Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TARI BARONG

Pendamping

Maftukhatul Makkiyah S. pd

Disusun oleh

Aqilah Nur Syahira

MTS MUHAMMADIYAH 02

PONPES KARANGASEM PACIRAN LAMONGAN


Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan
bagi saya dalam menulis laporan ini dan saya dapat menyelesaikan laporan hasil kunjungan
kegiatan studi budaya ke Pulau Bali mengenai Tari Barong.

Tujuan laporan ini dibuat untuk menunjukan hasil karena saya sudah melakukan kunjungan
ke Bali. Dengan penuh kesadaran saya mengakui bahwa laporan Laporan ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan. saya berharap, laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, dan berguna sebagai pembantu memberikan
wawasan tentang tari Barong Kritik dan saran sangat saya harapkan untuk menyempurnakan
laporan ini.

Kepala Sekolah Pendamping

Mila Zulfaidah M.pd Maftukhatul Makkiyah S.pd

Disusun oleh

Aqilah Nur Syahira


DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………………
iii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
D. Manfaat
Penulisan…………………………………………………………………………..2
E. Sistematika
Penulisan……………………………………………………………………….2
BAB II Estetika dan Sakralitas Tari Barong Bagi Masyarakat
Bali…………………………….3
A. Asal-usul Tari
Barong……………………………………………………………………….3
B. Keistimewan Tari Barong dilihat dari segi estetika…………………………………………
3
C. Fungsi dan Nilai Sakral Tari
Barong………………………………………………………...8
BAB III Penutup……………………………………………………………………………...10
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..10
B.
Saran……………………………………………………………………………………….11
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

Pada BAB I ini akan dibahas tentang latar belakang penulis dalam pemilihan judul karya
tulis, rumusan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam karya tulis ini, tujuan
penulisan serta manfaat penulisan karya tulis ini.

A. Latar Belakang
Sekilas melihat dunia kepariwisataan di Indonesia, terutama pada objek-objek wisata yang
berhubungan dengan peninggalan-peninggalan seni dan kebudayaan bersejarah, bisa dibilang
dan memang benar adanya bahwa ternyata sungguh banyak keanekaragaman kesenian dan
budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke negeri kita ini. Hal ini membuktikan
bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya.

Keingintahuan dan keinginan kami dalam menjadikan objek wisata beserta beraneka
ragam seni dan budaya tersebut sebagai objek studi, merupakan salah satu alasan diadakan
karya wisata. Karya wisata merupakan suatu kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan
oleh sekolah, yang diharapkan dapat menambah pengalaman dan luasnya pengetahuan para
siswanya dalam mengenal tempat-tempat bersejarah, seni dan budaya yang ada di dalam
maupun di luar jangkauan wilayah regional. Karya wisata tahun. ini mengambil objek-objek
karya wisata yang berada di Pulau Bali, karena di Pulau Dewata tersebut banyak tempat
wisata yang tersohor atau terkenal di penjuru dunia,

Kaitanya dengan karya wisata, kami ditugasi untuk membuat laporan dalam bentuk karya
tulis mengenai salah satu objek wisata yang kami kunjungi di Pulau Bali.

Dalam penyusunan karya tulis ini, kami memilih untuk mengambil tema Tari Barong
dengan spesifikasi judul "Estetika dan Sakralitas Tari Barong Bagi Masyarakat Bali". Tarian
ini merupakan peninggalan.
kebudayaan Pra Hindu yang menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat
atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, tari harong menjadi
salah satu tari yang sangat terkenal dalam pariwisata, khususnya di Pulau Bali. Selain itu, tari
barong merupakan tari tradisional Indonesia yang sangat bernilai seni dan sakral, yang masih
bisa bertahan. hingga sekarang.

Tari Barong merupakan tarian yang sangat menarik, dengan gerakan- gerakannya yang
sangat lincah dan dinamis. Gerakan-gerakan dalam tari barong serta tokoh-tokoh dalam tari
barong memiliki arti dan karakteristik yang khas. Di samping itu, tari barong menyimpan
banyak kisah dan legenda di balik tariannya yang lincah dan dinamis tersebut.

B. Rumusan Masalah.
Karya tulis ini kami buat dengan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana asal-usul tari barong?
2. Apakah keistimewaan tari barong dilihat dari segi estetika?
3. Apakah fungsi dan nilai sakral tari barong bagi masyarakat Bali?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. Untuk mengetahui asal-usul tari barong.
2. Untuk mengetahui keistimewaan tari barong dilihat dari segi estetika.
3. Untuk mengetahui fungsi dan nilai sakral tari barong.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini adalah:
1. Dapat mengetahui asal-usul tari barong
2. Dapat mengetahui keistimewaan tari barong dilihat dari segi estetika.
3. Dapat mengetahui fungsi dan nilai sakral tari barong.

E. Sistematika Penulisan
Untuk memperudah pembahasan pokok permasalahan, maka karya tulis ini dibagi
menjadi beberapa bagian:
1. Halaman Judul, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, dan
daftar isi.
2. BAB I sebagai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II sebagai isi yang berjudul Estetika dan Sakralitas Tari Barong Bagi Masyarakat
Bali.
4. BAB III sebagai penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
5. Daftar pustaka.
6. Daftar lampiran.
BAB II
ESTETIKA DAN SAKRALITAS TARI BARONG BAGI MASYARAKAT BALI

Pada BAB II ini kami akan mengulas tentang hal-hal yang menjadi pokok pembahasan
kami dalam karya tulis ini. Yaitu tentang segala sesuatu yang berkitan dengan tari barong,
baik ditinjau dari estetika maupun sakralitas Tari Barong tersebut bagi masyarakat Bali.

A. Asal-usul Tari Barong


Secara etimologi, kata barong diduga berasal dari kata bahrwang atau diartikan beruang,
seekor binatang mythology yang mempunyai kekuatan gaib, dianggap sebagai pelindung.
Dari beberapa sumber, ada yang mengatakan tari ini aslinya berasal dari negeri Tirai Bambu,
Cina karena menyerupai tarian Barongsai. Tetapi yang membedakan antara Barongsai dan
Barong adalah tariannya sarat akan nilai cerita dan juga diselingin lelucon segar.

Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan


(adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang
berkaki empat, yang ditarikan oleh dua orang penari laki-laki. Sementara wujud kebatilan
dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di
mulutnya.

Riwayat Barong di Bali terpilah dalam dua alur. Alur pertama adalah barong diyakini
sebagai kesenian yang sudah ada sejak kebudayaan. Austronesia di Indonesia, ini merujuk
dari cara pandang antropologi, sebab di desa trunyan sejak ada barong brutuk yang bagi
masyarakat Trunyan itu disakralkan, Trunyan adalah desa Baliaga, desa kuna dan barong ini
bertopeng pra dengan berbusana dari daun-daun pisang kering. Cerita yang dimainkan adalah
kisah Bhatara Pancering Jagat atau Batara Da Tontla dengan istrinya Ratu Ayu Pingit Dalem
Dasar yang berkisah tentang kesuburan. Masih sealur adalah riwayat Barong Landung, yang
juga disakralkan, yang ditarikan pada upacara tertentu, yang lelaki disebut dengan gamelan
Semar Pagulingan. Dari beberapa sumber (penjelasan dan uraian para tour guide lokal) ada
yang mengatakan tari ini aslinya berasal dari negeri Tirai Bambu karena menyerupai tarian
Barongsai, walaupun ini juga masih banyak pro dan kontra. Tetapi yang pasti tarian ini sangat
menarik (apalagi bila disaksikan secara live), karena sarat akan nilai cerita (pertentangan
antara kebajikan dan keburukan yang tidak pernah berhenti) dengan disertai selingan lelucon
segar.

B. Keistimewan Tari Barong dilihat dari segi estetika


Pementasan Tari Barong terdiri dari beberapa babak alur cerita yang saling berkaitan,
yaitu:

1. Gending Pembukaan.
Menggambarkan suasana barong dan kera sedang berada didalam hutan lebat, tak lama
kemudian muncullah tiga orang bertopeng yang menggambarkan tiga orang yang sedang
membuat tuak di tengah-tengah hutan, dan salah satu anak dari orang tersebut diduga telah
dimakan oleh Barong. Melihat barong maka, kemudian ketiga orang itu sangat marah dan
menyerang barong dan kera, ternyata dalam perkelahian ini hidung diantara salah seorang
dari ketiga orang itu digigit oleh kera.

2. Babak Pertama dan Kedua.


Jalan cerita yang diungkapkan pada babak ini adalah perjalanan para pengikut dari
Rangda yang sedang mencari pengikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk
menemui patihnya. Setelah para pengikut Dewi Kunti tiba, maka tiba-tiba salah satu dari
pengikut Rangda berubah rupa menjadi setan (semacam Rangda) dan memasukkan roh jahat
kepada pengikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah. Alur cerita
selanjutnya adalah gerak dinamis kedua pengikut (Dewi Kunti dan Rangda) menemui Patih
dan bersama-sama menghadap Dewi Kunti
3. Babak Ketiga
Babak ini menggambarkan peran roh jahat yang dimasukkan ke dalam Dewi Kunti untuk
mengorbankan anaknya sendiri Sadewa kepada Rangda. Babak ini dimulai dengan
kemunculan Dewi Kunti dan anaknya yang bernama Sadewa, kemudian alur cerita yang
berkembang. menggambarkan janji Dewi Kunti kepada Rangda untuk menyerahkan Sadewa
sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya tetapi
Rangda memasukkan roh jahat kepada Dewi Kunti, sehingga menyebabkan Dewi Kunti
menjadi pemarah dan tetap berniat mengorbankan Sadewa anaknya. Oleh sebab itu Dewi
Kunti patihnya untuk membuang Sadewa ke dalam hutan, sementara itu sang Patih inipun
tidak luput dari kemasukan roh jahat, sehingga sang Patih dengan tanpa perasaan
kemanusiaan menggiring Sadewa ke dalam hutan dan mengikatnya di muka istana sang
Rangda.

4. Babak Keempat
Babak ini menggambarkan kekuatan dan anugerah Sang Dewa (Dewa Siwa) untuk
memberikan bantuan dan pertolongan kepada umat manusia yang memerlukan. Pementasan
pada babak ini dimulai dengan turunnya Dewa Siwa untuk memberikan keabadian hidup
kepada Sadewa dalam bentuk pemberian ilmu kekebalan tubuh, dan kejadian ini tidak
diketahui Rangda. Sesaat kemudian datanglah Rangda yang berniat untuk mengoyak-ngoyak
dan membunuh Sadewa, tetapi Sadewa yang telah terikat tidak dapat dibunuhnya karena ilmu
kekebalan yang dianugerahkan oleh Dewa Siwa. Tahapan berikutnya yang diekspresikan
adalah menyerahnya Rangda kepada Sadewa, serta memohon untuk diselamatkan agar dapat
masuk sorga. Permintaan Rangda ini dikabulkan oleh Sadewa, sehingga berikutnya Rangda
dapat masuk surga.

5. Babak Kelima
Babak ini menggambarkan pertentangan abadi antara kebajikan dan keburukan di
kehidupan ini. Babak ini dimulai dengan pementasan. Kalika (salah seorang pengikut
Rangda) menghadap kepada Sadewa untuk memohon diselamatkan juga, tetapi hal ini ditolak
oleh Sadewa. Penolakan ini menimbulkan perkelahian sengit, dan Kalika pada saat itu
langsung berubah rupa menjadi "bahi hutan", serta kemudian pertarungan ini berhasil
memperoleh kemenangan. Karena kalah maka kemudian Kalika (babi hutan) ini berubah
menjadi "burung", walaupun sudah berubah tetapi tetap dapat dikalahkan. Akhirnya Kalika
(burung) kembali berubah rupa menjadi sosok yang paling sakti, yaitu Rangda. Oleh karena
saktinya Rangda ini, maka Sadewa tidak dapat membunuhnya, sehingga pada akhirnya
Sadewa berubah rupa menjadi Barong. Karena sama-sama sakti, maka pertarungan dan
perkelahian antara Bareng dan Rangda ini berlangsung terus abadi sampai dengan sekarang,
yaitu perang antara "kebajikan" melawan "kebatilan".

Keistimewaan Tari Barong terletak pada unsur-unsur komedi dan unsur-unsur mitologis
yang membentuk seni pertunjukan. Unsur-unsur komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah
pertunjukan untuk memancing tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya, tokoh kera
yang mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan lucu atau menggigit telinga lawan
mainnya untuk mengundang tawa penonton.

Gerakan-gerakan dalam tari barong sangat dinamis. Untuk menarikannya barong ini
diusung oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk/ Juru Bapang, satu penari di bagian
kepala dan yang lainnya di bagian pantat dan ekornya. Perwujudan tari Barong dikenal
dengan nama Barong Ket, yang merupakan satu bentuk perpaduan antara singa, macan, dan
sapi atau boma, Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempel
kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis
tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak. Wujud dan implementasi
Barong Ket tersebut bila di tanah Jawa (tepatnya di Ponorogo-Jawa Timur) dengan nama
Reog Ponorogo.
Topeng Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti
kuburan, oleh sebab itu Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh
masyarakat Hindu Bali. Pertunjukan ini dengan atau tanpa lakon, selalu diawali dengan
demonstrasi pertunjukan yang diiringi dengan yang seperti gamelan Gong Kebyar, gamelan.
Babarongan, dan gamelan Batel.

Berikut ini adalah jenis-jenis tari barong dan ciri khasnya:


a) Barong Ket (Keket)
Badan barong ini dihiasi dengan ukir ukiran dibuat dari kulit, ditempeli kaca dan bulunya
dibuat dari braksok, ijuk atau pula dari bulu burung gagak.

Didalam menarikannya barong ini diusung oleh 2 (dua) orang penari yang dinamakan
juru saluk ataupun juru bapang. Lakon ini pada umumnya menggambarkan pertarungan
antara kebajikan dan keburukan, dimana thema ini hampir selalu menjadi dasar dalam lakon
lakon seni pertunjukan Bali. Gamelan untuk mengiringi tari barong ini adalah gamelan
bebarongan yang berlaras pelog. Di beberapa tempat ada juga yang diiringi dengan gamelan
semar pegulingan.
b) Barong Bangkal
Gambelan untuk mengiringinya adalah gambelan batel, dalam. pementasannya sangat
jarang disertai dengan suatu lakon dan pementasan barong bangkal ini biasanya dengan cara
ngelawang (pementasan) dari satu tempat ketempat lain dan ada juga sekedar mafajar atau
diusung kesekeliling.
c) Barong Macan
Dilengkapi dengan suatu dramatari semacam Arja, gambelan yang dipakai mengiringinya
adalah gambelan batel.
d) Barong Landung
Pada umumnya Barong Landung ini dibuat berpasangan, terdiri dari Ratu Lanang
(Barong Landung laki) dan Ratu Luh (Barong Landung perempuan). Barong ini disebut
sedemikian karena bentuknya besar dan tinggi (seperti ondel-ondel Jakarta). Ratu
Lanang wajahnya sangat menakutkan, hitam mukanya dengan giginya mencolot keluar
sedangkan. Ratu Luh berupa perempuan tua seperti perempuan Cina.

Tarian Bali, tari barong, gerakan-gerakannya beragam sangat unik, dinamik, dan eksotis,
Tari barong mengandung berbagai macam gerakan tari bali. Gerakan barong sangat lincah,
terutama dari kakinya. Ketika menari seorang penari barong harus mampu memainkan
seluruh anggota badannya, dari kepala hingga jari-jari kaki. Selain barong. penari lain yang
berperan sebagai pengikut-pengikut rangda menampilkan gerakan yang yang indah. Di
bawah ini diberikan beberapa contoh gerakan.
Contoh gerakan kaki
a) Tampak sirang pada berarti lapak kaki sama serong
b) Ngumbang pada dasarnya berarti berjalan
c) Tavog berarti berjalan goyang
d) Nyeregseg berarti bergeser cepat
e) Tayog demang berarti berjalan dengan tangan di pinggang

Contoh gerakan tangan


a) Luk nagasatru berarti tangan berputar ke arah dalam
b) Nepuk kampuh berarti tangan menekan kampuh atau kamen di dada
c) Ngaweh berarti tangan melambai
d) Mungkah lawang adalah gerakan pembuka tarian
e) Nabdab gelung berarti tangan meraba gelungan

Contoh gerakan jari


a) Jeriring berarti jari-jari bergetar halus.
b) Manganjali berarti tangan menyembah
c) Ngutek berarti menunjuk-nunjuk d) Nuding berarti jari menunjuk
e) Nyempurit berarti ibu jari melekat di jari Tengah

Contoh gerakan badan


a) Ngotag dada berarti menggoyangkan dada
b) Ngotag pinggang berarti menggoyangkan pinggang
c) Ngotag pala berarti menggoyangkan pundak
d) Lelok berarti rebah kanan dan rebah kiri bergantian
e) Neregah berarti badan didorongkan ke depan

Contoh gerakan leher


a) Ngepik berarti leher rebah kanan dan kiri bergantian
b) Ngelidu berarti menoleh ke kanan dan ke kiri
c) Nyulengek berarti melihat ke atas
d) Ngetget berarti melihat ke bawah.
e) Kidung but muring berarti bergeleng

Hal yang menarik dan unik dari tarian tersebut adalah dalam gerakan mata atau seledet.
Kedua bola mata digerakkan (melirik) ke kanan dan/atau ke kiri bersamaan dengan gerakan
dagu. Ketika nyeledet mata harus terbuka lebar dan tidak boleh dikedipkan.

Disamping gerakan seluruh anggota badan, ekspresi muka juga sangat berperaan dalam
tari barong. Hal ini untuk menunjukkan karakter dari sebuah tarian, apakah itu gembira,
marah, sedih, terkejut, asmara, dan lain-lainnya.

C. Fungsi dan Nilai Sakral Tari Barong


Tari barong di dalam masyarakat Bali tergolong sebagai Tari Ritual (tari bebali)/tari
sakral religius dance, tetapi dalam perjalanan sejarahnya tari ini mengalami perkembangan
dan sekaligus mengalami perubahan dalam berbagai unsurnya. Perkembangan tari ini mulai
dari tanpa lakon, kemudian. dipentaskan memakai lakon. Lakon yang dipergunakan adalah
Calonarang. Sesuai dengan sifatnya tari barong ini dipentaskan berkaitan dengan pelaksanaan
upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali, seperti odalan,

Galungan, dan Kuningan, menyambut Nyepi dan pada sasih kaenem, yang tujuannya
secara mitologis untuk mengusir penyakit yang mengganggu umar manusia, yang
ditimbulkan oleh roh jahat leak.

Kesakralan tari barong bukanlah berdiri sendiri, tetapi didukung oleh berbagai peristiwa
sakralitas yang dilakukan oleh masyarakat pendukung tari barong itu sendiri. Karena
ritualisme barong sakral ini demikian rumit sehingga barong bagi masyarakat Bali diberikan
gelar Ratu Lingsir, Ratu Sakti, Ratu Gede, dan sebaginya, Gelar ini hamper setara dengan
kekuasaan dewa-dewa umat Hindu. Sebab barong secara mitologis dianggap sebagai
penjelmaan dewa Brahma/Simbol dewa Brahma untuk menghalau Roh Jahat yang ingin
menyebarkan penyakit di dunia.

Unsur mitologis pada Tari Barong terletak pada sumber cerita yang berasal dari tradisi
pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang menjadi pelindung
kebaikan.
Unsur mitologis inilah yang membuat Barong disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain
itu, Tari Barong juga seringkali diselingi dengan tari keris (keris dance), di mana para
penarinya menusukkan keris ke tubuh. masing-masing layaknya pertunjukan debus.

Tari Barong juga sarat dengan unsur mistis (seperti tari debus dari Banten), dimana para
penarinya dirasuki oleh makhluk-makhluk halus, terutama pada adegan mereka berusaha
untuk melukai diri sendiri. Olch karena itu, dalam setiap pementasan pasti ada pemuka adat
yang bertugas untuk menjaga para penarinya untuk kebal dan tidak melewati batas.

Tidak setiap benda berwujud seperti Barong dan Rangda dapat disebut Barong dan
Rangda. Hal ini berkaitan dengan ada tidaknya proses sakralisasi melalui upacara. Apabila
rangkaian ini tidak ada, dapat saja Barong dan Rangda disebut barong-barongan dan rangda-
rangdaan (barong dan rangda imitasi). Proses sakralisasi ini penting karena perwujudan
Barong dan Rangda akan menampakkan nilai magisnya sehingga masyarakat merasa dekat
secara spiritual.
Walaupun topeng berserta perhiasan / asesoris sudah dipasang, tidak akan dapat memiliki
daya magis sebelum mendapatkan upacara Utpeti (penyucian). Proses penyucian ini dalam
beberapa tingkatan yaitu:

1. Tingkatan Prayascita dan Mlaspas


Tingkat Prayacitta dan Melaspas. Tujuan dari upacara ini adalah untuk menghapuskan
noda baik yang bersifat sekala maupun niskala yang ada pada kayu dan benda lain yang
digunakan untuk pembuatan Petapakan Betara. Noda ini dapat saja ditimbulkan oleh
sangging (seni ukir) ataupun bahan itu sendiri. Dengan Upacara Prayascitta diharapkan kayu
atau bahan itu menjadi bersih dan suci serta siap untuk diberikan kekuatan. Upakara tersebut
dihaturkan kehadapan Sang Hyang Surya, Sang Hyang Siwa dan Sang Hyang Sapujagat.

2. Tingkatan Ngatep dan Pasupati


Ngatep dan Pasupati dapat dilakukan oleh Pemangku (orang suci) dan Sangging (seni
ukir). Dengan upacara ini terjadilah proses Utpeti (kelahiran) terhadap Petapakan Betara.
Mulai saat itu dapat difungsikan sebagai personifikasi dari roh atau kekuatan gaib yang
diharapkan oleh penyungsungnya (Pemujanya).

3. Tingkatan Masuci dan Ngerehin


Tingkat Masuci dan Ngrehin, merupakan tingkat upacara yang terakhir dengan maksud
Petapakan Betara menjadi suci, keramat dan tidak ada yang ngeletehin (menodai). Tujuan
upacara adalah untuk memasukkan kekuatan gaib dari Tuhan. Dengan demikian diharapkan
Petapakan Betara mampu menjadi pelindung yang aktif. Upacara ini biasanya dilakukan pada
dua tempat yaitu di pura dan di kuburan. Apabila dilakukan di kuburan yang dianggap tenget
(angker), maka diperlukan tiga tengkorak manusia yang berfungsi sebagai alas duduk bagi
yang memundut (mengusung). Begitu pula bila dilakukan di pura maka tengkorak manusia
dapat diganti dengan kelapa gading muda. Upacara ini biasanya dilakukan pada tengah
malam terutama pada hari-hari keramat seperti hari kajeng kliwon menurut Bali. Sebagai
puncak keberhasilan upacara ini adalah adanya kontak dari alam gaib yaitu berupa seberkas
sinar yang jatuh tepat pada pemundutnya (pengusungnya). Si pemundut (pengusung) yang
kemasukan sinar itu akan dibuat kesurupan (trance) dan pada saat itu. pula si pemundutnya
(pengusungnya) menari-nari. Kejadian lain yang menandakan upacara ini berhasil adalah
apabila Petapakan Betara bergoyang tanpa ada yang menyentuhnya.

Proses sakralisasi ini penting karena perwujudan Barong dan Rangda akan
menampakkan nilai magisnya sehingga masyarakat merasa dekat secara spiritual.

topeng berserta perhiasan / asesoris sudah dipasang, tidak akan dapat memiliki daya
magis sebelum mendapatkan upacara Utpeti (penyucian). Sebelum ketiga tingkatan upacara
di atas dilaksanakan, terlebih dahulu dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu:
1. Menentukan hari baik pembuatan Barong dan Rangda sehingga menjadi barang sakral
sangat ditentukan oleh penentuan hari yang baik.
2. Menentukan jenis kayu yang akan digunakan untuk pembuatan topeng Barong dan
Rangda. Umumnya kayu yang digunakan adalah kayu yang diyakini mempunyai kekuatan
magis.
3. Pemberian warna. Pemberian warna pada sebuah topeng Barong dan Rangda merupakan
suatu hal yang penting karena dengan warna yang baik serta cocok akan memberikan kesan
hidup serta berwibawa serta agung.
4. Membuat kerangka Barong dan Rangda
5. Pemasangan bulu dan asesoris lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tari Barong adalah tari yang menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma)
yang dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat dan
keburukan(adharma) yang dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan
dua taring runcing di mulutnya, Tari Barong juga merupakan tarian rakyat, tarian massal, dan
tari kreasi juga termasuk tari eroik dan drama tari.
2. Tari barong di dalam masyarakat Bali berfungsi sebagai Tari Ritual (tari bebali) / tari
sakral religius dance. Setiap Barong dari daerah tertentu juga digambarkan sebagai hewan
vang berbeda, seperti babi hutan. harimau, ular atau naga, dan singa.
3. Keunikan Tari Barong terletak pada unsur-unsur komedi beserta asoesoris unik yang
dipakai yang membentuk seni pertunjukkan yang biasanya diselipkan di tengah-tengah
pertunjukan untuk memancing tawa penonton.
4. Keistimewan Tari Barong dilihat dari segi estetika adalah pementasannya. yang terdiri
dari beberapa babak alur cerita serta gerakan-gerakan dalam tari barong sangat dinamis yang
mengandung berbagai macam gerakan tari Bali, Juga gerakan mata atau seledet. Kedua bola
mata digerakkan (melirik) ke kanan dan/atau ke kiri bersamaan dengan gerakan dagu. Ketika
nyeledet mata terbuka lebar dan tidak boleh dikedipkan.. ekspresi muka juga sangat
berperaan dalam tari barong. Hal ini untuk menunjukkan karakter dari sebuah tarian, apakah
itu gembira, marah, sedih, terkejut, asmara, dan lain-lainnya.
5. Tari Barong yang dipertunjukkan untuk turis tidak dimainkan kisah seperti kisah dalam
tari barong sakral. Untuk tourism yang dimainkan adalah kisah kuntisraya.
6. Sakralitas Tari Barong dalam mitologi Bali konon digerakkan oleh roh yang dikenal
dengan nama Banas Pati Rajah, serta Tari Barong yang distanakan di Pura dalem. Kemudian
dalam tradisi ruwatan, setiap galungan desa di Bali. Selain itu juga terdapat pada Topeng
Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan,
pertunjukan ini selalu diawali dengan demonstrasi pertunjukan yang diiringi dengan gamelan
yang berbeda-beda seperti gamelan Gong Kebyar. gamelan Babarongan, dan gamelan Batel.
7. Kesakralan Tari Barong karena sifat Tari Barong ini dipentaskan berkaitan dengan
pelaksanaan upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali, seperti odalan, Galungan, dan
Kuningan, menyambut Nyepi dan pada sasih kaenem, yang tujuannya secara mitologis untuk
mengusir penyakit yang mengganggu umat manusia, yang ditimbulkan oleh roh jahat leak.
Proses. sakralisasi ini penting karena perwujudan Barong dan Rangda akan menampakkan
nilai magisnya sehingga masyarakat merasa dekat secara spiritua
8. Kesakralan Tari Barong juga terletak pada unsur mitologis sumber cerita yang berasal
dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang menjadi
pelindung kebaikan...

B. Saran
1. Dalam pertunjukkan Tari Barong perlu diperhatikan alur ceritanya, tokoh dan watak-
wataknya sehingga dapat diketahui hikmah Tari Barong tersebut.
2. Tari Barong mempunyai nilai edukatif yang perlu dilestarikan dan dapat dijadikan bahan
penelitian.
3. Tari Barong juga perlu dilindungi dari kepunahan seni tari di Bali dan pengklaiman
budaya yang dilakukan negara asing.
4. Jika adı penelitian lebih lanjut maka laporan ini dapat dijadikan referensi.

Anda mungkin juga menyukai