Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL OBSERVASI DI BANTEN LAMA

NAMA KELOMPOK

Oleh:

1. Aulia Ramadani
2. Dini Lestari
3. Mirazaini Julia S
4. Octavia Ramadani S
5. Zahra Arfani

Jl. Letnan Jenderal R. Suprapto Jl. Kubang Sepat No.KM.3, Citangkil, Kec.
Citangkil, Kota Cilegon
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dankesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Observasi yang membahas
tentangPerkembangan Anak Berkebutuhan Khusus yang bersekolah di sekolah umum. Tak lupa
pula shalawat dan salam saya haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari
alam kebodohan ke alam yang penuh petunjuk ini.Saya yang bertanggung jawab atas tugas
Observasi ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat tugas ini dengan baik dan
dengan teliti. Sebelumnya saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada:1.

1. Ifal Afriad,s.pd. selaku guru pembimbing mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.2.

2. Rekan-rekan sekalian yang telah mendukung saya dalam menjalankan tugas iniAkhirnya saya
dapat menyelesaikan laporan ini. Saya berharap bahwa laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak
akademisi, umum, dan praktisi.

Jakarta, 9 Januari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………..... ii

A. DESKRIPSI UMUM……………………………………………………………………………………………………. 1

B. DESKRIPSI DATA………………………………………………………………………………………………………. 4

A. MUSEUM BANTEN LAMA……………………………………………………………………………………………… 4

B. KERATON SUROSOWON………………………………………………………………………………………………… 4

C. MASJID AGUNG BANTEN LAMA…………………………………………………………………………………… 6

D. VIHARA AVALOKITESVARA………………………………………………………………………………………… 6

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………… 5

LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………………………... 8

Deskripsi Umum

Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai
sejarah. Masjid ini terletak di kelurahan Banten di Kota Serang, Provinsi Banten. Setiap harinya
masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat,
tetapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk menaranya yang
sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.
Masjid ini dibangun pertama kali pada 1556 oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570),
sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati. Pada
awalnya, penguasa Pajajaran bermaksud menjalin kerjasama dengan Portugis untuk
membantunya dalam menghadapi orang Islam di Jawa Tengah yang telah mengambil alih
kekuasaan dari tangan raja-raja bawahan Majapahit. Namun, sebelum Portugis sempat
mengambil manfaat dari perjanjian dengan mendirikan pos perdagangan, pelabuhan Banten telah
diduduki oleh orang-orang Islam. Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten pada 1525-1526
M. Kedatangan Sunan Gunung Jati ke Banten adalah bagian dari misi Sultan Trenggono dari
Kerajaan Demak untuk mengusir Portugis dari nusantara. Setelah berhasil menguasai Banten,
Sunan Gunung Jati segera mengambil alih pemerintahan, tetapi tidak mengangkat dirinya
sebagai raja.

Pada 1552 M, Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon dan menyerahkan Banten kepada putra
keduanya, Sultan Maulana Hasanuddin. Sejak saat itu, Sultan Maulana Hasanuddin resmi
diangkat sebagai raja pertama Kerajaan Banten.

DESKRIPSI DATA

A. Museum Banten Lama

Pertama kita masuk ke museum banten sebelum masuk terdapat pos jaga di depan terdapat
satpam lalu di luar museum ada Marian Ki Amuk, Batu Karang Berelief,Alat Pemerah Tebu,Dan
ada ukiran china di batu.
Kemudian kita masuk ke Museum Banten Lama, Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m² dan bangunan kurang lebih 778 m². Dibangun
dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya.
Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini
menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs
Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi
museum.

Dari sekian banyak benda-benda purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut
dibagi menjadi 5 kelompok besar.

-Arkeologika, benda-benda yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap,
Lesung Batu, dll.

-Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal maupun Mata Uang
asing yang dicetak oleh masyarakat Banten.

-Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur Rumah Adat Suku Baduy dan berbagai
macam Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris, Golok,
Meriam, Pistol, dll.

-Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik. Keramik yang


tersimpan berasal dari berbagai negara seperti Burma, Vietnam, Tiongkok, Jepang, Timur
Tengah dan Eropa. Tidak ketinggalan pula keramik lokal asal Banten yang biasanya lebih dikenal
dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini digunakan sebagai alat-alat rumah tangga.

-Seni rupa, yang termasuk di dalamnya adalah benda-benda seni seperti Lukisan atau Sketsa.
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir
keseluruhannya adalah lukisan hasil reproduksi.

Selain menyimpan benda-benda koleksi kepurbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua


Artefak yang disimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, yaitu artefak
Meriam Ki Amuk dan juga alat penggilingan Lada. Yang paling terkenal adalah Meriam Ki Amuk,
meriam yang terbuat dari tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya sekitar 2,5 meter ini
merupakan bantuan dari Ottoman, Turki. Konon Meriam Ki Amuk memiliki kembaran yaitu
Meriam Ki Jagur yang saat ini tersimpan di halaman belakang Museum Fatahillah Jakarta.
Sedangkan alat penggilingan lada yang terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur
menjadi beberapa bagian. Pada zaman dahulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada,
itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah satunya ingin menguasai produksi
lada.
B. Keraton Surosowon

Dan Lanjut ke tempat ke dua yaitu Banteng Keraton Surosowon, sebelum memasuki benteng di
depan terdapat tulisan dan gambar yang mejelaskan benteng ini , lalu kita masuk Layaknya
keraton di Jawa, Keraton Surosowan juga berfungsi sebagai tempat tinggal sultan beserta
keluarga dan pengikutnya. fungsi lainnya, keraton juga menjadi pusat kerajaan dalam
menjalankan pemerintahan Kerjaan Banten. Hal ini terlihat dalam tata pola yang mengikuti
kerajaan Islam lainnya di Jawa yang memiliki Alun-Alun di sebelah utara, Masjid Agung di bagian
barat dan pasar serta pelabuhan di sisi timur dan utara keraton.

Bentuk keraton mengalami perubahan saat pemerintahan di pimpin oleh Sultan Haji pada
tahun 1672-1687. Pembangunan ini dilakukan karena keraton mengalami kehancuran yang
dilakukan oleh Belanda pada tahun 1680. Dibantu oleh ahli bangunan asal Belanda bernama
Hendrik Lucasz, Keraton Surosowan dibangun dengan penambahan dinding di bagian sisinya.

Dinding berupa benteng setinggi 2 meter dengan lebar 5 meter ini dibangun untuk
meminimalisir serangan Belanda yang pernah menyerang keraton. Atas jasanya, ahli bangunan
berkewarganegaraan Belanda yang masuk islam ini diberi gelar oleh Sultan dengan nama
Pangeran Wiraguna.

Ketika Belanda menyerang kembali, Keraton menjadi sasaran utama dengan penghancuran
kota dan membuat Sultan dan penghuninya meninggalkan keraton. Kejadian ini terjadi pada
tahun 1813 saat Gubernur Jendral Belanda dipimpin oleh Herman Daendels.

Sisa-sisa inilah yang kini terlihat dalam reruntuhan. Bangunan keraton yang menggunakan
bahan bata campuran pasir dan kapur sebagai bahan dasarnya menjadi saksi bagaimana
kehebatan Kerajaan Banten pada abad 17.

Walaupun hanya berupa reruntuhan, keraton yang disebut juga Benteng Surosowan ini masih
memiliki beberapa sisa ruang yang dapat dilihat. Seperti Gerbang di bagian utara, serta kolam
dan tempat beristirahat yang bernama Bale Kambang Rara danok. Bentuknya segi empat
dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter membuat kolam ini menjadi tempat yang pas
untuk beristirahat bagi putri-putri sultan.

Luas benteng bersejarah yang mencapai 4 hektar ini membuat pemerintah Provinsi Banten
menetapkan reruntuhan ini sebagai cagar budaya yang dilindungi dan kaya akan sejarah
Banten. Karenanya banyak pengunjung yang sering datang hanya untuk memlihat dan sedikit
membayangkan bagaimana kejayaan Kerajaan Banten lewat reruntuhan Keraton Surosowan.
C. Masjid Agung Banten Lama

Tempat selanjut nya yaitu Masjid Agung Banten Lama , setelah dari Benteng Keraton kita
berjalan memasuki Masjid Agung Banten Lama

Untuk melaksanakan sholat dhuhur, sebelum masuk Masjid kita di haruskan membuka
sepatu/sandal yang kita pakai , bersedekah sedikit setelah melaksanakan sholat dhuhur kita di
suruh untuk mengerjakan tugas matematika yaitu menggukur tinggi menara , dan di Masjid
Agung Banten banyak orang bejualan.

Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, Kecamatan
Kasemen, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh
Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Banten. Ia adalah putra
pertama Sunan Gunung Jati.

Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah adalah atap bangunan utama yang
bertumpuk lima, mirip pagoda Tiongkok. Ini adalah karya arsitektur Tionghoa yang bernama
Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan
selatan bangunan utama.

Di serambi kiri masjid ini terdapat kompleks makam para Sultan Banten dan keluarganya, yaitu
Maulana Hasanuddin dengan Permaisurinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr
Abdul Kahhar atau Sultan Haji. Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana
Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan
Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah,
Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.

D. Vihara Avalokitesvara Masjid Agung Banten

Tempat Selanjutnya yaitu Vihara Avalokitesvara Banten , sampe sana kita sudah melihat pintu
yang besar bagus dan megah di depan pintunya terdapat burung gereja dan banyak ukiran nya
yang memilki cici khas nya tersendiri.

Kondisi di dalam Vihara ini sendiri sejuk karena banyak pepohonan rindang dan terdapat
tempat duduk yang nyaman untuk beristirahat. Selasar koridor Vihara yang menghubungkan
bangunan satu dengan yang lainnya ini terdapat relief cerita hikayat Ular Putih, yang dilukis
dengan berwarna-warni sebagai elemen estetis.

Vihara Avalokitesvara memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar Dewi kwan Im sebagai
Altar utamanya. Di altar ini terdapat patung Dewi Kwan Im yang berusia hampir sama dengan
bangunan vihara tersebut. Selain itu di sisi samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa
yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga.

Kelenteng yang pernah terbakar pada tahun 2009 ini juga memiliki ukiran yang menceritakan
bagaimana kejayaan Banten Lama saat masih menjadi kota pelabuhan yang ramai. Terletak di
samping vihara, ukiran ini juga menceritakan bagaimana vihara ini digunakan sebagai tempat
berlindung saat terjadi tsunami beserta letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Walaupun pernah mengalami musibah, bentuk dan isi yang ada di dalam vihara masih dijaga
keasliannya oleh pihak pengelola. Bahkan bangunan vihara ini masih terlihat kokoh layaknya
bangunan baru dengan warna merahnya yang khas.

E. Benteng Speelwjk

Tempat terakhir yaitu, Benteng Speelwjk saat kita mau memasuki Benteng kita di sambut
tamam yang bagus dan terdapat permainan yang di sewakan.

Selama kurang lebih 350 tahun bangsa Indonesia dikuasai oleh Belanda. Disaat itulah Belanda
berhasil membangun beberapa fasilitas penting, salah satunya adalah Benteng Speelwijk.

Lokasi Benteng Speelwijk terletak sekitar 500 meter dari Masjid Agung Banten dan Keraton
Surosowan.

Sayangnya, ruangan-ruangan di dalam benteng kini telah hancur dan tinggal pondasinya saja.

Hanya bagian-bagian dari Benteng Speelwijk seperti tembok dan bastion yang masih dapat
dinikmati keindahannya.

Berikut bangunan yang masih tersisa di Benteng Speelwijk:

1. Terdapat Empat Kuburan

Saat masuk ke dalam benteng, Moms juga akan menemukan empat kuburan pejabat VOC,
yaitu:

-Makam komandan militer Hugo Pieter Faure (1717-1763).

-Makam Kopman en Fiscaal Deserbezeting (seorang pegawai pajak dan pembelian VOC).
-Makam Jacobs Wits yang meninggal pada 9 Maret 1769.

-Makam Catharina Maria van Doorn

2. Terdapat Parit Selebar 10 Meter yang Jadi Jalur Transportasi

Dulunya benteng ini dikelilingi oleh parit selebar 10 meter yang juga difungsikan sebagai jalur
transportasi oleh Belanda.

3. Ada Bunker Bawah Tanah

Bunker ini memiliki lorong rahasia yang terhubung dengan ruangan khusus di sisi ujung bagian
barat.

Saat ini sangat tidak memungkinkan untuk kamu masuk ke dalam bunker, karena kondisinya
yang sudah lama terbengkalai dan tertimbun reruntuhan.

Untuk dapat masuk ke benteng ini, Moms harus mengelilinginya karena pintunya tersembunyi
dan hanya berupa terowongan kecil yang tingginya kurang dari 1 meter.

4. Menara Pengawas Kapal di Bagian Utara Benteng yang Berbatasan dengan Parit

Menara ini dulunya digunakan untuk mengawasi aktivitas kapal di parit dan sebagai pusat
informasi pertahanan benteng dari musuh.

Akses masuk ke benteng ini tidak dipungut biaya, sayangnya benteng ini masih terbengkalai.

Kondisi halaman benteng terdapat banyak sampah dan di beberapa sudut tercium bau yang
kurang sedap.

Kesimpulan

Dengan melakukan penelitian secara observasi banten, mengenal masyarakat banten ini untuk
mengenalkan karakter masyarakat banten yang berkarakter terbuka dan ramah, memiliki
pemikiran yang cerdas, mudah bergaul, religius, toleran serta cinta damai.

Itulah Laporan Hasil Observasi kita selama di Banten Lama , semoga penjelasan dari kita bisa di
pengerti , mohon maaf jika ada kata bahasa atau tulisan yang kurang mengerti , saya pun
manusia yang tak luput dari kesalahan.

Lampiran
Gambar 1 ( Museum Banten Lama )

Gambar 2 ( Keraton Surosowon )


Gambar 3 ( Masjid Agung Banten )

Gambar 4 ( Vihara Avalokitesvara )


Gambar 5 ( Benteng Speelwjk )

Anda mungkin juga menyukai