Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NAURAH SATYA AZKIA

KELAS : X MIPA 3

MAPEL : SEJARAH INDONESIA

1.Tuliskan peninggalan sejarah di kesultanan Banten!


Jawab : Masjid Agung Banten,Istana Keraton Kaibon, Istana Keraton Surosowan, Benteng Speelwijk,Danau
Tasikardi, Vihara Avalokitesvara, Meriam Ki Amuk

2.Jelaskan Lokasi ditemukannya peninggalan sejarah tersebut!


Jawab : 1. Masjid Agung Banten : Masjid yang berada di desa Banten Lama, kecamatan Kasemen ini masih berdiri
kokoh sampai sekarang.Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, tepat pada masa pemerintahan putra
pertama Sunan Gunung Jati yaitu Sultan Maulana Hasanudin
2. Istana Keraton Kaibon :  terletak di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. 
3. Istana Keraton Surosowan: istana keraton ini terletak di Banten, Kasemen, Banten, Kec. Kasemen, Kota Serang,
Banten.
4. Benteng Speelwijk: terletak di Kampung Pamarican, Banten, Kec. Kasemen, Kota Serang, Banten.
5. Danau Tasikardi: Danau Tasikardi adalah suatu danau buatan di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kota
Serang, Provinsi Banten. Letaknya sekitar 10 km dari pusat kota Serang.
6. Vihara Avalokitesvara : vihara ini terletak di Jl. Tubagus Raya, Banten, Kec. Kasemen, Kota Serang, Banten.
7. Meriam Ki Amuk : Meriam Ki Amuk adalah sebuah Meriam kuno milik Kesultanan Banten Saat ini, Meriam Ki
Amuk tersimpan di Museum Kepurbakalaan Banten Lama, yang berlokasi di Jl. Raya Serang-Jakarta, Banten,
Kecamatan Serang, Kota Serang, dekat Masjid Agung Banten dan Istana Surosowan . Meriam Ki Amuk konon dulu
dipergunakan untuk menjaga Pelabuhan Karanghantu yang berada di Teluk Banten.

3.Tuliskan nilai sejarah yang terkandung dari peninggalan tersebut!


Jawab : 1. Masjid Agung Banten : Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, tepat pada masa pemerintahan
putra pertama Sunan Gunung Jati yaitu Sultan Maulana Hasanudin. Selain itu, Masjid Agung Banten juga merupakan
salah satu dari 10 masjid tertua di Indonesia yang masih berdiri sampai sekarang.Keunikan masjid ini yaitu bentuk
menaranya yang mirip mercusuar dan atapnya mirip atap pagoda khas China. Selain itu, dikiri kanannya bangunan
masjid tersebut ada sebuah serambi dan komplek pemakaman sultan Banten bersama keluarganya

2. Istana Keraton Kaibon : Peninggalan kerajaan Banten yang selanjutnya yaitu bangunan Istana Keraton Kaibon.
Istana ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah yang merupakan ibu dari Sultan
Syaifudin.Tapi kini bangunan ini sudah hancur dan tinggal sisa-sisa runtuhannya saja, sebagai akibat dari bentrokan
yang pernah terjadi antara kerajaan Banten dengan pemerintahan Belanda di nusantara pada tahun 1832.

3. Istana Keraton Surosowan : Keraton Surosowan adalah sebuah keraton di Banten. Keraton ini dibangun sekitar
tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, yang kemudian dikenal sebagai pendiri
dari Kesultanan Banten. Selanjutnya pada masa penguasa Banten berikutnya bangunan keraton ini ditingkatkan
bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel,
seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna .]Dinding pembatas
setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Surowowan mirip sebuah benteng Belanda
yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa
jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan.Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh.
Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.
4. Benteng Speelwijk : Benteng Speelwijk adalah peninggalan kerajaan Banten sebagai bentuk dalam membangun
poros pertahanan maritim kekuasaan kerajaan di masa lalu. Benteng setinggi 3 meter ini dibangun pada tahun
1585.Selain berfungsi sebagai pertahanan dari serangan laut, benteng ini juga digunakan untuk mengawasi aktivitas
pelayaran di sekitar Selat Sunda. Benteng ini juga memiliki Mercusuar, dan didalamnya juga ada beberapa meriam,
serta sebuah terowongan yang menghubungkan benteng tersebut dengan Istana Keraton Surosowan.

5. Danau Tasikardi : Danau Tasikardi dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana Yusuf (bertahta 1570-
1580 M), sultan Banten kedua dan merupakan tempat peristirahatan sultan dan keluarganya. Peranannya ganda, yaitu
menampung air dari Sungai Cibanten demi pengairan sawah, dan memasok air ke keraton dan masyarakat sekitarnya.
Air Danau Tasikardi dialirkan ke Keraton Surosowan melalui pipa yang terbuat dari tanah liat dan berdiameter 2,40
meter. Sebelum digunakan, air disaring dan diendapkan di tempat penyaringan khusus yang disebut pengindelan
abang atau "penyaringan merah", pengindelan putih dan pengindelan emas.

Danau Tasikardi, bersama Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Pasar Lama Serang, Benteng
Speelwijk dan Vihara Avalokitesvara masuk dalam situs Banten Lama. Di tengah danau terdapat sebuah pulau yang
dahulunya merupakan tempat istirahat keluarga kesultanan. Di pulau tersebut masih dapat dilihat peninggalan
Kesultanan Banten, seperti kolam penampungan air, pendopo, dan kamar mandi keluarga kesultanan.
6. Vihara Avalokitesvara : vihara tertua di Provinsi Banten, konon vihara ini sudah dibangun sejak abad 16.
Pembangunan vihara ini juga tidak bisa dilepaskan dari Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan wali penyebar
agama Islam di Indonesia. Inilah Vihara Avalokitesvara yang terletak 15 km arah utara dari Kota Serang, Banten.

Sejarah pembangunan vihara yang terletak di Kecamatan Kasemen, wilayah Banten Lama ini berkaitan dengan Syarif
Hidayatullah atau yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Tokoh penyebar islam di tanah Jawa ini memiliki
istri yang masih keturunan kaisar Tiongkok bernama Putri Ong Tien. Melihat banyak pengikut putri yang masih
memegang teguh keyakinannya, Sunan Gunung Jati membangun vihara pada tahun 1542 di wilayah Banten, tepatnya
di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten. Namun, pada tahun 1774 vihara dipindahkan ke Kawasan
Pamarican hingga sekarang.

7. Meriam Ki Amuk : Menurut legenda, Meriam Ki Amuk adalah penjelmaan Prajurit Kesultanan Demak yang
dikutuk. Tetapi menurut versi sejarah, meriam ini dibuat di Jawa Tengah abad 16 sekitar tahun 1527 M, yang
kemudian dihadiahkan kepada Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Banten oleh Sultan Trenggono yang pada awalnya
bernama Ki Jimat. Meriam Si Jagur yang di halaman Museum Fatahillah Jakarta adalah "kembaran" dari Meriam Ki
Amuk.Lambang Surya Majapahit dapat dilihat di mulutnya. Ada dua prasasti berhuruf Arab di meriam ini. Yang
pertama berbunyi "Aqibah al-Khairi Salamah al-Imani" yang berarti "Buah dari segala kebaikan adalah kesempurnaan
iman". Prasasti kedua berbunyi "La fata illa Ali la saifa illa Zu al-faqar, isbir ala ahwaliha la mauta" yang berarti
"Tiada pemuda kecuali Ali, tiada pedang selain Zulfiqar, hendaklah engkau bertakwa sepanjang masa kecuali mati"
Meriam ini adalah hasil rampasan kerajaan Banten terhadap pemerintah Belanda pada masa perang.

Anda mungkin juga menyukai