Anda di halaman 1dari 7

Makalah Balimau Bakasai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Masyrakat melayu khususnya masayarakat ocu yang mendiami pesisir sungai kampar yang masih kental akan tradisi dan makanan khas daerah yang harus dan mesti kita pertahankan. Dan setelah kami melakukan penlitian terhadap masayrakat ocu kampar dan bertanya kepada beberapa naraumber dan pemangku adat maka sedikit demi sedikit informasi yang kami rangkum dan kemudian kami susun menurut cerita dan fakta yang kami lihat dan akhirnya kami ketik pada naskah makalah kami ini. Dan ternyata hari demi hari hingga bergantinya tahun tradisi dan makanan khas daerah masyarakat ocu kian menipis dan kian habis bersama berjalannya waktu, hal itulah yang mesti kita benahi dan kita pertahankan untuk anak cucu kita nanti, supaya Tradisi dan makanan khas daerah yang ada dan yang masih tinggal ini dapat kita pertahankan. Tradisi dan makanan khas daerah yang masih melekat tersebut harus kita pertahankan denganb berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan tradisi dan makanan khas daerah dan yang ada di daerah kita ini khususnya daerah Kabupaten Kampar. Oleh karena itu kita mesti bekerja sama antara kaum adat dan masyarakat umum untuk mempertahankan tradisi dan makan khas daerah yang masih tersisia ini karena tradisi dan makanan khas daerah itu adalah aset yang tidak ternilai harganya B. Bentuk Penelitian

Dalam makalah ini yang kami meneliti ini tentang tradisi dan makanan khas daerah yang masih melekat pada masyarakat ocu umumnya di daerah kabupaten kampar, setlah kami menelususri tradisi makanan khas daerah dan akhirnya kami mendapatkan berbagai informasi yang kami terima dari berbagai narasumber diantaranya Nenek Mamak, Tokoh Masayarakt yang mengerti akan tradisi dan makanan khas daerah setelah itu kami pun menulisnya dan menyusun hingga berbentuk makalah ini. C.Tujuan Penelitian Adapun tujuan kami menyusun makalah ini di sebabkan karena ada beberapa alasan yang pastinya dapat diterima oleh akal sehat manusia yang semakin hari semakin parah saja di kalangan masyarakat kita ini di antaranya sebagai berikut : 1. hilang tradisi makanan khas daerah yang ada di Kabupaten Kampar 2. banyaknya generasi sekarang yang lupa akan tradisi dan makanan khas daerahnya sendiri 3. adat. banyaknya muda mudi yang mnyalahgunakan tradisi yang di bentuk oleh pemuka

4. tidak ada lagi generasi yang mau untuk melanjutkan tradisi dan makanan khas daerah yang ada di daerah Kabupaten Kampar ini. 5. semakin banyaknya generasi muda sekarang yang mengabaikan tradisi dan makanan khas daerah yang ada di Kabupaten Kampar.

Bertitik tolak yang timbul di masyarakat umum di atas maka kami pun tertarik untuk mengadakan penelitian, dan kami penelitian ini pun berjudul LITERATURE PERKEMBANGAN TRADISI DAN MAKANAN KHAS DAERAH MASYARAKAT INDONESIA KHUSUSNYA MELAYU OCU KAMPAR BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN a. Balimau Bakasai Balimau bakasai itu adalah sebutan bagi upacara penyambutan datangnya bulan suci ramadhan dengan cara bermandi-mandian yang bertujuan untuk menyucikan diri kita dari dosa selama ini kita perbuat sejak lepasnya bulan ramadhan tahun lalu.

B. Lepat bugis a. Pengertian Lepat Bugis ini adalah salah satu dari tradisi masayarakat Kampar dalam membuat makanan khas daerah, bahkan lepat bugis ini pun telah menjadi tradisi bagi masyarakat kampar.

B. URAIAN Kegiatan ini sering di lakukan di Sungai Kampar dan biasanya itu paling banyak di lakukan di desa Batu Belah dan desa Limau Manis, sebelum mereka melakukan kegiatan ini biasanya mereka melakukan perayaan-perayaan anak-anak dan remaja bahkan orang tua-tua pun juga ikutikutan merayakan seperti memanjat batang pinang, tarik tambang dan lain sebagainya dan ada pula yang tidak mengikuti perayaan tersebut, mereka lansung saja mandi balimau bakasai.

Dan biasanya ketika di lakukannya balimau bakasai mereka juga membuat acara khusus yang mengundang pemangku adat dan pemimpin masayrakat lainya seperti Bupati Kampar dan Gubernur Riau. Balimau kasai ini bukan saja diramaikan oleh masyarakat kampar dan sekitarnya bahkan ada juga mereka yang datang kesini hanya untuk mandi balimau kasai ada yang datang dari luar daerah kabupaten kampar seperti seperti teluk kuantan, pekan baru dan ada pula yang datang dari sumatra barat yang kebetulan pulang ke kampung halamannya di kabupaten kampar ini Sebenarnya kegiatan ini ada juga kesalahan dalam melakukan kegiatan ini di antaranya banyaknya muda mudi yang menggunakan kegiatan ini untuk berpacaran, dan ada juga untuk berpesta minuman keras padahal menurut adat balimau kasai itu adalah ajang untuk membersihkan diri dari dosa, bukannya bikin dosa. Dan oleh karena itu sudah semestinya kita benahi., sebelum hal yang kita tidak inginkan terjadi pada generasi kita sekarang ini agar nantiknya berbentuklah serambih mekkah yang seutuhnya. Semoga dengan adanya tradisi balimau kasai dapat membawa kemajuan bagi masyarakat ocu dalam hal tradisi dan makanan khas daerah. SEJARAH BALIMAU BAKASAI Kmungkinan besar menurut informasi narasumber yang kami terima, balaimau bakasai ini berasal dari tradisi penduduk sungai gangga yang ada di india mereka menganut agama hindu yang memeiliki tradisi pnyucian diri di sungai, agar dosa-dosa merka hilang bersama mengalirnya air sungai tersebut dan kemudian agama itu berkembang di indonesia hingga sampai ke pelosok negeri yang ada di nusantara dan sungai di kampar ini sebagai bukti bahwa adanya agama hindu sampai di kampar ini sebagai bukti bahwa adanya agama hindu sampai di kampar adalah dengan adanya gugusan candi di muara takus (XIII Koto Kampar). Dan setelah masuk di daerah kampar khususnya Lima Koto mulilah berkembangnya Budaya dan Tradisi dan budaya itupun masih berkembang hingga sekarang ini semoga apa yang telah di wariskan oleh nenek moyang kita dahulu dapat lebih berkembang lagi hingga ke sanak cucu kita nanti. Uraian Lepat Bugi lepat bugi ini dapat kita temukan hampir di seluruh daerah yang ada di kabupaten kampar bahkan lepat bugi ini sudah menjadi makanan khas daerah yang juga telah tersebar di mana-mana bahakan sudah sampai di malaysia dan singapura. Lepat bugi ini banyak di temukan di daerah danau bingkuang di sana lepat bugi sangat banyak sekali. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari berbagai peneliti di atas kita dapat mengambil pelajran bahwa tradisi dan makanan khas daerah itu di lestarikan bukan untuk di hilangkan dan mesti kita pertahankan hingga ke anak cucu kita nanti dan semoga saja apa yang kita inginkan terujud dengan sempurna. Dan ternyata masih banyak tradisi dan makan khas daerah di kabupaten kampar ini yang tidak kita ketahui yang kian hari kian menghilang saja. B. Saran

Agar sebaiknya tradisi dan makanan khas daerah yang kita miliki ini di pertahankan dan jangan sampai hilang apa lagi sampai di curi oleh orang lain, dan alangkah baiknya kita dapat menyalurkannya ke media media yang ada agar tradisi yang kita miliki dapat di kenal oleh masyarakat luas bukan Cuma saja di kenal di daerah sendiri. Dan juga kami menyarankan kepada segenap muda mudi yang ada di daerah kampar agar menggunakan tradisi daerah itu tepat padfa aturannya, bukan untuk berpesta miras, mabuk mabukan dan berbagai kejahatan lainnya. Dan juga kami sarankan kepada segenap pemuka adat nenek mamak daerah kampar untuk mengangkat adat istiadat kampar ini menjadi perda setidaknya perda ampar agar generasi selanjutnya bangga menyandang nama Ocu kaan pun di manapun.

itual Balimau Kasai Kehilangan Makna


Penulis: Jodhi Yudono | Rabu, 11 Agustus 2010 | 18:54 WIB

Share:

rinahasan-beritakampar.

ilustrasi

Balimau Kasai bagi masyarakat Riau mempunyai makna yang mendalam yakni bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya dilakukan ketika petang sebelum Ramadhan berlangsung. Tuamuda turun ke sungai dan mandi bersama. Balimau artinya membasuh diri dengan ramuan rebusan limau purut atau limau nipis. Sedangkan kasai yang bermakna lulur dalam bahasa Melayu adalah bahan alami seperti beras, kunyit, daun pandan dan bunga bungaan yang membuat wangi tubuh. Tradisi ini, berlangsung sejak turun menurun di kalangan Melayu Riau. Tradisi dilakukan hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada, dengan nama berbeda satu sama lain. Contohnya saja Balimau Kasai lebih dikenal oleh masyarakat Kabupaten Kampar dan Kuantan Singingi. Di Pekanbaru, tradisi ini dinamakan Petang Megang sedangkan di Indragiri Hulu cukup dengan nama Balimau saja. "Balimau Kasai artinya mensucikan diri baik lahir dan batin, sebelum datangnya Ramadhan," ujar Husni (55), salah seorang tokoh masyarakat Muara Lembu, Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, kepada ANTARA Selasa (10/8) lalu. Bagi masyarakat Melayu, lanjut Husni, kegiatan Balimau Kasai ini merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Selain mandi di sungai dengan limau yang dianggap sebagai penyucian fisik, ajang ini juga dijadikan sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim dengan saling mengunjungi dan meminta maaf. Biasanya, dalam setiap kunjungan akan ada makanan yang dibawa seperti Lemang, Lepat, Kue, Rendang dan Sup daging. Makanan ini, nantinya akan dijadikan santapan pada saat sahur pertama di bulan Ramadhan.

"Tradisi ini dulunya, dilangsungkan per kampung. Tapi saat ini, pemerintah yang mengelolanya dan dilakukan di sungai yang ukurannya besar," jelas Husni. Kalau dulu, tradisi ini hanya diisi dengan makan dan balimau. Seiring perkembangan tradisi mengalami perubahan. Ada penambahan tertentu seperti organ tunggal dan acara lainnya seperti motorcross. "Sekarang tradisi ini semakin menyalahi, dulu ada batasan antara lelaki dan perempuan. Sekarang semua bercampur baur," ujar dia resah. Tak hanya itu, lanjut dia, musik yang dihadirkan pun bukan lah yang bernuansa Islami. Melainkan musik dangdut dengan goyangan yang membangkitkan gairah. Tak ayal, ajang yang semula dijadikan penyucian diri berubah makna menjadi ajang cari jodoh dan mandi bersama pasangan yang bukan muhrim. Balimau Kasai dijadikan hari terakhir sebelum hari semuanya dilarang pada keesokan hari. "Kami memang sengaja datang ke sini, hanya untuk Balimau Kasai,"ujar Dedi (21), pemuda asal Pekanbaru, yang sengaja datang ke anak sungai Kampar, di Sungai Pagar, Kampar. Untuk menuju Balimau Kasai ini, lanjut dia, ia rela menempuh satu jam perjalanan. Namun hal ini sebanding dengan keriangan yang ia dapatkan. Ia tak memungkiri, jika Balimau Kasai dijadikan sebagai ajang untuk berkenalan dengan gadis dari daerah lain. Majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun tokoh masyarakat pun geram dengan berubahnya makna Balimau Kasai ini. Tetapi seperti yang sudah-sudah, tradisi ini tetap berjalan menyimpang dari makna sebenarnya. Camat Singingi, Hendra AP, mengatakan bahwa kegiatan Balimau Kasai ini diharapkan bisa dijadikan ajang wisata, terutama wisatawan domestik selain wisata tahunan Pacu Jalur. "Diharapkan dengan adanya ajang ini, maka perekonomian masyarakat akan jalan. Karena pengunjung yang datang tak hanya dari Kuantan Singingi saja, melainkan dari kabupaten/kota lain di Riau," jelas dia. Dr Junaidi, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, mengakui makna Balimau Kasai yang sesungguhnya telah hilang dari masyarakat Melayu Riau. Menurutnya, Balimau Kasai hanya ajang keramaian atau hiburan yang dapat ditonton orang. "Esensi penyucian diri dan taubat tidak diingat lagi," kata dia. Padahal, lanjut dia, bila masyarakat bisa mengetahui bahwa Balimau Kasai mempunyai makna bahwa kita akan berada dalam kondisi yang suci dan mengekalkan niat kita untuk membersihkan diri dan bertaubat.
Sumber :

ANT
Editor :

Jodhi Yudono

Anda mungkin juga menyukai