Mata kuliah :
oleh :
MISHUL JANNAH
NIM: 19016139
PASCASARJANA
i
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “…” dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
ii
iii
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
D. Metode Penulisan...................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Tradisi Balimau dipercaya sudah ada sejak abad ke-19 pada masa
penjajahan Belanda. Awalnya, Tradisi Balimau merupakan sebuah ritual di mana
pada hari terakhir bulan Sya'ban seseorang diharuskan mandi keramas dengan
limau, kasai (bunga rampai), dan beberapa jenis bunga lainnya .
1
2
tanjung, dan bunga rampai. Semua bahan ini direbus sampai kulit limau/jeruk
bisa hancur saat diremas.
Kalau dulu, tradisi Balimau hanya diisi dengan makan bersama dan
Balimau. Seiring perkembangan zaman tradisi ini mengalami perubahan.
Perubahan dalam perayaan Balimau ini meyebabkan banyaknya hal-hal yang
bertambah dan yang seharusnya tidak ada dalam perayaan Balimau terjadi.
Adanya penambahan ornament-ornamen tertentu seperti pesta musik (organ
tunggal) oleh muda-mudi, dan juga dijadikannya perayaan Balimau jadi lahan
ekonomi seperti adanya pembukaan lahan pemandian umum tanpa batasan.
Bisa dilihat dari tahun ketahun mandi balimau kasai telah dinodai dengan
tindakan yang berseberangan dengan syariat islam diantaranya berhura-hura,
berboncengan lai-laki dan perempuan yang bukan muhrim, mandi massal yang
bercampur antara laki-laki dan perempuan, mabuk-mabukan sampai kepada
musik yang menjauhkan masyarakat dari mengingat Allah swt. Padahal dulunya
tradisi ini merupakan hal yang tergolong urgen dan sakral. Sebelum memasuki
bulan puasa dan sholat maghrib, anak kemenakan dan menantu atau juga yang
tua serta murid akan mendatangi orang tua, mertua, mamak (paman), kepala
adat, atau guru ngaji, mereka datang dalam rangka meminta maaf menjelang
masuknya bulan suci ramadhan.
Tulisan ini membahas tentang tradisi Balimau yang dilakukan oleh sebagian
masyarakat indonesia dengan rumusan maslah sebagai berikut.
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Mandi Balimau?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Definisi Mandi Balimau?
D. Batasan Masalah
D. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
metode library research, yaitu dengan menggunakan buku-buku terkait yang ada
di perpustakaan dan juga internet research Sebagai referensi dalam penulisan
makalah ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tradisi "Balimau" dipercaya sudah ada sejak abad ke-19 pada masa
penjajahan Belanda. Awalnya, tradisi "Balimau" merupakan sebuah ritual di
mana pada hari terakhir bulan Syaban seseorang diharuskan mandi keramas
dengan limau. Setelah "Balimau" atau bakasai tersebut, barulah seseorang
berniat untuk berpuasa Ramadhan esok harinya. "Balimau" biasanya dilakukan
di tempat pemandian umum. Karena zaman dahulu, memang masyarakat
melakukan aktivitas di tempat pemandian seperti disungai (batang aie), danau
atau pincuran. Zaman dahulu tak ada kamar mandi di rumah.
1
M. Ridwan, advokasi Dakwah dalam budaya Lokal "balimau" menyambut bulan
ramadhan di padang sumatera barat, Jurnal Ilmiah dakwah dan komunikasi, hal. 54
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Balimau
6
ini dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam diri
sebelum memasuki bulan puasa.3
3
Fajri Arman, “Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Balimau Kasai Di Desa Kuapan
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar”, Vol. 2, No. 2 oktober 2015, 3.
4
Kasiroh, Persepsi masyarakat melayu petalang terhadapa pergeseran nilai religiusitas
budaya mandi balimau, Jurnal JOM FISIP Vo. 3 No. 2 - Oktober 2016, hal.8
7
Kain lima warna yang dipajang ditempat pelaksanaan. Adapun warna dan
maknanya adalah
5
http//:disparpora.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/Sejarah mandi balimau/
8
Sementara itu tata cara pelaksanaan tradisi mandi Balimau Ini antara lain
yaitu :6
6
Ibid.
9
untuk penyuciandiri berubah makna menjadi ajang cari jodoh dan mandi
bersama pasangan yang bukan mahram.
Tradisi yang mulanya sakral kini dinodai dengan kemaksiatan. Tradisi ini
dimaknai sebagai hari terakhir kebebasan sebelum hari semuanya dilarang pada
hari puasa mulai esok hari. Memang untuk menuju lokasi diperkirakan
memakan waktu sekitar 1(satu) jam perjalanan. Namun hal ini sebanding
dengan keriangan yang warga dapatkan. Tidak bisa dipungkiri, terkadang tradisi
ini dijadikan sebagai ajang untuk berkenalan dengan lajang dan gadis dari daerah
lain, yang dapat melunturkan makna tradisi yang pada awalnya terkandung nilai-
nilai positif. Mandi Balimau memang bukan termasuk sunnah Rasulullah,
melainkan hanya sebagai tradisi semata yang memiliki nilai filosofis bagi
masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
kemajuan zaman hari ini secara langsung maupun tidak memberikan dampak
negatif terhadap kehidupan kita dalam keutuhan adat istiadat, banyak terjadi
distorsi sejarah, salah interpretasi terhadap nilai-nilai adat yang telahmenjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, termasuk Mandi Balimau
Kasai.7
8
http//:disparpora.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/Sejarah mandi balimau/
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di
kalangan masyarakat Indonesia dan biasanya dilakukan pada kawasan
tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian
2. Tradisi mandi balimau memiliki fungsi religious yaitu menyucikan diri
sebagai manifestasi taubat. Balimau Kasai adalah bentuk lahiriah dari
membersihkan diri dari kotoran jasmani. Kata balimau sendiri penekanan
maknanya menunjukkan bahwa mandi yang benar-benar bersih.Adapun
fungsi social adalah Momentum tempat yang baik untuk menyelesaikan
silang sengketa dan menjernihkan yang keruh.
3. Adapun Alat Dan Bahan yang diperlukan untuk tradisi balimau adalah Baju
enam warna, Guci atau kendi, Ramuan khusus. Dan dilaksanakan dengan
cara, Sehari menjelang pelaksanaan mandi Balimau, orang-orang
mengadakan ziarah ke makam tokoh masyarakat setempat. Kemudian Pada
hari berikutnya, pemimpin upacara menuju tempat pelaksanaan upacara
dengan menggunakan pakaian putih dengan dikawal oleh para pengawal
yang mengenakan pakaian berwarna hitam, abu-abu, kuning, merah dan
hijau dan di akhiri pelaksanaan tradisi adat Sepintu Sedulang, yaitu
membawa makanan secara bergotong-royong di suatu tempat, seperti masjid.
4. tradisi Mandi Balimau Kasai semakin menyimpang dari yang sebenarnya.
Dulu ada batasan antara tempat mandi untuk laki-laki dan perempuan yang
terpisah jauh. Namun sekarang semua bercampur-baur yang justru tidak
lagi menunjukkan simbolisasi untuk menyucikan diri yang sebenarnya.
Kini radisi ini dimaknai sebagai hari terakhir kebebasan sebelum hari
semuanya dilarang pada hari puasa mulai esok hari.
5. Menurut Duski Samad Tradisi balimau yang masih dilaksanakan masyarakat
sangat keliru, karena ibaratkan musik tidak ada notnya, sehingga tidak
memberikan arti apa-apa. Balimau kasai yang sudah dilaksanakan
13