KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang
berjudul “Review dan Evaluasi Produk Perencanaan Pesisir RZWP-3-K Jawa Timur – Sub:
Kabupaten Bangkalan” dalam penyelesaian tugas mata kuliah Perencanaan Pesisir ini telah
diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Perencanaan
Pesisir yaitu Ibu Dian Rahmawati, ST,MT dan Bapak Adjie Pamungkas, ST, M.Dev,Plg.,Ph.D
Terima kasih juga penulis tujukan kepada keluarga dan pihak yang senantiasa membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini penulis buat untuk membantu pembaca supaya lebih memahami dan
mempelajari materi dalam kuliah Perencanaan Pesisir. Makalah ini penulis persembahkan khusus
kepada para mahasiswa perencanaan wilayah dan kota ITS serta para dosen perencanaan wilayah
dan kota ITS, namun tidak menutup kemungkinan bagi para pembaca umum lainnya. Penulis
juga menyadari atas segala kekurangan dalam makalah ini sehingga penulis berharap adanya
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah penulis selanjutnya. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca
umumnya.
`
Penulis
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Nontji (2002), wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan
laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifatsifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan ke arah laut mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Menurut
Undang-Undang (UU) Nomor 27 tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Dengan begitu
wilayah pesisir juga menjadi pusat kegiatan masyarakat dengan keunggulan yang berbeda
secara fisik dan geografis. Dalam pengelolaannya, maka wilayah pesisir dibutuhkan
penataan berupa kebijakan dari pemerintah agar setiap aspek saling terintegrasi.
Salah satu produk perencanan wilayah pesisir ialah RZWP3K (Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil), penataan ini berupa Dokumen RZWP-3-K memuat:
pengalokasian ruang dalam kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan
strategis nasional tertentu dan alur laut; keterkaitan antara ekosistem darat dan ekosistem
laut dalam suatu bioekoregion; penetapan pemanfaatan ruang laut; dan penetapan prioritas
kawasan laut untuk tujuan konservasi sosial budaya, ekonomi, transportasi laut, industri
stategis, serta pertahanan dan keamanan. Lingkup perencanaan RZWP3K adalah skala
provinsi yang mencakup seluruh kabupaten/kota yang memiliki wilayah perairan yang
masuk dalam wilayah provinsi terkait.
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Pulau Madura.
Kabupaten Bangkalan memiliki luas wilayah sebesar 1.260,14 Km² dengan jumlah
penduduk 970.894 jiwa di tahun 2018. Kabupaten Bangkalan memiliki wilayah lautan yang
cukup luas dimana ini tentunya sangat menguntungkan, mengingat peranan sumber daya
pesisir dan kelautan yang semakin meningkat dalam menunjang pembangunan ekonomi
daerah. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan secara tepadu memerlukan
informasi tentang berbagai potensi pembangunan yang dapat dikembangkan di kawasan
5
pesisir dan kelautan. Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan potensi WP3K di Jawa
Timur, khususnya di bidang perencanaan, Pemerintah telah menyusun dokumen teknis
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Jawa Timur
mencakup wilayah perairan Kabupaten Bangkalan. Dokumen perencanaan ini sangat
penting, karena merupakan arahan alokasi ruang sumberdaya dan aktifitas, yang nantinya
akan digunakan sebagai panduan perijinan di WP3K Jawa Timur. Oleh karena itu
dibutuhkan tinjauan ulang untuk evaluasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil dengan membandingkan dengna Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K.
1.2 Tujuan
Tujuan daril laporan ini adalah untuk membandingkan atau mengevaluasi produk
perencanaan RZWP3K dengan membandingkan dengan Pedoman Teknis Penyusunan
RZWP3K.
Berisi studi literatur mengenai landasan hukum serta pedoman penyusunan teknis penulisan
RZWP3K
Berisi Review dokumen RZWP3K yang berpedoman pada pedoman teknis penyusunan
RZWP3K
Berisi evaluasi hasil perencanaan pesisir RZWP3K, didalamnya dibahas review serta evaluasi
setiap muatan RZWP3K.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari review RZWP3K serta diberikan rekomendasi terhadap
penyusunyan RZWP3K kedepannya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peraturan Mentri kelautan dan Perikanan Nomor 23 Tahun 2016
Salah satu pedoman dalam penyusunan dokumen RZWP3K adalah Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomer 23/PERMEN-KP/2016 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – pulau kecil. Dalam dokumen tersebut
dijelaskan tentang tata cara penyususnan rencana zonasi wilayah pesisi dan pulau – pulau
kecil, mulai dari acuan pembuatan dokumen, wilayah perencanaan dokumen, tahapan
penyusunan dokumen, konten dokumen dan alokasi ruang di dalamnya.
7
Pantai diukur pada saat terjadi air laut pasang tertinggi ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan. RZWP3K terdiri dari :
Pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, KSNT,
dan Alur Laut.
Keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam suatu bioekoregion.
Penetapan pemanfaatan ruang laut.
Penetapan prioritas kawasan laut untuk tujuan : Konservasi, sosial budaya, ekonomi,
transportasi laut, industri strategis, pertahanan dan keamanan. RZWP3K disusun dan
dituangkan dalam peta dengan skala minimal 1:250.000 yang memuat Kawasan
Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi, KSNT, dan Alur Laut.
2.2 Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
2.2.1 Ketentuan Teknis Muatan RZWP3K
2.2.1.1 Batas Wilayah Perencanaan RZWP3K Provinsi
Batas wilayah perencanaan RZWP3K provinsi ke arah darat adalah Kecamatan Pesisir
dan ke arah laut hingga batas wilayah pengelolaan perairan Provinsi sejauh 12 mil laut. Bagi
daerah yang telah memiliki cakupan wilayah di perairan laut berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, batas wilayah perencanaan RZWP3K mengacu pada peraturan
tersebut.
Penentuan batas wilayah perencanaan untuk daerah yang memiliki pulau-pulau kecil
mengacu pada peraturan Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan
Batas Daerah, sebagai berikut :
Tabel 2.2.1.1 - 1 Penentuan Batas Wilayah Perencanaan Daerah Yang Memiliki Pulau-
Pulau Kecil
8
kabupaten/kota. Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau
yang Berjarak Lebih Dari 2 (Dua) Kali 12
Mil Laut yang Berada Dalam 1 (Satu)
Provinsi
9
4 Untuk mengukur Batas Daerah di Laut
pada Pulau yang berada pada daerah
yang berbeda provinsi dan berjarak
kurang dari 2 kali 12 mil laut, diukur
menggunakan prinsip garis tengah
(median line).
Keterangan :
: Kewenangan pengelolaan laut
Provinsi
: Kewenangan pengelolaan laut
Kabupaten dan Kota
: Daratan/pulau
Contoh Penarikan Garis Batas Pada Pulau
yang Berjarak Kurang Dari 2 (Dua) Kali
12 Mil Laut yang Berada Pada Provinsi
yang Berbeda
Sumber : Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah
2.2.1.2 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kabupaten/Kota
Tujuan, Kebijakan, dan Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
provinsi merupakan terjemahan dari visi dan misi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil pengembangan provinsi untuk mencapai kondisi ideal pengelolaan wilayah
pesisir dan pulaupulau kecil provinsi yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan arahan
perwujudan alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi yang ingin dicapai
pada masa yang akan datang (20 tahun). Kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil provinsi merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi. Strategi pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi merupakan penjabaran kebijakan pengelolaan wilayah
10
pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi ke dalam langkahlangkah operasional untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Tabel 2.2.1.2 - 1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kabupaten/Kota
11
Sebagai dasar provinsi.
penetapan
ketentuan
pengendalian
pemanfaatan ruang
wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
12
pulau-pulau kecil; Ketentuan
dan peraturan
ketentuan perundang-
peraturan undangan.
perundang-
undangan terkait.
Kriteria Tujuan pengelolaan wilayah Kebijakan Strategi pengelolaan
Perumusan pesisir dan pulau-pulau pengelolaan wilayah wilayah pesisir dan
kecil provinsi dirumuskan pesisir dan pulau- pulau-pulau kecil
dengan kriteria: pulau kecil provinsi wilayah provinsi
tidak bertentangan dirumuskan dengan dirumuskan dengan
dengan tujuan kriteria: kriteria:
pengelolaan wilayah Mengakomodasi Memiliki kaitan
pesisir dan pulau-pulau kebijakan logis dengan
kecil nasional; pengelolaan kebijakan
jelas dan dapat tercapai wilayah pesisir dan pengelolaan
sesuai jangka waktu pulau-pulau kecil wilayah pesisir dan
perencanaan; dan nasional dan pulau-pulau kecil;
tidak bertentangan provinsi yang Tidak
dengan peraturan berlaku pada bertentangan
perundang-undangan. wilayah provinsi dengan tujuan,
bersangkutan; kebijakan, dan
Jelas, realistis, dan strategi
dapat pengelolaan
diimplementasikan wilayah pesisir dan
dalam jangka pulau-pulau kecil
waktu perencanaan nasional;
pada wilayah Jelas, realistis, dan
pesisir dan pulau- dapat
pulau kecil diimplementasikan
13
provinsi dalam jangka
bersangkutan; waktu perencanaan
Mampu menjawab pada wilayah
isu-isu strategis pesisir dan pulau-
baik yang ada pulau kecil
sekarang maupun provinsi
yang diperkirakan bersangkutan
akan timbul di secara efisien dan
masa yang akan efektif;
datang; dan Harus dapat
Tidak bertentangan dijabarkan secara
dengan peraturan spasial dalam
perundang- rencana alokasi
undangan. ruang wilayah
pesisir dan pulau-
pulau kecil
provinsi; dan
Tidak
bertentangan
dengan peraturan
perundang-
undangan.
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
Tujuan, kebijakan, dan strategi tersebut diatas diadopsi dari tujuan, kebijakan, dan
strategi yang tertuang dalam dokumen RSWP-3-K. Apabila belum ada, maka harus
merumuskan Tujuan, kebijakan, dan strategi Pengelolaan WP-3-K.
2.2.1.3 Rencana Alokasi Ruang RZWP3K Provinsi
RZWP3K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/atau pemerintah Kabupaten/Kota yang secara spasial
diwujudkan dalam alokasi ruang. Alokasi ruang terbentuk dari distribusi peruntukan ruang
yang terdiri dari alokasi-alokasi ruang dengan fungsi-fungsi tertentu.
14
Tabel 2.2.1.3 - 1 Ketentuan Pengaturan Alokasi Ruang RZWP3K Provinsi
Arahan Pemanfaatan
Kawasan Zona
Kawasan Pemanfaatan Umum 1. pariwisata;
2. pemukiman;
3. pelabuhan;
4. pertanian;
5. hutan;
6. pertambangan;
7. perikanan tangkap;
8. perikanan budidaya;
9. industri;
15
10. fasilitas umum; dan/atau
11. pemanfaatan lainnya sesuai dengan
karakteristik biogeofisik
lingkungannya.
Kawasan Konservasi 1. Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (KKP3K);
2. Kawasan Konservasi Maritim (KKM);
3. Kawasan Konservasi Perairan (KKP);
4. Sempadan pantai.
Kawasan Strategis Nasional Tertentu 1. pengelolaan batas-batas maritim
kedaulatan negara;
2. pertahanan dan keamanan negara;
3. pengelolaan situs warisan dunia;
4. kesejahteraan masyarakat; dan/atau
pelestarian lingkungan.
Alur Laut 1. alur pelayaran;
2. pipa/kabel bawah laut; dan
3. migrasi biota laut.
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
Rencana alokasi ruang RZRWP-3-K di perairan ditetapkan sebagai hasil analisis tiga
dimensi ruang, yaitu permukaan, kolom, dan dasar laut. Pada setiap dimensi, alokasi ruang
laut dapat mengakomodasi kegiatan yang multifungsi pada zona tertentu.
Dalam kolom perairan pesisir dan pulau-pulau kecil secara vertikal dapat dialokasikan
untuk berbagai zona/subzona peruntukan. Pemanfaatan ruang dimaksud didasarkan pada
hasil analisis peruntukan ruangnya secara vertikal. Walaupun demikian, alokasi berbagai
zona/subzona tersebut harus disertai dengan peraturan pemanfaatan ruang yang memuat
aturan-aturan kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan tidak diperbolehkan, serta kegiatan
yang hanya boleh dilakukan dengan syarat, yang disertai pengaturan tata waktu. Sebagai
contoh, misalnya didalam praktek biasanya pada layer permukaan dapat digunakan untuk
kegiatan pelayaran dan wisata bahari, pada layer kolom perairan dapat digunakan untuk
16
penangkapan ikan, sedangkan pada layer perairan dasar laut dapat digunakan untuk kegiatan
konservasi dan wisata selam.
18
b. ketentuan umum kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh ijin;
c. ketentuan tentang prasarana minimum yang perlu diatur terkait pemanfaatan
ruang;
d. ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan provinsi
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, seperti pada kawasan konservasi.
2.2.1.5 Arahan Pemanfaatan Ruang RZWP3K
Arahan pemanfaatan ruang WP3K dijabarkan ke dalam indikasi program utama dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan hingga akhir tahun perencanaan 20 (duapuluh)
tahun. Arahan pemanfaatan ruang WP3K provinsi berfungsi sebagai :
1. acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil provinsi;
2. arahan dalam penyusunan program sektoral (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
3. dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan
4. acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi
19
Lokasi adalah tempat yang dijabarkan dalam koordinat geografis serta dituangkan diatas
peta, dimana usulan program utama akan dilaksanakan.
c. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah/luas satuan masing-masing usulan program utama
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD provinsi, APBN, swasta dan/atau
masyarakat.
e. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai
dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, serta masyarakat.
f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh)
tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program
mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Program utama
5 (lima) tahun dapat dirinci kedalam program utama tahunan.
20
untuk melihat potensi-potensi peluang serta hambatan yang akan terjadi selama pelaksanaan
penyusunan RZWP-3-K, dan agar apabila terjadi hambatan dalam penyusunan RZWP-3-K,
dapat segera dianalisis pihak-pihak mana yang berpengaruh dan untuk segera ditangani.
Analisis ini diharapkan dapat menghasilkan pendekatan dan strategi untuk melancarkan
pelaksanaan penyusunan RZWP-3-K.
2.2.2.1.2 Sosialisasi
Sosialisasi perlu dilakukan sebelum dilakukan penyusunan RZWP3K. Sosialisasi
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk di dalamnya terkait kebijakan dan program
terkait penyusunan RZWP-3-K, menumbuhkan rasa kepemilikan dari para pemangku
kepentingan terhadap rencana yang berlangsung di daerahnya. Sosialisasi perlu dilakukan
untuk meminimalisir konflik di kemudian hari, oleh karena itu pada saat sosialisasi harus
melibatkan berbagai pihak terkait.
Sosialisasi penyusunan RZWP-3-K harus memiliki strategi komunikasi agar tercapai
tujuan secara efektif. Penentuan target, pesan utama yang akan disampaikan (key message),
media penyampaian (channeling) dan metode penyampaian harus disusun sedemikian rupa
agar masing-masing Stakeholders memahami perlunya RZWP-3-K. Identifikasi target
sosialisasi dapat diselaraskan dengan identifikasi Stakeholders sehingga dapat disinkronkan
satu sama lain.
2.2.2.1.3 Pelatihan/Bimbingan Teknis (BIMTEK)
Pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan anggota Kelompok Kerja
Perencanaan Tata Ruang pada lembaga yang mengkoordinasikan penataan ruang di
daerah/BKPRD (Tim Penyusun RZWP-3-K) dalam menyusun dokumen RZWP-3-K.
2.2.2.2 Penyususnan RZWP3K
Seluruh tahapan dalam proses penyusunan RZWP-3-K merupakan langkah yang mutlak
dilalui untuk mencapai dokumen final yang merupakan hasil perencanaan bersama. Proses
penyusunan RZWP-3-K, meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan Penyusunan RZWP-3-K
2. Penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K
3. Penetapan Ranperda RZWP-3-K
21
Gambar 2.2.2.2 - 1 Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
22
Gambar 2.2.2.2 - 2 Proses Penyusunan RZWP-3-K Provinsi melalui Pelibatan Masyarakat
Sumber : Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi
23
Jangka waktu yang dibutuhkan dalam proses penyusunan RZWP-3-K provinsi hingga
dokumen final selesai diupayakan seefektif mungkin, minimal selama 12 (duabelas) bulan /
24 (dua puluh empat) bulan dan jangka waktu maksimal adalah 5 (lima) tahun.
Tahap penyusunan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi aspek politik, sosial, budaya,
pertahanan, keamanan, keuangan/pembiayaan pembangunan daerah, ketersediaan data, dan
faktor lainnya di dalam wilayah provinsi bersangkutan, sehingga perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk setiap tahap penyusunan RZWP-3-K disesuaikan dengan situasi dan
kondisi kabupaten yang bersangkutan.
2.2.2.2.1 Persiapan Penyusunan RZWP3K
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan, meliputi:
1. Persiapan awal pelaksanaan, meliputi: penyusunan rencana kerja, Kerangka Acuan
Kerja (KAK)/Terms of Reference (TOR) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Rencana kerja adalah langkah-langkah yang dibuat untuk mencapai target yang
disertai dengan jadwal waktu pelaksanaan dan personil yang melaksanakan. Target
yang akan dicapai adalah tersusunnya Peraturan Daerah (PERDA) mengenai
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kerangka Acuan Kerja
(KAK) / Terms of Reference (TOR) adalah dokumen perencanaan yang memberikan
gambaran umum mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan. Contoh lengkap TOR
dan RAB sebagaimana dalam lampiran 8 dan 9.
2. Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
a. Penyiapan personil dalam tim kerja
b. Penyiapan administrasi
c. Studi literatur sebagai awal atau referensi untuk pelaksanaan kegiatan.
d. Penyusunan rencana kerja
- Jadwal pekerjaan
- Metode pengumpulan data/survei lapangan berdasarkan Peta RBI, LPI, Peta
Laut Dishidros TNI AL, dan Citra Satelit di wilayah perencanaan.
- Peta rencana lokasi sampling
3. Pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukannya penyusunan RZWP-3-K.
24
2.2.2.2.2 Penyususnan Dokumen Final RZWP3K
Secara umum, tahapan dalam proses penyusunan Dokumen Final RZWP-3-K adalah
sebagai berikut (Draft Revisi permen KP 16 Tahun 2008):
1. pengumpulan data;
2. survei lapangan;
3. pengolahan dan analisis data
4. deskripsi potensi dan kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau - pulau kecil;
5. penyusunan dokumen awal;
6. konsultasi publik;
7. penentuan usulan alokasi ruang;
8. penyusunan dokumen antara;
9. konsultasi publik;
10. penyusunan dokumen final; dan
11. permintaan tanggapan dan/atau saran.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang tersedia
berupa spasial dan non spasial. Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua)
dataset dasar (terrestrial dan batrimetri) dan 10 (sepuluh) dataset tematik (geologi dan
geomorfologi laut, oseanografi, Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan (jenis dan
kelimpahan ikan), penggunaan lahan dan status lahan, Data Pemanfaatan Wilayah Laut
Eksisting, Sumberdaya Air, Infrastruktur, Demografi, Ekonomi Wilayah dan resiko
bencana dan pencemaran). Data dan informasi tersebut diatas dapat diperoleh dari
lembaga atau institusi terkait dalam bentuk laporan, buku, diagram, peta, foto, dan media
penyimpanan lainnya.
Data dasar dan tematik untuk pemetaan rencana zonasi WP-3-K provinsi memiliki
skala, ketelitian dan kedetilan informasi, yaitu: skala minimal 1:250.000
25
Ketersediaan data harus memenuhi persyaratan secara kualitas maupun
kuantitas,yaitu:
a. Kualitas
1. skala;
2. akurasi geometri;
3. kedetailan data;
4. kedalaman data;
5. kemutakhiran data;
6. sumber data.
b. Kuantitas
secara kuantitas memenuhi ketentuan kelengkapan jenis data (12 dataset).
Apabila ketersediaan data belum memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas di atas
maka perlu dilakukan survei lapangan.
Dalam penyusunan rencana zonasi WP-3-K, dibutuhkan data dasar dan tematik
dengan skala, ketelitian data dan kedetilan informasi yang berbeda. Jenis data yang
digunakan dalam penyusunan rencana zonasi dibedakan untuk kabupaten/kota, yang
terdiri atas :
1. Peta Dasar dan Citra Satelit
2. Data Spasial Dasar
3. Data Spasial dan Non Spasial Tematik
Jenis, fungsi, dan manfaat data yang diperlukan dapat mengacu pada Pedoman Teknis
Penyusunan Peta RZWP-3-K. Untuk alokasi ruang yang memerlukan kegiatan reklamasi
diperlukan data tambahan berupa data geoteknik.
2. Survei Lapangan
Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka melengkapi data yang belum sesuai
kebutuhan. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan
data primer bertujuan untuk:
Melakukan verifikasi terhadap data sekunder yang sudah terkumpul sebelumnya o
Melakukan pengumpulan data primer yang belum tersedia. Data primer yang
dikumpulkan, antara lain
26
1. Data Terestrial
a. Tanah
b. Topografi
c. kemiringan lereng
2. Data Bathimetri
3. Data Geologi dan Geomorfologi Laut (substrat dasar laut)
4. Data Oseanografi (arus, pasang surut, gelombang, kualitas air, biologi perairan)
5. Data Ekosistem Pesisir dan Sumberdaya Ikan
a. Data ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove, lamun)
b. Data jenis dan kelimpahan ikan
6. Data Penggunaan Lahan dan Status Lahan (kepemilikan lahan)
7. Data Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting (misalnya : perikanan budidaya,
perikanan tangkap, pariwisata, pertambangan, pelabuhan, alur pelayaran, alur
biota, kawasan konservasi)
8. Data Sumberdaya Air
9. Data Infrastruktu
10. Data Demografi dan Sosial
a. Jumlah penduduk
b. Jumlah tenaga kerja
c. Kepadatan penduduk
d. Proyeksi pertumbuhan penduduk
e. Mata pencaharian penduduk
f. Jumlah nelayan dan dan pembudidaya ikan
g. wilayah masyarakat hukum adat
h. wilayah penangkapan ikan secara tradisional
i. kondisi dan karakteristik masyarakat setempat termasuk tempat suci dan
kegiatan peribadatannya
j. aktifitas/ritual keagamaan dan situs cagar budaya.
11. Data Ekonomi Wilayah
a. PDRB
b. Pendapatan per kapita
27
c. Angkatan kerja dan tingkat pengangguran
d. Laju pertumbuhan ekonomi sektoral dan kabupaten
e. Komoditi unggulan
f. Kegiatan perekonomian perikanan dan kelautan
g. Produksi perikanan
12. Data Resiko Bencana dan Pencemaran
a. Jenis, lokasi, batas riwayat kebencanaan, tingkat kerusakan dan kerugian
bencana
b. Sumber dan lokasi pencemaran
Teknik untuk melakukan survei di lapangan yang antara lain meliputi:
Observasi
Pengambilan sampel
Pengukuran
Wawancara
Penyebaran kuesioner
Focus Group Discussion (FGD)
FGD bertujuan untuk menjaring aspirasi dan masukan dari masyarakat dan para
pemangku kepentingan lain, terkait dengan permasalahan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil. FGD ini melibatkan instansi pemerintah terkait, unsur
perwakilan masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat (tokoh adat), kelompok-kelompok
masyarakat yang bergerak di wilayah pesisir dan laut dan LSM. Metode survei tiap data
akan dibahas lebih lanjut pada Pedoman Teknis Penyusunan Peta RZWP-3-K.
3. Pengolahan Dan Analisis Data
Penyusunan peta rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di tingkat
Provinsi membutuhkan data dasar dan tematik pendukung dalam proses penyusunannya.
Data/peta dasar yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi tematik yang
disusun dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) dataset dasar, terdiri dari data terestrial
dan bathimetri. Data/peta dasar tersebut secara umum telah disediakan oleh instansi
terkait, namun apabila tidak tersedia maka perlu dilakukan pemetaan dan analisis sesuai
dengan kebutuhan perencanaan yang dilakukan.
28
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan peta-peta
tematik. Pengolahan data dilakukan untuk memperoleh data yang siap digunakan untuk
analisis. Pengolahan data meliputi:
1. Konversi data non spasial ke format spasial
2. Standarisasi format dan kelengkapan data
3. Perbaikan data
Analisis data dilakukan untuk memperoleh informasi sesuai dengan tema yang
dibutuhkan. Aktivitas yang dilakukan adalah:
1. Interpolasi spasial/pemodelan ruang untuk menghasilkan keseragaman data
melalui pendekatan nilai yang sama.
2. Pemodelan matematis
3. Simbolisasi dan penyajian hasil analisis menjadi peta-peta tematik
Data tematik yang dibutuhkan dalam penyusunan peta rencana zonasi terdiri dari 10
(sepuluh) dataset peta, meliputi geologi dan geomorfologi; oseanografi; penggunaan
lahan, status lahan dan rencana tata ruang wilayah; pemanfaatan wilayah laut;
sumberdaya air; ekosistem wilayah pesisir dan sumberdaya ikan; infrastruktur; demografi
dan sosial; ekonomi wilayah; dan kerawanan dan risiko bencana. Fungsi data/peta
tematik tersebut adalah sebagai dasar penyusunan peta paket sumberdaya dan kesesuaian
lahan/perairan.
Pengolahan dan analisis peta tematik dilakukan sesuai dengan hirarki perencanaan,
baik provinsi, kabupaten maupun kota. Beberapa komponen yang harus diperhatikan
antara lain input data, proses pengolahan data dan output peta tematik yang dihasilkan.
Input data untuk penyusunan peta tematik provinsi, kabupaten dan kota berbeda,
demikian pula proses pengolahan yang dilakukan dan kerincian informasi tematik pada
output peta.
4. Deskripsi Potensi Dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dan Pulau -
Pulau Kecil
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data serta disajikan dalam bentuk peta
tematik selanjutnya dilakukan pendeskripsian terhadap peta-peta tematik yang telah
disusun.
29
a. Deskripsi potensi sumberdaya Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Deskripsi potensi sumberdaya dilakukan untuk mengetahui potensi sumberdaya saat
ini (eksisting) berdasarkan peta tematik yang telah disusun. Potensi sumberdaya yang
dapat dideskripsikan antara lain potensi sebaran ikan, potensi ekosistem pesisir,
potensi pariwisata, potensi pertambangan, dll.
b. Deskripsi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Deskripsi ini meliputi deskripsi terhadap potensi kegiatan-kegiatan pemanfaatan
sumberdaya di masa lalu dan saat ini (eksisting) yang terdiri dari rona-rona dan
fasilitas yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam (penangkapan ikan,
budidaya perairan, pertanian, penambangan, kehutanan, wisata, habitat cagar alam
laut, kapabilitas sumberdaya), pelabuhan, lokasi-lokasi industri, lokasi-lokasi
pemukiman dan perkotaan, serta fasilitas wisata.
5. Penyusunan Dokumen Awal;
30
Selanjutnya Dokumen awal RZWP-3-K wajib dilakukan konsultasi publik untuk
memverifikasi data dan informasi, dan untuk mendapatkan masukan, tanggapan atau
saran. Konsultasi publik adalah suatu proses penggalian dan dialog masukan, tanggapan
dan sanggahan antara pemerintah daerah dengan pemerintah, dan pemangku kepentingan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilaksanakan antara lain melalui rapat,
musyawarah/rembug desa, dan lokakarya. Tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi
publik I (pertama).
7. Penentuan Usulan Alokasi Ruang
Setelah dokumen awal diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran pada
saat konsultasi publik I, maka dilanjutkan dengan kegiatan penentuan usulan alokasi
ruang. Peta-peta tematik yang telah disepakati pada saat Konsultasi Publik I (pertama)
dan tersusun dalam Dokumen Awal, selanjutnya dianalisis melalui dua metode, yaitu : a)
penyusunan Paket Sumberdaya terhadap kriteria kawasan; dan/atau b) kesesuaian lahan
(perairan pesisir dan/atau daratan pulau kecil) terhadap kawasan, zona. Hasil analisis ini
berupa usulan alokasi ruang. Untuk mempertajam usulan alokasi ruang maka dilakukan
analisis non spasial.
a. Penyusunan Paket Sumberdaya Paket atau satuan sumberdaya merupakan
informasi mengenai kondisi sumberdaya yang ada di area tertentu di dalam satu
unit perencanaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Unit perencanaan
merupakan kawasan tertentu yang ada di suatu wilayah perencanaan (Provinsi
atau Kabupaten/kota). Batas spasial unit perencanaan merupakan kombinasi dari
kondisi topografi, oseanografi, ekologi, pemanfaatan/penggunaan lahan/perairan
saat ini (eksisting). Di dalam setiap unit perencanaan terdapat paket-paket
sumberdaya yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan
karakteristik biofisik dan lingkungannya. Berbagai kegiatan pemanfaatan umum
yang dapat dikembangkan diantaranya perikanan tangkap, budidaya perairan,
wisata bahari, permukiman, rekreasi, industri, pertambangan, hutan dan
sebagainya. Secara umum, peta paket sumberdaya secara spasial merupakan
kombinasi dari 2 (dua) dataset dasar (baseline dataset) dan 10 (sepuluh) dataset
tematik (thematic dataset) yang diperoleh melalui tumpangsusun (overlay) peta
31
tematik. Berdasarkan Peta Paket Sumberdaya hasil proses matching, kemudian
dilakukan pendeskripsian nilai-nilai sumberdaya yang ada di setiap unit pemetaan
sumberdaya yang ada. Secara teknis, proses penyusunan Paket Sumberdaya dan
identifikasi nilai-nilai sumberdaya mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan
Peta RZWP-3-K.
b. Analisis Kesesuaian Lahan (Perairan Pesisir dan/atau Daratan Pulau Kecil)
Terhadap Kawasan, Zona Analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap wilayah
perairan pesisir dan/atau daratan pulau kecil. Analisis kesesuaian lahan dilakukan
dengan cara mendeliniasi masing-masing parameter peta-peta tematik
berdasarkan kriteria kesesuaian zona/subzona tertentu. Hasil deliniasi masing-
masing parameter peta-peta tematik tersebut diatas dilakukan overlay/tumpang
susun. Proses ini dilakukan dengan cara yang sama terhadap parameter peta-peta
tematik tertentu berdasarkan kriteria kawasan/zona lainnya. Hasil dari proses
overlay tersebut diatas adalah peta-peta kesesuaian untuk masing-masing
kawasan/zona dengan kategori kesesuaiannya (sesuai (S1), kurang sesuai (S2),
dan tidak sesuai (N)). Masing-masing peta-peta kesesuaian kawasan/zona
tersebut kemudian dioverlay sehingga menghasilkan peta multikesesuaian untuk
kawasan/zona. Berdasarkan peta multikesesuaian dilakukan penilaian kesesuaian
akhir untuk kawasan/zona, sehingga dihasilkan usulan alokasi ruang dalam bentuk
peta Alokasi Ruang. Apabila dalam satu lokasi memiliki beberapa kategori
kesesuaian yang sama maka perlu dilakukan analisis non spasial.
8. Penyusunan Dokumen Antara
32
3. Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan
Pemanfaatan
4. Rencana Alokasi Ruang yang berisi Peta RZWP-3-K
5. Peraturan Pemanfaatan Ruang
6. Indikasi Program RZWP-3-K
7. Album Peta Tematik dan Peta RZWP-3-K
9. Konsultasi Publik II
Konsultasi publik pada tahap ini merupakan pelaksanaan konsultasi publik II (kedua)
yang dilakukan untuk memverifikasi draft rencana zonasi, arahan pemanfaatan dan
memeriksa konsistensi draft RZWP-3-K dengan RTRW dan aturan-aturan lainnya,
sehingga draft rencana alokasi ruang dapat disepakati oleh semua pemangku kepentingan
daerah. Sasaran yang ingin dicapai adalah perbaikan dan penyempurnaan dari draft
dokumen antara dan memfasilitasi aspirasi dari seluruh Stakeholder terkait, serta
penetapan alokasi ruang ke dalam kawasan/zona dalam dokumen final yang akan
disusun.
10. Penyusunan Dokumen Final
Setelah Dokumen Antara diperbaiki sesuai dengan masukan, tanggapan, atau saran
pada saat konsultasi publik II, selanjutnya Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, Deskripsi Kawasan/Zona, Peraturan Pemanfaatan Ruang, dan Indikasi
Program dibahasahukumkan menjadi draft rancangan perda RZWP-3-K.
Dokumen Final merupakan perbaikan Dokumen Antara yang telah
dikonsultasipublikkan. Sistematika dokumen final RZWP-3-K, sekurang-kurangnya
terdiri atas:
1. Pendahuluan yang memuat Dasar Hukum Penyusunan RZWP3K, Profil Wilayah,
Isu-isu Strategis Wilayah, Peta-peta yang minimal mencakup peta orientasi wilayah
2. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi;
3. Deskripsi Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan Kegiatan
Pemanfaatan
33
4. Rencana Alokasi Ruang;
5. Peraturan Pemanfaatan Ruang;
6. Indikasi program;
7. Album Peta Tematik dan Album Peta RZWP-3-K; dan
8. Draft Rancangan Perda RZWP-3-K.
Setelah Dokumen Final RZWP-3-K diperbaiki berdasarkan tanggapan dan/atau saran
oleh Menteri selanjutnya dilakukan pembahasan Ranperda di daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
34
BAB III
REVIEW RZWP3K
3.1 Review Ketentuan Teknis Muatan RZWP3K
3.1.1 Review Pendahuluan
3.1.1.1 Latar Belakang
Bagian latar belakang RZWP3K Jawa Timur ini menjelaskan mengenai keberagaman
potensi sumberdaya alam dan sumber daya hayati yang terpampang di sepanjang pantai
provinsi Jawa Timur, dijelaskan juga mengenai kondisi dari keanekaragaman sumberdaya
yang ada di sana. Dibuktikan di sepanjang Provinsi Jawa Timur dapat dijumpai beragam
SDA mulai dari hutan mangrove, terumbu karangdan lain sebagainya. Untuk kondisi
tututpan lahan cukup baik, namun Lamun di Laut Jawa Selat bali kondisinya kurang baik.
Selain itu terdapat potensi sumber daya hayati lain seperti cemara udang dengan kondisi
yang baik dan juga terdapat ikan pelagis. Selain menjelaskan potensi sumberdaya alam
hayati disisi lain sumber daya non hayatinya juga memiliki potensi untuk berkembang di
Perairan Provinsi Jaw Timur. Selain itu pada bagian latar belakang juga membahas terkait
UU tentang Pengelolaan Wilayah Peisir dan Pulau-pulau kecil dan bagaimana kewenangan
pengelolaan laut.
3.1.1.2 Maksud, Tujuan, Sasaran
Pada RZWP3K Provinsi Jawa Timur, sub bab Maksud, Tujuan dan Sasaran membahas
mengenai ketiga hal tersebut. Tujuan dari sub bab ini adalah untuk menyusun dokumen
Provinsi Jatwa Timur. Selain tujuan, dipaparkan juga mengenai sasaran-sasaran dari tiap
kegiatan penyususnan dokumen RZWP3K Provinsi Jawa Timur ini. Beberapa sasaran
tersebut diantara lain melakukan identifikasi potensi sumberdaya hayati, non hayati, buatan
dan jasa lingkungan, mengidentifikasi kondisi sosial, mengidentifikasi isu-isu strategis
Kawasan, menyusun peta sesuai kebutuhan, memformulasikan tujuan,kebijakan dan strategi
pengolaan,menyusun rencana alokasi ruang, menyusun arah pemanfaatan di masing-masing
zona/kawsan, menyusun peraturan pemanfaatan kawasan ruang, memformulasikan indikasi
program dan menyusun rencana pola interaksi regional, nasional dan internasional untuk
mendukung kegiatan investasi yang akan dikembangkan di kawasan.
35
3.1.1.3 Ruang Lingkup
Pada bagian ruang lingkup pembahasannya dibagi menjadi 2, yaitu ruanglingkup wilayah
dan ruang lingkup kegiatan.Dimana pada bagian ruang lingkup wilayah membahas profile
Provinsi Jawa Timur mulai dari batas wilayah dan jumlah kabupatem. Sedangkan untuk
Ruang Lingkup Kegiatan dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap identifikasi
kelengkapan data, survei lapangan, pengelolaan dan analisis data non spaasial, penentuan
alokasi ruang, penyususnan peraturan pemanfatan ruang, dan yang terakhir indikasi program
3.1.1.4 Dasar Hukum
Dasar Hukum menjelaskan landasan yang menjadi sebuah dasar dalam pertimbangan
kegiatan penyususnan RZWP3K Provinsi Jawa Timur diantaranya yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/Jawa Barat dan Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang pembentukan Propinsi Djawa
Timur (Himpunan Peraturan-peraturan Negara Tahun 1950), sebagaimana telah
diubah dengan Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan
Dalam Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-Peraturan
Negara Tahun 1950);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3647);
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
36
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);
8. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4169);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073);
11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
12. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
13. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
14. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
15. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5490);
16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746);
37
17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
18. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4925);
19. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
20. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
22. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
23. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5214);
24. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
25. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
26. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
27. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
28. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
38
Indonesia Nomor 5870);
29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3816);
30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar
Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4211) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2002 tentang tentang
Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4854);
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang
Konservasi Sumberdaya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4779);
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4828);
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 8,
39
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5093);
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang
Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5154);
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk
dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaga Negara Nomor 5160);
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Kepelabuhanan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 119), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5161);
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5217);
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang
Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5393);
45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014 tentang
Wilayah Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5574);
46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 142 Tahun 2015 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
365, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806);
47. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2012 tentang
Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
48. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
40
49. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional;
50. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan;
51. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil;
52. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.20/MEN/2008 tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Perairan di
Sekitarnya;
53. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 17/MEN-
KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 28/MEN-KP/2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 17/MEN-KP/2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
54. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia;
55. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
40/PERMEN-KP/2014 tentang Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
56. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil;
57. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
71/PERMEN-KP/2016 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat
Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
59. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan;
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
61. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2016 tentang Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
62. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 37 Tahun 2013
tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertambangan;
41
63. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2005 tentang Usaha
Perikanan dan Usaha Kelautan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 3 Seri C);
64. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1 Seri
E);
65. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 15).
66. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2012 (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 4 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 16);
67. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 97 Tahun 2011 tentang Rencana Strategis
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2011-2030; dan
68. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 80 Tahun 2014 tentang Pemanfaatan Ruang
pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa Timur (Berita
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Nomor 80 Seri E).
3.1.1.5 Profl Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Timur
3.1.1.5.1 Letak Geografis dan Administratif
Profil Wilayah Pesisir Provinsi Jawa Timur menjelaskan letak geografis dan adminisratif
provinsi Jawa Timur secara lebih rinci dan disertai dengan gambar peta, dengan
menyebutkan seluruh kabupaten/dan kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten
Bangkalan sendiri memiliki 10 Kecamatan dengan luas total 54,237 hektar.
Tabel
3.1.1.5.1 - 1
Kabupaten Bangkalan a Kecamatan Kamal 4.140
Daftar
b Kecamatan Labang 3.523
Kecamata
c Kecamatan Kwanyar 4.781
dan Luas
Kecamatan d Kecamatan Modung 7.879
di e Kecamatan Socah 5.382
Kabupaten f Kecamatan Bangkalan 3.502
Bangkalan g Kecamatan Arosbaya 4.246
h Kecamatan Tanjung Bumi 6.749
i Kecamatan Sepulu 7.325
j Kecamatan Klampis 6.710
Total Luas 54.237
42
Sumber : RZWP3K Provinsi Jawa Timur
Selain itu dijelaskan juga mengenai Panjang garis pantai yang ada di Provinsi Jawa
Timur secara rinci dan detail, untuk Kabupaten Bangkalan memiliki Panjang garis pantai
sebesar 137,63 km .
3.1.1.5.2 Kondisi Fisik Darat (Terrestrial)
Lalu dipaparkan juga mengenai kondisi fisik darat pada wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Provinsi Jawa Timur akan mencakup topografi, geologi, jenis dan kedalaman efektif
tanah, hidrologi, dan klimatologi yang juga disertai dengan peta.
a. Topografi
Kabupaten Bangkalan sendiri merupakan wilayah dengan kondisi topografi yang terletak
di pesisir pantai rata-rata berada pada ketinggian antara 2 hingga 45 mdpl dengan rata-rata
tingkat kelerengan 0-15%.
b. Geologi
Jenis dan Kedalaman Efektif Tanah
Jenis tanah yang mendominasi wilayah pesisir Bangkalan adalah mediteran dan
alluvial dengan tingkat kedalaman efektif tanah rata-rata >90 cm.
Hidrologi
Selain dipengaruhi oleh keberadaan sungai, hidrologi di pesisir Bangkalan juga
dipengaruhi oleh beberapa sumber air.
Klimatologi
Curah hujan rata-rata sebesar 16mm/bulan dengan curah hujan tertinggi di
Kecamatan Sepulu.
c. Karakteristik Perairan
Tipe Pantai
43
Tipe pantai di daerah Selat Madura adalah pantai berlumpur, pantai berpasir, dan
pasir berkarang (khusunya pada wilayah Kepulauan di Kabupaten Sumenep dan
Bangkalan).
Bathimetri
Perairan Kabupaten Bangkalan hingga 4 mil dari garis pantai memiliki kedalaman
antara 2 hingga 30 meter. Pada wilayah laut terluar hingga 12 mil dari garis pantai
memiliki kedalaman hingga 50 meter. Pada perairan Selat Madura yang diapit oleh
Kecamatan Gresik, Kota Surabaya, dan Kabupaten Bangkalan memiliki kedalaman
yang berkisar antara 2-20 meter.
Arus Pasang Surut
Angin dan Gelombang
Suhu Permukaan Laut
Kisaran suhu permukaan laut perairan Bangkalan sebesar 28,750C hingga 31,750C
dengan suhu minimun terjadi di bulan Agustus dan suhu maksimum terjadi di bulan
Desember.
pH
Nilai pH yang diperoleh pada perairan Kabupaten Bangkalan menunjukkan pH netral
yakni berkisar 7-8.
Salinitas
Nilai salinitas di perairan Bangkalan berkisar antara 26‰ (pro mil) sampai dengan
30‰ (pro mil).
Klorofil
Sebaran klorofil-a di perairan Bangkalan berada pada klasifikasi cukup tinggi pada
bulan Agustus yaitu mencapai 14,5 mg/m3
Kecerahan
Kondisi kecerahan perairan di Kabupaten Bangkalan sebesar 1-4 meter.
Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO)
Kandungan oksigen terlarut di perairan Kabupaten Bangkalansebesar 10 mg/liter
Substrat Dasar Laut
44
Substrat dasar laut di perairan bagian utara Kabupaten Bangkalan didominasi jenis
koral pada sepanjang garis pantai, pasir lanauan, dan lumpur. Pada perairan bagian
barat Kabupaten Bangkalan didominasi oleh substrat dengan jenis pasir dan pasir
lanauan. Sedangkan substrat dasar laut pada perairan bagian selatan Kabupaten
Bangkalan (Selat Madura) didominasi oleh jenis pasir lanauan, lumpur, hingga
lumpur pasiran.
Deposit Pasir Laut
Tidak memiliki deposit dalam laut
45
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Luas
No Nama Kabupaten/Kota
(Km2) 2011 2012 2013 2014 2015
d Kecamatan Modung 78,79 823 823 576 564 570
e Kecamatan Socah 53,82 1.396 1.396 1.017 1.017 1.145
f Kecamatan Bangkalan 35,02 2.690 2.690 2.258 2.353 2.113
g Kecamatan Arosbaya 42,46 1.397 1.397 979 984 1.052
h Kecamatan Tanjung Bumi 67,49 983 983 746 759 775
i Kecamatan Sepulu 73,25 809 809 548 544 649
j Kecamatan Klampis 67,1 1.109 1.109 745 741 678
Total
Ketenagakerjaan
Tabel 3.1.1.5.4 - 1 Daftar UMK (Upah Minimum Kota) di Jawa Timur Tahun 2016
Berdasarkan Kabupaten/Kota
46
NO KABUPATEN/KOTA UMK (Rp.)
20 Kabupaten Trenggalek 1.283.000
21 Kabupaten Pacitan 1.283.000
22 Kabupaten Lamongan 1.573.000
Sumber: disnakertransduk.jatimprov.go.id.2016
Karakteristik perekonomian
47
menyebabkan kapal tenggelam. Kebanyakan angin badai disertai dengan hujan deras
yang dapat menimbulkan bencana lainya seperti tanah longsor dan banjir.
Gelombang Pasang/Badai
Pengertian gelombang laut (ideal) adalah pergerakan naik turunnya muka air laut
yang membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal. Pengertian
gelombang yang dijelaskan di atas merupakan gelombang periode singkat (wave of
short period), yang biasanya dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
Selain tipe gelombang diatas, terdapat juga gelombang periode panjang (wave of long
period) yang mempunyai periode lebih lama dari gelombang yang disebabkan oleh
angin. Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan
membentuk variasi muka air laut dengan periode yang panjang. Yang termasuk dalam
kategori gelombang periode panjang, antara lain: gelombang pasang surut
(astronomical tide/tidal wave), gelombang tsunami, dan gelombang badai (storm
wave).
Gelombang pasang surut (pasut) adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik
menarik antara bumi dengan planet-planet lain terutama dengan bulan dan matahari.
Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam. Gelombang pasut
juga mudah diprediksi dan diukur, baik besar dan waktu terjadinya. Sedangkan
gelombang tsunami dan gelombang badai tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.
Angin dengan kecepatan besar (badai, storm) yang terjadi di atas permukaan laut bisa
membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai. Apalagi jika
badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas.
Gelombang pasang/badai (high tide) terjadi dalam periode yang cukup lama
(beberapa menit bahkan hingga beberapa jam) dengan ketinggian gelombang yang
bervariasi. Selama proses tersebut, dapat merusak/menghancurkan kehidupan dan
bangunan di daerah pantai. Gelombang ini dapat meneggelamkan kapal-kapal,
merobohkan bangunan-bangunan, jembatan, merusak jalan raya, memutuskan
jaringan listrik, jaringan telepon dan infrastruktur lainnya terutama yang berdekatan
dengan pantai. Gelombang badai (storm surge) dapat memutar air dan menimbulkan
gelombang yang tinggi sehingga mengganggu pelayaran dan berpotensi
menenggelamkan kapal. Tahap punah siklon tropis terjadi pada saat mencapai lautan
48
yang dingin atau memasuki daratan karena sumber energi panas laten mengecil,
melemah akhirnya mati.
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar
lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Kekuatan
gempa bumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif kecil sehingga
kita akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat tumbukan antar lempeng
bumi dan patahan aktif. Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang
menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Penyebab gempa adalah
Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
Aktivitas sesar dipermukaan bumi
Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadinya runtuhan tanah
Aktivitas gunungapi
Ledakan Nuklir
Energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian bumi. Di permukaan bumi,
getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan
sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa ini juga dapat memicu
terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan dan kerusakan tanah lainnya yang
merusakkan permukiman disekitarnya.
Di wilayah pesisir Jawa Timur yang berpotensi terjadi nya gempa bumi berada di
wilayah selatan akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif. Selain itu
dengan gelombang dan tekanan tinggi di pantai selatan mengakibatkan potensi adanya
gelombang tsunami yang membahayakan keselamatan manusia.
Tsunami
Tsunami secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar. Tsunami dapat
diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh
gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa
gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran. Ada beberapa penyebab
terjadinya tsunami:
49
Gempabumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan masa tanah/batuan yang
sangat besar di bawah air (laut/danau).
Tanah longsor di bawah tubuh air/laut.
Letusan gunungapi di bawah laut dan gunungapi pulau.
Begitu pula dengan potensi tsunami, kawasan yang memiliki potensi besar untuk
terjadinya Tsunami berada di kawasan bagian selatan karena berkaitan juga dengan
potensi gempa di wilayah tersebut.
Secara garis besar, risiko bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Provinsi Jawa Timur adalah risiko bencana tsunami dan resiko bencana gelombang
pasang. Untuk bencana gelombang pasang rentan terjadi pada hampir seluruh wilayah
pesisir Jawa Timur, adapun untuk bencana tsunami hanya rentan terjadi di perairan
Selatan Jawa Timur.
3.1.1.5.7 Pemanfaatan Ruang Laut Eksisting
Ruang laut di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Jawa Timur
dimanfaatkan sebagai area jalur pelayaran (baik lintas antar kabupaten/kota, antar
provinsi, dan lintas dalam kabupaten/kota), area pipa dan kabel bawah laut, kawasan
konservasi perairan (baik kawasan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun), area
penambangan pasir laut dan migas, area pelabuhan yang meliputi DLKr/DLKp dan
WKOPP, daerah militer (berupa daerah latihan, daerah terlarang, serta daerah ranjau),
area perikanan budidaya berupa bagan laut dan keramba jaring apung, area penangkapan
ikan, area pariwisata pesisir, serta bangunan penunjang seperti menara dan rambu suar.
3.1.1.5.8 Sistematika Penyajian Laporan
Adapun sistematika penyajian Dokumen Final RZWP-3-K Provinsi Jawa Timur
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
perencanaan, dasar hukum, dan profil wilayah.
BAB II DESKRIPSI POTENSI
Bab ini menijelaskan potensi-potensi sumberdaya di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil Provinsi Jawa Timur serta jenis-jenis kegiatan pemanfaatan pesisir
dan kelautan.
BAB III ISU STRATEGIS
50
Bab ini memuat gambaran aspek-aspek isu strategis terkait pengelolaan pesisir
dan pulau kecil secara umum pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Provinsi Jawa Timur
BAB IV TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGELOLAAN P3K
Bab ini memuat tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Provinsi Jawa Timur.
BAB V RENCANA ALOKASI RUANG
Bab ini memuat rencana alokasi ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil Provinsi Jawa Timur yang mencakup rencana kawasan pemanfaatan
umum, rencana kawasan konservasi, rencana kawasan strategis, dan rencana
alur laut.
BAB VI PERATURAN PEMANFAATAN RUANG
Bab ini memuat aturan pemanfaatan ruang di Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur dimana didalamnya terdapat keterangan kegiatan/aktivitas
apa yang diperbolehkan, diperbolehkan setelah memperoleh ijin, dan yang
tidak diperbolehkan untuk dikembangkan di alokasi ruang yang ditentukan.
BAB VII INDIKASI PROGRAM
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai tabel indikasi program utama jangka
panjang yang dirinci pada program jangka menengah 5 (lima) tahunan yang
mencakup indikasi program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan,
perkiraan pembiayaan, sumber dana, kelembagaan, dan instansi pelaksana.
3.1.2 Review Deskripsi Potensi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
3.1.2.1 Deskripsi Potensi Sumber Daya Pesisir Dan Pulaupulau Kecil
3.1.2.1.1 Sumber Daya Hayati
a. Mangrove
Di pesisir Jawa Timur, mangrove tumbuh di pantai bersubstrat lumpur. Luas
hutan mangrove pesisir Jawa Timur kurang lebih 19.765 Hektar, tumbuh di kawasan
pesisir dan rentan terhadap kerusakan. Dengan kondisi kerusakan yang makin parah tanpa
upaya rehabilitasi, akan mempengaruhi produktivitas perikanan serta menganggu fungsi-
fungsi ekologisnya. Rehabilitasi hutan mangrove di Jawa Timur telah dilaksanakan di 14
Kabupaten/Kota, selain melaksanakan program rehabilitasi maka dilaksanakan
pengembangan model wanamina (silvofishery) yang saat ini tengah berjalan dan
didasarkan pada pemanfaatan suatu kawasan hutan mangrove, khususnya kawasan
rehabilitasi, dengan perbandingan 20% untuk kolam dan 80% untuk mangrove.
Kawasan mangrove memanjang di pesisir utara Jawa Timur di membentuk suatu
jalur sabuk hijau, namun tersebar (patchy) di beberapa lokasi tertentu salah satunya yaitu
Kabupaten Bangkalan. Kabupaten Bangkalan sendiri memiliki mangrove dengan tingkat
51
erapatan yang rapat seluas 965,27 Ha. Serta jenis-jenis mangrove yang ada di Kabupaten
Bangkalan adalah Bakau/Tinjang (Rhizophora mucronata), Bogem Sonneratia
caseolaris, S. alba serta api-api Avicennia spp., Bakau kurap (Rhizophora stylosa), Bakau
minyak (R. apiculata), Tinjang Bruguiera spp, Lumnitzera racemosa (teruntum), Ceriops
spp (tengar), Nyere (Xylocarpus spp), Jeruju (Acanthus ilicifolius) serta kelompok
mangrove asosiasi seperti Waru laut (Thespesia populnea). Untuk area sempadan sungai,
penyusun utama zona mangrove payau adalah nipah (Nypa fruticans), Kayu wuta
(Excoecaria agallocha) serta Nyiri (Xylocarpus granatum) dan Gedangan (Aegiceras
corniculatum dan A. floridum)
b. Terumbu Karang (coral Reef)
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki terumbu karang.
c. Padang Lamun (Sea Grass)
Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan
dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa
Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada
perairan laut dangkal (kurang dari 3 meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari
perairan (selalu tergenang). Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara
ekosistem mangrove dan terumbu karang. Padang lamun merupakan bagian dari beberapa
ekosistem dari wilayah pesisir dan lautan perlu dilestarikan, dimana dapat memberikan
kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan pada sektor lainya seperti pariwisata.
Kabupaten Bangkalan sendiri memiliki Padang Lamun di kawasan pesisir Kecamatan
Klampis, Sepulu dan Tanjung Bumi. Penutupan lamun di Kec. Sepulu diperkirakan hanya
berkisar antara 5-20% saja dengan jenis dominan adalah Enhalus acoroides dan Thalassia
hemprichii. Kerapatan total lamun mencapai 32-56 tegakan/m² untuk spesies Thalassia
hemprichii dan 15-30 tegakan/m² untuk spesies Enhalus acoroides.
d. Cemara Udang/Cemara Laut
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki Padang Lamun
e. Kelompok Ikan Pelagis dan Ikan Demersal
Kabupaten Bangkalan termasuk dalam Sselat Madura.
Area penangkapan ikan dipisahkan menjadi Paparan Madura dan Paparan Jawa,
melewati lokasi Karang Kokop dan Karang Congkeh. Sumberdaya ikan di Selat
52
Madura terdiri atas komunitas ikan pelagis kecil didominasi ikan layang (Decapterus
spp), ikan kembung (Restrelliger spp), selar (Selar spp), tembang (Sardinella
fimbriata), kurisi (Nemipterus spp), teri (Stelophorus spp); ikan pelagis besar meliputi
ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni), tongkol (Euthynnus spp.), dan layur
(Trichiurus spp).
Jenis armada dan alat tangkap dibedakan sebagai beikut.
- Jenis armada penangkapan ikan tradisional yang memiliki bobot ukuran perahu <
5 GT beroperasi di perairan Pasuruan dan Sidoarjo. Sedangkan armada lebih besar
beroperasi di daerah Probolinggo dengan alat tangkap berupa purse seine, payang,
dan cantrang di luar garis 4 mil.
- Daerah penangkapan utama dengan alat tangkap purse seine berada di perairan
Pulau Gili Ketapang, Srasah, Etong, Renggis, Aliman, Kremesan, Menilaan, dan
Karang Cino, pada kedalaman bervariasi antara 30 – 50 meter.
- Armada skala kecil di Pasuruan dan Sidoarjo berada di dalam wilayah garis 4 mil,
terdiri dari trammel net, jaring kepiting, bagan, payang jurung, payang alit, dan
payang oras. Jaring tengah di Karang Kokop dan Karang Congkeh wilayah
perairan antara 4 -12 mil.
Adapun untuk produksi perikanan pelagis dan demersal di Kabupaten Bangkalan
pada tahun 2015 untuk Ikan Pelagis Kecil sebesar 5.115,8 ton, Ikan Pelagis Besar
5.969,7 ton, Ikan Demersal 6.018,7 ton. Untuk total keseluruhannya adalah 17.104,2
ton.
f. Biota Lainnya
Adapun yang termasuk biota lainnya adalah ikan karang, binatang berkulit keras,
binatang lunak, teripang, penyu dan burung. Untuk produksi binatang berkulit keras pada
tahun 2015 sejumlah 6.010,9 ton, untuk binatang lunak 373,4 ton, dan teripang sejumlah
60,8 ton. Sehingga total keseluruhanya adalah 6.445,1 ton.
g. Ikan Budidaya
Tidak ada ikan budidaya di Kabupaten Bangkalan
3.1.2.1.2 Sumber Daya Non Hayati
a. Pasir Besi
Tidak memiliki potensi pasir besi
b. Mineral Energi (Minyak dan Ggas Bumi)
53
Jawa Timur menduduki posisi peringkat ke-3 (tiga) sebagai daerah penghasil
pertambangan migas setelah Riau dan Kalimantan Timur yang tersebar termasuk di
kabupaten/kota pesisir yaitu di Kabupaten Bangkalan (perairan Selat Madura), Kabupaten
Sidoarjo, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Tuban (Kepmen ESDM Nomor 4618
K/80/MEN/2015 tentang Penetapan Daerah Penghasil Minyak dan Gas Bumi). Di
wilayah Jawa Timur terdapat 39 blok migas, yang berstatus produksi sebanyak 13 (tiga
belas) Wilayah Kerja, status eksplorasi sebanyak 23 (dua puluh tiga) Wilayah Kerja dan
status development sebanyak 3 (tiga) Wilayah Kerja. Blok Migas di Jawa Timur terbagi
mejadi dua jenis didasarkan lokasi minyaknya yakni di wilayah Utara (off shore) atau di
lepas pantai laut Jawa, seperti di laut sekitar Pulau Bawean, Gresik dan pulau-pulau kecil
di wilayah Madura, Sedangkan yang di darat (on shore) berada di wilayah barat Jatim.
54
3.1.2.2 Deskripsi Kegiatan Pemanfaatan Pesisir Dan Kelautan
3.1.2.2.1 Pelabuhan
a. Perhubungan Laut yang Melayani Angkutan Laut
Kabupaten Bangkalan memiliki beberapa pelabuhan yaitu Pelabuhan Telaga Batu, Pelabuhan Sepulu, Pelabuhan
Kamal, Pelabuhan Nepa, Pelabuhan Poleng, Pelabuhan Ujung Piring.
Semua pelabuhan yang ada di Kabupaten Bangkalan memiliki hirarki pelabuhan pengumpan yang dibagi atas
pelabuhan pengumpan lokal dan regional, yang tergolong dalam pelabuhan pengumpan lokal adalah Pelabuhan Sepulu,
Pelabuhan Kamal, Ppelabuhan Nepa, pelabuhan Poleng, pelabuhan Ujung Piring sedangkan Pelabuhan Telaga Biru merupakan
Pelabuhan Pengumpan Regional. Pelabuhan pengumpan memiliki fungsi melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih
muatan angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan
pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan dalam provinsi. Skala pelayanan semua pelabuhan yang ada di Kabupaten Bangkalan adalah Pelayanan Lokal.
55
b. Pelabuhan Laut yang Melayani Angkutan Penyebrangan
Pelabuhan laut yang melayani angkutaan penyebrangan di Kabupaten Bangkalan merupakan pelabuhan kamal
merupakan hirarki kelas I yang berfungsi sebagai simpul jembatan bergerak (lintas penyeberangan) yang menghubungkan
jalan arteri primer, jalan tol, jalan kolektor primer 1, jalan strategis nasional dan antar negara serta diusahakan secara komersil
dan skala pelayanan pelabuhan antar kabupaten/kota.
Tabel 3.1.2.2.1 - 2 Pelabuhan Pelayaran di Kabupaten Bangkalan
RENCANA AREA (Ha)
NO. KABUPATEN/ KOTA NAMA PELABUHAN HIRARKI PELABUHAN SKALA PELAYANAN PELABUHAN
DLKr DLKp
PELABUHAN PENYEBERANGAN
1 Kabupaten Bangkalan Pel. Kamal KELAS I Pel. penyeberangan antar kabupaten/kota
56
c. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) & Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran dijelaskan bahwa Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan
dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk
kegiatan pelabuhan. Sedangkan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah
perairan di sekeliling daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan
untuk menjamin keselamatan pelayaran. DLKr meliputi wilayah daratan dan perairan,
sementara DLKp hanya meliputi wilayah perairan.
Pelabuhan yang ada di Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu pelabuhan
yang termasuk dalam Rencana Iinduk Pelabuhan Tanjung Perak Kota Surabaya
d. Terminal
Persebaran terminal khusus dan TUKS di Kabupaten Bangkalan masih
merupakan sebuah rencana, yaitu pelabuhan Socah dan pelabuhan Tanjung Bulu Pandan.
57
hingga Kraksaan Probolinggo. Pada bulan Juni dan Juli 2016, kondisi tidak jauh berbeda
dari kondisi bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus dan Sepetember 2016 peningkatan
potensi ikan bertambah signifikan pada perairan utara Lekok Pasuruan dan perairan timur
Jabon Sidoarjo. Pada Oktober potensi ikan kembali mengalami penurunan di seluruh
wilayah. Pada bulan November dan Desember 2016 potensi ikan masih tetap berkurang
hanya penambahan potensi di perairan utara Lekok Pasuruan dan perairan timur Jabor
Sidoarjo.
b. Daerah Penangkapan Ikan Demersal
Potensi ikan menyebar di sepanjang 1-3 mil perairan Kenjeran Surabaya
memanjang hingga ke perairan Jangkar Banyuwangi. Di Madura, daerah potensi banyak
ikan berada di daerah perairan Kwanyar Bangkalan, perairan selatan Pemekasan hingga
Sumenep. Kelimpahan cukup tinggi antara lain pada perairan Pulau Poteran dan Gili
Genteng pada wilayah Madura serta Paiton, Panarukan, dan Banyuputih di wilayah Jawa.
Kelimpahan tinggi berada pada Pulau Mandangin Sampang, Pragaan dan Saronggi
Sumenep pada wilayah Jawa serta di wilayah Jawa berada pada perairan Gunung Anyar
Rungkut Surabaya, Kraton Pasuruan, Nguling Probolinggo hingga Panarukan Situbondo
58
menyimpan migas dari lapangan (anjungan) Oyong, Sampang PSC. Anjungan lepas
pantai merupakan lapangan pengeboran minyak off-shore. Beberapa anjungan lepas
pantai di sekitar FSO Selat Madura yang teridentifikasi antara lain:
Anjungan Oyong dan Wortel (Sampang PSC)
Anjungan Oyong dan Wortel berada pada kedalaman 45 meter dari dasar laut di
sebelah selatan Kabupaten Pamekasan. Anjungan ini merupakan adalah kemilikan
bersama oleh Santos (sebagai operator), Singapore Petroleum Company, dan Cue
Energy. Produksi minyak lapangan Oyong dimulai dari pada tahun 2007, diikuti oleh
produksi gas pada Tahun 2009. Semua gas yang dihasilkan dari lapangan Oyong
disupplay ke PT Indonesia Power. Produksi gas lapangan Wortel dimulai pada
Februari 2012. Gas dari lapangan lepas pantai Oyong dan Wortel diangkut melalui
pipa sepanjang 60 kilometer ke fasilitas pengolahan gas onshore di Grati di Jawa
Timur untuk pembangkit listrik dalam negeri. Minyak dari lapangan Oyong
disalurkan ke FSO Surya Putra Jaya untuk penyimpanan dan ekspor.
Anjungan Maleo dan Peluang (Madura Offshore PSC)
Anjungan Maleo dan Peluang terletak pada kedalaman 57 meter dari dasar laut.
Anjungan ini merupakan adalah kemilikan bersama oleh Santos (sebagai operator),
PC Madura Ltd, dan PT Petrogas Pantai Madura. Produksi gas dari Maleo dimulai
pada bulan Oktober 2006 kemudian dijual ke PT Perusahaan Gas Negara. Produksi
gas dari Peluang dimulai pada bulan Maret 2014 dan gas dijual ke pengguna rumah
tangga di Jawa Timur. Gas dari lapangan Maleo dihasilkan dari Produser Maleo
Platform (MPP) didukung oleh enam sumur yang terhubung pipa jaringan gas
Surabaya dan Gresik.
c. Rambu Suar dan Menara Suar
Rambu suar dan menara suar adalah beberapa jenis alat bantu navigasi bagi kapal
laut. Rambu suar dan menara suar sangat penting artinya bagi pelayaran terutama di
malam hari untuk mengetahui daerah- daerah yang berbahaya maupun tidak bagi
pelayaran kapal laut. Berikut ini merupakan sebaran rambu suar dan menara suar di
wilayah pesisir Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Bangkalan memiliki rambu suar sejumlah 2 unit yang terletak di
pesisir utara Kecamatan Tanjungbumi dan pesisir selatan Kecamatan Kama. Selain itu
59
juga memilik Menara suar sebanyak 2 unit diletakkan di area tanjung Kecamatan Socah
dan perairan di perairan selat antara Arosbaya, Bangkalan dengan Ujung Pangkah, Gresik
3.1.2.2.5 Pertambangan
a. Bahan Galian
Pengembangan sektor pertambangan dan penggalian ini dapat dilakukan pada
beberapa sentra pertambangan dan penggalian. Sehubungan dengan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan pertambangan, Izin Usaha Penambangan (IUP) telah dikeluarkan di
mayoritas perairan Kabupaten Gresik serta sebagian perairan Kabupaten Bangkalan,
Sampang dan Sidoarjo.
Kegiatan pertambangan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan, berdasarkan
daftar izin eksisting pertambangan pasir laut dan pasir besi di Kabupaten Bangkalan oleh
Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 berlokasi di Perairan Arosbaya
dengan pemohon adalah PT. Kalimas Batu Bersinar dengan jenis izin IUP Eksplorasi
jenis komoditas pasir laut dengan luas 4.987,91 Ha dan 4.998,9 Ha.
b. Minyak dan Gas Alam
Kabupaten Bangkalan termasuk dalam kawasan Selat Madura. Dan Selat Madura
merupakan salah satu lokasi produksi off-shore. Nemun kebanyakan potensi migas
berada di lepas pantai dengan potensi dan kapasitas produksi yang cukup besar. Minyak
dan Gas Bumi Jawa Timur memiliki 3 (tiga) aktivitas pokok dari migas, yaitu: (1)
Produksi Minyak dan Gas; (2) Kilang minyak, gas, dan LPG; serta (3) penyimpanan
BBM. Dengan adanya 3 aktivitas pokok tersebut, dapat diartikan potensi migas Jawa
Timur dilakukan secara lengkap.
60
Pemanfaatan kegiatan penggaraman banyak ditemukan di Pulau Madura. Madura
dikenal sebagai pulau garam, sehingga merupakan sentra utama produksi garam nasional.
Dengan target produksi 500.000 ton garam oleh Kementerian Kelautan dan perikanan RI.
Produksi garam rakyat di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2011 yaitu, 3.515,
2012 sebesar 6.500,12 , 2013 sebesar 5.116,81, 2014 sebesar 8.641,62 dan pada 2015
sebesar 9.500
3.1.2.2.7 Wisata Bahari
Mengacu pada Dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
Provinsi (RIPPARPROV) Jawa Timur Tahun 2017-2032, perwilayahan pembangunan
destinasi pariwisata provinsi yang merupakan hasil perwilayahan pembangunan
kepariwisataan diwujudkan dalam bentuk Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) dan
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP).
Kabupaten Bangkalan tergolong dalam DPP Madura dan sekitarnya. Di
Bangkalan tergolong ke dalam daya tarik wisata provinsi adalah Pantai Camplong
kategori perintisan.
Telah dijelaskan bahwa Kabupaten Madura tergolong ke dalam DPP Madura dan
sekitarnya berpusat di Kabupaten Sumenep. Untuk KSPPnya merupakan KSPP
Bangkalan – Sampang – Pamekasan dan Sekitarnya.
3.1.2.2.8 Benda Muatan Kapal Tenggelam
BMKT merupakan benda berharga yang memiliki nilai sejarah, budaya, ilmu
pengetahuan dan ekonomi yang tenggelam di wilayah perairan Indonesia, zona ekonomi
eksklusif Indonesia dan landas kontinen Indonesia, yang paling singkat berumur 50 (lima
puluh) tahun.
Kabupaten Bangkalan termasuk ke dalam kawasan Selat Madura. Potensi lokasi
BMKT di Selat Madura berada di Perairan Selat Madura terdapat 5 (lima) titik lokasi
BMKT
3.1.2.2.9 Kawasan Konservasi
a. Sempadan Pantai
Kabupaten Bangkalan tergolong ke dalam pantai Utara.
b. Pulau-pulau Kecil
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki pulau-pulau kecil
61
3.1.2.2.10 Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan Provinsi Jawa Timur
didasarkan pada zonasi Latihan Militer dan persebaran Ranjau Angkatan Laut sesuai
dengan Peta Daerah Ranjau Indonesia, Dishidros TNI AL Tahun 2015. Zona instalansi
militer tersebar di pesisir Utara Jawa Timur. Kawasan terbagi menjadi daerah larangan
terlarang, daerah latihan dan daerah pembuangan amunisi. Seluruh pesisir Selatan Pulau
Madura dan pesisir utara Kabupeten Gresik, Lamongan, dan Tuban termasuk ke dalam
daerah latihan militer.
Luasan kawasan militer di Laut Jawa sebesar 51,2% dan di Selat Madura sebesar
48,8%. Kabupaten Bangkalan termasuk dalam bagian kawasan Selat Madura. Daerah
ranjau didominasi di sekitar Laut Jawa sebesar 168.365,87 Hektar dan daerah latihan
militer didominasi di sekitar Selat Madura sebesar 145.964,54 Hektar. Daerah
pembuangan amunisi berada di Selat Madura sebesar 770,95 Hektar.
3.1.2.2.11 Alur Laut
a. Alur Pipa dan Kabel Bawah Laut
Kegiatan kelautan merupakan kegiatan-kegiatan di laut yang dapat dijadikan
sebagai pendorong ekonomi daerah. Beberapa kegiatan kelautan utama adalah di Jawa
Timur yang merupakan jalur penyaluran minyak dan gas melalui jaringan pipa bawah
laut, baik ekisting ataupun rencana
Kabupaten Bankalan termsduk wilayah dari Selat Madura, dan ternyata pipa dan
kabel bawah laut banyak terdapat di Selat Madura. Pipa bawah laut digunakan untuk
memasok/mentransfer BBM dan LPG jaringan pipa gas Pertamina yang melintasi Selat
Madura dari kapal tanker ke tengki-tengki penampungan di daratan pesisir. Selain itu alur
pipa dan kabel ini juga menjangkau pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumenep
Pipa migas yang dioperasikan oleh PT. Santos Ltd. dari Grati Pasuruan menuju FSO-
FSO di perairan selatan Camplong, Sampang
Pipa migas PT. Lapindo Brantas Inc. dari Tanggulangin menuju ke Selat Madura
memanjang ke timur hingga Pertamina Pagerungan, Sumenep
b. Alur Pelayaran
Alur pelayaran di Selat Madura yaitu alur penyeberangan lintas antar
kabupaten/kota dari Pelabuhan Tanjung Perak ke arah timur menuju pulau-pulau kecil
Sumenep, Pelabuhan Tanjung Tembaga dan Pelabuhan Panarukan ke arah utara menuju
62
peabuhan-pelabuhan di Pulau Madura. Alur penyeberangan lintas dalam kabupaten/kota
antara lain menghubungkan antar pulau-pulau kecil di Kabupaten Sumenep serta
penyeberangan dari Kota Probolinggo ke Pulau Gili Ketapang. Alur pelayaran untuk
kegiatan perikanan tangkap dari PPI-PPI di sepanjang pesisir utara Jawa dan selatan
Madura di Selat Madura. Sedangkan untuk alur pelabuhan khusus utamanya menyalurkan
batubara dari Kalimantan ke PLTU Paiton dan alur pelabuhan khusus lainnya.
c. Alur Migrasi Biota
Beberapa jenis biota laut tidak tertangkap sepanjang tahun karena melakukan
ruaya sesuai dengan pola kehidupan biologinya. Adapun beberapa ikan, udang, dan
penyu yang tertangkap atau migrasi di Jawa Timur maupun beruaya ke luar Jawa Timur,
3.1.3 Review Isu Strategis
Berikut beberapa isu strategis di Kabupaten Bangkalan yang dimuat dalam
RZWP3K Provinsi Jawa Timur
3.1.3.1 Isu Potensi Sumber Daya Pesisir
a. Banyaknya potensi terumbu karang dengan total luas sebesar 1.029,84 Hektar
b. Terdapat banyak lokasi pariwisata di Kabupaten Bangkalan baik wisata religi, dan
kuliner
3.1.3.3 Isu Bencana Alam dan atau Bencana Akibat Tindakan Manusia
a. Bencana erosi yang terjadi di Kabupaten Bangkalan mencapai seluas 37.232 Ha
(29,81 %) dari luas wilayah Kabupaten Bangkalan
b. Adanya tumpahan minyak mentah di pesisir Kabupaten Bangkalan, hal ini
dikarekan pesisir Kabupaten bangkalan merupakan jalur pipa pembangunan saran
63
pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian
misnyak bumi.
64
Terintegrasi : Penataan ruang wilayah pesisir yang terintegrasi antar wilayah, sektor,
dan pemangku kepentinga
Tanggap Bencana : Pengelolaan kawasan pesisir yang tanggap terhadap bencana perubahan
iklim global
Nyaman : Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana (sosial,
ekonomi, hankam) dalam rangka pengembangan wilayah pesisir
Terpadu : Mendayagunakan pulau kecil berdasarkan kesatuan ekonomi, ekologis,
dan hankam secara terpadu
Sadar Hukum : Meningkatkan kesadaran hokum, adanya kepastian hokum, dan
peningkatan hokum
Berkelanjutan : Melindungi kawasan pesisir akibat aktivitas manusia (reklamasi,
permukiman, dan pencemaran)
Berdayaguna : Mengoptimalkan potensi sektor produksi kawasan pesisir untuk
peningkaan kesejahteraan (wisata, perikanan tangkap-budidaya, industri, pertambangan, dan jasa
kelautan)
Partisipatif : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan
pesisir
Kesejahteraan : Meningkatkan kualitas dan indeks pembangunan sumberdaya manusia di
kawaan pesisir
Kesembilan nilai (value) ini akan menjadi dasaran dalam perumusan untuk menangani isu-isu
strategis yang ada, sehingga isu-isu strategis ini perlu dikelompok-kelompokkan berdasarkan
kesamaan penanganan nya. Hasil pengelompokkan isu strategis dapat dilihat pada diagram
berikut ini
65
B
66
Dengan mengelompokkan isu strategis kedalam kelompok-kelompok yang sama
berdasarkan penangananya kedalam 9 (sembilan) kelompok berdasarkan nilai (value) dari
tujuan. Kemudian dicarilah kaitan antara kabupaten dan kota yang ada di Jawa Timur.
Kabupaten Bangkalan sendiri berdasarkan hasil analisis pada Tabel A menunjukkan
bahwa Kabupaten Bangkalan memiliki semua isu strategis yang ada.
67
Tabel 3.1.4.1 - 1 Kaitan Isu dan Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
Tujuan Pengelolaan WP3K
Kata Kunci Tujuan RZWP3K Jatim
Nama
Berdaya
Kabupaten Tanggap Sadar
Terintegrasi Nyaman Terpadu Berkelanjutan Guna/Berdaya Pasrtisipatif Kesejahteraan
Bencana Hukum
Saing
Kabupaten
(A) (B) (C) (D) (F) (G,H,I,J) (E,K,L,N,O) (M) (P)
Bangkalan
68
3.1.4.2 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kebijakan dalam konteks pengolahan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Provinsi Jawa Timur dipahami sebagai arah/tindakan yang mrupakan penerjemahan dari
tujuan yang menjadi dasar atau acuan besar dalam pengelolaan kawasna pesisir. Lebih
detailnya, kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil berfungsi:
1. Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil
2. Sebagai dasar untuk merumuskan alokasi ruang wilayah pesisir dna pulau-pulau kecil
3. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil
4. Sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil
Strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan penjabaran
kebijakan pengelolaan wilayah psisir dan pulau-pulau kecil ke dalam langkah-langkah
operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil berfunsi:
1. Sebagai dasar untuk penyusunan rencanan alokasi ruang dan penetapan kawasan
strategis
2. Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RZWP-3-K
3. Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil
Dalam penyusunan kebijakan dan strategi sudah dirumuskan berdasarkan dasaran
dan karakteristik yang tertera di dalam Panduan Teknis Penyusunan Dokumen RZWP3K
Provinsi. Keijakan pengelolaan wilayah pesisir di Provinsi Jawa Timur dapat dilakukan
dengan mengacu pada pencapaian target-targe dari tiap nilai (value) yang etrkandung
dalam rumusan tujuan serta mengacu pada penyelesaian permasalahan yang terjadi.
Rumusan kebijakan dan strategi pengelolaan pesisir Provinsi Jawa Timur dapat dilihat
pada Tabel B
69
Tabel 3.1.4.2 - 1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Provinsi Jawa Timur
Isu Strategis Kebijakan Strategi Yang Dibutuhkan
di Kab.
KAWASAN PEMANFAATAN UMUM
Bangkalan
Integrasi Pengembangan Strategi Pengembangan V
pengelolaan zona budidaya Zona Pariwisata
ruang darat dan yang mampu Menetapkan dan
ruang laut mengoptimalkan mengembangkan zona
Mitigasi potensi sektor menjadi sub zona wisata alam
bencana dan produksi kawasan pantai/pesisir dan pulau-pulau
adaptasi peisisir dengan kecil dan sub zona wisata
perubahan iklim tetap alam bawah laut.
global memperhatikan Mengembangkan sarana dan
Pengembangan keberlanjutan prasarana pendukung
sarpras sosial lingkungan pesisir pariwisata bahari
ekonomi dan melibatkan Mengintegrasikan aktivitas
hankam masyarakat dalam wisata bahari dengan
Pengelolaan pengelolaannya pemanfaatan umum lainnya
perikanan sehingga dapat dan kawasan konservasi
tangkap dan terwujudkan Strategi Pengembangan V
budidaya laut peningkatan Zona Pelabuhan
Pengelolaan kesejahteraan Menetapkan dan
transportasi laut masyarakat mengembangkan zona
dan alur pesisir pelabuhan menjadi sub zona
pelayaran Daerah Lingkungan Kerja
Pengelolaan (DLKr) & Daerah
prikanan Lingkungan Kepentingan
tangkap dan (DLKp) dan sub zona
budidaya laut Wilayah Kerja dan
Pengembangan Pengoperasian Pelabuhan
industri kelautan Perikanan (WKOPP).
dan perikanan Mensinergiskan zona
Pengelolaan pelabuhan dengan kawasan
pertambangan pemanfaatan lainnya,
dan migas konservasi, dan alur
Peningkatan Mengelola pencemaran di
kualitas SDM zona pelabuhan
Strategi Pengembangan V
Zona Perikanan Tangkap
Menetapkan dan
mengembangkan zona
perikanan tangkap menjadi
sub zona pelagis dan sub zona
pelagis – demersal
70
Mensinergiskan zona
perikanan tangkap dengan
kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur
Melindungi nelayan
tradisional dan kearifan lokal
Strategi Pengembangan V
Zona Perikanan Budidaya
Menetapkan dan
mengembangkan zona
perikanan budidaya
Mensinergiskan zona
perikanan budidaya dengan
kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur
Strategi Pengembangan X
Zona Industri
Menetapkan dan
mengembangkan zona
industri menjadi sub zona
industri maritim dan sub zona
industri manufaktur
Mensinergiskan zona industri
dengan kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur
Mengelola pencemaran di
zona industri
Strategi Pengembangan V
Zona Pertambangan
Menetapkan dan
mengembangkan zona
pertambangan menjadi sub
zona pasir laut dan sub zona
minyak bumi
san pemanfaatan lainnya,
konservasi, dan alur
Mengelola pencemaran di
zona pertambangan
Strategi Pengembangan X
Zona Energi
Menetapkan dan
mengembangkan zona energi
Mensinergiskan zona energi
dengan kawasan pemanfaatan
lainnya, konservasi, dan alur
71
Mengelola pencemaran di
zona energi
Strategi Pengembangan X
Zona Bandar Udara
Mensinergiskan zona bandar
udara dengan kawasan
pemanfaatan lainnya,
konservasi, dan alur
Mengelola pencemaran di
zona bandar udara
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI
Mitigasi Pengembangan Strategi Pengembangan V
bencana dan zona konservasi Kawasan Konservasi
adaptasi yang mampu Perairan Pesisir dan Pulau-
perubahan mewujudkan Pulau Kecil
iklim global pengelolaan Menetapkan dan
Pemcemaran sumber daya mengembangkan kawasan
dan perusakan hayati dan konservasi perairan pesisir
lingkungan lingkungannya dan pulau-pulai kecil ke
Konservasi secara dalam zona inti dan zona
sumberdaya berkelanjutan pemanfaatan terbatas
hayati dengan Melakukan perlindungan
Peningkatan melibatkan mutlak habitat dan populasi
partisipasi dan masyarakat ikan serta alur migrasi biota
pemberdayaan laut, perlindungan ekosistem
masyarakat pesisir, dan perlindungan situs
pesisir budaya atau adat tradisional
Mensinergikan kawasan
konservasi perairan pesisir
dan pulau-pulau kecil dengan
kegiatan tradisional
masyarakat
Melakukan rehabilitasi
terhadap kawasan konservasi
perairan pesisir dan pulau-
pulau kecil
Strategi Pengembangan X
Kawasan Konservasi
Perairan
Menetapkan dan
mengembangkan kawasan
konservasi perairan ke dalam
zona inti, zona perikanan
berkelanjutan, zona
pemanfaatan terbatas, dan
zona lainnya
72
Melalukan perlindungan
terhadap kegiatan pemijahan,
pengasuhan, dan/atau alur
ruaya ikan
Mensinergikan kawasan
konservasi perairan dengan
kegiatan tradisional
masyarakat
Melakukan rehabilitasi
terhadap kawasan konservasi
perairan
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS
Pemanfaatan Pengelolaan Strategi Pengembangan X
pulau kecil dan pulau-pulau Kawasan Strategis Nasional
pulau terluar terluar dan Menetapkan dan
Peningkatan kawasan militer mengembangkan kawasan
kesadaran, berdasarkan strategis nasional yang
kepastian, kesatuan diperuntukkan bagi kegiatan
penegakan, ekonomi, basis militer, daerah latihan
dan kedaulatan ekologis, dan militer, daerah pembuangan
hukum hankam yang amunisi dan peralatan
terpadu dengan pertahanan lainnya, gudang
kegiatan ruang amunisi, daerah uji coba
lainnya sistem persenjataan, dan/atau
kawasan industri sistem
pertahanan
Mensinergikan kawasan
strategis nasional dengan
kegiatan pemanfaatan umum
dan konservasi
Strategi Pengembangan X
Kawasan Strategis Nasional
Tertentu
Menetapkan dan
mengembangkan pulau-pulau
terluar sebagai KSNT
Mengkoordinasikan
pengelolaan pulau-pulau
terluar antara pusat dengan
daerah
Mensinergikan kawasan
strategis nasional tertentu
dengan kegiatan pemanfaatan
umum dan konservasi
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ALUR LAUT
73
Integrasi Menjaga Strategi Pengembangan V
pengelolaan keselamatan pada Alur Pelayaran
ruang darat alur laut Menetapkan dan
dan ruang laut mengembangkan alur
Pengelolaan pelayaran menjadi alur
transportasi pelayaran nasional; alur
laut dan alur pelayaran regional; dan alur
pelayaran pelayaran lokal.
Mensinergikan alur pelayaran
dengan kegiatan pemanfaatan
umum, konservasi, dan alur
lainnya
Strategi Pengembangan V
Alur Pipa dan Kabel Bawah
Laut
Menetapkan dan
mengembangkan alur pipa
dan kabel bawah laut menjadi
pipa air bersih, pipa minyak
dan gas, kabel listrik; dan
kabel telekomunikasi.
Mensinergikan alur pipa dan
kabel bawah laut dengan
kegiatan pemanfaatan umum,
konservasi, dan alur lainnya
Strategi Pengembangan X
ALur Migrasi Biota Laut
Menetapkan dan
mengembangkan alur migrasi
biota laut menjadi alur
migrasi hiu paus, alur migrasi
penyu, dan alur migrasi biota
tertentu
Mensinergikan alur migrasi
biota laut dengan kegiatan
pemanfaatan umum,
konservasi, dan alur lainnya
75
aktivitas wisata bawah laut yaitu snorkeling dan selam (diving). Di Kabupaten
Bangkalan tidak terdapat wisata bawah laut.
3. Sub Zona Wisata Olahraga Air
Sub zona wisata olahraga air merupakan area wisata bahari yang
memanfaatkan potensi bentang laut untuk kegiatan permainan dan oleh raga air.
Alokasi ruang untuk sub zona ini khususnya Perairan Jawa Timur menggunakan
analisis kesesuaian perairan dan mengakomodasi kebijakan daerah setempat. Untuk
wilayah Kabupaten Bangkalan tidak terdapat area wisata bahari yang digunakan
sebagai area wisata olahraga air.
3.1.5.1.2 Zona Pelabuhan
Secara garis besar, perencanaan alokasi ruang zona pelbuhan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Jawa Timur terbagi atas 2 (dua) bahasan
utama, yaitu Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) & Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) serta Wilayah Kerja dan Wilayah Pengoperasioan Pelabuhan Perikanan
(WKOPP). Kabupaten Bangkalan termasuk kedalam DKLr dan DLKp dari
pelabuhan Gresik dan Pelabuhan Tanjung Perak.
1. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) & Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008
Tentang Pelayaran dijelaskan abhwa Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah
wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan
secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Sedangkan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekililing daetah lingkungan kerja perairan
pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. DLKr
meliputi wilayah daratan dan perairan, sementara DLKp hanya meliputi wilayah
perairan.
DLKr terbagi atas DLKr wilayah perairan dan DLKr daratan. Kabupatan
Bangkalan tidak memiliki pelabuhan sehingga Kabupan Bangkalan hanya memiliki
DLKr perairan. Dimana DLKr wilayah perairan digunakan untuk kegiatan seperti
alur pelayarann dari dan menuju pelabuhan; perairan tempat kapal blauh, perairan
tempat alih muat antar kapal (ship to ship transhipment); kolam pelabuhan untuk
76
kapal bersandar; kolam oelabuhan untuk areal olah gerak kapal (kebutuhan areal
untuk kapal berputar arah); perairan untuk kegiatan karantina serta perairan untuk
kapal pemerintah.
Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan digunakan untuk kegiatan
seperti, keprluan keadaan darurat (seperti kapal terbakar atau kapal bocor);
penempatan kapal mati; perairan untuk percobaan kapal berlayar; kegiatan
pemanduan kapal. Serta fasilitas perbaikan/pembangunan/pemeliharaan kapal.
Total luasan alokasi ruang zona pelabuhan dengan sub zona DLKr dan DLKp
di Provinsi Jawa Timur sebesar 2.098,45 Km2. Dimana luasann terbesar terdapat di
Selat Madura. berikut rencana alokasi ruang zona pelabuhan sub zona DLKr dan
DLKp untuk Kabupaten Bangkalan:
1. DLKr dan DLKp Pelabuhan Telaga Biru yang terdapat di Perairan Laut Jawa
berada di Kabupaten Bangkalan dengan luas 2,78 km2 pada kode NLP 3504- 03
2. DLKr dan DLKp Pelabuhan Gresik yang terdapat di Perairan Laut Jawa berada di
Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bangkalan dengan luas 80,36 Km2 pada Kode
NLP 3504, 3504 – 03, dan 3504 -08
3. DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjung Perak yang terdapat di Perairan Laut Jawa
beada di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bangkalan dengan luas 475,09 Km2
pada kode NLP 3504, 3504 – 03 dan 3504 - 08
4. DLKr dan DLKp Pelabuhan Sepulu yang terdapat di Perairan Laut Jawa berada di
Kabupaten Bangkalan dengan luasan 7,77 Km2 pada kode NLP 3504-08
5. DLKr dan DLKp Pelabuhan Tanjung Perak yang terdapat di Perairan Selat
Madura berada di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Bangkalan
dengan luas total 407,79 Km2 pada kode NLP 3504, 3504 – 02, 3504-07
6. DLKr dan DLKp Pelabuhan Gresik yang terdapat di Periran Selat Madura berada
di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Bangkalan dengan luas 119,2 Km2 pada kode
NLP 3504 dan 3504 - 02
77
Tabel 3.1.5.1.2 - 1 Rencana Alokasi Ruang Zona Pelabuhan (DLKr & DLKp) di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur
78
- 08 6,93 112,78895030200 -6,87388535840
0,71 112,75088400800 -7,01101984674
1,96 112,78285813600 -6,98424194682
5,57 112,83103849500 -6,91989520762
0,25 112,86864605800 -6,89093285211
171,22 112,79127706300 -6,84689941090
16,88 112,79657710100 -6,84370110777
3,31 112,74201391200 -6,84125883404
0,25 112,72772379500 -6,91220507570
79
3.1.5.1.3 Zona Perikanan Tangkap
Zona perikanan tangkap adalah daerah perairan dimana ikan yang menjadi
sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat
dioperasikan serta ekonomis. Berdasarkan Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 23/Permen-KP/2016, zona perikanan tangkap terbagi
menjadi sub zona perikanan pelagis, demersal, dan pelagis dan demersal. Namun,
pda penyusunan RZWP3K Provinsi Jawa Timur untuk sub zona perikanan demersal
tidak dianalisis ke dalam rencana karena perikanan demersal berada di dasar laut,
sehingga bagian laut yang permukaan masih bisa digunakan.
Penentuan sub zona pada zona perikanan tangkap dilakukan dengan
menggunakan metode analisis data inderaja dengan memanfaatkan citra satelit yang
dihasilkan dari beberapa parameter. Hasil interpretasi citra tersebut akan dituangkan
dalam peta tematik, sehingga dapat diperkirakan tingkat kesuburan suatu lokasi
periran atau kesesuaian kondisi perairan dengan habitat yang disukai gerombolan
ikan dalam bentuk titi koordinat.
Total luas alokasi ruang untuk sub zona pelagis adalah seluas 42.071,74 Km2
yang didominasi di Perairan Selat Madura dan Perairan Laut Jawa. Sedangkan, untuk
sub zona pelagis dan demersal adalah seluas 1.7779,40 Km2 yang didominasi di
perairan Laut Jawad an Perairan Selat Madura. Pada Kabupaten Bangkalan terdapat
sub zona pelagis dan sub zona pelagis dan demersal. Untuk zub zona pelagis di
Kabupaten Bangkalan tersebar di Laut Jawad an Selat Madura dengan kode Laut
Jawa (NLP 3504, 3504 – 08, 3504 - 12) dan selat Madura (NLP 3504 dan 3504 - 07).
Sedangkan sub zona pelagis dan demersal di Kabupaten Bangkalan tersebat juga di
Laut Jawa dan Selat Madura dengan kode di Laut Jawa (NLP 3504, 3504 – 08, 3504
- 12) dan Selat Madura (NLP 3504 dan 3504 - 07)
80
Tabel 3.1.5.1.3 - 1 Rencna Alokasi Ruang Zona Perikanan Tangkap
81
P – 165
KPU – PT - - 8,44 112,85721447600 -6,71690479733
P – 170
KPU – PT - - 29,66 112,81005012300 -6,71325446629
P – 171
KPU – PT - - 375,93 113,00367203300 -6,75766099281
3504 - P – 176 Laut Jawa - 0,49 112,89486946700 -6,83275555503
08
Pelagis 3504 - KPU – PT – Selat Madura 35,87 112,82927305600 -7,18283380692
dan 07 PD - 25 0,01 112,74819766100 -7,17663636687
Dersal 3507 KPU – PT – Laut Jawa 2,63 113,12361586900 -6,84561896921
3504 - PD - 37 1,58 113,12473242300 -6,82406303427
12
3504 KPU – PT – 10,42 112,98744528200 -6,82808359067
– 08 PD - 61
3504 25,81 113,07701239100 -6,84119166730
– 12
3504 22,59 113,01045785700 -6,82313092070
82
3.1.5.1.4 Zona Perikanan Budidaya
Perikanan budidaya laut meliputi usaha keramba jarring apung (KJA) dan
rumput laut. Komoditas unggulan budidaya pesisir Provinsi Jawa Timur meliputi
kerapu, udang, mutiara, dan rumput laut KJA offshore. Total luas alokasi ruang
untuk zona perikanan budidaya seluas 2.913,45 Km2 datau 291,345 hektar yang
didominasi di Perairan Laut Jawa. Penjelas mengenai zona peikanan budidaya
terutama pada Kabupaten Bangkalan dijelaskan pada Tabel 8. Pada RZWP3K tidak
mencantumkan komoditas unggulan dari setiap kabupaten atau kota yang ada di Jawa
Timur.
83
Tabel 3.1.5.1.4 - 1 Rencana Alokasi Ruang Zona Perikanan Budidaya di Wlayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa
Timur
84
3.1.5.1.5 Zona Industri
Zona industri adalah zona yang mewadahi aktivitas industri dimana aktivitas
tersebut berkaitan dengan aktivitas lain yang terjadi di laut dan membutuhkan
dukungan aktivitas transportasi laut. Zona industri dibagi kedalam sub zona industri
maritime dan sub zona industri manufaktur. Kabupaten Bangkalan tidak memiliki
sub zona industri
3.1.5.1.6 Zona Pertambangan
Zona pertmabangan menurut Luhkito (2010) merupakan suatu zona yang
berada dalam kawasan layak tambang dan didalamnya terdapat sebaran bahan galian
unggulan. Alokasi ruang zona pertambangan yang direncakanakan pada wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Jawa Timur meliputi pertambangan pasir
laut dan pertambangan minyak bumi. pada Kabupaten bangkalan sendiri terdapat
zona pertambangan minyak dan zona pertabangan pasir. Untuk penjelasan lebih
lengkap mengenai alokasi ruan zona pertambangan di Kabupaten Bangkalan dapat
dilihat pada Tabel 9.
85
Tabel 3.1.5.1.6 - 1 Rencana Alokasi Ruang Zona Pertambangan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Bangkalan
86
3.1.5.1.7 Zona Energi
Zona energy yang terdapat di wilayah pesisir ddan pulau-pulau kecil Provinsi
Jawa Timur meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU). Di Kabupaten Bangkalan tidak terdapat zona
energi.
3.1.5.1.8 Zona Bandar Udara
Keputusan Mentri Perhubungan Nomor: KM 48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum Menjelaskan bahwa Bandar Udara adalah
lapangan terbang lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas
landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau
pos serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat
perpindahan antar moda transportasi. untuk zona bandar udara sendiri, wilayah
Kabupaten Bangkalan tidak memiliki zona bandar udara.
3.1.5.2 Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi ditetapkan untuk wilayah yang memiliki ciri khas
tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau
kecil yang berkelanjutan. Sesuai dengan Peraturan Mentri Kelautan dna Prikanan
Nomor PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Mentri Kelautan dan Prikanan Republik Indonesia
No. 23/Permen-KP/2016, kawsan konservasi dibai menjadi KKP3K, KKM, KKP.
Adapun kawasan konservasi yang berada di wlayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Provinsi Jawa Tiur terdiri atas KKP3K dan KKP.
3.1.5.2.1 Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K)
Kawasan KOnservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) merupakan
kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan
pengelolaan sumber daya ikan dna lingkungan secara berkelanjutan. Penetapan
KKP3K di Jawa Timur ditetapkan dengan menggunakan parameter kesesuaian
kawasan konservasi oleh Dirjen Kelautan.
Alokasi ruang KKP3K Jawa Timur tersebar hampir di seluruh lokasi di
Provinsi Jawa Timur dengan total luasan sebesar 1.384,59 Km2. KKP3K pada
Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada Tabel 11
87
Tabel 3.1.5.2.1 - 1 Rencana Alokasi Ruang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kabupaten Bangkalan
88
3.1.5.2.2 Kawasan Konservasi Perairan (KKP)
Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi,
dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan. KKP dibedakan menjadi 4 jenis kawasan
kosevasi dengan tujuan pengelolaan.
Didalam RZWP3K Jawa Timur tidak menyatakan bahwa Kabupaten
Bangkalan tidak termasuk kedalam Kawasan Konservasi Perairan (KKP).
3.1.5.2.3 Kawasan Startegis Nasional Tertentu
Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, yang dimaksud dengan kawasan strategis adalah kawasan yang terkait
dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs warisan
dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional. Jenis
Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Provinsi Jawa Timur adalah kawaan yang dimanfaatkan bagi pengelolaan batas-
batas maritime kedaulatan negara meliputi pulau-pulau terluar. Oleh sebab itu
Kabupaten Bangkalan tidak termasuk kedalam KSNT Jawa Timur.
5.1.5.2.4 Alur Laut
Mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor 23/PERMEN-KP/2016 tentang Perancangan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, alur laut dapat dimanfaatkan untuk:
1. Alur Pelayaran-perlintasan
2. Pipa/kabel bawah laut
3. Migrasi biota laut
1. Alur Pelayaran dan Perlintasan
Mengacu pada Peraturan Mentri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM
129 Tahun 2016 tentang Alur Pelayaran di Laut dan Bngunan dan/atau Instalasi di
Perairan yang menggantikan Perturan Mentri Perhubungan Nomor. PM 68 Tahun
2011 tentang Alur Pelayaran di Laut, alur pelayaran di laut terdiri dari alur pelayaran
umum dan perlintasan serta alur pelayaran masuk pelabuhan.
Dalam dokumn RZWP3K Provinsi Jawa Timur membagi Alur Pelayaran
Umum dan Perlintasan menjadi 3 (tiga) jenis Alur Pelayaran, yaitu Pelayaran
Nasional, Pelayaran Regional dan Pelayaran Lokal. Pelayaran Nasional adalah
89
jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan nasional dan pelabuhan
internasional dalam jum;ah menegah. Pelayaran Regional adalah jaringan pelayaran
yang menghubungkan antara pelabuhan pengumpan primer ke pelabuhan utama yang
melayani secara nasional. dan Pelayaran Lokal adalah jaringan pelayaran yang
menghubungkan antara pelabuhan pengumpan sekunder yang melayani lokal dalam
jumlah kecil.Alokasi ruang Pelayaran dan Perlintasa untu kawasan Kabupaten
Bangkalan hanya masuk kedalam alokasi ruang pelayaran dan Perlintasan Nasional
saja. Penjelasan mengena alokasi ruang ini dapat dilihat pada Tabel 13.
90
Tabel 3.1.5.2.4 - 1 Rencana Alokasi Ruang Alur Pelayaran dan Perlintasan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Keci Di
Kabupaten Bangkalan
91
2. Pipa dan Kabel Laut
Rencana alokasi ruang pipa dan kabe bawah laut di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Provinsi Jawa Timur meliputi kabel listrik, pipa air bersih, kabel telekomunikasi,
serta pipa minyak dan gas. Rencana pengembangan pipa minyak dan gas sebagai
pendukung kegiatan kilang BBM dan Petrokimia Pertamina-Rosnet di Kabupaten Tuban
atau dikelan sebagai New Grass Root Refinery (NGRR). Alokasi ruang pipa dan kabel laut
pada kawasan administrasi Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada Tabel 14.
92
Tabel 3.1.5.2.4 - 2 Rencana Alokasi Ruang Pipa dan Kabel Bawah Laut di Wilayah P3K Kabupaten Bangkalan
93
3. Migrasi Biota
Migrasi biota laut adalah pola ruang (migrasi) biota laut yang dipengaruhi suhu,
slinitas, kecepatan dan arah arus, pasang surut, tinggi dan panjang gelombang, warna
prairan, substrat dasar, kedalaman perairan, dan tipologi kelandaian dasar laut. Jenis
ikan yang bermigrasi di perairan Jawa Timur terdiri dari ikan lemuru, laying, tuna,
cakalang, tongkol, dna kembung. Sedangkan, jenis mamalia laut yang bermograsi di
perairan Jawa Timur seperti paus, hiu paus dan lumba-lumba. Migrasi biota laut
ditetapkan dengan kriteria sesuai dengan jalur biota yang memerlukan perlindungan
dalam bermigrasi. Arahan zonasi pemanfaatan ruang laut untuk kepentingan
perlindungan jalur migrasi biota laut meliputi area yang diidentifikasi berdasarkan data
pola migrasi biota laut. Kabupaten Bangkalan sendiri tidak menjadi wilayah yang
dilewati oleh pola migrasi biota laut. Sehingga Kabupaten Bangkalan tidak termasuk
kedalam alur laut untuk biodata.
94
3.1.6 Review Peraturan Pemanfaatan Ruang
Peraturan pemanfaatan ruang mengacu pada rencana alokasi ruang yang telah
disusun pada Bab V, yang dalam hal ini berfungsi:
a) Sebagai alat pengendali kegiatan pemanfaatan zona/subzona.
b) Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana zonasi.
c) Menjamin agar kegiatan pemanfaatan baru tidak mengganggu kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah berjalan dan sesuai dengan rencana alokasi ruang.
d) Mencegah dampak kegiatan pemanfaatan yang merugikan.
Peraturan pemanfaatan ruang berisi kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan
terbatas, atau dilarang pada suatu zona atau sub zona. Aturannya adalah sebagai
berikut:
”I” = Pemanfaatan diijinkan (P, permitted)
Pemanfaatan kegiatan yang diijinkan karena sifatnya sesuai atau mendukung zona
yang direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan atau pembatasan atau
tindakan lain dari pemerintah terhadap pemanfaatan tersebut.
”T” = Pemanfaatan diijinkan setelah mendapat izin (R, restricted)
Pemanfaatan kegiatan yang diijinkan dengan batasan-batasan tertentu. Pembatasan
dilakukan melalui penentuan standar pembangunan minimum dan memerlukan ijin
penggunaan bersyarat, pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya
yang berlaku. Ijin ini sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak
pembangunan di sekitarnya, bisa berupa AMDAL, RKL dan RPL.
”X” = Pemanfaatan yang tidak diijinkan (not permitted)
Pemanfaatan kegiatan yang tidak diijinkan karena sifatnya tidak sesuai atau tidak
mendukung zona direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang besar bagi
lingkungan sekitarnya.
Peraturan pemanfaatan ruang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk matriks yang
menunjukkan keterkaitan antara zona atau sub zona peruntukan dengan dan jenis
kategori kegiatan yang mungkin berkembang karena kebutuhan pembangunan. Adapun
peraturan pemanfaatan ruang untuk setiap zona atau sub zona di wilayah perairan
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangkalan dijelaskan pada tabel berikut ini.
95
Tabel I – T – X Pada Arahan Pemanfaatan Ruang
96
97
98
Matriks ITX pada dokumen perencanaan RZWP3K Provinsi Jawa Timur telah disusun
berdasarkan jenis kegiatan yang akan berdiri di wilayah pesisir Jawa Timur. Matriks ITX
tersebut juga berlaku di Kabupaten Bangkalan sehingga segala aktifitas yang akan dilakukan
di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan harus mengikuti aturan tersebut.
99
3.1.7 Review Arahan Pemanfaatan Ruang
100
Zona Sub Aktivitas Yang Diperbolehkan Aktivitas Yang Tidak Diperbolehkan Aktivitas Diperbolehkan Setelah
Zona Mendapat Izin
Kawasan Pemanfaatan Umum
Pariwisata Wisata • Usaha wisata edukasi. Pengambilan terumbu karang • Usaha wisata dayung
Alam • Usaha wisata selam. Penangkapan ikan dengan • Usaha wisata memancing
Pantai / • Usaha kegiatan hiburan dan kapasitas kapal 10-30 GT • Usaha wisata selancar
Pesisir dan rekreasi. Penangkapan ikan dengan • Usaha wisata olahraga tirta
Pulau –
• Usaha jasa perjalanan wisata. kapasitas kapal ≥ 30GT • Usaha dermaga wisata
pulau
Kecil • Usaha wisata snorkeling. Pembudidayaan ikan untuk • Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi)
• Usaha wisata tontonan. kepentingan industri • Usaha angkutan laut wisata dalam negeri
• Usaha wisata berenang. Usaha budidaya perikanan terapung (jaring • Usaha angkutan laut
• .Usaha wisata alam perairan apung dan pen system seluas ≥ 5 Ha internasional wisata
• Penanaman tanaman bakau dan nipah. dengan jumlah 1000 unit • Usaha vila (cottage) di atas laut
• Perlindungan keanekaragaman hayati. Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan • Usaha restoran di atas laut
• Penyelamatan dan perlindungan Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera • Jasa Wisata Tirta (bahari)
lingkungan. Asing • Pengambilan foto/video bawah
• Penelitian kegiatan konservasi. Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik laut
• Pendidikan kegiatan konservasi. Pengangkutan ikan hasil • Budidaya mangrove
• Survei dan/atau penelitian ilmiah. penangkapan dengan Kapal • Pemungutan hasil hutan bukan
• Pengambilan barang-barang Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Asing kayu pada hutan mangrove (madu; getah;
purbakala dengan perahu bermotor ≤ 5GT. Bongkar muat ikan daun; buah dan
• Penelitian dan pengembangan Penangkapan ikan menggunakan pukat hela biji; tanin; ikan; hasil hutan bukan
perikanan. (trawls), payang, cantrang, kayu lainnya)
• Pembangunan Sarana Bantu jaring lampara, dogol, dan sejenisnya • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
Navigasi Pelayaran (SBNP). \Penangkapan ikan menggunakan 10GT
• Penetapan tempat labuh. Gill Net (Jaring insang) dan sejenisnya • Pengambilan barang-barang purbakala
• Pembangunan dan Penangkapan ikan menggunakan seine nets dengan perahu
pengoperasian Jetty. dan sejenisnya bermotor 5 - 30 GT
• Kegiatan membantu pekerjaan Penangkapan ikan menggunakan • Pengambilan barang-barang purbakala
teknis terhadap kapal-kapal yang Long bag set net (jaring kantong besar) dengan perahu
masih mengapung tetapi sedang Kegiatan pengujian kapal bermotor > 30 GT
mendapat malapetaka. perikanan/perahu ikan bermotor • Pengambilan barang-barang selain barang
• Latihan militer. Eksplorasi mineral logam, mineral bukan purbakala dengan
logam, batuan, batubara, perahu bermotor ≤ 5GT
101
mineral radioaktif • Pengambilan barang-barang selain barang
Pengangkutan mineral logam, mineral purbakala dengan
bukan logam, batuan, perahu bermotor 5 - 30 GT
batubara, mineral radioaktif • Pengambilan barang-barang selain barang
Pembangunan FPSO (Floating Production purbakala dengan
Storage and Offloading) perahu bermotor > 30 GT
Pengerukan perairan dengan capital • Pelepasan jangkar
dredging • Penggunaan galah untuk mendorong perahu
Pengerukan perairan laut dengan capital • Usaha pembudidayaan ikan laut (kerapu,
dredging yang memotong material karang kakap, baronang)
dan/atau batu • Pengambilan sumber daya laut non ikan
Pembangunan PLTU untuk kepentingan
Pembangunan anjungan/platform migas ekonomi
Pembangunan Floating Storage Offloading • Pembudidayaan sumber daya
(FSO) laut non ikan untuk kepentingan
Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating ekonomi
Facility) Migas: Mooring • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral Berbendera Indonesia
logam • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral Kapal nelayan kecil
bukan logam atau mineral batuan • Pemasangan Keramba Jaring Apung
Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral • Pemasangan rumpon perairan dalam
radioaktif • Pemasangan rumpon perairan dangkal
Pengolahan & Pemurnian Batubara • Pengangkutan ikan hasil penangkapan
Pengolahan & Pemurnian Mineral logam dengan Kapal
Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
logam atau mineral batuan Indonesia
Pengolahan & Pemurnian Mineral • Penangkapan ikan
radioaktif menggunakan Squid Jigging
Penempatan tailing (bahan yang tertinggal • Penangkapan ikan
setelah pemisahan fraksi) di bawah laut menggunakan Pancing Prawe Dasar
Pembangunan Terminal • Penangkapan ikan
Regasifikasi LNG menggunakan Long line (rawai Tuna)
Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) • Penangkapan ikan
102
Pemusnahan handak migas menggunakan Pole dan line
Pemasangan fasilitas mesin kalor • Penangkapan ikan
Eksplorasi energi OTEC menggunakan Bubu/Muroami dan
Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm sejenisnya
Pembangunan terminal peti kemas • Penangkapan ikan
Pembangunan terminal curah kering menggunakan Bouke Ami
Pembangunan terminal curah CAIR • Penangkapan ikan
Pembangunan terminal ro-ro menggunakan Bagan Apung
Pembangunan Tempat perbaikan kapal • Pemasangan fasilitas turbin generator energi
Penempatan kapal mati • Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik
Uji coba kapal Tenaga Arus Laut (PLTAL)
Usaha pelayanan perbaikan dan • Pembangunan, pemindahan, dan/atau
pemeliharaan kapal perikanan : pembongkaran bangunan atau instalasi
dock/slipway, bengkel dan tempat pipanisasi di perairan
perbaikan jaring; • Penanaman kabel
Usaha bongkar muat barang : pengemasan, • Penanaman Pipa diameter 0-20
penumpukan, dan cm
penyimpanan di pelabuhan • Penanaman Pipa diameter 20-50 cm
Usaha tally mandiri : kegiatan cargodoring, • Penanaman Pipa diameter 50-100 cm
receiving/delivery, • Pembangunan kabel
stuffing, dan stripping peti kemas bagi telekomunikasi Local Port Service (LPS)
kepentingannya sendiri. • Penanaman dan atau
Pembangunan dan pengoperasian pemancangan kabel atau tiang serta sarana di
cement grinding plant dan cement packing laut
plant • Penetapan tempat alih muat antar kapal
Pengoperasian Pelabuhan • Pembangunan Kolam
Pengumpan Regional dan Lokal pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah
Pengerukan di wilayah perairan Pelabuhan gerak kapal
Pengumpan Regional dan • Pembangunan TPI
Lokal • Pembangunan breakwater (pemecah
Reklamasi di wilayah perairan Pelabuhan gelombang)
Pengumpan Regional dan • Pembangunan turap (revetment)
Lokal • pembangunan groin;
Usaha angkutan laut badan usaha pada • Penetapan alur pelayaran dari dan ke
lintas pelabuhan antar kab/kota dalam pelabuhan
103
provinsi Jawa Timur • Usaha pelayanan logistik dan perbekalan
Pengelolaan (TUKS) di dalam kapal perikanan
DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan • Pembangunan dermaga perikanan
regional. • Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
Operasi Kapal Angkutan badan usaha pada
Penyeberangan Dalam Provinsi lintas pelabuhan antar kab/kota dalam
Kegiatan penerbangan diatas alur provinsi Jawa Timur, antar provinsi dan
kepulauan pelabuhan internasional
Penetapan rute pelayaran • Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
internasional • Usaha jasa penyewaan
Kegiatan bongkar muat oleh kapal asing peralatan angkutan laut
Kegiatan berlabuh jangkar kecuali dalam • Kegiatan riset atau survei hidrografi oleh
keadaan force majeure oleh kapal asing kapal asing
Pelatihan perang dengan • Pengangkutan dan penjualan Garam
menggunakan amunisi oleh kapal asing • Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving
Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal. works dalam rangka
Pembangunan dan pengoperasian industri maritim)
terminal khusus • Penarikan (Towing)
Konstruksi Pertambangan Garam • Pengapungan (refloating)
Pembangunan Fasilitas Infrastruktur • Kegiatan budidaya biota laut untuk
(Saluran Primer, Sekunder dan pantai air) kepentingan industri
Industri penggaraman Biofarmakologi / Bioteknologi Laut
Kegiatan pengumpulan, • Pipa intake dan outake industri garam
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan limbah B3
Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan limbah non
B3
Kegiatan Industri Galangan Kapal dengan
sistem Graving Dock Kapal
Pembangunan industri yang terintegrasi
dengan pelabuhan
Kegiatan pembuatan kapal/alat terapung
saja;
104
Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat terapung saja;
Kegiatan pembuatan mesin-mesin
utama/pembantu;
Kegiatan pembuatan alat-alat perlengkapan
lain yang khusus dipergunakan dalam
kapal;
Kegiatan pembuatan alat-alat maritim
lainnya
Kegiatan pemindahan muatan dan atau
bahan bakar (cargo and fuel
transferring)
Pengintroduksian organisme hasil
rekayasa genetika ke lingkungan
Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan penjualan tenaga
listrik
Pembangunan stasiun pengisian bahan
bakar nelayan
Total Alokasi Ruang Sub Zona Wisata Alam Pantai/Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Prasarana 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya
/
Setiap usaha wisata bahari diwajibkan memiliki izin lokasi dan izin pengelolaan (Pasal 19 UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau
Ketentuan
Minimum Kecil) sebagai persyaratan memperoleh Tanda Daftar Usaha Wisata (TDUP)
Luas kawasan yg dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil maksimal 10% dari luas alokasi zona
pemanfaatan
Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam melakukan aktivitasnya dalam radius 0-2 mil
Pembangunan infrastruktur di sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil wajib memperhatikan:
Bahan bangunan ramah lingkungan, memiliki daya tahan 5-15 tahun, dan tidak diambil dari dalam Kawasan Konservasi Perairan.
Desain dibangun semi permanen ukuran memperhatikan kondisi fisik kawasan, memiliki sistem sanitasi, memiliki teknologi pengolahan dan pembuangan
limbah.
Tata letak penempatan infrastruktur tetap mempertahankan karakteristik bentang alam atau fungsi utamanya, tidak menutup/menghilangkan alur pelayaran.
Adat/budaya tradisional masyarakat
105
sesuai dengan lokasi yang ditentukan
Infrastruktur pariwisata perlu memiliki sistem sanitasi yang memenuhi standar kesehatan dan kelestarian lingkungan serta memiliki teknologi pengolahan dan
pembuangan limbah
Ketentuan Pengembangan aktivitas usaha wisata berupa pasar apung, villa (cottage) di atas laut pada Kabupaten Tuban (NLP 3502-03), Kota Probolinggo (NLP 3504-08),
Khusus dan rencana usaha sejenis diizinkan dengan syarat menggunakan tiang pancang yang ramah lingkungan dan tidak mengubah bentang alam yang ada
Penyelenggaraan aktivitas wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh wilayah perairan Provinsi Jawa Timur haruslah tidak bertentangan dengan
nilai-nilai agama, sosial budaya dan ketertiban masyarakat
106
Pelabuhan DLKr • Perlindungan keanekaragaman • Usaha wisata dayung Usaha wisata edukasi
DLKp hayati. • Usaha wisata selam Usaha wisata memancing
• Penyelamatan dan perlindungan • Usaha wisata selancar Usaha dermaga wisata
lingkungan. • Usaha wisata olahraga tirta Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi
• Penelitian kegiatan konservasi
• Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi) Usaha angkutan laut wisata dalam negeri
• Pendidikan kegiatan konservasi
• Usaha vila (cottage) di atas laut Usaha angkutan laut
• Survei dan/atau penelitian ilmiah
• Pelepasan jangkar • Usaha wisata snorkeling internasional wisata
• Penggunaan galah untuk mendorong perahu • Usaha wisata berenang Usaha jasa perjalanan wisata
• Pembangunan Sarana Bantu • Pengambilan foto/video bawah laut Usaha wisata tontonan
Navigasi Pelayaran (SBNP) • Pengambilan terumbu karang Usaha restoran di atas laut
• Penetapan tempat labuh • Pemungutan hasil hutan bukan Usaha wisata alam perairan
• Penetapan tempat alih muat kayu pada hutan mangrove (madu; getah; Jasa Wisata Tirta (bahari)
antar kapal daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil hutan Penanaman tanaman bakau dan nipah
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk kebutuhan bukan kayu lainnya) Budidaya mangrove
sandar dan olah gerak kapal
• Usaha pembudidayaan ikan laut (kerapu, Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
• Pembangunan terminal peti
kemas kakap, baronang) 10GT
• Pembangunan terminal curah • Pembudidayaan ikan untuk Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal 10-
kering kepentingan industri 30 GT
• Pembangunan terminal curah • Usaha budidaya perikanan terapung (jaring Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal ≥
CAIR apung dan pen system seluas ≥ 5 Ha dengan 30GT
• Pembangunan terminal ro-ro jumlah 1000 unit. Pengambilan barang-barang purbakala dengan
• Pembangunan Tempat • Pengambilan sumber daya laut non ikan untuk perahu
perbaikan kapal kepentingan ekonomi bermotor ≤ 5GT
• Penempatan kapal mati • Pembudidayaan sumber daya laut non ikan Pengambilan barang-barang purbakala dengan
• Pembangunan breakwater
untuk kepentingan ekonomi perahu
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap (revetment) • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan bermotor 5 - 30 GT
• pembangunan groin; Kapal Pengangkut Ikan Pengambilan barang-barang purbakala dengan
• Penetapan alur pelayaran dari Hidup Berbendera Indonesia perahu
dan ke pelabuhan • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan bermotor > 30 GT
• Uji coba kapal Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Pengambilan barang-barang selain barang
• Usaha pelayanan perbaikan dan Asing purbakala dengan
pemeliharaan kapal perikanan :dock/slipway, • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan perahu bermotor ≤ 5GT
bengkel dan tempat Kapal nelayan kecil Pengambilan barang-barang selain barang
perbaikan jaring; • Budidaya Ikan hasil rekayasa purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT
• Usaha bongkar muat barang : genetik Pengambilan barang-barang selain barang
pengemasan, penumpukan, dan • Pemasangan Keramba Jaring Apung purbakala dengan
penyimpanan di pelabuhan • Pemasangan rumpon perairan perahu bermotor > 30 GT 107
• Usaha tally mandiri : kegiatan dalam Pemasangan rumpon perairan dangkal Penelitian dan pengembangan
cargodoring, receiving/delivery, stuffing, dan • Pengangkutan ikan hasil perikanan
stripping peti kemas bagi kepentingannya penangkapan dengan Kapal Kegiatan pengujian kapal perikanan/perahu
sendiri. Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Indonesia ikan bermotor
Zona Sub Aktivitas Aktivitas Aktivitas Diperbolehkan Setelah
Zona Yang Yang Mendapat Izin
Diperbolehka Tidak
n Diperbol
ehkan
Kawasan Pemanfaatan Umum
Perikan Pelagis • Usaha wisata • Pengambi • Pengambilan sumber daya laut non ikan untuk
an edukasi. lan kepentingan
Tangka • Usaha wisata terumbu ekonomi.
p dayung. karang. • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
• Usaha wisata • Penangka Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
selam. pan ikan Asing.
• Usaha wisata menggun • Pemasangan Keramba Jaring Apung.
memancing. akan • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
• Usaha wisata pukat Kapal
selancar. hela Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Asing
• Usaha wisata (trawls), • Bongkar muat ikan
olahraga tirta. payang, • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
• Usaha cantrang, Kapal
dermaga jaring Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Asing
wisata. lampara, • Bongkar muat ikan
• Usaha dogol, • Eksplorasi mineral logam, mineral bukan
kegiatan dan logam, batuan,
hiburan dan sejenisny batubara, mineral radioaktif
rekreasi. a. • Pembangunan FPSO (Floating Production
• Usaha wisata • Penangka Storage and Offloading)
ekstrim pan ikan • Pengerukan perairan dengan capital dredging
(beresiko menggun • Pengerukan perairan laut dengan capital
tinggi). akan dredging yang
• Usaha pukat memotong material karang dan/atau batu
angkutan laut hela • Pembangunan PLTU
wisata (trawls), • Pembangunan
dalam negeri. payang, anjungan/platform migas
• Usaha cantrang, • Pembangunan Floating Storage
angkutan laut jaring Offloading (FSO)
internasional lampara, • Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating
wisata. dogol, Facility)
• Usaha jasa dan Migas: Mooring
perjalanan sejenisny • Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara
wisata. a. • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral logam
• Usaha vila • Penangka • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan
(cottage) di pan ikan logam atau mineral batuan
atas laut. menggun • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
• Usaha wisata akan radioaktif
snorkeling. seine nets • Pengolahan & Pemurnian Batubara
• Usaha wisata dan • Pengolahan & Pemurnian
tontonan laut. sejenisny Mineral logam
• Penanaman a • Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan logam
tanaman • Pengangk atau mineral batuan
bakau dan utan • Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif
nipah. mineral • Penempatan tailing (bahan yang
• Budidaya logam, tertinggal setelah pemisahan fraksi) di bawah
mangrove. mineral laut
• Perlindungan bukan • Pembangunan Terminal Regasifikasi LNG
keanekaragam logam, • Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring)
an hayati. batuan, • Pemusnahan handak migas
108
• Penyelamatan batubara, • Pemasangan fasilitas turbin generator energi
dan mineral • Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
perlindungan radioaktif Arus Laut (PLTAL)
lingkungan. • Reklamas • Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Penelitian i di • Eksplorasi energi OTEC
kegiatan wilayah • Pembangunan, pemindahan,
konservasi. perairan. dan/atau pembongkaran
• Pendidikan • Pelabuha bangunan atau instalasi pipanisasi di perairan
kegiatan n • Penanaman kabel
konservasi. Pengump • Penanaman Pipa diameter 0-20 cm
• Survei an • Penanaman Pipa diameter 20- 50 cm
dan/atau Regional • Penanaman Pipa diameter 50-100 cm
penelitian dan • Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm
ilmiah. Lokal. • Pembangunan kabel
• Pemungutan • Kegiatan telekomunikasi Local Port Service (LPS)
hasil hutan pengump • Penanaman dan atau
bukan kayu ulan, pemancangan kabel atau tiang serta sarana di
pada hutan pemanfaa laut
mangrove tan, • Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(madu; getah; pengolah (SBNP)
daun; buah an, • Penetapan tempat labuh
dan biji; tanin; pembuan • Penetapan tempat alih muat antar kapal
ikan; hasil gan, dan • Pembangunan Kolam
hutan bukan penimbun pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah
kayu lainnya). an limbah gerak kapal
• Penangkapan B3. • Pembangunan terminal peti kemas
ikan dengan • Kegiatan • Pembangunan terminal curah
kapasitas pengump kering
kapal < 10GT. ulan, • Pembangunan terminal curah
• Penangkapan pemanfaa CAIR
ikan dengan tan, • Pembangunan terminal ro-ro
kapasitas pengolah • Pembangunan Tempat
kapal 10-30 an, perbaikan kapal
GT. pembuan • Penempatan kapal mati
• Penangkapan gan, dan • Pembangunan TPI
ikan dengan penimbun • Pembangunan breakwater (pemecah
kapasitas an limbah gelombang)
kapal ≥ 30GT. non B3. • Pembangunan turap (revetment) pembangunan
• Pengambilan • Kegiatan groin;
barang-barang pembuata • Uji coba kapal
purbakala n • Usaha pelayanan perbaikan dan
dengan perahu kapal/alat pemeliharaan kapal perikanan :
bermotor ≤ terapung dock/slipway, bengkel dan tempat
5GT. saja. perbaikan jaring;
• Pengambilan • Kegiatan • Usaha pelayanan logistik dan perbekalan kapal
barang-barang perbaikan perikanan
purbakala atau • Usaha bongkar muat barang : pengemasan,
dengan perahu pemelihar penumpukan, dan
bermotor 5 - aan penyimpanan di pelabuhan
30 GT. kapal/alat • Usaha tally mandiri : kegiatan cargodoring,
• Pengambilan -alat receiving/delivery,
barang-barang terapung stuffing, dan stripping peti kemas bagi
purbakala saja. kepentingannya sendiri.
dengan perahu • Kegiatan • Pembangunan dan
bermotor > 30 pembuata pengoperasian Jetty
GT. n mesin- • Pembangunan dan
• Pengambilan mesin pengoperasian cement grinding plant dan
barang-barang utama/pe cement packing plant
selain barang mbantu. • Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan Regional
purbakala • Kegiatan dan Lokal
109
dengan perahu pembuata • Pengerukan di wilayah perairan Pelabuhan
bermotor ≤ n alat-alat Pengumpan Regional
5GT. perlengka dan Lokal
• Pengambilan pan lain • Usaha angkutan laut badan usaha pada lintas
barang-barang yang pelabuhan
selain barang khusus antar kab/kota dalam provinsi Jawa Timur
purbakala diperguna • Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
dengan perahu kan badan usaha pada
bermotor 5 - dalam lintas pelabuhan antar kab/kota dalam provinsi
30 GT. kapal. Jawa Timur, antar provinsi dan pelabuhan
• Pengambilan • Kegiatan internasional
barang-barang pembuata • Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
selain barang n alat-alat • Usaha jasa penyewaan
purbakala maritim peralatan angkutan laut
dengan lainnya. • Pengelolaan (TUKS) di dalam DLKR/DLKP
perahu pelabuhan pengumpan regional.
bermotor > 30 • Operasi Kapal Angkutan Penyeberangan Dalam
GT Provinsi
• Pelepasan • Kegiatan penerbangan diatas alur kepulauan
jangkar • Penetapan rute pelayaran
• Penggunaan internasional
galah untuk • Kegiatan bongkar muat oleh
mendorong kapal asing
perahu • Kegiatan riset atau survei
• Usaha hidrografi oleh kapal asing
pembudidayaa • Kegiatan berlabuh jangkar kecuali dalam
n ikan laut keadaan force
(kerapu, majeure oleh kapal asing
kakap, • Pelatihan perang dengan menggunakan amunisi
baronang) oleh kapal
• Pembudidaya asing
an ikan untuk • Usaha pelayanan jasa
kepentingan pemanduan kapal.
industri • Pembangunan dan
• Usaha pengoperasian terminal khusus
budidaya • Pengangkutan dan penjualan
perikanan Garam
terapung • Konstruksi Pertambangan
system seluas Garam
≥ 5 Ha dengan • Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran
jumlah 1000 Primer,
unit. Sekunder dan pantai air) Industri
• Pengangkutan penggaraman
ikan hasil • Kegiatan Industri Galangan Kapal dengan
budidaya sistem Graving Dock Kapal
dengan Kapal • Pembangunan industri yang terintegrasi dengan
Pengangkut pelabuhan
Ikan Hidup • Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving works
Berbendera dalam rangka
Indonesia industri maritim).
• Pengangkutan • Kegiatan membantu pekerjaan teknis terhadap
ikan hasil kapal-kapal yang masih mengapung tetapi
budidaya sedang mendapat malapetaka
dengan Kapal • Pengintroduksian organisme hasil rekayasa
nelayan genetika ke
kecil lingkungan
• Budidaya Ikan • Pembangunan pembangkitan,
hasil rekayasa transmisi, distribusi dan penjualan tenaga listrik\
genetik • Pembangunan stasiun
• Pemasangan pengisian bahan bakar nelayan
110
rumpon • Latihan militer
perairan • Pipa intake dan outake industri garam
dalam
• Pemasangan
rumpon
perairan
dangkal
• Pengangkutan
ikan hasil
penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut
Ikan Hidup
Berbendera
Indonesia
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Gill Net
• Usaha wisata
berenang
• Usaha
restoran di
atas laut
• Usaha wisata
alam perairan
• Jasa Wisata
Tirta (bahari)
• Pengambilan
foto/video
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Long bag set
net (jaring
kantong
besar)
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Squid Jigging
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Pancing
Prawe
Dasar
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Long line
(Rawai Tuna)
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Pole dan line
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Bubu/Muroa
111
mi dan
sejenisnya
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan
ikan
menggunakan
Bagan Apung
• Penelitian dan
pengembanga
n perikanan
• Kegiatan
pengujian
kapal
perikanan/per
ahu ikan
bermotor
• Penetapan
alur pelayaran
dari
dan ke
pelabuhan
• Pembangunan
dermaga
perikanan
• Kegiatan
pemindahan
muatan
dan atau
bahan bakar
(cargo and
fuel
transferring)
• Penarikan
(Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Kegiatan
budidaya
biota laut
untuk
kepentingan
industri
Biofarmakolo
gi /
Bioteknologi
Laut
112
4) Alat penangkap ikan berupa pukat hela (trawls) dilarang untuk digunakan (Peraturan
Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/Permen-Kp/2015
Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) Dan
Pukat Tarik (Seine Nets) Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia).
5) Alat penangkapan ikan pukat tarik (seine nets) dilarang untuk digunakan. Pukat
tarik terdiri dari:
a. dogol (danish seines);
b. scottish seines;
c. pair seines;
d. payang;
e. cantrang; dan
f. lampara dasar.
(Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2/Permen-
Kp/2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
(Trawls) Dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia).
6) Kegiatan usaha perikanan memerlukan izin SIUP.
7) Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut non ikan memerlukan izin
SIUK.
8) Kegiatan pengangkutan ikan hasil penangkapan memerlukan izin SIKPI.
9) Pemasangan rumpon atau kabel memerlukan izin SIPJK.
10) Pengambilan barang-barang purbakala akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai
5GT di wilayah perairan 4 mil dari pantai ke arah laut lepas sampai 12 mil.
11) Pengambilan barang selain purbakalan akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap berikut:
a. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai 5GT-30GT di wilayah perairan 4
mil dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil
b. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai > 30GT di wilayah perairan 4 mil
dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil
12) Alat tangkap di perairan kurang dari 4 mil : Gill Net, Trammel Net , Jaring Pendem
(Gill Net dasar), Bagan Tancap, dan Jaring Klitik
13) Alat tangkap di perairan 4-12 mil berupa jaring tengah.
14) Pengujian kapal perikanan/perahu ikan bermotor dalam (inboard motor) dan
bermotor luar (outboard motor) dan atau dengan ukuran diatas 10 GT/30 PK sampai
30 GT/90 PK akan dikenakan retribusi menurut PERATURAN GUBERNUR
JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2005 :USAHA PERIKANAN DAN USAHA
KELAUTAN PROPINSI JAWA TIMUR.
15) Kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan tidak dikenakan izin, namun
dikenakan kewajiban mendaftarkan diri kepada Gubernur melalui Kepala Dinas
(Perda No. 4 Tahun 2005).
16) Perlu memperhatikan perlindungan terhadap nelayan tradisional pada radius 0-2 mil.
Ketentu 1. 2. Untuk kegiatan budidaya laut untuk kepentingan industri
an biofarmakologi/bioteknologi laut bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap.
Khusus 3. Untuk bangunan fishapartment bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap perairan
Kabupaten Tuban (Kradenan arah Utara, Mentoso, dan Gadon) (NLP 3502-03 dan
3502-04).
4. Penggunaan alat tangkap menetap diperbolehkan pada zona alur (Kecamatan Socah)
(NLP 3504-02).
113
Perikan Pelagis Perlindungan
• • Usaha Usaha wisata edukasi
an Dan keanekaragama wisata Usaha wisata memancing
Tangka Demersal n dayung Usaha dermaga wisata
p hayati. • Usaha Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi
• Penyelamatan wisata Usaha angkutan laut wisata dalam negeri
dan selam Usaha angkutan laut
perlindungan • Usaha internasional wisata
lingkungan. wisata Usaha jasa perjalanan wisata
• Penelitian selancar Usaha wisata tontonan
kegiatan • Usaha Usaha restoran di atas laut
Alokasi Ruangkonservasi
Sub Zona Perikanan wisata Usaha wisata alam perairan
• Pendidikan
Tangkap Pelagis Dan Demersal olahraga Jasa Wisata Tirta (bahari)
Prasarana 1. 2. Penangkapan ikan harus disertai izin
kegiatan tirta Penanaman tanaman bakau dan nipah
SIPI dan SKPKP.
konservasi • Usaha Budidaya mangrove
/ 3. Alat penangkap ikan yang ramah lingkungan:
Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal < 10GT
Ketentua • Survei dan/atau
a. Jaring angkat
wisata
penelitian ekstrim Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal 10-30
n Umum b. Jaring insang (beresiko
ilmiah GT
c. Perangkap
• Pelepasan tinggi) Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal ≥ 30GT
d. Pancing
jangkar • Usaha Pengambilan barang-barang purbakala dengan
e. Alat penjepit dan melukai
• Penggunaan vila perahu
4. Alatuntuk
galah penangkap ikan berupa pukatbermotor
(cottage) hela (trawls)
≤ 5GT dilarang untuk digunakan
(Peraturan
mendorong Menteri Kelautan
di atas Dan Perikanan Republik
Pengambilan barang-barang Indonesia Nomor 2/Permen-
purbakala dengan
Kp/2015
perahu Tentang Larangan
laut Penggunaan
perahu Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
(Trawls) Dan Pukat
• Pembangunan
Tarik (Seine Nets)
• Usaha
Di Wilayah
bermotor 5 - 30 GT Pengelolaan Perikanan Negara
Republik
Sarana Bantu Indonesia).
wisata Pengambilan barang-barang purbakala dengan
5. Alat penangkapan snorkelin
Navigasi ikan pukat tarikperahu
(seine nets) dilarang untuk digunakan. Pukat
tarik
Pelayaran terdiri dari: g bermotor > 30 GT
a. dogol (danish •seines);
(SBNP) Usaha Pengambilan barang-barang selain barang
b. scottish seines; wisata
• Penetapan purbakala dengan
c. pair
tempat seines;
labuh berenang perahu bermotor ≤ 5GT
d. payang;
• Penetapan • Pengambi Pengambilan barang-barang selain barang
e. cantrang;
tempat alih dan lan purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT
muatf. lampara dasar. foto/vide Pengambilan barang-barang selain barang
6. Kegiatan
antar kapal usaha perikanan
o bawahmemerlukan izin dengan
purbakala SIUP
7. Kegiatan
• Pembangunan pengelolaan
laut dan pemanfaatan sumber
perahu bermotor daya lautGT
> 30 non ikan memerlukan
izin
Kolam SIUK • Pengambi Penelitian dan pengembangan
8. Kegiatan pengangkutan
pelabuhan lan ikan hasilperikanan
penangkapan memerlukan izin SIKPI
9. Pemasangan rumpon
untuk atau kabelmemerlukan
terumbu Kegiatan pengujian kapal perikanan/perahu ikan
izin SIPJK
kebutuhan
10. karang bermotor
Pengambilan barang-barang purbakala akan dikenakan retribusi jika
sandar dan olah
dilakukan • Pemungut
pengambilan denganalat
Eksplorasi
tangkap mineral logam,
kapal perahu mineraldengan
bermotor bukan logam,
ukuran
gerak kapal5GT di wilayah
sampai an hasilperairan 4batuan,
mil daribatubara,
pantai kemineral radioaktif
arah laut lepas sampai 12 mil
• Pembangunan
11. Pengambilan hutan Pengangkutan
barang selain purbakalan akan mineral logam,retribusi
dikenakan mineraljika
bukan
terminal peti pengambilan
dilakukan bukandengan alat logam, batuan,
tangkap batubara, mineral radioaktif
berikut:
kemas kayu dengan
a. kapal perahu bermotor Pembangunan
ukuran sampai FPSO (Floating
5GT-30GT Production
di wilayah Storage
perairan 4
• Pembangunan padalau t lepas and
mil dari pantai ke arah Offloading)
sampai 12 mil
terminal
b. kapalcurah hutan dengan
perahu bermotor Pengerukan
ukuran sampai perairan
> 30GT dengan capitalperairan
di wilayah dredging 4 mil
kering mangrove Pengerukan
dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil perairan laut dengan capital dredging
• Pembangunan (madu; yang memotong
12. Alat tangkap di perairan kurang dari 4 mil :material
Gill Net,karang dan/atau
Trammel Net , batu
Jaring
terminal curah getah; Pembangunan
Pendem (Gill Net dasar), Bagan Tancap, dan Jaring Klitik PLTU
CAIR
13. di perairan 4-12
Alat tangkapdaun; Pengolahan
mil berupa & jaring
Pemurnian
tengahBatubara
• Pembangunan buah dan Pengolahan & Pemurnian Mineral logam
14. Pengujian kapal perikanan/perahu ikan bermotor dalam (inboard motor) dan
terminal ro-ro biji; Pengolahan & Pemurnian
bermotor luar (outboard motor) dan atau dengan ukuran diatas 10 GT/30 PK
• Pembangunan tanin; Mineral bukan logam atau mineral batuan
sampai 30 GT/90 PK akan dikenakan retribusi menurut PERATURAN
Tempat ikan; Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif
GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2005
perbaikan kapal hasil Penempatan tailing (bahan yang tertinggal setelah
:USAHA PERIKANAN DAN USAHA KELAUTAN PROPINSI JAWA TIMUR
• Penempatan hutan pemisahan
15.
kapal mati
Kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan tidak dikenakan izin,
bukan fraksi) di bawah laut
namun dikenakan kewajiban mendaftarkan diri kepada Gubernur melalui Kepala
• Pembangunan kayu Pemasangan fasilitas turbin generator energi
Dinas (Perda No. 4 Tahun 2005)
breakwater lainnya) Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
16.
(pemecah Perlu memperhatikan
• Usaha
perlindungan
Arus Lautterhadap
(PLTAL) nelayan tradisional pada radius
gelombang) pembudid Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Pembangunan ayaan Eksplorasi energi OTEC 114
turap ikan laut Pembangunan, pemindahan, dan/atau
(revetment) (kerapu, pembongkaran bangunan atau instalasi
• pembangunan kakap, pipanisasi di perairan
groin; baronang) Penanaman kabel
• Penetapan alur • Pembudid Penanaman Pipa diameter 0-20 cm
0-2 mil
1) 2) Untuk kegiatan budidaya laut untuk kepentingan industri
biofarmakologi/bioteknologi laut bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap
3) Untuk bangunan fishapartment bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap
perairan Kabupaten Tuban (Kradenan arah Utara, Mentoso, dan Gadon) (NLP
3502-03 dan 3502-04)
4) Penggunaan alat tangkap menetap diperbolehkan pada zona alur (Kecamatan
Socah) (NLP 3504-02)
• Usaha • Usaha wisata Usaha wisata dayung.
wisata selancar. Usaha wisata selam.
Perikan Budiday edukasi. • Usaha Usaha wisata memancing.
an a Laut • Usaha angkutan laut Usaha wisata olahraga tirta.
Budaya dermaga wisata dalam Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi).
wisata. negeri. Usaha vila (cottage) di atas laut.
• Usaha • Usaha Usaha wisata snorkeling.
kegiatan angkutan laut Usaha wisata berenang.
hiburan internasional Usaha restoran di atas laut.
dan wisata. Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
rekreasi. • Pengambilan 10GT.
• Usaha terumbu Pengambilan barang-barang purbakala dengan
jasa karang. perahu bermotor ≤ 5GT.
perjalana • Penangkapan Pengambilan barang-barang purbakala dengan
n wisata. ikan dengan perahu bermotor 5 - 30 GT.
• Usaha kapasitas kapal Pengambilan barang-barang purbakala dengan
wisata 10-30 GT. perahu bermotor > 30 GT.
tontonan • Penangkapan Pengambilan barang-barang selain barang
. ikan dengan purbakala dengan perahu bermotor ≤ 5GT.
• Usaha kapasitas kapal Pengambilan barang-barang selain barang
wisata ≥ 30GT. purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT.
alam • Pelepasan Pengambilan barang-barang selain barang
perairan. jangkar. purbakala dengan perahu bermotor > 30 GT.
• Jasa • Pemasangan Penggunaan galah untuk mendorong perahu.
Wisata rumpon Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan
Tirta perairan dalam. Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
(bahari). • Pemasangan Asing.
• Pengam rumpon Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
bilan perairan Kapal Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
foto/vide dangkal. Asing.
o bawah • Bongkar muat Penangkapan ikan menggunakan Gill Net
laut. ikan. (Jaring insang) dan sejenisnya.
• Penanam • Penangkapan Penangkapan ikan menggunakan Pancing Prawe
an ikan Dasar.
tanaman menggunakan Penangkapan ikan menggunakan
bakau pukat hela Bubu/Muroami dan sejenisnya.
dan (trawls), Penangkapan ikan menggunakan Bagan Apung.
nipah. payang, Eksplorasi mineral logam, mineral bukan
• Budiday cantrang, logam, batuan, batubara, mineral radioaktif.
a jaring lampara, Pembangunan FPSO (Floating Production
mangrov dogol, dan Storage and Offloading).
e. sejenisnya. Pembangunan PLTU.
• Perlindu • Penangkapan Pembangunan anjungan/platform migas.
ngan ikan Pembangunan Floating Storage Offloading
keanekar menggunakan (FSO).
agaman seine nets dan Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating
hayati. sejenisnya. Facility) Migas: Mooring.
• Penyela • Penangkapan Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara.
matan ikan Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral logam.
dan menggunakan Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan
perlindu Long bag set logam atau mineral batuan.
115
ngan net (jaring Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
lingkung kantong besar). radioaktif.
an. • Penangkapan Pengolahan & Pemurnian Batubara.
• Penelitia ikan Pengolahan & Pemurnian Mineral logam.
n menggunakan Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan logam
kegiatan Squid Jigging. atau mineral batuan.
konserva • Penangkapan Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif.
si. ikan Penempatan tailing (bahan yang tertinggal
• Pendidik menggunakan setelah pemisahan fraksi) di bawah laut.
an Long line Pembangunan Terminal Regasifikasi LNG.
kegiatan (rawai Tuna). Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring).
konserva • Penangkapan Pemusnahan handak migas.
si. ikan Pemasangan fasilitas turbin generator energi.
• Survei menggunakan Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
dan/atau Pole dan line. Arus Laut (PLTAL).
penelitia • Penangkapan Pemasangan fasilitas mesin kalor.
n ilmiah. ikan Eksplorasi energi OTEC.
• Pemung menggunakan Pembangunan, pemindahan, dan/atau
utan Bouke Ami. pembongkaran bangunan atau instalasi
hasil • Kegiatan pipanisasi di perairan.
hutan pengujian Penanaman kabel.
bukan kapal Penanaman Pipa diameter 0-20 cm.
kayu perikanan/pera Penanaman Pipa diameter 20-50 cm.
pada hu ikan Penanaman Pipa diameter 50-100 cm.
hutan bermotor. Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm.
mangrov • Pengangkutan Pembangunan kabel telekomunikasi Local Port
e mineral logam, Service (LPS).
(madu; mineral bukan Penanaman dan atau pemancangan kabel atau
getah; logam, batuan, tiang serta sarana di laut.
daun; batubara, Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
buah dan mineral (SBNP).
biji; radioaktif. Penetapan tempat labuh.
tanin; • Pengerukan Penetapan tempat alih muat antar kapal.
ikan; perairan Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
hasil dengan capital kebutuhan sandar dan olah gerak kapal.
hutan dredging. Pembangunan terminal peti kemas.
bukan • Pengerukan Pembangunan terminal curah kering.
kayu perairan laut Pembangunan terminal curah CAIR.
lainnya). dengan capital Pembangunan terminal ro-ro.
• Usaha dredging yang Pembangunan Tempat perbaikan kapal.
pembudi memotong Penempatan kapal mati.
dayaan material Pembangunan TPI.
ikan laut karang Pembangunan breakwater (pemecah
(kerapu, dan/atau batu. gelombang).
kakap, • Reklamasi di Pembangunan turap (revetment).
baronan wilayah Pembangunan groin.
g). perairan Uji coba kapal.
• Pembudi Pelabuhan Usaha pelayanan perbaikan dan pemeliharaan
dayaan Pengumpan kapal perikanan : dock/slipway, bengkel dan
ikan Regional dan tempat perbaikan jaring.
untuk Lokal. Usaha pelayanan logistik dan perbekalan kapal
kepentin • Kegiatan perikanan.
gan pengumpulan, Usaha bongkar muat barang : pengemasan,
industri. pemanfaatan, penumpukan, dan penyimpanan di pelabuhan.
• Usaha pengolahan, Usaha tally mandiri : kegiatan cargodoring,
budidaya pembuangan, receiving/delivery, stuffing, dan stripping peti
perikana dan kemas bagi kepentingannya sendiri.
n penimbunan Pembangunan dan pengoperasian Jetty.
terapung limbah B3. Pembangunan dan pengoperasian cement
(jaring • Kegiatan grinding plant dan cement packing plant.
116
apung pengumpulan, Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan Regional
dan pen pemanfaatan, dan Lokal.
system pengolahan, Pengerukan di wilayah perairan Pelabuhan
seluas ≥ pembuangan, Pengumpan Regional dan Lokal.
5 Ha dan Usaha angkutan laut badan usaha pada lintas
dengan penimbunan pelabuhan antar kab/kota dalam provinsi Jawa
jumlah limbah non B3. Timur.
1000 Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
unit. badan usaha pada lintas pelabuhan antar
• Pengam kab/kota dalam provinsi Jawa Timur, antar
bilan provinsi dan pelabuhan internasional.
sumber Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan.
daya laut Usaha jasa penyewaan peralatan angkutan laut.
non ikan Pengelolaan (TUKS) di dalam DLKR/DLKP
untuk pelabuhan pengumpan regional.
kepentin Operasi Kapal Angkutan Penyeberangan Dalam
gan Provinsi.
ekonomi Kegiatan penerbangan diatas alur kepulauan.
. Penetapan rute pelayaran internasional.
• Pembudi Kegiatan bongkar muat oleh kapal asing.
dayaan Kegiatan riset atau survei hidrografi oleh kapal
sumber asing.
daya Kegiatan berlabuh jangkar kecuali dalam
laut non keadaan force majeure oleh kapal asing.
ikan Pelatihan perang dengan menggunakan amunisi
untuk oleh kapal asing.
kepentin Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal..
gan Pembangunan dan pengoperasian terminal
ekonomi khusus.
. Pengangkutan dan penjualan Garam.
• Pengang Konstruksi Pertambangan Garam.
kutan Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran
ikan Primer, Sekunder dan pantai air) Industri
hasil penggaraman.
budidaya Kegiatan Industri Galangan Kapal dengan
dengan sistem Graving Dock Kapal.
Kapal Pembangunan industri yang terintegrasi dengan
Pengang pelabuhan.
kut Ikan Kegiatan pembuatan kapal/alat terapung saja.
Hidup Kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
Berbend kapal/alat-alat terapung saja.
era Kegiatan pembuatan mesin mesin
Indonesi utama/pembantu.
a. Kegiatan pembuatan alat-alat perlengkapan lain
• Pengang yang khusus dipergunakan dalam kapal.
kutan Kegiatan pembuatan alat-alat maritim lainnya.
ikan Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving works
hasil dalam rangka industri maritim).
budidaya Kegiatan membantu pekerjaan teknis terhadap
dengan kapal-kapal yang masih mengapung tetapi
Kapal sedang mendapat malapetaka.
nelayan Kegiatan pemindahan muatan dan atau bahan
kecil. bakar (cargo and fuel transferring).
• Budiday Penarikan (Towing).
a Ikan Pengapungan (refloating).
hasil Pengintroduksian organisme hasil rekayasa
rekayasa genetika ke lingkungan.
genetik. Pembangunan pembangkitan, transmisi,
• Pemasan distribusi dan penjualan tenaga listrik.
gan Pembangunan stasiun pengisian bahan bakar
117
Keramba nelayan.
Jaring Latihan militer.
Apung. Pipa intake dan outake industri garam.
• Pengang
kutan
ikan
hasil
penangk
apan
dengan
Kapal
Pengang
kut Ikan
Hidup
Berbend
era
Indonesi
a.
• Penelitia
n dan
pengemb
angan
perikana
n.
• Penetapa
n alur
pelayara
n dari
dan ke
pelabuha
n.
• Pemban
gunan
dermaga
perikana
n.
• Kegiatan
budidaya
biota
laut
untuk
kepentin
gan
industri
Biofarm
akologi /
Biotekno
logi Laut
Prasara 1. 2. Kepada setiap pemegang SIPI dan atau SPI dilarang melakukan penangkapan
na / ikan dan atau pembudidayaan ikan di wilayah perairan kurang dari 4 mil diukur
Ketentu dari garis pantai.
an 3. Budidaya tambak udang/ikan tingkat teknologi maju dan madya dengan atau
Umum tanpa unit pengolahannya seluas lebih dari sama dengan 50 Ha memerlukan izin
AMDAL (Permen LH No.5/2012).
4. Usaha budidaya perikanan terapung (jaring apung dan pen system) dengan
ketentuan seperti di bawah ini memerlukan izin AMDAL:
a. Di air tawar (danau) seluas lebih dari sama dengan 2,5 Ha dengan jumlah lebih
dari sama dengan 500 unit.
118
b. Di air laut, seluas lebih dari sama dengan 5 Ha dengan jumlah 1000 unit.
(Permen LH No.5/2012)
5. Kegiatan usaha perikanan memerlukan izin SIUP.
6. Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut non ikan memerlukan
izin SIUK.
7. Kegiatan pengangkutan ikan hasil budidaya memerlukan izin SIKPI.
8. Pemasangan rumpon atau kabel memerlukan izin SIPJK.
9. Pengambilan barang-barang purbakala akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai
5GT di wilayah perairan 4 mil dari pantai ke arah laut lepas sampai 12 mil
(PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR
NOMOR 46 TAHUN 2005 :USAHA PERIKANAN DAN USAHA KELAUTAN
PROPINSI JAWA TIMUR).
10. Pengambilan barang selain purbakalan akan dikenakan retribusi jika dilakukan
pengambilan dengan alat tangkap berikut:
a. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai 5GT-30GT di wilayah perairan 4
mil dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil
b. kapal perahu bermotor dengan ukuran sampai > 30GT di wilayah perairan 4
mil dari pantai ke arah lau t lepas sampai 12 mil (PERATURAN GUBERNUR
JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2005 :USAHA PERIKANAN DAN
USAHA KELAUTAN PROPINSI JAWA TIMUR).
11. Perlu memperhatikan perlindungan terhadap nelayan tradisional pada radius 0-2
mil.
12. KJA Offshore diijinkan pada radius > 2 mil.
Ketentu 1. 2. Untuk Kecamatan Rogojampi, di dalam zona perikanan budidaya, jika ada
an kegiatan mangrove ketebalannya maksimum 4 meter. (NLP 3506-07).
Khusus 3. Kegiatan industri maritim (perbaikan dan pembuatan kapal) diperbolehkan pada
zona budidaya laut khususnya di pesisir Camplong, dimana sudah ada investor
yang masuk namun belum ada kajian teknisnya untuk rencana reklamasinya
(NLP 3504-14).
4. Untuk kegiatan budidaya laut untuk kepentingan industri
biofarmakologi/bioteknologi laut bersifat diizinkan di zona perikanan tangkap.
5. Kegiatan wisata diperbolehkan pada zona budidaya laut khususnya di Camplong
(NLP 3504-14)
119
(Flaring). • Usaha wisata alam perairan pembongkaran
• Pembangunan • Jasa Wisata Tirta (bahari) bangunan atau
kabel • Pengambilan foto/video bawah laut instalasi
telekomunikasi • Penanaman tanaman bakau dan nipah pipanisasi di
Local Port • Budidaya mangrove perairan
Service (LPS). • Pengambilan terumbu karang • Penanaman kabel
• Kegiatan • Pemungutan hasil hutan bukan kayu • Penanaman Pipa
membantu pada hutan mangrove (madu; getah; diameter 0-20
pekerjaan daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil cm
teknis terhadap hutan bukan kayu lainnya) • Penanaman Pipa
kapal-kapal • Penangkapan ikan dengan kapasitas diameter 20-
yang kapal < 10GT 50 cm
masih • Penangkapan ikan dengan kapasitas • Penanaman Pipa
mengapung kapal 10-30 GT diameter 50-
tetapi sedang • Penangkapan ikan dengan kapasitas 100 cm
mendapat kapal ≥ 30GT • Penanaman Pipa
malapetaka. • Pengambilan barang-barang purbakala diameter
dengan perahu bermotor ≤ 5GT diatas 100 cm
• Pengambilan barang-barang purbakala • Penanaman dan
dengan perahu bermotor 5- 30 GT atau
• Pengambilan barang-barang purbakala pemancangan
dengan perahu bermotor > 30 GT kabel atau tiang
• Pengambilan barang-barang selain serta sarana di laut
barang purbakala dengan perahu • Pembangunan
bermotor ≤ 5GT. Sarana Bantu
• Pengambilan barang-barang selain Navigasi
barang purbakala dengan perahu Pelayaran (SBNP)
bermotor 5 - 30 GT • Kegiatan
• Pengambilan barang-barang selain pemindahan
barang purbakala dengan perahu muatan
bermotor > 30 GT dan atau bahan
• Pelepasan jangkar bakar (cargo and
• Penggunaan galah untuk mendorong fuel transferring)
perahu • Penarikan
• Usaha pembudidayaan ikan laut (Towing)
(kerapu, kakap, baronang) • Latihan militer
• Pembudidayaan ikan untuk • Pipa intake dan
kepentingan industri outake industri
• Usaha budidaya perikanan terapung garam
(jaring apung dan pen system seluas ≥
5 Ha dengan jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya laut non
ikan untuk kepentingan ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya laut non
ikan untuk kepentingan ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal nelayan kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik
• Pemasangan Keramba Jaring Apung
• Pemasangan rumpon perairan dalam
• Pemasangan rumpon perairan dangkal
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
120
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan menggunakan pukat
hela (trawls), payang, cantrang, jaring
lampara, dogol, dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Gill
Net (Jaring insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan seine
nets dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Long
bag set net (jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan menggunakan Squid
Jigging
• Penangkapan ikan menggunakan
Pancing Prawe Dasar
• Penangkapan ikan menggunakan Long
line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan menggunakan Pole
dan line
• Penangkapan ikan menggunakan Bubu/
Muroami dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan ikan menggunakan
Bagan Apung
• Penelitian dan pengembangan
perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor
• Eksplorasi mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengangkutan mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengerukan perairan dengan capital
dredging
• Pengerukan perairan laut dengan
capital dredging yang memotong
material karang dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pengolahan & Pemurnian Batubara
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
logam
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
bukan logam atau mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
radioaktif
• Penempatan tailing (bahan yang
tertinggal setelah pemisahan fraksi) di
bawah laut
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin generator
energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut (PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Eksplorasi energi OTEC
121
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat antar kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti kemas
• Pembangunan terminal curah kering
• Pembangunan terminal curah CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater (pemecah
gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari dan ke
pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan dan
pemeliharaan kapal perikanan :
dock/slipway, bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti kemas bagi
kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan pengoperasian
cement grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Usaha angkutan laut badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran rakyat
atau badan usaha pada lintas
pelabuhan antar kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur, antar provinsi
dan pelabuhan internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan
regional.
• Operasi Kapal Angkutan
122
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur
kepulauan
• Penetapan rute pelayaran internasional
• Kegiatan bongkar muat oleh kapal
asing
• Kegiatan riset atau survei hidrografi
oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar kecuali
dalam keadaan force majeure oleh
kapal asing
• Pelatihan perang dengan menggunakan
amunisi oleh kapal asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan
kapal.
• Pembangunan dan pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan Garam
• Konstruksi Pertambangan Garam
• Pembangunan Fasilitas Infrastruktur
(Saluran Primer, Sekunder dan pantai
air) Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan, pembuangan, dan
penimbunan limbah B3
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan, pembuangan, dan
penimbunan limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan Kapal
dengan sistem Graving Dock Kapal
• Pembangunan industri yang terintegrasi
dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan kapal/alat
terapung saja;
• Kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
kapal/alat-alat terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat maritim
lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman
(diving works dalam rangka industri
maritim).
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut untuk
kepentingan industri Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• Pengintroduksian organisme hasil
rekayasa genetika ke lingkungan
• Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan penjualan
tenaga listrik
• Pembangunan stasiun pengisian bahan
bakar nelayan
Prasarana 1.
2. 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya.
/
3. Setiap usaha pertambangan memerlukan izin-izin berupa: Izin Usaha
Ketentua
123
n Umum Pertambangan (IUP) Eksplorasi, IUP Eksploitasi, Izin Pertambangan Rakyat, Izin
Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Eksplorasi, IUPK Operasi Produksi, dan
Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUPJ).
4. Setiap usaha pertambangan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL harus
mengurus izin lingkungan yang diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan tingkat kewenangannya.
5. Tidak diperbolehkan adanya aktivitas lain pada radius 500 meter dari titik
platform.
6. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
melakukan aktivitasnya pada radius 0-2 mil.
Pasir • Perlindungan • Usaha wisata edukasi • Batubara
Laut keanekaragama • Usaha wisata dayung • Eksploitasi
n • Usaha wisata selam (Operasi Produksi)
hayati. • Usaha wisata memancing Mineral logam
• Penyelamatan • Usaha wisata selancar • Eksploitasi
dan • Usaha wisata olahraga tirta (Operasi Produksi)
perlindungan • Usaha dermaga wisata Mineral bukan
lingkungan. • Usaha kegiatan hiburan dan rekreasi logam atau
• Penelitian • Usaha wisata ekstrim (beresiko tinggi) mineral
kegiatan • Usaha angkutan laut wisata dalam batua
konservasi. negeri • Eksploitasi
• Pendidikan • Usaha angkutan laut internasional (Operasi Produksi)
kegiatan wisata Mineral radioaktif
konservasi. • Usaha jasa perjalanan wisata • Pembangunan
• Survei dan/atau • Usaha vila (cottage) di atas laut Terminal
penelitian • Usaha wisata snorkeling Regasifikasi LNG
ilmiah. • Usaha wisata tontonan • Pembangunan,
• Pembakaran • Usaha wisata berenang pemindahan,
Gas Suar Bakar • Usaha restoran di atas laut dan/atau
(Flaring). • Usaha wisata alam perairan pembongkaran
• Pembangunan • Jasa Wisata Tirta (bahari) bangunan atau
kabel • Pengambilan foto/video bawah laut instalasi
telekomunikasi • Penanaman tanaman bakau dan nipah pipanisasi di
Local Port • Budidaya mangrove perairan
Service (LPS). • Pengambilan terumbu karang • Penanaman kabel
• Kegiatan • Pemungutan hasil hutan bukan kayu • Penanaman Pipa
membantu pada hutan mangrove (madu; getah; diameter 0-20
pekerjaan daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil cm
teknis terhadap hutan bukan kayu lainnya) • Penanaman Pipa
kapal-kapal • Penangkapan ikan dengan kapasitas diameter 20-
yang kapal < 10GT 50 cm
masih • Penangkapan ikan dengan kapasitas • Penanaman Pipa
mengapung kapal 10-30 GT diameter 50-
tetapi sedang • Penangkapan ikan dengan kapasitas 100 cm
mendapat kapal ≥ 30GT • Penanaman Pipa
malapetaka. • Pengambilan barang-barang purbakala diameter
dengan perahu bermotor ≤ 5GT diatas 100 cm
• Pengambilan barang-barang purbakala • Penanaman dan
dengan perahu bermotor 5- 30 GT atau
• Pengambilan barang-barang purbakala pemancangan
dengan perahu bermotor > 30 GT kabel atau tiang
• Pengambilan barang-barang selain serta sarana di laut
barang purbakala dengan perahu • Pembangunan
bermotor ≤ 5GT. Sarana Bantu
• Pengambilan barang-barang selain Navigasi
barang purbakala dengan perahu Pelayaran (SBNP)
bermotor 5 - 30 GT • Kegiatan
• Pengambilan barang-barang selain pemindahan
barang purbakala dengan perahu muatan
124
bermotor > 30 GT dan atau bahan
• Pelepasan jangkar bakar (cargo and
• Penggunaan galah untuk mendorong fuel transferring)
perahu • Penarikan
• Usaha pembudidayaan ikan laut (Towing)
(kerapu, kakap, baronang) • Latihan militer
• Pembudidayaan ikan untuk kepentingan • Pipa intake dan
industri outake industri
• Usaha budidaya perikanan terapung garam
(jaring apung dan pensystem seluas ≥ 5
Ha dengan jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya laut non ikan
untuk kepentingan ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya laut non
ikan untuk kepentingan ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil budidaya
dengan Kapal nelayan kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik
• Pemasangan Keramba Jaring Apung
• Pemasangan rumpon perairan dalam
• Pemasangan rumpon perairan dangkal
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil penangkapan
dengan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan menggunakan pukat
hela (trawls), payang, cantrang, jaring
lampara, dogol, dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Gill
Net (Jaring insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan seine
nets dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Long
bag set net (jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan menggunakan Squid
Jigging
• Penangkapan ikan menggunakan
Pancing Prawe Dasar
• Penangkapan ikan menggunakan Long
line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan menggunakan Pole
dan line
• Penangkapan ikan menggunakan Bubu/
Muroami dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan Bouke
Ami
• Penangkapan ikan menggunakan Bagan
Apung
• Penelitian dan pengembangan perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor
125
• Eksplorasi mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengangkutan mineral logam, mineral
bukan logam, batuan, batubara, mineral
radioaktif
• Pengerukan perairan dengan capital
dredging
• Pengerukan perairan laut dengan capital
dredging yang memotong material
karang dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pengolahan & Pemurnian Batubara
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
logam
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
bukan logam atau mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian Mineral
radioaktif
• Penempatan tailing (bahan yang
tertinggal setelah pemisahan fraksi) di
bawah laut
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin generator
energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut (PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat antar kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti kemas
• Pembangunan terminal curah kering
• Pembangunan terminal curah CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater (pemecah
gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari dan ke
pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan dan
pemeliharaan kapal perikanan
dock/slipway, bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti kemas bagi
126
kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan pengoperasian
cement grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan
Lokal
• Usaha angkutan laut badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran rakyat
atau badan usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi Jawa
Timur, antar provinsi dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan
regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur
kepulauan
• Penetapan rute pelayaran internasional
• Kegiatan bongkar muat oleh kapal asing
• Kegiatan riset atau survei hidrografi
oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar kecuali
dalam keadaan force majeure oleh kapal
asing
• Pelatihan perang dengan menggunakan
amunisi oleh kapal
asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal.
• Pembangunan dan pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan Garam
• Konstruksi Pertambangan Garam
• Pembangunan Fasilitas Infrastruktur
(Saluran Primer, Sekunder dan pantai
air) Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan, pembuangan, dan
penimbunan limbah B3
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan,
pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan limbah
non B3
• Kegiatan Industri Galangan Kapal
dengan sistem Graving Dock Kapal
• Pembangunan industri yang terintegrasi
dengan pelabuhan
127
Kegiatan pembuatan kapal/alat terapung
•
saja;
• Kegiatan perbaikan atau pemeliharaan
kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat maritim
lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving
works dalam rangka industri maritim).
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut untuk
kepentingan industri Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• Pengintroduksian organisme hasil
rekayasa genetika ke lingkungan
• Pembangunan pembangkitan, transmisi,
distribusi dan penjualan tenaga listrik
• Pembangunan stasiun pengisian bahan
bakar nelayan
Prasarana • • 70% wilayah zona harus digunakan sesuai peruntukan zonanya
/ • Setiap usaha pertambangan memerlukan izin-izin berupa: Izin Usaha
Ketentua Pertambangan (IUP) Eksplorasi, IUP Eksploitasi, Izin Pertambangan Rakyat, Izin
n Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Eksplorasi, IUPK Operasi Produksi, dan Izin
Minimu Usaha Jasa Pertambangan (IUPJ)
m • Setiap usaha pertambangan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL harus
mengurus izin lingkungan yang diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan tingkat kewenangannya
• Perlumelakukanperlindunganterhadaphak-
haknelayantradisionaldalammelakukanaktivitasnyapada radius 0-2 mil
Ketentua • • Kegiatan penambangan pasir besi tidak diijinkan pada seluruh perairan Provinsi
n Khusus Jawa Timur
• Kegiatan penambangan pasir laut pada NLP 3504-03 dan NLP 3504-04 perlu
berkoordinasi dengan DLKr DLKp Pelabuhan Tanjung Perak dalam hal
pembatasan waktu pengerukan dan pembatasan jenis alat berat yang digunakan
KAWASAN KONSERVASI
128
Kawas Kawasa Zona Inti • Usaha wisata ekstrim Zona Inti
an n • Penanaman (beresiko • Usaha wisata edukasi
Konser Konserv tanaman tinggi) • Pengambilan foto/video bawah
vasi asi bakau dan • Usaha angkutan laut laut
nipah wisata dalam • Pendidikan kegiatan konservasi
Pesisir Pesisir
• negeri • Survei dan/atau penelitian ilmiah
& & Pulau Perlindungan • Usaha angkutan laut • Pengambilan barang-barang
Pulau Kecil keanekaraga internasional purbakala dengan perahu
Kecil (KKP3 man wisata bermotor ≤ 5GT
(KKP3 K) hayati; • Usaha jasa perjalanan Zona Pemanfaatan Terbatas
K • wisata • Usaha wisata dayung
Penyelamatan • Usaha vila (cottage) • Usaha wisata memancing
dan di atas laut • Usaha wisata olahraga tirta
perlindungan • Usaha wisata • Usaha dermaga wisata
lingkungan snorkeling • Usaha kegiatan hiburan dan
• Penelitian • Usaha wisata rekreasi
kegiatan tontonan • Usaha angkutan laut wisata
konservasi • Usaha wisata dalam negeri
Zona berenang • Usaha jasa perjalanan wisata
Pemanfaatan • Usaha restoran di atas • Usaha wisata alam perairan
Terbatas laut • Jasa Wisata Tirta (bahari)
• Usaha • Usaha wisata alam • Pengambilan foto/video bawah
wisata perairan laut
edukasi • Jasa Wisata Tirta • Budidaya mangrove
• Usaha (bahari) • Pemungutan hasil hutan bukan
wisata selam • Budidaya mangrove kayu pada hutan mangrove
• Usaha • Pengambilan terumbu (madu; getah; daun; buah dan
wisata karang biji; tanin; ikan; hasil hutan bukan
snorkeling • Pemungutan hasil kayu lainnya)
• Usaha hutan bukan • Pengambilan barang-barang
wisata kayu pada hutan purbakala dengan perahu
tontonan mangrove (madu; bermotor ≤ 5GT
• Usaha getah; daun; buah dan • Pengambilan barang-barang
wisata biji; tanin; purbakala dengan perahu
berenang ikan; hasil hutan bukan bermotor 5 - 30 GT
• Penanaman kayu lainnya) • Penggunaan galah untuk
tanaman • Penangkapan ikan mendorong perahu
bakau dan dengan • Penangkapan ikan
nipah kapasitas kapal < menggunakan Squid Jigging
• 10GT • Penangkapan ikan
Perlindungan • Penangkapan ikan menggunakan Pancing Prawe
keanekaraga dengan Dasar
man kapasitas kapal 10-30 • Penangkapan ikan
hayati; GT menggunakan Long line (rawai
• • Penangkapan ikan Tuna)
Penyelamatan dengan • Penangkapan ikan
Prasarana • Maksimal 25% dari luas kawasan diperbolehkan kegiatan lain asal sejalan dengan
dan kapasitas kapal ≥ menggunakan Pole dan line
/ tujuan utama zona kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil
perlindungan 30GT • Penelitian dan pengembangan
Ketentua • Zona Inti harus dimiliki setiap kawasan konservasi perairan dengan luasan paling
lingkungan • Pengambilan barang- perikanan
n Umum sedikit 2% dari luas kawasan dengan fungsi tempat berpijah (spawning ground),
• Penelitian barang • Kegiatan budidaya biota laut
tempat bertelur (nesting site), daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan
kegiatan purbakala dengan untuk kepentingan industri
(feeding ground) ikan dan/atau
konservasi perahu bermotor 5 Biofarmakologi / Bioteknologi
biota perairan lainnya
• Pendidikan - 30 GT Laut
• Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
kegiatan • Pengambilan barang- Zona Lainnya
melakukan aktivitasnya dalam radius 0-2 mil
konservasi barang • Usaha wisata selancar
• Kegiatan penangkapan ikan diizinkan maksimal 50% dari potensi sumberdaya
• Survei purbakala dengan • Usaha wisata olahraga tirta
dengan ketentuan:
dan/atau perahu bermotor > • Usaha dermaga wisata
a. Memiliki izin kegiatan Penangkapan Ikan yang diterbitkan dalam bentuk Bukti
penelitian 30 GT • Usaha kegiatan hiburan dan
Pencatatan Kapal Perikanan
ilmiah • Pengambilan barang- rekreasi
b. Untuk nelayan kecil (kapal <10 GT), hanya wajib memiliki Tanda Daftar Kegiatan
Zona Lainnya barang selain • Usaha wisata ekstrim (beresiko
• Usaha barang purbakala tinggi)
wisata dengan perahu • Usaha angkutan laut wisata 129
edukasi bermotor ≤ 5GT dalam negeri
• Usaha • Pengambilan barang- • Usaha angkutan laut
wisata barang selain internasional wisata
dayung barang purbakala • Usaha jasa perjalanan wisata
• Usaha dengan perahu • Usaha vila (cottage) di atas laut
Penangkapan Ikan Untuk Nelayan Kecil
c. Menggunakan jenis alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan, meliputi jaring
angkat; jaring insang; perangkap; pancing; dan alat penjepit dan melukai
d. Tidak diizinkan menggunakan alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon
• Kegiatan pembudidayaan ikan diizinkan maksimal 50% dari potensi sumberdaya
dengan ketentuan:
a. Memiliki izin kegiatan Pembudidayaan Ikan yang diterbitkan dalam bentuk Surat
Izin Usaha Perikanan (SIUP) bidang Pembudidayaan Ikan
b. Bagi pembudi daya ikan kecil yang menggunakan teknologi sederhana, SIUP
diganti dengan Tanda Pencatatan Usaha Pembudidayaan Ikan
c. Menggunakan jenis pakan alami dan pakan buatan yang terdaftar
d. Menggunakan teknologi sederhana berupa pakan alami dan padat tebar rendah atau
teknologi semi intensif dengan pakan buatan, padat tebar sedang, dan menggunakan
kincir
• Kegiatan pariwisata alam perairan diizinkan dengan ketentuan:
a. Mengusahakan Karcis Masuk Kawasan Konservasi Perairan untuk alat
penyelaman; alat selancar ombak/angin; kamera/video recorder bawah air; jet
ski/skuter laut; dan kapal/perahu/speedboat.
b. Memiliki Surat Izin Pengusahaan Pariwisata Alam Perairan (SIPPAP) untuk wisata
selam, wisata pancing, wisata perahu layar, wisata selancar, wisata snorkeling, wisata
tontonan, pembuatan foto, video, dan film komersial, wisata berenang, serta olahraga
permukaan air lainnya.
• Kegiatan penelitian dan pendidikan diizinkan dengan ketentuan:
a. Memiliki Surat Izin Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Surat Izin Litbang
Perikanan) untuk kegiatan bioteknologi laut dan biofarmakologi laut.
b. Mengusahakan Tanda Masuk Kawasan Konservasi Perairan untuk kegiatan
penelitian.
c. Mengusahakan Tanda Masuk Kawasan Konservasi Perairan untuk kegiatan
pendidikan.
Ketentua • Penyelenggaraan konservasi harus sejalan dengan nilai-nilai agama, sosial budaya
n Khusus dan ketertiban masyarakat utamanya pada perairan Pulau Sepanjang dan Sekitarnya
Kabupaten Sumenep (NLP 3509-03, 3509-04, , 3509-07 dan 3509-08)
KAWASAN STRATEGIS
KSN • Usaha vila (cottage) di • Pendidikan kegiatan konservasi
Militer atas laut • Survei dan/atau penelitian ilmiah
• Usaha restoran di atas • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal <
laut 10GT
• Pengambilan terumbu • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal 10-30
karang GT
• Pemungutan hasil hutan • Penangkapan ikan dengan kapasitas kapal ≥
bukan kayu pada hutan 30GT
mangrove (madu; getah; • Pengambilan barang-barang purbakala dengan
daun; buah dan biji; tanin; perahu bermotor ≤ 5GT
• ikan; hasil hutan bukan • Pengambilan barang-barang purbakala dengan
Latih kayu lainnya) perahu bermotor 5 - 30 GT
an • Usaha budidaya • Pengambilan barang-barang purbakala dengan
milit perikanan terapung (jaring perahu bermotor > 30 GT
er apung dan pen system • Pengambilan barang-barang selain barang
seluas ≥ 5 Ha dengan purbakala dengan perahu bermotor ≤ 5GT
jumlah 1000 unit. • Pengambilan barang-barang selain barang
• Pengangkutan ikan hasil purbakala dengan perahu bermotor 5 - 30 GT
budidaya dengan Kapal • Pengambilan barang-barang selain barang
Pengangkut Ikan Hidup purbakala dengan perahu bermotor > 30 GT
Berbendera Asing • Pelepasan jangkar
• Penangkapan ikan • Penggunaan galah untuk mendorong perahu
menggunakan pukat hela • Usaha pembudidayaan ikan laut (kerapu, kakap,
(trawls), payang, cantrang, baronang)
jaring lampara, dogol, dan • Pembudidayaan ikan untuk kepentingan industri
sejenisnya • Pengambilan sumber daya laut non ikan untuk
130
• Pembangunan Terminal kepentingan
Regasifikasi LNG ekonomi
• Pembangunan TPI • Pembudidayaan sumber daya laut non ikan
• Usaha pelayanan untuk kepentingan
perbaikan dan ekonomi
pemeliharaan kapal • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan Kapal
perikanan : dock/slipway, Pengangkut Ikan Hidup Berbendera Indonesia
bengkel dan tempat • Pengangkutan ikan hasil budidaya dengan Kapal
perbaikan jaring; nelayan
• Usaha pelayanan logistik kecil
dan perbekalan kapal • Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik
perikanan • Pemasangan Keramba Jaring Apung
• Usaha bongkar muat • Pemasangan rumpon perairan dalam
barang : pengemasan, • Pemasangan rumpon perairan dangkal
penumpukan, dan • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
penyimpanan di pelabuhan Kapal Pengangkut Ikan Hidup
• Usaha tally mandiri : Berbendera Indonesia
kegiatan cargodoring, • Pengangkutan ikan hasil penangkapan dengan
receiving/delivery, Kapal Pengangkut Ikan Hidup
stuffing, dan stripping peti Berbendera Asing
kemas bagi • Bongkar muat ikan
kepentingannya sendiri. • Penangkapan ikan menggunakan Gill Net
• Pembangunan dan (Jaring insang) dan sejenisnya
pengoperasian cement • Penangkapan ikan menggunakan seine nets dan
grinding plant dan cement sejenisnya
packing plant • Penangkapan ikan menggunakan Long bag set
• Pengoperasian Pelabuhan net (jaring kantong besar) •Penangkapan ikan
Pengumpan Regional dan menggunakan Squid Jigging
Lokal • Penangkapan ikan menggunakan Pancing Prawe
• Pengerukan di wilayah Dasar
perairan Pelabuhan • Penangkapan ikan menggunakan Long line
Pengumpan Regional dan (rawai Tuna)
Lokal • Penangkapan ikan menggunakan Pole dan line
• Reklamasi di wilayah • Penangkapan ikan menggunakan
perairan Pelabuhan Bubu/Muroami dan sejenisnya
Pengumpan Regional dan • Penangkapan ikan menggunakan Bouke Ami
Lokal • Penangkapan ikan menggunakan Bagan Apung
• Pengelolaan (TUKS) di • Penelitian dan pengembangan perikanan
dalam DLKR/DLKP • Kegiatan pengujian kapal perikanan/perahu ikan
pelabuhan pengumpan bermotor
regional. • Eksplorasi mineral logam, mineral bukan logam,
• Kegiatan bongkar muat batuan, batubara, mineral radioaktif
oleh kapal asing • Pengangkutan mineral logam, mineral bukan
• Kegiatan riset atau survei logam, batuan, batubara, mineral radioaktif
hidrografi oleh kapal asing • Pembangunan FPSO (Floating Production
• Kegiatan berlabuh Storage and Offloading)
jangkar kecuali dalam • Pengerukan perairan dengan capital dredging
keadaan force majeure oleh • Pengerukan perairan laut dengan capital
kapal asing dredging yang memotong material karang
• Pembangunan dan dan/atau batu
pengoperasian terminal • Pembangunan PLTU
khusus • Pembangunan anjungan/platform migas
• Kegiatan pengumpulan, • Pembangunan Floating Storage Offloading
pemanfaatan, pengolahan, (FSO)
pembuangan, dan • Pembangunan Fasilitas Terapung (Floating
penimbunan Facility) Migas: Mooring
limbah B3 • Eksploitasi (Operasi Produksi) Batubara
• Kegiatan pengumpulan, • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral logam
pemanfaatan, pengolahan, • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral bukan
pembuangan, dan logam atau mineral batuan
131
penimbunan limbah non • Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
B3 radioaktif
• Kegiatan Industri • Pengolahan & Pemurnian Batubara
Galangan Kapal dengan • Pengolahan & Pemurnian Mineral logam
sistem Graving Dock • Pengolahan & Pemurnian Mineral bukan logam
Kapal atau mineral batuan
• Kegiatan pembuatan • Pengolahan & Pemurnian Mineral radioaktif
kapal/alat terapung saja; • Penempatan tailing (bahan yang tertinggal
• Kegiatan perbaikan atau setelah pemisahan fraksi) di bawah laut
pemeliharaan kapal/alat- • Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring)
alat terapung saja; • Pemusnahan handak migas
• Kegiatan budidaya biota • Pemasangan fasilitas turbin generator energi
laut untuk kepentingan • Kegiatan Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga
industri Biofarmakologi / Arus Laut (PLTAL)
Bioteknologi Laut • Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Pengintroduksian • Eksplorasi energi OTEC
organisme hasil rekayasa • Pembangunan, pemindahan, dan/atau
genetika ke lingkungan pembongkaran bangunan atau instalasi pipanisasi
• Pembangunan stasiun di perairan
pengisian bahan bakar • Penanaman kabel
nelayan • Penanaman Pipa diameter 0-20 cm
• Penanaman Pipa diameter 20- 50 cm
• Penanaman Pipa diameter 50- 100 cm
• Penanaman Pipa diameter diatas 100 cm
• Pembangunan kabel telekomunikasi Local Port
Service (LPS)
• Penanaman dan atau pemancangan kabel atau
tiang serta sarana di laut
• Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
(SBNP)
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat antar kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan untuk
kebutuhan sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal pet kemas
• Pembangunan terminal curah kering
• Pembangunan terminal curah CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan breakwater (pemecah gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari dan ke pelabuhan
perikanan
• Uji coba kapal
• Pembangunan dermaga perikanan
• Pembangunan dan pengoperasian Jetty
• Usaha angkutan laut badan usaha pada lintas
pelabuhan antar kab/kota dalam provinsi Jawa
Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran rakyat atau
badan usaha pada lintas pelabuhan antar kab/kota
dalam provinsi Jawa Timur, antar provinsi dan
pelabuhan internasional
• Usaha jasa angkutan perairan pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan angkutan laut
• Operasi Kapal Angkutan Penyeberangan Dalam
Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur kepulauan
132
• Penetapan rute pelayaran internasional
• Pelatihan perang dengan menggunakan amunisi
oleh kapal asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan kapal.
• Pengangkutan dan penjualan Garam
• Konstruksi Pertambangan
Garam
• Pembangunan Fasilitas Infrastruktur (Saluran
Primer, Sekunder dan pantai air) Industri
penggaraman
•Pembangunan industri yang terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan pembuatan mesin mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat perlengkapan lain
yang khusus dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman (diving works
dalam rangka industri maritim).
• Kegiatan membantu pekerjaan teknis terhadap
kapal-kapal yang masih mengapung tetapi sedang
mendapat malapetaka
• Kegiatan pemindahan muatan dan atau bahan
bakar (cargo and fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
•Pengapungan (refloating)
•Pembangunan pembangkitan, transmisi,
distribusi dan penjualan tenaga listrik
• Pipa intake dan outake industri garam
Prasarana
/
Memerlukan izin dari Menteri, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Ketentua
Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara
n
Minimu
m
ALUR LAUT
Alur Pelayara • Usaha angkutan • Usaha wisata edukasi • Usaha kegiatan
Pelayara n laut wisata dalam • Usaha wisata dayung hiburan dan
n Nasional negeri • Usaha wisata selam rekreasi
• Usaha angkutan • Usaha wisata memancing • Perlindungan
laut internasional • Usaha wisata selancar keanekaragaman
wisata • Usaha wisata olahraga tirta hayati;
• Usaha jasa • Usaha dermaga wisata • Penyelamatan dan
perjalanan wisata • Usaha wisata ekstrim (beresiko perlindungan
• Pembangunan tinggi) lingkungan
Sarana Bantu • Usaha vila (cottage) di atas laut • Kegiatan
Navigasi Pelayaran • Usaha wisata snorkeling penerbangan diatas
(SBNP) • Usaha wisata tontonan alur kepulauan
• Penetapan alur • Usaha wisata berenang Kegiatan berlabuh
pelayaran dari dan • Usaha restoran di atas laut jangkar kecuali
ke pelabuhan • Usaha wisata alam perairan dalam keadaan force
• Pembangunan dan • Jasa Wisata Tirta (bahari) majeure
pengoperasian • Pengambilan foto/video bawah laut oleh kapal asing
cement grinding • Penanaman tanaman bakau dan nipah • Pengapungan
plant dan cement • Budidaya mangrove (refloating)
packing plant • Penelitian kegiatan konservasi
• Pengoperasian • Pendidikan kegiatan konservasi
Pelabuhan • Pengambilan terumbu karang
133
• Pengumpan • Survei dan/atau penelitian ilmiah
Regional dan Lokal • Pemungutan hasil hutan bukan kayu
• Usaha angkutan pada hutan mangrove (madu; getah;
laut badan usaha daun; buah dan biji; tanin; ikan; hasil
pada lintas hutan bukan kayu lainnya)
pelabuhan antar • Penangkapan ikan dengan kapasitas
kab/kota dalam kapal < 10GT
provinsi Jawa Timur • Penangkapan ikan dengan kapasitas
• Usaha angkutan kapal 10-30 GT
laut pelayaran • Penangkapan ikan dengan kapasitas
rakyat atau badan kapal ≥ 30GT
usaha pada lintas • Pengambilan barang-barang
pelabuhan antar purbakala dengan perahu bermotor ≤
kab/kota dalam 5GT
provinsi Jawa • Pengambilan barang-barang
Timur, antar purbakala dengan perahu bermotor 5 -
provinsi dan 30 GT
pelabuhan • Pengambilan barang-barang
internasional purbakala dengan perahu bermotor >
• Usaha jasa 30 GT
angkutan perairan • Pengambilan barang-barang selain
pelabuhan barang purbakala dengan perahu
• Usaha jasa bermotor ≤ 5GT
penyewaan • Pengambilan barang-barang selain
peralatan angkutan barang purbakala dengan perahu
Prasarana laut
1. 70% wilayah zona harus bermotor 5 - 30sesuai
digunakan GT peruntukan zonanya
/ • Pengelolaan
2. • Pengambilanalur
Setiap badan usaha penyelenggara barang-barang selain
pelayaran memerlukan izin-izin berupa : Ijin
Ketentua (TUKS) di dalam alurbarang
penyelenggaraan purbakala
pelayaran denganusaha;
untuk badan perahu Ijin pembangunan SBNP; Ijin
n Umum DLKR/DLKP
Pembangunan SBNP bermotor > 30 khusus;
pada terminal GT Ijin pembangunan SBNP pada pelabuhan;
pelabuhan
rekomendasi teknis dari • Pelepasan jangkar
UPT setempat berupa• tata
pengumpan Penggunaan galah untuk
ruang perairan mendorong
pelabuhan sesuai dengan peruntukan dan
regional. perahu
kepentingannya pada alur¬ pelayaran yang akan ditetapkan; rekomendasi teknis dari
• Operasi Kapal setempat;
Distrik Navigasi • Usaha pembudidayaan
berupa rencana desainikan(alur-pelayaran
laut beserta rencana
Angkutan
kebutuhan Sarana Bantu (kerapu, kakap, baronang)
Navigasi-Pelayaran; sistem rute; dan tata cara berlalu lintas)
Berdasarkan PM 129 •Tahun
Penyeberangan
3. Pembudidayaan
2016 tentang ikan untuk
Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan
Dalam Provinsi
dan/atau kepentingan
Instalasi di Perairan bahwa industri
setiap badan usaha penyelenggara alur pelayaran
• Usaha pelayananpersyaratan
hars memenuhi • Usahateknis
budidaya
berupaperikanan
:
jasa pemanduan terapung (jaring apung
a. rencana induk pelabuhan dan/ atau terminal dan pen dilengkapi dengan peta lokasi
khusus
yang menggambarkan batas-batas wilayah daratan jumlah
kapal. system seluas ≥ 5 Ha dengan dan perairan, ditandai dengan titik-
• Pembangunan
titik koordinatdan 1000 unit.
geografis;
pengoperasian • Pengambilan
b. peta laut yang menggambarkan sumber
titik daya lokasi
koordinat laut nonyang akan dibangun;
terminal
c. hasilkhusus ikan untuk kepentingan
survei hidro-oceanografi ekonomi yang dapat menunjukkan
berupa peta bathimetri
• Pengangkutan
kondisi lebar, dan • Pembudidayaan
kedalaman dan dasar lautsumber
pada alurdaya lautakan ditetapkan serta
yang
penjualan
informasiGaram non pasang
terkait kondisi ikan untuk
surut,kepentingan ekonomiarus serta sedimentasi; dan
arah dan kekuatan
• Pembangunan
d. informasi mengenaiPengangkutan
dimensi kapalikan yanghasil
akanbudidaya
keluar dan masuk pada alur
industri yang
pelayaran; dan dengan Kapal Pengangkut Ikan
terintegrasi
e. rancangandengan
penetapanHidup
alur Berbendera Indonesia
pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu lintas dan daerah
pelabuhan Pengangkutan
labuh kapal sesuai dengan kepentingannya ikan hasil
padabudidaya
alur yang akan ditetapkan.
•4.Penarikan
Berdasarkan PM 129 dengan Kapaltentang
Tahun 2016 Pengangkut Ikan
Alur Pelayaran di Laut dan Bangunan
(Towing) Hidup Berbendera
dan/atau Instalasi di Perairan bahwa BangunanAsing atau instalasi di perairan paling sedikit
Pengangkutan ikan hasil budidaya
harus memenuhi persyaratan:
dengan Kapal
a. penempatan, pemendaman nelayan kecil
dan penandaan;
b. tidak menimbulkanBudidaya
kerusakanIkan hasil rekayasa
terhadap bangunangenetik
atau instalasi Sarana Bantu
Pemasangan Keramba
Navigasi-Pelayaran dan Fasilitas Telekomunikasi- Jaring Apung
Pelayaran;
c. memperhatikan ruang Pemasangan
bebas dalamrumpon perairan dalam
pembangunan kabel saluran udara dan/ atau
jembatan ; Pemasangan rumpon perairan
d. memperhatikan koridordangkal
pemasangan kabel dan pipa bawah laut; dan
Pengangkutan
e. berada di luar perairan wajib pandu.ikan hasil
penangkapan
5. Kapal yang sedang menangkap ikandengan Kapalmerintangi jalan setiap kapal lain
tidak boleh
Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
Indonesia
Pengangkutan ikan hasil 134
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup Berbendera
Asing
Bongkar muat ikan
Penangkapan ikan menggunakan
yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran;
6. Kapal tidak boleh memotong alur-pelayaran atau alur pelayaran sempit jika terjadi
maka jalan kapal hanya dapat berlayar dengan aman dan tidak membahayakan
ekosistem
7. Perlu melakukan perlindungan hak-hak terhadap nelayan tradisional dalam melakukan
aktivitasnya dalam radius 0-2 mil
Ketentua 1. Bagi kapal yang berada pada zona terlarang dilarang melakukan kegiatan antara
n Khusus lain :
a. melintas, kecuali kapal negara dan kapal lain yang berkepentingan;
b. melakukan kegiatan penangkapan ikan dan sejenisnya;
c. melakukan kegiatan yang dapat membahayakan bangunan/ instalasi.
*zona terlarang adalah zona pada area 500 m diitung dari sisi terluar
bangunan/instalasi
2. Bagi kapal yang berada pada zona terbatas dilarang melakukan kegiatan antara
lain:
a. berlabuh jangkar (drop anchor);
b. melakukan kegiatan penangkapan ikan dan sejenisnya;
c. melakukan kegiatan- kegiatan yang dapat membahayakan bangunan dan/ atau
instalasi.
*zona terbatas adalah zona pada area 1.750 m diitung dari sisi terluar
bangunan/instalasi
3. Pada zona alur pelayaran di Kecamatan Socah Bangkalan diperbolehkan untuk
penggunaan alat tangkap menetap. (NLP 3504-02)
Pipa • Usaha wisata • Pengambilan terumbu karang • Usaha dermaga
Minyak edukasi • Pembudidayaan ikan untuk wisata
Dan Gas • Usaha wisata kepentingan industri • Usaha angkutan laut
dayung • Usaha budidaya perikanan terapung wisata dalam negeri
• Usaha wisata (jaring apung dan pen system seluas ≥ • Usaha angkutan laut
selam 5 Ha dengan jumlah 1000 unit. internasional wisata
• Usaha wisata • Pengambilan sumber daya laut non • Usaha jasa
memancing ikan untuk kepentingan ekonomi perjalanan wisata
• Usaha wisata • Pembudidayaan sumber daya laut non • Usaha vila (cottage)
selancar ikan untuk kepentingan ekonomi di atas laut
• Usaha wisata • Budidaya Ikan hasil rekayasa genetik • Usaha restoran di
olahraga tirta • Pemasangan rumpon perairan dalam atas laut
• Usaha kegiatan • Penangkapan ikan menggunakan • Usaha wisata alam
hiburan dan rekreasi pukat hela (trawls), payang, cantrang, perairan
• Usaha wisata jaring lampara, dogol, dan sejenisnya • Penanaman tanaman
135
ekstrim (beresiko • Penangkapan ikan menggunakan Gill bakau dan nipah
tinggi) Net (Jaring insang) dan sejenisnya • Budidaya mangrove
• Usaha wisata • Penangkapan ikan menggunakan • Pemungutan hasil
snorkeling seine nets dan sejenisnya hutan bukan kayu
• Usaha wisata • Penangkapan ikan menggunakan pada hutan mangrove
tontonan Long bag set net (jaring kantong besar) (madu; getah; daun;
• Usaha wisata • Penangkapan ikan menggunakan buah dan biji; tanin;
berenang Bouke Ami ikan; hasil hutan
• Jasa Wisata Tirta • Kegiatan pengujian kapal bukan kayu lainnya)
(bahari) perikanan/perahu ikan bermotor • Penangkapan ikan
• Pengambilan • Eksplorasi mineral logam, mineral dengan kapasitas
foto/video bawah bukan logam, batuan, batubara, mineral kapal 10-30 GT
laut radioaktif • Penangkapan ikan
• Perlindungan • Pembangunan PLTU dengan kapasitas
keanekaragaman • Pembangunan anjungan/platform kapal ≥ 30GT
hayati; migas • Pengambilan barang-
• Penyelamatan dan • Pengolahan & Pemurnian Batubara barang purbakala
perlindungan • Pengolahan & Pemurnian Mineral dengan perahu
lingkungan logam bermotor ≤ 5GT
• Penelitian kegiatan • Pengolahan & Pemurnian Mineral • Pengambilan barang-
konservasi bukan logam atau mineral batuan barang purbakala
• Pendidikan • Pengolahan & Pemurnian Mineral dengan perahu
kegiatan konservasi radioaktif bermotor 5 - 30 GT
• Survei dan/atau • Penempatan tailing (bahan yang • Pengambilan barang-
penelitian ilmiah tertinggal setelah pemisahan fraksi) di barang purbakala
• Penangkapan ikan bawah laut dengan perahu
dengan • Pembangunan Terminal Regasifikasi bermotor > 30 GT
kapasitas kapal < LNG • Pengambilan barang-
10GT • Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) barang selain barang
• Penggunaan galah • Pemusnahan handak migas purbakala dengan
untuk • Pemasangan fasilitas turbin generator perahu bermotor ≤
mendorong perahu energi 5GT
• Penelitian dan • Pembangunan terminal peti kemas • Pengambilan barang-
pengembangan • Pembangunan terminal curah kering barang selain barang
perikanan • Pembangunan terminal curah CAIR purbakala dengan
• Kegiatan • Pembangunan terminal ro-ro perahu bermotor 5 -
pekerjaan • Pembangunan Tempat perbaikan 30 GT
penyelaman kapal • Pengambilan barang-
(diving works dalam • Pembangunan TPI barang selain barang
rangka • Pembangunan breakwater (pemecah purbakala dengan
industri maritim) gelombang) perahu bermotor > 30
• Pembangunan turap (revetment) GT
• pembangunan groin; • Pelepasan jangkar
• Pembangunan dan pengoperasian • Usaha
Jetty pembudidayaan ikan
• Pengerukan di wilayah perairan laut (kerapu, kakap,
Pelabuhan Pengumpan Regional dan baronang)
Lokal • Pengangkutan ikan
• Reklamasi di wilayah perairan hasil budidaya dengan
Pelabuhan Pengumpan Regional dan Kapal Pengangkut
Lokal Ikan Hidup
• Pelatihan perang dengan Berbendera Indonesia
menggunakan amunisi oleh kapal asing • Pengangkutan ikan
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan, hasil budidaya dengan
pengolahan, pembuangan, dan Kapal Pengangkut
penimbunan Ikan Hidup
limbah B3 Berbendera Asing
• Kegiatan pengumpulan, pemanfaatan, • Pengangkutan ikan
pengolahan, pembuangan, dan hasil budidaya dengan
penimbunan Kapal nelayan kecil
136
limbah non B3 • Pemasangan
Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon
perairan dangkal
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Indonesia
• Pengangkutan ikan
hasil penangkapan
dengan Kapal
Pengangkut Ikan
Hidup Berbendera
Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan
menggunakan Squid
Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan Pancing
Prawe
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Long
line (rawai
Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan Pole
dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan
Bubu/Muroami dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Bagan
Apung
• Pengangkutan
mineral logam,
mineral bukan logam,
batuan, batubara,
mineral radioaktif
• Pembangunan FPSO
(Floating Production
Storage and
Offloading)
• Pengerukan perairan
dengan capital
dredging
• Pengerukan perairan
laut dengan capital
dredging yang
memotong material
karang dan/atau batu
• Pembangunan
Floating Storage
Offloading (FSO)
• Pembangunan
137
Fasilitas Terapung
(Floating Facility)
Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
logam
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
bukan logam atau
mineral batuan
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral
radioaktif
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik
Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan fasilitas
mesin kalor
• Eksplorasi energi
OTEC
• Pembangunan,
pemindahan, dan/atau
pembongkaran
bangunan atau
instalasi pipanisasi di
perairan
• Penanaman kabel
• Penanaman Pipa
diameter 0-20 cm
• Penanaman Pipa
diameter 20- 50 cm
• Penanaman Pipa
diameter 50- 100 cm
• Penanaman Pipa
diameter diatas 100
cm
• Pembangunan kabel
telekomunikasi Local
Port Service (LPS)
• Penanaman dan atau
pemancangan kabel
atau tiang
serta sarana di laut
• Pembangunan
Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP)
• Penetapan tempat
labuh
• Penetapan tempat
alih muat antar kapal
• Pembangunan
Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak
kapal
• Penempatan kapal
mati
138
• Penetapan alur
pelayaran dari dan ke
pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan
perbaikan dan
pemeliharaan kapal
perikanan :
dock/slipway, bengkel
dan tempat perbaikan
jaring;
• Usaha pelayanan
logistik dan
perbekalan kapal
perikanan
• Pembangunan
dermaga perikanan
• Usaha bongkar muat
barang : pengemasan,
penumpukan, dan
penyimpanan di
pelabuhan
• Usaha tally mandiri :
kegiatan cargodoring,
receiving/delivery,
stuffing, dan stripping
peti kemas bagi
kepentingannya
sendiri.
• Pembangunan dan
pengoperasian cement
grinding
plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian
Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Usaha angkutan laut
badan usaha pada
lintas pelabuhan antar
kab/kota dalam
provinsi Jawa Timur
• Usaha angkutan laut
pelayaran rakyat atau
badan usaha pada
lintas pelabuhan antar
kab/kota
dalam provinsi Jawa
Timur, antar provinsi
dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan
perairan pelabuhan
• Usaha jasa
penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS)
di dalam
DLKR/DLKP
pelabuhan pengumpan
139
regional.
• Operasi Kapal
Angkutan
Penyeberangan Dalam
Provinsi
• Kegiatan
penerbangan diatas
alur kepulauan
• Penetapan rute
pelayaran
internasional
• Kegiatan bongkar
muat oleh kapal asing
• Kegiatan riset atau
survei hidrografi oleh
kapal asing
• Kegiatan berlabuh
jangkar kecuali dalam
keadaan force majeure
oleh kapal asing
• Usaha pelayanan
jasa pemanduan kapal.
• Pembangunan dan
pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan
penjualan Garam
• Konstruksi
Pertambangan Garam
• Pembangunan
Fasilitas Infrastruktur
(Saluran Primer,
Sekunder dan pantai
air) Industri
penggaraman
• Kegiatan Industri
Galangan Kapal
dengan sistem
Graving Dock Kapal
• Pembangunan
industri yang
terintegrasi dengan
pelabuhan
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung
saja;
• Kegiatan perbaikan
atau pemeliharaan
kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan
mesin mesin
utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan
alat-alat perlengkapan
lain yang khusus
dipergunakan dalam
kapal;
• Kegiatan pembuatan
alat-alat maritim
140
lainnya
• Kegiatan membantu
pekerjaan teknis
terhadap kapal-kapal
yang masih
mengapung tetapi
sedang
mendapat malapetaka
• Kegiatan
pemindahan muatan
dan atau bahan bakar
(cargo and fuel
transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan
(refloating)
• Kegiatan budidaya
biota laut untuk
kepentingan industri
Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
•Pengintroduksian
organisme hasil
rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan
pembangkitan,
transmisi, distribusi
dan penjualan tenaga
listrik
• Pembangunan
stasiun pengisian
bahan bakar nelayan
• Pipa intake dan
outake industri garam
141
bawah air dapat dilakukan tanpa harus dilakukan
pemendaman setelah dilakukan kajian penilaian analisa resiko (risk
assesment).
7. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
melakuka naktivitasnya pada radius 0-2 mil
142
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal ≥ 30GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor ≤ 5GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor 5 - 30 GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor > 30 GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala dengan
perahu bermotor ≤ 5GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala dengan
perahu bermotor 5 - 30 GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala dengan
perahu bermotor > 30 GT
• Pelepasan jangkar
• Penggunaan galah untuk
mendorong perahu
• Usaha pembudidayaan ikan
laut (kerapu, kakap, baronang)
• Pembudidayaan ikan untuk
kepentingan industri
• Usaha budidaya perikanan
terapung (jaring apung dan pen
system seluas ≥ 5 Ha dengan
jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya laut
non ikan untuk kepentingan
ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya
laut non ikan untuk kepentingan
ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal nelayan
kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa
genetik
• Pemasangan Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon perairan
dalam
143
• Pemasangan rumpon perairan
dangkal
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan
menggunakan pukat hela
(trawls), payang, cantrang,
jaring lampara, dogol, dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Gill Net (Jaring
insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan seine nets dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Long bag set net
(jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan
menggunakan Squid Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan Pancing Prawe
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Long line (rawai
Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan Pole dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan Bubu/Muroami
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Bouke Ami
• Penangkapan ikan
menggunakan Bagan Apung
• Penelitian dan pengembangan
perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor
• Eksplorasi mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pengangkutan mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pembangunan FPSO (Floating
Production storage and
144
Offloading)
• Pengerukan perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan perairan laut
dengan capital dredging yang
memotong material karang
dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pembangunan
anjungan/platform migas
• Pembangunan Floating
Storage Offloading (FSO)
• Pembangunan Fasilitas
Terapung (Floating Facility)
Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Batubara
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral logam
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral bukan logam atau
mineral batuan
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral radioaktif
• Pengolahan & Pemurnian
Batubara
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral logam
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral bukan logam atau
mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral radioaktif
• Penempatan tailing (bahan
yang tertinggal setelah
pemisahan fraksi) di bawah laut
• Pembangunan Terminal
Regasifikasi LNG
• Pembakaran Gas Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit
Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin
kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat
antar kapal
• Pembangunan Kolam
pelabuhan untuk kebutuhan
145
sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti
kemas
• Pembangunan terminal curah
kering
• Pembangunan terminal curah
CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat
perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap
(revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari
dan ke pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan
dan pemeliharaan kapal
perikanan : dock/slipway,
bengkel dan tempat perbaikan
jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga
perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti
kemas bagi kepentingannya
sendiri.
• Pembangunan dan
pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan
pengoperasian cement grinding
plant dan cement packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan
Pengumpan Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah
perairan Pelabuhan Pengumpan
Regional dan Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional
dan Lokal
• Usaha angkutan laut badan
usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi
Jawa Timur
146
• Usaha angkutan laut pelayaran
rakyat atau badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota
dalam provinsi Jawa Timur,
antar provinsi dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan
peralatan angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan
pengumpan regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas
alur kepulauan
• Kegiatan bongkar muat oleh
kapal asing
• Kegiatan riset atau survei
hidrografi oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar
kecuali dalam keadaan force
majeure oleh kapal asing
• Pelatihan perang dengan
menggunakan amunisi oleh
kapal asing
• Usaha pelayanan jasa
pemanduan kapal.
• Pembangunan dan
pengoperasian terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan
Garam
• Konstruksi Pertambangan
Garam
• Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur (Saluran Primer,
Sekunder dan pantai air)
Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah B3
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan
Kapal dengan sistem Graving
Dock Kapal
• Pembangunan industri yang
terintegrasi dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan kapal/alat
terapung saja;
147
• Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-
mesin utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving works
dalam rangka industri maritim).
• Kegiatan pemindahan muatan
dan atau bahan bakar (cargo and
fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut
untuk kepentingan industri
Biofarmakologi / Bioteknologi
Laut
• Pengintroduksian organisme
hasil rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan
penjualan tenaga listrik
• Pembangunan stasiun
pengisian bahan bakar nelayan
148
7. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam melakuka
naktivitasnya pada radius 0-2 mil
Kabel • Pembangunan, • Usaha wisata edukasi •Pembangunan
Listrik pemindahan, dan/atau • Usaha wisata dayung Sarana Bantu
pembongkaran bangunan • Usaha wisata selam Navigasi Pelayaran
atau instalasi • Usaha wisata memancing (SBNP)
pipanisasi di perairan
• Usaha wisata selancar • Penetapan rute
• Penanaman kabel
• Penanaman Pipa • Usaha wisata olahraga tirta pelayaran
diameter 0-20 cm • Usaha dermaga wisata internasional
• Penanaman Pipa • Usaha kegiatan hiburan dan • Kegiatan
diameter 20- 50 cm rekreasi membantu
• Penanaman Pipa • Usaha wisata ekstrim pekerjaan
diameter 50- 100 cm (beresiko tinggi) teknis terhadap
• Penanaman Pipa • Usaha angkutan laut wisata kapal-kapal yang
diameter diatas 100 cm dalam negeri masih mengapung
• Pembangunan kabel • Usaha angkutan laut tetapi sedang
telekomunikasi Local Port
internasional wisata mendapat
Service (LPS)
• Penanaman dan atau • Usaha jasa perjalanan wisata malapetaka
pemancangan kabel atau • Usaha vila (cottage) di atas • Latihan militer
tiang serta sarana di laut laut
• Pipa intake dan outake • Usaha wisata snorkeling
industri garam • Usaha wisata tontonan
• Usaha wisata berenang
• Usaha restoran di atas laut
• Usaha wisata alam perairan
• Jasa Wisata Tirta (bahari)
• Pengambilan foto/video
bawah laut
• Penanaman tanaman bakau
dan nipah
• Budidaya mangrove
• Perlindungan
keanekaragaman hayati;
• Penyelamatan dan
perlindungan lingkungan
• Penelitian kegiatan
konservasi
• Pendidikan kegiatan
konservasi
• Pengambilan terumbu karang
• Survei dan/atau penelitian
ilmiah
• Pemungutan hasil hutan
bukan kayu pada hutan
mangrove (madu; getah; daun;
buah dan biji; tanin; ikan; hasil
hutan bukan kayu lainnya)
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal < 10GT
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal 10 30 GT
• Penangkapan ikan dengan
kapasitas kapal ≥ 30GT
• Pengambilan barang-barang
149
purbakala dengan perahu
bermotor ≤ 5GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor 5 - 30 GT
• Pengambilan barang-barang
purbakala dengan perahu
bermotor > 30 GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala
dengan perahu bermotor ≤
5GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala
dengan perahu bermotor 5 - 30
GT
• Pengambilan barang-barang
selain barang purbakala
dengan perahu bermotor > 30
GT
• Pelepasan jangkar
• Penggunaan galah untuk
mendorong perahu
• Usaha pembudidayaan ikan
laut (kerapu, kakap, baronang)
• Pembudidayaan ikan untuk
kepentingan industri
• Usaha budidaya perikanan
terapung (jaring apung dan
pen system seluas ≥ 5 Ha
dengan jumlah 1000 unit.
• Pengambilan sumber daya
laut non ikan untuk
kepentingan ekonomi
• Pembudidayaan sumber daya
laut non ikan untuk
kepentingan ekonomi
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Pengangkutan ikan hasil
budidaya dengan Kapal
nelayan kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa
genetik
• Pemasangan Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon
perairan dalam
150
• Pemasangan rumpon
perairan dangkal
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan
menggunakan pukat hela
(trawls), payang, cantrang,
jaring lampara, dogol, dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Gill Net (Jaring
insang) dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan seine nets dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Long bag set
net (jaring kantong besar)
• Penangkapan ikan
menggunakan Squid Jigging
• Penangkapan ikan
menggunakan Pancing Prawe
Dasar
• Penangkapan ikan
menggunakan Long line
(rawai Tuna)
• Penangkapan ikan
menggunakan Pole dan line
• Penangkapan ikan
menggunakan Bubu/Muroami
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan
menggunakan Bouke Ami
• Penangkapan ikan
menggunakan Bagan Apung
• Penelitian dan
pengembangan perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan
bermotor
• Eksplorasi mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pengangkutan mineral
logam, mineral bukan logam,
batuan, batubara, mineral
radioaktif
151
• Pembangunan FPSO
(Floating Production storage
and Offloading)
• Pengerukan perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan perairan laut
dengan capital dredging yang
memotong material karang
dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pembangunan
anjungan/platform migas
• Pembangunan Floating
Storage Offloading (FSO)
• Pembangunan Fasilitas
Terapung (Floating Facility)
Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Batubara
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral logam
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral bukan
logam atau mineral batuan
• Eksploitasi (Operasi
Produksi) Mineral radioaktif
• Pengolahan & Pemurnian
Batubara
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral logam
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral bukan logam atau
mineral batuan
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral radioaktif
• Penempatan tailing (bahan
yang tertinggal setelah
pemisahan fraksi) di bawah
laut
• Pembangunan Terminal
Regasifikasi LNG
• Pembakaran Gas Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi
Pembangkit Listrik Tenaga
Arus Laut (PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin
kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh
• Penetapan tempat alih muat
152
antar kapal
• Pembangunan Kolam
pelabuhan untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak kapal
• Pembangunan terminal peti
kemas
• Pembangunan terminal curah
kering
• Pembangunan terminal curah
CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat
perbaikan kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap
(revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran
dari dan ke pelabuhan
perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan
dan pemeliharaan kapal
perikanan : dock/slipway,
bengkel dan tempat perbaikan
jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga
perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan,
dan penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri :
kegiatan cargodoring,
receiving/delivery, stuffing,
dan stripping peti kemas bagi
kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan
pengoperasian Jetty
• Pembangunan dan
pengoperasian cement
grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan
Pengumpan Regional dan
Lokal
• Pengerukan di wilayah
perairan Pelabuhan
Pengumpan Regional dan
Lokal
153
• Reklamasi di wilayah
perairan Pelabuhan
Pengumpan Regional dan
Lokal
• Usaha angkutan laut badan
usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi
Jawa Timur
• Usaha angkutan laut
pelayaran rakyat atau badan
usaha pada lintas pelabuhan
antar kab/kota dalam provinsi
Jawa Timur, antar provinsi dan
pelabuhan internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan
peralatan angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di
dalam DLKR/DLKP
pelabuhan pengumpan
regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam
Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas
alur kepulauan
• Kegiatan bongkar muat oleh
kapal asing
• Kegiatan riset atau survei
hidrografi oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar
kecuali dalam keadaan force
majeure oleh kapal asing
• Pelatihan perang dengan
menggunakan amunisi oleh
kapal asing
• Usaha pelayanan jasa
pemanduan kapal.
• Pembangunan dan
pengoperasian terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan
Garam
• Konstruksi Pertambangan
Garam
• Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur (Saluran Primer,
Sekunder dan pantai air)
Industri penggaraman
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah B3
• Kegiatan pengumpulan,
154
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan
Kapal dengan sistem Graving
Dock Kapal
• Pembangunan industri yang
terintegrasi dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan
kapal/alat terapung saja;
• Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-
mesin utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan
penyelaman (diving works
dalam rangka industri
maritim).
• Kegiatan pemindahan
muatan dan atau bahan bakar
(cargo and fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut
untuk kepentingan industri
Biofarmakologi /
Bioteknologi Laut
• Pengintroduksian organisme
hasil rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan
pembangkitan, transmisi,
distribusi dan penjualan tenaga
listrik
• Pembangunan stasiun
pengisian bahan bakar nelayan
Latihan militer
156
• Usaha wisata • Pendidikan kegiatan konservasi (Saluran Primer,
berenang • Pengambilan terumbu karang Sekunder dan
• Usaha restoran di • Survei dan/atau penelitian ilmiah pantai air) Industri
atas laut • Pemungutan hasil hutan bukan penggaraman
• Usaha wisata alam kayu pada hutan mangrove (madu; • Kegiatan
perairan getah; daun; buah dan biji; tanin; membantu
• Jasa Wisata Tirta ikan; hasil hutan bukan kayu pekerjaan
(bahari) lainnya) teknis terhadap
• Pengambilan • Penangkapan ikan dengan kapal-kapal yang
foto/video bawah kapasitas kapal < 10GT masih mengapung
laut • Penangkapan ikan dengan tetapi sedang
• Penanaman kapasitas kapal 10 30 GT mendapat
tanaman bakau dan • Penangkapan ikan dengan malapetaka
nipah kapasitas kapal ≥ 30GT • Kegiatan
• Budidaya • Pengambilan barang-barang pemindahan
mangrove purbakala dengan perahu bermotor muatan
• Perlindungan ≤ 5GT dan atau bahan
keanekaragaman • Pengambilan barang-barang bakar (cargo and
hayati; purbakala dengan perahu bermotor fuel transferring)
• Penyelamatan dan 5 - 30 GT • Penarikan
perlindungan • Pengambilan barang-barang (Towing)
lingkungan purbakala dengan perahu bermotor • Pengapungan
• Penelitian kegiatan > 30 GT (refloating)
konservasi • Pengambilan barang-barang
• Pendidikan selain barang purbakala dengan
kegiatan konservasi perahu bermotor ≤ 5GT
• Survei dan/atau • Pengambilan barang-barang
penelitian ilmiah selain barang purbakala dengan
• Penangkapan ikan perahu bermotor 5 - 30 GT
dengan kapasitas • Pengambilan barang-barang
kapal < 10GT selain barang purbakala dengan
• Pembangunan, perahu bermotor > 30 GT
pemindahan, • Pelepasan jangkar
dan/atau • Penggunaan galah untuk
pembongkaran mendorong perahu
bangunan atau • Usaha pembudidayaan ikan laut
instalasi pipanisasi (kerapu, kakap, baronang)
di perairan • Pembudidayaan ikan untuk
• Penanaman kabel kepentingan industri
• Penanaman Pipa • Usaha budidaya perikanan
diameter 0-20 cm terapung (jaring apung dan pen
• Penanaman Pipa system seluas ≥ 5 Ha dengan
diameter 20- 50 cm jumlah 1000 unit.
• Penanaman Pipa • Pengambilan sumber daya laut
diameter 50- 100 cm non ikan untuk kepentingan
• Penanaman Pipa ekonomi
diameter diatas 100 • Pembudidayaan sumber daya laut
cm non ikan untuk kepentingan
• Pembangunan ekonomi
kabel • Pengangkutan ikan hasil
telekomunikasi budidaya dengan Kapal
Local Port Service Pengangkut Ikan Hidup
(LPS) Berbendera Indonesia
• Penanaman dan • Pengangkutan ikan hasil
157
atau pemancangan budidaya dengan Kapal
kabel atau tiang Pengangkut Ikan Hidup
serta sarana di laut Berbendera Asing
• Pipa intake dan • Pengangkutan ikan hasil
outake industri budidaya dengan Kapal nelayan
garam kecil
• Budidaya Ikan hasil rekayasa
genetik
• Pemasangan Keramba Jaring
Apung
• Pemasangan rumpon perairan
dalam
• Pemasangan rumpon perairan
dangkal
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Indonesia
• Pengangkutan ikan hasil
penangkapan dengan Kapal
Pengangkut Ikan Hidup
Berbendera Asing
• Bongkar muat ikan
• Penangkapan ikan menggunakan
pukat hela (trawls), payang,
cantrang, jaring lampara, dogol,
dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Gill Net (Jaring insang) dan
sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
seine nets dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Long bag set net (jaring kantong
besar)
• Penangkapan ikan menggunakan
Squid Jigging
• Penangkapan ikan menggunakan
Pancing Prawe Dasar
• Penangkapan ikan menggunakan
Long line (rawai Tuna)
• Penangkapan ikan menggunakan
Pole dan line
• Penangkapan ikan menggunakan
Bubu/Muroami dan sejenisnya
• Penangkapan ikan menggunakan
Bouke Ami
• Penangkapan ikan menggunakan
Bagan Apung
• Penelitian dan pengembangan
perikanan
• Kegiatan pengujian kapal
perikanan/perahu ikan bermotor
• Eksplorasi mineral logam,
158
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pengangkutan mineral logam,
mineral bukan logam, batuan,
batubara, mineral radioaktif
• Pembangunan FPSO (Floating
Production storage and
Offloading)
• Pengerukan perairan dengan
capital dredging
• Pengerukan perairan laut dengan
capital dredging yang memotong
material karang dan/atau batu
• Pembangunan PLTU
• Pembangunan anjungan/platform
migas
• Pembangunan Floating Storage
Offloading (FSO)
• Pembangunan Fasilitas Terapung
(Floating Facility) Migas: Mooring
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Batubara
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral logam
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral bukan logam atau mineral
batuan
• Eksploitasi (Operasi Produksi)
Mineral radioaktif
• Pengolahan & Pemurnian
Batubara
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral logam
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral bukan logam atau mineral
batuan
• Pengolahan & Pemurnian
Mineral radioaktif
• Penempatan tailing (bahan yang
tertinggal setelah pemisahan
fraksi) di bawah laut
• Pembangunan Terminal
Regasifikasi LNG
• Pembakaran Gas Suar Bakar
(Flaring)
• Pemusnahan handak migas
• Pemasangan fasilitas turbin
generator energi
• Kegiatan Instalasi Pembangkit
Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL)
• Pemasangan fasilitas mesin kalor
• Eksplorasi energi OTEC
• Penetapan tempat labuh
159
• Penetapan tempat alih muat antar
kapal
• Pembangunan Kolam pelabuhan
untuk kebutuhan sandar dan olah
gerak kapal
• Pembangunan terminal peti
kemas
• Pembangunan terminal curah
kering
• Pembangunan terminal curah
CAIR
• Pembangunan terminal ro-ro
• Pembangunan Tempat perbaikan
kapal
• Penempatan kapal mati
• Pembangunan TPI
• Pembangunan breakwater
(pemecah gelombang)
• Pembangunan turap (revetment)
• pembangunan groin;
• Penetapan alur pelayaran dari
dan ke pelabuhan perikanan
• Uji coba kapal
• Usaha pelayanan perbaikan dan
pemeliharaan kapal perikanan :
dock/slipway, bengkel dan tempat
perbaikan jaring;
• Usaha pelayanan logistik dan
perbekalan kapal perikanan
• Pembangunan dermaga
perikanan
• Usaha bongkar muat barang :
pengemasan, penumpukan, dan
penyimpanan di pelabuhan
• Usaha tally mandiri : kegiatan
cargodoring, receiving/delivery,
stuffing, dan stripping peti kemas
bagi kepentingannya sendiri.
• Pembangunan dan pengoperasian
Jetty
• Pembangunan dan pengoperasian
cement grinding plant dan cement
packing plant
• Pengoperasian Pelabuhan
Pengumpan Regional dan Lokal
• Pengerukan di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional
dan Lokal
• Reklamasi di wilayah perairan
Pelabuhan Pengumpan Regional
dan Lokal
• Usaha angkutan laut badan usaha
pada lintas pelabuhan antar
kab/kota dalam provinsi Jawa
160
Timur
• Usaha angkutan laut pelayaran
rakyat atau badan usaha pada
lintas pelabuhan antar kab/kota
dalam provinsi Jawa Timur, antar
provinsi dan pelabuhan
internasional
• Usaha jasa angkutan perairan
pelabuhan
• Usaha jasa penyewaan peralatan
angkutan laut
• Pengelolaan (TUKS) di dalam
DLKR/DLKP pelabuhan
pengumpan regional.
• Operasi Kapal Angkutan
Penyeberangan Dalam Provinsi
• Kegiatan penerbangan diatas alur
kepulauan
• Kegiatan bongkar muat oleh
kapal asing
• Kegiatan riset atau survei
hidrografi oleh kapal asing
• Kegiatan berlabuh jangkar
kecuali dalam keadaan force
majeure oleh kapal asing
• Pelatihan perang dengan
menggunakan amunisi oleh kapal
asing
• Usaha pelayanan jasa pemanduan
kapal.
• Pembangunan dan pengoperasian
terminal khusus
• Pengangkutan dan penjualan
Garam
• Konstruksi Pertambangan Garam
• Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur (Saluran Primer,
Sekunder dan pantai air) Industri
penggaraman
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah B3
• Kegiatan pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan,
pembuangan, dan penimbunan
limbah non B3
• Kegiatan Industri Galangan
Kapal dengan sistem Graving
Dock Kapal
• Pembangunan industri yang
terintegrasi dengan pelabuhan
• Kegiatan pembuatan kapal/alat
terapung saja;
161
• Kegiatan perbaikan atau
pemeliharaan kapal/alat-alat
terapung saja;
• Kegiatan pembuatan mesin-
mesin utama/pembantu;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
perlengkapan lain yang khusus
dipergunakan dalam kapal;
• Kegiatan pembuatan alat-alat
maritim lainnya
• Kegiatan pekerjaan penyelaman
(diving works dalam rangka
industri maritim).
• Kegiatan pemindahan muatan
dan atau bahan bakar (cargo and
fuel transferring)
• Penarikan (Towing)
• Pengapungan (refloating)
• Kegiatan budidaya biota laut
untuk kepentingan industri
Biofarmakologi / Bioteknologi
Laut
• Pengintroduksian organisme
hasil rekayasa genetika ke
lingkungan
• Pembangunan pembangkitan,
transmisi, distribusi dan penjualan
tenaga listrik
• Pembangunan stasiun pengisian
bahan bakar nelayan
Latihan militer
162
pada persilangan dengan instalasi eksisting, serta daerah lain sesuai ketentuan
perundangan), pembangunan instalasi pipa bawah air dan kabel bawah air dapat
dilakukan tanpa harus dilakukan
pemendaman setelah dilakukan kajian penilaian analisa resiko (risk assesment).
6. Perlu melakukan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional dalam
melakukan aktivitasnya pada radius 0-2 mil
Pada dokumen perencanaan telah memiliki Tabel indikasi program yang memuat konten
sebagai berikut :
1. Indikasi Program per Kawasan Pemanfaatan Ruang
2. Lokasi penerapan Indikasi Program.
3. Sumber Pendanaan Indikasi Program.
4. Instansi Pelaksana Indikasi Program.
5. Tahapan Pelaksanaan Indikasi program.
Penulis menggunakan kriteria dari Pedoman Teknis Penyusunan RZWP3K Provinsi 2015
dalam mengevaluasi Bab Indikasi Program.
163
3.2 Review Kelengkapan Peta RZWP3K
Peta dasar, tematik dan RZWP3K harus disajikan sesuai dengan kaidah-kaidah
standar kartografis untuk seluruh wilayah perencanaan yang dipetakan. Pada bagian ini,
diberikan contoh standar penyajian untuk Peta Tematik dan Peta RZWP3K dengan skala
1 : 250.000 dan apabila diperlukan dapat digambarkan dalam skala 1:50.000. Deliniasi
batas kawasan, zona dan sub-zona ditampilkan pada peta menggunakan sistem petak
(sistem grid) dengan koordinat lintang (longitude) dan bujur (latitude).
Jumlah dataset dalam penyusunan peta menurut pedoman terdiri dari 13 dataset,
dengan perincian dasar (baseline dataset) dan 11 dataset tematik (tematik dataset).
164
klasifikasi peta tematik dan pembagian kawasan/zona/sub zona untuk peta
RZWP3K.
8. Riwayat peta memuat nama peta, tahun, skala dan nomor lembar peta (untuk sumber
peta dasar) dan instansi resmi yang mempublikasikan data tersebut. Apabila Sumber
peta berupa citra satelit memuat jenis citra satelit, resolusi spasial citra, tahun
perekaman, daerah cakupan atau path/row citra.
165
BAB IV
166
sesuai jangka waktu provinsi Jawa Timur
perencanaan; dan Telah disetai
3) tidak bertentangan dengan dengan tujuan
peraturan perundang- pengelolaan
undangan. wilayah pesisir 20
tahun mendatang.
Tujuan memiliki
karakteristik
realistis, terukur,
mengakomodasi
semua
kependtingan.
167
peraturan perundang-
undangan.
168
4.1.2 Evluasi Deskripsi Potensi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Berdasarkan pedoman teknis penyusunan RZWP3K Provinsi, Bab Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir
dan Pulau Pulau Kecil merupakan bab yang menyajikan data berupa deskripsi potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil beserta peta
tematik dari masing-masing data set yang disajikan. Selain itu di bab ini juga di deskripsikan kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
pulau-pulau kecil yang meliputi potensi pemanfaatan dan kegiatan pemanfaatan yang ada saat ini (eksisting). Berikut merupakan evaluasi
Deskripsi Potensi dan Kegiatan Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Pulau Pulau Kecil dari RZWP3K Jawa Timur wilayah Kabupaten
Bangkalan.
169
Bangkalan. (Indonesia) secara
keseluruhan, yaitu peta
tematik Ikan Pelagis dan
Ikan Demersal. Sehingga
direkomendasikan untuk
melengkapi dan
memperjelas lagi peta
tematik dari data set yang
di bahas.
Sumberdaya Meliputi : Pasir besi dan Di Kabupatan Bangkalan tidak Perlu dilengkapi dengan
Non Hayati Mineral Energi terdapat Potensi non hayari Peta Tematik agar
yang dimuat dalan RZWP3K memudahkan untuk
Jawa Timur, tetapi secara memahami isi potensi
keseluruhan data set yang yang ada serta
V
menjelaskan Sumberdaya Non menyesuaikan dengan
Hayati di Provinsi Jawa timur pedoman teknis
sudah cukup lengkap, hanya penyusunan RZWP3k
saja belum dilengkapi dengan Provinsi.
Peta tematik.
Sumberdaya Meliputi : Jasa Meskipun di Kabupaten
V
Buatan dan penyebrangan dan Bangkalan tidak terdapat
170
Jasa kelautan bongkar muat dan Energi Sumberdaya Buatan dan jasa
alternatif Kelautan tetapi secara
keseluruhan substansi di
RZWP3K Jawa Timur telah
dijelaskan secara detil
mengenai sumberdaya buatan
dan jasa kelautan yang ada di
wilayah Jawa timur, selain itu
diberikan tabel berisi arus
penumpang, arus barang, arus
kunjungan kapal yang
memudahkan untuk memahami
dekripsi yang di sajikan,
Kegiatan Pelabuhan Meliputi pelabuhan dan Penjelasan yang ditampilkan
Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan sangat lengkap yaitu dengan
Sumberdaya menampilkan data data terkait
Pesisir dan pelabuhan dan pelabuhan ikan
V
Pulau-pulau di jawa timur seperti kriteria
Kecil pelabuhan yang ada di Jawa
Timur dan tabel yang berisi
data pelabuhan yang ada di
171
seluruh wilayah pesisir Jawa
timur, hierarki dan skala
pelayanan dari tiap-tiap
pelabuhan. Serta menampilkan
peta persebaran pelabuhan dan
pelabuhan perikanan yang ada
di Jawa Timur.
Bangunan Meliputi Keranda Menampilkan data-data terkait Baiknya menambahkan
Laut Apung, Floating unit bangunan laut yang ada di peta persebaran rambu
dan Rambu Suar Kabupaten Bangkalan dan suar yang ada di Wilayah
V
potensi bangunan laut di tiap perairan Jawa Timur.
tiap wilayah di Jawa Timur
yang disertai dengan tabel-tabel
Area Meliputi area Dijelaskan secara rinci potensi Peta yang ditampilkan
Penangkapan penangkapan ikan penagkapan ikan di wilayah bersifat makro yang
Ikan Pelagis dan Demersal perairan Jawa timur teramasuk menampilkan seluruh
wilayah perairan Kabupaten wilayah Indonesia. Maka
V
Bangkalan beserta peta peta persebut perlu
persebaran potensi ikan pelagis dispesifikkan lagi menjadi
dan demersal hanya wilayah Jawa
Timur saja.
172
Pertambangan Meliputi bahan galian Disajikan data bahan galian Memperbaiki kualitas
dan Minyak dan gas dan Minyak dan gas bumi di peta persebaran potesni
bumi daerah-daerah di Jawa Timur migas dikarenakan
dan ditampilkan pula tabel ijin menurut penulis peta
V usaha pertambangan (IUP) tersebut meyulitkan
yang telah diterbitkan di Jawa pembaca untuk
Timur serta peta persebaran memahami apa yang
pertambangan pasir di Jawa ditampilkan dari peta
Timur. tersebut.
Industri Meliputi Industri Ditampilkan data industri di Untuk memudahkan
Perikanan dan Industri Kabupaten Bangkalan dan mengetahui lokasi industi,
Penggaraman seluruh wilayah di Jawa Timur baiknya disajikan peta
yang memiliki Industri serta berupa persebaran
ditampilkan pula data time industri berdasarkan jenis
series hasil produksi industri indsutrinya.
V
khususnya industri garam yang
ada di Kabupaten Bangkalan
serta data statistik mengenai
pengolahan ikan yang ada di
seluruh wilayah pesisir di
Provinsi Jawa Timur
173
Wisata bahari Meliputi DPP (Destinasi Data yang ditampilkan lengkap
Pariwisata Provinsi) dan dengan tabel jenis pariwisata di
Kawasan Strategis tiap-tiap wilayah Provinsi Jawa
Pariwisata Timur yang disertai dengan
V Peta persebaran DPP dan Peta
persebaran kawasan strategis
pariwisata di Kabupaten
Bangkalan dan Provinsi Jawa
Timur.
Konservasi Meliputi sempadan Dijelaskan mengeai sempadan
Pantai dan Pulau- pulau pantai yang menjadi rencana
Kecil pantai utara sebagai mitigasi
dari ancaman dan melindungi
ekosistem. Dijelaskan pula
pulau-pulau kecil yang dimiliki
V
masing-masing wilayah di Jawa
Timur, salah satunya
Kabupaten Bangkalan yang
tidak memiliki pulau-pulau
kecil di perairannya. Selain itu,
dari pulau-pulau kecil yang ada
174
di Jawa Timur beberapa
diantaranya dijelaskan lagi
dikarenakan memiliki potensi
yang besar.
Kawasan Menampilkan tabel persebaran Menampilkan peta
Pertahanan daerah pertahanan dan persebaran ranjau di
dan Keamana keamanan di Jawa Timur serta perairan jawa dan Madura
perairan-perairan yang
V
memiliki ranjau yang masih
aktif yang berpotensi
membahayakan kegiatan di
sekitarnya
Alur Laut Meliputi Alur Pipa dan Menjelaskan data berupa tabel Perbaikan kualitas peta
Kabel bawah laut, Alur alur pipa dan kabel bawah laut yang ditampilkan (Peta
Pelayaran dan alur yang berisi wilayah-wilayah Alur Pelayaran)
migrasi biota yang dilalui. Menjelaskan alur dikarenakan kualitas
V pelayaran yang ada di perairan gambar dari peta yang
Jawa Timur mulai dari kurang baik sehingga sulit
pelayaran nasional hingga untuk dipahami
pelayaran lokal dan disertai interpretasi dari peta.
dengan peta. Menjelaskan Selain itu perlu dibuatkan
175
mingrasi beberapa biota laut peta migrasi biota laut.
yang meliputi ikan lemuru,
penyu, lobster, paus dan hiu
paus, ikan tuna dan ikan layang
176
4.1.3 Evaluasi Isu Strategis
4.1.4 Evaluasi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi RZWP3K Pengelolaan RZWP3K
177
4.1.5 Evaluasi Rencana Alokasi Ruang RZWP3K
Tabel 4.1.5 - 1 Evaluasi Rencana Alokasi Ruang
No Aspek Kriterian Aspek Konten Konten Aturan dalam Kedalaman Konteks Evaluasi RZWP3K
Evaluasi Evaluasi (Berdasarkan Di RZWP3K untuk Sub Pedoman RZWP3K di RZWP3K Terhadap Pedoman
Permen KKP no 23 Jatim Kab.
tahun 2006) Bangkalan
Ya Tidak Ya Tidak
Rencana Kawasan Pemanfaatan V V Adanya Memuat Pada sub zona
Alokasi Umum: pembagian parameter Kabupaten
Ruang Zona Pariwisata V V alokasi ruang kesesuaian Bangkalan tidak
Zona Permukiman V V yang terbagi kawasan yang terdapat
Zona Pelabuhan menjadi dimuat dalam penjelasan
V V
kawasan
Zona Hutan RZWP3K Jawa mengenai zona
pemanfaatan Timur. Parameter permukiman,
Mangrove
V V umum, kawasan
Zona konservasi,
kesesuaian ini pertanian, hutan,
Pertambangan V V digunakan untuk zona pergaraman,
KSNT, dan alur
Zona Perikanan melakukan zona pendaratan
laut, yang
Tangkap didalamnya analisis kawasan. pesawat, zona
V V
Zona Perikanan terbagi lagi Memuat tabel perdagangan/jasa,
Budidaya menjadi rencana alokasi zona fasilitas
V V umum, zona
Zona Pergaraman beberapa zona ruang yang terdiri
Zona Industri V V Kawasan dari kolom zona, pemanfaatan laut
Zona Bandar Udara V V Pemanfaatan sub zona, NLP, selain energy.
Zona Pendaratan V V Umum memuat: kode, lokasi Tidak ada
1. pariwisata; (perairan, penjelasan
Pesawat
2. pemukiman; kab/kot, dan mengenai
Zona V V
3. pelabuhan; nama objek), karakteristik
Jasa/Perdagangan 4. pertanian; luas. Dan titik biogeofisik
Zona Energi V V 5. hutan; koordinasi (log lingkungan
V V
178
Zona Faislitas V V 6. dan lat). Yang Untuk Kabupaten
Umum pertambangan sudah Bangkalan
Zona Pemanfaatan 7. perikanan merangkum terdapat sub zona
Air Laut Selain V tangkap; kawasan-kawasan yang tidak
Energi 8. perikanan alokasi ruang dijelaskan untuk
budidaya;
Pemnafaatan Jawa Timur Bangklan, sepert
9. industri; Memuat arahan sub zona wisata
Lainnya sesuai
10. fasilitas
dengan V pengembangan, olahraga dan sub
umum; dan/atau
karakteristik untuk setiap zona zona wisata alam
11. pemanfaatan
biogeofisik lainnya sesuai di alokasi bawha laut.
lingkunganya dengan pemanfaatan Tidak terdapat
Kawasan Konservasi V V karakteristik umum KKM di dalam
KKP3K (zona inti, biogeofisik Dalam penentuan RZWP3K Jawa
zona pemanfaatan lingkungannya. kawasan Timur
terbatas, dan zona Memuat konservasi, Tidak ada arahan
lainnya sesuai keterkaitan dianalisis pembagian
dengan antara menggunakan kawasan perairan
peruntukan ekosistem parameter strategis.
kawasa) darat dan laut kesesuaian
KKM (zona inti, dalam suatu kawasan untuk
bioekoregion konservasi.
zona pemanfaatan V V Memuat KKP3K memuat
terbatas, dan zona
penetapan pembagian zona
lainnya sesuai
pemanfaatan
dengan yaitu terdiri dari
ruang laut yang
peruntukan zona inti, zona
berasal dari
kawasan) hasil peruntukan pemanfaatan dan
KKP (Zona izin, lahan dan zona lainya
179
zona perikanan V V disertai dengan (rehabilitasi)
berkelanjutan, peraturan KKP memuat
zona pemanfaatan pembagian zona
pemanfaatan, dan ruang yg yang terdiri dari
zona lainnya) memuat aturan zona inti, zona
kegiatan perikanan
diperbolehkan, berkelanjutan,
bersyarat dan
zona
tidak boleh.
pemanfaatan,
Memuat
dan zona lainnya
penetapan
priorias Alur pelayaran
Alur Laut V V
kawasan laut pada RZWP3K
Alur pelayaran
untuk tujuan Jatim terdiri dari
Pipa/kabel bawah V V pelayaran
konservasi,
laut nasional,
sosial budaya,
Migrasi biota laut V V ekonomi, pelayaran
transportasi laut, regional,
Kawasan Strategis V V industri pelayaran lokal.
strategis, serta Dan RZWP3K
Nasional tertentu
pertahanan dan menyebutkan
(KSNT)
keamanan kondisi eksisiting
Pengelolaan batas- Penetapan
batas maritime pada perairan
alokasi ruang Jawa Timur
kedaulatan negara berdasarkan
Pertahanan dan bahwa alur
hasil analisis 3
keamanan negara pelayaran dibagi
V V dimensi ruang
menjadi 2 yaitu
Pengelolaan situs yakni
alur pelayaran
warisan dunia permukaan,
V V umum dan
Kesejahteraan kolom, dan
dasar laut perlintasan dan
masyarakat
V V alur pelayaran
Pelestarian
masuk pelabuhan
180
lingkungan V V Kawasan strategis
nasional
terntentuu yang
terdapat di
RZWP3K Jawa
Timur meruoakan
kawasan militer,
yang dimana
kawasan ini juga
menjadi batas
terluar wilayah
Indonesia melalui
pulau-pulau kecil
181
4.1.6 Evaluasi Peraturan Pemanfaatan Ruang
4.1.7 Evaluasi Arahan Pemanfaatan Ruang
4.2 Evaluasi Perbandingan Peta RZWP3K Provinsi Jawa Timur dan Peta RZWP3K
Tabel 4.2 - 1 Kesesuaian Peta pada Dokumen RZWP-3-K berdasarkan Pedoman
Peta Gelombang -
Peta Arus -
Peta pH -
Peta Salinitas -
182
Peta Ekosistem Pesisir (terumbu -
karang, lamun, mangrove)
Peta Daerah Penangkapan Ikan Peta tidak disajikan, tetapi pada
demersal dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta Daerah Penangkapan Ikan Peta tidak disajikan, tetapi pada
pelagis dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta jumlah dan kepadatan Tidak terdapat dalam dokumen
penduduk (proyeksi rencana
pertumbuhan penduduk)
Peta Wilayah Penangkapan Ikan Peta tidak disajikan, tetapi pada
secara tradisional dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta Risiko Bencana Peta tidak disajikan, tetapi pada
dokumen rencana dijelaskan
secara deskripsi
Peta RZWP-3-K Tidak terdapat dalam dokumen
rencana
183
Tabel 4.2- 3 Kesesuaian Peta Arus dengan Pedoman
layout
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Tabel 4.2 - 4 Kesesuaian Peta Sebaran Suhu Permukaan Air Laut dengan Pedoman
184
Interval 0,5C dilengkapi dari bulan Januari
dengan gradasi warna hingga Desember
dan tidak
dilengkapi dengan
standar kartografis
yang ada pada
pedoman
penyusunan peta
RZWP3K.
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
185
Tabel 4.2 - 6 Kesesuaian Peta Sebaran Kecerahan Air dengan Pedoman
interval 1 m berdasarkan
pedoman
penyusunan peta
RZWP3K.
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Toponim rencana.
186
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Toponim keterangan
187
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Toponim rencana.
188
berdasarkan setiap
bulannya dari
Januari hingga
Desember
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
buruk) Karang
189
Jenis Peta Kelengkapan Disajikan Tidak Catatan
Disajikan
Peta Sebaran Skala (1:1.000.000) Pad dasarnya, peta
Lamun Peta Habitat Lamun
Batas Wilayah merupakan bagian
Perencanaan dari Peta Sebaran
Batas Wilayah Ekosistem Pesisir.
Administrasi Berdasarkan
Garis Perairan pedoman, secara
190
Mangrove Peta ekosistem
mangrove
Batas Wilayah
merupakan bagian
Perencanaan
dari Peta Sebaran
Batas Wilayah
Ekosistem Pesisir.
Administrasi
Berdasarkan
Garis Perairan
pedoman, secara
Toponim
keseluruhan, peta
Poligon kelas kerapatan
yang telah disajikan
mangrove (Rapat, sedang,
sudah lengkap pada
jarang, non-mangrove)
peta Ekosistem
Mangrove
Point kelas kerapatan
mangrove (Rapat, sedang,
jarang, non-mangrove)
Tabel 4.2 - 15 Kesesuaian Peta Pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil eksisting dengan Pedoman
191
Titik, garis dan area penyajian data
Pemanfaatan ruang yang lengkap.
wilayah pesisir dan pulau- Pada legenda
pulau kecil yang telah ada atau keterangan
terdiri dari data
infrastruktur,
alur laut,
sumberdaya
pesisir,
pelabuhan,
daerah militer.
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Tabel 4.2 - 17 Kesesuaian Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Pemanfaaatan Umum
dengan Pedoman
192
Pemanfaatan -
Umum -
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Tabel Kesesuaian Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Konservasi dengan Pedoman
-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Tabel 4.2- 18 Kesesuaian Peta Rencana ola Ruang Zona Alur dengan Pedoman
-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
Tabel 4.2 - 19 Kesesuaian Peta Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Nasional
Tertentu dengan Pedoman
193
Peta Rencana - (-) Menyesuaikan
Pola Ruang Kelengkapan Peta
-
Kawasan dalam RTRW.
Strategis Nasional -
Tertentu -
-
-
Sumber: Analisis Penulis, Tahun 2019
194
4.3 Evaluasi Kelengkapan Data dan Outline RZWP3K
Tabel 4.1.3 - 1 Kelengkapan Data dan Outline RZWP3K
197
II Deskripsi Potensi
Deskripsi Potensi Deskripsi mengenai Deskripsi Potensi
Sumberdaya Pesisir potensi 12 dataset Sumber Daya Pesisir
dan Pulau-pulau beserta peta-peta dan Pulau-Pulau
Kecil dan Kegiatan tematiknya Kecil
Pemanfaatan Sumber Daya Hayati
Sumber Daya Non
Hayati
Sumber Daya Buatan
dan Jasa Kelautan
Deskripsi Kegiatan
Pemanfaatan Pesisir
dan Kelautan
Pelabuhan
Pelabuhan Perikanan
Area Penangkapan
Ikan (Fishing Ground)
Pertambangan
Industri Kelautan dan
Perikanan
Wisata Bahari
Benda Muatan Kapal
Tenggelam (BMKT)
Kawasan Konservasi
Kawasan PErtahanan
dan Keamanan
Alur Laut
Deskripsi kegiatan
pemanfaatan eksisting
198
III Isu Strategis Isu-isu strategis Isu Strategis
wilayah
Peta mencakup Isu potensi sumber
orientasi wilayah daya pesisir
Isu degradasi sumber
daya pesisir dan
pulau-pulau kecil
Isu bencana alam dan
atau bencana akibat
tindakan manusia
Isu marjinalisasi dan
kemiskinan
masyarakat pesisir
Isu konflik
pemanfaatan dan atau
konflik kewenangan
Isu kekosongan dan
ketidakpastian hukum
Isu lainnya V
IV Tujuan, Tujuan pengelolaan Fungsi, dasar, kriteria Visi misi V Kebijakan yang
Kebijakan, dan wilayah pesisir dan perumusan tujuan pengelolaan wilayah diangkat berdasarkan
Strategi pulau-pulau kecil pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- isu strategis pada
Pengelolaan provinsi pesisir dan pulau- pulau kecil Provinsi kawasan pemanfaatan
Wilayah Pesisir pulau kecil provinsi Jawa Timur umum, konservasi,
dan Pulau-Pulau Karakteristik strategis dan alur laut
Kecil Kabupaten wilayah pesisir dan Penjelasan strategi
Kota pulau-pulau kecil mendetail pada setiap
Isu strategis wilayah sub bab kawasan yang
pesisir Provinsi dibahas
Jawa Timur Kebijakan dan strategi
Kondisi objektif yang belum dilakukan
199
yang diinginkan mendetail pada setiap
wilayah pesisir atau
kota/kabupaten terkait
Kebijakan Fungsi, dasar, kriteria Fungsi, dasar, dan V
pengelolaan wilayah perumusan kebijakan kriteria perumusan
pesisir dan pulau- pengelolaan wilayah kebijakan pengelolaan
pulau kecil provinsi pesisir dan pulau- wilayah pesisir dan
pulau kecil provinsi pulau-pulau kecil
provinsi
200
Zona Energi - Aturan mengenai alur
Zona Bandar Udara - pelayaran dapat
Zona Fasilitas Umum - mengikuti Permen
Zona Pemanfaatan - Perhubungan No.68
Lainnya tahun 2011 tentang
Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Alur Pelayaran di
Laut
Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi V
Pesisir dan Pulau- Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (KKP3K) Pulau Kecil (KKP3K)
Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi -
Perairan (KKP) Perairan (KKP)
Kawasan Strategis Kawasan Strategis -
Nasional Tertentu Nasional Tertentu
Sempadan Pantai -
Kawasan Strategis Kawasan Strategis -
Nasional Tertentu Nasional Tertentu
Pengelolaan batas- Kawasan Strategis
batas maritime Nasional (KSN)
kedaulatan Negara Militer
Pertahanan dan -
keamanan Negara
Pengelolaan situs -
warisan dunia
Kesejahteraan -
masyarakat
Pelestarian lingkungan -
Kawasan Strategis
Nasional Tertentu
(KSNT) Pulau-pulau
Terluar
201
Alur Laut Alur Laut Alur Laut
Alur Pelayaran dan Alur Pelayaran dan V
Perlintasan Perlintasan
Pipa dan Kabel Bawah Pipa dan Kabel Bawah V
Laut Laut
Migrasi Biota Migrasi Biota -
Kawasan Strategis Kawasan Strategis V
Nasional Nasional
Rencana alokasi ruang
dijabarkan kedalam
zona
Arahan pemanfaatan
untuk setiap zona pada
masing-masing
kawasan
VI Peraturan Peraturan pemanfaatan
Pemanfaatan ruang cukup
Ruang memberikan informasi
mengenai kegiatan yang
boleh dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan
yang harus
mendapatkan izin
Fungsi ketentuan Matriks Peraturan V
peraturan pemanfaatan Pemanfaatan Ruang
ruang
Kegiatan pemanfaatan Matriks Pemanfaatan V
kawasan/zona Ruang Wilayah
Pesisir dan Pulau-
Pulau Provinsi Jawa
Timur
202
Matriks Peraturan V
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur
untuk Kawasan
Strategis Nasional
Tertentu
Matriks Peraturan V
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Jawa Timur
untuk Alur Laut
Matriks Pemanfaatan V
Ruang Wilayah
Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Provinsi
Jawa Timur
Pengawasan dan
Pengendalian
VII Indikasi Indikasi program
Program Utama dijabarkan dalam
rangka jangka waktu 5
tahun hingga 20 tahun
pada akhir perencanaan
Konsultasi Publik
Arahan Usulan program
Pemanfaatan utama
Ruang
Lokasi
203
Besaran
Sumber pendanaan
Instansi pelaksana
Waktu dan tahapan
pelaksanaan
204
205