Anda di halaman 1dari 5

RESENSI NOVEL

Disusun oleh :

Adessa Wibin (125180452)

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Tarumanegara

Jakarta

2019
A. Identitas Buku

Judul buku : “Dendam” si Yatim-Piatu


Nama pengarang : Sintha Rosse
Penerbit : PT Pustaka Mandiri
Tempat terbi : Tajur, Ciledug, Kota Tangerang
Tahun terbit : 2018
ISBN : 978-602-359-073-5
Jumlah bab : 17 bab
Jumlah halaman : 266 halaman
Harga buku : Rp 50.000,00

B. Sinopsis Novel
Novel ini menceritakan tentang kisah perjalanan Malik Ibnu Sabil sejak baru terlahir ke
dunia, menjadi yatim piatu sejak berumur 5 tahun, hingga berhasil meraih pendidikan
tertinggi.

Malik dilahirkan pada masa perang kemerdekaan RI, dan merupakan anak tunggal yang
dibesarkan dari pasangan suami-istri yang saling mencintai dengan keadaan finansial yang
tergolong berkecukupan. Hari-hari Malik selalu penuh dengan kebahagiaan.

Situasi pada masa itu sebenarnya sedang dalam keadaan mencekam karena hal-hal yang tidak
diinginkan dapat terjadi kapan saja. Ayah Malik, Kiai Mahfud, merupakan seorang tokoh
masyarakat yang memimpin pesantren, yang ternyata termasuk dalam target penjajah. Musibah
penculikan ayahnya tidak pernah ia ketahui sampai ketika usianya sudah remaja. Ia
mengetahuinya lewat seorang Uwaknya, yang menceritakan apa yang membuat Malik hidup
nomaden, berpindah dari satu keluarga ke keluarga lainnya. Semua ini dilakukan sang ibu untuk
menyembunyikan Malik dari sasaran penculikan dan menyelamatkan masa depannya.

Malik sejak kecil memang sudah menyita perhatian banyak orang. Sebagai seorang anak yang
terlahir dari keluarga agamis, pola asuh yang diterapkan oleh orangtuanya, yakni antara sekolah,
mesjid dan rumah telah membentuk kepribadian yang kuat pada Malik. Ia tidak pernah
mengeluh, dan menjalani keadaan apapun yang menimpanya. Tetapi, ia mempunyai "dendam"
yang tertanam dalam batinnya sejak kecil. “Dendam” yang dimaksud bukanlah hal buruk,
melainkan ia akan membanggakan ayahnya dengan rajin belajar.

Seiring waktu berjalan, Malik kemudian diangkat oleh keluarga Haji Jafar yang baik hati dan
kaya raya. Hamid dianggap sebagai anak mereka sendiri, Perhatian Haji Jafar dan istrinya,
Asiah, terhadap Hamid sangat baik, dan mereka sangat menyayanginya. Hamid juga
disekolahkan bersama-sama dengan Zaenab, anak kandung Haji Jafar, di sekolah rendah.

Hamid selalu menghabiskan waktunya bersama Zaenab. Dan ketika keduanya beranjak remaja,
dalam hati mereka saling tumbuh perasaan. Hamid merasakan bahwa rasa kasih sayang yang
muncul terhadap Zainab melebihi rasa sayang kepada adik. Zainab juga ternyata mempunyai
perasaan yang sama. Perasaan tersebut hanya mereka pendam di dalam lubuk hati yang paling
dalam. Hamid tidak berani mengutarakan isi hatinya kepada Zainab sebab dia menyadari bahwa
Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan dia hanyalah berasal dari
keluarga biasa dan miskin. Jadi, sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk memiliki Zainab.

Terjadilah peristiwa yang sangat menimpa baginya, ayah angkatnya yang telah menolong
hidupnya selama ini meninggal, dan tidak lama kemudian, ibu kandungnya pun meninggal
dunia. Betapa pilu hatinya ditinggalkan oleh kedua orang yang sangat dicintainya itu. Kini dia
menjadi yatim piatu yang miskin. Sejak kematian ayah angkatnya, Hamid dan Zainab terpisah
karena Zainab tinggal dengan mamaknya.

Puncak kepedihan hatinya adalah ketika Mak Asiah akan menjodohkan Zainab dengan pemuda
lain. Dan lebih pedihnya lagi, Mak Asiah meminta Hamid untuk membujuk Zainab agar mau
menerima pemuda yang dijodhkan. Dengan berat hati, Hamid menuruti kehendak Mamak Asiah.
Karena tidak sanggup dengan hal itu, Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan
kampungnya. Dia meninggalkan Zainab dan dengan diam-diam pergi ke Medan. Dari Medan,
Hamid melanjutkan perjalanan menuju ke Singapura. Kemudian, dia pergi ke tanah suci Mekah.

Selama ditinggalkan oleh Hamid, Zainab menjadi sering sakit-sakitan, semangat hidupnya
menjadi berkurang menahan rasa rindunya yang mendalam pada Hamid. Begitu pula dengan
Hamid, dia selalu gelisah karena menahan beban rindunya pada Zainab. Untuk membunuh
kerinduannya, dia bekerja pada sebuah penginapan milik seorang Syekh. Sambil bekerja, dia
terus memperdalam ilmu agamanya dengan tekun.
Hamid berada di Mekah sudah setahun, dan ketika musim haji, ia bertemu dengan Saleh, teman
sekampungnya. Dan ternyata istrinya, Saleh Rosana, merupakan teman dekat Zainab. Betapa
gembira hati Hamid bertemu dengan mereka. Dari penuturan Saleh, Hamid mengetahui bahwa
Zainab juga mencintainya. Dan karena suatu sebab, dia tidak jadi menikah dengan pemuda yang
dijodohkannya, sedangkan orang yang paling dicintainya, yaitu Hamid, telah pergi entah
kemana. Dia selalu menunggu kedatangan Hamid dengan penuh harap.

Masuklah pada fase kehidupan dewasa Malik. Ia telah melewati banyak sekali fase duka, seperti
difitnah dan karya-karya nya yang di jiplak oknum. Walaupun telah melewati hal-hal seperti itu,
ia tetap bersemangat dan berjuang untuk meraih cita-citanya. Dan novel ini ditutup dengan
kesuksesannya, di mana setelah melewati banyak sekali suka dan duka, akhirnya, "dendam"
seorang yatim piatu dari Kiarakoneng, Jawa Barat, terbalas secara tuntas. Ia menjadi Guru Besar
Ilmu Linguistik di Universitas Bangsa.

C. Kelebihan Buku

Kelebihan yang terdapat di dalam novel yang berjudul “Dedam si Yatim-Piatu” ini adalah
ceritanya yang inspiratif dan menarik, yang menarik perhatian dan membuat pembaca ingin
terus membacanya. Penulis menceritakan kisah Malik dengan baik sehingga pembaca bisa
merasakan cerita-ceritanya, seperti kesedihan yang dialami para tokoh maupun rasa bangga yang
dirasakan para tokoh. Perwatakan tokoh mudah dimengerti. Selain itu, sebagian bahasa yang
digunakan mudah dimengerti sehingga pembaca dapat lebih gampang mengerti kutipan-kutipan
dan juga pesan moral dari novel ini.

D. Kekurangan Buku

Kekurangan yang terdapat di dalam novel yang berjudul “Dedam si Yatim-Piatu” ini adalah
beberapa bagian dari novel ada yang bertele-tele, yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan
cerita tersebut. Sampul dari novel juga kurang menarik, terlalu banyak warna dan membuatnya
terlihat seperti buku buat anak kecil. Selain itu, walaupun sebagian bahasa mudah dimengerti,
ada juga bagian-bagian yang menggunakan bahasa yang sangat baku sehingga agak
membingungkan pembaca.
E. Penilaian

Saya memberi nilai 8,5/10 untuk novel yang inspiratif ini karena sudah memberi banyak sekali
nilai-nilai kehidupan dan hikmah untuk generasi muda sekarang. Novel ini memberi banyak
pesan mengenai arti dari kerendahan hati, menjelaskan kehidupan seseorang dari yang tidak
mempunyai apa-apa hingga sukses, membuat kita sadar bahwa tidak semua mimpi dapat kita
raih begitu saja tanpa sebuah pengorbanan dan mengajarkan kita bagaimana untuk berjuang dan
bersemangat dengan pantang menyerah untuk meraih cita-cita walaupun dalam keadaan terbatas
dan serba kekurangan semenjak kecil.

Pesan-pesan yang didapatkan dari novel sangat bisa diterima oleh pemuda-pemuda masa
sekarang, karena itu, novel ini pantas untuk direkomendasikan ke teman-teman lain.

Anda mungkin juga menyukai