Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH TRADISI ISLAM DI NUSANTARA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam

Disusun Oleh:

Meli Pebriyani
Bella Nur Endah
Eneng Skartini
Alfi Nurfazri
Reza
Chandika

SMP NEGERI 1 TALEGONG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemangku Islam Nusantara...................................................................... 2
B. Karakter Dasar Islam Nusantara.............................................................. 2
C. Makna Keberadaan Islam Nusantara....................................................... 2
D. Sejarah Tradisi Islam di Indonesia........................................................... 3
E. Pengertian Tradisi dan Upacara Adat...................................................... 4
F. Macam-macam Upacara Adat Kesukuan Indonesia................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 7
B. Saran........................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenk moyang)  yang memiliki
kekhususan  atau keunikan dan masih di jalankan oleh masyarakat. Contohnya,
tradisi lisan, yaitu salah satu jenis warisan kebudayaan masyarakat yang proses
pewarisannya di lakukan secara lisan. Macam-macam tardisi lisan yaitu :
1. Cerita rakyat : legenda cerita ken arok, si kabayan, sang kancil, sangkuriang,
dan sebagainya.
2. Bahasa rakyat : logat, dialek, sunda, lentorg.
3. Sajak/ puisi rakyat : sajak biasa, sinom, asmarandana, dan sebagainya.
4. Peribahasa rakyat/ ungkapan tradisional seperti ungkapan telur di ujung tanduk
dan sebagainya.
5. Nyanyian rakyat/ folk song : cingcangkeling (sunda), rambate rota (sulsel),
dsb
Dan masih banyak lagi kebudayaan islam nusantara yang lainnya, ini harus
kita pelihara dan lestarikan, minimalnya kita mengenalnya, makalh ini di buat
salah satunya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa jenis dari peninggalan sejarah kebudayaan islam ?
2. Bagaimana kita melestarikan kebudayaan – kebudayaan tersebut ?
3. mengenal lebih mendetail dari peninggalan kebudayaan tersebut?
4. mengetahui dan mengapresiasi tradisi dan upacara adapt nusantara?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemangku Islam Nusantara


Tradisi keagamaan dan keilmuan Nusantara itu dikembangkan di
pesantren yang ada di Nusantara. Melalui jaringan keulamaan dan kepesantrenan
itulah tradisi Islam Nusantara dikembangkan. Langkah ini membuat seluruh
masyarakat Nusantara menjadi pendukung tradisi Islam Ahlus Sunnah Wal
Jamaah yang bermahzab empat. Kalangan ini tidak ekslusif dan pasif. Terbukti
ketika Portugis, Belanda dan Inggris datang menjajah kawasan ini dengan
memaksakan sistem pendidikan Eropa dengan merongrong pendidikan lokal,
maka kalangan ulama pesantren dengan tegas mempertahankan sistem
pendidikan mereka sendiri. Pesantren bersikap non kooperatif, menolak segala
bentuk kerja sama dengan kolonial untuk melegitimasi penjajahannya. Dari
pendidikan pesantren itulah jaringan keilmuan Nusantara berkembang semakin
intensif, sehingga bisa mengatasi segala tekanan kolonial, bahkan akhirnya bisa
menjadi basis perlawanan terhadap penjajahan.
B. Karakter Dasar Islam Nusantara
Islam Nusantara disebut sebagai sesuatu yang unik karena memiliki
karakters yang khas yang membedakan islam di daerah lain, karena perbedaan
sejarah dan perbedaan latar belakang geografis dan latar belakang budaya yang
dipijaknya. Selain itu, Islam yang datang kesini juga memiliki strategi dan
kesiapan tersendiri. Pertama, Islam datang dengan mempertimbangkan tradisi,
tidak dilawan tetapi mencoba diapresiasi kemudian dijadikan sarana
pengembangan Islam. Kedua, Islam datang tidak mengusik agama atau
kepercayaan apa pun, sehingga bisa hidup berdampingan dengan mereka. Ketiga,
Islam datang memilih tradisi yang sudah usang, sehingga Islam diterima sebagai
tradisi dan diterima sebagai agama. Keempat, Islam menjadi agama yang
mentradisi, sehingga prang tidak bisa meninggalkan islam dalam kehidupan
mereka.
C. Makna Keberadaan Islam Nusantara

2
Hadirnya Islam Nusantara ini memiliki pengaruh besar dan mendalam
terhadap kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ditandai antara lain pertama
dengan kuatnys hubungan agama dengan tradisi dan bumi yang dipijak (tanah air)
maka sejak awal islam ini gigih menolak kehadiran imperialisme atau penjajahan
bangsa asing. Bahkan pesantren dijadikan basis perlawanan terhadap penjajahan
Barat. Kedua, sejak awal Islam Nusantara turut aktif dalam membela
kemerdakaan, mendirikan negara termasuk ikut menyusun konstitusi yang
bersifat nasional dan tetap berpijak pada agama dan tradisi sehingga lahirlah
Pancasila sebagai konsesus bersama menjelang bangsa ini merdeka. Ketiga,
dengan kecintaannya pada tradisi dan tanah air, Islam terbukti dalam sejarah tidak
pernah memberontak terhadap pemerintahan yang sah, karena pemberontakan ini
dianggap pengkhianatan terhadap negara yang telah dibangun bersama.
D. Sejarah Tradisi Islam di Nusantara
Masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam ada yang sudah menganut
agama Hindu Budha maupun menganut kepercayaan adat setempat, Islam harus
menyesuaikan diri dengan budaya lokal maupun kepercayaan yang sudah dianut
daerah tersebut.
Selanjutnya terjadi proses akulturasi (pencampuran budaya). Prose ini
menghasilkan budaya baru yaitu perpaduan antara budaya setempat dengan
budaya Islam. Setiap wilayah diIndonesia mempunyai tradisi yang berbeda, oleh
karena itu proses akulturasi budaya Islam dengan budaya setempat di setiap
daerah terdapat perbedaan.
Kemunculan seni tradisi Islam baik di Jawa maupun di Luar Jawa (dengan
berbagai nama dan istilahnya) tentu merupakan ekspresi keberagamaan
(religion) masyarakat yang bersifat local. Sehingga jenis dan macamnya sangat
beragam. Namun yang pasti sentuhan budaya local dengan agama Islam yang
berlangsung telah melahirkan sebuah bentuk seni baru yang berfungsi baik
sebagai ekspresi keagamaan maupun ekspresi budaya. Apapun nama dan
tujuannya kesenian tradisi Islam merupakan bagian penting dalam penyebaran
Islam di Indonesia, dan mungkin bahkan di dunia. Berkat kearifan tokoh-tokoh
penyebar Islam dalam mengelola percampuran antara syareat Islam dengan
budaya local, maka banyak dihasilkan sebuah karya seni yang indah dan
merupakan alat sosialisasi yang hebat serta metode dakwah yang paling efektif.

3
E. Pengertian Tradisi Dan Upacara Adat
Banyak generasi muda yang beranggapan bahwa adat itu adalah kebiasaan alam
dan sangnt kuno. Banyk pula yang mengngap adat itu adalah tradisi yang di alih
bahasakan menjadi adat atupun sebaliknya.

Pengertian Adat itu pada dasar nya adalah:”Ketentuan yang mengatur tingkah
angota masyarakat dalam segala aspek kehidupan manusia.”oleh sebab itu adat
merupajan sustu hukum yang tidak tertulis, namun merupakan sumber hukum
yang tercermin dalam adat yang bersendikan syara.
Adat mengatur seluruh aspek kehidupan anggota masyarakat maka ketentuan-
ketentuan adat secara otonatis juga mengatur nasalah politik atau pemerintah,
Etika Budaya, dan sebagainya.

Adat dalam masyarakat Melayu dapat di bagi kepada Tiga tingkatan, Yaitu:
1.Adat Sebenar Adat
2. Adat Yang Di adatkan
3. Adat Yang Teradat

Adat sebenarnya adalah Prinsip-prinsip melayu yang tidak dapat berubah. Prinsip
tersebut tersimpul dalam adat bersendi syara dan sysra bersendikan Kitabullah.
Ketentuan-ketentuan adat yang bertentangan dengan hukum sysra tak boleh
dipakai lagi dan hukum syara lah yang dominan.
Adat yang teradat adalah merupakan konsensus bersama, dimana terdapat suatu
sikap, tindakan atau keputusan berdasarkan musyawarah bertsama yang di
rasakan cukup baik, Sehingga untuk peristiwa atau tindakan yang sama sifatnya
sepert yang terdahulu (yang pernah terjadi sebelumnya) maka tolak ukur nya di
pakai sikap tindakan atau keputusan yang telah pernah diambil sebelumnya.
Tinkat adat inilah yang sering dapat disebut sebagai “TRADISI”.
Pelanggaran terhadap ini sangsinya adalah Hanya diberi teguran atau nasehat oleh
pemangku adat atu oleh orang-orang yang dituakan dalam masyarakat.

4
F. Macam – Macam Upacara Adat Kesukuan Indonesia
2.1 Tahlilan
Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdo’a kepada
Alloh dengan membaca surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan
lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil (laailaaha illallah), tahmid
(Alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah). Biasanya diselenggarakan sebagai
ucapan syukur kepada Alloh SWT (tasyakuran) dan mendo’akan seseorang
yang telah meninggal dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1.000 dan khaul
(tahunan). Tradisi ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Budha
yaitu Kenduri, selamatan dan sesaji. Dalam agam Islam tradisi ini tidak dapat
dibenarkan karena mengandung unsure kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji
digantikan dengan berkat atau lauk-pauk yang bisa dibawa pulang oleh
peserta. Ulama yang mengubah tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan
maksud agar orang yang baru masuk Islam tidak terkejut karena harus
meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka kembali ke agamanya.
2.2 Sekaten
Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
di lingkungan Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud,
Sekaten diselenggarakan pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini
gamelan Sekati diarak dari Keraton ke halaman mesjid Agung Yogya dan
dibunyikan siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awal. Tradisi
ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap
bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain,
kemudian menjadi Sekaten.
2.3 Adat Basandi Syara’, Sara’ Basandi Kitabulloh
Masyarakat Minangkabau dikenal kuat dalam menjalankan agama
Islam, sehingga adat mereka dipautkan dengan sendi Islam yaitu Al-Qur’an
(Kitabullah). Adat Minagkabau kental dengan nuansa Islam sehingga
melahirkan semboyan adat basabdi syara, syara basandi kitabullah (Adat
bersendikan syara dan syara bersendikan Kitab Alloh).
2.4 Seni Tradisi Genjring

5
Seni tradisi ini banyak ditemukan di daerah Purwokerto, dan
Banyumas pada umumnya. Di kalangan masyarakat Banyumas, kesenian
tradisi ini lebih banyak yang berbasis di masjid. Pada masa lalu, kesenian ini
cukup efektif untuk melakukan pembinaan generasi muda, karena hampir
setiap malam anak-anak muda bertemu di masjid. Untuk mengisi waktu
senggang, mereka memainkan genjring bersama-sama di masjid. Namun saat
ini kesenian ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan kaum muda, sehingga
jumlahnya didominasi kaum tua (50 tahunan).
2.5 Kesenian Singkiran
Kelompok kesenian ini salah satunya ditemukan di daerah Tamantirto,
Kasihan, Bantul, DIY. Kelompok ini menamakan keseniannya sebagai “
Singir Ndjaratan” yang artinya “tembang kematian”. Selain menarasikan
nasehat-nasehat kebajikan, kesenian ini juga dimaksudkan sebagai upaya
untuk mendoakan para leluhur melalui pembacaan kalimat tahlil yang
mengiringi pembacaan narasi syiiran. Kesenian ini semakin hari digerus oleh
perspektif Islam modernis dan banyak tergantikan dengan tahlil dan yasinan
2.6 Sholawat Jawi
Kesenian Shalawat Jawi di temukan di daerah Pleret, Bantul, dan beberapa
juga sudah menyebar di sekitar kecamatan Pleret, atau bahkan di sekitar
Kabupaten Bantul. Kesenian ini merupakan salah satu bentuk penegasan
jawanisasi kesenian Islam. Kesenian yang berkembang seiring dengan tradisi
peringtaan Maulid Nabi ini mengartikulasikan syair atau syiiran shalawat
kepada Nabi Muhammad dengan medium bahasa Jawa, bahkan juga dengan
melodi-melodi Jawa (langgam sinom, dandang-gula, pangkur dan lain-lain).

6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Datangnya islam ke wilayah nusantara setelah agama yang lain seperti hindu,
budha datang. Tetapi islam pengaruhnya sangat besar dibanding hindu dan budha,
karena islam mengajarkan kesetaraan dan pembebasan, juga karena strategis
penyebarannya yang melaui perangkat budaya, bahkan warisan agama lama yang
masih ada, kemudian di islamisasi
1. Adat adalah ketentan-ketentuan yang mengatur tingkah laku anggota
masyarakat dalam hampir semua aspek kehidupa manusia.
2. Menyangkut adat melayu dengan syarat Islam memberi corak terdiri dari bagi
masyarakat melayu. Hal ini didasari dengan ketentuan bahwa adat tidak boleh
bertentangan dengn hukum syara, ketentuan adat yang bertentangan dengan
hujum syara tidak boleh di berlakukan lagi dan harus disesuaikan dengan
hukum syara.
3. Adat sebenarnya tidak dapat berubah-ub ah, karena merupakan pegangan yang
fundamental. Yang dapat berubah dan dapat mengadakan penyesuaian dengan
perkembangan zaman hanya adat yang teradat.
B. SARAN
Menilai dari penjelasan diatas sudah sepantasnyalah kita menghargai  dan
melestarikan tradisi – tradisi islam nusantara, tidak harus dengan hal yang besar
kita melakukannya cukup dengan kita menjaga dan mempelajari mengapresiasi
kebudayaan nusantara pun kita sudah ikut andil dalam melestarikannya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra. Islam Nusantara Jaringan Global dan Lokal, Bandung; Penerbit
Mizan Media Utama, 2002.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Mundzirin Yusuf, dkk. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Cet. I Yogyakarta;
Penerbit Pustaka, 2006.

Anda mungkin juga menyukai