi Jawa Timur memiliki 3 (tiga) aktivitas pokok dari migas, yaitu: (1)
Produksi Minyak dan Gas; (2) Kilang minyak, gas, dan LPG; serta (3) penyimpanan
BBM. Dengan adanya 3 aktivitas pokok tersebut, dapat diartikan potensi migas Jawa
Timur dilakukan secara lengkap.

3.1.2.2.6 Industru Kelautan dan Perikanan


a. Industri Perkapalan
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki Industri Perkapalan
b. Industri Perikanan
Kabupaten Bangkalan memiliki unit pengelolan ikan menurut jenis pengolahan di
provinsi jawa timur yang cukup tinggi kurang lebih 600 jumlah unit pebgelolaan ikan.
Untuk volume produksi dan nilai produksi cukup rendah. Untuk nilai volume produksi
kurang lebih 20.000.000 kg
c. Penggaraman

60
Pemanfaatan kegiatan penggaraman banyak ditemukan di Pulau Madura. Madura
dikenal sebagai pulau garam, sehingga merupakan sentra utama produksi garam nasional.
Dengan target produksi 500.000 ton garam oleh Kementerian Kelautan dan perikanan RI.
Produksi garam rakyat di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2011 yaitu, 3.515,
2012 sebesar 6.500,12 , 2013 sebesar 5.116,81, 2014 sebesar 8.641,62 dan pada 2015
sebesar 9.500
3.1.2.2.7 Wisata Bahari
Mengacu pada Dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Provinsi (RIPPARPROV) Jawa Timur Tahun 2017-2032, perwilayahan pembangunan
destinasi pariwisata provinsi yang merupakan hasil perwilayahan pembangunan
kepariwisataan diwujudkan dalam bentuk Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) dan
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP).
Kabupaten Bangkalan tergolong dalam DPP Madura dan sekitarnya. Di
Bangkalan tergolong ke dalam daya tarik wisata provinsi adalah Pantai Camplong
kategori perintisan.
Telah dijelaskan bahwa Kabupaten Madura tergolong ke dalam DPP Madura dan
sekitarnya berpusat di Kabupaten Sumenep. Untuk KSPPnya merupakan KSPP
Bangkalan – Sampang – Pamekasan dan Sekitarnya.
3.1.2.2.8 Benda Muatan Kapal Tenggelam
BMKT merupakan benda berharga yang memiliki nilai sejarah, budaya, ilmu
pengetahuan dan ekonomi yang tenggelam di wilayah perairan Indonesia, zona ekonomi
eksklusif Indonesia dan landas kontinen Indonesia, yang paling singkat berumur 50 (lima
puluh) tahun.
Kabupaten Bangkalan termasuk ke dalam kawasan Selat Madura. Potensi lokasi
BMKT di Selat Madura berada di Perairan Selat Madura terdapat 5 (lima) titik lokasi
BMKT
3.1.2.2.9 Kawasan Konservasi
a. Sempadan Pantai
Kabupaten Bangkalan tergolong ke dalam pantai Utara.
b. Pulau-pulau Kecil
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki pulau-pulau kecil

61
3.1.2.2.10 Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan Provinsi Jawa Timur
didasarkan pada zonasi Latihan Militer dan persebaran Ranjau Angkatan Laut sesuai
dengan Peta Daerah Ranjau Indonesia, Dishidros TNI AL Tahun 2015. Zona instalansi
militer tersebar di pesisir Utara Jawa Timur. Kawasan terbagi menjadi daerah larangan
terlarang, daerah latihan dan daerah pembuangan amunisi. Seluruh pesisir Selatan Pulau
Madura dan pesisir utara Kabupeten Gresik, Lamongan, dan Tuban termasuk ke dalam
daerah latihan militer.
Luasan kawasan militer di Laut Jawa sebesar 51,2% dan di Selat Madura sebesar
48,8%. Kabupaten Bangkalan termasuk dalam bagian kawasan Selat Madura. Daerah
ranjau didominasi di sekitar Laut Jawa sebesar 168.365,87 Hektar dan daerah latihan
militer didominasi di sekitar Selat Madura sebesar 145.964,54 Hektar. Daerah
pembuangan amunisi berada di Selat Madura sebesar 770,95 Hektar.
3.1.2.2.11 Alur Laut
a. Alur Pipa dan Kabel Bawah Laut
Kegiatan kelautan merupakan kegiatan-kegiatan di laut yang dapat dijadikan
sebagai pendorong ekonomi daerah. Beberapa kegiatan kelautan utama adalah di Jawa
Timur yang merupakan jalur penyaluran minyak dan gas melalui jaringan pipa bawah
laut, baik ekisting ataupun rencana
Kabupaten Bankalan termsduk wilayah dari Selat Madura, dan ternyata pipa dan
kabel bawah laut banyak terdapat di Selat Madura. Pipa bawah laut digunakan untuk
memasok/mentransfer BBM dan LPG jaringan pipa gas Pertamina yang melintasi Selat
Madura dari kapal tanker ke tengki-tengki penampungan di daratan pesisir. Selain itu alur
pipa dan kabel ini juga menjangkau pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumenep
 Pipa migas yang dioperasikan oleh PT. Santos Ltd. dari Grati Pasuruan menuju FSO-
FSO di perairan selatan Camplong, Sampang
 Pipa migas PT. Lapindo Brantas Inc. dari Tanggulangin menuju ke Selat Madura
memanjang ke timur hingga Pertamina Pagerungan, Sumenep
b. Alur Pelayaran
Alur pelayaran di Selat Madura yaitu alur penyeberangan lintas antar
kabupaten/kota dari Pelabuhan Tanjung Perak ke arah timur menuju pulau-pulau kecil
Sumenep, Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelabuhan Panarukan ke arah utara menuju

62
peabuhan-pelabuhan di Pulau Madura. Alur penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota
antara lain menghubungkan antar pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumenep serta
penyeberangan dari Kota Probolinggo ke Pulau Gili Ketapang. Alur pelayaran untuk
kegiatan perikanan tangkap dari PPI-PPI di sepanjang pesisir utara Jawa dan selatan
Madura di Selat Madura. Sedangkan untuk alur pelabuhan khusus utamanya menyalurkan
batubara dari Kalimantan ke PLTU Paiton dan alur pelabuhan khusus lainnya.
c. Alur Migrasi Biota
Beberapa jenis biota laut tidak tertangkap sepanjang tahun karena melakukan
ruaya sesuai dengan pola kehidupan biologinya. Adapun beberapa ikan, udang, dan
penyu yang tertangkap atau migrasi di Jawa Timur maupun beruaya ke luar Jawa Timur,
3.1.3 Review Isu Strategis
Berikut beberapa isu strategis di Kabupaten Bangkalan yang dimuat dalam
RZWP3K Provinsi Jawa Timur
3.1.3.1 Isu Potensi Sumber Daya Pesisir
a. Banyaknya potensi terumbu karang dengan total luas sebesar 1.029,84 Hektar
b. Terdapat banyak lokasi pariwisata di Kabupaten Bangkalan baik wisata religi, dan
kuliner

3.1.3.2 Isu Degradasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil


a. Penurunan luas dan kerusakan ekosistem mangrove. Pada tahun 2008 sampai
2014 terjadi penurunan luas sebesar 935.02 Ha, dari 1439.26 Ha menjadi 504.24.
b. Rusaknya ekosistem terumbu karang
c. Rusaknya habitat ikan karena menebang mangrove, merusak terumbu karang,
mencemari perairan dan menangkap ikan secara berlebihan
d. Adanya over fishing akibat berkembangnya alat tangkap ikan. Indikator
pemanfaatan ikan demersan dan pelagis di perairan selat madura sudah melebihi
kapasistas kemampuan stik sumbersaya.

3.1.3.3 Isu Bencana Alam dan atau Bencana Akibat Tindakan Manusia
a. Bencana erosi yang terjadi di Kabupaten Bangkalan mencapai seluas 37.232 Ha
(29,81 %) dari luas wilayah Kabupaten Bangkalan
b. Adanya tumpahan minyak mentah di pesisir Kabupaten Bangkalan, hal ini
dikarekan pesisir Kabupaten bangkalan merupakan jalur pipa pembangunan saran

63
pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian
misnyak bumi.

3.1.3.4 Isu Marjinalisasi dan Kemiskinan Masyarakat Pesisir


a. Adanya marjinalisasi yang terjadi disebabkan oleh konflik sumber daya yang
berakibat pada over fishing dan minimnya fasilitas pendukung perikanan.
b. Kabupaten bangkalan memiliki 37 desa nelayan dimana yang terjadi adalah
kurangnya infrastruktur perikanan ditengah banyak nya desa nelayan yang ada.
c. Kurangnya sarana dan prasaranya seperti PPI (Pusat Pelelangan Ikan).

3.1.3.5 Isu Konflik Pemanfaatan dan Konflik Kewenangan


a. Belum terdapatnya legitimasi aturan terkait pesisr sehingga menyebabkan
reklamasi semkain meluas bawan merusak ekosistem mangrove.
b. Terjadinya konflik perebutan ruang antar nelayan dalam memperoleh tangkapan
ikan. Hal ini yang menyebabkan terjadinya over fishing di perairan Selat Madura.

3.1.4 Review Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi RZWP3K Pengelolaan RZWP3K


3.1.4.1 Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Tujuan pada dasarnya adalah sesuatu yang akan dicapai untuk dapat
merealisasikan visi dan misi yang telah dirumuskan (Heene, 2010). Tujuan ini akan
dicapai dalam kurun waktu tertentu, untuk pengelolaan pesisir tujuan atau harapan yang
akan dicapai terjadi dalam kurun waktu 20 tahun. Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil berfungsi:
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi RZWP-3-K
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama RZWP-3-K dan
3. Sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil.
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Jawa Timur
adalah:
“Terwujudnya Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa
Timur yang Terintegrasi, Aman, Berdayaguna, serta Berkelanjutan untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Jawa Timur dengan Prinsip Partisipatif”
Mengacu pada tujuan tersebut, terdapat 9 (Sembilan) nilai (value) yang ingin dicapai dalam 20
A tahun perencanaan RZWP-3-K Provinsi Jawa Timur ini. Kesembilan nilai tersebut adalah
terpadu, berdaya guna, dan berkelanjutan. Dengan pemahaman tiap nilai sebagai berikut:

64
Terintegrasi : Penataan ruang wilayah pesisir yang terintegrasi antar wilayah, sektor,
dan pemangku kepentinga
Tanggap Bencana : Pengelolaan kawasan pesisir yang tanggap terhadap bencana perubahan
iklim global
Nyaman : Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana (sosial,
ekonomi, hankam) dalam rangka pengembangan wilayah pesisir
Terpadu : Mendayagunakan pulau kecil berdasarkan kesatuan ekonomi, ekologis,
dan hankam secara terpadu
Sadar Hukum : Meningkatkan kesadaran hokum, adanya kepastian hokum, dan
peningkatan hokum
Berkelanjutan : Melindungi kawasan pesisir akibat aktivitas manusia (reklamasi,
permukiman, dan pencemaran)
Berdayaguna : Mengoptimalkan potensi sektor produksi kawasan pesisir untuk
peningkaan kesejahteraan (wisata, perikanan tangkap-budidaya, industri, pertambangan, dan jasa
kelautan)
Partisipatif : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan
pesisir
Kesejahteraan : Meningkatkan kualitas dan indeks pembangunan sumberdaya manusia di
kawaan pesisir
Kesembilan nilai (value) ini akan menjadi dasaran dalam perumusan untuk menangani isu-isu
strategis yang ada, sehingga isu-isu strategis ini perlu dikelompok-kelompokkan berdasarkan
kesamaan penanganan nya. Hasil pengelompokkan isu strategis dapat dilihat pada diagram
berikut ini

65
B

Berdasarkan pemaparan diatas, bila melihat panduan teknis penyusunan


RZWP3K Provinsi yang menyatakan bahwa tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil provinsi dirumuskan berdasarkan:
1. Visi dan misi pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi
2. Karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi
3. Isu strategis
4. Kondisi objek yang diinginkan
Tujuan pengelolaan wilayah P3K Provinsi Jawa Timur dilakukan berdasarkan visi
dan misi yang ada, misi atau dalam RZWP3K Jawa Timur disebut dengan nilai (value)
merupakan kata kunci visi yang dijabarkan atau dijelaskan maksudnya. Pada RZWP3K
tujuan pengelolaan wilayah P3K direalisasikan dengan strategi penangan yang
disesuaikan dengan isu strategis dari setiap wilayah kabupaten dan kota yang ada di Jawa
Timur. Isu strategis ini berasal dari potensi dan masalah yang ada di setiap kabupaten dan
kota yang ada di Jawa Timur. Dan juga, kondisi objek yang diinginkan juga sudah
digambarkan melalui nilai yang ingin dicapai.

66
Dengan mengelompokkan isu strategis kedalam kelompok-kelompok yang sama
berdasarkan penangananya kedalam 9 (sembilan) kelompok berdasarkan nilai (value) dari
tujuan. Kemudian dicarilah kaitan antara kabupaten dan kota yang ada di Jawa Timur.
Kabupaten Bangkalan sendiri berdasarkan hasil analisis pada Tabel A menunjukkan
bahwa Kabupaten Bangkalan memiliki semua isu strategis yang ada.

67
Tabel 3.1.4.1 - 1 Kaitan Isu dan Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
Tujuan Pengelolaan WP3K
Kata Kunci Tujuan RZWP3K Jatim
Nama
Berdaya
Kabupaten Tanggap Sadar
Terintegrasi Nyaman Terpadu Berkelanjutan Guna/Berdaya Pasrtisipatif Kesejahteraan
Bencana Hukum
Saing
Kabupaten
(A) (B) (C) (D) (F) (G,H,I,J) (E,K,L,N,O) (M) (P)
Bangkalan

68
3.1.4.2 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kebijakan dalam konteks pengolahan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Provinsi Jawa Timur dipahami sebagai arah/tindakan yang mrupakan penerjemahan dari
tujuan yang menjadi dasar atau acuan besar dalam pengelolaan kawasna pesisir. Lebih
detailnya, kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berfungsi:
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil
2. Sebagai dasar untuk merumuskan alokasi ruang wilayah pesisir dna pulau-pulau kecil
3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil
4. Sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan penjabaran
kebijakan pengelolaan wilayah psisir dan pulau-pulau kecil ke dalam langkah-langkah
operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil berfunsi:
1. Sebagai dasar untuk penyusunan rencanan alokasi ruang dan penetapan kawasan
strategis
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RZWP-3-K
3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil
Dalam penyusunan kebijakan dan strategi sudah dirumuskan berdasarkan dasaran
dan karakteristik yang tertera di dalam Panduan Teknis Penyusunan Dokumen RZWP3K
Provinsi. Keijakan pengelolaan wilayah pesisir di Provinsi Jawa Timur dapat dilakukan
dengan mengacu pada pencapaian target-targe dari tiap nilai (value) yang etrkandung
dalam rumusan tujuan serta mengacu pada penyelesaian permasalahan yang terjadi.
Rumusan kebijakan dan strategi pengelolaan pesisir Provinsi Jawa Timur dapat dilihat
pada Tabel B

69
Tabel 3.1.4.2 - 1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
Isu Strategis Kebijakan Strategi Yang Dibutuhkan
di Kab.
KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
Bangkalan
 Integrasi Pengembangan Strategi Pengembangan V
pengelolaan zona budidaya Zona Pariwisata
ruang darat dan yang mampu Menetapkan dan
ruang laut mengoptimalkan mengembangkan zona
 Mitigasi potensi sektor menjadi sub zona wisata alam
bencana dan produksi kawasan pantai/pesisir dan pulau-pulau
adaptasi peisisir dengan kecil dan sub zona wisata
perubahan iklim tetap alam bawah laut.
global memperhatikan Mengembangkan sarana dan
 Pengembangan keberlanjutan prasarana pendukung
sarpras sosial lingkungan pesisir pariwisata bahari
ekonomi dan melibatkan Mengintegrasikan aktivitas
hankam masyarakat dalam wisata bahari dengan
 Pengelolaan pengelolaannya pemanfaatan umum lainnya
perikanan sehingga dapat dan kawasan konservasi
tangkap dan terwujudkan Strategi Pengembangan V
budidaya laut peningkatan Zona Pelabuhan
 Pengelolaan kesejahteraan Menetapkan dan
transportasi laut masyarakat mengembangkan zona
dan alur pesisir pelabuhan menjadi sub zona
pelayaran Daerah Lingkungan Kerja
 Pengelolaan (DLKr) & Daerah
prikanan Lingkungan Kepentingan
tangkap dan (DLKp) dan sub zona
budidaya laut Wilayah Kerja dan
 Pengembangan Pengoperasian Pelabuhan
industri kelautan Perikanan (WKOPP).
dan perikanan Mensinergiskan zona
 Pengelolaan pelabuhan dengan kawasan
pertambangan pemanfaatan lainnya,
dan migas konservasi, dan alur
 Peningkatan Mengelola pencemaran di
kualitas SDM zona pelabuhan
Strategi Pengembangan V
Zona Perikanan Tangkap
Menetapkan dan
mengembangkan zona
perikanan tangkap menjadi
sub zona pelagis dan sub zona
pelagis – demersal

70
Mensinergiskan zona
perikanan tangkap dengan
kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur
Melindungi nelayan
tradisional dan kearifan lokal
Strategi Pengembangan V
Zona Perikanan Budidaya
Menetapkan dan
mengembangkan zona
perikanan budidaya
Mensinergiskan zona
perikanan budidaya dengan
kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur
Strategi Pengembangan X
Zona Industri
Menetapkan dan
mengembangkan zona
industri menjadi sub zona
industri maritim dan sub zona
industri manufaktur
Mensinergiskan zona industri
dengan kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur
Mengelola pencemaran di
zona industri
Strategi Pengembangan V
Zona Pertambangan
Menetapkan dan
mengembangkan zona
pertambangan menjadi sub
zona pasir laut dan sub zona
minyak bumi
san pemanfaatan lainnya,
konservasi, dan alur
Mengelola pencemaran di
zona pertambangan
Strategi Pengembangan X
Zona Energi
Menetapkan dan
mengembangkan zona energi
Mensinergiskan zona energi
dengan kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur

71
Mengelola pencemaran di
zona energi
Strategi Pengembangan X
Zona Bandar Udara
Mensinergiskan zona bandar
udara dengan kawasan
pemanfaatan lainnya,
konservasi, dan alur
Mengelola pencemaran di
zona bandar udara
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI
 Mitigasi Pengembangan Strategi Pengembangan V
bencana dan zona konservasi Kawasan Konservasi
adaptasi yang mampu Perairan Pesisir dan Pulau-
perubahan mewujudkan Pulau Kecil
iklim global pengelolaan Menetapkan dan
 Pemcemaran sumber daya mengembangkan kawasan
dan perusakan hayati dan konservasi perairan pesisir
lingkungan lingkungannya dan pulau-pulai kecil ke
 Konservasi secara dalam zona inti dan zona
sumberdaya berkelanjutan pemanfaatan terbatas
hayati dengan Melakukan perlindungan
 Peningkatan melibatkan mutlak habitat dan populasi
partisipasi dan masyarakat ikan serta alur migrasi biota
pemberdayaan laut, perlindungan ekosistem
masyarakat pesisir, dan perlindungan situs
pesisir budaya atau adat tradisional
Mensinergikan kawasan
konservasi perairan pesisir
dan pulau-pulau kecil dengan
kegiatan tradisional
masyarakat
Melakukan rehabilitasi
terhadap kawasan konservasi
perairan pesisir dan pulau-
pulau kecil
Strategi Pengembangan X
Kawasan Konservasi
Perairan
Menetapkan dan
mengembangkan kawasan
konservasi perairan ke dalam
zona inti, zona perikanan
berkelanjutan, zona
pemanfaatan terbatas, dan
zona lainnya
72
Melalukan perlindungan
terhadap kegiatan pemijahan,
pengasuhan, dan/atau alur
ruaya ikan
Mensinergikan kawasan
konservasi perairan dengan
kegiatan tradisional
masyarakat
Melakukan rehabilitasi
terhadap kawasan konservasi
perairan
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
 Pemanfaatan Pengelolaan Strategi Pengembangan X
pulau kecil dan pulau-pulau Kawasan Strategis Nasional
pulau terluar terluar dan Menetapkan dan
 Peningkatan kawasan militer mengembangkan kawasan
kesadaran, berdasarkan strategis nasional yang
kepastian, kesatuan diperuntukkan bagi kegiatan
penegakan, ekonomi, basis militer, daerah latihan
dan kedaulatan ekologis, dan militer, daerah pembuangan
hukum hankam yang amunisi dan peralatan
terpadu dengan pertahanan lainnya, gudang
kegiatan ruang amunisi, daerah uji coba
lainnya sistem persenjataan, dan/atau
kawasan industri sistem
pertahanan
Mensinergikan kawasan
strategis nasional dengan
kegiatan pemanfaatan umum
dan konservasi
Strategi Pengembangan X
Kawasan Strategis Nasional
Tertentu
Menetapkan dan
mengembangkan pulau-pulau
terluar sebagai KSNT
Mengkoordinasikan
pengelolaan pulau-pulau
terluar antara pusat dengan
daerah
Mensinergikan kawasan
strategis nasional tertentu
dengan kegiatan pemanfaatan
umum dan konservasi
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ALUR LAUT

73
 Integrasi Menjaga Strategi Pengembangan V
pengelolaan keselamatan pada Alur Pelayaran
ruang darat alur laut Menetapkan dan
dan ruang laut mengembangkan alur
 Pengelolaan pelayaran menjadi alur
transportasi pelayaran nasional; alur
laut dan alur pelayaran regional; dan alur
pelayaran pelayaran lokal.
Mensinergikan alur pelayaran
dengan kegiatan pemanfaatan
umum, konservasi, dan alur
lainnya
Strategi Pengembangan V
Alur Pipa dan Kabel Bawah
Laut
Menetapkan dan
mengembangkan alur pipa
dan kabel bawah laut menjadi
pipa air bersih, pipa minyak
dan gas, kabel listrik; dan
kabel telekomunikasi.
Mensinergikan alur pipa dan
kabel bawah laut dengan
kegiatan pemanfaatan umum,
konservasi, dan alur lainnya
Strategi Pengembangan X
ALur Migrasi Biota Laut
Menetapkan dan
mengembangkan alur migrasi
biota laut menjadi alur
migrasi hiu paus, alur migrasi
penyu, dan alur migrasi biota
tertentu
Mensinergikan alur migrasi
biota laut dengan kegiatan
pemanfaatan umum,
konservasi, dan alur lainnya

3.1.5 Review Rencana Alokasi Ruang RZWP3K


3.1.5.1 Kawasan Pemanfaatan Umum
Dalam penentuan alokasi ruang kawasan pemanfaatann umum akan
memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Tidak termasuk ke dalam wilayah yang ditetapkan menjadi kawasan konservasi dan
kawasan strategis
74
b. Merupakan wilayah yang sebagain besar dipergunakan untuk aktivitas ekonomi
Kawasan pemanfaatan umum dibagi menjadi sebelas zona, yaitu pariwisata,
permukiman, pelabuhan, pertanian, hutan, pertambangan, perikanan tangkap, perikanan
budidaya, industri, fasilitas umum, dan/atau pemanfaatan lainya sesuai dengan
karakteristik biogeofisik lingkunganya.
3.1.5.1.1 Zona Pariwisata
Zona pariwisata merupakan daerah dimana wisatawan melakukan aktivitas-
aktivitas bahari. Penentuan alokasi ruang zona pariwisata di perairan pesisir dan pulau-
pulau kecil Provinsi Jawa Timur mengacu kepada Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah Provinsi (RIPPARPROV) Jawa Timur tahun 2017-2032, analisis
kesesuain perairan, dan akomodasi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPARDA) Kabupaten/Kota.
Zona pariwisata dalam RZWP3K provinsi diklasifikasikan ke dalam sub zona
wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil, wisata alam bawah laut, dan wisata
oleharaga air sesuai potensi sumber daya wisata bahari.
1. Sub Zona Wisata Alam Pantai/Pesisir dan Pulau-Pulai Kecil
Sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan area
wisata bahari yang memanfaatkan potensi bentang darat pantai dan bentang laut.
Alokasi ruang untuk sub zona ini khususnya perairan Jawa Timur memerlukan
analisis kesesuaian perairan untuk aktivitas wisata jet ski dan ski air. Alokasi ruang
zona pariwisata di Provinsi Jawa Timur seluas 64,87Km2, dimana luas ini dibagi
menjadi 3 bagian yakni perairan laut Jawa, perairan Selat Madura, dan Perairan Selat
Bali. Kabupaten Bangkalan sendiri termasuk kedalam Perairan Selat Madura dengan
luas 14,96Km2 terdiri dari pantai yang relative landau. Pantai di Kabupaten
Bangkalan yang termasuk kedalam sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-
pulau kecil wilayh Perairan Selat Madura adalah pantai Rongkakng (NLP 3504-07)
2. Sub Zona Wisata Alam Bawah Laut
Keragaman terumbu karang dan biodata laut menjadi daya Tarik untuk sub
zona wisata alam bawah laut. Berbagai aktivitas wisata bawah laut yang dapat
dilakukan wisatawan sendiri terdiri atas kegiatan menyelam (diving) dan snorkeling.
Alokasi ruang untuk sub zona ini memerlukan analisis kesesuaian perairan untuk

75
aktivitas wisata bawah laut yaitu snorkeling dan selam (diving). Di Kabupaten
Bangkalan tidak terdapat wisata bawah laut.
3. Sub Zona Wisata Olahraga Air
Sub zona wisata olahraga air merupakan area wisata bahari yang
memanfaatkan potensi bentang laut untuk kegiatan permainan dan oleh raga air.
Alokasi ruang untuk sub zona ini khususnya Perairan Jawa Timur menggunakan
analisis kesesuaian perairan dan mengakomodasi kebijakan daerah setempat. Untuk
wilayah Kabupaten Bangkalan tidak terdapat area wisata bahari yang digunakan
sebagai area wisata olahraga air.
3.1.5.1.2 Zona Pelabuhan
Secara garis besar, perencanaan alokasi ruang zona pelbuhan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Jawa Timur terbagi atas 2 (dua) bahasan
utama, yaitu Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) & Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) serta Wilayah Kerja dan Wilayah Pengoperasioan Pelabuhan Perikanan
(WKOPP). Kabupaten Bangkalan termasuk kedalam DKLr dan DLKp dari
pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Tanjung Perak.
1. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) & Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran dijelaskan abhwa Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah
wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan
secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Sedangkan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekililing daetah lingkungan kerja perairan
pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. DLKr
meliputi wilayah daratan dan perairan, sementara DLKp hanya meliputi wilayah
perairan.
DLKr terbagi atas DLKr wilayah perairan dan DLKr daratan. Kabupatan
Bangkalan tidak memiliki pelabuhan sehingga Kabupan Bangkalan hanya memiliki
DLKr perairan. Dimana DLKr wilayah perairan digunakan untuk kegiatan seperti
alur pelayarann dari dan menuju pelabuhan; perairan tempat kapal blauh, perairan
tempat alih muat antar kapal (ship to ship transhipment); kolam pelabuhan untuk

76
kapal bersandar; kolam oelabuhan untuk areal olah gerak kapal (kebutuhan areal
untuk kapal berputar arah); perairan untuk kegiatan karantina serta perairan untuk
kapal pemerintah.
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan digunakan untuk kegiatan
seperti, keprluan keadaan darurat (seperti kapal terbakar atau kapal bocor);
penempatan kapal mati; perairan untuk percobaan kapal berlayar; kegiatan
pemanduan kapal. Serta fasilitas perbaikan/pembangunan/pemeliharaan kapal.
Total luasan alokasi ruang zona pelabuhan dengan sub zona DLKr dan DLKp
di Provinsi Jawa Timur sebesar 2.098,45 Km2. Dimana luasann terbesar terdapat di
Selat Madura. berikut rencana alokasi ruang zona pelabuhan sub zona DLKr dan
DLKp untuk Kabupaten Bangkalan:

1. DLKr dan DLKp Pelabuhan Telaga Biru yang terdapat di Perairan Laut Jawa
berada di Kabupaten Bangkalan dengan luas 2,78 km2 pada kode NLP 3504- 03
2. DLKr dan DLKp Pelabuhan Gresik yang terdapat di Perairan Laut Jawa berada di
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bangkalan dengan luas 80,36 Km2 pada Kode
NLP 3504, 3504 – 03, dan 3504 -08
3. DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjung Perak yang terdapat di Perairan Laut Jawa
beada di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bangkalan dengan luas 475,09 Km2
pada kode NLP 3504, 3504 – 03 dan 3504 - 08
4. DLKr dan DLKp Pelabuhan Sepulu yang terdapat di Perairan Laut Jawa berada di
Kabupaten Bangkalan dengan luasan 7,77 Km2 pada kode NLP 3504-08
5. DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjung Perak yang terdapat di Perairan Selat
Madura berada di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Bangkalan
dengan luas total 407,79 Km2 pada kode NLP 3504, 3504 – 02, 3504-07
6. DLKr dan DLKp Pelabuhan Gresik yang terdapat di Periran Selat Madura berada
di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bangkalan dengan luas 119,2 Km2 pada kode
NLP 3504 dan 3504 - 02

77
Tabel 3.1.5.1.2 - 1 Rencana Alokasi Ruang Zona Pelabuhan (DLKr & DLKp) di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur

Lokasi Titik Koordinat


Sub Luas
Zona Kode Nama
Zona Perairan Kab/Kot NLP (KM2) Long (X) Lat (Y)
Objek
KPU – PL – Pelabuhan 3504
Laut Jawa 0,86 112,96084796800 -6,88553841209
DLKrp - 11 Kalianget - 08
KPU – PL – Pelabuhan 3504
2,78 113,08535560300 -6,88111328539
DLKrp - 12 Telaga Biru - 12
31,80 112,69671638200 -7,12051668920
0,06 112,65568417200 -7,09727667996
1,77 112,66982377600 -7,09260650038
1,41 112,68714887900 -7,15676925578
1,07 112,70645300200 -7,16672727686
4,18 112,69250001000 -7,11070215969
3504 0,54 112,67307769000 -7,06526447774
Selat Madura
- 02 0,15 112,67566166700 -7,05134703968
DLKr Kab. 2,57 112,70362285000 -7,03667504393
Pelabuhan
DLKp Bangkaln 0,04 112,70447425400 -7,18982852725
Pelabuhan
KPU – PL – 0,48 112,70447425400 -7,09489116156
Tanjung
DLKrp - 19 0,18 112,66561509000 -7,04171455772
Perak
0,01 112,67886341500 -7,15592864650
0,05 112,66381100200 -7,05147054641
37,19 112,71435497400 -6,99089558564
3504 2,63 112,68004682700 -7,01836587698
- 03 1,85 112,71673783200 -7,02261145433
0,07 112,67108579200 -7,02473687220
Laut Jawa
0,29 112,74706099000 -7,17624043355
504 -
0,03 112,74813890400 -7,17172228360
07
0,01 112,74819766100 -7,17663636687
3504 126,20 112,80675507000 -6,91708225482

78
- 08 6,93 112,78895030200 -6,87388535840
0,71 112,75088400800 -7,01101984674
1,96 112,78285813600 -6,98424194682
5,57 112,83103849500 -6,91989520762
0,25 112,86864605800 -6,89093285211
171,22 112,79127706300 -6,84689941090
16,88 112,79657710100 -6,84370110777
3,31 112,74201391200 -6,84125883404
0,25 112,72772379500 -6,91220507570

79
3.1.5.1.3 Zona Perikanan Tangkap
Zona perikanan tangkap adalah daerah perairan dimana ikan yang menjadi
sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat
dioperasikan serta ekonomis. Berdasarkan Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 23/Permen-KP/2016, zona perikanan tangkap terbagi
menjadi sub zona perikanan pelagis, demersal, dan pelagis dan demersal. Namun,
pda penyusunan RZWP3K Provinsi Jawa Timur untuk sub zona perikanan demersal
tidak dianalisis ke dalam rencana karena perikanan demersal berada di dasar laut,
sehingga bagian laut yang permukaan masih bisa digunakan.
Penentuan sub zona pada zona perikanan tangkap dilakukan dengan
menggunakan metode analisis data inderaja dengan memanfaatkan citra satelit yang
dihasilkan dari beberapa parameter. Hasil interpretasi citra tersebut akan dituangkan
dalam peta tematik, sehingga dapat diperkirakan tingkat kesuburan suatu lokasi
periran atau kesesuaian kondisi perairan dengan habitat yang disukai gerombolan
ikan dalam bentuk titi koordinat.
Total luas alokasi ruang untuk sub zona pelagis adalah seluas 42.071,74 Km2
yang didominasi di Perairan Selat Madura dan Perairan Laut Jawa. Sedangkan, untuk
sub zona pelagis dan demersal adalah seluas 1.7779,40 Km2 yang didominasi di
perairan Laut Jawad an Perairan Selat Madura. Pada Kabupaten Bangkalan terdapat
sub zona pelagis dan sub zona pelagis dan demersal. Untuk zub zona pelagis di
Kabupaten Bangkalan tersebar di Laut Jawad an Selat Madura dengan kode Laut
Jawa (NLP 3504, 3504 – 08, 3504 - 12) dan selat Madura (NLP 3504 dan 3504 - 07).
Sedangkan sub zona pelagis dan demersal di Kabupaten Bangkalan tersebat juga di
Laut Jawa dan Selat Madura dengan kode di Laut Jawa (NLP 3504, 3504 – 08, 3504
- 12) dan Selat Madura (NLP 3504 dan 3504 - 07)

80
Tabel 3.1.5.1.3 - 1 Rencna Alokasi Ruang Zona Perikanan Tangkap

Lokasi Titik Koordinat


Sub Luas
Zona NLP Kode Nama
Zona Perairan Kab/Kot (Km2) Long (X) Lat (Y)
Obyek
Perikanan Pelagis 3504 KPU – PT - Selat Madura Kab - 3,63 113,01198635600 -7,27462664887
Tangkap – 07 P – 126 Bangkalan
3504 Selat Madura, Laut - 1,20 113,02856985100 -7,26108275307
Jawa
3504 KPU – PT - Selat Madura - 4,10 112,97393604300 -7,25535789829
– 07 P – 128
3504 Selat Madura, Laut - 56,43 112,99469427700 -7,29631344522
Jawa

3504 KPU – PT - Selat Madura - 0,22 112,81071493200 -7,19821641365


– 07 P – 134
KPU – PT - - 46,47 112,97320749500 -7,22174856441
P – 137
KPU – PT - - 0,0001 112,94416419800 -7,19742622290
P – 137
3509 KPU – PT - Laut Jawa - 2,56 113,12235269100 -6,87518843867
P – 156
3504 KPU – PT - - 76,02 112,96038063300 -6,86284752821
– 08 P – 158
3504 - - 22,20 113,07496518900 -6,86622205517
12
3504 KPU – PT - Selat Madura, Laut - 0,86 113,12660808600 -6,80827575686
P – 159 Jawa
KPU – PT - - 1,62 112,73468482300 -6,76457405345

81
P – 165
KPU – PT - - 8,44 112,85721447600 -6,71690479733
P – 170
KPU – PT - - 29,66 112,81005012300 -6,71325446629
P – 171
KPU – PT - - 375,93 113,00367203300 -6,75766099281
3504 - P – 176 Laut Jawa - 0,49 112,89486946700 -6,83275555503
08
Pelagis 3504 - KPU – PT – Selat Madura 35,87 112,82927305600 -7,18283380692
dan 07 PD - 25 0,01 112,74819766100 -7,17663636687
Dersal 3507 KPU – PT – Laut Jawa 2,63 113,12361586900 -6,84561896921
3504 - PD - 37 1,58 113,12473242300 -6,82406303427
12
3504 KPU – PT – 10,42 112,98744528200 -6,82808359067
– 08 PD - 61
3504 25,81 113,07701239100 -6,84119166730
– 12
3504 22,59 113,01045785700 -6,82313092070

82
3.1.5.1.4 Zona Perikanan Budidaya
Perikanan budidaya laut meliputi usaha keramba jarring apung (KJA) dan
rumput laut. Komoditas unggulan budidaya pesisir Provinsi Jawa Timur meliputi
kerapu, udang, mutiara, dan rumput laut KJA offshore. Total luas alokasi ruang
untuk zona perikanan budidaya seluas 2.913,45 Km2 datau 291,345 hektar yang
didominasi di Perairan Laut Jawa. Penjelas mengenai zona peikanan budidaya
terutama pada Kabupaten Bangkalan dijelaskan pada Tabel 8. Pada RZWP3K tidak
mencantumkan komoditas unggulan dari setiap kabupaten atau kota yang ada di Jawa
Timur.

83
Tabel 3.1.5.1.4 - 1 Rencana Alokasi Ruang Zona Perikanan Budidaya di Wlayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa
Timur

Lokasi Titik Koordinat


Sub Luas
Zona NLP Kode Nama
Zona Perairan Kab/Kot (Km2) LONG (X) LAT (Y)
Obyek
Perikanan Budidaya 3504 - KPU – Selat Kabupaten - 10,56 112,82433757200 -7,16669684421
Budidaya Laut 07 PB – Madura Bangkalan
BL -
30
KPU – - 5,29 113,02020610500 -7,21481667929
PB – - 0,003 113,04047973300 -7,21492951907
BL - 3504
71
3504 - KPU – Laut - 3,95 112,88203020500 -6,88014812937
08 PB – Jawa
BL -
47

84
3.1.5.1.5 Zona Industri
Zona industri adalah zona yang mewadahi aktivitas industri dimana aktivitas
tersebut berkaitan dengan aktivitas lain yang terjadi di laut dan membutuhkan
dukungan aktivitas transportasi laut. Zona industri dibagi kedalam sub zona industri
maritime dan sub zona industri manufaktur. Kabupaten Bangkalan tidak memiliki
sub zona industri
3.1.5.1.6 Zona Pertambangan
Zona pertmabangan menurut Luhkito (2010) merupakan suatu zona yang
berada dalam kawasan layak tambang dan didalamnya terdapat sebaran bahan galian
unggulan. Alokasi ruang zona pertambangan yang direncakanakan pada wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Jawa Timur meliputi pertambangan pasir
laut dan pertambangan minyak bumi. pada Kabupaten bangkalan sendiri terdapat
zona pertambangan minyak dan zona pertabangan pasir. Untuk penjelasan lebih
lengkap mengenai alokasi ruan zona pertambangan di Kabupaten Bangkalan dapat
dilihat pada Tabel 9.

85
Tabel 3.1.5.1.6 - 1 Rencana Alokasi Ruang Zona Pertambangan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Bangkalan

Lokasi Titik Koordinat


Sub Luas
Zona NLP Kode Nama
Zona Perairan Kab/Kot (Km2) LONG (X) LAT (Y)
Obyek
Pertambannga Minyak 3504 - KPU – Laut Kabupaten - 11,63 112,95671185800 -6,85756374564
Bumi 08 P – MB Jawa Bangkalan
-5
KPU – - 3,59 113,03321835500 -6,84841445325
3504 – P – MB - 1,38 113,04374563400 -6,84841819888
12 –6
3504 KPU – - 1,51 112,73924574200 -6,73010659780
P – MB - 2,07 112,81269738000 -6,71993803893
–9
KPU – - 2,44 112,81346009700 -6,72369458816
P – MB
– 10
KPU – - 0,72 112,84786270800 -6,69346332574
P – MB
– 13
KPU – - 1,60 112,91024618000 -6,69256334694
P – MB
– 14
Pasir 3504 - 45,81 112,92389155900 -7,28200165555
Laut 3504 - - 14,65 112,89486554400 -6,84696087607
08

86
3.1.5.1.7 Zona Energi
Zona energy yang terdapat di wilayah pesisir ddan pulau-pulau kecil Provinsi
Jawa Timur meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). Di Kabupaten Bangkalan tidak terdapat zona
energi.
3.1.5.1.8 Zona Bandar Udara
Keputusan Mentri Perhubungan Nomor: KM 48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum Menjelaskan bahwa Bandar Udara adalah
lapangan terbang lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas
landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau
pos serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat
perpindahan antar moda transportasi. untuk zona bandar udara sendiri, wilayah
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki zona bandar udara.
3.1.5.2 Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi ditetapkan untuk wilayah yang memiliki ciri khas
tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau
kecil yang berkelanjutan. Sesuai dengan Peraturan Mentri Kelautan dna Prikanan
Nomor PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Mentri Kelautan dan Prikanan Republik Indonesia
No. 23/Permen-KP/2016, kawsan konservasi dibai menjadi KKP3K, KKM, KKP.
Adapun kawasan konservasi yang berada di wlayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Provinsi Jawa Tiur terdiri atas KKP3K dan KKP.
3.1.5.2.1 Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K)
Kawasan KOnservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) merupakan
kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan
pengelolaan sumber daya ikan dna lingkungan secara berkelanjutan. Penetapan
KKP3K di Jawa Timur ditetapkan dengan menggunakan parameter kesesuaian
kawasan konservasi oleh Dirjen Kelautan.
Alokasi ruang KKP3K Jawa Timur tersebar hampir di seluruh lokasi di
Provinsi Jawa Timur dengan total luasan sebesar 1.384,59 Km2. KKP3K pada
Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada Tabel 11

87
Tabel 3.1.5.2.1 - 1 Rencana Alokasi Ruang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kabupaten Bangkalan

Lokasi Titok Koordinat


Sub Luas
Zona NLP Kode Nama
Zona Perairan Kab/Kota (Km2) LONG (X) LAT (Y)
Obyek
Kawasan 3504 KK – KKP3K - Selat Kabupaten - 9,03 112,94030133600 -7,19278294310
Konservasi Pesisir - 07 86 Madura Bangkalan 0,0001 112,94416419800 -7,19742622290
dan Pulau-Pulau 0,24 112,75144275900 -7,17169163439
Kecil (KKP3K) KK – KKP3K - 0,03 112,74813890400 -7,17172228360
87
3504 KK – KKP3K - 1,07 112,70645300200 -7,16672727686
- 02 91
KK – KKP3K - 4,18 112,69250001000 -7,11070215969
101
KK – KKP3K - 0,15 112,67566166700 -7,05134703968
113
3504 KK – KKP3K - 2,57 112,70362285000 -7,03667504393
– 02 116
3504 Laut 1,85 112,71673783200 -7,02261145433
– 03 Jawa
3504 0,72 112,71673783200 -7,01101984674
-08 KK – KKP3K - 1,96 112,78285813600 -6,98424194682
119
KK – KKP3K - 5,57 112,83103849500 -6,91989520762
132
KK – KKP3K – 0,19 112,90319891700 -6,89185793391
134
KK – KKP3K - 1,36 112,88226454400 -6,89209416301
135 0,25 112,86864605800 -6,89093285211
KK – KKP3K - 0,37 112,98246105300 -6,88397415056
141

88
3.1.5.2.2 Kawasan Konservasi Perairan (KKP)
Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi,
dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan. KKP dibedakan menjadi 4 jenis kawasan
kosevasi dengan tujuan pengelolaan.
Didalam RZWP3K Jawa Timur tidak menyatakan bahwa Kabupaten
Bangkalan tidak termasuk kedalam Kawasan Konservasi Perairan (KKP).
3.1.5.2.3 Kawasan Startegis Nasional Tertentu
Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, yang dimaksud dengan kawasan strategis adalah kawasan yang terkait
dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan
dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional. Jenis
Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Provinsi Jawa Timur adalah kawaan yang dimanfaatkan bagi pengelolaan batas-
batas maritime kedaulatan negara meliputi pulau-pulau terluar. Oleh sebab itu
Kabupaten Bangkalan tidak termasuk kedalam KSNT Jawa Timur.
5.1.5.2.4 Alur Laut
Mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 23/PERMEN-KP/2016 tentang Perancangan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, alur laut dapat dimanfaatkan untuk:
1. Alur Pelayaran-perlintasan
2. Pipa/kabel bawah laut
3. Migrasi biota laut
1. Alur Pelayaran dan Perlintasan
Mengacu pada Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM
129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran di Laut dan Bngunan dan/atau Instalasi di
Perairan yang menggantikan Perturan Mentri Perhubungan Nomor. PM 68 Tahun
2011 tentang Alur Pelayaran di Laut, alur pelayaran di laut terdiri dari alur pelayaran
umum dan perlintasan serta alur pelayaran masuk pelabuhan.
Dalam dokumn RZWP3K Provinsi Jawa Timur membagi Alur Pelayaran
Umum dan Perlintasan menjadi 3 (tiga) jenis Alur Pelayaran, yaitu Pelayaran
Nasional, Pelayaran Regional dan Pelayaran Lokal. Pelayaran Nasional adalah
89
jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan nasional dan pelabuhan
internasional dalam jum;ah menegah. Pelayaran Regional adalah jaringan pelayaran
yang menghubungkan antara pelabuhan pengumpan primer ke pelabuhan utama yang
melayani secara nasional. dan Pelayaran Lokal adalah jaringan pelayaran yang
menghubungkan antara pelabuhan pengumpan sekunder yang melayani lokal dalam
jumlah kecil.Alokasi ruang Pelayaran dan Perlintasa untu kawasan Kabupaten
Bangkalan hanya masuk kedalam alokasi ruang pelayaran dan Perlintasan Nasional
saja. Penjelasan mengena alokasi ruang ini dapat dilihat pada Tabel 13.

90
Tabel 3.1.5.2.4 - 1 Rencana Alokasi Ruang Alur Pelayaran dan Perlintasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Keci Di
Kabupaten Bangkalan

Lokasi Titik Koordinat


Luas
Zona Sub Zona NLP Kode Nama
Perairan Kab/Kot (Km2) LONG (X) LAT (Y)
Obyek
Alur Pelayaran 3504- AL – Selat Kabupaten - 0,04 112,70447425400 -7,18982852725
Pelayaran dan 02 AP – Madura Bangkalan
dan Perlintasan PN – 19
Perlintasa Nasional 3504 – AL – 34,82 112,92236123900 -7,22685390249
07 AP –
3504 PN – 20 Laut 4,15 113,01955876600 -7,27846723159
Jawa
3504 – AL – Selat 0,48 112,65822762300 -7,09489116156
02 AP – Madura
PN – 23
AL – 0,18 112,66561509000 -7,04171455772
AP – 0,05 112,66381100200 -7,05147054641
3504 - PN – 24 Laut 0,07 112,67108579200 -7,02473687220
03 Jawa
3504 AL – 1,57 112,73607548200 -6,74936130558
AP – 0,94 112,73480553800 -6,75308839942
PN – 27 1,07 112,73256172800 -6,74478498021
3,31 112,74201391200 -6,84125883404
0,25 112,72772379500 -6,91220507570

91
2. Pipa dan Kabel Laut
Rencana alokasi ruang pipa dan kabe bawah laut di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Provinsi Jawa Timur meliputi kabel listrik, pipa air bersih, kabel telekomunikasi,
serta pipa minyak dan gas. Rencana pengembangan pipa minyak dan gas sebagai
pendukung kegiatan kilang BBM dan Petrokimia Pertamina-Rosnet di Kabupaten Tuban
atau dikelan sebagai New Grass Root Refinery (NGRR). Alokasi ruang pipa dan kabel laut
pada kawasan administrasi Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada Tabel 14.

92
Tabel 3.1.5.2.4 - 2 Rencana Alokasi Ruang Pipa dan Kabel Bawah Laut di Wilayah P3K Kabupaten Bangkalan

Lokasi Titik Koordinat


Luas
Zona Sub Zona NLP Kode Nama
Perairan Kab/Kot (Km2) LONG (X) LAT (Y)
Obyek
Pipa/Kabel Pipa minyak 3504 AL – APK Selat Kabupaten - 0,06 112,65568417200 -7,09727667996
Bawah Laut dan Gas - 02 – MG - 27 Madura Bangkalan
AL – APK 13,77 112,66982377600 -7,09260650038
– MG - 28 0,01 112,67886341500 -7,15592864650
0,05 112,66381100200 -7,05147054641
3504 Laut 2,63 112,68004682700 -7,01836587698
- 03 Jawa
3504 AL – APK 1,99 112,74719817400 -
– MG - 38 6,75188699404
0,94 112,73480553800 -6,75308839942
AL – APK 9,91 112,83810344200 -6,71314631077
– MG – 40 2,44 112,81346009700 -6,72369458816
AL – APK 15,00 112,80567476700 -6,73579120779
– MG - 41 0,47 112,81420970600 -6,73160355395
1,07 112,73256172800 -6,74478498021
3504 AL – APK 6,93 112,78895030200 -6,87388535840
– 08 – MG - 45
3504 11,11 112,87992109500 -6,72879576648
16,88 112,79657710100 -6,84370110777
0,25 112,72772379500 -6,91220507570
AL – APK 19,68 112,97301432700 -6,70358202874
– MG - 47
Kabel Listrik 3504 AL – APK Selat 1,41 112,68714887900 -7,15676925578
- 02 – KL - 3 Madura 0,01 112,67886341500 -7,15592864650
Kabel 3504 AL – APK Laut 7,04 113,11518193000 -6,86242448782
Telekomunikas -12 – KT - 3 Jawa
i 3504 5,52 113,12150399400 -6,80444929529

93
3. Migrasi Biota
Migrasi biota laut adalah pola ruang (migrasi) biota laut yang dipengaruhi suhu,
slinitas, kecepatan dan arah arus, pasang surut, tinggi dan panjang gelombang, warna
prairan, substrat dasar, kedalaman perairan, dan tipologi kelandaian dasar laut. Jenis
ikan yang bermigrasi di perairan Jawa Timur terdiri dari ikan lemuru, laying, tuna,
cakalang, tongkol, dna kembung. Sedangkan, jenis mamalia laut yang bermograsi di
perairan Jawa Timur seperti paus, hiu paus dan lumba-lumba. Migrasi biota laut
ditetapkan dengan kriteria sesuai dengan jalur biota yang memerlukan perlindungan
dalam bermigrasi. Arahan zonasi pemanfaatan ruang laut untuk kepentingan
perlindungan jalur migrasi biota laut meliputi area yang diidentifikasi berdasarkan data
pola migrasi biota laut. Kabupaten Bangkalan sendiri tidak menjadi wilayah yang
dilewati oleh pola migrasi biota laut. Sehingga Kabupaten Bangkalan tidak termasuk
kedalam alur laut untuk biodata.

94
3.1.6 Review Peraturan Pemanfaatan Ruang
Peraturan pemanfaatan ruang mengacu pada rencana alokasi ruang yang telah
disusun pada Bab V, yang dalam hal ini berfungsi:
a) Sebagai alat pengendali kegiatan pemanfaatan zona/subzona.
b) Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana zonasi.
c) Menjamin agar kegiatan pemanfaatan baru tidak mengganggu kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah berjalan dan sesuai dengan rencana alokasi ruang.
d) Mencegah dampak kegiatan pemanfaatan yang merugikan.
Peraturan pemanfaatan ruang berisi kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan
terbatas, atau dilarang pada suatu zona atau sub zona. Aturannya adalah sebagai
berikut:
 ”I” = Pemanfaatan diijinkan (P, permitted)
Pemanfaatan kegiatan yang diijinkan karena sifatnya sesuai atau mendukung zona
yang direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan atau pembatasan atau
tindakan lain dari pemerintah terhadap pemanfaatan tersebut.
 ”T” = Pemanfaatan diijinkan setelah mendapat izin (R, restricted)
Pemanfaatan kegiatan yang diijinkan dengan batasan-batasan tertentu. Pembatasan
dilakukan melalui penentuan standar pembangunan minimum dan memerlukan ijin
penggunaan bersyarat, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya
yang berlaku. Ijin ini sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak
pembangunan di sekitarnya, bisa berupa AMDAL, RKL dan RPL.
 ”X” = Pemanfaatan yang tidak diijinkan (not permitted)
Pemanfaatan kegiatan yang tidak diijinkan karena sifatnya tidak sesuai atau tidak
mendukung zona direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang besar bagi
lingkungan sekitarnya.
Peraturan pemanfaatan ruang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk matriks yang
menunjukkan keterkaitan antara zona atau sub zona peruntukan dengan dan jenis
kategori kegiatan yang mungkin berkembang karena kebutuhan pembangunan. Adapun
peraturan pemanfaatan ruang untuk setiap zona atau sub zona di wilayah perairan
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangkalan dijelaskan pada tabel berikut ini.

95
Tabel I – T – X Pada Arahan Pemanfaatan Ruang

96
97
98
Matriks ITX pada dokumen perencanaan RZWP3K Provinsi Jawa Timur telah disusun
berdasarkan jenis kegiatan yang akan berdiri di wilayah pesisir Jawa Timur. Matriks ITX
tersebut juga berlaku di Kabupaten Bangkalan sehingga segala aktifitas yang akan dilakukan
di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan harus mengikuti aturan tersebut.

99
3.1.7 Review Arahan Pemanfaatan Ruang

100
Zona Sub Aktivitas Yang Diperbolehkan Aktivitas Yang Tidak Diperbolehkan Aktivitas Diperbolehkan Setelah
Zona Mendapat Izin
Kawasan Pemanfaatan Umum
Pariwisata Wisata • Usaha wisata edukasi.  Pengambilan terumbu karang • Usaha wisata dayung
Alam • Usaha wisata selam.  Penangkapan ikan dengan • Usaha wisata memancing
Pantai / • Usaha kegiatan hiburan dan kapasitas kapal 10-30 GT • Usaha wisata selancar
Pesisir dan rekreasi.  Penangkapan ikan dengan • Usaha wisata olahraga tirta
Pulau –
• Usaha jasa perjalanan wisata. kapasitas kapal ≥ 30GT • Usaha dermaga wisata
pulau
Kecil • Usaha wisata snorkeling.  Pembudidayaan ikan untuk • Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi)
• Usaha wisata tontonan. kepentingan industri • Usaha angkutan laut wisata dalam negeri
• Usaha wisata berenang.  Usaha budidaya perikanan terapung (jaring • Usaha angkutan laut
• .Usaha wisata alam perairan apung dan pen system seluas ≥ 5 Ha internasional wisata
• Penanaman tanaman bakau dan nipah. dengan jumlah 1000 unit • Usaha vila (cottage) di atas laut
• Perlindungan keanekaragaman hayati.  Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan • Usaha restoran di atas laut
• Penyelamatan dan perlindungan Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera • Jasa Wisata Tirta (bahari)
lingkungan. Asing • Pengambilan foto/video bawah
• Penelitian kegiatan konservasi.  Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik laut
• Pendidikan kegiatan konservasi.  Pengangkutan ikan hasil • Budidaya mangrove
• Survei dan/atau penelitian ilmiah. penangkapan dengan Kapal • Pemungutan hasil hutan bukan
• Pengambilan barang-barang Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Asing kayu pada hutan mangrove (madu; getah;
purbakala dengan perahu bermotor ≤ 5GT.  Bongkar muat ikan daun; buah dan
• Penelitian dan pengembangan  Penangkapan ikan menggunakan pukat hela biji; tanin; ikan; hasil hutan bukan
perikanan. (trawls), payang, cantrang, kayu lainnya)
• Pembangunan Sarana Bantu jaring lampara, dogol, dan sejenisnya • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
Navigasi Pelayaran (SBNP).  \Penangkapan ikan menggunakan 10GT
• Penetapan tempat labuh. Gill Net (Jaring insang) dan sejenisnya • Pengambilan barang-barang purbakala
• Pembangunan dan  Penangkapan ikan menggunakan seine nets dengan perahu
pengoperasian Jetty. dan sejenisnya bermotor 5 - 30 GT
• Kegiatan membantu pekerjaan  Penangkapan ikan menggunakan • Pengambilan barang-barang purbakala
teknis terhadap kapal-kapal yang Long bag set net (jaring kantong besar) dengan perahu
masih mengapung tetapi sedang  Kegiatan pengujian kapal bermotor > 30 GT
mendapat malapetaka. perikanan/perahu ikan bermotor • Pengambilan barang-barang selain barang
• Latihan militer.  Eksplorasi mineral logam, mineral bukan purbakala dengan
logam, batuan, batubara, perahu bermotor ≤ 5GT

101
mineral radioaktif • Pengambilan barang-barang selain barang
 Pengangkutan mineral logam, mineral purbakala dengan
bukan logam, batuan, perahu bermotor 5 - 30 GT
batubara, mineral radioaktif • Pengambilan barang-barang selain barang
 Pembangunan FPSO (Floating Production purbakala dengan
Storage and Offloading) perahu bermotor > 30 GT
 Pengerukan perairan dengan capital • Pelepasan jangkar
dredging • Penggunaan galah untuk mendorong perahu
 Pengerukan perairan laut dengan capital • Usaha pembudidayaan ikan laut (kerapu,
dredging yang memotong material karang kakap, baronang)
dan/atau batu • Pengambilan sumber daya laut non ikan
 Pembangunan PLTU untuk kepentingan
 Pembangunan anjungan/platform migas ekonomi
 Pembangunan Floating Storage Offloading • Pembudidayaan sumber daya
(FSO) laut non ikan untuk kepentingan
 Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating ekonomi
Facility) Migas: Mooring • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
 Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara Kapal Pengangkut Ikan Hidup
 Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral Berbendera Indonesia
logam • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
 Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral Kapal nelayan kecil
bukan logam atau mineral batuan • Pemasangan Keramba Jaring Apung
 Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral • Pemasangan rumpon perairan dalam
radioaktif • Pemasangan rumpon perairan dangkal
 Pengolahan & Pemurnian Batubara • Pengangkutan ikan hasil penangkapan
 Pengolahan & Pemurnian Mineral logam dengan Kapal
 Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
logam atau mineral batuan Indonesia
 Pengolahan & Pemurnian Mineral • Penangkapan ikan
radioaktif menggunakan Squid Jigging
 Penempatan tailing (bahan yang tertinggal • Penangkapan ikan
setelah pemisahan fraksi) di bawah laut menggunakan Pancing Prawe Dasar
 Pembangunan Terminal • Penangkapan ikan
Regasifikasi LNG menggunakan Long line (rawai Tuna)
 Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) • Penangkapan ikan

102
 Pemusnahan handak migas menggunakan Pole dan line
 Pemasangan fasilitas mesin kalor • Penangkapan ikan
 Eksplorasi energi OTEC menggunakan Bubu/Muroami dan
 Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm sejenisnya
 Pembangunan terminal peti kemas • Penangkapan ikan
 Pembangunan terminal curah kering menggunakan Bouke Ami
 Pembangunan terminal curah CAIR • Penangkapan ikan
 Pembangunan terminal ro-ro menggunakan Bagan Apung
 Pembangunan Tempat perbaikan kapal • Pemasangan fasilitas turbin generator energi
 Penempatan kapal mati • Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik
 Uji coba kapal Tenaga Arus Laut (PLTAL)
 Usaha pelayanan perbaikan dan • Pembangunan, pemindahan, dan/atau
pemeliharaan kapal perikanan : pembongkaran bangunan atau instalasi
dock/slipway, bengkel dan tempat pipanisasi di perairan
perbaikan jaring; • Penanaman kabel
 Usaha bongkar muat barang : pengemasan, • Penanaman Pipa diameter 0-20
penumpukan, dan cm
penyimpanan di pelabuhan • Penanaman Pipa diameter 20-50 cm
 Usaha tally mandiri : kegiatan cargodoring, • Penanaman Pipa diameter 50-100 cm
receiving/delivery, • Pembangunan kabel
stuffing, dan stripping peti kemas bagi telekomunikasi Local Port Service (LPS)
kepentingannya sendiri. • Penanaman dan atau
 Pembangunan dan pengoperasian pemancangan kabel atau tiang serta sarana di
cement grinding plant dan cement packing laut
plant • Penetapan tempat alih muat antar kapal
 Pengoperasian Pelabuhan • Pembangunan Kolam
Pengumpan Regional dan Lokal pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah
 Pengerukan di wilayah perairan Pelabuhan gerak kapal
Pengumpan Regional dan • Pembangunan TPI
Lokal • Pembangunan breakwater (pemecah
 Reklamasi di wilayah perairan Pelabuhan gelombang)
Pengumpan Regional dan • Pembangunan turap (revetment)
Lokal • pembangunan groin;
 Usaha angkutan laut badan usaha pada • Penetapan alur pelayaran dari dan ke
lintas pelabuhan antar kab/kota dalam pelabuhan

103
provinsi Jawa Timur • Usaha pelayanan logistik dan perbekalan
 Pengelolaan (TUKS) di dalam kapal perikanan
DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan • Pembangunan dermaga perikanan
regional. • Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
 Operasi Kapal Angkutan badan usaha pada
Penyeberangan Dalam Provinsi lintas pelabuhan antar kab/kota dalam
 Kegiatan penerbangan diatas alur provinsi Jawa Timur, antar provinsi dan
kepulauan pelabuhan internasional
 Penetapan rute pelayaran • Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
internasional • Usaha jasa penyewaan
 Kegiatan bongkar muat oleh kapal asing peralatan angkutan laut
 Kegiatan berlabuh jangkar kecuali dalam • Kegiatan riset atau survei hidrografi oleh
keadaan force majeure oleh kapal asing kapal asing
 Pelatihan perang dengan • Pengangkutan dan penjualan Garam
menggunakan amunisi oleh kapal asing • Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving
 Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal. works dalam rangka
 Pembangunan dan pengoperasian industri maritim)
terminal khusus • Penarikan (Towing)
 Konstruksi Pertambangan Garam • Pengapungan (refloating)
 Pembangunan Fasilitas Infrastruktur • Kegiatan budidaya biota laut untuk
(Saluran Primer, Sekunder dan pantai air) kepentingan industri
Industri penggaraman Biofarmakologi / Bioteknologi Laut
 Kegiatan pengumpulan, • Pipa intake dan outake industri garam
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan limbah B3
 Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan limbah non
B3
 Kegiatan Industri Galangan Kapal dengan
sistem Graving Dock Kapal
 Pembangunan industri yang terintegrasi
dengan pelabuhan
 Kegiatan pembuatan kapal/alat terapung
saja;

104
 Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat terapung saja;
 Kegiatan pembuatan mesin-mesin
utama/pembantu;
 Kegiatan pembuatan alat-alat perlengkapan
lain yang khusus dipergunakan dalam
kapal;
 Kegiatan pembuatan alat-alat maritim
lainnya
 Kegiatan pemindahan muatan dan atau
bahan bakar (cargo and fuel
transferring)
 Pengintroduksian organisme hasil
rekayasa genetika ke lingkungan
 Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan penjualan tenaga
listrik
 Pembangunan stasiun pengisian bahan
bakar nelayan

Total Alokasi Ruang Sub Zona Wisata Alam Pantai/Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Prasarana  70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya
/
 Setiap usaha wisata bahari diwajibkan memiliki izin lokasi dan izin pengelolaan (Pasal 19 UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau
Ketentuan
Minimum Kecil) sebagai persyaratan memperoleh Tanda Daftar Usaha Wisata (TDUP)
 Luas kawasan yg dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil maksimal 10% dari luas alokasi zona
pemanfaatan
 Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam melakukan aktivitasnya dalam radius 0-2 mil
 Pembangunan infrastruktur di sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil wajib memperhatikan:
 Bahan bangunan ramah lingkungan, memiliki daya tahan 5-15 tahun, dan tidak diambil dari dalam Kawasan Konservasi Perairan.
 Desain dibangun semi permanen ukuran memperhatikan kondisi fisik kawasan, memiliki sistem sanitasi, memiliki teknologi pengolahan dan pembuangan
limbah.
 Tata letak penempatan infrastruktur tetap mempertahankan karakteristik bentang alam atau fungsi utamanya, tidak menutup/menghilangkan alur pelayaran.
 Adat/budaya tradisional masyarakat

105
 sesuai dengan lokasi yang ditentukan
 Infrastruktur pariwisata perlu memiliki sistem sanitasi yang memenuhi standar kesehatan dan kelestarian lingkungan serta memiliki teknologi pengolahan dan
pembuangan limbah
Ketentuan  Pengembangan aktivitas usaha wisata berupa pasar apung, villa (cottage) di atas laut pada Kabupaten Tuban (NLP 3502-03), Kota Probolinggo (NLP 3504-08),
Khusus dan rencana usaha sejenis diizinkan dengan syarat menggunakan tiang pancang yang ramah lingkungan dan tidak mengubah bentang alam yang ada
 Penyelenggaraan aktivitas wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh wilayah perairan Provinsi Jawa Timur haruslah tidak bertentangan dengan
nilai-nilai agama, sosial budaya dan ketertiban masyarakat

106
Pelabuhan DLKr • Perlindungan keanekaragaman • Usaha wisata dayung  Usaha wisata edukasi
DLKp hayati. • Usaha wisata selam  Usaha wisata memancing
• Penyelamatan dan perlindungan • Usaha wisata selancar  Usaha dermaga wisata
lingkungan. • Usaha wisata olahraga tirta  Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi
• Penelitian kegiatan konservasi
• Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi)  Usaha angkutan laut wisata dalam negeri
• Pendidikan kegiatan konservasi
• Usaha vila (cottage) di atas laut  Usaha angkutan laut
• Survei dan/atau penelitian ilmiah
• Pelepasan jangkar • Usaha wisata snorkeling internasional wisata
• Penggunaan galah untuk mendorong perahu • Usaha wisata berenang  Usaha jasa perjalanan wisata
• Pembangunan Sarana Bantu • Pengambilan foto/video bawah laut  Usaha wisata tontonan
Navigasi Pelayaran (SBNP) • Pengambilan terumbu karang  Usaha restoran di atas laut
• Penetapan tempat labuh • Pemungutan hasil hutan bukan  Usaha wisata alam perairan
• Penetapan tempat alih muat kayu pada hutan mangrove (madu; getah;  Jasa Wisata Tirta (bahari)
antar kapal daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil hutan  Penanaman tanaman bakau dan nipah
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk kebutuhan bukan kayu lainnya)  Budidaya mangrove
sandar dan olah gerak kapal
• Usaha pembudidayaan ikan laut (kerapu,  Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
• Pembangunan terminal peti
kemas kakap, baronang) 10GT
• Pembangunan terminal curah • Pembudidayaan ikan untuk  Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal 10-
kering kepentingan industri 30 GT
• Pembangunan terminal curah • Usaha budidaya perikanan terapung (jaring  Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal ≥
CAIR apung dan pen system seluas ≥ 5 Ha dengan 30GT
• Pembangunan terminal ro-ro jumlah 1000 unit.  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
• Pembangunan Tempat • Pengambilan sumber daya laut non ikan untuk perahu
perbaikan kapal kepentingan ekonomi bermotor ≤ 5GT
• Penempatan kapal mati • Pembudidayaan sumber daya laut non ikan  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
• Pembangunan breakwater
untuk kepentingan ekonomi perahu
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap (revetment) • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan bermotor 5 - 30 GT
• pembangunan groin; Kapal Pengangkut Ikan  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
• Penetapan alur pelayaran dari Hidup Berbendera Indonesia perahu
dan ke pelabuhan • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan bermotor > 30 GT
• Uji coba kapal Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera  Pengambilan barang-barang selain barang
• Usaha pelayanan perbaikan dan Asing purbakala dengan
pemeliharaan kapal perikanan :dock/slipway, • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan perahu bermotor ≤ 5GT
bengkel dan tempat Kapal nelayan kecil  Pengambilan barang-barang selain barang
perbaikan jaring; • Budidaya Ikan hasil rekayasa purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT
• Usaha bongkar muat barang : genetik  Pengambilan barang-barang selain barang
pengemasan, penumpukan, dan • Pemasangan Keramba Jaring Apung purbakala dengan
penyimpanan di pelabuhan • Pemasangan rumpon perairan perahu bermotor > 30 GT 107
• Usaha tally mandiri : kegiatan dalam Pemasangan rumpon perairan dangkal  Penelitian dan pengembangan
cargodoring, receiving/delivery, stuffing, dan • Pengangkutan ikan hasil perikanan
stripping peti kemas bagi kepentingannya penangkapan dengan Kapal  Kegiatan pengujian kapal perikanan/perahu
sendiri. Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Indonesia ikan bermotor
Zona Sub Aktivitas Aktivitas Aktivitas Diperbolehkan Setelah
Zona Yang Yang Mendapat Izin
Diperbolehka Tidak
n Diperbol
ehkan
Kawasan Pemanfaatan Umum
Perikan Pelagis • Usaha wisata • Pengambi • Pengambilan sumber daya laut non ikan untuk
an edukasi. lan kepentingan
Tangka • Usaha wisata terumbu ekonomi.
p dayung. karang. • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
• Usaha wisata • Penangka Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
selam. pan ikan Asing.
• Usaha wisata menggun • Pemasangan Keramba Jaring Apung.
memancing. akan • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
• Usaha wisata pukat Kapal
selancar. hela Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Asing
• Usaha wisata (trawls), • Bongkar muat ikan
olahraga tirta. payang, • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
• Usaha cantrang, Kapal
dermaga jaring Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Asing
wisata. lampara, • Bongkar muat ikan
• Usaha dogol, • Eksplorasi mineral logam, mineral bukan
kegiatan dan logam, batuan,
hiburan dan sejenisny batubara, mineral radioaktif
rekreasi. a. • Pembangunan FPSO (Floating Production
• Usaha wisata • Penangka Storage and Offloading)
ekstrim pan ikan • Pengerukan perairan dengan capital dredging
(beresiko menggun • Pengerukan perairan laut dengan capital
tinggi). akan dredging yang
• Usaha pukat memotong material karang dan/atau batu
angkutan laut hela • Pembangunan PLTU
wisata (trawls), • Pembangunan
dalam negeri. payang, anjungan/platform migas
• Usaha cantrang, • Pembangunan Floating Storage
angkutan laut jaring Offloading (FSO)
internasional lampara, • Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating
wisata. dogol, Facility)
• Usaha jasa dan Migas: Mooring
perjalanan sejenisny • Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara
wisata. a. • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral logam
• Usaha vila • Penangka • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan
(cottage) di pan ikan logam atau mineral batuan
atas laut. menggun • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
• Usaha wisata akan radioaktif
snorkeling. seine nets • Pengolahan & Pemurnian Batubara
• Usaha wisata dan • Pengolahan & Pemurnian
tontonan laut. sejenisny Mineral logam
• Penanaman a • Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan logam
tanaman • Pengangk atau mineral batuan
bakau dan utan • Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif
nipah. mineral • Penempatan tailing (bahan yang
• Budidaya logam, tertinggal setelah pemisahan fraksi) di bawah
mangrove. mineral laut
• Perlindungan bukan • Pembangunan Terminal Regasifikasi LNG
keanekaragam logam, • Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring)
an hayati. batuan, • Pemusnahan handak migas

108
• Penyelamatan batubara, • Pemasangan fasilitas turbin generator energi
dan mineral • Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
perlindungan radioaktif Arus Laut (PLTAL)
lingkungan. • Reklamas • Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Penelitian i di • Eksplorasi energi OTEC
kegiatan wilayah • Pembangunan, pemindahan,
konservasi. perairan. dan/atau pembongkaran
• Pendidikan • Pelabuha bangunan atau instalasi pipanisasi di perairan
kegiatan n • Penanaman kabel
konservasi. Pengump • Penanaman Pipa diameter 0-20 cm
• Survei an • Penanaman Pipa diameter 20- 50 cm
dan/atau Regional • Penanaman Pipa diameter 50-100 cm
penelitian dan • Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm
ilmiah. Lokal. • Pembangunan kabel
• Pemungutan • Kegiatan telekomunikasi Local Port Service (LPS)
hasil hutan pengump • Penanaman dan atau
bukan kayu ulan, pemancangan kabel atau tiang serta sarana di
pada hutan pemanfaa laut
mangrove tan, • Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(madu; getah; pengolah (SBNP)
daun; buah an, • Penetapan tempat labuh
dan biji; tanin; pembuan • Penetapan tempat alih muat antar kapal
ikan; hasil gan, dan • Pembangunan Kolam
hutan bukan penimbun pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah
kayu lainnya). an limbah gerak kapal
• Penangkapan B3. • Pembangunan terminal peti kemas
ikan dengan • Kegiatan • Pembangunan terminal curah
kapasitas pengump kering
kapal < 10GT. ulan, • Pembangunan terminal curah
• Penangkapan pemanfaa CAIR
ikan dengan tan, • Pembangunan terminal ro-ro
kapasitas pengolah • Pembangunan Tempat
kapal 10-30 an, perbaikan kapal
GT. pembuan • Penempatan kapal mati
• Penangkapan gan, dan • Pembangunan TPI
ikan dengan penimbun • Pembangunan breakwater (pemecah
kapasitas an limbah gelombang)
kapal ≥ 30GT. non B3. • Pembangunan turap (revetment) pembangunan
• Pengambilan • Kegiatan groin;
barang-barang pembuata • Uji coba kapal
purbakala n • Usaha pelayanan perbaikan dan
dengan perahu kapal/alat pemeliharaan kapal perikanan :
bermotor ≤ terapung dock/slipway, bengkel dan tempat
5GT. saja. perbaikan jaring;
• Pengambilan • Kegiatan • Usaha pelayanan logistik dan perbekalan kapal
barang-barang perbaikan perikanan
purbakala atau • Usaha bongkar muat barang : pengemasan,
dengan perahu pemelihar penumpukan, dan
bermotor 5 - aan penyimpanan di pelabuhan
30 GT. kapal/alat • Usaha tally mandiri : kegiatan cargodoring,
• Pengambilan -alat receiving/delivery,
barang-barang terapung stuffing, dan stripping peti kemas bagi
purbakala saja. kepentingannya sendiri.
dengan perahu • Kegiatan • Pembangunan dan
bermotor > 30 pembuata pengoperasian Jetty
GT. n mesin- • Pembangunan dan
• Pengambilan mesin pengoperasian cement grinding plant dan
barang-barang utama/pe cement packing plant
selain barang mbantu. • Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan Regional
purbakala • Kegiatan dan Lokal

109
dengan perahu pembuata • Pengerukan di wilayah perairan Pelabuhan
bermotor ≤ n alat-alat Pengumpan Regional
5GT. perlengka dan Lokal
• Pengambilan pan lain • Usaha angkutan laut badan usaha pada lintas
barang-barang yang pelabuhan
selain barang khusus antar kab/kota dalam provinsi Jawa Timur
purbakala diperguna • Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
dengan perahu kan badan usaha pada
bermotor 5 - dalam lintas pelabuhan antar kab/kota dalam provinsi
30 GT. kapal. Jawa Timur, antar provinsi dan pelabuhan
• Pengambilan • Kegiatan internasional
barang-barang pembuata • Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
selain barang n alat-alat • Usaha jasa penyewaan
purbakala maritim peralatan angkutan laut
dengan lainnya. • Pengelolaan (TUKS) di dalam DLKR/DLKP
perahu pelabuhan pengumpan regional.
bermotor > 30 • Operasi Kapal Angkutan Penyeberangan Dalam
GT Provinsi
• Pelepasan • Kegiatan penerbangan diatas alur kepulauan
jangkar • Penetapan rute pelayaran
• Penggunaan internasional
galah untuk • Kegiatan bongkar muat oleh
mendorong kapal asing
perahu • Kegiatan riset atau survei
• Usaha hidrografi oleh kapal asing
pembudidayaa • Kegiatan berlabuh jangkar kecuali dalam
n ikan laut keadaan force
(kerapu, majeure oleh kapal asing
kakap, • Pelatihan perang dengan menggunakan amunisi
baronang) oleh kapal
• Pembudidaya asing
an ikan untuk • Usaha pelayanan jasa
kepentingan pemanduan kapal.
industri • Pembangunan dan
• Usaha pengoperasian terminal khusus
budidaya • Pengangkutan dan penjualan
perikanan Garam
terapung • Konstruksi Pertambangan
system seluas Garam
≥ 5 Ha dengan • Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran
jumlah 1000 Primer,
unit. Sekunder dan pantai air) Industri
• Pengangkutan penggaraman
ikan hasil • Kegiatan Industri Galangan Kapal dengan
budidaya sistem Graving Dock Kapal
dengan Kapal • Pembangunan industri yang terintegrasi dengan
Pengangkut pelabuhan
Ikan Hidup • Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving works
Berbendera dalam rangka
Indonesia industri maritim).
• Pengangkutan • Kegiatan membantu pekerjaan teknis terhadap
ikan hasil kapal-kapal yang masih mengapung tetapi
budidaya sedang mendapat malapetaka
dengan Kapal • Pengintroduksian organisme hasil rekayasa
nelayan genetika ke
kecil lingkungan
• Budidaya Ikan • Pembangunan pembangkitan,
hasil rekayasa transmisi, distribusi dan penjualan tenaga listrik\
genetik • Pembangunan stasiun
• Pemasangan pengisian bahan bakar nelayan

110
rumpon • Latihan militer
perairan • Pipa intake dan outake industri garam
dalam
• Pemasangan
rumpon
perairan
dangkal
• Pengangkutan
ikan hasil
penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut
Ikan Hidup
Berbendera
Indonesia
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Gill Net
• Usaha wisata
berenang
• Usaha
restoran di
atas laut
• Usaha wisata
alam perairan
• Jasa Wisata
Tirta (bahari)
• Pengambilan
foto/video
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Long bag set
net (jaring
kantong
besar)
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Squid Jigging
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Pancing
Prawe
Dasar
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Long line
(Rawai Tuna)
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Pole dan line
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Bubu/Muroa

111
mi dan
sejenisnya
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Bagan Apung
• Penelitian dan
pengembanga
n perikanan
• Kegiatan
pengujian
kapal
perikanan/per
ahu ikan
bermotor
• Penetapan
alur pelayaran
dari
dan ke
pelabuhan
• Pembangunan
dermaga
perikanan
• Kegiatan
pemindahan
muatan
dan atau
bahan bakar
(cargo and
fuel
transferring)
• Penarikan
(Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Kegiatan
budidaya
biota laut
untuk
kepentingan
industri
Biofarmakolo
gi /
Bioteknologi
Laut

Total Alokasi Ruang Sub Zona Perikanan Tangkap Pelagis


Prasara 1) 2) Penangkapan ikan harus disertai izin SIPI dan SKPKP.
na / 3) Alat penangkap ikan yang ramah lingkungan:
Ketentu a. Jaring angkat
an b. Jaring insang
Minimu c. Perangkap
m d. Pancing
e. Alat penjepit dan melukai

112
4) Alat penangkap ikan berupa pukat hela (trawls) dilarang untuk digunakan (Peraturan
Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/Permen-Kp/2015
Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) Dan
Pukat Tarik (Seine Nets) Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia).
5) Alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets) dilarang untuk digunakan. Pukat
tarik terdiri dari:
a. dogol (danish seines);
b. scottish seines;
c. pair seines;
d. payang;
e. cantrang; dan
f. lampara dasar.
(Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/Permen-
Kp/2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
(Trawls) Dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia).
6) Kegiatan usaha perikanan memerlukan izin SIUP.
7) Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut non ikan memerlukan izin
SIUK.
8) Kegiatan pengangkutan ikan hasil penangkapan memerlukan izin SIKPI.
9) Pemasangan rumpon atau kabel memerlukan izin SIPJK.
10) Pengambilan barang-barang purbakala akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai
5GT di wilayah perairan 4 mil dari pantai ke arah laut lepas sampai 12 mil.
11) Pengambilan barang selain purbakalan akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap berikut:
a. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai 5GT-30GT di wilayah perairan 4
mil dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil
b. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai > 30GT di wilayah perairan 4 mil
dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil
12) Alat tangkap di perairan kurang dari 4 mil : Gill Net, Trammel Net , Jaring Pendem
(Gill Net dasar), Bagan Tancap, dan Jaring Klitik
13) Alat tangkap di perairan 4-12 mil berupa jaring tengah.
14) Pengujian kapal perikanan/perahu ikan bermotor dalam (inboard motor) dan
bermotor luar (outboard motor) dan atau dengan ukuran diatas 10 GT/30 PK sampai
30 GT/90 PK akan dikenakan retribusi menurut PERATURAN GUBERNUR
JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2005 :USAHA PERIKANAN DAN USAHA
KELAUTAN PROPINSI JAWA TIMUR.
15) Kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan tidak dikenakan izin, namun
dikenakan kewajiban mendaftarkan diri kepada Gubernur melalui Kepala Dinas
(Perda No. 4 Tahun 2005).
16) Perlu memperhatikan perlindungan terhadap nelayan tradisional pada radius 0-2 mil.
Ketentu 1. 2. Untuk kegiatan budidaya laut untuk kepentingan industri
an biofarmakologi/bioteknologi laut bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap.
Khusus 3. Untuk bangunan fishapartment bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap perairan
Kabupaten Tuban (Kradenan arah Utara, Mentoso, dan Gadon) (NLP 3502-03 dan
3502-04).
4. Penggunaan alat tangkap menetap diperbolehkan pada zona alur (Kecamatan Socah)
(NLP 3504-02).

113
Perikan Pelagis Perlindungan
• • Usaha  Usaha wisata edukasi
an Dan keanekaragama wisata  Usaha wisata memancing
Tangka Demersal n dayung  Usaha dermaga wisata
p hayati. • Usaha  Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi
• Penyelamatan wisata  Usaha angkutan laut wisata dalam negeri
dan selam  Usaha angkutan laut
perlindungan • Usaha internasional wisata
lingkungan. wisata  Usaha jasa perjalanan wisata
• Penelitian selancar  Usaha wisata tontonan
kegiatan • Usaha  Usaha restoran di atas laut
Alokasi Ruangkonservasi
Sub Zona Perikanan wisata  Usaha wisata alam perairan
• Pendidikan
Tangkap Pelagis Dan Demersal olahraga  Jasa Wisata Tirta (bahari)
Prasarana 1. 2. Penangkapan ikan harus disertai izin
kegiatan tirta Penanaman tanaman bakau dan nipah
SIPI dan SKPKP.
konservasi • Usaha  Budidaya mangrove
/ 3. Alat penangkap ikan yang ramah lingkungan:
 Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal < 10GT
Ketentua • Survei dan/atau
a. Jaring angkat
wisata
penelitian ekstrim  Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal 10-30
n Umum b. Jaring insang (beresiko
ilmiah GT
c. Perangkap
• Pelepasan tinggi)  Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal ≥ 30GT
d. Pancing
jangkar • Usaha  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
e. Alat penjepit dan melukai
• Penggunaan vila perahu
4. Alatuntuk
galah penangkap ikan berupa pukatbermotor
(cottage) hela (trawls)
≤ 5GT dilarang untuk digunakan
(Peraturan
mendorong Menteri Kelautan
di atas Dan Perikanan Republik
 Pengambilan barang-barang Indonesia Nomor 2/Permen-
purbakala dengan
Kp/2015
perahu Tentang Larangan
laut Penggunaan
perahu Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
(Trawls) Dan Pukat
• Pembangunan
Tarik (Seine Nets)
• Usaha
Di Wilayah
bermotor 5 - 30 GT Pengelolaan Perikanan Negara
Republik
Sarana Bantu Indonesia).
wisata  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
5. Alat penangkapan snorkelin
Navigasi ikan pukat tarikperahu
(seine nets) dilarang untuk digunakan. Pukat
tarik
Pelayaran terdiri dari: g bermotor > 30 GT
a. dogol (danish •seines);
(SBNP) Usaha  Pengambilan barang-barang selain barang
b. scottish seines; wisata
• Penetapan purbakala dengan
c. pair
tempat seines;
labuh berenang perahu bermotor ≤ 5GT
d. payang;
• Penetapan • Pengambi  Pengambilan barang-barang selain barang
e. cantrang;
tempat alih dan lan purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT
muatf. lampara dasar. foto/vide  Pengambilan barang-barang selain barang
6. Kegiatan
antar kapal usaha perikanan
o bawahmemerlukan izin dengan
purbakala SIUP
7. Kegiatan
• Pembangunan pengelolaan
laut dan pemanfaatan sumber
perahu bermotor daya lautGT
> 30 non ikan memerlukan
izin
Kolam SIUK • Pengambi  Penelitian dan pengembangan
8. Kegiatan pengangkutan
pelabuhan lan ikan hasilperikanan
penangkapan memerlukan izin SIKPI
9. Pemasangan rumpon
untuk atau kabelmemerlukan
terumbu Kegiatan pengujian kapal perikanan/perahu ikan
izin SIPJK
kebutuhan
10. karang bermotor
Pengambilan barang-barang purbakala akan dikenakan retribusi jika
sandar dan olah
dilakukan • Pemungut
pengambilan denganalat
Eksplorasi
tangkap mineral logam,
kapal perahu mineraldengan
bermotor bukan logam,
ukuran
gerak kapal5GT di wilayah
sampai an hasilperairan 4batuan,
mil daribatubara,
pantai kemineral radioaktif
arah laut lepas sampai 12 mil
• Pembangunan
11. Pengambilan hutan  Pengangkutan
barang selain purbakalan akan mineral logam,retribusi
dikenakan mineraljika
bukan
terminal peti pengambilan
dilakukan bukandengan alat logam, batuan,
tangkap batubara, mineral radioaktif
berikut:
kemas kayu dengan
a. kapal perahu bermotor  Pembangunan
ukuran sampai FPSO (Floating
5GT-30GT Production
di wilayah Storage
perairan 4
• Pembangunan padalau t lepas and
mil dari pantai ke arah Offloading)
sampai 12 mil
terminal
b. kapalcurah hutan dengan
perahu bermotor  Pengerukan
ukuran sampai perairan
> 30GT dengan capitalperairan
di wilayah dredging 4 mil
kering mangrove  Pengerukan
dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil perairan laut dengan capital dredging
• Pembangunan (madu; yang memotong
12. Alat tangkap di perairan kurang dari 4 mil :material
Gill Net,karang dan/atau
Trammel Net , batu
Jaring
terminal curah getah;  Pembangunan
Pendem (Gill Net dasar), Bagan Tancap, dan Jaring Klitik PLTU
CAIR
13. di perairan 4-12
Alat tangkapdaun; Pengolahan
mil berupa & jaring
Pemurnian
tengahBatubara
• Pembangunan buah dan  Pengolahan & Pemurnian Mineral logam
14. Pengujian kapal perikanan/perahu ikan bermotor dalam (inboard motor) dan
terminal ro-ro biji;  Pengolahan & Pemurnian
bermotor luar (outboard motor) dan atau dengan ukuran diatas 10 GT/30 PK
• Pembangunan tanin; Mineral bukan logam atau mineral batuan
sampai 30 GT/90 PK akan dikenakan retribusi menurut PERATURAN
Tempat ikan;  Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif
GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2005
perbaikan kapal hasil  Penempatan tailing (bahan yang tertinggal setelah
:USAHA PERIKANAN DAN USAHA KELAUTAN PROPINSI JAWA TIMUR
• Penempatan hutan pemisahan
15.
kapal mati
Kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan tidak dikenakan izin,
bukan fraksi) di bawah laut
namun dikenakan kewajiban mendaftarkan diri kepada Gubernur melalui Kepala
• Pembangunan kayu  Pemasangan fasilitas turbin generator energi
Dinas (Perda No. 4 Tahun 2005)
breakwater lainnya)  Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
16.
(pemecah Perlu memperhatikan
• Usaha
perlindungan
Arus Lautterhadap
(PLTAL) nelayan tradisional pada radius
gelombang) pembudid  Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Pembangunan ayaan  Eksplorasi energi OTEC 114
turap ikan laut  Pembangunan, pemindahan, dan/atau
(revetment) (kerapu, pembongkaran bangunan atau instalasi
• pembangunan kakap, pipanisasi di perairan
groin; baronang)  Penanaman kabel
• Penetapan alur • Pembudid  Penanaman Pipa diameter 0-20 cm
0-2 mil
1) 2) Untuk kegiatan budidaya laut untuk kepentingan industri
biofarmakologi/bioteknologi laut bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap
3) Untuk bangunan fishapartment bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap
perairan Kabupaten Tuban (Kradenan arah Utara, Mentoso, dan Gadon) (NLP
3502-03 dan 3502-04)
4) Penggunaan alat tangkap menetap diperbolehkan pada zona alur (Kecamatan
Socah) (NLP 3504-02)
• Usaha • Usaha wisata  Usaha wisata dayung.
wisata selancar.  Usaha wisata selam.
Perikan Budiday edukasi. • Usaha  Usaha wisata memancing.
an a Laut • Usaha angkutan laut  Usaha wisata olahraga tirta.
Budaya dermaga wisata dalam  Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi).
wisata. negeri.  Usaha vila (cottage) di atas laut.
• Usaha • Usaha  Usaha wisata snorkeling.
kegiatan angkutan laut  Usaha wisata berenang.
hiburan internasional  Usaha restoran di atas laut.
dan wisata.  Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
rekreasi. • Pengambilan 10GT.
• Usaha terumbu  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
jasa karang. perahu bermotor ≤ 5GT.
perjalana • Penangkapan  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
n wisata. ikan dengan perahu bermotor 5 - 30 GT.
• Usaha kapasitas kapal  Pengambilan barang-barang purbakala dengan
wisata 10-30 GT. perahu bermotor > 30 GT.
tontonan • Penangkapan  Pengambilan barang-barang selain barang
. ikan dengan purbakala dengan perahu bermotor ≤ 5GT.
• Usaha kapasitas kapal  Pengambilan barang-barang selain barang
wisata ≥ 30GT. purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT.
alam • Pelepasan  Pengambilan barang-barang selain barang
perairan. jangkar. purbakala dengan perahu bermotor > 30 GT.
• Jasa • Pemasangan  Penggunaan galah untuk mendorong perahu.
Wisata rumpon  Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
Tirta perairan dalam. Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
(bahari). • Pemasangan Asing.
• Pengam rumpon  Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
bilan perairan Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
foto/vide dangkal. Asing.
o bawah • Bongkar muat  Penangkapan ikan menggunakan Gill Net
laut. ikan. (Jaring insang) dan sejenisnya.
• Penanam • Penangkapan  Penangkapan ikan menggunakan Pancing Prawe
an ikan Dasar.
tanaman menggunakan  Penangkapan ikan menggunakan
bakau pukat hela Bubu/Muroami dan sejenisnya.
dan (trawls),  Penangkapan ikan menggunakan Bagan Apung.
nipah. payang,  Eksplorasi mineral logam, mineral bukan
• Budiday cantrang, logam, batuan, batubara, mineral radioaktif.
a jaring lampara,  Pembangunan FPSO (Floating Production
mangrov dogol, dan Storage and Offloading).
e. sejenisnya.  Pembangunan PLTU.
• Perlindu • Penangkapan  Pembangunan anjungan/platform migas.
ngan ikan  Pembangunan Floating Storage Offloading
keanekar menggunakan (FSO).
agaman seine nets dan  Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating
hayati. sejenisnya. Facility) Migas: Mooring.
• Penyela • Penangkapan  Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara.
matan ikan  Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral logam.
dan menggunakan  Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan
perlindu Long bag set logam atau mineral batuan.

115
ngan net (jaring  Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
lingkung kantong besar). radioaktif.
an. • Penangkapan  Pengolahan & Pemurnian Batubara.
• Penelitia ikan  Pengolahan & Pemurnian Mineral logam.
n menggunakan  Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan logam
kegiatan Squid Jigging. atau mineral batuan.
konserva • Penangkapan  Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif.
si. ikan  Penempatan tailing (bahan yang tertinggal
• Pendidik menggunakan setelah pemisahan fraksi) di bawah laut.
an Long line  Pembangunan Terminal Regasifikasi LNG.
kegiatan (rawai Tuna).  Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring).
konserva • Penangkapan  Pemusnahan handak migas.
si. ikan  Pemasangan fasilitas turbin generator energi.
• Survei menggunakan  Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
dan/atau Pole dan line. Arus Laut (PLTAL).
penelitia • Penangkapan  Pemasangan fasilitas mesin kalor.
n ilmiah. ikan  Eksplorasi energi OTEC.
• Pemung menggunakan  Pembangunan, pemindahan, dan/atau
utan Bouke Ami. pembongkaran bangunan atau instalasi
hasil • Kegiatan pipanisasi di perairan.
hutan pengujian  Penanaman kabel.
bukan kapal  Penanaman Pipa diameter 0-20 cm.
kayu perikanan/pera  Penanaman Pipa diameter 20-50 cm.
pada hu ikan  Penanaman Pipa diameter 50-100 cm.
hutan bermotor.  Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm.
mangrov • Pengangkutan  Pembangunan kabel telekomunikasi Local Port
e mineral logam, Service (LPS).
(madu; mineral bukan  Penanaman dan atau pemancangan kabel atau
getah; logam, batuan, tiang serta sarana di laut.
daun; batubara,  Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
buah dan mineral (SBNP).
biji; radioaktif.  Penetapan tempat labuh.
tanin; • Pengerukan  Penetapan tempat alih muat antar kapal.
ikan; perairan  Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
hasil dengan capital kebutuhan sandar dan olah gerak kapal.
hutan dredging.  Pembangunan terminal peti kemas.
bukan • Pengerukan  Pembangunan terminal curah kering.
kayu perairan laut  Pembangunan terminal curah CAIR.
lainnya). dengan capital  Pembangunan terminal ro-ro.
• Usaha dredging yang  Pembangunan Tempat perbaikan kapal.
pembudi memotong  Penempatan kapal mati.
dayaan material  Pembangunan TPI.
ikan laut karang  Pembangunan breakwater (pemecah
(kerapu, dan/atau batu. gelombang).
kakap, • Reklamasi di  Pembangunan turap (revetment).
baronan wilayah  Pembangunan groin.
g). perairan  Uji coba kapal.
• Pembudi Pelabuhan  Usaha pelayanan perbaikan dan pemeliharaan
dayaan Pengumpan kapal perikanan : dock/slipway, bengkel dan
ikan Regional dan tempat perbaikan jaring.
untuk Lokal.  Usaha pelayanan logistik dan perbekalan kapal
kepentin • Kegiatan perikanan.
gan pengumpulan,  Usaha bongkar muat barang : pengemasan,
industri. pemanfaatan, penumpukan, dan penyimpanan di pelabuhan.
• Usaha pengolahan,  Usaha tally mandiri : kegiatan cargodoring,
budidaya pembuangan, receiving/delivery, stuffing, dan stripping peti
perikana dan kemas bagi kepentingannya sendiri.
n penimbunan  Pembangunan dan pengoperasian Jetty.
terapung limbah B3.  Pembangunan dan pengoperasian cement
(jaring • Kegiatan grinding plant dan cement packing plant.

116
apung pengumpulan,  Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan Regional
dan pen pemanfaatan, dan Lokal.
system pengolahan,  Pengerukan di wilayah perairan Pelabuhan
seluas ≥ pembuangan, Pengumpan Regional dan Lokal.
5 Ha dan  Usaha angkutan laut badan usaha pada lintas
dengan penimbunan pelabuhan antar kab/kota dalam provinsi Jawa
jumlah limbah non B3. Timur.
1000  Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
unit. badan usaha pada lintas pelabuhan antar
• Pengam kab/kota dalam provinsi Jawa Timur, antar
bilan provinsi dan pelabuhan internasional.
sumber  Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan.
daya laut  Usaha jasa penyewaan peralatan angkutan laut.
non ikan  Pengelolaan (TUKS) di dalam DLKR/DLKP
untuk pelabuhan pengumpan regional.
kepentin  Operasi Kapal Angkutan Penyeberangan Dalam
gan Provinsi.
ekonomi  Kegiatan penerbangan diatas alur kepulauan.
.  Penetapan rute pelayaran internasional.
• Pembudi  Kegiatan bongkar muat oleh kapal asing.
dayaan  Kegiatan riset atau survei hidrografi oleh kapal
sumber asing.
daya  Kegiatan berlabuh jangkar kecuali dalam
laut non keadaan force majeure oleh kapal asing.
ikan  Pelatihan perang dengan menggunakan amunisi
untuk oleh kapal asing.
kepentin  Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal..
gan  Pembangunan dan pengoperasian terminal
ekonomi khusus.
.  Pengangkutan dan penjualan Garam.
• Pengang  Konstruksi Pertambangan Garam.
kutan  Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran
ikan Primer, Sekunder dan pantai air) Industri
hasil penggaraman.
budidaya  Kegiatan Industri Galangan Kapal dengan
dengan sistem Graving Dock Kapal.
Kapal  Pembangunan industri yang terintegrasi dengan
Pengang pelabuhan.
kut Ikan  Kegiatan pembuatan kapal/alat terapung saja.
Hidup  Kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
Berbend kapal/alat-alat terapung saja.
era  Kegiatan pembuatan mesin mesin
Indonesi utama/pembantu.
a.  Kegiatan pembuatan alat-alat perlengkapan lain
• Pengang yang khusus dipergunakan dalam kapal.
kutan  Kegiatan pembuatan alat-alat maritim lainnya.
ikan  Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving works
hasil dalam rangka industri maritim).
budidaya  Kegiatan membantu pekerjaan teknis terhadap
dengan kapal-kapal yang masih mengapung tetapi
Kapal sedang mendapat malapetaka.
nelayan  Kegiatan pemindahan muatan dan atau bahan
kecil. bakar (cargo and fuel transferring).
• Budiday  Penarikan (Towing).
a Ikan  Pengapungan (refloating).
hasil  Pengintroduksian organisme hasil rekayasa
rekayasa genetika ke lingkungan.
genetik.  Pembangunan pembangkitan, transmisi,
• Pemasan distribusi dan penjualan tenaga listrik.
gan  Pembangunan stasiun pengisian bahan bakar

117
Keramba nelayan.
Jaring  Latihan militer.
Apung.  Pipa intake dan outake industri garam.
• Pengang
kutan
ikan
hasil
penangk
apan
dengan
Kapal
Pengang
kut Ikan
Hidup
Berbend
era
Indonesi
a.
• Penelitia
n dan
pengemb
angan
perikana
n.
• Penetapa
n alur
pelayara
n dari
dan ke
pelabuha
n.
• Pemban
gunan
dermaga
perikana
n.
• Kegiatan
budidaya
biota
laut
untuk
kepentin
gan
industri
Biofarm
akologi /
Biotekno
logi Laut

Prasara 1. 2. Kepada setiap pemegang SIPI dan atau SPI dilarang melakukan penangkapan
na / ikan dan atau pembudidayaan ikan di wilayah perairan kurang dari 4 mil diukur
Ketentu dari garis pantai.
an 3. Budidaya tambak udang/ikan tingkat teknologi maju dan madya dengan atau
Umum tanpa unit pengolahannya seluas lebih dari sama dengan 50 Ha memerlukan izin
AMDAL (Permen LH No.5/2012).
4. Usaha budidaya perikanan terapung (jaring apung dan pen system) dengan
ketentuan seperti di bawah ini memerlukan izin AMDAL:
a. Di air tawar (danau) seluas lebih dari sama dengan 2,5 Ha dengan jumlah lebih
dari sama dengan 500 unit.

118
b. Di air laut, seluas lebih dari sama dengan 5 Ha dengan jumlah 1000 unit.
(Permen LH No.5/2012)
5. Kegiatan usaha perikanan memerlukan izin SIUP.
6. Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut non ikan memerlukan
izin SIUK.
7. Kegiatan pengangkutan ikan hasil budidaya memerlukan izin SIKPI.
8. Pemasangan rumpon atau kabel memerlukan izin SIPJK.
9. Pengambilan barang-barang purbakala akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai
5GT di wilayah perairan 4 mil dari pantai ke arah laut lepas sampai 12 mil
(PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
NOMOR 46 TAHUN 2005 :USAHA PERIKANAN DAN USAHA KELAUTAN
PROPINSI JAWA TIMUR).
10. Pengambilan barang selain purbakalan akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap berikut:
a. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai 5GT-30GT di wilayah perairan 4
mil dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil
b. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai > 30GT di wilayah perairan 4
mil dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil (PERATURAN GUBERNUR
JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2005 :USAHA PERIKANAN DAN
USAHA KELAUTAN PROPINSI JAWA TIMUR).
11. Perlu memperhatikan perlindungan terhadap nelayan tradisional pada radius 0-2
mil.
12. KJA Offshore diijinkan pada radius > 2 mil.
Ketentu 1. 2. Untuk Kecamatan Rogojampi, di dalam zona perikanan budidaya, jika ada
an kegiatan mangrove ketebalannya maksimum 4 meter. (NLP 3506-07).
Khusus 3. Kegiatan industri maritim (perbaikan dan pembuatan kapal) diperbolehkan pada
zona budidaya laut khususnya di pesisir Camplong, dimana sudah ada investor
yang masuk namun belum ada kajian teknisnya untuk rencana reklamasinya
(NLP 3504-14).
4. Untuk kegiatan budidaya laut untuk kepentingan industri
biofarmakologi/bioteknologi laut bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap.
5. Kegiatan wisata diperbolehkan pada zona budidaya laut khususnya di Camplong
(NLP 3504-14)

ZONA SUB Aktivitas Yang


Aktivitas Yang
ZONA Aktivitas Yang Tidak Diperbolehkan Diperbolehkan
Diperbolehkan
Setelah Izin
Pertam Minyak • Perlindungan • Usaha wisata edukasi • Batubara
bangan Bumi keanekaragama • Usaha wisata dayung • Eksploitasi
n • Usaha wisata selam (Operasi Produksi)
hayati. • Usaha wisata memancing Mineral logam
• Penyelamatan • Usaha wisata selancar • Eksploitasi
dan • Usaha wisata olahraga tirta (Operasi Produksi)
perlindungan • Usaha dermaga wisata Mineral bukan
lingkungan. • Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi logam atau
• Penelitian • Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi) mineral
kegiatan • Usaha angkutan laut wisata dalam batua
konservasi. negeri • Eksploitasi
• Pendidikan • Usaha angkutan laut internasional (Operasi Produksi)
kegiatan wisata Mineral radioaktif
konservasi. • Usaha jasa perjalanan wisata • Pembangunan
• Survei dan/atau • Usaha vila (cottage) di atas laut Terminal
penelitian • Usaha wisata snorkeling Regasifikasi LNG
ilmiah. • Usaha wisata tontonan • Pembangunan,
• Pembakaran • Usaha wisata berenang pemindahan,
Gas Suar Bakar • Usaha restoran di atas laut dan/atau

119
(Flaring). • Usaha wisata alam perairan pembongkaran
• Pembangunan • Jasa Wisata Tirta (bahari) bangunan atau
kabel • Pengambilan foto/video bawah laut instalasi
telekomunikasi • Penanaman tanaman bakau dan nipah pipanisasi di
Local Port • Budidaya mangrove perairan
Service (LPS). • Pengambilan terumbu karang • Penanaman kabel
• Kegiatan • Pemungutan hasil hutan bukan kayu • Penanaman Pipa
membantu pada hutan mangrove (madu; getah; diameter 0-20
pekerjaan daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil cm
teknis terhadap hutan bukan kayu lainnya) • Penanaman Pipa
kapal-kapal • Penangkapan ikan dengan kapasitas diameter 20-
yang kapal < 10GT 50 cm
masih • Penangkapan ikan dengan kapasitas • Penanaman Pipa
mengapung kapal 10-30 GT diameter 50-
tetapi sedang • Penangkapan ikan dengan kapasitas 100 cm
mendapat kapal ≥ 30GT • Penanaman Pipa
malapetaka. • Pengambilan barang-barang purbakala diameter
dengan perahu bermotor ≤ 5GT diatas 100 cm
• Pengambilan barang-barang purbakala • Penanaman dan
dengan perahu bermotor 5- 30 GT atau
• Pengambilan barang-barang purbakala pemancangan
dengan perahu bermotor > 30 GT kabel atau tiang
• Pengambilan barang-barang selain serta sarana di laut
barang purbakala dengan perahu • Pembangunan
bermotor ≤ 5GT. Sarana Bantu
• Pengambilan barang-barang selain Navigasi
barang purbakala dengan perahu Pelayaran (SBNP)
bermotor 5 - 30 GT • Kegiatan
• Pengambilan barang-barang selain pemindahan
barang purbakala dengan perahu muatan
bermotor > 30 GT dan atau bahan
• Pelepasan jangkar bakar (cargo and
• Penggunaan galah untuk mendorong fuel transferring)
perahu • Penarikan
• Usaha pembudidayaan ikan laut (Towing)
(kerapu, kakap, baronang) • Latihan militer
• Pembudidayaan ikan untuk • Pipa intake dan
kepentingan industri outake industri
• Usaha budidaya perikanan terapung garam
(jaring apung dan pen system seluas ≥
5 Ha dengan jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya laut non
ikan untuk kepentingan ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya laut non
ikan untuk kepentingan ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal nelayan kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik
• Pemasangan Keramba Jaring Apung
• Pemasangan rumpon perairan dalam
• Pemasangan rumpon perairan dangkal
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia

120
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan menggunakan pukat
hela (trawls), payang, cantrang, jaring
lampara, dogol, dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Gill
Net (Jaring insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan seine
nets dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Long
bag set net (jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan menggunakan Squid
Jigging
• Penangkapan ikan menggunakan
Pancing Prawe Dasar
• Penangkapan ikan menggunakan Long
line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan menggunakan Pole
dan line
• Penangkapan ikan menggunakan Bubu/
Muroami dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan ikan menggunakan
Bagan Apung
• Penelitian dan pengembangan
perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor
• Eksplorasi mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengangkutan mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengerukan perairan dengan capital
dredging
• Pengerukan perairan laut dengan
capital dredging yang memotong
material karang dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pengolahan & Pemurnian Batubara
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
logam
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
bukan logam atau mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
radioaktif
• Penempatan tailing (bahan yang
tertinggal setelah pemisahan fraksi) di
bawah laut
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin generator
energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut (PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Eksplorasi energi OTEC

121
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat antar kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti kemas
• Pembangunan terminal curah kering
• Pembangunan terminal curah CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater (pemecah
gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari dan ke
pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan dan
pemeliharaan kapal perikanan :
dock/slipway, bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti kemas bagi
kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan pengoperasian
cement grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Usaha angkutan laut badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran rakyat
atau badan usaha pada lintas
pelabuhan antar kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur, antar provinsi
dan pelabuhan internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan
regional.
• Operasi Kapal Angkutan

122
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur
kepulauan
• Penetapan rute pelayaran internasional
• Kegiatan bongkar muat oleh kapal
asing
• Kegiatan riset atau survei hidrografi
oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar kecuali
dalam keadaan force majeure oleh
kapal asing
• Pelatihan perang dengan menggunakan
amunisi oleh kapal asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan
kapal.
• Pembangunan dan pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan Garam
• Konstruksi Pertambangan Garam
• Pembangunan Fasilitas Infrastruktur
(Saluran Primer, Sekunder dan pantai
air) Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan, pembuangan, dan
penimbunan limbah B3
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan, pembuangan, dan
penimbunan limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan Kapal
dengan sistem Graving Dock Kapal
• Pembangunan industri yang terintegrasi
dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan kapal/alat
terapung saja;
• Kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
kapal/alat-alat terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat maritim
lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman
(diving works dalam rangka industri
maritim).
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut untuk
kepentingan industri Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• Pengintroduksian organisme hasil
rekayasa genetika ke lingkungan
• Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan penjualan
tenaga listrik
• Pembangunan stasiun pengisian bahan
bakar nelayan
Prasarana 1.
2. 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya.
/
3. Setiap usaha pertambangan memerlukan izin-izin berupa: Izin Usaha
Ketentua

123
n Umum Pertambangan (IUP) Eksplorasi, IUP Eksploitasi, Izin Pertambangan Rakyat, Izin
Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Eksplorasi, IUPK Operasi Produksi, dan
Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUPJ).
4. Setiap usaha pertambangan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL harus
mengurus izin lingkungan yang diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan tingkat kewenangannya.
5. Tidak diperbolehkan adanya aktivitas lain pada radius 500 meter dari titik
platform.
6. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
melakukan aktivitasnya pada radius 0-2 mil.
Pasir • Perlindungan • Usaha wisata edukasi • Batubara
Laut keanekaragama • Usaha wisata dayung • Eksploitasi
n • Usaha wisata selam (Operasi Produksi)
hayati. • Usaha wisata memancing Mineral logam
• Penyelamatan • Usaha wisata selancar • Eksploitasi
dan • Usaha wisata olahraga tirta (Operasi Produksi)
perlindungan • Usaha dermaga wisata Mineral bukan
lingkungan. • Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi logam atau
• Penelitian • Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi) mineral
kegiatan • Usaha angkutan laut wisata dalam batua
konservasi. negeri • Eksploitasi
• Pendidikan • Usaha angkutan laut internasional (Operasi Produksi)
kegiatan wisata Mineral radioaktif
konservasi. • Usaha jasa perjalanan wisata • Pembangunan
• Survei dan/atau • Usaha vila (cottage) di atas laut Terminal
penelitian • Usaha wisata snorkeling Regasifikasi LNG
ilmiah. • Usaha wisata tontonan • Pembangunan,
• Pembakaran • Usaha wisata berenang pemindahan,
Gas Suar Bakar • Usaha restoran di atas laut dan/atau
(Flaring). • Usaha wisata alam perairan pembongkaran
• Pembangunan • Jasa Wisata Tirta (bahari) bangunan atau
kabel • Pengambilan foto/video bawah laut instalasi
telekomunikasi • Penanaman tanaman bakau dan nipah pipanisasi di
Local Port • Budidaya mangrove perairan
Service (LPS). • Pengambilan terumbu karang • Penanaman kabel
• Kegiatan • Pemungutan hasil hutan bukan kayu • Penanaman Pipa
membantu pada hutan mangrove (madu; getah; diameter 0-20
pekerjaan daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil cm
teknis terhadap hutan bukan kayu lainnya) • Penanaman Pipa
kapal-kapal • Penangkapan ikan dengan kapasitas diameter 20-
yang kapal < 10GT 50 cm
masih • Penangkapan ikan dengan kapasitas • Penanaman Pipa
mengapung kapal 10-30 GT diameter 50-
tetapi sedang • Penangkapan ikan dengan kapasitas 100 cm
mendapat kapal ≥ 30GT • Penanaman Pipa
malapetaka. • Pengambilan barang-barang purbakala diameter
dengan perahu bermotor ≤ 5GT diatas 100 cm
• Pengambilan barang-barang purbakala • Penanaman dan
dengan perahu bermotor 5- 30 GT atau
• Pengambilan barang-barang purbakala pemancangan
dengan perahu bermotor > 30 GT kabel atau tiang
• Pengambilan barang-barang selain serta sarana di laut
barang purbakala dengan perahu • Pembangunan
bermotor ≤ 5GT. Sarana Bantu
• Pengambilan barang-barang selain Navigasi
barang purbakala dengan perahu Pelayaran (SBNP)
bermotor 5 - 30 GT • Kegiatan
• Pengambilan barang-barang selain pemindahan
barang purbakala dengan perahu muatan

124
bermotor > 30 GT dan atau bahan
• Pelepasan jangkar bakar (cargo and
• Penggunaan galah untuk mendorong fuel transferring)
perahu • Penarikan
• Usaha pembudidayaan ikan laut (Towing)
(kerapu, kakap, baronang) • Latihan militer
• Pembudidayaan ikan untuk kepentingan • Pipa intake dan
industri outake industri
• Usaha budidaya perikanan terapung garam
(jaring apung dan pensystem seluas ≥ 5
Ha dengan jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya laut non ikan
untuk kepentingan ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya laut non
ikan untuk kepentingan ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal nelayan kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik
• Pemasangan Keramba Jaring Apung
• Pemasangan rumpon perairan dalam
• Pemasangan rumpon perairan dangkal
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan menggunakan pukat
hela (trawls), payang, cantrang, jaring
lampara, dogol, dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Gill
Net (Jaring insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan seine
nets dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Long
bag set net (jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan menggunakan Squid
Jigging
• Penangkapan ikan menggunakan
Pancing Prawe Dasar
• Penangkapan ikan menggunakan Long
line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan menggunakan Pole
dan line
• Penangkapan ikan menggunakan Bubu/
Muroami dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Bouke
Ami
• Penangkapan ikan menggunakan Bagan
Apung
• Penelitian dan pengembangan perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor

125
• Eksplorasi mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengangkutan mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengerukan perairan dengan capital
dredging
• Pengerukan perairan laut dengan capital
dredging yang memotong material
karang dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pengolahan & Pemurnian Batubara
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
logam
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
bukan logam atau mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
radioaktif
• Penempatan tailing (bahan yang
tertinggal setelah pemisahan fraksi) di
bawah laut
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin generator
energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut (PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat antar kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti kemas
• Pembangunan terminal curah kering
• Pembangunan terminal curah CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater (pemecah
gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari dan ke
pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan dan
pemeliharaan kapal perikanan
dock/slipway, bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti kemas bagi

126
kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan pengoperasian
cement grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Usaha angkutan laut badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran rakyat
atau badan usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi Jawa
Timur, antar provinsi dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan
regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur
kepulauan
• Penetapan rute pelayaran internasional
• Kegiatan bongkar muat oleh kapal asing
• Kegiatan riset atau survei hidrografi
oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar kecuali
dalam keadaan force majeure oleh kapal
asing
• Pelatihan perang dengan menggunakan
amunisi oleh kapal
asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal.
• Pembangunan dan pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan Garam
• Konstruksi Pertambangan Garam
• Pembangunan Fasilitas Infrastruktur
(Saluran Primer, Sekunder dan pantai
air) Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan, pembuangan, dan
penimbunan limbah B3
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan limbah
non B3
• Kegiatan Industri Galangan Kapal
dengan sistem Graving Dock Kapal
• Pembangunan industri yang terintegrasi
dengan pelabuhan

127
Kegiatan pembuatan kapal/alat terapung

saja;
• Kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat maritim
lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving
works dalam rangka industri maritim).
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut untuk
kepentingan industri Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• Pengintroduksian organisme hasil
rekayasa genetika ke lingkungan
• Pembangunan pembangkitan, transmisi,
distribusi dan penjualan tenaga listrik
• Pembangunan stasiun pengisian bahan
bakar nelayan
Prasarana • • 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya
/ • Setiap usaha pertambangan memerlukan izin-izin berupa: Izin Usaha
Ketentua Pertambangan (IUP) Eksplorasi, IUP Eksploitasi, Izin Pertambangan Rakyat, Izin
n Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Eksplorasi, IUPK Operasi Produksi, dan Izin
Minimu Usaha Jasa Pertambangan (IUPJ)
m • Setiap usaha pertambangan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL harus
mengurus izin lingkungan yang diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan tingkat kewenangannya
• Perlumelakukanperlindunganterhadaphak-
haknelayantradisionaldalammelakukanaktivitasnyapada radius 0-2 mil
Ketentua • • Kegiatan penambangan pasir besi tidak diijinkan pada seluruh perairan Provinsi
n Khusus Jawa Timur
• Kegiatan penambangan pasir laut pada NLP 3504-03 dan NLP 3504-04 perlu
berkoordinasi dengan DLKr DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dalam hal
pembatasan waktu pengerukan dan pembatasan jenis alat berat yang digunakan
KAWASAN KONSERVASI

128
Kawas Kawasa Zona Inti • Usaha wisata ekstrim Zona Inti
an n • Penanaman (beresiko • Usaha wisata edukasi
Konser Konserv tanaman tinggi) • Pengambilan foto/video bawah
vasi asi bakau dan • Usaha angkutan laut laut
nipah wisata dalam • Pendidikan kegiatan konservasi
Pesisir Pesisir
• negeri • Survei dan/atau penelitian ilmiah
& & Pulau Perlindungan • Usaha angkutan laut • Pengambilan barang-barang
Pulau Kecil keanekaraga internasional purbakala dengan perahu
Kecil (KKP3 man wisata bermotor ≤ 5GT
(KKP3 K) hayati; • Usaha jasa perjalanan Zona Pemanfaatan Terbatas
K • wisata • Usaha wisata dayung
Penyelamatan • Usaha vila (cottage) • Usaha wisata memancing
dan di atas laut • Usaha wisata olahraga tirta
perlindungan • Usaha wisata • Usaha dermaga wisata
lingkungan snorkeling • Usaha kegiatan hiburan dan
• Penelitian • Usaha wisata rekreasi
kegiatan tontonan • Usaha angkutan laut wisata
konservasi • Usaha wisata dalam negeri
Zona berenang • Usaha jasa perjalanan wisata
Pemanfaatan • Usaha restoran di atas • Usaha wisata alam perairan
Terbatas laut • Jasa Wisata Tirta (bahari)
• Usaha • Usaha wisata alam • Pengambilan foto/video bawah
wisata perairan laut
edukasi • Jasa Wisata Tirta • Budidaya mangrove
• Usaha (bahari) • Pemungutan hasil hutan bukan
wisata selam • Budidaya mangrove kayu pada hutan mangrove
• Usaha • Pengambilan terumbu (madu; getah; daun; buah dan
wisata karang biji; tanin; ikan; hasil hutan bukan
snorkeling • Pemungutan hasil kayu lainnya)
• Usaha hutan bukan • Pengambilan barang-barang
wisata kayu pada hutan purbakala dengan perahu
tontonan mangrove (madu; bermotor ≤ 5GT
• Usaha getah; daun; buah dan • Pengambilan barang-barang
wisata biji; tanin; purbakala dengan perahu
berenang ikan; hasil hutan bukan bermotor 5 - 30 GT
• Penanaman kayu lainnya) • Penggunaan galah untuk
tanaman • Penangkapan ikan mendorong perahu
bakau dan dengan • Penangkapan ikan
nipah kapasitas kapal < menggunakan Squid Jigging
• 10GT • Penangkapan ikan
Perlindungan • Penangkapan ikan menggunakan Pancing Prawe
keanekaraga dengan Dasar
man kapasitas kapal 10-30 • Penangkapan ikan
hayati; GT menggunakan Long line (rawai
• • Penangkapan ikan Tuna)
Penyelamatan dengan • Penangkapan ikan
Prasarana • Maksimal 25% dari luas kawasan diperbolehkan kegiatan lain asal sejalan dengan
dan kapasitas kapal ≥ menggunakan Pole dan line
/ tujuan utama zona kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil
perlindungan 30GT • Penelitian dan pengembangan
Ketentua • Zona Inti harus dimiliki setiap kawasan konservasi perairan dengan luasan paling
lingkungan • Pengambilan barang- perikanan
n Umum sedikit 2% dari luas kawasan dengan fungsi tempat berpijah (spawning ground),
• Penelitian barang • Kegiatan budidaya biota laut
tempat bertelur (nesting site), daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan
kegiatan purbakala dengan untuk kepentingan industri
(feeding ground) ikan dan/atau
konservasi perahu bermotor 5 Biofarmakologi / Bioteknologi
biota perairan lainnya
• Pendidikan - 30 GT Laut
• Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
kegiatan • Pengambilan barang- Zona Lainnya
melakukan aktivitasnya dalam radius 0-2 mil
konservasi barang • Usaha wisata selancar
• Kegiatan penangkapan ikan diizinkan maksimal 50% dari potensi sumberdaya
• Survei purbakala dengan • Usaha wisata olahraga tirta
dengan ketentuan:
dan/atau perahu bermotor > • Usaha dermaga wisata
a. Memiliki izin kegiatan Penangkapan Ikan yang diterbitkan dalam bentuk Bukti
penelitian 30 GT • Usaha kegiatan hiburan dan
Pencatatan Kapal Perikanan
ilmiah • Pengambilan barang- rekreasi
b. Untuk nelayan kecil (kapal <10 GT), hanya wajib memiliki Tanda Daftar Kegiatan
Zona Lainnya barang selain • Usaha wisata ekstrim (beresiko
• Usaha barang purbakala tinggi)
wisata dengan perahu • Usaha angkutan laut wisata 129
edukasi bermotor ≤ 5GT dalam negeri
• Usaha • Pengambilan barang- • Usaha angkutan laut
wisata barang selain internasional wisata
dayung barang purbakala • Usaha jasa perjalanan wisata
• Usaha dengan perahu • Usaha vila (cottage) di atas laut
Penangkapan Ikan Untuk Nelayan Kecil
c. Menggunakan jenis alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan, meliputi jaring
angkat; jaring insang; perangkap; pancing; dan alat penjepit dan melukai
d. Tidak diizinkan menggunakan alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon
• Kegiatan pembudidayaan ikan diizinkan maksimal 50% dari potensi sumberdaya
dengan ketentuan:
a. Memiliki izin kegiatan Pembudidayaan Ikan yang diterbitkan dalam bentuk Surat
Izin Usaha Perikanan (SIUP) bidang Pembudidayaan Ikan
b. Bagi pembudi daya ikan kecil yang menggunakan teknologi sederhana, SIUP
diganti dengan Tanda Pencatatan Usaha Pembudidayaan Ikan
c. Menggunakan jenis pakan alami dan pakan buatan yang terdaftar
d. Menggunakan teknologi sederhana berupa pakan alami dan padat tebar rendah atau
teknologi semi intensif dengan pakan buatan, padat tebar sedang, dan menggunakan
kincir
• Kegiatan pariwisata alam perairan diizinkan dengan ketentuan:
a. Mengusahakan Karcis Masuk Kawasan Konservasi Perairan untuk alat
penyelaman; alat selancar ombak/angin; kamera/video recorder bawah air; jet
ski/skuter laut; dan kapal/perahu/speedboat.
b. Memiliki Surat Izin Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan (SIPPAP) untuk wisata
selam, wisata pancing, wisata perahu layar, wisata selancar, wisata snorkeling, wisata
tontonan, pembuatan foto, video, dan film komersial, wisata berenang, serta olahraga
permukaan air lainnya.
• Kegiatan penelitian dan pendidikan diizinkan dengan ketentuan:
a. Memiliki Surat Izin Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Surat Izin Litbang
Perikanan) untuk kegiatan bioteknologi laut dan biofarmakologi laut.
b. Mengusahakan Tanda Masuk Kawasan Konservasi Perairan untuk kegiatan
penelitian.
c. Mengusahakan Tanda Masuk Kawasan Konservasi Perairan untuk kegiatan
pendidikan.
Ketentua • Penyelenggaraan konservasi harus sejalan dengan nilai-nilai agama, sosial budaya
n Khusus dan ketertiban masyarakat utamanya pada perairan Pulau Sepanjang dan Sekitarnya
Kabupaten Sumenep (NLP 3509-03, 3509-04, , 3509-07 dan 3509-08)
KAWASAN STRATEGIS
KSN • Usaha vila (cottage) di • Pendidikan kegiatan konservasi
Militer atas laut • Survei dan/atau penelitian ilmiah
• Usaha restoran di atas • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
laut 10GT
• Pengambilan terumbu • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal 10-30
karang GT
• Pemungutan hasil hutan • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal ≥
bukan kayu pada hutan 30GT
mangrove (madu; getah; • Pengambilan barang-barang purbakala dengan
daun; buah dan biji; tanin; perahu bermotor ≤ 5GT
• ikan; hasil hutan bukan • Pengambilan barang-barang purbakala dengan
Latih kayu lainnya) perahu bermotor 5 - 30 GT
an • Usaha budidaya • Pengambilan barang-barang purbakala dengan
milit perikanan terapung (jaring perahu bermotor > 30 GT
er apung dan pen system • Pengambilan barang-barang selain barang
seluas ≥ 5 Ha dengan purbakala dengan perahu bermotor ≤ 5GT
jumlah 1000 unit. • Pengambilan barang-barang selain barang
• Pengangkutan ikan hasil purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT
budidaya dengan Kapal • Pengambilan barang-barang selain barang
Pengangkut Ikan Hidup purbakala dengan perahu bermotor > 30 GT
Berbendera Asing • Pelepasan jangkar
• Penangkapan ikan • Penggunaan galah untuk mendorong perahu
menggunakan pukat hela • Usaha pembudidayaan ikan laut (kerapu, kakap,
(trawls), payang, cantrang, baronang)
jaring lampara, dogol, dan • Pembudidayaan ikan untuk kepentingan industri
sejenisnya • Pengambilan sumber daya laut non ikan untuk

130
• Pembangunan Terminal kepentingan
Regasifikasi LNG ekonomi
• Pembangunan TPI • Pembudidayaan sumber daya laut non ikan
• Usaha pelayanan untuk kepentingan
perbaikan dan ekonomi
pemeliharaan kapal • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan Kapal
perikanan : dock/slipway, Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Indonesia
bengkel dan tempat • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan Kapal
perbaikan jaring; nelayan
• Usaha pelayanan logistik kecil
dan perbekalan kapal • Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik
perikanan • Pemasangan Keramba Jaring Apung
• Usaha bongkar muat • Pemasangan rumpon perairan dalam
barang : pengemasan, • Pemasangan rumpon perairan dangkal
penumpukan, dan • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
penyimpanan di pelabuhan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
• Usaha tally mandiri : Berbendera Indonesia
kegiatan cargodoring, • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
receiving/delivery, Kapal Pengangkut Ikan Hidup
stuffing, dan stripping peti Berbendera Asing
kemas bagi • Bongkar muat ikan
kepentingannya sendiri. • Penangkapan ikan menggunakan Gill Net
• Pembangunan dan (Jaring insang) dan sejenisnya
pengoperasian cement • Penangkapan ikan menggunakan seine nets dan
grinding plant dan cement sejenisnya
packing plant • Penangkapan ikan menggunakan Long bag set
• Pengoperasian Pelabuhan net (jaring kantong besar) •Penangkapan ikan
Pengumpan Regional dan menggunakan Squid Jigging
Lokal • Penangkapan ikan menggunakan Pancing Prawe
• Pengerukan di wilayah Dasar
perairan Pelabuhan • Penangkapan ikan menggunakan Long line
Pengumpan Regional dan (rawai Tuna)
Lokal • Penangkapan ikan menggunakan Pole dan line
• Reklamasi di wilayah • Penangkapan ikan menggunakan
perairan Pelabuhan Bubu/Muroami dan sejenisnya
Pengumpan Regional dan • Penangkapan ikan menggunakan Bouke Ami
Lokal • Penangkapan ikan menggunakan Bagan Apung
• Pengelolaan (TUKS) di • Penelitian dan pengembangan perikanan
dalam DLKR/DLKP • Kegiatan pengujian kapal perikanan/perahu ikan
pelabuhan pengumpan bermotor
regional. • Eksplorasi mineral logam, mineral bukan logam,
• Kegiatan bongkar muat batuan, batubara, mineral radioaktif
oleh kapal asing • Pengangkutan mineral logam, mineral bukan
• Kegiatan riset atau survei logam, batuan, batubara, mineral radioaktif
hidrografi oleh kapal asing • Pembangunan FPSO (Floating Production
• Kegiatan berlabuh Storage and Offloading)
jangkar kecuali dalam • Pengerukan perairan dengan capital dredging
keadaan force majeure oleh • Pengerukan perairan laut dengan capital
kapal asing dredging yang memotong material karang
• Pembangunan dan dan/atau batu
pengoperasian terminal • Pembangunan PLTU
khusus • Pembangunan anjungan/platform migas
• Kegiatan pengumpulan, • Pembangunan Floating Storage Offloading
pemanfaatan, pengolahan, (FSO)
pembuangan, dan • Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating
penimbunan Facility) Migas: Mooring
limbah B3 • Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara
• Kegiatan pengumpulan, • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral logam
pemanfaatan, pengolahan, • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan
pembuangan, dan logam atau mineral batuan

131
penimbunan limbah non • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
B3 radioaktif
• Kegiatan Industri • Pengolahan & Pemurnian Batubara
Galangan Kapal dengan • Pengolahan & Pemurnian Mineral logam
sistem Graving Dock • Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan logam
Kapal atau mineral batuan
• Kegiatan pembuatan • Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif
kapal/alat terapung saja; • Penempatan tailing (bahan yang tertinggal
• Kegiatan perbaikan atau setelah pemisahan fraksi) di bawah laut
pemeliharaan kapal/alat- • Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring)
alat terapung saja; • Pemusnahan handak migas
• Kegiatan budidaya biota • Pemasangan fasilitas turbin generator energi
laut untuk kepentingan • Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
industri Biofarmakologi / Arus Laut (PLTAL)
Bioteknologi Laut • Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Pengintroduksian • Eksplorasi energi OTEC
organisme hasil rekayasa • Pembangunan, pemindahan, dan/atau
genetika ke lingkungan pembongkaran bangunan atau instalasi pipanisasi
• Pembangunan stasiun di perairan
pengisian bahan bakar • Penanaman kabel
nelayan • Penanaman Pipa diameter 0-20 cm
• Penanaman Pipa diameter 20- 50 cm
• Penanaman Pipa diameter 50- 100 cm
• Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm
• Pembangunan kabel telekomunikasi Local Port
Service (LPS)
• Penanaman dan atau pemancangan kabel atau
tiang serta sarana di laut
• Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP)
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat antar kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal pet kemas
• Pembangunan terminal curah kering
• Pembangunan terminal curah CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan breakwater (pemecah gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari dan ke pelabuhan
perikanan
• Uji coba kapal
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pembangunan dan pengoperasian Jetty
• Usaha angkutan laut badan usaha pada lintas
pelabuhan antar kab/kota dalam provinsi Jawa
Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
badan usaha pada lintas pelabuhan antar kab/kota
dalam provinsi Jawa Timur, antar provinsi dan
pelabuhan internasional
• Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan angkutan laut
• Operasi Kapal Angkutan Penyeberangan Dalam
Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur kepulauan

132
• Penetapan rute pelayaran internasional
• Pelatihan perang dengan menggunakan amunisi
oleh kapal asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal.
• Pengangkutan dan penjualan Garam
• Konstruksi Pertambangan
Garam
• Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran
Primer, Sekunder dan pantai air) Industri
penggaraman
•Pembangunan industri yang terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan pembuatan mesin mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat perlengkapan lain
yang khusus dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving works
dalam rangka industri maritim).
• Kegiatan membantu pekerjaan teknis terhadap
kapal-kapal yang masih mengapung tetapi sedang
mendapat malapetaka
• Kegiatan pemindahan muatan dan atau bahan
bakar (cargo and fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
•Pengapungan (refloating)
•Pembangunan pembangkitan, transmisi,
distribusi dan penjualan tenaga listrik
• Pipa intake dan outake industri garam

Prasarana
/
Memerlukan izin dari Menteri, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Ketentua
Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara
n
Minimu
m
ALUR LAUT
Alur Pelayara • Usaha angkutan • Usaha wisata edukasi • Usaha kegiatan
Pelayara n laut wisata dalam • Usaha wisata dayung hiburan dan
n Nasional negeri • Usaha wisata selam rekreasi
• Usaha angkutan • Usaha wisata memancing • Perlindungan
laut internasional • Usaha wisata selancar keanekaragaman
wisata • Usaha wisata olahraga tirta hayati;
• Usaha jasa • Usaha dermaga wisata • Penyelamatan dan
perjalanan wisata • Usaha wisata ekstrim (beresiko perlindungan
• Pembangunan tinggi) lingkungan
Sarana Bantu • Usaha vila (cottage) di atas laut • Kegiatan
Navigasi Pelayaran • Usaha wisata snorkeling penerbangan diatas
(SBNP) • Usaha wisata tontonan alur kepulauan
• Penetapan alur • Usaha wisata berenang Kegiatan berlabuh
pelayaran dari dan • Usaha restoran di atas laut jangkar kecuali
ke pelabuhan • Usaha wisata alam perairan dalam keadaan force
• Pembangunan dan • Jasa Wisata Tirta (bahari) majeure
pengoperasian • Pengambilan foto/video bawah laut oleh kapal asing
cement grinding • Penanaman tanaman bakau dan nipah • Pengapungan
plant dan cement • Budidaya mangrove (refloating)
packing plant • Penelitian kegiatan konservasi
• Pengoperasian • Pendidikan kegiatan konservasi
Pelabuhan • Pengambilan terumbu karang

133
• Pengumpan • Survei dan/atau penelitian ilmiah
Regional dan Lokal • Pemungutan hasil hutan bukan kayu
• Usaha angkutan pada hutan mangrove (madu; getah;
laut badan usaha daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil
pada lintas hutan bukan kayu lainnya)
pelabuhan antar • Penangkapan ikan dengan kapasitas
kab/kota dalam kapal < 10GT
provinsi Jawa Timur • Penangkapan ikan dengan kapasitas
• Usaha angkutan kapal 10-30 GT
laut pelayaran • Penangkapan ikan dengan kapasitas
rakyat atau badan kapal ≥ 30GT
usaha pada lintas • Pengambilan barang-barang
pelabuhan antar purbakala dengan perahu bermotor ≤
kab/kota dalam 5GT
provinsi Jawa • Pengambilan barang-barang
Timur, antar purbakala dengan perahu bermotor 5 -
provinsi dan 30 GT
pelabuhan • Pengambilan barang-barang
internasional purbakala dengan perahu bermotor >
• Usaha jasa 30 GT
angkutan perairan • Pengambilan barang-barang selain
pelabuhan barang purbakala dengan perahu
• Usaha jasa bermotor ≤ 5GT
penyewaan • Pengambilan barang-barang selain
peralatan angkutan barang purbakala dengan perahu
Prasarana laut
1. 70% wilayah zona harus bermotor 5 - 30sesuai
digunakan GT peruntukan zonanya
/ • Pengelolaan
2. • Pengambilanalur
Setiap badan usaha penyelenggara barang-barang selain
pelayaran memerlukan izin-izin berupa : Ijin
Ketentua (TUKS) di dalam alurbarang
penyelenggaraan purbakala
pelayaran denganusaha;
untuk badan perahu Ijin pembangunan SBNP; Ijin
n Umum DLKR/DLKP
Pembangunan SBNP bermotor > 30 khusus;
pada terminal GT Ijin pembangunan SBNP pada pelabuhan;
pelabuhan
rekomendasi teknis dari • Pelepasan jangkar
UPT setempat berupa• tata
pengumpan Penggunaan galah untuk
ruang perairan mendorong
pelabuhan sesuai dengan peruntukan dan
regional. perahu
kepentingannya pada alur¬ pelayaran yang akan ditetapkan; rekomendasi teknis dari
• Operasi Kapal setempat;
Distrik Navigasi • Usaha pembudidayaan
berupa rencana desainikan(alur-pelayaran
laut beserta rencana
Angkutan
kebutuhan Sarana Bantu (kerapu, kakap, baronang)
Navigasi-Pelayaran; sistem rute; dan tata cara berlalu lintas)
Berdasarkan PM 129 •Tahun
Penyeberangan
3. Pembudidayaan
2016 tentang ikan untuk
Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan
Dalam Provinsi
dan/atau kepentingan
Instalasi di Perairan bahwa industri
setiap badan usaha penyelenggara alur pelayaran
• Usaha pelayananpersyaratan
hars memenuhi • Usahateknis
budidaya
berupaperikanan
:
jasa pemanduan terapung (jaring apung
a. rencana induk pelabuhan dan/ atau terminal dan pen dilengkapi dengan peta lokasi
khusus
yang menggambarkan batas-batas wilayah daratan jumlah
kapal. system seluas ≥ 5 Ha dengan dan perairan, ditandai dengan titik-
• Pembangunan
titik koordinatdan 1000 unit.
geografis;
pengoperasian • Pengambilan
b. peta laut yang menggambarkan sumber
titik daya lokasi
koordinat laut nonyang akan dibangun;
terminal
c. hasilkhusus ikan untuk kepentingan
survei hidro-oceanografi ekonomi yang dapat menunjukkan
berupa peta bathimetri
• Pengangkutan
kondisi lebar, dan • Pembudidayaan
kedalaman dan dasar lautsumber
pada alurdaya lautakan ditetapkan serta
yang
penjualan
informasiGaram non pasang
terkait kondisi ikan untuk
surut,kepentingan ekonomiarus serta sedimentasi; dan
arah dan kekuatan
• Pembangunan
d. informasi mengenaiPengangkutan
dimensi kapalikan yanghasil
akanbudidaya
keluar dan masuk pada alur
industri yang
pelayaran; dan dengan Kapal Pengangkut Ikan
terintegrasi
e. rancangandengan
penetapanHidup
alur Berbendera Indonesia
pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas dan daerah
pelabuhan Pengangkutan
labuh kapal sesuai dengan kepentingannya ikan hasil
padabudidaya
alur yang akan ditetapkan.
•4.Penarikan
Berdasarkan PM 129 dengan Kapaltentang
Tahun 2016 Pengangkut Ikan
Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan
(Towing) Hidup Berbendera
dan/atau Instalasi di Perairan bahwa BangunanAsing atau instalasi di perairan paling sedikit
Pengangkutan ikan hasil budidaya
harus memenuhi persyaratan:
dengan Kapal
a. penempatan, pemendaman nelayan kecil
dan penandaan;
b. tidak menimbulkanBudidaya
kerusakanIkan hasil rekayasa
terhadap bangunangenetik
atau instalasi Sarana Bantu
Pemasangan Keramba
Navigasi-Pelayaran dan Fasilitas Telekomunikasi- Jaring Apung
Pelayaran;
c. memperhatikan ruang Pemasangan
bebas dalamrumpon perairan dalam
pembangunan kabel saluran udara dan/ atau
jembatan ; Pemasangan rumpon perairan
d. memperhatikan koridordangkal
pemasangan kabel dan pipa bawah laut; dan
Pengangkutan
e. berada di luar perairan wajib pandu.ikan hasil
penangkapan
5. Kapal yang sedang menangkap ikandengan Kapalmerintangi jalan setiap kapal lain
tidak boleh
Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
Indonesia
Pengangkutan ikan hasil 134
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
Asing
Bongkar muat ikan
Penangkapan ikan menggunakan
yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran;
6. Kapal tidak boleh memotong alur-pelayaran atau alur pelayaran sempit jika terjadi
maka jalan kapal hanya dapat berlayar dengan aman dan tidak membahayakan
ekosistem
7. Perlu melakukan perlindungan hak-hak terhadap nelayan tradisional dalam melakukan
aktivitasnya dalam radius 0-2 mil

Ketentua 1. Bagi kapal yang berada pada zona terlarang dilarang melakukan kegiatan antara
n Khusus lain :
a. melintas, kecuali kapal negara dan kapal lain yang berkepentingan;
b. melakukan kegiatan penangkapan ikan dan sejenisnya;
c. melakukan kegiatan yang dapat membahayakan bangunan/ instalasi.
*zona terlarang adalah zona pada area 500 m diitung dari sisi terluar
bangunan/instalasi
2. Bagi kapal yang berada pada zona terbatas dilarang melakukan kegiatan antara
lain:
a. berlabuh jangkar (drop anchor);
b. melakukan kegiatan penangkapan ikan dan sejenisnya;
c. melakukan kegiatan- kegiatan yang dapat membahayakan bangunan dan/ atau
instalasi.
*zona terbatas adalah zona pada area 1.750 m diitung dari sisi terluar
bangunan/instalasi
3. Pada zona alur pelayaran di Kecamatan Socah Bangkalan diperbolehkan untuk
penggunaan alat tangkap menetap. (NLP 3504-02)
Pipa • Usaha wisata • Pengambilan terumbu karang • Usaha dermaga
Minyak edukasi • Pembudidayaan ikan untuk wisata
Dan Gas • Usaha wisata kepentingan industri • Usaha angkutan laut
dayung • Usaha budidaya perikanan terapung wisata dalam negeri
• Usaha wisata (jaring apung dan pen system seluas ≥ • Usaha angkutan laut
selam 5 Ha dengan jumlah 1000 unit. internasional wisata
• Usaha wisata • Pengambilan sumber daya laut non • Usaha jasa
memancing ikan untuk kepentingan ekonomi perjalanan wisata
• Usaha wisata • Pembudidayaan sumber daya laut non • Usaha vila (cottage)
selancar ikan untuk kepentingan ekonomi di atas laut
• Usaha wisata • Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik • Usaha restoran di
olahraga tirta • Pemasangan rumpon perairan dalam atas laut
• Usaha kegiatan • Penangkapan ikan menggunakan • Usaha wisata alam
hiburan dan rekreasi pukat hela (trawls), payang, cantrang, perairan
• Usaha wisata jaring lampara, dogol, dan sejenisnya • Penanaman tanaman

135
ekstrim (beresiko • Penangkapan ikan menggunakan Gill bakau dan nipah
tinggi) Net (Jaring insang) dan sejenisnya • Budidaya mangrove
• Usaha wisata • Penangkapan ikan menggunakan • Pemungutan hasil
snorkeling seine nets dan sejenisnya hutan bukan kayu
• Usaha wisata • Penangkapan ikan menggunakan pada hutan mangrove
tontonan Long bag set net (jaring kantong besar) (madu; getah; daun;
• Usaha wisata • Penangkapan ikan menggunakan buah dan biji; tanin;
berenang Bouke Ami ikan; hasil hutan
• Jasa Wisata Tirta • Kegiatan pengujian kapal bukan kayu lainnya)
(bahari) perikanan/perahu ikan bermotor • Penangkapan ikan
• Pengambilan • Eksplorasi mineral logam, mineral dengan kapasitas
foto/video bawah bukan logam, batuan, batubara, mineral kapal 10-30 GT
laut radioaktif • Penangkapan ikan
• Perlindungan • Pembangunan PLTU dengan kapasitas
keanekaragaman • Pembangunan anjungan/platform kapal ≥ 30GT
hayati; migas • Pengambilan barang-
• Penyelamatan dan • Pengolahan & Pemurnian Batubara barang purbakala
perlindungan • Pengolahan & Pemurnian Mineral dengan perahu
lingkungan logam bermotor ≤ 5GT
• Penelitian kegiatan • Pengolahan & Pemurnian Mineral • Pengambilan barang-
konservasi bukan logam atau mineral batuan barang purbakala
• Pendidikan • Pengolahan & Pemurnian Mineral dengan perahu
kegiatan konservasi radioaktif bermotor 5 - 30 GT
• Survei dan/atau • Penempatan tailing (bahan yang • Pengambilan barang-
penelitian ilmiah tertinggal setelah pemisahan fraksi) di barang purbakala
• Penangkapan ikan bawah laut dengan perahu
dengan • Pembangunan Terminal Regasifikasi bermotor > 30 GT
kapasitas kapal < LNG • Pengambilan barang-
10GT • Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) barang selain barang
• Penggunaan galah • Pemusnahan handak migas purbakala dengan
untuk • Pemasangan fasilitas turbin generator perahu bermotor ≤
mendorong perahu energi 5GT
• Penelitian dan • Pembangunan terminal peti kemas • Pengambilan barang-
pengembangan • Pembangunan terminal curah kering barang selain barang
perikanan • Pembangunan terminal curah CAIR purbakala dengan
• Kegiatan • Pembangunan terminal ro-ro perahu bermotor 5 -
pekerjaan • Pembangunan Tempat perbaikan 30 GT
penyelaman kapal • Pengambilan barang-
(diving works dalam • Pembangunan TPI barang selain barang
rangka • Pembangunan breakwater (pemecah purbakala dengan
industri maritim) gelombang) perahu bermotor > 30
• Pembangunan turap (revetment) GT
• pembangunan groin; • Pelepasan jangkar
• Pembangunan dan pengoperasian • Usaha
Jetty pembudidayaan ikan
• Pengerukan di wilayah perairan laut (kerapu, kakap,
Pelabuhan Pengumpan Regional dan baronang)
Lokal • Pengangkutan ikan
• Reklamasi di wilayah perairan hasil budidaya dengan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan Kapal Pengangkut
Lokal Ikan Hidup
• Pelatihan perang dengan Berbendera Indonesia
menggunakan amunisi oleh kapal asing • Pengangkutan ikan
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan, hasil budidaya dengan
pengolahan, pembuangan, dan Kapal Pengangkut
penimbunan Ikan Hidup
limbah B3 Berbendera Asing
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan, • Pengangkutan ikan
pengolahan, pembuangan, dan hasil budidaya dengan
penimbunan Kapal nelayan kecil

136
limbah non B3 • Pemasangan
Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon
perairan dangkal
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Indonesia
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan
menggunakan Squid
Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan Pancing
Prawe
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
line (rawai
Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan Pole
dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bubu/Muroami dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Bagan
Apung
• Pengangkutan
mineral logam,
mineral bukan logam,
batuan, batubara,
mineral radioaktif
• Pembangunan FPSO
(Floating Production
Storage and
Offloading)
• Pengerukan perairan
dengan capital
dredging
• Pengerukan perairan
laut dengan capital
dredging yang
memotong material
karang dan/atau batu
• Pembangunan
Floating Storage
Offloading (FSO)
• Pembangunan

137
Fasilitas Terapung
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
logam
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
bukan logam atau
mineral batuan
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
radioaktif
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan fasilitas
mesin kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Pembangunan,
pemindahan, dan/atau
pembongkaran
bangunan atau
instalasi pipanisasi di
perairan
• Penanaman kabel
• Penanaman Pipa
diameter 0-20 cm
• Penanaman Pipa
diameter 20- 50 cm
• Penanaman Pipa
diameter 50- 100 cm
• Penanaman Pipa
diameter diatas 100
cm
• Pembangunan kabel
telekomunikasi Local
Port Service (LPS)
• Penanaman dan atau
pemancangan kabel
atau tiang
serta sarana di laut
• Pembangunan
Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP)
• Penetapan tempat
labuh
• Penetapan tempat
alih muat antar kapal
• Pembangunan
Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak
kapal
• Penempatan kapal
mati

138
• Penetapan alur
pelayaran dari dan ke
pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan
perbaikan dan
pemeliharaan kapal
perikanan :
dock/slipway, bengkel
dan tempat perbaikan
jaring;
• Usaha pelayanan
logistik dan
perbekalan kapal
perikanan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Usaha bongkar muat
barang : pengemasan,
penumpukan, dan
penyimpanan di
pelabuhan
• Usaha tally mandiri :
kegiatan cargodoring,
receiving/delivery,
stuffing, dan stripping
peti kemas bagi
kepentingannya
sendiri.
• Pembangunan dan
pengoperasian cement
grinding
plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian
Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Usaha angkutan laut
badan usaha pada
lintas pelabuhan antar
kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur
• Usaha angkutan laut
pelayaran rakyat atau
badan usaha pada
lintas pelabuhan antar
kab/kota
dalam provinsi Jawa
Timur, antar provinsi
dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan
perairan pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS)
di dalam
DLKR/DLKP
pelabuhan pengumpan

139
regional.
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan Dalam
Provinsi
• Kegiatan
penerbangan diatas
alur kepulauan
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Kegiatan bongkar
muat oleh kapal asing
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi oleh
kapal asing
• Kegiatan berlabuh
jangkar kecuali dalam
keadaan force majeure
oleh kapal asing
• Usaha pelayanan
jasa pemanduan kapal.
• Pembangunan dan
pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan
penjualan Garam
• Konstruksi
Pertambangan Garam
• Pembangunan
Fasilitas Infrastruktur
(Saluran Primer,
Sekunder dan pantai
air) Industri
penggaraman
• Kegiatan Industri
Galangan Kapal
dengan sistem
Graving Dock Kapal
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung
saja;
• Kegiatan perbaikan
atau pemeliharaan
kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan
mesin mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan
alat-alat perlengkapan
lain yang khusus
dipergunakan dalam
kapal;
• Kegiatan pembuatan
alat-alat maritim

140
lainnya
• Kegiatan membantu
pekerjaan teknis
terhadap kapal-kapal
yang masih
mengapung tetapi
sedang
mendapat malapetaka
• Kegiatan
pemindahan muatan
dan atau bahan bakar
(cargo and fuel
transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Kegiatan budidaya
biota laut untuk
kepentingan industri
Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
•Pengintroduksian
organisme hasil
rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi, distribusi
dan penjualan tenaga
listrik
• Pembangunan
stasiun pengisian
bahan bakar nelayan
• Pipa intake dan
outake industri garam

Prasarana 1. 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya


/ 2. Setiap usaha penanaman dan atau pemancangan kabel atau tiang serta sarana
Ketentua
di lautdiwajibkan memiliki Surat Ijin Pemanfaatan Jasa Kelautan (SIPJK)
n Umum
3. Pada setiap bangunan atau instalasi di laut wajib dipasang Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran oleh pemilik bangunan setelah mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Perhubungan.
4. Dalam pengoperasian pipa migas harus memenuhi persyaratan hukum,
persyaratan teknis, dan persayaratan keselamatan sesuai peraturan dan
standar yang berlaku.
5. Aturan pemendaman instalasi pipa minyak bumi meliputi:
‐ Pipa migas yang terletak di laut dengan kedalaman dasar laut kurang dari
13 (tiga belas) meter maka pipa tersebut harus ditanam sekurang-kurangnya
2 (dua) meter di bawah dasar laut (sea bed), serta dilengkapi dengan sistem
pemberat agar pipa tersebut tidak tergeser atau
berpindah, atau disanggah dengan pipa pancang.
‐ Pipa migas yang berada pada kedalaman dasar laut lebih dari 13 (tigabelas)
meter maka pipa dapat diletakkan di dasar laut, serta dilengkapi dengan
sistem pemberat agar pipa tidak tergeser atau berpindah.
6. Pada lokasi tertentu (seperti pada dasar perairan yang keras berupa batu dan
karang, pada persilangan dengan instalasi eksisting, serta daerah lain sesuai
ketentuan perundangan), pembangunan instalasi pipa bawah air dan kabel

141
bawah air dapat dilakukan tanpa harus dilakukan
pemendaman setelah dilakukan kajian penilaian analisa resiko (risk
assesment).
7. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
melakuka naktivitasnya pada radius 0-2 mil

Kabel • Pembangunan, • Usaha wisata edukasi •Pembangunan


Listrik pemindahan, dan/atau • Usaha wisata dayung Sarana Bantu
pembongkaran • Usaha wisata selam Navigasi Pelayaran
bangunan atau • Usaha wisata memancing (SBNP)
instalasi pipanisasi di • Usaha wisata selancar • Penetapan rute
perairan • Usaha wisata olahraga tirta pelayaran
• Penanaman kabel • Usaha dermaga wisata internasional
• Penanaman Pipa • Usaha kegiatan hiburan dan • Kegiatan
diameter 0-20 cm rekreasi membantu
• Penanaman Pipa • Usaha wisata ekstrim pekerjaan
diameter 20- 50 cm (beresiko tinggi) teknis terhadap
• Penanaman Pipa • Usaha angkutan laut wisata kapal-kapal yang
diameter 50- 100 cm dalam negeri masih mengapung
• Penanaman Pipa • Usaha angkutan laut tetapi sedang
diameter diatas 100 internasional wisata mendapat
cm • Usaha jasa perjalanan wisata malapetaka
• Pembangunan kabel • Usaha vila (cottage) di atas • Latihan militer
telekomunikasi Local laut
Port Service (LPS) • Usaha wisata snorkeling
• Penanaman dan atau • Usaha wisata tontonan
pemancangan kabel • Usaha wisata berenang
atau tiang serta sarana • Usaha restoran di atas laut
di laut • Usaha wisata alam perairan
• Pipa intake dan • Jasa Wisata Tirta (bahari)
outake industri garam • Pengambilan foto/video bawah
laut
• Penanaman tanaman bakau
dan nipah
• Budidaya mangrove
• Perlindungan keanekaragaman
hayati;
• Penyelamatan dan
perlindungan lingkungan
• Penelitian kegiatan konservasi
• Pendidikan kegiatan
konservasi
• Pengambilan terumbu karang
• Survei dan/atau penelitian
ilmiah
• Pemungutan hasil hutan bukan
kayu pada hutan mangrove
(madu; getah; daun; buah dan
biji; tanin; ikan; hasil hutan
bukan kayu lainnya)
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal < 10GT
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal 10 30 GT

142
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal ≥ 30GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor ≤ 5GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor 5 - 30 GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor > 30 GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala dengan
perahu bermotor ≤ 5GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala dengan
perahu bermotor 5 - 30 GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala dengan
perahu bermotor > 30 GT
• Pelepasan jangkar
• Penggunaan galah untuk
mendorong perahu
• Usaha pembudidayaan ikan
laut (kerapu, kakap, baronang)
• Pembudidayaan ikan untuk
kepentingan industri
• Usaha budidaya perikanan
terapung (jaring apung dan pen
system seluas ≥ 5 Ha dengan
jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya laut
non ikan untuk kepentingan
ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya
laut non ikan untuk kepentingan
ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal nelayan
kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa
genetik
• Pemasangan Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon perairan
dalam

143
• Pemasangan rumpon perairan
dangkal
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan
menggunakan pukat hela
(trawls), payang, cantrang,
jaring lampara, dogol, dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Gill Net (Jaring
insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan seine nets dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Long bag set net
(jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan
menggunakan Squid Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan Pancing Prawe
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Long line (rawai
Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan Pole dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan Bubu/Muroami
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Bouke Ami
• Penangkapan ikan
menggunakan Bagan Apung
• Penelitian dan pengembangan
perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor
• Eksplorasi mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pengangkutan mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pembangunan FPSO (Floating
Production storage and

144
Offloading)
• Pengerukan perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan perairan laut
dengan capital dredging yang
memotong material karang
dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pembangunan
anjungan/platform migas
• Pembangunan Floating
Storage Offloading (FSO)
• Pembangunan Fasilitas
Terapung (Floating Facility)
Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Batubara
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral logam
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral bukan logam atau
mineral batuan
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral radioaktif
• Pengolahan & Pemurnian
Batubara
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral logam
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral bukan logam atau
mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral radioaktif
• Penempatan tailing (bahan
yang tertinggal setelah
pemisahan fraksi) di bawah laut
• Pembangunan Terminal
Regasifikasi LNG
• Pembakaran Gas Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit
Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin
kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat
antar kapal
• Pembangunan Kolam
pelabuhan untuk kebutuhan

145
sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti
kemas
• Pembangunan terminal curah
kering
• Pembangunan terminal curah
CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat
perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap
(revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari
dan ke pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan
dan pemeliharaan kapal
perikanan : dock/slipway,
bengkel dan tempat perbaikan
jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga
perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti
kemas bagi kepentingannya
sendiri.
• Pembangunan dan
pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan
pengoperasian cement grinding
plant dan cement packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan
Pengumpan Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah
perairan Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional
dan Lokal
• Usaha angkutan laut badan
usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi
Jawa Timur

146
• Usaha angkutan laut pelayaran
rakyat atau badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota
dalam provinsi Jawa Timur,
antar provinsi dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan
peralatan angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan
pengumpan regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas
alur kepulauan
• Kegiatan bongkar muat oleh
kapal asing
• Kegiatan riset atau survei
hidrografi oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar
kecuali dalam keadaan force
majeure oleh kapal asing
• Pelatihan perang dengan
menggunakan amunisi oleh
kapal asing
• Usaha pelayanan jasa
pemanduan kapal.
• Pembangunan dan
pengoperasian terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan
Garam
• Konstruksi Pertambangan
Garam
• Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur (Saluran Primer,
Sekunder dan pantai air)
Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah B3
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan
Kapal dengan sistem Graving
Dock Kapal
• Pembangunan industri yang
terintegrasi dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan kapal/alat
terapung saja;

147
• Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-
mesin utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving works
dalam rangka industri maritim).
• Kegiatan pemindahan muatan
dan atau bahan bakar (cargo and
fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut
untuk kepentingan industri
Biofarmakologi / Bioteknologi
Laut
• Pengintroduksian organisme
hasil rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan
penjualan tenaga listrik
• Pembangunan stasiun
pengisian bahan bakar nelayan

Prasarana 1. 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya


/ 2. Setiap usaha penanaman dan atau pemancangan kabel atau tiang serta sarana di
Ketentua lautdiwajibkan memiliki Surat Ijin Pemanfaatan Jasa Kelautan (SIPJK)
n Umum 3. Pada setiap bangunan atau instalasi di laut wajib dipasang Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran oleh pemilik bangunan setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Perhubungan.
4. Dalam pengoperasian pipa migas harus memenuhi persyaratan hukum, persyaratan
teknis, dan persayaratan keselamatan sesuai peraturan dan standar yang berlaku.
5. Aturan pemendaman instalasi pipa minyak bumi meliputi:
‐ Pipa migas yang terletak di laut dengan kedalaman dasar laut kurang dari 13 (tiga
belas) meter maka pipa tersebut harus ditanam sekurang-kurangnya 2 (dua) meter di
bawah dasar laut (sea bed), serta dilengkapi dengan sistem pemberat agar pipa
tersebut tidak tergeser atau
berpindah, atau disanggah dengan pipa pancang.
‐ Pipa migas yang berada pada kedalaman dasar laut lebih dari 13 (tigabelas) meter
maka pipa dapat diletakkan di dasar laut, serta dilengkapi dengan sistem pemberat
agar pipa tidak tergeser atau berpindah.
6. Pada lokasi tertentu (seperti pada dasar perairan yang keras berupa batu dan karang,
pada persilangan dengan instalasi eksisting, serta daerah lain sesuai ketentuan
perundangan), pembangunan instalasi pipa bawah air dan kabel bawah air dapat
dilakukan tanpa harus dilakukan
pemendaman setelah dilakukan kajian penilaian analisa resiko (risk assesment).

148
7. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam melakuka
naktivitasnya pada radius 0-2 mil
Kabel • Pembangunan, • Usaha wisata edukasi •Pembangunan
Listrik pemindahan, dan/atau • Usaha wisata dayung Sarana Bantu
pembongkaran bangunan • Usaha wisata selam Navigasi Pelayaran
atau instalasi • Usaha wisata memancing (SBNP)
pipanisasi di perairan
• Usaha wisata selancar • Penetapan rute
• Penanaman kabel
• Penanaman Pipa • Usaha wisata olahraga tirta pelayaran
diameter 0-20 cm • Usaha dermaga wisata internasional
• Penanaman Pipa • Usaha kegiatan hiburan dan • Kegiatan
diameter 20- 50 cm rekreasi membantu
• Penanaman Pipa • Usaha wisata ekstrim pekerjaan
diameter 50- 100 cm (beresiko tinggi) teknis terhadap
• Penanaman Pipa • Usaha angkutan laut wisata kapal-kapal yang
diameter diatas 100 cm dalam negeri masih mengapung
• Pembangunan kabel • Usaha angkutan laut tetapi sedang
telekomunikasi Local Port
internasional wisata mendapat
Service (LPS)
• Penanaman dan atau • Usaha jasa perjalanan wisata malapetaka
pemancangan kabel atau • Usaha vila (cottage) di atas • Latihan militer
tiang serta sarana di laut laut
• Pipa intake dan outake • Usaha wisata snorkeling
industri garam • Usaha wisata tontonan
• Usaha wisata berenang
• Usaha restoran di atas laut
• Usaha wisata alam perairan
• Jasa Wisata Tirta (bahari)
• Pengambilan foto/video
bawah laut
• Penanaman tanaman bakau
dan nipah
• Budidaya mangrove
• Perlindungan
keanekaragaman hayati;
• Penyelamatan dan
perlindungan lingkungan
• Penelitian kegiatan
konservasi
• Pendidikan kegiatan
konservasi
• Pengambilan terumbu karang
• Survei dan/atau penelitian
ilmiah
• Pemungutan hasil hutan
bukan kayu pada hutan
mangrove (madu; getah; daun;
buah dan biji; tanin; ikan; hasil
hutan bukan kayu lainnya)
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal < 10GT
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal 10 30 GT
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal ≥ 30GT
• Pengambilan barang-barang

149
purbakala dengan perahu
bermotor ≤ 5GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor 5 - 30 GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor > 30 GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala
dengan perahu bermotor ≤
5GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala
dengan perahu bermotor 5 - 30
GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala
dengan perahu bermotor > 30
GT
• Pelepasan jangkar
• Penggunaan galah untuk
mendorong perahu
• Usaha pembudidayaan ikan
laut (kerapu, kakap, baronang)
• Pembudidayaan ikan untuk
kepentingan industri
• Usaha budidaya perikanan
terapung (jaring apung dan
pen system seluas ≥ 5 Ha
dengan jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya
laut non ikan untuk
kepentingan ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya
laut non ikan untuk
kepentingan ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
nelayan kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa
genetik
• Pemasangan Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon
perairan dalam

150
• Pemasangan rumpon
perairan dangkal
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan
menggunakan pukat hela
(trawls), payang, cantrang,
jaring lampara, dogol, dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Gill Net (Jaring
insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan seine nets dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Long bag set
net (jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan
menggunakan Squid Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan Pancing Prawe
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Long line
(rawai Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan Pole dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan Bubu/Muroami
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Bouke Ami
• Penangkapan ikan
menggunakan Bagan Apung
• Penelitian dan
pengembangan perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan
bermotor
• Eksplorasi mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pengangkutan mineral
logam, mineral bukan logam,
batuan, batubara, mineral
radioaktif

151
• Pembangunan FPSO
(Floating Production storage
and Offloading)
• Pengerukan perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan perairan laut
dengan capital dredging yang
memotong material karang
dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pembangunan
anjungan/platform migas
• Pembangunan Floating
Storage Offloading (FSO)
• Pembangunan Fasilitas
Terapung (Floating Facility)
Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral logam
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral bukan
logam atau mineral batuan
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral radioaktif
• Pengolahan & Pemurnian
Batubara
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral logam
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral bukan logam atau
mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral radioaktif
• Penempatan tailing (bahan
yang tertinggal setelah
pemisahan fraksi) di bawah
laut
• Pembangunan Terminal
Regasifikasi LNG
• Pembakaran Gas Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik Tenaga
Arus Laut (PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin
kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat

152
antar kapal
• Pembangunan Kolam
pelabuhan untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti
kemas
• Pembangunan terminal curah
kering
• Pembangunan terminal curah
CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat
perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap
(revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran
dari dan ke pelabuhan
perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan
dan pemeliharaan kapal
perikanan : dock/slipway,
bengkel dan tempat perbaikan
jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga
perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan,
dan penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri :
kegiatan cargodoring,
receiving/delivery, stuffing,
dan stripping peti kemas bagi
kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan
pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan
pengoperasian cement
grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan
Pengumpan Regional dan
Lokal
• Pengerukan di wilayah
perairan Pelabuhan
Pengumpan Regional dan
Lokal

153
• Reklamasi di wilayah
perairan Pelabuhan
Pengumpan Regional dan
Lokal
• Usaha angkutan laut badan
usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi
Jawa Timur
• Usaha angkutan laut
pelayaran rakyat atau badan
usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi
Jawa Timur, antar provinsi dan
pelabuhan internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan
peralatan angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di
dalam DLKR/DLKP
pelabuhan pengumpan
regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam
Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas
alur kepulauan
• Kegiatan bongkar muat oleh
kapal asing
• Kegiatan riset atau survei
hidrografi oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar
kecuali dalam keadaan force
majeure oleh kapal asing
• Pelatihan perang dengan
menggunakan amunisi oleh
kapal asing
• Usaha pelayanan jasa
pemanduan kapal.
• Pembangunan dan
pengoperasian terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan
Garam
• Konstruksi Pertambangan
Garam
• Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur (Saluran Primer,
Sekunder dan pantai air)
Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah B3
• Kegiatan pengumpulan,

154
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan
Kapal dengan sistem Graving
Dock Kapal
• Pembangunan industri yang
terintegrasi dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung saja;
• Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-
mesin utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving works
dalam rangka industri
maritim).
• Kegiatan pemindahan
muatan dan atau bahan bakar
(cargo and fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut
untuk kepentingan industri
Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• Pengintroduksian organisme
hasil rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan
pembangkitan, transmisi,
distribusi dan penjualan tenaga
listrik
• Pembangunan stasiun
pengisian bahan bakar nelayan
Latihan militer

Prasarana 1. 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya


/ 2. Setiap usaha penanaman dan atau pemancangan kabel atau tiang serta sarana
Ketentua
di lautdiwajibkan memiliki Surat Ijin Pemanfaatan Jasa Kelautan (SIPJK)
n Umum
3. Pada setiap bangunan atau instalasi di laut wajib dipasang Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran oleh pemilik bangunan setelah mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Perhubungan.
4. Aturan pemendaman instalasi kabel bawah air meliputi:
155
‐ Dari garis pantai menuju arah lepas pantai sampai dengan kedalaman
perairan kurang dari 10 (sepuluh) meter, maka instalasi kabel harus
dipendam 2 (dua) meter di bawah permukaan dasar perairan (natural sea
bed);
‐ Pada perairan mulai dari kedalaman 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15
(lima belas), maka instalasi kabel harus dipendam 1 (satu) meter di bawah
permukaan dasar perairan (natural sea bed);
‐ Pada perairan yang kedalamannya lebih dari 15 (lima belas) meter dan
kurang dari 28 (dua puluh delapan) meter, maka instalasi kabel harus
dipendam 0,5 meter di bawah permukaan dasar perairan (natural sea bed);
‐ Pada perairan dengan kedalaman lebih dari 28 (dua puluh delapan) meter,
maka instalasi kabel dapat digelar di atas permukaan dasar perairan (natural
sea bed) dan harus diusahakan tetap stabil pada posisinya.
5. Pada lokasi tertentu (seperti pada dasar perairan yang keras berupa batu dan
karang, pada persilangan dengan instalasi eksisting, serta daerah lain sesuai
ketentuan perundangan), pembangunan instalasi pipa bawah air dan kabel
bawah air dapat dilakukan tanpa harus dilakukan
pemendaman setelah dilakukan kajian penilaian analisa resiko (risk
assesment).
6. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
melakukan aktivitasnya pada radius 0-2 mil
Kabel • Usaha wisata • Usaha wisata edukasi • Bongkar muat
Telekom edukasi • Usaha wisata dayung ikan
unikasi • Usaha wisata • Usaha wisata selam • Penangkapan ikan
dayung • Usaha wisata memancing menggunakan
• Usaha wisata • Usaha wisata selancar Squid Jigging
selam • Usaha wisata olahraga tirta • Penangkapan ikan
• Usaha wisata • Usaha dermaga wisata menggunakan
memancing • Usaha kegiatan hiburan dan Pancing Prawe
• Usaha wisata rekreasi Dasar
selancar • Usaha wisata ekstrim (beresiko • Penangkapan ikan
• Usaha wisata tinggi) menggunakan
olahraga tirta • Usaha angkutan laut wisata Long line (rawai
• Usaha dermaga dalam negeri Tuna)
wisata • Usaha angkutan laut • Penangkapan ikan
• Usaha kegiatan internasional wisata menggunakan Pole
hiburan dan rekreasi • Usaha jasa perjalanan wisata dan line
• Usaha wisata • Usaha vila (cottage) di atas laut • Penangkapan ikan
ekstrim (beresiko • Usaha wisata snorkeling menggunakan
tinggi) • Usaha wisata tontonan Bubu/Muroami dan
• Usaha angkutan • Usaha wisata berenang sejenisnya
laut wisata dalam • Usaha restoran di atas laut • Penangkapan ikan
negeri • Usaha wisata alam perairan menggunakan
• Usaha angkutan • Jasa Wisata Tirta (bahari) Bagan Apung
laut internasional • Pengambilan foto/video bawah • Pembangunan
wisata laut Sarana Bantu
• Usaha jasa • Penanaman tanaman bakau dan Navigasi Pelayaran
perjalanan wisata nipah (SBNP)
• Usaha vila • Budidaya mangrove • Penetapan rute
(cottage) di atas laut • Perlindungan keanekaragaman pelayaran
• Usaha wisata hayati; internasional
snorkeling • Penyelamatan dan perlindungan • Pembangunan
• Usaha wisata lingkungan Fasilitas
tontonan • Penelitian kegiatan konservasi Infrastruktur

156
• Usaha wisata • Pendidikan kegiatan konservasi (Saluran Primer,
berenang • Pengambilan terumbu karang Sekunder dan
• Usaha restoran di • Survei dan/atau penelitian ilmiah pantai air) Industri
atas laut • Pemungutan hasil hutan bukan penggaraman
• Usaha wisata alam kayu pada hutan mangrove (madu; • Kegiatan
perairan getah; daun; buah dan biji; tanin; membantu
• Jasa Wisata Tirta ikan; hasil hutan bukan kayu pekerjaan
(bahari) lainnya) teknis terhadap
• Pengambilan • Penangkapan ikan dengan kapal-kapal yang
foto/video bawah kapasitas kapal < 10GT masih mengapung
laut • Penangkapan ikan dengan tetapi sedang
• Penanaman kapasitas kapal 10 30 GT mendapat
tanaman bakau dan • Penangkapan ikan dengan malapetaka
nipah kapasitas kapal ≥ 30GT • Kegiatan
• Budidaya • Pengambilan barang-barang pemindahan
mangrove purbakala dengan perahu bermotor muatan
• Perlindungan ≤ 5GT dan atau bahan
keanekaragaman • Pengambilan barang-barang bakar (cargo and
hayati; purbakala dengan perahu bermotor fuel transferring)
• Penyelamatan dan 5 - 30 GT • Penarikan
perlindungan • Pengambilan barang-barang (Towing)
lingkungan purbakala dengan perahu bermotor • Pengapungan
• Penelitian kegiatan > 30 GT (refloating)
konservasi • Pengambilan barang-barang
• Pendidikan selain barang purbakala dengan
kegiatan konservasi perahu bermotor ≤ 5GT
• Survei dan/atau • Pengambilan barang-barang
penelitian ilmiah selain barang purbakala dengan
• Penangkapan ikan perahu bermotor 5 - 30 GT
dengan kapasitas • Pengambilan barang-barang
kapal < 10GT selain barang purbakala dengan
• Pembangunan, perahu bermotor > 30 GT
pemindahan, • Pelepasan jangkar
dan/atau • Penggunaan galah untuk
pembongkaran mendorong perahu
bangunan atau • Usaha pembudidayaan ikan laut
instalasi pipanisasi (kerapu, kakap, baronang)
di perairan • Pembudidayaan ikan untuk
• Penanaman kabel kepentingan industri
• Penanaman Pipa • Usaha budidaya perikanan
diameter 0-20 cm terapung (jaring apung dan pen
• Penanaman Pipa system seluas ≥ 5 Ha dengan
diameter 20- 50 cm jumlah 1000 unit.
• Penanaman Pipa • Pengambilan sumber daya laut
diameter 50- 100 cm non ikan untuk kepentingan
• Penanaman Pipa ekonomi
diameter diatas 100 • Pembudidayaan sumber daya laut
cm non ikan untuk kepentingan
• Pembangunan ekonomi
kabel • Pengangkutan ikan hasil
telekomunikasi budidaya dengan Kapal
Local Port Service Pengangkut Ikan Hidup
(LPS) Berbendera Indonesia
• Penanaman dan • Pengangkutan ikan hasil

157
atau pemancangan budidaya dengan Kapal
kabel atau tiang Pengangkut Ikan Hidup
serta sarana di laut Berbendera Asing
• Pipa intake dan • Pengangkutan ikan hasil
outake industri budidaya dengan Kapal nelayan
garam kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa
genetik
• Pemasangan Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon perairan
dalam
• Pemasangan rumpon perairan
dangkal
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan menggunakan
pukat hela (trawls), payang,
cantrang, jaring lampara, dogol,
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Gill Net (Jaring insang) dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
seine nets dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Long bag set net (jaring kantong
besar)
• Penangkapan ikan menggunakan
Squid Jigging
• Penangkapan ikan menggunakan
Pancing Prawe Dasar
• Penangkapan ikan menggunakan
Long line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan menggunakan
Pole dan line
• Penangkapan ikan menggunakan
Bubu/Muroami dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan ikan menggunakan
Bagan Apung
• Penelitian dan pengembangan
perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor
• Eksplorasi mineral logam,

158
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pengangkutan mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pembangunan FPSO (Floating
Production storage and
Offloading)
• Pengerukan perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan perairan laut dengan
capital dredging yang memotong
material karang dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pembangunan anjungan/platform
migas
• Pembangunan Floating Storage
Offloading (FSO)
• Pembangunan Fasilitas Terapung
(Floating Facility) Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Batubara
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral logam
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral bukan logam atau mineral
batuan
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral radioaktif
• Pengolahan & Pemurnian
Batubara
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral logam
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral bukan logam atau mineral
batuan
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral radioaktif
• Penempatan tailing (bahan yang
tertinggal setelah pemisahan
fraksi) di bawah laut
• Pembangunan Terminal
Regasifikasi LNG
• Pembakaran Gas Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit
Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh

159
• Penetapan tempat alih muat antar
kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan terminal peti
kemas
• Pembangunan terminal curah
kering
• Pembangunan terminal curah
CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan
kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari
dan ke pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan dan
pemeliharaan kapal perikanan :
dock/slipway, bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga
perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti kemas
bagi kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan pengoperasian
Jetty
• Pembangunan dan pengoperasian
cement grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan
Pengumpan Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional
dan Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional
dan Lokal
• Usaha angkutan laut badan usaha
pada lintas pelabuhan antar
kab/kota dalam provinsi Jawa

160
Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran
rakyat atau badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota
dalam provinsi Jawa Timur, antar
provinsi dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan
pengumpan regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur
kepulauan
• Kegiatan bongkar muat oleh
kapal asing
• Kegiatan riset atau survei
hidrografi oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar
kecuali dalam keadaan force
majeure oleh kapal asing
• Pelatihan perang dengan
menggunakan amunisi oleh kapal
asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan
kapal.
• Pembangunan dan pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan
Garam
• Konstruksi Pertambangan Garam
• Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur (Saluran Primer,
Sekunder dan pantai air) Industri
penggaraman
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah B3
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan
Kapal dengan sistem Graving
Dock Kapal
• Pembangunan industri yang
terintegrasi dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan kapal/alat
terapung saja;

161
• Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-
mesin utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman
(diving works dalam rangka
industri maritim).
• Kegiatan pemindahan muatan
dan atau bahan bakar (cargo and
fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut
untuk kepentingan industri
Biofarmakologi / Bioteknologi
Laut
• Pengintroduksian organisme
hasil rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan penjualan
tenaga listrik
• Pembangunan stasiun pengisian
bahan bakar nelayan
Latihan militer

Prasarana 1. 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya


/ 2. Setiap usaha penanaman dan atau pemancangan kabel atau tiang serta sarana di
Ketentua lautdiwajibkan memiliki Surat Ijin Pemanfaatan Jasa Kelautan (SIPJK)
n Umum 3. Pada setiap bangunan atau instalasi di laut wajib dipasang Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran oleh pemilik bangunan setelah mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Perhubungan.
4. Aturan pemendaman instalasi kabel bawah air meliputi:
‐ Dari garis pantai menuju arah lepas pantai sampai dengan kedalaman perairan
kurang dari 10 (sepuluh) meter, maka instalasi kabel harus dipendam 2 (dua) meter
di bawah permukaan dasar perairan (natural sea bed);
‐ Pada perairan mulai dari kedalaman 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15 (lima
belas), maka instalasi kabel harus dipendam 1 (satu) meter di bawah permukaan
dasar perairan (natural sea bed);
‐ Pada perairan yang kedalamannya lebih dari 15 (lima belas) meter dan kurang dari
28 (dua puluh delapan) meter, maka instalasi kabel harus dipendam 0,5 meter di
bawah permukaan dasar perairan (natural sea bed);
‐ Pada perairan dengan kedalaman lebih dari 28 (dua puluh delapan) meter, maka
instalasi kabel dapat digelar di atas permukaan dasar perairan (natural sea bed) dan
harus diusahakan tetap stabil pada posisinya.
5. Pada lokasi tertentu (seperti pada dasar perairan yang keras berupa batu dan karang,

162
pada persilangan dengan instalasi eksisting, serta daerah lain sesuai ketentuan
perundangan), pembangunan instalasi pipa bawah air dan kabel bawah air dapat
dilakukan tanpa harus dilakukan
pemendaman setelah dilakukan kajian penilaian analisa resiko (risk assesment).
6. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
melakukan aktivitasnya pada radius 0-2 mil

3.1.8 Review Indikasi Program

Pada dokumen perencanaan telah memiliki Tabel indikasi program yang memuat konten
sebagai berikut :
1. Indikasi Program per Kawasan Pemanfaatan Ruang
2. Lokasi penerapan Indikasi Program.
3. Sumber Pendanaan Indikasi Program.
4. Instansi Pelaksana Indikasi Program.
5. Tahapan Pelaksanaan Indikasi program.

Penulis menggunakan kriteria dari Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi 2015
dalam mengevaluasi Bab Indikasi Program.

163
3.2 Review Kelengkapan Peta RZWP3K
Peta dasar, tematik dan RZWP3K harus disajikan sesuai dengan kaidah-kaidah
standar kartografis untuk seluruh wilayah perencanaan yang dipetakan. Pada bagian ini,
diberikan contoh standar penyajian untuk Peta Tematik dan Peta RZWP3K dengan skala
1 : 250.000 dan apabila diperlukan dapat digambarkan dalam skala 1:50.000. Deliniasi
batas kawasan, zona dan sub-zona ditampilkan pada peta menggunakan sistem petak
(sistem grid) dengan koordinat lintang (longitude) dan bujur (latitude).

3.2.1 Review Standar Kartografi


Peta-peta tematik digambarkan minimal dalam skala 1 : 250.000 dan apabila
diperlukan dapat digambarkan dalam skala 1:50.000.

Peta RZWP3K digambarkan minimal dalam skala 1 : 250.000 dan apabila


diperlukan dapat digambarkan dalam skala 1:50.000. Peta RZWP-3-K disajikan dengan
memuat batas administrasi, batas wilayah perencanaan pesisir dan pulau-pulau kecil,
batimetri, pembagian kawasan, zona dan subzona dengan simbolisasi sesuai pedoman
penyusunan peta RZWP3K.

Jumlah dataset dalam penyusunan peta menurut pedoman terdiri dari 13 dataset,
dengan perincian dasar (baseline dataset) dan 11 dataset tematik (tematik dataset).

Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan secara kartografis, diantaranya :

1. Logo lembaga/instansi memuat logo pemerintah daerah sebagai pelaksana kegiatan


2. Judul kegiatan memuat nama kegiatan, nama pemerintah daerah, dan tahun
pelaksanaan kegiatan.
3. Judul peta memuat tema peta, lokasi, dan daerah administrasi (0 – 12 mil) dan batas
kecamatan di darat.
4. Skala untuk pemetaan RZWP3K minimal 1 : 250.000 dan apabila diperlukan skala
1:50.000, arah mata angin
5. Indeks peta memuat pembagian lembar peta dan penomoran lembar peta
6. Inset peta menggambarkan lokasi pemetaan secara keseluruhan dan memberikan
indikasi mengenai posisi peta tersebut terhadap daerah yang lebih luas.
7. Legenda peta memuat titik pusat administrasi sampai dengan kecamatan, batas
administrasi, batas wilayah perencanaan WP3K, unsur perhubungan (jalan,
pelabuhan, bandara), unsur perairan (sungai, danau, laut), data kontur batimetri,

164
klasifikasi peta tematik dan pembagian kawasan/zona/sub zona untuk peta
RZWP3K.
8. Riwayat peta memuat nama peta, tahun, skala dan nomor lembar peta (untuk sumber
peta dasar) dan instansi resmi yang mempublikasikan data tersebut. Apabila Sumber
peta berupa citra satelit memuat jenis citra satelit, resolusi spasial citra, tahun
perekaman, daerah cakupan atau path/row citra.

3.2.2 Review Standar Pengaturan Tata Letak (Layout) Peta


Dalam pembuatan tata letak peta tematik dan peta RZWP3K, peta ditampilkan
dalam bingkai yang menggambarkan ukuran jarak. Untuk peta skala 1 : 250.000 grid
yang digunakan adalah 15‟(lima belas menit). Grid peta yang ditampilkan pada bingkai
peta skala 1 : 50.000 memiliki jarak antar grid 3' (tiga menit). Tata letak peta skala 1 :
250.000 dibuat untuk peta tematik dan peta RZWP3K pada cakupan seluruh wilayah
perencanaan. Tata letak untuk peta tematik dan peta RZWP3K skala 1 : 50.000 dibuat
apabila diperlukan.

165
BAB IV

EVALUASI RZWP3K BANGKALAN DENGAN PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RZWP3K

4.1 Evaluasi Ketentuan Teknis Muatan RZWP3K


4.1.1 Evaluasi Pendahuluan
No Aspek Evaluasi Kriterian Aspek Evaluasi Konten Konten Aturan dalam Pedoman RZWP3K Kedalaman Konteks di Evaluasi
(Berdasarkan Permen Di RZWP3K untuk Sub RZWP3K RZWP3K
KKP no 23 tahun 2006) Jatim Kab. Terhadap
Bangkalan Pedoman
Ya Tidak Ya Tidak 1.
2. Pendahuluan Ruang Lingkup Tidak diatur, hanya disebutkan 2. Telah dijabarkan -
Wilayah Perencanaan v dasar hukumnya. dengan jelas dan
RZWP3K lengkap
Dasar Hukum Diukur secara melingkar 1. Telah dijabarkan -
Penyusunan dengan jarak 12 mil laut untuk dengan jelas
v
provinsi 2. Dilengkapi dengan
peta yang informatif
Profil Wilayah Memuat data-data Telah dijelaskan secara Telah sesuai
kelengkapan primer mendetail dan disertai dengan
dengan peta pedoman.
V (penjelasan lebih
lengkapnya pada aspek
kelengkapan data
primer)
3. Tujuan, Tujuan Pengelolaan 1) tidak bertentangan dengan  Telah dijelaskan Tidak disertai
Kebijakan, dan Wilayah Pesisir dan tujuan pengelolaan wilayah mengenai tujuan aturan yang
Strategi Pulau-pulau Kecil v pesisir dan pulau-pulau kecil dari pengelolaan mendukung
Pengelolaan Provinsi Jawa Timur nasional; wilayah pesisir dan pembuatan
2) jelas dan dapat tercapai pulau-pulau kecil RZWP3K

166
sesuai jangka waktu provinsi Jawa Timur
perencanaan; dan  Telah disetai
3) tidak bertentangan dengan dengan tujuan
peraturan perundang- pengelolaan
undangan. wilayah pesisir 20
tahun mendatang.
Tujuan memiliki
karakteristik
realistis, terukur,
mengakomodasi
semua
kependtingan.

Kebijakan dan Strategi 1) mengakomodasi kebijakan  Telah di jelaskan Sudah sesuai


Pengelolaan Wilayah pengelolaan wilayah pesisir kebijakan dan dengan
Pesisir dan Pulau- dan pulau-pulau kecil strategi panduan
pulau Kecil nasional dan provinsi yang pengelolaan RZWP3K
berlaku pada wilayah provinsi wilayah pesisir dan
bersangkutan; pulau-pulau kecil
2) jelas, realistis, dan dapat  Telah disertai isu
diimplementasikan dalam strategi, kebijakan,
jangka waktu perencanaan dan strategi untuk
v pada setiap kawasan dan
wilayah pesisir dan pulau- di detailkan lagi per
pulau kecil provinsi zona di
bersangkutan; pembahasan
3) mampu menjawab isu-isu strategi
strategis baik yang ada
sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di
masa yang akan datang; dan
4) tidak bertentangan dengan

167
peraturan perundang-
undangan.

168
4.1.2 Evluasi Deskripsi Potensi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Berdasarkan pedoman teknis penyusunan RZWP3K Provinsi, Bab Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir
dan Pulau Pulau Kecil merupakan bab yang menyajikan data berupa deskripsi potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil beserta peta
tematik dari masing-masing data set yang disajikan. Selain itu di bab ini juga di deskripsikan kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
pulau-pulau kecil yang meliputi potensi pemanfaatan dan kegiatan pemanfaatan yang ada saat ini (eksisting). Berikut merupakan evaluasi
Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Pulau Pulau Kecil dari RZWP3K Jawa Timur wilayah Kabupaten
Bangkalan.

Potensi dan Evaluasi


Aspek Evaluasi Jenis Kegiatan Kriteria Aspek Evaluasi Ada Tidak Kedalaman Evalusi Rekomendasi
pemanfaatan Ada
Deskripsi Potensi Sumberdaya Meliputi ; Mangrove, Telah dijelaskan secara rinci Beberapa jenis sumber
Potensi dan Sumberdaya Hayati Terumbu Karang, potensi sumber daya hayati di daya hayati yang
Kegiatan Pesisir dan Padang Lamun, Cemara Jawa timur termasuk dijelaskan di RZWP3K
Pemanfaatan Pulau-pulau Udang/Cerama udang, Kabupaten Bangkalan dengan belum dilengkapi Peta
Sumberdaya Kecil Kelompok Ikan Pelagis menyajikan tabel guna tematik seperti Biota
Pesisir dan dan Demersal, Biota V mempermudah memahami isi lainnya, ikan budidaya.
Pulau Pulau Lainnya deskripsi serta dilengkapi Terdapat pula peta yang
Kecil dari dengan peta tematik yang tidak spesifik
RZWP3K Jawa menggambarkan persebaran menggambarkan daerah
Timur wilayah data set yang dijelaskan. Jawa Timur melainkan
Kabupaten peta lingkup Nasional

169
Bangkalan. (Indonesia) secara
keseluruhan, yaitu peta
tematik Ikan Pelagis dan
Ikan Demersal. Sehingga
direkomendasikan untuk
melengkapi dan
memperjelas lagi peta
tematik dari data set yang
di bahas.
Sumberdaya Meliputi : Pasir besi dan Di Kabupatan Bangkalan tidak Perlu dilengkapi dengan
Non Hayati Mineral Energi terdapat Potensi non hayari Peta Tematik agar
yang dimuat dalan RZWP3K memudahkan untuk
Jawa Timur, tetapi secara memahami isi potensi
keseluruhan data set yang yang ada serta
V
menjelaskan Sumberdaya Non menyesuaikan dengan
Hayati di Provinsi Jawa timur pedoman teknis
sudah cukup lengkap, hanya penyusunan RZWP3k
saja belum dilengkapi dengan Provinsi.
Peta tematik.
Sumberdaya Meliputi : Jasa Meskipun di Kabupaten
V
Buatan dan penyebrangan dan Bangkalan tidak terdapat

170
Jasa kelautan bongkar muat dan Energi Sumberdaya Buatan dan jasa
alternatif Kelautan tetapi secara
keseluruhan substansi di
RZWP3K Jawa Timur telah
dijelaskan secara detil
mengenai sumberdaya buatan
dan jasa kelautan yang ada di
wilayah Jawa timur, selain itu
diberikan tabel berisi arus
penumpang, arus barang, arus
kunjungan kapal yang
memudahkan untuk memahami
dekripsi yang di sajikan,
Kegiatan Pelabuhan Meliputi pelabuhan dan Penjelasan yang ditampilkan
Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan sangat lengkap yaitu dengan
Sumberdaya menampilkan data data terkait
Pesisir dan pelabuhan dan pelabuhan ikan
V
Pulau-pulau di jawa timur seperti kriteria
Kecil pelabuhan yang ada di Jawa
Timur dan tabel yang berisi
data pelabuhan yang ada di

171
seluruh wilayah pesisir Jawa
timur, hierarki dan skala
pelayanan dari tiap-tiap
pelabuhan. Serta menampilkan
peta persebaran pelabuhan dan
pelabuhan perikanan yang ada
di Jawa Timur.
Bangunan Meliputi Keranda Menampilkan data-data terkait Baiknya menambahkan
Laut Apung, Floating unit bangunan laut yang ada di peta persebaran rambu
dan Rambu Suar Kabupaten Bangkalan dan suar yang ada di Wilayah
V
potensi bangunan laut di tiap perairan Jawa Timur.
tiap wilayah di Jawa Timur
yang disertai dengan tabel-tabel
Area Meliputi area Dijelaskan secara rinci potensi Peta yang ditampilkan
Penangkapan penangkapan ikan penagkapan ikan di wilayah bersifat makro yang
Ikan Pelagis dan Demersal perairan Jawa timur teramasuk menampilkan seluruh
wilayah perairan Kabupaten wilayah Indonesia. Maka
V
Bangkalan beserta peta peta persebut perlu
persebaran potensi ikan pelagis dispesifikkan lagi menjadi
dan demersal hanya wilayah Jawa
Timur saja.

172
Pertambangan Meliputi bahan galian Disajikan data bahan galian Memperbaiki kualitas
dan Minyak dan gas dan Minyak dan gas bumi di peta persebaran potesni
bumi daerah-daerah di Jawa Timur migas dikarenakan
dan ditampilkan pula tabel ijin menurut penulis peta
V usaha pertambangan (IUP) tersebut meyulitkan
yang telah diterbitkan di Jawa pembaca untuk
Timur serta peta persebaran memahami apa yang
pertambangan pasir di Jawa ditampilkan dari peta
Timur. tersebut.
Industri Meliputi Industri Ditampilkan data industri di Untuk memudahkan
Perikanan dan Industri Kabupaten Bangkalan dan mengetahui lokasi industi,
Penggaraman seluruh wilayah di Jawa Timur baiknya disajikan peta
yang memiliki Industri serta berupa persebaran
ditampilkan pula data time industri berdasarkan jenis
series hasil produksi industri indsutrinya.
V
khususnya industri garam yang
ada di Kabupaten Bangkalan
serta data statistik mengenai
pengolahan ikan yang ada di
seluruh wilayah pesisir di
Provinsi Jawa Timur

173
Wisata bahari Meliputi DPP (Destinasi Data yang ditampilkan lengkap
Pariwisata Provinsi) dan dengan tabel jenis pariwisata di
Kawasan Strategis tiap-tiap wilayah Provinsi Jawa
Pariwisata Timur yang disertai dengan
V Peta persebaran DPP dan Peta
persebaran kawasan strategis
pariwisata di Kabupaten
Bangkalan dan Provinsi Jawa
Timur.
Konservasi Meliputi sempadan Dijelaskan mengeai sempadan
Pantai dan Pulau- pulau pantai yang menjadi rencana
Kecil pantai utara sebagai mitigasi
dari ancaman dan melindungi
ekosistem. Dijelaskan pula
pulau-pulau kecil yang dimiliki
V
masing-masing wilayah di Jawa
Timur, salah satunya
Kabupaten Bangkalan yang
tidak memiliki pulau-pulau
kecil di perairannya. Selain itu,
dari pulau-pulau kecil yang ada

174
di Jawa Timur beberapa
diantaranya dijelaskan lagi
dikarenakan memiliki potensi
yang besar.
Kawasan Menampilkan tabel persebaran Menampilkan peta
Pertahanan daerah pertahanan dan persebaran ranjau di
dan Keamana keamanan di Jawa Timur serta perairan jawa dan Madura
perairan-perairan yang
V
memiliki ranjau yang masih
aktif yang berpotensi
membahayakan kegiatan di
sekitarnya
Alur Laut Meliputi Alur Pipa dan Menjelaskan data berupa tabel Perbaikan kualitas peta
Kabel bawah laut, Alur alur pipa dan kabel bawah laut yang ditampilkan (Peta
Pelayaran dan alur yang berisi wilayah-wilayah Alur Pelayaran)
migrasi biota yang dilalui. Menjelaskan alur dikarenakan kualitas
V pelayaran yang ada di perairan gambar dari peta yang
Jawa Timur mulai dari kurang baik sehingga sulit
pelayaran nasional hingga untuk dipahami
pelayaran lokal dan disertai interpretasi dari peta.
dengan peta. Menjelaskan Selain itu perlu dibuatkan

175
mingrasi beberapa biota laut peta migrasi biota laut.
yang meliputi ikan lemuru,
penyu, lobster, paus dan hiu
paus, ikan tuna dan ikan layang

176
4.1.3 Evaluasi Isu Strategis
4.1.4 Evaluasi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi RZWP3K Pengelolaan RZWP3K

177
4.1.5 Evaluasi Rencana Alokasi Ruang RZWP3K
Tabel 4.1.5 - 1 Evaluasi Rencana Alokasi Ruang
No Aspek Kriterian Aspek Konten Konten Aturan dalam Kedalaman Konteks Evaluasi RZWP3K
Evaluasi Evaluasi (Berdasarkan Di RZWP3K untuk Sub Pedoman RZWP3K di RZWP3K Terhadap Pedoman
Permen KKP no 23 Jatim Kab.
tahun 2006) Bangkalan
Ya Tidak Ya Tidak
Rencana Kawasan Pemanfaatan V V  Adanya  Memuat  Pada sub zona
Alokasi Umum: pembagian parameter Kabupaten
Ruang  Zona Pariwisata V V alokasi ruang kesesuaian Bangkalan tidak
 Zona Permukiman V V yang terbagi kawasan yang terdapat
 Zona Pelabuhan menjadi dimuat dalam penjelasan
V V
kawasan
 Zona Hutan RZWP3K Jawa mengenai zona
pemanfaatan Timur. Parameter permukiman,
Mangrove
V V umum, kawasan
 Zona konservasi,
kesesuaian ini pertanian, hutan,
Pertambangan V V digunakan untuk zona pergaraman,
KSNT, dan alur
 Zona Perikanan melakukan zona pendaratan
laut, yang
Tangkap didalamnya analisis kawasan. pesawat, zona
V V
 Zona Perikanan terbagi lagi  Memuat tabel perdagangan/jasa,
Budidaya menjadi rencana alokasi zona fasilitas
V V umum, zona
 Zona Pergaraman beberapa zona ruang yang terdiri
 Zona Industri V V  Kawasan dari kolom zona, pemanfaatan laut
 Zona Bandar Udara V V Pemanfaatan sub zona, NLP, selain energy.
 Zona Pendaratan V V Umum memuat: kode, lokasi  Tidak ada
1. pariwisata; (perairan, penjelasan
Pesawat
2. pemukiman; kab/kot, dan mengenai
 Zona V V
3. pelabuhan; nama objek), karakteristik
Jasa/Perdagangan 4. pertanian; luas. Dan titik biogeofisik
 Zona Energi V V 5. hutan; koordinasi (log lingkungan
V V

178
 Zona Faislitas V V 6. dan lat). Yang  Untuk Kabupaten
Umum pertambangan sudah Bangkalan
 Zona Pemanfaatan 7. perikanan merangkum terdapat sub zona
Air Laut Selain V tangkap; kawasan-kawasan yang tidak
Energi 8. perikanan alokasi ruang dijelaskan untuk
budidaya;
 Pemnafaatan Jawa Timur Bangklan, sepert
9. industri;  Memuat arahan sub zona wisata
Lainnya sesuai
10. fasilitas
dengan V pengembangan, olahraga dan sub
umum; dan/atau
karakteristik untuk setiap zona zona wisata alam
11. pemanfaatan
biogeofisik lainnya sesuai di alokasi bawha laut.
lingkunganya dengan pemanfaatan  Tidak terdapat
Kawasan Konservasi V V karakteristik umum KKM di dalam
 KKP3K (zona inti, biogeofisik  Dalam penentuan RZWP3K Jawa
zona pemanfaatan lingkungannya. kawasan Timur
terbatas, dan zona  Memuat konservasi,  Tidak ada arahan
lainnya sesuai keterkaitan dianalisis pembagian
dengan antara menggunakan kawasan perairan
peruntukan ekosistem parameter strategis.
kawasa) darat dan laut kesesuaian
 KKM (zona inti, dalam suatu kawasan untuk
bioekoregion konservasi.
zona pemanfaatan V V  Memuat  KKP3K memuat
terbatas, dan zona
penetapan pembagian zona
lainnya sesuai
pemanfaatan
dengan yaitu terdiri dari
ruang laut yang
peruntukan zona inti, zona
berasal dari
kawasan) hasil peruntukan pemanfaatan dan
 KKP (Zona izin, lahan dan zona lainya

179
zona perikanan V V disertai dengan (rehabilitasi)
berkelanjutan, peraturan  KKP memuat
zona pemanfaatan pembagian zona
pemanfaatan, dan ruang yg yang terdiri dari
zona lainnya) memuat aturan zona inti, zona
kegiatan perikanan
diperbolehkan, berkelanjutan,
bersyarat dan
zona
tidak boleh.
pemanfaatan,
 Memuat
dan zona lainnya
penetapan
priorias  Alur pelayaran
Alur Laut V V
kawasan laut pada RZWP3K
 Alur pelayaran
untuk tujuan Jatim terdiri dari
 Pipa/kabel bawah V V pelayaran
konservasi,
laut nasional,
sosial budaya,
 Migrasi biota laut V V ekonomi, pelayaran
transportasi laut, regional,
Kawasan Strategis V V industri pelayaran lokal.
strategis, serta Dan RZWP3K
Nasional tertentu
pertahanan dan menyebutkan
(KSNT)
keamanan kondisi eksisiting
 Pengelolaan batas-  Penetapan
batas maritime pada perairan
alokasi ruang Jawa Timur
kedaulatan negara berdasarkan
 Pertahanan dan bahwa alur
hasil analisis 3
keamanan negara pelayaran dibagi
V V dimensi ruang
menjadi 2 yaitu
 Pengelolaan situs yakni
alur pelayaran
warisan dunia permukaan,
V V umum dan
 Kesejahteraan kolom, dan
dasar laut perlintasan dan
masyarakat
V V alur pelayaran
 Pelestarian
masuk pelabuhan

180
lingkungan V V  Kawasan strategis
nasional
terntentuu yang
terdapat di
RZWP3K Jawa
Timur meruoakan
kawasan militer,
yang dimana
kawasan ini juga
menjadi batas
terluar wilayah
Indonesia melalui
pulau-pulau kecil

181
4.1.6 Evaluasi Peraturan Pemanfaatan Ruang
4.1.7 Evaluasi Arahan Pemanfaatan Ruang

4.2 Evaluasi Perbandingan Peta RZWP3K Provinsi Jawa Timur dan Peta RZWP3K
Tabel 4.2 - 1 Kesesuaian Peta pada Dokumen RZWP-3-K berdasarkan Pedoman

Jenis Peta Disajikan Tidak Disajikan Catatan


Peta Wilayah Perencanaan WP-  -
3-K
Peta Wilayah Perencanaan  Tidak terdapat dalam dokumen
Terhadap Konstelasi Regional rencana
(0 – 12 mil)
Peta Rencana Struktur dan Pola  Tidak disajikan di dokumen
Ruang Wilayah dari RTRW rencana RZWP-3-K tetapi
terdapat pada RTRW
Peta Batimetri  Peta tidak disajikan, tetapi pada
dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi beserta tabel
kondisi batimetri disetiap wilayah
bagian perencanaan
Peta Geologi laut  Tidak terdapat penjelasan di
dokumen rencana
Peta Substrat Dasar Laut  -

Peta Deposit Pasir Laut  -

Peta Gelombang  -

Peta Arus  -

Peta Suhu Permukaan Laut  -


(SPL)
Peta Kecerahan  -

Peta pH  -

Peta Salinitas  -

Peta Sebaran Klorofil  -

Peta Pemanfaatan ruang  -


wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil yang telah ada
Peta Rencana pemanfaatan  Tidak terdapat penjelasan di
ruang di wilayah pesisir dan dokumen rencana
pulaupulau kecil

182
Peta Ekosistem Pesisir (terumbu  -
karang, lamun, mangrove)
Peta Daerah Penangkapan Ikan  Peta tidak disajikan, tetapi pada
demersal dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta Daerah Penangkapan Ikan  Peta tidak disajikan, tetapi pada
pelagis dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta jumlah dan kepadatan  Tidak terdapat dalam dokumen
penduduk (proyeksi rencana
pertumbuhan penduduk)
Peta Wilayah Penangkapan Ikan  Peta tidak disajikan, tetapi pada
secara tradisional dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta Risiko Bencana  Peta tidak disajikan, tetapi pada
dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta RZWP-3-K  Tidak terdapat dalam dokumen
rencana

Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 2 Kesesuaian Peta Wilayah Perencanaan dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Wilayah Skala 1 : 1.000.000  Pada peta ini,
Perencanan Peta wilayah
Batas Wilayah laut  perencanaan
Garis Pantai  yang terdapat
Perairan  pada dokumen
Toponim  rencana
mencakup
provinsi Jawa
Timur.

Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

183
Tabel 4.2- 3 Kesesuaian Peta Arus dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Arus Skala 1 : 1.000.000  Peta arus pada
Peta dokumen
Batas Wilayah laut  rencana dibagi
Garis Pantai  menjadi 8 peta
Perairan  yang terdiri dari
Toponim  peta arus pasang
Vektor arah dan Kecepatan  menuju surut
arus musim barat-
Kontur kecepatan arus  timur, peta arus
dengan interval 0,05 m/s surut menuju

Besar vektor arah arus  pasang musim

menyesuaikan kecepatan barat-timur, dan

arus peta arus musim

Gambar current rose pada  peralihan

layout
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 4 Kesesuaian Peta Sebaran Suhu Permukaan Air Laut dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Sebaran Skala (-)  Pada dokumen
Suhu Permukaan Peta rencana, peta Suhu
Air Laut Batas Wilayah  Permuaan Laut
Perencanaan berupa peta yang
Batas Wilayah  diolah dari citra
Administrasi satelit Aqua
Garis Perairan  MODIS (NASA,

Toponim  2002-2016), yang

Kontur Suhu dengan  di capture mulai

184
Interval 0,5C dilengkapi dari bulan Januari
dengan gradasi warna hingga Desember
dan tidak
dilengkapi dengan
standar kartografis
yang ada pada
pedoman
penyusunan peta
RZWP3K.
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 5 Kesesuaian Peta Gelombang dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Gelombang Skala 1 : 1.000.000  Peta Gelombang
Peta pada dokumen
Batas Wilayah laut  rencana terbagi
Garis Pantai  menjadi 4 peta
Perairan  yaitu, peta
Toponim  gelombang
Vektor arah dan Kecepatan  musim barat-
gelombang timur, dan peta
Kontur tinggi gelombang  musim peralihan
dengan interval 0,1 m satu dan dua.

Besar vektor arah arus 


menyesuaikan kecepatan
gelombang
Gambar wind rose pada 
layout
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

185
Tabel 4.2 - 6 Kesesuaian Peta Sebaran Kecerahan Air dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Sebaran Skala (1:1.000.000)  Pada
Kecerahan Air Peta legenda/keterangan,
Batas Wilayah  pencantuman
Perencanaan keterangan
Batas Wilayah  mengenai interval
Administrasi sebesar 1 m, dan
Garis Perairan  sudah sesuai

Toponim  dengan data yang

Kecerahan dengan  disajikan

interval 1 m berdasarkan
pedoman
penyusunan peta
RZWP3K.
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 7 Kesesuaian Peta pH dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta pH Skala (1:1.000.000)  Berdasarkan
Peta pedoman, legenda
Batas Wilayah  dan keterangan data
Perencanaan sudah lengkap dan
Batas Wilayah  sesuai dengan apa
Administrasi harus disajikan
Garis Perairan  pada dokumen

Toponim  rencana.

Kontur ph dengan interval 


0,5

186
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 8 Kesesuaian Peta Sebaran Salinitas dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Sebaran Skala (1:1.000.000)  Pada
Salinitas Peta legenda/keterangan,
Batas Wilayah  pencantuman
Perencanaan keterangan mengenai
Batas Wilayah  Kontur Salinitas
Administrasi berinterval 1 Psu. Hal
Garis Perairan  tersebut sudah sesuai

Toponim  dengan pedoman

Kontur Salinitas dengan  penyusunan peta

Interval 1 Psu RZWP3K

Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 9 Kesesuaian Peta Sedimentasi dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Sedimentasi Skala (1:1.000.000)  Peta Sedimentasi
Peta diasumsikan sama
Batas Wilayah  dengan Peta
Perencanaan “Substrat Dasar
Batas Wilayah  Laut.”. Pada
Administrasi legenda/keterangan,
Garis Perairan  pencantuman

Toponim  keterangan

Substrat Dasar Laut  mengenai tingkat


ketebalan
endapan/sedimen
menggunakan
degradasi warna.

187
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 10 Kesesuaian Peta Deposit Pasir Laut dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Deposit Skala (1:1.000.000)  Berdasarkan
Pasir Laut Peta pedoman, legenda
Batas Wilayah  dan keterangan data
Perencanaan sudah lengkap dan
Batas Wilayah  sesuai dengan apa
Administrasi harus disajikan
Garis Perairan  pada dokumen

Toponim  rencana.

Deposit Pasir Laut 


Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 11 Kesesuaian Peta Sebaran Klorofil-A dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Sebaran Skala (1:1.000.000)  Peta Sebaran
Klorofil - A Peta Klorofil - A
Batas Wilayah  diasumsikan sama
Perencanaan dengan Peta
Batas Wilayah  “Sebaran
Administrasi Klorofil.”. Pada
Garis Perairan  legenda/keterangan.

Toponim  interval konturnya

Kontur Klorofil dengan  telah menggunakan

Interval 0,5 Mg/L interval 0,5 Mg/L.


Selain itu, peta
sebaran klorofil ini
juga disajikan

188
berdasarkan setiap
bulannya dari
Januari hingga
Desember
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 12 Kesesuaian Peta Sebaran Terumbu Karang dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Sebaran Skala (1:1.000.000)  Pad dasarnya, peta
Terumbu Karang Peta Terumbu Karang
Batas Wilayah  merupakan bagian
Perencanaan dari Peta Sebaran
Batas Wilayah  Ekosistem Pesisir.
Administrasi Berdasarkan
Garis Perairan  pedoman, secara

Toponim  keseluruhan, peta

Polygon kelas kondisi  yang telah disajikan

tutupan karang (Baik sudah lengkap pada

sekali, baik, sedang, peta Terumbu

buruk) Karang

Point kelas kondisi 


tutupan karang (Baik
sekali, baik, sedang,
buruk)

Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 13 Kesesuaian Peta Sebaran Lamun dengan Pedoman

189
Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan
Disajikan
Peta Sebaran Skala (1:1.000.000)  Pad dasarnya, peta
Lamun Peta Habitat Lamun
Batas Wilayah  merupakan bagian
Perencanaan dari Peta Sebaran
Batas Wilayah  Ekosistem Pesisir.
Administrasi Berdasarkan
Garis Perairan  pedoman, secara

Toponim  keseluruhan, peta

Poligon kelas kondisi  yang telah disajikan

tutupan lamun (Kaya, sudah lengkap pada

Kurang kaya, miskin) peta Sebaran


Lamun. Namun,
Point kelas kondisi  untuk keterangan
tutupan lamun (Kaya, kondisi Lamun
Kurang kaya, miskin) sedikit berbeda
dengan ada yang di
pedoman, pada
RZWP3K yang
direview,
keterangan kondisi
lamun pada peta
memiliki klasifikasi
seperti sehat,
kurang sehat, dan
tidak sehat.
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 14 Kesesuaian Peta Ekosistem Mangrove dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Ekosistem Skala (1:1.000.000)  Pad dasarnya, peta

190
Mangrove Peta ekosistem
mangrove
Batas Wilayah 
merupakan bagian
Perencanaan
dari Peta Sebaran
Batas Wilayah 
Ekosistem Pesisir.
Administrasi
Berdasarkan
Garis Perairan 
pedoman, secara
Toponim 
keseluruhan, peta
Poligon kelas kerapatan 
yang telah disajikan
mangrove (Rapat, sedang,
sudah lengkap pada
jarang, non-mangrove)
peta Ekosistem
Mangrove
Point kelas kerapatan 
mangrove (Rapat, sedang,
jarang, non-mangrove)

Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 15 Kesesuaian Peta Pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil eksisting dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Pemanfaatan Skala 1 : 1.000.000  Peta
ruang wilayah Peta pemanfaatan
pesisir dan pulau- Batas Wilayah laut  ruang eksisting
pulau kecil Garis Pantai  pada dokumen
eksisting Perairan  rencana sudah
Toponim  memiliki

191
Titik, garis dan area  penyajian data
Pemanfaatan ruang yang lengkap.
wilayah pesisir dan pulau- Pada legenda
pulau kecil yang telah ada atau keterangan
terdiri dari data
infrastruktur,
alur laut,
sumberdaya
pesisir,
pelabuhan,
daerah militer.
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 16 Kesesuaian Peta Rencana Struktur ruang dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Rencana - (-) Menyesuaikan
Struktur Ruang Kelengkapan Peta
-
WP3K Kabupaten dalam RTRW.
Gresik -

-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 17 Kesesuaian Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Pemanfaaatan Umum
dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Rencana - (-) Menyesuaikan
Pola Ruang Kelengkapan Peta
-
Kawasan dalam RTRW.
-

192
Pemanfaatan -
Umum -
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel Kesesuaian Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Konservasi dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Rencana - (-) Menyesuaikan
Pola Ruang Kelengkapan Peta
-
Kawasan dalam RTRW.
Konservasi -

-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2- 18 Kesesuaian Peta Rencana ola Ruang Zona Alur dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan
Peta Rencana Pola - (-) Menyesuaikan
Ruang Zona Alur Kelengkapan
-
Peta dalam
- RTRW.
-

-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

Tabel 4.2 - 19 Kesesuaian Peta Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Nasional
Tertentu dengan Pedoman

Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan


Disajikan

193
Peta Rencana - (-) Menyesuaikan
Pola Ruang Kelengkapan Peta
-
Kawasan dalam RTRW.
Strategis Nasional -
Tertentu -

-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019

194
4.3 Evaluasi Kelengkapan Data dan Outline RZWP3K
Tabel 4.1.3 - 1 Kelengkapan Data dan Outline RZWP3K

Kriteria Aspek Evaluasi Kedalaman


NO Aspek Evaluasi Pedoman Dokumen RZWP3K V X Rekomendasi
Evaluasi Data
1 Kelengkapan Data
dan Informasi
Data Primer Dataset Dasar Terrestrial (tanah, Kondisi Fisik Darat  Penyajian data primer  Penyajian data
topografi, kemiringan (Terrestrial) = dan sekunder primer dan sekunder
lereng) topografi, geologi, disajikan secara baik, disajikan secara
jenis dan kedalaman lengkap, detail dan baik, lengkap, detail
efektif tanah, informative dan informative
hidrologi, klimatologi)  Penyajian data  Penyajian data
Batimetri Bathimetri disertai dengan peta disertai dengan peta
penunjang setiap penunjang setiap
Dataset Tematik Geologi dan geomorfologi dan V
aspek bahasan aspek bahasan
geomorfologi laut geologi laut
 Informasi ditunjang  Informasi ditunjang
Oseanografi Oseanografi V secara kuantitatif secara kuantitatif
ekosistem pesisir dan ekosistem pesisir dan V  Tidak ditemui data  Perlu ditambahkan
sumberdaya ikan pulau-pulau kecil time series data time series
penggunaan lahan dan Dokumen V  Penggambaran
status lahan perencanaan kondisi eksisting tidak
pemandaatan perairan disertai gambar atau
pesisir dokumentasi terkait
pemanfaatan wilayah Pemanfaatan ruang V
laut eksisting laut yang telah ada
sumberdaya air sumberdaya ikan V
pelagis dan demersal
Infrastruktur Sosial, ekonomi dan V
budaya
Demografi
195
ekonomi wilayah
resiko bencana dan resiko bencana V
pencemaran
Data Sekunder

2 Metode dan Hasil


Analisis
Proses Analisis Pengolahan dan
analisis data disajikan
dalam bentuk peta
tematik
Deskripsi potensi
sumberdaya
Analisis potensi
sumberdaya
Analisis kesesuaian
lahan dan penentuan
alokasi ruang
Analisis non spasial
Analis konflik
pemanfaatan ruang
(resolosi konflik)
dalam bentuk matriks
antar kegiatan
pemanfaatan ruang
3 Produk
Perencanaan
I Pendahuluan
Batasan wilayah Batas wilayah Batas wilayah V
perencanaan perencanaan perencanaan
RZWP3K provinsi ke RZWP3K berada di
196
arah darat adalah wilayah pesisir dan
kecamatan pesisir dan pulau-pulau kecil
ke arah laut hingga Provinsi Jawa Timur
batas wilayah yang meliputi 22
pengelolaan perairan Kabupaten/Kota
provinsi sejauh 12 mil pesisir sampai batas
laut mengacu pada perairan 12 mil,
Permendagri No 76 termasuk Kabupaten
Tahun 2012 tentang Bangkalan
Pedoman Penegasan didalamnya
Batas Daerah
Dasar hukum Dasar Hukum Dasar Hukum V
Profil wilayah Profil Wilayah Profil Wilayah Pesisir V
Provinsi Jawa Timur
 Letak Geografis dan
Administratif
 Kondisi Fisik Darat
(Terrestrial)
 Karakteristis
Perairan
 Kondisi
Kependudukan
 Kondisi
Perekonomian
 Risiko Bencana
 Pemanfaatan Ruang
Laut Eksisting

197
II Deskripsi Potensi
Deskripsi Potensi Deskripsi mengenai Deskripsi Potensi
Sumberdaya Pesisir potensi 12 dataset Sumber Daya Pesisir
dan Pulau-pulau beserta peta-peta dan Pulau-Pulau
Kecil dan Kegiatan tematiknya Kecil
Pemanfaatan Sumber Daya Hayati
Sumber Daya Non
Hayati
Sumber Daya Buatan
dan Jasa Kelautan
Deskripsi Kegiatan
Pemanfaatan Pesisir
dan Kelautan
Pelabuhan
Pelabuhan Perikanan
Area Penangkapan
Ikan (Fishing Ground)
Pertambangan
Industri Kelautan dan
Perikanan
Wisata Bahari
Benda Muatan Kapal
Tenggelam (BMKT)
Kawasan Konservasi
Kawasan PErtahanan
dan Keamanan
Alur Laut
Deskripsi kegiatan
pemanfaatan eksisting
198
III Isu Strategis Isu-isu strategis Isu Strategis
wilayah
Peta mencakup Isu potensi sumber
orientasi wilayah daya pesisir
Isu degradasi sumber
daya pesisir dan
pulau-pulau kecil
Isu bencana alam dan
atau bencana akibat
tindakan manusia
Isu marjinalisasi dan
kemiskinan
masyarakat pesisir
Isu konflik
pemanfaatan dan atau
konflik kewenangan
Isu kekosongan dan
ketidakpastian hukum
Isu lainnya V
IV Tujuan, Tujuan pengelolaan Fungsi, dasar, kriteria  Visi misi V  Kebijakan yang
Kebijakan, dan wilayah pesisir dan perumusan tujuan pengelolaan wilayah diangkat berdasarkan
Strategi pulau-pulau kecil pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- isu strategis pada
Pengelolaan provinsi pesisir dan pulau- pulau kecil Provinsi kawasan pemanfaatan
Wilayah Pesisir pulau kecil provinsi Jawa Timur umum, konservasi,
dan Pulau-Pulau  Karakteristik strategis dan alur laut
Kecil Kabupaten wilayah pesisir dan  Penjelasan strategi
Kota pulau-pulau kecil mendetail pada setiap
 Isu strategis wilayah sub bab kawasan yang
pesisir Provinsi dibahas
Jawa Timur  Kebijakan dan strategi
 Kondisi objektif yang belum dilakukan

199
yang diinginkan mendetail pada setiap
wilayah pesisir atau
kota/kabupaten terkait
Kebijakan Fungsi, dasar, kriteria Fungsi, dasar, dan V
pengelolaan wilayah perumusan kebijakan kriteria perumusan
pesisir dan pulau- pengelolaan wilayah kebijakan pengelolaan
pulau kecil provinsi pesisir dan pulau- wilayah pesisir dan
pulau kecil provinsi pulau-pulau kecil
provinsi

Strategi pengelolaan Fungsi, dasar, kriteria Fungsi, dasar, dan V


wilayah pesisir dan perumusan strategi kriteria perumusan
pulau-pulau kecil pengelolaan wilayah strategi pengelolaan
provinsi pesisir dan pulau- wilayah pesisir dan
pulau kecil provinsi pulau-pulau kecil
provinsi

V Rencana Kawasan Pemanfaatan Kawasan Kawasan  Kawasan Belum menampilkan


Alokasi Ruang Umum Pemanfaatan Umum Pemanfaatan Umum Pemanfaatan Umum alur diagram
Zona Pariwisata Zona Pariwisata V pada UU No 27 tahun penyusunan penentuan
Zona Permukiman Zona Permukiman - 2007 setara dengan alokasi ruang
Zona Pelabuhan Zona Pelabuhan V Kawasan Budidaya
Zona Pertanian - pada UU No 26 tahun
Zona Hutan - 2007
Zona Perikanan Zona Perikanan V  Kawasan Konservasi
Tangkap Tangkap pada UU No 27 tahun
Zona Perikanan Zona Perikanan V 2007 setara dengan
Budidaya Budidaya Kawasan Lindung
Zona Industri Zona Industri - pada UU No 26 tahun
Zona Pertambangan V 2007

200
Zona Energi -  Aturan mengenai alur
Zona Bandar Udara - pelayaran dapat
Zona Fasilitas Umum - mengikuti Permen
Zona Pemanfaatan - Perhubungan No.68
Lainnya tahun 2011 tentang
Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Alur Pelayaran di
Laut
Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi V
Pesisir dan Pulau- Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (KKP3K) Pulau Kecil (KKP3K)
Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi -
Perairan (KKP) Perairan (KKP)
Kawasan Strategis Kawasan Strategis -
Nasional Tertentu Nasional Tertentu
Sempadan Pantai -
Kawasan Strategis Kawasan Strategis -
Nasional Tertentu Nasional Tertentu
Pengelolaan batas- Kawasan Strategis
batas maritime Nasional (KSN)
kedaulatan Negara Militer
Pertahanan dan -
keamanan Negara
Pengelolaan situs -
warisan dunia
Kesejahteraan -
masyarakat
Pelestarian lingkungan -
Kawasan Strategis
Nasional Tertentu
(KSNT) Pulau-pulau
Terluar
201
Alur Laut Alur Laut Alur Laut
Alur Pelayaran dan Alur Pelayaran dan V
Perlintasan Perlintasan
Pipa dan Kabel Bawah Pipa dan Kabel Bawah V
Laut Laut
Migrasi Biota Migrasi Biota -
Kawasan Strategis Kawasan Strategis V
Nasional Nasional
Rencana alokasi ruang
dijabarkan kedalam
zona
Arahan pemanfaatan
untuk setiap zona pada
masing-masing
kawasan
VI Peraturan Peraturan pemanfaatan
Pemanfaatan ruang cukup
Ruang memberikan informasi
mengenai kegiatan yang
boleh dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan
yang harus
mendapatkan izin
Fungsi ketentuan Matriks Peraturan V
peraturan pemanfaatan Pemanfaatan Ruang
ruang
Kegiatan pemanfaatan Matriks Pemanfaatan V
kawasan/zona Ruang Wilayah
Pesisir dan Pulau-
Pulau Provinsi Jawa
Timur

202
Matriks Peraturan V
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur
untuk Kawasan
Strategis Nasional
Tertentu
Matriks Peraturan V
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur
untuk Alur Laut
Matriks Pemanfaatan V
Ruang Wilayah
Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Provinsi
Jawa Timur
Pengawasan dan
Pengendalian
VII Indikasi Indikasi program
Program Utama dijabarkan dalam
rangka jangka waktu 5
tahun hingga 20 tahun
pada akhir perencanaan
Konsultasi Publik
Arahan Usulan program
Pemanfaatan utama
Ruang
Lokasi

203
Besaran
Sumber pendanaan
Instansi pelaksana
Waktu dan tahapan
pelaksanaan

204
205

Anda mungkin juga menyukai