Anda di halaman 1dari 10

MANDI BALIMAU1

NAMA: ADELLIA SIREGAR2


NIM: 1830208023

I. LATAR BELAKANG
Masyarakat melayu khususnya masayarakat yang mendiami pesisir sungai teso
nilo yang masih kental akan tradisi yang harus dan mesti kita pertahankan. Dan
setelah kami melakukan penelitian terhadap masayrakat lubuk kembang bungo
kecamatan ukui kabupaten pelalawan dan bertanya kepada beberapa naraumber dan
pemangku adat maka sedikit demi sedikit informasi yang kami rangkum dan
kemudian kami susun menurut cerita dan fakta yang kami lihat dan akhirnya kami
ketik pada naskah makalah kami ini
Dan ternyata hari demi hari hingga bergantinya tahun tradisi kian menipis dan
kian habis bersama berjalannya waktu, hal itulah yang mesti kita benahi dan kita
pertahankan untuk anak cucu kita nanti, supaya Tradisi yang ada dan yang masih
tinggal ini dapat kita pertahankan. Tradisi yang masih melekat tersebut harus kita
pertahankan dengan berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan
tradis dan yang ada di daerah kita ini khususnya daerah Kabupaten pelalawan.Oleh
karena itu kita mesti bekerja sama antara kaum adat dan masyarakat umum untuk
mempertahankan tradisi yang masih tersisia ini karena tradisi itu adalah aset yang
tidak ternilai harganya.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Balimau)

1
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Islam Peradaban Melayu dengan judul
Kompang.
2
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, prodi Pendidikan Kimia
ISI

Mandi balimau atau di sebut juga balimau Kasai adalah sebuh ucapa tradisonal
yang istimewa bagi masyarakat melayu untuk menyambut bulan suci
Ramadan. Acara ini biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya
bulan puasa. Bagi umat Islam, bulan Ramadhan melupakan bulan yang
spesial. Saat pada bulan ini Allah menjanjikan Pahala yang berlipat-lipat dan
pengampunan yang tidak terbatas kepada semuaya mahluk-Nya. Oeh karna
itu, sebagai kaum muslim melakukan persiapan-persiapan khusus untuk
menyambut datangnya bulan ini. Salah satunya dengan cara
menyelenggarakan upacara Mandi Balimau.

Upacara Mandi Balimau biasanya adalah Sekali dalan setahun, yaitu pada
akhir bulan Sya'ban atau sepekan sebelum bulan Ramadhan. Adapum
Tempat pelaksanaan upacara ini adalah di tepi panta.

Balimau Kasai bagi masyarakat Riau mempunyau makna yang mendalam


yakni bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya dilakukan ketila petang
sebelum Ramadhan berlangsung. Tua-muda turun ke sengai Dan Mandi
bersama. Balimau artinya membasuh diru dengan Ramuan rebusan Limau
purut atau limau nipis. Sedangkan Kasai yang bermakna lulur dalam bahasa
melayu adalah bahan alami seperti beras, kunyit, daun Pandan dan bunga
bungaan yang membuat wangi tubuh.

Tradisi ini, berlangsung sejak turun menurun di kalangan Melayu Riau. Tradisi
dilakukan hampir di seleuruh kabupaten/kota yang Ada, dengan nama
Berbers satu sama lain. Contohnya Saja Balimau Kasai lebih di Kebal Oleh
masyarakat kabupaten pelalawan. Pekanbaru, tradisi ini dinamakan Petang
megang sedangkau di indragiri hulu cukup dengan nama Balimau Saja.
Balimau Kasai artinya mensucikan diri baik lahir dan batin, sebelum
datangnya Ramadhan, "menurut masyarakat. Kebanyakan orang kegiatan
Balimau Kasai ini melupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Selain
mandi di sunggai dengan limau yang di angap sebagai penyucian fisik, ajang
ini juga dijadikan Sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama
muslim dengan saling mengunjungi dan meminta maaf, Namun sangat di
sayngkan pada saat ini, Tradisi ini semakin menyalahi, dulu ada batasan
antar lelaki dan perempuan. Sekarang semua bercampur baur. Tidak lagi
menujukan mensucikan diri yang sebenarnya. Assubli. muhammad 2018.
Islam dan kebudayaan melayu nusantara. Jakarta : DDI( Dewan Dakwah
islam indonesia)

a. SEJARAH MANDI BALIMAU KASAI


Kemungkinan besar menurut informasi narasumber yang kami terima,
balaimau bakasai ini berasal dari tradisi penduduk sungai gangga yang ada di india
mereka menganut agama hindu yang memeiliki tradisi pnyucian diri di sungai, agar
dosa-dosa merka hilang bersama mengalirnya air sungai tersebut dan kemudian
agama itu berkembang di indonesia hingga sampai ke pelosok negeri yang ada di
nusantara dan sungai di kampar ini sebagai bukti bahwa adanya agama hindu sampai
di kampar ini sebagai bukti bahwa adanya agama hindu sampai di kampar adalah
dengan adanya gugusan candi di muara takus (XIII Koto Kampar).
Dan setelah masuk di daerah pelalawan berkembangnya Budaya dan Tradisi
dan budaya itupun masih berkembang hingga sekarang ini semoga apa yang telah di
wariskan oleh nenek moyang kita dahulu dapat lebih berkembang lagi hingga ke
sanak cucu kita nanti
Riau Berbagi Balimau kasai ini dianggap mirip dengan Makara Sankranti, yaitu
saat umat Hindu mandi di Sungai Gangga untuk memuja dewa Surya pada
pertengahan Januari,kemudian ada Raksabandha sebagai penguat tali kasih antar
sesama yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus,lalu Vasanta Panchami pada bulan
Januari-Februari sebagai penyucian diri untuk menyambut musim semi.Penyucian
disini maksudnya dengan mandi balimau kasai dosa-dosa mereka hilang bersama
mengalirnya air sungai tersebut dan kemudian agama itu berkembang di Indonesia
hingga sampai ke pelosok negeri yang ada di nusantara dan sungai di kampar.Ini
membuktikan bahwa adanya agama hindu sampai di kampar. Apalagi dengan
ditemukannya gugusan candi di muara takus yang terletak di XIII Koto Kampar.
Tradisi Balimau Kasai di Kampar konon telah berlangsung berabad - abad
lamanya sejak daerah ini masih di bawah kekuasaan kerajaan. Upacara untuk
menyambut kedatangan bulan Ramadan ini dipercayai bermula dari kebiasaan Raja
Pelalawan.
Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan
memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri.
Balimau Kasai bagi masyarakat Riau mempunyai makna yang mendalam yakni
bersuci sehari sebelum Ramadhan.
Balimau itu sendiri berarti membasuh diri dengan ramuan rebusan limau
(jeruk). Limau yang digunakan bermacam-macam kadang limau purut, limau nipis
atau limau kapas. Sedangkan kasai yang bermakna lulur dalam bahasa Melayu
adalah bahan alami seperti beras, kunyit, daun pandan dan bunga bungaan yang
membuat wangi tubuh (http://wartasejarah.blogspot.com/2016/06/tradisi-balimau-
kasai-di-kampar.html?m=1).

b. Asal Usul Atau Sejarah Mandi Balimau Kasai


Kemungkinan besar menurut informasi narasumber yang kami terima, Balimau
Kasai ini berasal dari Tradisi agama hindu yang ada di India.Balimau kasai ini
dianggap mirip dengan Makara Sankranti, yaitu saat umat Hindu mandi di Sungai
Gangga untuk memuja dewa Surya pada pertengahan Januari,kemudian ada
Raksabandha sebagai penguat tali kasih antar sesama yang dilakukan pada bulan
Juli-Agustus,lalu Vasanta Panchami pada bulan Januari-Februari sebagai penyucian
diri untuk menyambut musim semi.Penyucian disini maksudnya dengan mandi
balimau kasai dosa-dosa mereka hilang bersama mengalirnya air sungai tersebut dan
kemudian agama itu berkembang di Indonesia hingga sampai ke pelosok negeri yang
ada di nusantara dan sungai di kampar.Ini membuktikan bahwa adanya agama hindu
sampai di kampar. Apalagi dengan ditemukannya gugusan candi di muara takus yang
terletak di XIII Koto Kampar.
Tradisi Balimau Kasai di Kampar konon telah berlangsung berabad - abad
lamanya sejak daerah ini masih di bawah kekuasaan kerajaan. Upacara untuk
menyambut kedatangan bulan Ramadan ini dipercayai bermula dari kebiasaan Raja
Pelalawan.
Namun ada juga anggapan lain yang mengatakan bahwa upacara tradisional ini
berasal dari Sumatera Barat. Bagi masyarakat Kampar sendiri upacara Balimau Kasai
dianggap sebagai tradisi campuran Hindu - Islam yang telah ada sejak Kerajaan
Muara Takus berkuasa.
Dalam catatan sejarah, Balimau Kasai Pertama di Riau dilaksanakan di desa
batu belah kabupaten Kampar pada tahun 1960’an, Bahkan lebih tua dar Sumatra
barat. Pada mulanya balimau kasai hanya menjadi upacara masyarakat sepanjang
sungai kampar.
Namun setelah thn 60-an, pemerintah kecamatan bahkan kabupaten telah ikut
berperan mendisain upacara balimau kasai untuk tujuan promosi wisata budaya.
Balimau sendiri berasal dari bahasa ocu (bahasa Kampar ).Balimau berarti
membasuh diri dengan ramuan rebusan limau (jeruk). Sedangkan kasai yang
bermakna lulur.
Bagi masyarakat Kampar, wangi-wangian ini (kasai) dipercayai dapat mengusir
segala macam rasa dengki yang ada dalam kepala sebelum memasuki bulan puasa.
Tradisi ini berlangsung secara turun temurun di kalangan Melayu Riau.untuk
Menyambut Ramadhan
Riau Berbagi - Balimau Kasai merupakan sebuah upacara tradisional yang
istimewa bagi masyarakat Kampar di Provinsi Riau untuk menyambut Ramadan.
Acara ini biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa.Upacara
tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki
bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri. Balimau Kasai
bagi masyarakat Riau mempunyai makna yang mendalam yakni bersuci sehari
sebelum Ramadhan.
Balimau itu sendiri berarti membasuh diri dengan ramuan rebusan limau
(jeruk). Limau yang digunakan bermacam-macam kadang limau purut, limau nipis
atau limau kapas. Sedangkan kasai yang bermakna lulur dalam bahasa Melayu
adalah bahan alami seperti beras, kunyit, daun pandan dan bunga bungaan yang
membuat wangi tubuh
c. PENGERTIAN BALIMAU KASAI
Balimau Kasai bagi masyarakat Riau mempunyai makna yang mendalam yakni
bersuci sehari sebelum Ramadhan. Biasanya dilakukan ketika petang sebelum
Ramadhan berlangsung. Tua-muda turun ke sungai dan mandi bersama.Balimau
artinya membasuh diri dengan ramuan rebusan limau purut atau limau nipis.
Sedangkan kasai yang bermakna lulur dalam bahasa Melayu adalah bahan alami
seperti beras, kunyit, daun pandan dan bunga bungaan yang membuat wangi
tubuh.Tradisi ini, berlangsung sejak turun menurun di kalangan Melayu Riau. Tradisi
dilakukan hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada, dengan nama berbeda satu
sama lain. Contohnya saja Balimau Kasai lebih dikenal oleh masyarakat Kabupaten
pelalawan . Di Pekanbaru, tradisi ini dinamakan Petang Megang sedangkan di
Indragiri Hulu cukup dengan nama Balimau saja.
Balimau Kasai artinya mensucikan diri baik lahir dan batin, sebelum datangnya
Ramadhan,"menurut masyarakat. Kebanyakan orang kegiatan Balimau Kasai ini
merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Selain mandi di sungai dengan limau
yang dianggap sebagai penyucian fisik, ajang ini juga dijadikan sarana untuk
memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim dengan saling mengunjungi dan
meminta maaf.Namun sanagat disayangkan pada saat ini, tradisi ini semakin
menyalahi, dulu ada batasan antara lelaki dan perempuan. Sekarang semua
bercampur baur. Tidak lagi menunjukkan mensucikan diri yang sebenarnya,
(http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/juspi/article/view/3172)
d. PERUBAHAN NILAI DARI MANDI BALIMAU
Sekarang tradisi ini semakin menyalahi, dulu ada batasan antara lelaki dan
perempuan. Sekarang semua bercampur baur," ujar dia resah.Tak hanya itu, lanjut
dia, musik yang dihadirkan pun bukan lah yang bernuansa Islami. Melainkan musik
dangdut dengan goyangan yang membangkitkan gairah.Tak ayal, ajang yang semula
dijadikan penyucian diri berubah makna menjadi ajang cari jodoh dan mandi
bersama pasangan yang bukan muhrim. Balimau Kasai dijadikan hari terakhir
sebelum hari semuanya dilarang pada keesokan hari.
Untuk menuju Balimau Kasai ini, orang akan , menempuh satu jam perjalanan.
Namun hal ini sebanding dengan keriangan yang ia dapatkan. Ia tak memungkiri,
jika Balimau Kasai dijadikan sebagai ajang untuk berkenalan dengan gadis dari
daerah lain.Tradisi ini, berlangsung sejak turun menurun di kalangan Melayu Riau.
Tradisi dilakukan hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada, dengan nama berbeda
satu sama lain. Contohnya saja Balimau Kasai lebih dikenal oleh masyarakat
Kabupaten pelalawan . Di Pekanbaru, tradisi ini dinamakan Petang Megang
sedangkan di Indragiri Hulu cukup dengan nama Balimau saja.
Balimau Kasai artinya mensucikan diri baik lahir dan batin, sebelum datangnya
Ramadhan,"menurut masyarakat. Kebanyakan orang kegiatan Balimau Kasai ini
merupakan ritual wajib yang harus dilakukan. Selain mandi di sungai dengan limau
yang dianggap sebagai penyucian fisik, ajang ini juga dijadikan sarana untuk
memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim dengan saling mengunjungi dan
meminta maaf.Namun sanagat disayangkan pada saat ini, tradisi ini semakin
menyalahi, dulu ada batasan antara lelaki dan perempuan. Sekarang semua
bercampur baur. Tidak lagi menunjukkan mensucikan diri yang sebenarnya,
(https://id.scribd.com/document/393436333/Makalah-MandI-Balimau-Ade)
e. PERUBAHAN NILAI DARI MANDI BALIMAU
Sekarang tradisi ini semakin menyalahi, dulu ada batasan antara lelaki dan
perempuan. Sekarang semua bercampur baur," ujar dia resah.Tak hanya itu, lanjut
dia, musik yang dihadirkan pun bukan lah yang bernuansa Islami. Melainkan musik
dangdut dengan goyangan yang membangkitkan gairah.Tak ayal, ajang yang semula
dijadikan penyucian diri berubah makna menjadi ajang cari jodoh dan mandi
bersama pasangan yang bukan muhrim. Balimau Kasai dijadikan hari terakhir
sebelum hari semuanya dilarang pada keesokan hari
(http://wartasejarah.blogspot.com/2015/05/kebudayaan-adat-upacara-
balimau-kasai.html?m=1)
Untuk menuju Balimau Kasai ini, orang akan , menempuh satu jam perjalanan.
Namun hal ini sebanding dengan keriangan yang ia dapatkan. Ia tak memungkiri,
jika Balimau Kasai dijadikan sebagai ajang untuk berkenalan dengan gadis dari
daerah lain.

f. NILAI FILOSOFIS DARI MANDI BALIMAU


Mandi Balimau kasai tersebut bukanlah termasuk sunnah rosulullah, melainkan
hanya sebagai tradisi semata yang memiliki nilai filosofis yang tinggi bagi
masyarakat pelalawan dan sekitarnya, Selain momen membersihkan diri secara zahir,
mandi Balimau Kasai juga merupakan momentum untuk menjalin silaturrahmi dan
acara saling maaf memaafkan dalam rangka menyambut tamu agung yaitu Syahru
Ramadan Syahrus Siyam, jadi bukanlah sebuah keyakian yang memiliki dalil naqli
secara qat’i. tapi ini lebih kepada sebuah adat yang bersendikan syara’ (Syariat Islam)
syara’ bersandikan Kitabullah yang secara filosifisnya tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa kemajuan zaman hari ini secara langsung
maupun tidak memberikan dampak negative terhadap kehidupan kita dalam kerangka
adat istiadat, banyak terjadi distorsi sejarah, salah interpretasi terhadap nilai-nilai
adat yang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita,
termasuk mandi Balimau Kasai.Bisa kita lihat dari tahun ketahun kegiatan mandi
Balimau Kasai telah dinodai dengan tindakan yang yang berseberangan dengan
syariat islam diantaranya berhura-hura, berboncengan laki-laki dan perempuan yang
bukah muhrim, mandi massal yang bercampur antara laki-laki dan perempuan,
mabuk-mabukan sampai kepada musik yang menjauhkan masyarakat dari mengingat
Allah Swt.
Padahal dulunya, tradisi ini merupakan hal yang tergolong urgen dan sakral.
Sebelum memasuki bulan puasa atau sebelum magrib, anak kemenakan dan menantu
atau juga yang tua serta murid akan mendatangi orang tua, mertua, mamak (paman),
kepala adat, atau guru ngaji mereka datang dalam rangka meminta maaf menjelang
masuk bulan suci.
Balimau Kasai sekarang Melenceng
Adat bersandikan Sarak, Sarak bersandikan kitabullah. Semboyan ini
merupakan bentuk hubungan erat antara adat dan agama. Semua tentang adat tidak
bisa menyalahi dari aturan agama. Lalu bagaimanakah dengan tradisi Balimau Kasai
yang berada di masyarakat Kampar, apakah menyalahi aturan agama??
Sementara itu menurut Datuk Bijaksimano ninik mamak pasukuan Piliang
Darusman, Spd kepada Derapzone.com Jumat (19/05/17) mengatakan balimau Kasai
merupakan salah satu tradisi dan Kebudayaan Kampar yang dahulu nya dilakukan
oleh orang-orang yang berada ditepian sungai Kampar saat datangnya bulan
ramadhan, “Mandi antara laki-laki di beri sekat saat mandi Disungai Kampar agar
tidak bercampur dengan perempuan” ujarnya,
Dijelaskanya bahwa ketika menjelang bulan Ramadhan sanak saudara saling
jenguk dan bersilaturahmi sambil membawa makanan ringan dan Limau Kasai.
“zaman dahulu itu, sebelum tradisi Balimau diawali dengan gotong royong, seperti
Dimasjid , Jalan, Tepian Sungai dan kuburan selanjutnya dilakukan kegiatan
“manjolang sanak keluarga dihari elok, dibulan bayok sambil membawa juada, para
orang tua pun telah membuat limau Kasai untuk nantinya digunakan untuk mandi di
sungai” ungkapnya,
Ditambahkan Datuk yang juga aktif sebagai tenaga pendidik di SMA N 1
Kampar Utara itum bahwa alasan kenapa dilakukan mandi dengan Limau
Kasai.“Zaman dahulu itu juga tidak modern seperti sekarang, tidak ada sampo atau
sabun, makanya orang dahulu mandi ditepian sungai dengan membuat alat pembersih
badan yang alami, kemudian zaman dahulu itu, dirumah masing-masing warga tidak
memiliki sumur makanya mandinya ditepian sungai, jadi ditegaskan bahwa Balimau
Kasai tidak ada sangkut paut nya tradisi dengan tradisi umat Hindu atau Budha”
ungkapnya
Ketika ditanya mengenai tradisi Balimau bakasai pada era sekarang apakah
telah melenceng dari adat, Datuk Bijak mengatakan bahwa untuk saat ini nilai-nilai
makna Balimau Kasai telah banyak menyimpan “yaa jelas, Balimau Kasai
sekarangsekarang sudah melenceng dan sangat berbeda dengan pada zaman dahulu.
Balimau sekarang tidak sesuai lagi dengan adat apalagi Agama. Baik bercampur nya
mandi perempuan dan laki-laki, kemudian bergoyang dengan biduan, dan muda-
mudi yang berdua-duaan di Tepian Sungai dan maksiat-maksiat lain akibat Event
Balimau Kasai yang di maknai salah kaum muda, orang tua dan semua kalangan
masyarakat.
(https://riaubernas.com/news/detail/2130/mandi-balimau-tradisi-kultural-
jelang-ramadhan)
II. KESIMPULAN
Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di
kalangan masyarakat Minangkabau dan biasanya dilakukan pada kawasan tertentu
yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.[1] Diwariskan secara turun
temurun, tradisi ini dipercaya telah berlangsung selama berabad-abad.[2]
Latar belakang dari balimau adalah membersihkan diri secara lahir dan batin
sebelum memasuki bulan Ramadan, sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu
menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Secara lahir, menyucikan diri
adalah mandi yang bersih. Zaman dahulu tidak setiap orang bisa mandi dengan
bersih, baik karena tidak ada sabun, wilayah yang kekurangan air, atau bahkan
karena sibuk bekerja maupun sebab yang lain. Saat itu pengganti sabun di beberapa
wilayah di Minangkabau adalah limau (jeruk nipis), karena sifatnya yang
melarutkan minyak atau keringat di badan

Jawaban perganyaan
Nama: Diana astiati
1. Bagaimana mandi balimau bisa di terima di budaya melayu sedangkan
mandi balimau juga ada di masyarakat india
Jawab,
Menurut yang saya baca mandi balimau bisa di terima baik dgn masyarakat
melayu karna untuk menyucikan diri, kalau di india untuk mengilangkan dosa dosa
dan mandinya disungai ganga, kalau di riau untuk mensucikan diri sebelum bulan
puasa. Mengapa bisa di terima baik dengan masyarakat melayu karna kan
kebudayaan yang di bawa itu baik dan juga untuk mensucikan diri sebelum bulan
puasa mangkaya mandi balimau di terima baik karna untuk mensucikan diri

Anda mungkin juga menyukai