Anda di halaman 1dari 18

MANDI BALIMAU

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah :

Dosen : Dr. Desi Erawati, M.Ag.

oleh :

MISHUL JANNAH
NIM: 19016139

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 1442 H/ 2010 M

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “…” dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga ke depannya menjadi lebih baik.

Penulis mengakui makalah ini masih banyak kekurangan karena


pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, penulis berharap


semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman pembaca dan menjadikan amal
sholeh bagi penulis. Amin Yaa Robbal A’lamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palangka Raya, September 2020

ii
iii

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar belakang Masalah..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3

D. Metode Penulisan...................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN................................................................................................................4

A. Definisi Mandi Balimau.........................................................................................4

B. Fungsi Tradisi Balimau..........................................................................................5

C. Tata Cara Pelaksanaan Mandi Balimau..................................................................5

D. Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi Mandi Balimau.............................................8

E. Pandangan Tokoh Agama Terhadap Upacara Balimau..........................................9

BAB III............................................................................................................................11

PENUTUP.......................................................................................................................11

A. Kesimpulan..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Indonesia adalah Negara Kesatuan yang penuh dengan keragaman.
Indonesia terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa,
agama dan kepercayaan dan lain-lain. Indonesia adalah negara yang kaya akan
budaya, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khasnya masing-masing.
Banyak budaya Indonesia salah satunya ialah budaya penyambutan bulan suci
Ramadhan atau bukan puasa. Di beberapa daerah Indonesia memiliki cara-cara
unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan atau bulan puasa, salah satunya
adalah tradisi Balimau.

Tradisi Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang


berkembang di kalangan masyarakat khususnya masyarakat Minangkabau dan
biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan
tempat pemandian.

Tradisi Balimau dipercaya sudah ada sejak abad ke-19 pada masa
penjajahan Belanda. Awalnya, Tradisi Balimau merupakan sebuah ritual di mana
pada hari terakhir bulan Sya'ban seseorang diharuskan mandi keramas dengan
limau, kasai (bunga rampai), dan beberapa jenis bunga lainnya .

Pada kepercayaan masyarakat adat tujuan mandi balimau pada syariatnya


adalah untuk membersihkan badan dari kotoran namun pada hakekeatnya
didorong untuk memuliakan bulan suci Ramadhan, mandi balimau dikerjakan
dengan memasang niat, membersihkan badan dan membersihkan hati/jiwa dari
segala kekotoran sifat-sifat keduniawian.

Bahan ramuan liamu untuk mandi balimau adalah limau purut/nipis,


kumanyang, kabelu, urat sirih koduok, lengkuas padang, serai wangi, mayang
pinang, daun nilam, urat siduo, urat sibuto, urat usau, bunga kenanga, bunga

1
2

tanjung, dan bunga rampai. Semua bahan ini direbus sampai kulit limau/jeruk
bisa hancur saat diremas.

Tradisi yang turun-temurun ini sangat disukai dan digemari masyarakat


Minangkabau khususnya remaja dan anak-anak. Namun ada perbedaan seiring
berjalannya waktu, tradisi Balimau berjalan dinamis mengikuti perkembangan
zaman. Mulai muncul perbedaan pendapat apakah kebersihan lahiriyah
berdampak pada kebersihan ruhani. Namun secara umum, esensi Balimau
sebagai simbol untuk mempersiapkan diri dengan kebersihan ruhani pun
bergeser menjadi kebutuhan-kebutuhan yang merujuk pada hal-hal yang
kesenangan semata.

Kalau dulu, tradisi Balimau hanya diisi dengan makan bersama dan
Balimau. Seiring perkembangan zaman tradisi ini mengalami perubahan.
Perubahan dalam perayaan Balimau ini meyebabkan banyaknya hal-hal yang
bertambah dan yang seharusnya tidak ada dalam perayaan Balimau terjadi.
Adanya penambahan ornament-ornamen tertentu seperti pesta musik (organ
tunggal) oleh muda-mudi, dan juga dijadikannya perayaan Balimau jadi lahan
ekonomi seperti adanya pembukaan lahan pemandian umum tanpa batasan.

Bisa dilihat dari tahun ketahun mandi balimau kasai telah dinodai dengan
tindakan yang berseberangan dengan syariat islam diantaranya berhura-hura,
berboncengan lai-laki dan perempuan yang bukan muhrim, mandi massal yang
bercampur antara laki-laki dan perempuan, mabuk-mabukan sampai kepada
musik yang menjauhkan masyarakat dari mengingat Allah swt. Padahal dulunya
tradisi ini merupakan hal yang tergolong urgen dan sakral. Sebelum memasuki
bulan puasa dan sholat maghrib, anak kemenakan dan menantu atau juga yang
tua serta murid akan mendatangi orang tua, mertua, mamak (paman), kepala
adat, atau guru ngaji, mereka datang dalam rangka meminta maaf menjelang
masuknya bulan suci ramadhan.

Tulisan ini membahas tentang tradisi Balimau yang dilakukan oleh sebagian
masyarakat indonesia dengan rumusan maslah sebagai berikut.
3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Mandi Balimau?

2. Bagaimana Fungsi Tradisi Mandi Balimau?

3. Bagaimana Tata Cara Palaksanaan Mandi Balimau?

4. Bagaimana Pergeseran nilai-nilai dalam tradisi Mandi Balimau?

5. bagaimana pandangan tokoh agama terhadap tradisi Balimau?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Definisi Mandi Balimau?

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Fungsi Tradisi Mandi Balimau?

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Tata Cara Palaksanaan Mandi Balimau?

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Pergeseran nilai-nilai dalam tradisi Mandi


Balimau

5. Untuk Mengetahui bagaimana pandangan tokoh agama terhadap tradisi


Balimau?

D. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya hal-hal yang berhubungandengan rumusan


masalah diatas, maka penulis membatasi pembahasan ini sesuai dengan materi
yang terdapat dalam rumusan masalah pada makalah ini. Adapun hal yang tidak
berhubungan dengan rumusan masalah diatas penulis tidak uraikan pada
makalah ini.

D. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
metode library research, yaitu dengan menggunakan buku-buku terkait yang ada
di perpustakaan dan juga internet research Sebagai referensi dalam penulisan
makalah ini.
4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Mandi Balimau


Secara harfiah, "Balimau" berarti mandi dengan menggunakan limau
(jeruk nipis). Zaman dahulu, Masyarakat mandi dengan menggunakan jeruk
nipis sebagai pengganti fungsi sabun. "Balimau" berarti penekanan makna
bahwa ia mandi benar-benar bersih. Itulah yang kemudian dikaitkan dengan
ajaran agama Islam, yakni sebagai datang benar-benar membersihkan diri lahir
dan batin menjelang melaksanakan ibadah puasa.1

Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang


di kalangan masyarakat Indonesia dan biasanya dilakukan pada kawasan tertentu
yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian. Diwariskan secara turun
temurun, tradisi ini dipercaya telah berlangsung selama berabad-abad.2

Tradisi "Balimau" dipercaya sudah ada sejak abad ke-19 pada masa
penjajahan Belanda. Awalnya, tradisi "Balimau" merupakan sebuah ritual di
mana pada hari terakhir bulan Syaban seseorang diharuskan mandi keramas
dengan limau. Setelah "Balimau" atau bakasai tersebut, barulah seseorang
berniat untuk berpuasa Ramadhan esok harinya. "Balimau" biasanya dilakukan
di tempat pemandian umum. Karena zaman dahulu, memang masyarakat
melakukan aktivitas di tempat pemandian seperti disungai (batang aie), danau
atau pincuran. Zaman dahulu tak ada kamar mandi di rumah.

Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan


kegembiraan masuknya bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan
pembersih diri. Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang
dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa
digunakan adalah jeruk purut, jeruk nipis, jeruk kapas. Bagi masyarakat, tradisi

1
M. Ridwan, advokasi Dakwah dalam budaya Lokal "balimau" menyambut bulan
ramadhan di padang sumatera barat, Jurnal Ilmiah dakwah dan komunikasi, hal. 54
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Balimau
6

ini dipercayai dapat mengusir segala macam rasa dengki yang ada dalam diri
sebelum memasuki bulan puasa.3

E. Fungsi Tradisi Balimau


1. Fungsi Religius
Bagi masyarakat upacara Mandi Balimau dianggap sebagai tradisi
campuran Hindu- Islam yang telah ada sejak masa Kerajaan. Keistimewaan
Mandi Balimau ini merupakan acara adat yang mengandung nilai sakral
yang khas. Tradisi mandi balimau sejatinya sarat dengan nilai-nilai religius
diantara di anggap dapat menyucikan diri sebagai manifestasi taubat.
Balimau Kasai adalah bentuk lahiriah dari membersihkan diri dari kotoran
jasmani. Kata balimau sendiri penekanan maknanya menunjukkan bahwa
mandi yang benar-benar bersih.Akan tetapi seiring perkembangan zaman
nilai-nilai itu telah terkikis dan tergerus dan tradisi balimau menjadi
kehilangan makna esensialnya. Untuk itu nilai-nilai positif balimau perlu
direvitalisasi agar tradisi ini tidak menodai kesucian Ramadhan.
2. Fungsi Sosial.

Balimau adalah tradisi kultural masyarakat dalam menyambut


Ramadhan dan membersihkan diri..Kemudian, ajang menjalin
silaturrahim,tempat meminta maaf atau saling memaafkan. Momentum
balimau menjadi tempat yang baik untuk menyelesaikan silang sengketa dan
menjernihkan yang keruh. Sehingga ketika Ramadhan datang tak ada lagi
benang yang kusut antara mamak dan kemenakan, antara suami dan isteri,
antara anak dengan orang tua serta sesama anggota masyarakat.4

F. Tata Cara Pelaksanaan Mandi Balimau


1. Alat Dan Bahan

3
Fajri Arman, “Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Balimau Kasai Di Desa Kuapan
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar”, Vol. 2, No. 2 oktober 2015, 3.
4
Kasiroh, Persepsi masyarakat melayu petalang terhadapa pergeseran nilai religiusitas
budaya mandi balimau, Jurnal JOM FISIP Vo. 3 No. 2 - Oktober 2016, hal.8
7

Adapun peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam upacara ini


adalah :5
a) Baju enam warna, yaitu : putih, hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu.
Pakaian berwarna putih secara khusus digunakan oleh pemimpin
upacara. Sedangkan sisanya digunakan oleh pembantunya.
b) Guci atau kendi. Guci yang digunakan adalah guci khusus yang telah
berumur ratusan tahun. Guci ini digunakan sebagai tempat ramuan
khusus yang akan digunakan dalam upacara Mandi Balimau.
c) Ramuan khusus. Ramuan ini terbuat dari campuran air yang diambil dari
sumur kampung yang telah dibacakan mantera dan dicampur dengan :
1) Jeruk nipis 7 buah. Buah ini melambangkan penguasaan terhadap
ilmu sakti sebagai mana penguasaan Akek Pok.
2) Pinang 7 Butir. Melambangkan kesucian batin pendekar,
sebagaimana Depati Baherein.
3) Bonglai kering 76 iris. Melambangkan sikap pemberani,
pemberantas jin dan iblis, serta ahli politik sebagaimana sifat dan
keahlian Akek Jok.
4) Kunyit 7 mata. Benda ini mempunyai arti bahwa orang yang rajin
musuhnya iblis, dan orang malas kawannya iblis sebagaimana yang
ditujukkan oleh Akek Sak.
5) Mata Mukot 7 jumput dan bawang merah 7 biji. Melambangkan sifat
penurut sebagaimana sifat akek Daek.
6) Arang using. Melambangkan sifat sabar, pandai menyimpan rahasia,
dan kuat melakukan jihad fisabilillah. Sebagaimana ditunjukkan oleh
Akek Dung.

Kain lima warna yang dipajang ditempat pelaksanaan. Adapun warna dan
maknanya adalah

1) Kain warna merah, mempunyai arti panglima- Isrofil istana jantung


Daging Usman.

5
http//:disparpora.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/Sejarah mandi balimau/
8

2) Kain warna kuning mempunyai arti pengrajin- Mikail Istana Urat


Umar.
3) Kain warna kelabu mempunyai arti pemberani- Isroil istana Jantung
Tulang Ali.
4) Kain warna hitam mempunyai arti Sabar penyimpan Rahasia, Bersatu
Jihad-Jibroil Istana Lidah Darah Abu Bakar.
5) Kain warna putih mempunyai arti kesucian-titis Nur Muhammad
SAW Al Ulama Miswhatul Mursyid.
2. Tata Pelaksanaan

Sementara itu tata cara pelaksanaan tradisi mandi Balimau Ini antara lain
yaitu :6

1. Sehari menjelang pelaksanaan mandi Balimau, orang-orang mengadakan


ziarah ke makam tokoh masyarakat setempat.
2. Setelah sasmpai dimakam, para peziarah berdoa didampingi tokoh
agama.
3. Kemudian para peserta upacara langsung menuju ke dermaga atau
sungai
4. Selanjutkan menyebrangi sungai
5. Sementara itu sang pemimpin upacara menyiapkan ramuan khusus, yaitu
air yang diambil dari sumur kampung yang telah dibacakan mantera dan
dicampur dengan ramuan yang terdiri dari jeruk nipis, pinang, bonglai,
kunyit, bawang merah, kenanga dan bunga mawar
6. Pada hari berikutnya, pemimpin upacara menuju tempat pelaksanaan
upacara dengan menggunakan pakaian putih dengan dikawal oleh para
pengawal yang mengenakan pakaian berwarna hitam, abu-abu, kuning,
merah dan hijau.
7. Setelah semua persiapan cuku, acara balimau dimulai.
8. Dan kemudian peserta mengucapkan niat sebelum memulai.

6
Ibid.
9

9. Kemudian pemmimpin upacara dengan didampingin lima laki-laki


dengan mengenakan kain hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu
membaca doa dan memantrai air ramuan yang ada dalam kendi. Setelah
itu air ramuan tersebut disiramkan kepada warga.
10. Acara pemandian dimulai dengan membasahi telapak tangan kanan dan
dilanjutkan dengan tangan kiri, jika dalam upacara ini hadir pejabat
penting, maka para pejabat tersebut dimandikan terlebih dahulu.
11. Kemudian dilanjutkan dengan membasuh kaki kanan lalu kaki kiri.
12. Setelah itu membasahi ubun-ubun.
13. Kemudian dilanjutkan dengan seluruh badan.
14. Setelah semua peserta upacara selesai mandi. Kemudian dipentaskan
tarian Nampi.
15. Setelah itu dilanjutkan dengan pelaksanaan tradisi adat Sepintu
Sedulang, yaitu membawa makanan secara bergotong-royong di suatu
tempat, seperti masjid.
16. Dan setelah itu acara selesai.

Adapun doa dan mantra yang digunakan antara lain yaitu :

1. Surat Yasin, ketika melakukan ziarah ke makam Depati Bahrein


2. Mantra untuk membuat ramuan keramat
3. Doa memulai mandi

G. Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi Mandi Balimau


Dewasa ini tradisi Mandi Balimau Kasai semakin menyimpang dari
yang sebenarnya. Dulu ada batasan antara tempat mandi untuk laki-laki dan
perempuan yang terpisah jauh. Namun sekarang semua bercampur-baur yang
justru tidak lagi menunjukkan simbolisasi untuk menyucikan diri yang
sebenarnya. Tak hanya itu, musik yang dihadirkan pun bukan hanya yang
bernuansa Islami, melainkan juga ada musik dangdut dengan goyangan yang
membangkitkan gairah, parahnya ada oknum yang membawa minum-minuman
keras dan mabuk pada acara tersebut. Takayal,acara yang semula dijadikan
10

untuk penyuciandiri berubah makna menjadi ajang cari jodoh dan mandi
bersama pasangan yang bukan mahram.

Tradisi yang mulanya sakral kini dinodai dengan kemaksiatan. Tradisi ini
dimaknai sebagai hari terakhir kebebasan sebelum hari semuanya dilarang pada
hari puasa mulai esok hari. Memang untuk menuju lokasi diperkirakan
memakan waktu sekitar 1(satu) jam perjalanan. Namun hal ini sebanding
dengan keriangan yang warga dapatkan. Tidak bisa dipungkiri, terkadang tradisi
ini dijadikan sebagai ajang untuk berkenalan dengan lajang dan gadis dari daerah
lain, yang dapat melunturkan makna tradisi yang pada awalnya terkandung nilai-
nilai positif. Mandi Balimau memang bukan termasuk sunnah Rasulullah,
melainkan hanya sebagai tradisi semata yang memiliki nilai filosofis bagi
masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
kemajuan zaman hari ini secara langsung maupun tidak memberikan dampak
negatif terhadap kehidupan kita dalam keutuhan adat istiadat, banyak terjadi
distorsi sejarah, salah interpretasi terhadap nilai-nilai adat yang telahmenjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita, termasuk Mandi Balimau
Kasai.7

H. Pandangan Tokoh Agama Terhadap Upacara Balimau


Tradisi Balimau (mensucikan diri dengan mandi di sungai) menjelang
Ramadhan, akan menodai Ramadhan itu sendiri, karena tidak ada dalam
ajaran Islam. "Tradisi balimau yang masih dilaksanakan masyarakat sangat
keliru, karena ibaratkan musik tidak ada notnya, sehingga tidak memberikan arti
apa-apa".(Prof Dr.Duski Samad:2011) Termasuk dalam balimau diharamkan
mandi bareng karena itu bukanlah tradisi yang Islami. (awardi:2011) Islam
sama sekali tidak pernah mengajarkan ketika memasuki bulan suci ramadhan
agar mandi menyiram sekujur tubuhnya (mirip mandi junub),didalam
agama islam sebelum memasuki bulan ramadhan sangat dianjurkan untuk
saling mema'afkan satu sama lainnya, karena ramadhan adalah bulan untuk
bertaubat, sementara ampunan Allah terhalang jika urusan sesama manusia
7
Razali Pebrianto, Kearifan lokal dalam tradisi mandi balimau, Jurnal Sejarah peradaban
islam, 3/1, 2019, hal. 20
11

belum diselesaikan, disamping iitu, kaum muslimin dianjurkan untuk


mempersiapkan diri sebaik mungkin secara fisik dan fisikis, agar
memperoleh hasil secara optimal dalam menjalankan ibadah puasa. Dan
bukan dengan mandi balimau kasai yang pada umumnya dilakukan oleh
masyarakat riau. Balimau kasai yang sudah dilaksanakan bertahun-tahun
menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat, karena dinilai sudah jauh
menyimpang dari makna yang sebenarnya.8

8
http//:disparpora.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/Sejarah mandi balimau/
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di
kalangan masyarakat Indonesia dan biasanya dilakukan pada kawasan
tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian
2. Tradisi mandi balimau memiliki fungsi religious yaitu menyucikan diri
sebagai manifestasi taubat. Balimau Kasai adalah bentuk lahiriah dari
membersihkan diri dari kotoran jasmani. Kata balimau sendiri penekanan
maknanya menunjukkan bahwa mandi yang benar-benar bersih.Adapun
fungsi social adalah Momentum tempat yang baik untuk menyelesaikan
silang sengketa dan menjernihkan yang keruh.
3. Adapun Alat Dan Bahan yang diperlukan untuk tradisi balimau adalah Baju
enam warna, Guci atau kendi, Ramuan khusus. Dan dilaksanakan dengan
cara, Sehari menjelang pelaksanaan mandi Balimau, orang-orang
mengadakan ziarah ke makam tokoh masyarakat setempat. Kemudian Pada
hari berikutnya, pemimpin upacara menuju tempat pelaksanaan upacara
dengan menggunakan pakaian putih dengan dikawal oleh para pengawal
yang mengenakan pakaian berwarna hitam, abu-abu, kuning, merah dan
hijau dan di akhiri pelaksanaan tradisi adat Sepintu Sedulang, yaitu
membawa makanan secara bergotong-royong di suatu tempat, seperti masjid.
4. tradisi Mandi Balimau Kasai semakin menyimpang dari yang sebenarnya.
Dulu ada batasan antara tempat mandi untuk laki-laki dan perempuan yang
terpisah jauh. Namun sekarang semua bercampur-baur yang justru tidak
lagi menunjukkan simbolisasi untuk menyucikan diri yang sebenarnya.
Kini radisi ini dimaknai sebagai hari terakhir kebebasan sebelum hari
semuanya dilarang pada hari puasa mulai esok hari.
5. Menurut Duski Samad Tradisi balimau yang masih dilaksanakan masyarakat
sangat keliru, karena ibaratkan musik tidak ada notnya, sehingga tidak
memberikan arti apa-apa. Balimau kasai yang sudah dilaksanakan
13

bertahun-tahun menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat, karena


dinilai sudah jauh menyimpang dari makna yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
M. Ridwan, advokasi Dakwah dalam budaya Lokal "balimau" menyambut
bulan ramadhan di padang sumatera barat, Jurnal Ilmiah dakwah dan
komunikasi.
Razali Pebrianto, Kearifan lokal dalam tradisi mandi balimau, Jurnal Sejarah
peradaban islam, 3/1, 2019.
Fajri Arman, “Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Balimau Kasai Di Desa
Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar”, Vol. 2, No. 2 oktober
2015.
Kasiroh, Persepsi masyarakat melayu petalang terhadapa pergeseran nilai
religiusitas budaya mandi balimau, Jurnal JOM FISIP Vo. 3 No. 2 -
Oktober 2016.
http//:disparpora.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/Sejarah mandi balimau
https://id.wikipedia.org/wiki/Balimau
http//:disparpora.pesisirselatankab.go.id/transparasi/file/Sejarah mandi balimau

Anda mungkin juga menyukai