Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STUDI MASYARKAT INDONESIA

7 UNSUR KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

OSWALDUS URUNG A 311 19 030


KETUT ARDANA A 311 19 025
FAHRUL AHDIN A 311 19 035
MOH. RIO A 311 19 039
ROSDIANA PALANDU A 311 19 008
FERA ANDINI 1905112064
KARTINI A 311 19 001
NADYA WULAN DHARI 1905111163
KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PEDIDIKAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul 7 Unsur Kebudayaan ini dengan baik
dan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis tentang materi yang berkaitan
Studi Masyarakat Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan narasumber yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Palu, 15 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

Bab II Hasil dan Pembahasan

A. Unsur Kebudayaan Kab. Tana Toraja............................................................6


B. Unsur Kebudyaan Bali di Palu.......................................................................3
C. Unsur Kebudayaan Melayu Rengat Indragiri Hulu.......................................4
D. Unsur Kebudayaan Suku Kaili.......................................................................7
E. Unsur Kebudayaan Kepulauan Riau..............................................................10
F. Unsur Kebudayaan Suku Kaili di Kayumalue...............................................13
G. Unsur Kebudayaan Masyarakat Lero Kab. Donggala....................................14
H. Unsur Kebudayaan Pamona...........................................................................15

Bab III Penutup

A. Kesimpulan....................................................................................................16
B. Saran ..............................................................................................................16

Lampiran....................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan memiliki pengertian sebagai tingkah laku manusia dalam
kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Namun, seringkali budaya hanya
bermakna atau berkaitan dengank bidang seni. Sebaliknya, segala hal yang berkaitan
dengan perilaku manusia dalam kehidupannya bisa dikategorikan sebagai kebudayaan.
Misalnya, cara makan, sopan santun upacara perkawinan hingga cara memilih pinpinan
pun merupakan bentuk kebudayaan manusia. Defenisi kebudayaan dalam antropologi
adalah segala timgkah laku manusia yang layak dipandang dari sudut kebudayaan
sehinggan dikategorikan sebagai kebudayaan.
Dalam memahami sebuah kebudayaan maka setiap unsur kebudayaan tersebut
harys dibagi menjadi tiga kategori wujud kebudayaan, yaitu ide, aktivitas dan artefak.
Misalnya, sistem ide di dalam sistem religi atau keyakinan hidup adalah konsep
mengenai Tuhan, dewa, roh halur, neraka dan surga. Wujud kebudayaan berupa aktivitas
keagamaan adalah salat di masjid, ,misa di gereja dan perayaan galungan di candi. Wujud
material atau fisik unsur religi terdiri atas alat-alat suci bagi kegiatan keagamaan, sperti
tasbih, rosario, kitab suci dan pakaian ibadah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman bentuk dari 7 Unsur Kebudayaan di Berbagai Wilayah ?

1
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Unsur Kebudayaan Tana Toraja


Menurut hasil wawancara bersama beberapa narasumber mengenai 7 unsur
kebudayaan di Tana Toraja diperoleh data sebagai berikut. Menurut Narasumber Ibu
Alfrida, Bahasa merupakan budaya turun temurun khususnya bahasa daerah. Di Tana
Toraja dikenal ada 1 bahasa Daerah yaitu Bahasa Toraja. Meskipun beberapa wilayah di
Toraja memeiliki versi dalam hal logat pengucapan, tetapi itu tidak membawa perbedaan
yang siknifikan mengenai bahasa daerah Toraja itu sendiri. Bahasa Daerah sendiri
merupakan sebuah kebangggan kita sendiri sebagi orang Toraja. Dapat kita lihat bahas
Toraja selalu digunakan dimanapun orang Toraja Berada. Mengenai Sistem Pengetahuan
Di kabupaten Tana Toraja kental dengan adat, sehinggal hal hal yang berkaitan dengan
kehidupan, bergantung pada alam. Masyarakat juga mengenal adanya hari baik dan hari
buruk dimana dalam acara Rambu Tuka’ atau Perkawinan selalu dilaksankan paling
sering pada hari Selasa dan Rabu karena hari itu dianggap hari baik. Kemudian untuk
kegiatan kegiatan Rambu Solo yaitu pada hari penguburan sering dilakukan pada hari
Sabtu dan Senin. Untuk hala yang berhubungan dengan hewan, masyarakat mempercayai
beberapa hewan yang dianggap sakral, seperi Ayam dan Kerbau. Kedua hewan tersebut
memiliki hubungan denga kehidupan manusia, dimana ayam berhubungan dengan suka
cita kemudian kerbau berhubungan dengan kehidupan alam baka. Di lingkungngan
masyarakat terdapat organisasi yang biasanya dipimpin secara adat oleh ketua adat atau
orang tua yang yang memiliki status sosial yang tinggi yang biasa dikenal dengan nama
Puang atau keturuna Puang sendiri.
Menurut Narasumber Reneldis, Di kabupaten Tana Toraja bisa dikatakan banyak
bergantung dengan alam. Dapat kita lihat sebagian besar peralatan berasal dari bahan
alam. Seperti Rumah Tinggal dan Rumah adat yang berbahan kayu, Tungku yang
sebagian besar masih menggunakan yang berbahan tanah liat, alat dapur yang masih
menggunakan batu. Untuk Sistem Ekonomi, sebagian besar masyarakat Toraja bertani.
Hasil pertanian yang unggul adalah Kopi. Kita tahu sendi Kopi Toraja sudah dikenal di

2
seluruh Indonesia. Ada juga Padi yang merupaka hasil tani masyarakat. Kemudian ada
juga yang berdagang.
Menurut narasumber Yuliana, Rian dan Eksel dapat saya simpulkan bahwa,
Sistem religi yang ada di Tana Toraja beragam. Agama yang kental dan dan berpadu
dengan adat adalah Ajaran Aluk Todolo yang merupaka ajaran leluhur orang Toraja.
Meskipun Sebagian besar sudah menganut Agama Kristen, Katolik maupun Islam,
masyarakat toraja masih melaksanakan kebiasaan yang dilakukan oleh ajaran Aluk
Todolo. Hal tersebut dilakukan sebagai penghormatan kepada leluhur. Contoh kegiatan
yang masuh dilaksankan ialah Ma’Nene atau membersihkan mayat yang sudah bertahun
tahun. Kebisaan ini merupakan ajaran Aluk Todolo namu samapai saat ini masih
dilakukan oleh masyarakat Toraja. Kabupaten Tana Toraja dikenal dengan rumah adat
Tongkonan. Pada rumah adat tongkonan maupun lumbung/alang terdapat sentuan seni
yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Yaitu adanya Ukiran. Ukiran yag ada
memiliki hubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Terdapat juga alat musik
tadisional yaitu Keso’Keso’ kemudian tarian tradisional seperti Ma’badong pada upacara
kematian.
B. UNSUR KEBUDAYAAN SUKU BALI YANG ADA DI KOTA PALU

Mengenai 7 unsur kebudayaan suku Bali terkhusus umat Hindu yang berada di
Kota Palu adalah:

1. Dalam penggunaan bahasa setiap suku Bali apabila bertemu sesamanya tentu saja
berinteraksi dengan menggunakan bahasa Bali agar membuat obrolan lebih
nyambung sekaligus melestarikan bahasa Bali walaupun berada di luar wilayah Bali
itu sendiri.
2. Ada banyak organisasi sosial yang telah dibentuk oleh suku Bali khususnya yang
beragama Hindu yang ada di Kota Palu, seperti: Banjar, Krama Adat, Krama Desa
Adat Kerta Winangun, dan WHDI Kota Palu, dengan tujuan yang berbeda-beda
sesuai jenis organisasi tersebut.
3. Sistem pengetahuan yang digunakan oleh suku Bali di Kota Palu, terkhusus dalam
pengetahuan pengelolaan peternakan yaitu tidak ada pengetahuan khusus, yang ada
hanyalah menggunakan sistem pengetahuan pada umumnya.

3
4. Sistem peralatan dan teknologi yang digunakan oleh suku Bali yang ada di Kota Palu
dalam mengelola hasil pertanian sama seperti pada umumnya menggunakan peralatan
dan teknologi traktor.
5. Sistem mata pencaharian yang lebih dominan yang dilakukan oleh Suku Bali yang
ada di Kota Palu seperti: Pegawai dan Wirausaha
6. Sistem Ngaben yang ada di Kota Palu diselenggarakan oleh Krama Adat Kertha
Winangun Kota Palu yang dilaksanakan di Kawasan Pura Prajapati yang bertempatan
di kawasan kuburan Hindu Talise Kota Palu.
7. Jenis kesenian yang dibuat oleh umat Hindu yang ada di Kota Palu berupa seni musik
seperti Gamelan dan seni tari seperti Tari Topeng Sidakarya dan Tari Topeng
Sendratari.
C. UNSUR BUDAYA MELAYU RENGAT INDRAGIRI HULU (SILAT BATANG
HARI DALAM PERNIKAHAN)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Silat
Batang Hari merupakan suatu silat yang memiliki kebanggaan tersendiri bagi masyarakat
Rengat Indragiri Hulu. Silat terbagi menjadi dua yaitu silat pengantin dan silat sembah.
Silat ini sering ditampilkan dalam acara pernikahan dan acara penyambutan pembesar-
pembesar kehormatan. Pertunjukannya dimainkan oleh satu pasang pesilat atau lebih dan
diiringi dengan gendang silat dan tetawak (gong). Gerakan silat sering diibaratkan
gayung dan sambut. Ketika salah seorang pesilat melakukan gerakan gayung, pesilat
yang satunya lagi menyambut dengan kemahiran gerakannya.
Silat Batang Hari memiliki adab yang harus dipatuhi dan dijaga kelestariannya.
Sebelum memasuki laman silat (tempat bermain silat) anak laman diwajibkan berwudhu.
Ketika akan masuk laman disunnahkan mengucapkan salam dan setelah berada di dalam
laman, hendaknya bersalam-salaman sesama anak laman yang ada di dalam laman
tersebut, dimulai dari yang tua dan dituakan. Begitu juga ketika bermain silat, dimulai
dengan bersalaman dan diakhiri dengan bersalaman juga. Begitulah adab dan aturan yang
diajarkan dalam permainan Silat Batang Hari berdasarkan syari’at dan sunnah yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

4
Keterkaitan Silat Batang Hari dengan Unsur-Unsur Kebudayaan
1. Sistem Religi (Keagamaan)
Dalam permainan silat ini, tidak hanya masyarakat setempat saja yang menjadi
anak laman, namun masyarakat luar pun juga ada yang menjadi anak laman. Masyarakat
yang berada disekitar laman silat atau yang menjadi anak laman adalah masyarakat yang
beragama mayoritas Islam, karena Silat Batang Hari ini merupakan permainan yang
berdasarkan syari’at dan sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal ini
dapat terlihat bahwa Silat Batang Hari memiliki adab yang harus dipatuhi dan dijaga
kelestariannya. Sebelum memasuki laman silat (tempat bermain silat) anak laman
diwajibkan berwudhu terlebih dahulu. Ketika akan masuk laman disunnahkan
mengucapkan salam dan setelah berada di dalam laman, hendaknya bersalam-salaman
sesama anak laman yang ada di dalam laman tersebut, dimulai dari yang tua dan
dituakan. Begitu juga ketika bermain silat, dimulai dengan bersalaman maka diakhiri
dengan bersalaman pula.

2. Organisasi Sosial (Nahdatul Ulama)


Dalam kehidupan kelompok, tentunya masyarakat diatur oleh adat istiadat dan
aturan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Aturan itu tentunya diatur oleh orang
yang dituakan dalam adat. Anak laman ini di dominasi oleh golongan atau kelompok
Nahdatul Ulama. Namun untuk kelompok lainnya juga ada, hanya saja sedikit. Organisasi
sosial lainnya yaitu adanya perkumpulan ibu-ibu PKK dan perkumpulan karang taruna
atau pemuda.

3. Sistem Pengetahuan (Keagamaan, pertanian dan perkebunan mandiri)


Sistem pengetahuan yang ada di sekitar laman silat didapatkan dari anak-anak
yang menimba ilmu baik di wilayah sekitar maupun luar wilayah (anak rantau).
Masyarakat banyak memanfaatkan pengetahun yang di dapat oleh anak-anak yang
menempuh pendidikan terutama pengetahuan yang didapat dari para perantau. Setiap
perantau yang pulang, mereka akan mengabdi dan memberikan ilmunya ke masyarakat
sekitar sehingga pengetahuan masyarakat bertambah luas. Ilmu yang di dapat bisa berupa

5
ilmu keagamaan, pertanian dan perkebunan yang nantinya akan mereka kembangkan
kembali.
4. Bahasa
Bahasa merupakan suatu alat untuk melakukan interaksi sosial antara manusia
satu dengan yang lainnya. Dari bahasa, manusia bisa membangun suatu tradisi budaya
yang nantinya akan diwariskan kepada generasi penerusnya. Indonesia kaya akan suku
bangsa sesuai dengan semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika, walaupun berbeda-
beda namun tetap satu jua. Jika berbicara Kota Rengat maka tidak akan terlepas dari suku
Melayu. Dalam kesehariannya, masyarakat Melayu Rengat menggunakan bahasa
Melayu. Begitu juga di laman bermain silat. Walaupun banyak perantau yang datang dari
luar, namun saat berada di laman silat mereka kembali menggunakan bahasa asli Rengat
yaitu bahasa Melayu.
5. Kesenian (Silat Batang Hari)
Masyarakat yang tinggal di Rengat tidak hanya berfokus pada budaya Silat
Batang Hari saja, tetapi juga pada keseniannya. Salah satu kesenian tradisional asli
Rengat yaitu tari Lukah Gile. Tarian ini mengandung mistis yang pernah tampil di
beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Jepang, Singapura dan negara lainnya. Selain
Lukah Gile, kesenian lainnya adalah Nandung. Nandung merupakan suatu kesenian
sekaligus budaya yang ada di Rengat. Nandung awalnya hanya berupa kalimat-kalimat
sederhana yang dilantunkan dalam kalimat Islam seperti kata La ilahaillah, shalawat dan
sebagainya. Nandung ini biasanya dinyanyikan oleh ibu-ibu untuk menidurkan anak-
anaknya dalam ayunan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kalimat dalam
nandung ini memuat petuah nasihat berupa pantun, ungkapan serta peribahasa lainnya.
Saat ini, nandung tidak hanya dilantunkan untuk menidurkan anak saja, tetapi nandung
juga untuk kegiataan keagamaan seperti MTQ.
6. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Adanya keberagaman anak laman, tentunya beragam pula sistem mata
pencahariannya. Anak laman ada yang bekerja sebagai petani, nelayan, karyawan swasta,
ASN, dan lain-lain. Namun anak laman di dominasi oleh pekerja petani karena lokasi
bermain silat ini merupakan wilayah yang strategis untuk bercocok tanam. Tanaman yang

6
ditanam oleh petani ada sayur-mayur dan padi. Selain petani, anak laman juga banyak
yang bekerja sebagai karyawan swasta di PT Kelapa Sawit.
7. Sistem Teknologi dan Peralatan (Pertanian dengan alat bajak)
Jika berbicara mengenai sistem teknologi dan peralatan hidup, maka manusia
akan selalu berusaha untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Hal ini tentu
mendorong mereka untuk membuat berbagai macam peralatan yang mampu mendukung
tujuan mereka. Bagi masyarakat peralatan hidup sangatlah penting sebagai penunjang
kehidupan, karena tanpa adanya peralatan hidup maka akan sulit untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, biasanya masyarakat di sekitar laman ada sudah ada
yang menggunakan alat bajak tanah. Namun tidak semua masyarakat laman
menggunakan alat bajak tanah, hanya masyarakat kalangan atas (mampu) menyewa dan
membeli alat bajak, untuk masyarakat bawah biasanya menggunakan cara tradisional
seperti menggunakan tenaga kerbau.
D. UNSUR KEBUDAYAAN SUKU KAILI
1) Upacara adat Baliya Jinja adalah sebuah ritual pengobatan bersifat nonmedis yang
sudah dikenal masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun lalu. Sebelum adanya rumah
sakit, upacara ini diandalkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek
moyang terkait bagaimana melunturkan penyakit-penyakit yang menyerang tubuh.
Tradisi ini masih dilestarikan. Misalnya siapa anak perempuan yang mau (belajar
upacara Baliya) di keluarga. Namun ini sifatnya tidak dipaksa, yang mau saja. Ritual
ini dipimpin oleh seorang dukun atau tetua yang disebut Tina Nu Baliya. Sang dukun
biasanya mengenakan seragam yang terdiri dari sarung dan baju ari fuya (sinjulo)
berwarna putih dan destar (kudung) berwarna merah. Di dalam
Ritual Baliya Jinja, Tina Nu Baliya akan duduk mengelilingi si penderita. Sementara
itu, tiga orang lainnya bertugas meniup seruling, memukul tambur dan gong. Sebisa
mungkin alunan musik dimainkan dengan lemah lembut. Lirik nyanyiannya berisikan
pujian-pujian yang ditunjukan kepada Maha Besar Tuhan untuk mengembalikan
kesehatan dari gangguan setan dan jin. Melalui untaian-untaian lirik inilah penyakit
dihalau dengan kata-kata yang sopan dan tidak mencela. Secara prosesi,
ritual Baliya Jinja ini dibagi menjadi dua macam, yakni sesaji yang dilarung ke laut

7
atau dibuang ke gunung. Soal sesaji pun dibedakan menjadi beberapa bagian, ada adat
9 dan adat 7. Angka-angka ini merujuk pada jumlah sesaji yang disiapkan
2) Masyarakat Kaili dengan keberagaman dialek bahasanya menyatukan diri sebagai
kelompok masyarakat yang memiliki prinsip-prinsip kebersamaan yang kuat.
Masyarakat Kaili dikenal sebagai masyarakat yang mementingkan persatuan dalam
mengerjakan aspek publik secara ersama-sama. Budaya kebersamaan dalam
masyarakat Kaili diantaranya sintuvu. Budaya sintuvu merupakan representasi dari
cara pandang masyarakat Kaili (way of life) yang menghendaki kehidupan harmonis.
Keterbukaan orang Kaili antara lain ditunjukkan dalam dua hal sebagai berikut: 1)
sikap menerima semua etnik yang datang di Tanah Kaili, 2) cara berkomunikasi,
semua orang Kaili bisa berbahasa Indonesia sampai di pedalaman dan di gunung-
gunung. Keterbukaan masyarakat Kaili yang ditunjukkan dengan kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia tersebut sudah berlangsung lama.
3) Balia Tampilangi adalah sebuah ritual adat yang menjadi tradisi masyarakat Kaili
yang dilakukan turun temurun dalam bentuk sebuah Upacara. Balia dipercaya telah
ada sejak zaman nenek moyang yang menjadi tradisi turun temurun berkembang
menjadi budaya dan adat istiadat bagi masyarakat suku Kaili. Penamaan Balia sendiri
tidak lepas dari literatur bahasa Kaili, kata Balia Tampilangi terdiri empat suku kata,
dua kata pertama yaitu “Bali” artinya tentang/lawan dan “ia” yang artinya dia, jadi
Balia maksudnya adalah melawan setan yang membawa penyakit dalam tubuh
manusia. Pengertian lain juga menyebutkan bahwa “bali” diartikan sebagai kata ubah
atau lawan, dan “ia” yang diartikan sebagai dia. Sedangkan kata “Tampilangi” juga
terdiri dari dua suku kata yaitu “Tampi” yang artinya Tombak, dan “Langi” yang
artinya langit atau kekuasaan. Balia Tampilangi diartikan sebagai pasukan Tombak
sakti dari langit, yang siap melawan atau melindungi. Sederhananya, Balia diartikan
merubah seseorang yang sakit menjadi sembuh, melawan roh jahat yang hinggap
membawa penyakit ke tubuh pasien. Secara religius, Balia Tampilangi merupakan
ritual kepercayaan lama suku Kaili yang bernilai sakral. Kepercayaan ini bisa dibilang
dulunya merupakan pemujaan terhadap dewa (seuatu yang memiliki kekuatan gaib)
yang dalam bahasa Kaili disebut karampua/pue dan juga roh leluhur (nenek moyang
yang biasa disebut anitu ataupun viata..

8
4) Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa yang masih hidup dan dipergunakan
dalam percakapan sehari-hari. Uniknya, di antara kampung yang hanya berjarak 2 km
kita bisa menemukan bahasa yang berbeda satu dengan lainnya. Namun, suku Kaili
memiliki ligua franca yang dikenal sebagai bahasa Ledo. Kata "Ledo" ini berarti
"tidak". Bahasa Ledo ini dapat digunakan berkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili
lainnya. Bahasa Ledo yang asli (belum dipengaruhi bahasa para pendatang) masih
ditemukan di sekitar Raranggonau dan Tompu. Sementara, bahasa Ledo yang dipakai
di daerah kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya sudah terasimilasi dan terkontaminasi
dengan beberapa bahasa para pendatang terutama Bahasa mandar dan Bahasa melayu
Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa
Tara (Tondo, vatu tela, Talise, Tanamodindi, Lasoani, Poboya, Kavatuna, Sou love
dan Parigi), bahasa Rai (Mamboro, Taipa, Tawaeli, Labuan, Toaya, Sampai
Tompe),Bahasa kaili doi (Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti, Banawa,
Loli,Dalaka, Limboro, Tovale dan Kabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi, Pandere,
bahasa Edo (Pakuli, Tuva), bahasa Ija (Bora, Vatunonju), bahsa Da'a (Porame,
Balane, Uwemanje, Rondingo, Pobolobia, Kayumpia, Wayu, Dombu, Jono'oge),
bahasa Moma (Kulavi), dan bahasa Bare'e (Tojo, Unauna dan Poso). Semua kata
dasar bahasa tersebut berarti "tidak".
5) Tari balia Kesenian tradisional Sulawesi Tengah selanjutnya adalah Tari Balia yang
memiliki keterkaitan dengan kepercayaan animisme. Jenis tarian satu ini merupakan
bentuk pemujaan terhadap benda keramat, khususnya yang langsung berhubungan
dengan pengobatan tradisional. Nah, pengobatan tradisional itu sendiri yang
dimaksud adalah pengobatan yang dilakukan kepada seseorang yang terkena
pengaruh roh jahat. Kata Balia yang digunakan sebagai nama tarian dapat diartikan
sebagai “Tantang yang berarti memiliki makna melawan setan yang telah
menimbulkan penyakit di dalam tubuh manusia.Selain itu, Balia juga dipandang
sebagai prajurit kesehatan yang mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.
Diiringi oleh irama pukulan musik tradisional, kesenian tradisional Sulawesi Tengah
satu ini bisa diperagakan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, dan
diadakan di sebuah rumah pemujaan yang oleh masyarakat setempat disebut Lobo.

9
6) Mata pencaharian utama suku bangsa Kaili adalah bertani. Sawah dan ladang
ditanami padi dan palawija , sedangkan kebun ditanami kelapa dan cengkeh. Mata
pencaharian tambahan adalah betemak, meramu, industri kecil, dagang, menjadi
tukang, dan lain lain. Pada masa 1950 - 1960-an sering teijadi penyelun du pan kopra
ke Tawao yang dibarter dengan barang pecah belah, tekstil, emas dan barang-barang
mewah lainnya. Sekarang pemasarannya hanya ke Pulau Jawa, di mana pemegang
posisi kunci terbanyak adalah para pedagang China. Akibat adanya Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang 'melarang warga negara asing berdomisili dan
beroperasi di pedesaan, maka terjadilah kasus perkawinan pendudu_k asli dengan
putri pemilik modal besar (Cina). Kemudian si anak menantu dijadikan tameng usaha
dagangannya beroperasi sampai ke desa-desa dim dikenallah modal Ali-Baba.
E. UNSUR KEBUDAYAAN YANG ADA DI KEPULAUAN RIAU
1. Efendi: beliau adalah salah satu masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang
ber suku melayu. Beliau bekerja atau berprofesi sebagai penjaga tahanan, beliau
sudah tinggal di Tanjung Balai Karimun lebih kurang 56 tahun. Berdasarkan hasil
wawancara pada hari minggu tanggal 08 Mei 2022, beliau mengatakan bahwa dahulu
banyak sekali masyarakat yang berada di Tanjung Balai Karimun ber suku melayu
tetapi karena banyak nya pendatang sedikit mulai tergeser suku melayu.
Berdasarkan religi banyak masyarakat di Tanjung Balai Karimun yang bersuku
melayu beragama islam. Berdasarkan bahasa tentunya masyarakat yang ada di
Tanjung Balai Karimun yang ber suku melayu menggunakan bahasa melayu sebagai
alat untuk melakukan interaksi sosial antara manusia satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan mata pencaharian masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang
ber suku melayu. Ada banyak sekali mata pencaharian yang dilakukan, yaitu Nelayan,
guru, polisi, dll. Berdasarkan kesenian, banyak sekali kesenian suku melayu
masyarakat di Tanjung Balai Karimun, yaitu seperti pencak silat yang dilakukan
ketika dalam prosesi pernikahan. Berdasarkan sistem pengetahuan masyarakat yang
ada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku melayu, anak-anak mereka di
sekolahkan di sekolah-sekolah yang ada di Tanjung Balai Karimun, dan jika kuliah
biasanya mereka menimba ilmu di luar daerah karena Cuma ada satu universitas yang
ada di Tanjung Balai Karimun, yaitu Universitas Karimun yang fasilitasnya kurang.

10
2. Helen Kristiani Manalu: beliau adalah salah satu masyarakat yang ada di Tanjung
Balai Karimun yang bersuku Batak. Beliau bekerja atau berprofesi sebagai penjaga
disebuah toko ponsel, dan beliau sekarang berumur 29 tahun. Beliau mengatakan
berdasarkan religi masyarakat yang berada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku
Batak beragama Kristen Khatolik dan Kristen Protestan.
Berdasarkan bahasa tentunya masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang
ber suku Batak menggunakan bahasa batak sebagai alat untuk berinteraksi dengan
sesama orang batak mereka, tetapi jika berbicara dengan orang yang bukan bersuku
batak mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat untuk berinteraksi.
Berdasarkan mata pencaharian masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang
ber suku Batak, mereka biasanya bertani dan hasilnya dapat dijual di pasar. Selain itu
ada juga yang bekerja sebagai penjaga toko, polisi, maupun guru. Berdasarkan
kesenian, banyak sekali kesenian suku batak masyarakat di Tanjung Balai Karimun,
yaitu Tari Tor-tor yang biasa dilakukan di acara-acara suku batak. Berdasarkan sistem
pengetahuan masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku batak,
anak-anak mereka di sekolahkan di sekolah-sekolah yang ada di Tanjung Balai
Karimun, dan jika sudah tamat sekolah mereka ada melanjutkan test masuk PNS
seperti test masuk polisi maupun test lainnya.
3. Ilhani Mahardhika: beliau adalah salah satu masyarakat yang ada di Tanjung Balai
Karimun yang bersuku Jawa. Beliau berprofesi sebagai pekerja kantoran, dan beliau
sekarang berumur 30 tahun. Beliau mengatakan berdasarkan religi masyarakat yang
berada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku Jawa mayoritas nya beragama islam
walaupun ada juga yang beragama selain islam. Berdasarkan bahasa tentunya
masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku Jawa menggunakan
bahasa Jawa sebagai alat untuk berinteraksi dengan sesama orang batak mereka,
tetapi jika berbicara dengan orang yang bukan bersuku jawa mereka menggunakan
bahasa Indonesia bahkan kadang sedikit menggunakan bahasa melayu walaupun tetap
saja logatnya tetap kelihatan dari suku jawa. Berdasarkan mata pencaharian
masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku Jawa, mereka biasa
bertani, berjualan di pasar dan ada juga yang bekerja kantoran maupun sebagai guru.
Berdasarkan kesenian, banyak sekali kesenian suku Jawa masyarakat di Tanjung

11
Balai Karimun, yaitu Tari Reog Ponorogo. Berdasarkan sistem pengetahuan
masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku Jawa, anak-anak
mereka di sekolahkan di sekolah-sekolah yang ada di Tanjung Balai Karimun, dan
jika kuliah biasanya mereka menimba ilmu di luar daerah.
4. Riky Prianto: beliau adalah salah satu masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun
yang bersuku Tionghoa. Beliau bekerja sebagai tukang isi bensin motor, dan beliau
sekarang berumur 36 tahun. Beliau mengatakan berdasarkan religi masyarakat yang
berada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku Tionghoa beragama Budha dan ada
juga yang beragam Hindu. Berdasarkan bahasa tentunya masyarakat yang ada di
Tanjung Balai Karimun yang ber suku Tionghoa menggunakan bahasa china sebagai
alat untuk berinteraksi dengan sesama orang mereka, tetapi jika berbicara dengan
orang yang bukan bersuku Tionghoa mereka akan menggunakan bahasa Indonesia
dan mereka juga bisa sedikit-sedikit menggunakan bahasa melayu dengan logat
chinanya. Berdasarkan mata pencaharian masyarakat yang ada di Tanjung Balai
Karimun yang ber suku Tionghoa, biasanya mereka membuka toko sendiri untuk
berjualan dan biasanya mereka tidak menjadi bawahan melainkan menjadi bos.
Berdasarkan kesenian, banyak sekali kesenian suku Tionghoa masyarakat di Tanjung
Balai Karimun, yaitu seperti Tarian barongsai. Kesenian ini sering disebut sebagai
tarian singa, ada banyak sekali atraksi yang dilakukan yang membutuhkan kecepatan,
kekuatan, dan keseimbangan kaki dan juga kekuatan tangan untuk memainkan kepala
barongsai atau mengangkat badan teman yang di depan. Tarian barongsai selalu
menghiasi perayaan tahun baru china atau biasa disebut dengan Imlek. Berdasarkan
sistem pengetahuan masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku
Tionghoa, anak-anak mereka di sekolahkan di sekolah-sekolah yang ada di Tanjung
Balai Karimun biasanya masyarakat Tionghoa yang ada di Tanjung Balai Karimun
menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah swasta yang khusus mayoritas siswanya
adalah bersuku Tionghoa, dan jika sudah kuliah biasanya mereka menimba ilmu di
luar daerah.
5. Ena Gusniati: beliau adalah salah satu masyarakat yang ada di Tanjung Balai
Karimun yang bersuku Minang. Beliau berprofesi sebagai guru di salah satu SD di
Tanjung Balai Karimun, dan beliau sekarang berumur 45 tahun. Beliau mengatakan

12
berdasarkan religi masyarakat yang berada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku
Minang beragama islam.
Berdasarkan bahasa tentunya masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang
ber suku Minang tentunya masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang ber
suku minang menggunakan bahasa minang sebagai alat untuk berinteraksi dengan
sesama orang mereka, tetapi jika berbicara dengan orang yang bukan bersuku minang
mereka akan menggunakan bahasa Indonesia agar orang lain dapat mengerti apa yang
ingin mereka sampaikan. Berdasarkan mata pencaharian masyarakat yang ada di
Tanjung Balai Karimun yang ber suku Minang, biasanya mereka bermata pencaharian
sebagai penjual. Banyak sekali di Tanjung Balai Karimun orang yang bersuku minang
berjualan, baik dari jual baju di pasar sampai jual sate di tepi jalan dan ada juga yang
berprofesi sebagai guru. Berdasarkan kesenian, banyak sekali kesenian suku Minang
masyarakat di Tanjung Balai Karimun, yaitu seperti tari dindin badindin yang sering
sekali di lakukan di pentas sekolah dasar. Berdasarkan sistem pengetahuan
masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang ber suku Minang, anak-anak
mereka di sekolahkan di sekolah-sekolah yang ada di Tanjung Balai Karimun, dan
jika sudah kuliah biasanya mereka menimba ilmu di luar daerah.
F. UNSUR KEBUDAYAAN SUKU KAILI DI KAYUMALUE
Kita ketahui bersama bahwa di Sulawesi tengah khususnya kota palu mayoritas suku
yang berada disini yaitu suku kaili. Di kayumalue ini sendiri mayoritas itu suku kaili,
kaili doi namanya. Ada juga suku suku lain seperti suku bugis, jawa, dll dan semuanya
hidup rukun dalam bermasyarakat. Dikayumalue ini masyarakatnya itu berkomunikasi
menggunakan bahasa kaili doi dalam sehari hari. Dalam segi teknologi transportasi dan
komunikasi masyarakat di kayumalue ini sudah mengalami kemajuan dalam aspek
tersebut. Karena lokasi kayumalue ini sendiri tidak terlalu jauh dari pusat kota. Mata
pencarian masyarakat disini banyak bekerja diperusahaan yang ada disini seperti industri
rotan, perusahaan minyak kelapa, perusahaan durian, ada pula bermata pencaharian
sebagai nelayan khususnya masyarakat yang berada di pesisir pantai kayumalue ini.
Orang Kaili pada masa lalu mengenal beberapa lapisan sosial, seperti golongan raja dan
turunannya (madika), golongan bangsawan (to guru nukapa), golongan orang kebanyakan
(todea), golongan budak (batua). Selain itu mereka juga memandang tinggi golongan

13
sosialberdasarkan keberanian (katamang galaia), keahlian (kavalia), kekayaan
(kasugia),kedudukan (kadudua) dan usia (tetua). Tapi kalau sekarang hal tersebut tidak
dipakai lagi. Mayoritas masyarakat disini kepercayaan agamanya itu ialah agama islam
ada juga kepercayaan yang lain seperti Kristen dan hindu. Kepercayaan masyarakat disini
juga ada sebagian masih mempercayai roh leluhur dapat dilihat dari tradisi penyembuhan
penyakit seperti balia yabg dilakukan masyarakat disini. Kesenian yang masih ada sampai
sekarang disini yaitu masih adanya para pengrajin alat music tradisional seperti kakula
gimba lalove yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Dalam adat istiadat contohnya saya mengambil dari adat perkawinan saja
Pelaksanaan adat perkawinan suku Kaili di Kelurahan Kayumalue pajeko Kecamatan
Palu Utara ada beberapa tahapan yakni Membuka Jalan (Notate Dala) sekaligus Melamar
(Neduta) dan dilanjutkan dengan menentukan berapa kemampuan atau beban lamaran
pihak laki-laki, Antar Belanja (Nanggeni Balanja) sekaligus mentukan hari yang baik
pelaksanaan perkawinan (Noovo), Membersihkan bulu cilaka (Nogigi), Malam Pacar
(Nokolontigi), Pelaksanaan akad nikah (Mponikah) dan Kunjungan pertama pengantin
perempuan (Mematua).
G. UNSUR KEBUDAYAAN MASYARAKAT DI LERO KAB. DONGGALA
Masyarakat desa Lero Tatari memiliki berbagai macam perilaku interaksi sosial
terhadap masyarakat lain. Misalnya ketika seseorang melambaikan tangan maka
respons dari pihak lain yaitu membalas dengan lambaian tangan, berkomunikasi
jumlah pelaku dua orang atau lebih. Interaksi antara individu dan individu
menyampaikan informasi terhdapat individu. Dan interaksi antara individu dan
kelompok. Masyarakat Desa Lero Tatari lebih sering menggunakan bahasa kaili rai
dalam sehari-hari, tetapi ada juga yang menggunakan bahasa bugis. : Mata
pencaharian masyarakat disini banyak nelayan karna dekat dengan laut, jadi
masyarakat disini lebih banyak menjadi nelayan. Sebgaian sebagai pekerja dan
bertani untuk pekerjaan sampingan. Di Desa Lero Tatari ini suku yang lebih banyak
disini yaitu suku Kaili, yang biasa dikenal dengan kaili rai dan kaili ledo, ada juga
suku lain yang ada di desa ini seperti bugis, akan tetapi semuanya hidup rukun dan
damai dalam masyarakat tidak ada perbedaan dalam masyarakat. Masyarakat di Desa
ini mayoritas kepercayaan dan agamanya yaitu islam. Ada juga kepercayaan yang

14
lain seperti Kristen. Tetapi masyarakat disini juga ada sebagian masih mempercayai
roh leluhur dilihat dari tradisi penyumbuhan penyakit seperti balia yang dilakukan
masyarakat Desa Lero Tatari.
H. UNSUR KEBUDAYAAN PAMONA
a) Bahasa
Menurut (Sariani) ‘‘Kalau di Desa Saojo Kecamatan Pamona Utara Kabupaten
Poso, suku Pamona sendiri memiliki berbagai macam bahasa Pamona yang termasuk
unik memiliki banyak fase suku kata yang Isa diputar untuk membentuk arti yang
berbeda contohnya seperti kata Mokuja yang artinya sedang berbuat apa dan bisajuga
diartikan dalam hal menanyakan jenis kelamin bayi yang baru lahir. Kemudian
dilingkungan wilayahku sendiri masyarakat desa Saojo menggunakan bahasa Pamona
dan bahasa Indonesia. Menurut (Sariani) ‘’kalau bahasa Pamona itu sendiri sudah
menjadi kebiasaan kami disini untuk berbahasa Pamona dalam interaksi setiap hari,
begitu pun saya di dalam lingkungan keluarga menggunakan bahasa pamona. Jadi
bahasa Pamona itu sudah jadi bahasa sehari-hari kami kadang juga kami berbahasa
Indonesia dengan anak-anak dengan orang dari luar, akan tetapi kalau berbicara
dengan orang tua itu menggunakan bahasa pamona.
b) Sistem Mata Pencaharian Hidup
Menurut (Serlin Mandala) ‘‘Sebenarnya mata pencaharian hidup di suku pamona
Mata pencaharian utama masyarakat ini ialah pertanian di ladang tebang bakar dan
berpindah, walaupun sebagian sudah ada pula yang bercocok tanam menetap di
sawah dan kebun. Tanaman utamanya ialah padi, disamping jagung, sayur-mayur dan
palawija. Pada masa sekarang mereka semakin tertarik kepada pertanian menetap,
terutama sejak diperkenalkannya tanaman komoditi seperti cengkeh dan kopi.
Menurut (Toni) ‘‘kenapa orang pamona lebih memilih menjadi petani dari pada
pedagang karena menurut saya suku pamona sendiri itu lebih suka kerja dalam hal
bertani agar keringat mereka keluar soalnya mereka rasa kalau Cuma jadi pedagang
hanya duduk saja tidak menghasilkan keringat dan masyarakatnya sangat jarang
untuk berdagang kebanyakan sekarang yang berdagang di wilayah suku pamona itu
adalah suku bugis.

15
c) Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Menurut (Leksman) saya kurang tahu tentang bagaimana struktur organisasi suku
pamona di desa Saojo karena saya tidak mempelajarinya akan tetapi kalau
dimasyarakat pasti ad ketua RT, RW, Kepala Desa. Mungkin di setiap tempat ada
kepala adatnya memang yang menjadi patokan mungkin untuk memperjelasnya bisa
ditanyakan disana.
d) Sistem Teknologi
Menurut (Mega) ‘‘Menurut saya untuk teknologi yang digunakan oleh suku
pamona sendiri penggunaannya dan alat-alat yang digunakan mengikuti
perkembangan zaman seperti pada sektor pertanian, yang dulunya jika pergi ke kebun
jalan kaki maka sekarang kebanyakan mereka naik motor, yang dulunya juga para
petani menggunakan tenaga sapi, sekarang sudah menggunakan terektor, bahkan ada
juga yang pergi ke kebun menggunakan mobil seperti mobil open”. Teknologi yang
digunakan masyarakat pamona itu seperti contohnya di dapur. Kalau orang tua dulu
masih menggunakan kayu api. Sekarang sudah menggunakan kompor gas, yang dulu
kalau kita masak air, airrnya seperti barasa sesuatu karena memasaknya pakai kayu
api. Sekarang sudah tidak.
e) Sistem Pengetahuan
Menurut (Mega) Sistem Pengetahuan sendiri menurut saya seperti pada saat
melakukan proses penanaman mangga, itu kalau mau batanam mangga bagusnya pagi
hari supaya daunya mekar ke atas dan setelah di tanam disiramkan air minimal
banyaknya air itu 1 ember cat. Kemudian juga misalnya kalau dipagi hari kalian
merasa panas itu tandannya nnti akan turun hujan. Menurut (Opan) kalau saya sendiri
kurang tau bagaimana melakukan proses penanaman sesuai hari begitu. Tapi pernah
saya dengar kalau mau batanam sesuatu itu ada hari-hari yang baik kemudian diliat
dari rasi bintang. Supaya nanti buah dari tanaman yang kita tanam tidak hanya
tumbuh di paling atasnya tetapi disampingnya juga ada agar supaya gampang bagi
orang untuk memanen.

16
f) Religi dan Upacara Keagamaan
Menurut (Ratih) ‘‘Kalau Untuk Agama Sendiri setau Saya kebanyakan Kristen
dan untuk upacara keagamaan itu seperti upacara adat penyambutan tamu yang
disebut upacara adat Pekasiwia yang dimana jika ada orang asing yang bertamu ke
Kabupaten Poso, pasti disambut dengan upacara ini oleh masyarakat sebagai
pertanda, kalau si tamu diperbolehkan atau tidak berkunjung ke Poso.
g) Kesenian
Menurut (Ratih) Bagi suku Pamonabsendiri ada banyak kesenian mulai dari tari
sampai lagu-lagu daerah. Contoh yang paling umum itu yaitu Tarian Dero, atau
modero merupakan tarian populer di kalangan Suku Pamona. Tarian ini diadakan
pada pesta-pesta rakyat biasanya dilakukan oleh orang-orang muda. Tarian melingkar
dilakukan dengan saling bergandengan tangan, sambil berbalas pantun diringi musik
ceria.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap negara dan daerah pasti memiliki budaya yang jadi ciri khas atau
karakteristiknya sendiri. Budaya merupakan cara hidup yang berkembang pada sebuah
kelompok. Lalu, diwariskan pada generasi selanjutnya dan begitu seterusnya.
Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk
memahami beberapa unsur kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul
Universal Categories of Culture, membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua
bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca tidak hanya
menjadikan makalah ini sebagai satu satunya suber referensi, tetapi mencari sumber lain
agar pemahaman pembaca mengenai materi ini semakin luas.

18
LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai