Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH OBYEK DAYA TARIK WISATA KOTA

MADIUN

“KOMPLEKS MASJID KUNO KUNCEN”

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pariwisata

Kota Madiun

Jl. Salak No. 67 Kota Madiun


BIODATA PESERTA

Nama : Fendri Hizbullah Febrianto.

Alamat : Jl. Mojopahit No. 49 B Kota Madiun.

TTL : Kediri, 07 Februari 1999.

Motto : Karyaku Pestasi Terbaik.

Motivasi : Menjadi pribadi yang lebih baik.

Visi / Misi : Mempromosikan Pariwisata Kota Madiun


agar makin dikenal oleh masyarakat Kota Madiun dan daerah
sekitarnya melalui sosial media dan promosi secara lisan.
A. PENGERTIAN UMUM

Kompleks Masjid Kuno Kuncen merupakan sebuah kompleks cagar budaya


yang terdiri dari :

1. Masjid Kuno Kuncen.


2. Makam Kuno Kuncen.
3. Sendhang Panguripan / Sendhang Tundhung Medhiun.

Ketiga tempat tersebut merupakan cagar budaya yang telah diakui dan dilindungi
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kompleks
Masjid Kuno Kuncen sendiri merupakan salah satu peninggalan Ki Panembahan
Ronggo Jumeno atau biasa kita kenal dengan Ki Ageng Ronggo dan para
pengikutnya dalam upaya menyiarkan dakwah agama islam di tanah Madiun.
Kompleks Masjid Kuno Kuncen sendiri kemungkinan didirikan oleh Ki
Panembahan Ronggo Jumeno ( Ki Ageng Ronggo ), serta dengan seorang ulama
dari Demak yang lebih dulu menetap di daerah Kuncen yaitu Kyai Samin.

Kompleks Masjid Kuno Kuncen sendiri telah dikenal masyarakat luas, bahkan se-
Eks Karisidenan Madiun ( Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten
Ponorogo, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi ), bahkan
juga dikatakan Kompleks Masjid Kuno Kuncen juga dikenal oleh masyarakat
daerah BAKORWIL Madiun ( Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten
Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi, Kota
Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Blitar, Kota Blitar,
Kabupaten Trenggalek, serta Kabupaten Tulung Agung ). Serta Kompleks Masjid
Kuno Kuncen sendiri telah dikenal di daerah Jawa Timur dan beberapa wilayah
provinsi di sekitar Jawa Timur seperti Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta ( D. I. Y ).

Di dalam Kompleks Masjid Kuno Kuncen terdapat peninggalan peninggalan


Kadipaten / Kabupaten Madiun yang merupakan peninggalan Ki Ronggo Jumeno.
B. SEJARAH KOMPLEKS MASJID KUNO KUNCEN

Kompleks Masjid Kuno Kuncenmemiliki sejarah yang amat panjang dan


sangat berkaitan erat dengan asal usul nama serta kondisi masyarakat Kota
Madiun maupun Kadipaten / Kabupaten Madiun sendiri. Karena Kompleks
Masjid Kuno Kuncen sendiri dibangun / didirikan oleh salah satu pahlawan
pendiri daerah Madiun yaitu Ki Panembahan Ronngo Jumeno ( Ki Ageng
Ronggo ).

Ki Ageng Ronggo Jumeno ( Pangeran Timur ) sendiri merupakan anak


dari Sultan Trenggono, cucu dari Raden Patah. Menurut Babad Tanah Jawi
Raden Patah merupakan putra dari Raja Brawijaya V yaitu raja Majapahit
yang terakhir. Raden Patah merupakan anak dari selir Brawijaya V yang
berasal dari China, hal ini dapat disimpulkan bahwa Ki Panembahan Ronngo
Jumeno merupakan cicit dari Brawijaya V.

Awal mula berdirinya Kompleks Masjid Kuno Kuncen sendiri karena Ki


Ageng Ronggo ( Pangeran Timur ) ditugaskan untuk menyebarkan agama
islam dan mendirikan Kadipaten di bagian timur kerajaan Demak. Akhirnya
beliau tiba di desa Sogaten bersama dengan Kyai Pesogati dan akhirnya
didirikan Kadipaten Purabaya yang merupakan cikal bakal Kota dan
Kabupaten Madiun. Lalu pusat pemerintahan di pindah dari desa Sogaten ke
daerah Kuncen yang dulunya bernama Wonorejo, Akhirnya daerah Kuncen
tumbuh sebagai pusat pemerintahan Kadipaten Purabaya, karena Ki
Panembahan Ronggo Jumeno merupakan penyebar agama islam akhirnya
beliau bersama dengan Kyai Samin yang merupakan kyai yang lebih dulu
menetap dan menyebarkan agama islam di daerah Kuncen akhirnya
mendirikan sebuah masjid yang sekarang kita sebut dengan Masjid Kuno
Kuncen. Masjid Kuno Kuncen sendiri merupakan pusat dakwah islam di
daerah Madiun pada masa pemerintahan Pangeran Timur.

Selain Masjid Kuno Kuncen terdapat juga makam dari Pangeran Timur
serta beberapa mantan bupati Madiun yang terbentuk setelah dibangunnya
masjid dan Sendhang Tundhung Medhiun sebelum berdirinya Masjid Kuno
Kuncen.

Makam dari Ki Panembahan Ronggo Jumeno ( Pangeran Timur ) sendiri


diyakini berlokasi di sebelah barat Masjid Kuno Kuncen. Hal ini di yakini
karena menurut cerita dari leluhur bahwa pada zaman pemerintahan Pangeran
Timur Kadipaten Purabaya merupakan Kadipaten yang makmur dan memiliki
letak yang strategis diantara Kerajaan Daha ( Kediri ) dan Kerajaan Mataram (
Daerah Istimewa Yogyakarta) hal ini membuat Kerajaan Mataram yang pada
saat itu bermimpi sebagai kerajaaan yang ingin menyatukan seluruh pulau
jawa di bawah panji-panji Mataram. Kerajaan Mataram sangat berambisi ingin
menaklukan Kadipaten Purabaya karena letaknya yang sangat strategis namun
Kadipaten Purabaya memiliki banyak sekutu yang siap membantu dan
mempertahankan Kadipaten Purabaya dari serangan Kerajaan Mataram karena
Kadipaten sekutu Purabaya sangat anti dan benci dengan Kerajaan Mataram.

Kerajaan Mataram melakukan berbagai serangan namun dapat di kalahkan


dengan pasukan aliansi Kadipaten Purabaya, hal ini membuat raja Mataram
geram dan mengutus Panembahan Senopati untuk melakukan siasat, dimana
salah satu selir kesayangan dari raja Mataram di utus untuk berpura pura
menyerah, akhirnya Ki Ageng Ronggo Jumeno pun memutuskan dengan
berita penyerahan yang disampaikan selir Mataram tadi maka Pangeran Timur
memutuskan daerah Kadipaten Purabaya aman, dan akhirnya seluruh pasukan
aliansi ditarik kembali ke daerahnya masing-masing yang menyebabkan
kekuatan pertahanan Kadipaten Purabaya melemah.

Siasat Panembahan Senopati pun berhasil dan akhirnya Panembahan


Senopati memimpin sendiri serangan untuk menaklukan Kadipaten Purabaya
di bawah panji-panji Mataram dengan pasukan elite yang sebelumnya telah
disiapkan untuk menggempur Kadipaten Purabaya. Kadipaten Purabaya yang
telah ditinggal pergi oleh sekutu-sekutunya hanya memiliki pasukan
pertahanan yang sangat kurang memadahi. Akhirnya pada saat Panembahan
Senopati telah sampai di Kadipaten Purabaya dengan mudah menaklukan
Kadipaten yang strategis tersebut. Kadipaten Purabaya pun tidak menduga
serangan ini dan akhirnya pasukan Panembahan Senopati dapat memasuki
pusat pemerintahan dari Kadipaten Purabaya dan pada saat Panembahan
Senopati tiba di kediaman keluarga raja, menurut cerita juru kunci, Ki
Panembahan Ronggo Jumeno diutus bersembunyi oleh putrinya yaitu Retno
Dumilah di bagian belakang Masjid Kuno Kuncen tepatnya di sebelah
baratnya. Tanpa disangka pada saat akan ditemui ketika Kadipaten Purabaya
telah resmi takluk di bawah panji-panji Mataram beliau ( Ki Panembahan
Ronggo Jumeno ) mengalami moksa di tempat persembunyiannya tadi,
akhirnya tempat moksa dari Ki Panembahan Ronggo Jumeno ( Pangeran
Timur ) di yakini sebagai makam dari Ki Panembahan Ronggo Jumeno (
Pangeran Timur ) hingga sekarang.

Selain terdapat Masjid Kuno Kuncen dan Makam dari Para Bupati Madiun
di Kompleks Masjid Kuno Kuncen juga terdapat sebuah Sendhang yang
terletak tidak jauh dari Masjid Kuno Kuncen. Sendhang ini dinamakan
Sendhang Pamguripan / Sendhang Tundhung Medhiun. Menurut cerita dan
pengalaman dari juru kunci Kompleks Masjid Kuno Kuncen yang bernama
mbah Munir asal usul dari Sendhang Panguripan / Sendhang Tundhung
Medhiun itu sendiri juga berakar dari sebuah peristiwa yang terjadi di
Kerajaan Demak.

Dimana pada saat itu Sultan Demak mengutus seorang Mpu yang
bernama Mpu Kisuro untuk membuat suatu pusaka yang kuat dan tidak
terkalahkan, namun Mpu Kisuro tidak dapat menyangupi perintah Sultan
Demak akhirnya beliau di usir ( Tundhung ) oleh Sultan Demak. Mpu Kisuro
kemudian berkelana menuju timur dan sampai tibalah Mpu Kisuro di suatu
mata air yang disekelilingnya ada pohon Keningar yang sangat besar. Karena
Mpu Kisuro merasa lelah beliau beristirahat dan bersandar dibawah pohon
besar, pada saat bersandar tiba tiba beliau melihat bangkai katak yang
terlempar ke dalam mata air dan beliau melihat katak itu hidup lagi. Hal inilah
mengapa sendhang / mata air tersebut dinamai sendhang panguripan karena
dapat menghidupkan benda yang telah mati. Namun juga ada yang menyebut
sendhang tersebut dengan nama Tundhung Medhiun, hal ini disebabkan
karena di saat Mpu Kisuro mengetahui betapa hebat kekuatan sendhang itu
akhirnya Mpu Kisuro memutuskan untuk membuat pusaka di tempat itu, pada
saat mencelupkan keris yang baru di pande ke dalam sendhang tersebut
muncul sebuah keajaiban dimana tiba tiba di tengah tengah sendhang muncul
sesosok genderuwo / mahluk halus ( Medhi ) yang lalu berayun ayun di atas
pohon keningar besar. Hal itulah yang menyebabkan sendhang panguripan
juga disebut sebagai sendhang Tundhung Medhiun karena diambil dari kata
Tundhung ( Usir ) Medhiun ( Medhi ayun / Hantu yang berayunan ) yang
berarti Mpu Kisuro yang diusir oleh Sultan Demak dapat bertemu Medhi /
Hantu yang berayunan di sekitar sendhang tersebut.

Setelah Mpu Kisuro membuat pusaka tersebut beliau mempersembahkan


pusaka tersebut kepada Sultan Demak dan pusaka tersebut dinamakan Keris
Tundhung Medhiun. Konon keris yang digunakan Ki Panembahan Ronggo
Jumeno berasal dari Sultan Demak yang di beri keris oleh Mpu Kisuro.

C. DAYA TARIK WISATA MASJID KUNO KUNCEN


Masjid Kuno Kuncen merupakan salah satu objek wisata
religi yang ada di Kota Madiun, selain itu Masjid Kuno Kuncen
jua memiliki niali arsitektur serta sejarah yang tinggi, hal ini
dibuktikan dengan adanya peninggalan peninggalan pada masa
pemerintahan Ki Panembahan Ronggo Jumeno ( Ki Ronggo ),
antara lain :
 Gapura
 Relief dan Ukiran pada Masjid
 Gentong
 Boncet
 Sumur
 Gaya Arsitektur Masjid

Tiap-tiap bagian tersebut menunjukkan sebuah Asimilasi dan


Akulturasi Budaya Islam, Hindu, serta Budha. Antara Lain:

 Gapura Masjid Kuno Kuncen memiliki bentuk campuran antara


budaya Hindu-Budha Majapahit dan budaya Islam dari kerajaan
Demak, mengapa hal ini bisa terjadi ?, karena Ki Romggo
(Pangeran Timur) masih merupakan keturunan kerajaan
Majapahit, dan pada masa pemerintahan Pangeran Timur
kebudayaan masyarakat sekitar kuncen masih Hindu-Budha
sebelum islam menyebar luas
 Relief dan ukiran pada pilar masjid yang terbuat dari kayu jati
memiliki berbagai macam ukiran seperti : kaligrafi, bunga , dll.
Hal ini di pengaruhi karena Pangeran Timur berasal dari
Kerajaan Demak dimana masjid di sekitar kerajaan Demak
mayoritas memiliki ukiran yang hampir sama.
 Gentong yang memiliki hiasan kaligrafi di depannya konon
merupakan tempat minum bagi para raja-raja, gentong tersebut
konon di buat dengan cara berpuasa sehingga diharapkan
gentong tersebut dapat berdampak baik kepada raja-raja yang
menggunakan.
 Boncet merupakan sebuah alat yang fungsinya hampir sama
dengan jam, dimana boncet digunakan sebagai penunjuk waktu
sholat. Dimana manurut cerita dari juru kunci boncet ini di buat
pada masa pemerintahan Pangeran Timur.
 Sumur yang berada di dekat masjid Kuncen merupakan sumber
wudlu bagi para umat islam pada masa pemerintahan Pangeran
Timur.
 Gaya Arsitektur masjid kuno Kuncen banyak di pengaruhi oleh
budaya Hindu-Budha, seperti contohnya pada atap masjid di
setiap sisi nya terdapat suatu ornamen mahluk mitologi hindu-
budha.

D. DAYA TARIK MAKAM KUNCEN

Makam Kuncen merupakan salah satu bagian obyek wisata yang


berada di Kompleks Masjid Kuno Kuncen dan sangat banyak
dikunjungi oleh berbagai kalangan warga untuk berwisata religi.

Makam Kuncen merupakan sebuah kompleks pemakaman Bupati


beserta keturunan keturunannya. Pada makam Kuncen terdapat 5
Makam Bupati Kadipaten / Kabupaten Madiun yang dianngap sebagai
pahlawan yang sangat berjasa bagi berdirinya daerah Madiun dan
memimpin daerah Madiun dengan Baik, antara lain:

 Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno. Beliau adalah


perintis dan pendiri Kadipaten Madiun, serta beliau
merupakan Bupati pertama Madiun. Beliau memerintah
selama 18 tahun yaitu pada tahun 1968-1986. Beliau
merupakan ayah dari Retno Dumilah.
 Raden Bagus Petak ( Mangkunegoro I ). Beliau merupakan
Bupati Madiun ke-6 yang menjabat selama 12 tahun yaitu
pada tahun 1601-1613.
 Pangeran Adipati Kenitren Kartoloyo ( Mangkunegoro II ).
Beliau merupakan Bupati Madiun ke-7 yang menjabat
selama 32 tahun yaitu pada tahun 1613-1645.
 Kyai Irodrikromo ( Mangkunegoro III ). Beliau merupakan
Bupati ke-8 Madiun, beliau menjabat 32 tahun yaitu pada
tahun 1645-1677.
 Pangeran Tumenggung Balitar Tumapel (Mangkunegoro
IV). Beliau merupakan Bupati Madiun ke-9, beliau mulai
menjabat pada tahun 1703.

Di setiap makam mulai dari makam Mangkunegoro I –


Mangkunegoro IV terdapat semacam prasasti yang ditulis
menggunakan huruf jawa sebagai bukti pembangunan. Namun
uniknya pada Makam Ki Panembahan Ronggo Jumeno terdapat
sebuah pendopo yang biasanya digunakan oleh para peziarah untuk
mendoakan beliau. Menurut juru kunci banyak sekali pengunjung
yang datang khususnya pada bulan dan hari seperti: Syura, Adanya
Pilkada, dll. Para pengunjung datang untuk berziarah dan mendoakan
para bupati. Selain itu pengunjung juga mengenal tokoh-tokoh
pemimpin dan pendiri Madiun.

Banyak hal-hal unik yang dapt kita jumapi dalam Makam


Kuncen, diantaranya terdapat sebuah makam orang jepang di dalam
Kompleks Makam Kuncen, selain itu banyak keluarga orang-orang
besar yang dimakamkan pada Kompleks pemakaman ini, seperti
contoh: Orang tua dari M.T. Haryono,dll.
Makam Kuncen juga dikunjungi oleh para keturunan keturunan
Bupati Madiun yang dimakamkan di Makam Kuncen untuk berziarah.

Banyak pengunjung yang berdatangan dari luar kota Madiun


untuk sekedar berziarah. Para pengunjung pun mayoritas berasal dari
daerah Mojokerto, Surabaya, Tuban, Surakarta, Yogyakarta, Kediri,
Jombang,dll.

E. DAYA TARIK SENDHANG PANGURIPAN / TUNDHUNG


MEDHIUN

Sendhang Panguripan / Sendhang Tundhung Medhiun merupakan


sebuah obyek wisata religi yang merupakan bagian dari obyek wisata
Kompleks Masjid Kuno Kuncen. Sendhang Panguripan sendiri
merupakan Sendhang yang memiliki kaitan sejarah yang erat dengan
asal usul nama Madiun itu sendiri. Bahkan sampai saat ini pun
Sendhang Panguripan masih disakralkan oleh masyarakat Madiun
khususnya. Sendhang ini banyak dikunjungi oleh masyrakat sekitar
maupun luar kota Madiun, semua bertujuan untuk mengetahui tempat
yang menjadi asal usul nama suatu daerah, dan ada pula pengunjung
yang mengambil air sendhang untuk digunakan sebagai pengobatan.

Sebelum tahun 1960 sendhang ini sangat dikramatkan oleh warga


sekitar, dan menurut cerita dan pengalaman juru kunci setiap bulan
syura warga sekitar sendhang menguras air sendhang yang kotor.
Setiap menguras sendhang warga selalu menangkap ikan sekitar
sendhang dan apabila proses pengurasan sudah selesai ikan-ikan itu
dikembalikan kembali ke sendhang. Bahkan ada mitos tentang ratu
ikan yang begitu dikramatkan pada era sebelum tahun 1960,
diceritakan ikan itu memiliki kepala yang utuh namun memiliki badan
yang terdiri dari tulang, ikan ini dinamakan Truno Lele yang diyakini
hingga saat ini masih ada.

Pengunjung terdiri dari berbagai latar belakang seperti : Pelajar,


Karyawan swasta, Wiraswasta, Pedagang, Dll. Pengunjung mayoritas
berkunjung ke sendhang ini selain untuk mencari pengobatan adalah
untuk menggali nilai nilai sejarah yang ada di Sendhang Panguripan.

Terdapat sebuah prasasti di sebelah timur sendhang yang juga di


sakralkan, selain itu letak Sendhang Panguripan sendiri masih di alam
yang asri. Sebenarnya Sendhang Panguripan berukuran sangat besar
dan memiliki mata air, namun sayang akibat renovasi yang dilakukan
pemerintah daerah salah perhitungan dan akhirnya malah
memperkecil luas sendhang dan menutup semua mata air sendhang
sehingga air dari sendang berasal dari air hujan, jadi apabila pada
musim kemarau permukaan air pada sendhang akan turun sangat
drastis.

Meskipun begitu masih banyak sekali masyarakat yang berkunjung


kesana walaupun keasliannya sudah hilang, namun masyarakat sekitar
juga berusaha dalam pengembangan sendhang panguripan itu sendiri
dan selalu menjaga nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam
sendhang kahuripan itu sendiri, karena sendhang ini merupakan aset
Kota Madiun yang penting. Yang dapat digunakan sebagai obyek
wisata baru di Kota Madiun.
Meskipun Masjid Kuno Kuncen, Makam Kuncen, dan
Sendhang Panguripan merupakan tempat yang berbeda, tetapi ke 3
tempat itu merupakan satu kesatuan dalam Kompleks Masjid Kuno
Kuncen yang memiliki potensi obyek wisata religi yang dapat
dkembangkan, karena beberapa bagian tempat sudah banyak dikenal
masyarakat luar Kota Madiun.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai